Anda di halaman 1dari 168

Autisme

Menurut Para Ahli


Sutadi (2002)

Gangguan perkembangan neurobiologis berat yang


mempengaruhi cara seseorang untuk berkomunikasi
dan berelasi (Berhubungan) dengar orang lain

memiliki gangguan pada interaksi sosial, Komunikasi (baik Verbal


maupun Non Verbal), Imajinasi, pola prilaku repetitive dan resistensi
terhadap perubahan rutinitas.
“Austism is a complex developmental disability that
typically appears dring the first three years of life.
The result of neurobiological disorder that affect the
fuctioning of the brain,...”.
SUNARTI (2000)

AUTISTIK  gangguan perkembangan perpasif


yang ditandai oleh adanya abnormalitas dan
kelainan yang muncul sebelum 3tahun.
Ciri Fungsi Abnormalitas
Interaksi sosial

Komunikasi

Perilaku yang terbatas dan berulang

Sehingga mereka tidak mampu mengekspresikan


perasaan maupun keinginan, sehingga perilaku dan
hubungan dengan orang lain menjadi terganggu.
Keadaan ini terjadi tiga sampai empat kali lebih banyak
terjadi pada laki laki daripada perempuan.
Noor ●
Cerebellum (otak kecil)
(2000) ●
Sistem Limbik


Perilaku lain, Seperti Hiperkinesis,
Moetrasi Agresitivitas, menolak Beraktivitas dengan
(2000) alasan tidak jelas, Membenturkan Kepala,
Menggigit, Mencakar atau menarik rambut
JADI...
Autistik merupakan gangguan proses perkembangan
neurobiologis berat yang terjadi dalam tiga tahun
pertama kehidupan. Hal ini menyebabkan gangguan
pada bidang komunikasi, bahasa, kognitif, sosial, dan
fungsi adaptif, sehingga menyebabkan anak tersebut
seperti manusia “aneh” yang seolah-olah hidup dalam
dunianya sendiri.
Faktor Penyebab
Tidak hanya kepada anak kecil namun orang dewasa dapat
menunjukan gejala autistik, maka ia memakai istilah

Early
Infantile
Autism

Leo Kenner membuat hipotesis Bahwa anak-anak tersebut kemungkinan


mengalami gangguan metabolisme, namun karena peralatan kedokteran
masih belum canggih pada zaman itu sehingga belum bisa di buktikan. Maka
anak-anak autistik ini dianggap tidak bisa disembuhkan.
Melarikan
diri dari
hitler ke
Amerika
pada jaman
perang
dunia
Bruno “The
kedua,
Bettelheim TEORI Frigit
Bruno
(Yahudi
mengaku ia
dari Wina) Mother”
Meuriceadalah ahli
(1996)pendidikan
dan
“Menegaskan bahwa autistik merupakan psikologi
gangguan perkembangan perpasif yang lulusan
disebabkan oleh gangguan biologi di otak, bukan Universitas
emosi akibat perilaku orangtua atau keluarga”
Wina.
Margareth Bauman dari
Harvard Medical School, dan
Eric Courchesne dari
University of California

adanya kelainan neuro-anatomi


Pada tahun 1990 pada beberapa tempat di otak para
penyandang autisme

Surtini (2000)

bahwa autistik diduga merupakan gangguan dengan penyebab multifaktorial,
meliputi penyebab genetik atau biologik dan penyebab lingkungan

Dirkeswa dan Kaplan (dalam Moetrasi, 2000 )


Autisme infantil atau autisme masa kanak, dimasukkanya dalam kelompok
gangguan perkembangan pervasif dalam blok gangguan perkembangan psikologis.
Teori-Teori
Faktor Penyebab
Teori Psikososial

Teori Biologis

Teori Imunologi

Infeksi Virus
TEORI PSIKOSOSIAL

“Teori psikososial ini


tidak menjadi faktor
1950 – 1960 penyebab satu-satunya”
Adanya hubungan yang erat
TEORI BIOLOGIS dengan retardasi mental (75%-
80%), perbandingan laki-laki :
perempuan = 4 : 1
Pada anak kembar yang berasal dari satu telur
FAKTOR ditemukan sekitar 38%-89% sedang pada anak kembar
GENETIK yang berasal dari dua telur 0 %. Pada penelitian dalam
keluarga ditemukan 2,5% - 3% autisme pada saudara
kandung. Ditemukan juga ada hubungan autistik
dengan sindrom fragille –X yaitu suatu keadaan
abnormal dari kromosom.

FAKTOR Komplikasi yang paling sering dilaporakan adalah


PERINATAL adanya pendarahan setelah trimester pertama dan
ATAU adanya otoran janin pada cairan omnion, yang
NEONATAL merupakan tanda bahaya dari janin.

Keterlambatan maturasi otak menimbulkan Infatile autism schizophrenia,
Berbagai lokasi pada otak yang disebut sebagai lokus kelainan yang
berhubungan dengan autistik antara lain, sistem limbek, batang otak, lobus
MODEL NEUROANATOMI parietalis dan lobus frontalis, ganglia basalis, sistem vetibuler dan serebelum.
Kelaianan pada sistem limbik terutama pada daerah hipokampus dan
amigdala, ditemukan adanya sel-sel neuron yang sangat pdat dan kecil-kecil
sehingga fungsinya kurang baik (Budiman, 1997).


Disfungsi neurokemistri yang ditemukan pada anak autistik merupakan dasar dari
perilaku kognitif yang abnormal (Widyawati, 2002).

Diduga pada anak dengan autistik terjadinya hiperserotoninemia atau
Hipotesis Neurokemistri hiperdopaminergik. Hiperserotoninemia ditemukan pada sepertiga penyandang
autisme. Terjadinya hiperdopaminergik pada otak penyandang autisme meskipun
masih diragukan, tetapi pemberian haloperidol yang merupakan penghambat reseptor
dopamine menunjukkan hasil positif pada penyandang autisme (Sunarti, 2000)
TEORI ●
Ditemukan penurunan respon dari sitem imun
pada beberapa anak autistik meningkatkan
IMUNOLO kemungkinan adanya imunologis pada beberapa
kasus autisme (Widyawati, 2002).
GI

INFEKSI

Peningkatan frekuensi yang tinggi dari gangguan autistik pada anak-
anak dengan congenital rubella, herpes simplex, enchephalitis, dan
cytomegalovirus infectuin, juga pada anak-anak yang lahir selama
musim semi dengan kemungkinan ibu mereka menderita influenza

VIRUS
musim dingin saat mereka ada dalam rahim, telah membuat para
peneliti menduga infeksi virus ini merupakan salah satu penyebab
autistik.
KARAKTERISTIK PENYANDANG
AUTISTIK
Segi Interaksi Sosial
Menolak, tidak Ketidakmampuan
Lebih suka menyendiri
Gagal menunjukkan
Gerakan mata
mengangkat kedua namun akanaturan
memahami berkurang
yang
suatu objek ke orang
tangan bila hendak sejalan bertambahnya
berlaku dalam interaksi
yang
lain
dipeluk
abnormal usia
sosial

Ac Ke
uh tid
da ak
n ma
tid mp
ak ua
ber n
ea ber
eks
ksi
pre
/
si
terl
da
alu
n
me
me
lek
ma
at
ha
pa
mi
da eks
pe pre
nd si
ek wa
ata jah
n da
ort n
un vo
ya kal
Segi Komunikasi dan Pola Bermain

Bila tertarik pada


Tidak mengerti
50% anak autistik suatu objek atau Kesukaran dalam
bagaimana memilih
mengalami benda mereka akan memahami arti kata Kesulitan pada
topik pembicaraan
keterlambatan menggunakan dan tata penggunaan komunikasi non-
dan tidak tahu kapan
berbicara dan tangan orang tuanya bahasa sesuai verbal
gilirannya untuk
berbahasa untuk mengambil konteksnya
berbicara
benda tersebut
(Tuliskan 2 Segi) Aktivitas dan Minat
(yg ditunjukkan anak dg autisme)

Menolak adanya perubahan lingkungan dan rutinitas baru

Memaksakan rutinitas pada orang lain

Dipisahkan dari suatu benda yang tidak lazim

Gerakan-gerakan stereotipik
GANGGUAN-GANGGUAN YANG
DIALAMI
Gangguan Kognitif

Ditemukan 75-80% anak autistik mengalami retardasi mental,


dengan derajat retardasinya rata-rata sedang.
Sekitar 50% dari anak autisme tergolong idiot savants.
Gangguan pada Perilaku Motorik

Perilaku stereotipik
Gangguan pemusatan perhatian dan impulisivitas
Cara anak autistik meReaksi terhadap
Perangsangan Indera
Mono Channel
(mengandalkan
Hiperakuisisi Temper Tantrum salah satu sensor Multi Channel
dalam mengenali
stimuli)
Apa yg tjd pd Gangguan Afek dan
Gangguan Tidur dan Makan Mood serta Emosi mereka?

Pola tidur
Pickyyang
Eaters
terbalik Perubaha
n mood
yang
drastis

Rasa takut
yang
berlebihan

Cemas yang
berat dalam
perpisahan
Perilaku yang Membahayakan Diri Gangguan
Sendiri Kejang

10-25%
diantara
anak-anak autistik

Automutilasi

Temper Tantrum

Korelasi tinggi antara


serangan kejang dan
beratnya retardaasi mental

Kurangnya perasaan
bahaya
Jadi, dapat dikatakan bahwa...
Anak autistik memiliki cara berpikir yang
berbeda,

Perbedaan ini berkaitan dengan dengan


masalah memberikan arti terhadap apa
yang mereka lihat.

Perilaku instrumental & Perilaku Ekspresif.


Latar Belakang pada Anak
Autistik

Karena menyenangkan Sebagai reaksi terhadap stres atau tekanan

Memenuhi dorongan yang tidak dapat ditahan Sebagai fungsi komunikatif

Menghindari kegagalan & dapat mempertahankan diri


Untuk menyiapkan diri pada langkah selanjutnya
dari kesulitan/rasa sakit

Belajar lebih banyak mengenai dunia dengan caranya


sendiri Sebagai cara lari dari situasi yang sulit
Prevalensi Penyandang Autism

Djamaluddin 4X lebih
Rapin Gerlach ASA 4 (2002), pada
(2000) dari banyak
(1990) 5- 1990 15-20
pada laki-
15 orang 1 dari 1000 per 10.000
laki
dari 500 pendud anak, pada
2000 = 1 per daripada
10.000 anak uk perempuan
150 anak.
Berdasarkan Prediksi Kemandirian Mereka
di Masa Depan, Anak Autistik Dapat
Diklasifikasikan Sebagai Berikut:

Duapertiga prognosis berat

Seperempat prognosis sedang

Sepersepuluh prognosis baik


Berdasarkan Interaksi Sosial Anak
Autistik Dibagi dalam Tiga Kelompok:

kelompok yang menyendiri (allof)

kelompok yang pasif

kelompok yang aktif tapi aneh


Klasifikasi Berdasarkan saat
kemunculan Kelainannya

Autisme Infantil

Autisme Fiksasi
Klasifikasi Berdasarkan Intelektual

60% keterbelakangan
mental sedang dan
berat (IQ dibawah 50)

20% 20% tidak


keterbelakanga mengalami
keterbelakangan
n mental ringan mental
(IQ 50-70) (intelegensi di
atas 70%)
Perbedaan Autisme
dengan Gangguan Lain
Retardasi
Mental
GPPH

Skizofrenia

Gangguan
Kelekatan
yang Reaktif

Gangguan
Perkembangan
Gangguan Bahasa
Pendengaran
& Penglihatan

VIDEO
IDENTIFIKASI dan
ASESMEN ANAK AUTISTIK
Lewis dan Doorlag (1978) yang menyatakan bahwa
identifikasi merupakan kegiatan awal yang mendahului
asesmen.
Identifikasi Anak
Autistik
Pengertian Identifikasi
Kegiatan mengidentifikasi adalah
kegiatan untuk mengenal atau menandai
sesuatu. Identifikasi anak autistik dapat
dikatakan sebagai suatu proses usaha untuk
menandai atau menemukan anak yang
mempunyai gejala-gejala perilaku autistik.

Identifikasi  program intervensi bagi anak autistik.


Identifikasi Anak Autistik
Tujuan Identifikasi Anak Autistik
Unt Me
Pe
SATU

DUA

TIGA
uk mbe
me daka
n ng
nan
dai
anak
autis
kl
atau
me
tik
den
as
ne
mu
gan
anak
ifi
kan -
anak
ka
ana
k- nor si
mal
ana
k
atau an
perb
yan edaa pe
g n
me den ny
mp gan
uny anak an
-
ai
geja
anak da
la-
yan
g ng
geja
la
men
gala
au
peri
lak
mi
gan
tis
u ggu
an
m
auti
stik. lain. e
Identifikasi Anak Autistik
Sasaran Identifikasi
3 kelompok gejala perilaku yang harus diperhatikan dalam identifikasi anak yang diduga
mengalami gangguan autisme (Widyawati, 2002):
1. Dalam interaksi sosial
2. Dalam komunikasi verbal dan non
verbal serta bermain
3. Dalam berbagai aktivitas dan minat

Anak-anak autistik kemungkinan sangat berbeda antara satu dengan yang lainnya,
tergantung kepada derajat kemampuan intelektual, kemampuan bahasa, dan tipe dari
autistiknya.Namun semuanya itu mempunyai diagnosis yang sama, yaitu autistik
Identifikasi Anak Autistik
Intrumen Identifikasi Autistik

Di negara-negara berkembang seperti, Amerika


Serikat instrumen identifikasi autistik yang
sudah baku sangat banyak seperti DSM IV,
Pervasive Developmental Disorder Nor
Otherwise Specified (PDDNOS). Indonesia
termasuk menggunakan DSM IV.
Skrining untuk Autisme pada Umur 18 Bulan (Sutadi,
1999)
Instrumen ini terdiri dari beberapa pertanyaan yang dibagi menjadi dua kelompok,
yaitu pertanyaan untuk orangtua dan observasi untuk dokter.

Pertanyaan untuk orang tua:


1. Apakah anak anda suka seolah-olah melakukan sesuatu, misalnya membuat teh
menggunakan cangkir dan tekomainan, atau hal pura-pura yang lain?
2. Apakah anak anda sering menunjuk-nunjuk untuk menyatakan ketertarikan terhadap
sesuatu?
3. Apakah anak anda tertarik dengan anak-anak lain?
4. Apakah anak anda senang bermain ciluk-ba atau petak umpet?
5. Apakah anak anda sering membawa serta mempelihatkan barang-barang kepada anda?
Jika dua atau lebih jawaban adalah “tidak” maka patut dicurigai adanya autisme, atau
terdapat keterlambatan perkembangan umum berat.
Observasi bagi dokter atau guru PLB dan ortopedagog

1. Saat bertemu, apakah anak melakukan kontak mata dengan anda?


2. Tarik perhatian anak, kemudian tunjuk ke seberang pada suatu benda yang
menarik dan ucapkan “Hai, lihat! Ada...... (nama suatu benda yang ditunjuk).”
Perhatikan muka anak. Apakah anak melihat kearah yang anda tunjuk?
3. Tarik perhatian anak, kemudian beri cangkir dan teko kecil mainan dan
ucapkan “Bisa/coba buat teh?” Apakah anak pura-pura menuangkan teh.
Meminumnya dan lain-lain? (Bisa menggunakan benda-benda lain untuk
bermain pura-pura).
4. Katakan pada anak “Mana lampu?” atau “Tunjuk lampu!” Apakah anak
menunjuk ke lampu?
Jika dua atau lebih jawaban adalah “tidak” maka patut dicurigai adanya
autisme, atau terdapat keterlambatan perkembangan umum berat.
Diagnostic and Statiscal Manual of Mental
IV (DSM IV)
Dalam DSM
ada 3 aspek

Pola yang dipertahankan


Gangguan kualitatif
dan diulang-ulang dalam
perilaku dalam interaksi sosial

Hambatan kualitatif dalam


komunikasi verbal dan
non verbal serta bermain
Instrumen DSM IV

LIHAT PADA LEMBAR YANG


KAMI BAGIKAN!
Cara Menafsirkannya


Bila pada aspek I, II, dan III terdapat minimal 6 gejala maka dapat dikatakan bahwa anak tersebut
mengalami gangguan autistik.

Pertama
Childhood Autism Rating Scale (CARS)

Untuk menggunakan alat ini harus dengan ketelitian dan kehati-hatian yang
tinggi. Untuk itu pelaksanaannya perlu dibekali latigan yang memadai.

Dalam mengobservasi tingkah laku anak sebaiknya dibandingkan dengan anak normal seumurnya.
Jika tingkah laku yang diobservasi tidak normal untuk anak seumurnya maka harus dipertimbangkan
sejauh mana keanehannya, frekuensinya, intensitasnya, dan lamanya tingkah laku tersebut.
14 butir yang terdiri dari CARS
Relasi (hubungan) Respon Mendengarkan

Imitasi (Meniru) Respon Kecap

Respon Emosional Ketakutan & Kegelisahan

Penggunaan Badan/Tubuh Komunikasi Verbal

Penggunaan Benda-Benda Komunikasi Non-Verbal

Adaptasi terhadap Perubahan Derajat Aktivitas


Derajat & Konsistensi Respon
Respon Visual Intelektual
Kondisi “normal” diberi skor 1, gangguan “ringan” skor 2,
gangguan “sedang” skor 3, dan gangguan “berat” skor 4. Bila
diantaranya dapat diberi nilai setengah. Misalnya kondisi anak
berada antara kondisi ringan dan sedang, maka skornya 2,5.

Kriteria penafsiran

1. Skor 14 s/d 25: bukan autisme


2. Skor 30 s/d 35: autisme ringan
3. Skor 40 s/d 50: autisme sedang
4. Skor 55 s/d 60: autisme berat
Asesmen Anak Autistik
Pengertian Asesmen

Asesemen dapat diartikan sebagai


McLoughlin & Lewis semacam kegiatan “penilaian”
Lerner (1988), asesemen yang dilakukan dengan berbagai
adalah suatu proses (1981), mernyatakan bahwa cara dengan tujuan untuk
pengumpulan informasi tentang asesemen dalam pendidikan luar mendapatkan informasi yang
seseorang anak yang akan basa adalah proses yang akurat tentang kekuatan,
digunakan untuk membuat sistematis dalam mengajukan kelemahan serta kesulitan anak
pertimbangan dan keputusan pertanyaan yang relevan secara dalam bidang tertentu, yang akan
yang berhubungan dengan anak kependidikan untuk digunakan dimanfaatkan untuk penempatan
sebagai dasar penempatan dan penyusunan program
tersebut.
pembelajaran. pendidikan atau layanan bantuan
yang diperlukan.

Hoy & Gregg (1993), untuk mengidentifikasi karakteristik anak

Tujuan Asesmen menentukan penempatan anak dalam suatu sistem layanan bantuan,
mengevaluasi kemajuan anak, dan memprediksi kebutuhan akademik
dan non akademik anak.


Sasarannya adalah kekuatan dan kelemahan anak di bidang kognitif,

Sasaran Asesmen motorik kasar, motorik halus, bahasan dan komunikasi, interaksi sosial,
kemampuan bantu diri, penglihatan, pendengaran, nutrisi, dan otot-otot
mulut.

Pelaksanaan Dilakukan oleh berbagai disiplin ilmu. Hoy & Gregg (1993) menjelaskan bahwa konsultasi kolaborasi

antar para ahli yang terkait dengan anak dengan kebutuhan kusus merupakan kunci untuk bisa membuat
keputusan yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan anak.

Asesemen

Asesmen anak autistik diperlukan keterlibatan aktif dan kerjasama anatara orangtua, guru reguler, guru,
dokter (tenaga medis), psikolog, speech patologis, terapis, pembimbing khusus, dan relawan.
Intrumen Asesmen Anak Autistik

Di negara-negara maju seperti Amerika Serikat, alat asesmen


formal untuk anak autistik sudah cukup banyak. Namun, untuk
Indonesia alat tersebut masih sangat sulit ditemukan. Umumnya
lembaga-lembaga pelayanan anak autis di Indonesia menggunakan
alat asesmen dari negara lain yang dimodifikasi sesuai dengan
kebutuhan di Indonesia
Lembaran observasi tersebut berisi identitas
anak dan sembilan kelompok materi yang hendak
diamati. Kesembilan materi pokok tersebut:
kemampuan berkomunikasi, relasi sosial/kepekaan
sosial, kemampuan sensormotorik, kemampuan
merancang, self control/perilaku, fleksibelitas,
imajinasi, pra-akademik, dan kemampuan bantu
diri.
• Instrumen ini dapat digunakan oleh guru, terapis
wicara, terapis okupasi, terapis sosial dan
psikolog.
• Pengamatan dilakukan di dalam kelas, di luar
kelas, di rumah.
• Cara pengisiannya dengan memberikan tanda
checklist pada kolom pernyataan. Observer bisa
juga menambahkan dengan keterangan ringkas
jika diperlukan.
DETEKSI DAN INTERVENSI DINI
TERHADAP PENYANDANG
AUTISME
A. Latar Belakang
Maurice (1996) : intervensi terhadap anak autistik harus dilakukan sebelum anak berusia 5
tahun potensi dasar anak penyandang autisme dapat meningkat melalui program intensif.

Dunlap dan Fox (1996) : ada beberapa pendapat alasan mengenai


efektivitas intervensi dini untuk anak penyandang autisme dan masalah
perilaku.

1. Perkembangan awal berhubungan dengan kemampuan berkomunikasi


dan pengalaman komunikasi sosial awal yang menjadi dasar dari
perkembangan bahasa dan interaksi sosial.
2. Jika tingkah laku anak balita lebih mudah dipahami, maka intervensi
lebih mudah dibuat disesuaikan dengan kebutuhan anak.
Lanjutan…
3. Karena sistem keluarga mempunyai pengaruh pada perkembangan anak-anak maka
keikutsertaan keluarga dalam seluruh aspek program intervensi sangat penting.
4. Autistik biasanya diasosiasikan dengan berbagai perilaku dimana anak, keluarga
dan teman sebayanya menjadi tenganggu. Oleh sebab itu, lebih mudah melakukan
intervensi pada saat anak masih kecil, sehingga perilaku agresif dan menyakitkan
diri sendiri seperti memukul kepala dan mengigit dapat segera diatasi.
B. Deteksi Dini
Maurince (1996) : gejala autistik umumnya sudah dapat dilacak pada bayi sebelum berumur 2,5
tahun (30 bulan). Bahkan dalam kasusu autism infantile yakni gangguan autistik yang terjadi pada anak yang
sejak lahir. Seperti yang diterangkan oleh Leo Kanner pada usia 4 bulan perilaku anak autistik seudah
nampak berbeda dengan perilaku anak normal pada umumnya.

Aspenger (dalam Sieger, 1995) anak penyandang autisme infantile pada umumnya berada
dalam kategori rentan mengalami perilaku autistik yang lebih berat dibandingakan penyandang
autism regresi.
Bentuk perilaku yang dapat diamati pada masa awal :
Masa Bayi
Usia 4 bulan menunjukkan senyum sosial apabila ada orang yang mendekatinnya serta sudah
mulai memeriksa sekeliling (lingkungan yang dapat dijangkau oleh tangannya). Namun pada
anak autistik pada umur yang sama seperti tidak menunjukkan respon walaupun dia diajak
becanda, dikelitik dan sebaginya. Kalau dia tertarik pada objek yang ada disekelilingnya
biasanya ia akan tertarik pada objek tertentu saja.
Kesulitan sejak bayi seperti bayi yang menjerit tidak tahu sebab, sering terbangun pada malam
hari dan waktu tidur tidak teratur. Bayi mungkin sulit untuk dipegang, tidak senang digending
atau dipeluk, sering merontak-rntak. Apabila usaha menanggulai masalah tersebut sering juga
bayi melakukan temper tantrum (ngambek, menyakiti diri sendir dengan membenturkan kepada
atau berguling-guling).
Gejala lain seperti berperilaku sengan tenang tidak mempunyai banyak keinginan
(hipoaktif). Bila dibaringkan di tempat tidur posisinya tidak berubah. Bayi seperti tidak
pernah merasa lapar dan haus. Tidak pernah protes dengan menangis meskipun sudah
terlambat di beri susu atau makan.
Hal yang mengkhawatirkan orang tua ialah bila anak tidak pernah mengangkat
lengannya atau menunjukkan gerakan apabila mereka akan digendong. Bila digendong sikap
tidak pernah pas dan selalu gelisah. Bayi seperti ini lebih tertarik dengan benda tertentu
dibandingkan dengan kedatangan orang yang mendekatinnya

Autisme Infantile
Usia 2-5 tahun
Autisme regresif
umumnya orang tua menyadari pada usia 1,5 – 2 tahun.
Bayi (sebelum 2 tahun) 2-3 tahun

Bayi lahir normal, pertumbuhan dan


Perkembangan terhenti,
perkembangan berjalan lancar
mengalami kemunduran,
kemauan bicara sirna, dan
kehilangan komunikasi.
Kesulitan untuk memahami suara
Orang menyangka anak autistik “tuli” atau mengabaikan suara yang sangat keras. Tetapi
anehnya mereka bereaksi terhadap suara tertentu meskipun volumennya kecil

Kesulitan untuk memahami pembicaraan


Anak autistik sudah berumur 2 atau 3 tahun belum bisa bereaksi
atas suara ibunya yang memanggil namanya.

Kesulitan waktu berbicara


Sebagian anak autistik seumur hidupnya tidak pernah berbicara dan tetap
seperti bisu. Sebagian dapat berkata-kata tapi hanya satu atau dua patah kata
saja itu karena meniru pembicaraan orang lain (kata terakhir dalam satu
kalimat). Kesulitan lain seringnya mengulang kata-kata yang disebut
ecolalia seperti konsunan yang disebut terbalik seperti perkataan yang tidak
pada situasinya.
Lanjutan…
Kelemahan pengucapan
Dalam membangun kalimat umumnya tidak dapat meletakkan
kata-kata yang merupakan permulaan kalimat atau diakhir kalimat,
sering tergopoh-gopoh tetapi tidak sempurna. Contohnya rumah
setelah roti (maksudnya adalah kita pulang kerumah setelah
membeli roti).

Kesulitan untuk memahami sesuatu yang nampak


Sebagian anak autistik benar-benar menyimak benda disekelilingnya. Banyak mainan
disekelilingnya belum tentu ia tertarik pada salah satunya. Namun tiba-tiba ia
mengambil bungkus coklat, diremas, diputar balikkan dan sebagainya. Jika
memandang orang hanya sekilas saja tapi terhadap benda yang berputar ia dapat
bermain dan memperhatikannnya dengan waktu yang lama.

Kesulitan untuk memahami bahasa tubuh


Anak normal bisa memahami isyarat-isyarat non verbal (meletakkan jari
dibibir). Tetapi anak autistik pada umumnya tidak dapat memahami apabila
mempergunakan bahasa non verbal tersebut.
Lanjutan…
Indera peraba, perasa dan pencium
Setelah menerima sepotong roti ia tidak langsung memakan roti itu
meskipun roti itu begitu merangsang bagi anak normal. Anak autistik Gerakan ritmis yang
biasanya terlebih dahulu sangat suka mengelus-ngelus, menggores- memukau
gores jarinya, dan mencium-cium roti tersebut. Bila roti tersebut sudah Beberapa anak dapat
biasa cocok dengan seleranya barulah ia akan memakannya. Anak memutar badannya tanpa
autistik ada yang seakan-akan kebal terhadap rasa sakit. Misalya jika ia jatuh ataupun sempoyongan.
terjatuh dan terluka maka ia terlihat acuh dan tidak terlihat ekspresi Gerakan kaki, tangan
kesakitan. dilakukan dengan gerakan
yang kegirangan. Tapi
banyak juga anak autistik ini
menunjukkan kecerobohan,
tidak teratur, mengaco dan
tidak bisa dikendalikan,
sempoyongan, melorot dari
pegangan ataupun dapat juga
tiba-tiba melepaskan dari
dari pegangan secara cepat.
C. Intervensi Dini Murice (1996) bahwa intervensi untuk anak
autistik sebaiknya dilakukan sebelum usia 5
tahun.

Ada juga yang mengatakan usia 2-5 tahun


adalah usia yang ideal untuk menangani anak
autistik

Pemahaman bahwa usia 0-3 tahun dalam proses perkembangan


manusia disebut “usia emas” terutama untuk perkembangan
fungsi kecerdasan. Pada usia ini, pertumbuhan dan
perkembangan manusia sangat pesat. Anatomi otak pada waktu
itu masih bersifat plastic yang masih memungkinnkan untuk
perkembangan sedemikian rupa seandainya terjadi kerusakan
atau gangguan masih dapat fungsinya diambil alih oleh bagian
lain (Rudi, 2007)
1. Bimbingan Keluarga
reaksi orang tua umumnya kecewa dan cemas, hilangan impian, harapan, kebingungan,
khawatir atas masa depan anaknya, biaya finansial yang harus dikeluarkan dan kerepotan
lainnya karena belum tahu apa yang akan dilakukan terhadap anak. Orang tuanya perlu
bantuan untuk membantu menjawab berbagai pertanyaan seperti apa penyebabnya?
bagaimana masa depan anaknya ? apakah anaknya bisa disembuhkan? dsb.

Mereka juga memerlukan pengetahuan dan keterampilan tentang bagaimana merawat


dan menangani anak mereka yang menyandang autisme. Jenis penanganan ini disebut
hometraining. Penanganan ini telah terbukti sukses diterapkan di Belanda dan Inggris
(Sleeuwen, 1996). Terapi ini bisa digunakan untuk meningkatkan:
Perkembangan sosial.
Bahasa.
Pengintegrasian atas apa yang dilihat, didengar dan dirasakan anak.
Mengurangi gerakan streotipik.
Kebutuhan yang mungkin dialami.
1. Tenaga ahli (dokter, psikolog, psikiater, guru
Konsep yang ada dalam hometraining adalah pembimbing khusus (PLB)) membantu menerangkan
berupa bimbingan yang dilakukan : kepada orang tua atau keluarga tentang apa,
bagaimana, dan diapakan anak autis itu.

3. Membuat videohome training agar orang tua dapat 2. Guru dan terapis memberikan latihan
mempelajari dan mempraktekkan di rumah. Latihan dasar sudah sederhana untuk dapat dipraktekkan
dapat dilakukan seperti : dirumah khususnya dalam memberikan
a. Kontak mata sudah ada stimulus pada anaknya dalam latihan
b. Sudah ada perhatian terhadap permainan panca indera.
c. Sudah dapat diatur, duduk sendiri
d. Anak dapat makan sendiri, dengan tidak berantakan
e. Dapat berpakaian sendiri, dsb
Maka anak autistik dapat melakukan sosialisasi dengan
playgroup atau TK.Lalu pihak TK akan melaporkan apakah
anak tersebut dapat bersosialisasi, berintegrasi dan
sebagainya.

4. Agar semua keluarga diberi tahu bahwa anak mengalami gangguan autistik sehingga masing-masing dapat
mengerti dan memberikan konstribusi yang diperlukan.
2. Bantuan lain yg bs diberikan bagi dalam
intervensi dini ada 3, yaitu:
Dipusat terapi atau klinik autisme yang telah menyediakan program
penanganan dini tersebut seperti Discrete Trail Training (DTT), Learning
Exoerince an Alternative Program for Preschooles and Parents (LEAP), Floor
time, treatment and education of autistic and relates, communication
handicapped children (TEACCH) (Mayrice, 1996).

Discrete Trail Training (DTT)


Murice (1996) menjelaskan bahwa DTT merupakan produk dari Lovaas dkk
pada Yooung Aurism Project di UCLA USA, walaupun kontroversial namun
mempunyai peran dalam pembelajarn dan hasil optimal pada anak
penyandang autisme. Program Lovaas (Program DTT) ini didasari oleh model
perilaku kondisioning operant yang merupakan faktor utama dari program ini.
Pengertian dari aplied behavioral analysis (ABA), implementasi dan evaluasi
dari berbagai prinsip dan teknik yang membentuk teori pembelajaran perilaku
adalah suatu hal yang penting dalam memahami teori perilaku Lovaas ini.
Learning Experince an Alternative
Program for Preschooles and Parents
(LEAP)
Intervensi LEAP menggabungkan Floor time
Develpmentally appropriate practive Greenspan dkk mengembangkan
(DAP0 dan teknik Aba dalam sebuah suatu pendektan perkembangan
program inklusi dimana beberapa teori terintegritas untuk intervensi anak
pembelajaran yang berbeda yang mempunyai kesulitan besar
digabungkan untuk membentuk sebuah dan berhubungan dan
kerangka konsep. Titik berat utama berkomunikasi, dari teknik
dari teori dan implementasi praktik intervensi interaktif yang
yang mendasari program ini adalah sistematik inilah yang disebut
pekembangan sosial anak. model floor time.
LEAP menggunakan teknnik
pengajaran reinforcement dan kontrol
stimulus.
Treatment and education of autistic and relatescommunication handicapped children (TEACCH)

Program nasional di North Carolina USA, yang melayani anak penyandang autisme dan diakui secara internasional
sebagai sistem pelayanan yang tidak terikat bebas. Program ini menyediakan pelayanan yang berkesinambungan untuk
individu, keluarga dan lembaga untuk anak penyandang autisme. Penangannya temasuk diagnosa, terapi, konsultasi,
kerjasama dengan masyarakat sekitar, tunjuangan hidup dan tenaga kerja, dan berbagai pelayanan lainnya untuk
memenuhi kebutuhan keluarga yang spesifik. Para terapis harus memiliki pengetahuan dalam berbagai bidang termasuk
speech pathology, lembaga kemasyarakatan, intervensi dini, pendidikan luar bisa dan psikologi.
Djamaluddin (2002) menjelaskan bahwa anak autistik yang tekah mendapatkan penanganan dini
D. Penanganan Lanjutan
dengan baik dan mendapatkan hasil yang menggembirakan, makan anak tersebut dapat dikatakan
"sembuh” dari gejala autistik.

Apabila anak sudah dapat mengendalikan perilaku sehingga tampak berperilaku normal,
berkomunikasi, dan berbicara normal, serta memiliki wawasan akademik yang cukup sesuai dengan
anak seusiannya. Anak sebaiknya sudah masuk dalam kelompok anak-anak normal sehingga dengan
demikian ia mempunyai figur anak normal dan meniru tingkah laku anak normal seusiannya.

Karakteristik anak autistik ditinjau dari kecerdasannya ada yang


normal dan ada yang keterbelakangan mental ringan sedang dan
berat. Maka diantara anak autistik meskipun telah mengikuti
program pendidikan formal disekolah normal ataupun SLB.
Keadaan ini disebabkan mengalami gangguan yang berat, untuk
mereka kemungkinan akan memerlukan perawatan dan
perlindungan selama hidupnya.
E. Program Terapi
Penunjang
1. Terapi Wicara (Speech therapy) : membantu 5. Terapi mediktosa/obat-obatan (drug
anak melancarkan otot mulutnya sehingga therapy) : dengan pemberian obat-obatan oleh
membantu anak berbicara lebih baik dokter yang berwenang

2. Terapi musik (music therapy) : dengan maksud


6. Terapi perilaku : metode membangun
agar dapat menimbulkan rangsangan kemauan
kemmapuan secara sosial bermanfaat, dan
mengekspresikan dan menyalirkan perasaannya secara
mengurangi atau menghilangkan hal kebalikan
bebas.
yang berupa masalah.

3. Terapi intergasi sensoris (sensory integration 7. Terapi melalui makanan (diet therapy):
therapy) : untuk anak yang mengalami gangguan untuk anak yang alergi dengan makanan
sensorinya tertentu.

4. Terapi okupasi : untuk melatih motorik 8. Intergrasi integrasi pendengaran (auditory integration
halus anak therapy) : agar pendengaran anak lebih sempurna
1. Terapi Wicara

Ketika ortu mulai curigai kelaninan pada anak dan biasanya pertama mereka akan
menghubungi yang berada dudunia kesehatan. Salah satu kesulitan yang biasanya dialami
anak-anak penyandang autisme adalah kesulitan berkomunikasi. Evaluasi awal dilakukan
untuk mendapatkan profil anak dan melihat tahap mana kemampuan anak berada dari sisi
kemunikasi serta saran apa yang akan diberikan untuk mengatasi masalah yang terlihat dan
biasanya diikuti dengan konseling untuk orang tua dan keluarnya laporan hasil evaluasi
awal
Peranan terapis wicara dalam kelangsungan terapi untuk anak autisme :

a. Mengajarkan suara cara untuk berkomunikasi

b. Mengajarkan atau memperbaiki kemampuan anak untuk dapat berkomunikasi secara verbal yang
baik dan fungsional. (termasuk bahasa yang resertif/ekspretif-kata benda,kata kerja,dsb,
kemampuan memulai pembicaraan).

c. Penggunaan gambar atau simbol sebagai kode bahasa


Pertama : penggunaan gambar/simbol sebagai jembatan untuk nantinya bicara
Kedua : gambar itu sendiri sebagai bahasa anak bila anak memang non-verbal
Anak yang dapat di mainstreaming keseolah biasa, kesulitan
dalam sisi bahasa dan bicara biasanya meningkat kepada tingkatan
bahasa yang lebih tinggi. Dimana anak mulai memasuki dunia
akademis, pemakaian bahsa itu sendiri menjadi lebih kommpleks.
Bahasa dan bicara mencakup pemahaman, penggunaan tata bahasa
yang benar, dapat memahami dan menceritakan kembali apa yang
dialaminya dan tentunya memakai bahasa secara sosial.

Salah satu cara yang baik dalam menangani anak autism adalah
dengan mencoba mengerti bagaimana anak melihat dunia sekitarnya
atau dari sisi pandang anak itu sendiri. Bila mendapat respon yang
“aneh” dalam berinteraksi dengan anak autisme, janganlah menimpali
dengan reaksi yang negative atau membatalkan usaha untuk
berkomunikasi dengan mereka. Teapi bertindaklah bijaksana dan
berusaha memikirkan “mengapa mereka berperilaku demikian ?”
pikirkanlah apa tujuan atau yang diinginkan dan bijaksanalah dalam
membangun jembaan interaksi dengan mereka.
2. Terapi Musik

Cara yang mudah dan sederhana asal ada kemauan yang kuat dari orang tua
maupun terapis untuk senantiasa mempraktekkannya.

Efek terapi musik pada anak autistik bisa terjadi akibat adanya stimulasi dari suara music itu sendiri atau
bisa juga dengan permainan alat music yang sederhana. Lagu yang dinyanyikan dengan benar dapat
merangsang anak untuk mau menggerakkan anggota tubuhnya.

Jadi terapi music kepada anak autistik dengan maksud agar dapat
menimbulkan rangsangan kemauan mengekspresikan dan menyalurkan
perasaan secara lebih bebas.

Tujuannya adalah meningkatkan daya konsentrasi anak,


mengembalikan individu yang tertutup ke realitas, melatih
persepsi anak, mengurangi kekakuan otot, membentuk kembali
hubungan interpersonal, meningkatkan pengenalan dan
pengetahuan tentang music, menghilangkan kelelahan dan
menciptakan suasana santai.
Tujuan Terapi Musik
Meningkatkan Daya ●
● Konsentrasi
Konsentrasi anak
bersama
anak autistik
autistik sangat
sangat rendah
bersama dengan guru atau pelatih
dengan guru atau
rendah
pelatih dapat
dapat
dan
dan mudah
mudah hilang.
menjadikan
hilang. Terapi
Terapi musik
musik yang
yang dilakukan
dilakukan
menjadikan sarana meningkatkan daya konsentrasi
sarana meningkatkan daya konsentrasi

Konsentrasi Anak anak.


anak.

Mengembalikan Individu ●
● Anak
Anak luar
musik,
luar biasa
biasa sering
sering bersifat
bersifat tertutup,
tertutup, sering
sering mogok
mogok melakukan
melakukan tugas
tugas dan
dan kegiatan
kegiatan kelas.
kelas. Dengan
musik, terbuka jiwanya dan rasa individunya menuju dunia luar. Hal ini guru membentuk suatu media
terbuka jiwanya dan rasa individunya menuju dunia luar. Hal ini guru membentuk
Dengan terapi
suatu
terapi
media atau
atau

yang Tertutup ke Realitas sarana


sarana agar
agar anak
anak melaksanakan
melaksanakan dan
dan melihatkan
melihatkan dirinya
dirinya pada
pada kegiatan
kegiatan dan
dan cara
cara yang
yang sangat
sangat menyenangkan.
menyenangkan.

Dengan
Dengan mendengarkan
mendengarkan tepukan
tepukan irama
irama yang
yang memiliki
memiliki ritme
ritme teratur
teratur atau
atau bunyi
bunyi alat
alat musik
musik tertentu,
tertentu, anak
anak akan
Melatih Persepsi Anak


akan
terangsang
terangsang untuk memperhatikan dan menikmati dengan konsentrasi. Dengan itu, mereka akan melihat dan
untuk memperhatikan dan menikmati dengan konsentrasi. Dengan itu, mereka akan melihat dan
memperhatikan
memperhatikan cara
cara membunyikan
membunyikan alat
alat musik
musik itu
itu dengar
dengar baik.
baik.

Mengurangi Ajakan
Ajakan bernyanyi,


bernyanyi, bertepuk
menggerakkan
menggerakkan anggota
bertepuk tangan
anggota tubuh
tangan atau
tubuh yang
atau menyembunyikan
yang kaku
menyembunyikan alat
kaku dan
dan lemah.
alat musik
lemah. Melakukan
musik tertentu
Melakukan latihan
tertentu merangsang
latihan ini,
ini, akan
merangsang anak
akan membawa
anak untuk
membawa dampak
untuk
dampak yang
yang

Kekakuan Otot
positif
positif serta
serta dapat
dapat mengurangi
mengurangi atau
atau menghilangkan
menghilangkan kekakuan
kekakuan otot.
otot.
Membentuk Kembali
Hubungan interpersonal dapat dibentuk dengan kegiatan
Hubungan

terapi musik secara berkelompok menurut tingkat kelas.


Interpersonal

Meningkatkan pengenalan ●
Anak autistik atau guru, mungkin akan merasa pesimis untuk mampu memainkan alat

dan pengetahuan tentang musik tertentu, sebab sadar akan kekurangan diri mereka. Untuk menghilangkan rasa itu,
maka terapi musik dimulai dengan alat musik yang sederhana yang dapat dibuat sendiri
dari kaleng botol kosong, kentongan atau apa saja yang dapat menimbulkan bunyi.
musik

Menghilangkan Kelelahan ●
Pada hakekatnya seni musik, seni tari, seni suara dan seni drama yang baik jika
dinikmati akan menjadi hiburan segar untuk menghilangkan kelelahan jasmani dan
dan Menciptakan Suasana ketegangan itu menimbulkan suasana santai pada diri seseorang termasuk
penyandang autisme.
Santai
Terapi Integrasi Sensori

Salah satu asumsi dari teori Sensory Lebih lanjut dijelaskannya, bahwa salah satu
Integration didasari oleh pengetahuan tugas penting dari struktur subcortical
adalah menerima, menyaring, dan Dalam terapi Sensory Integration,
bahwa otak adalah suatu organ yang
memperhalus input-input sensorik, sebelum usaha untuk memperbaiki efisiensi
berfungsi secara terintegrasi, tetapi melanjutkan input-input yang telah
terdiri atas struktur yang terorganisasi kinerji batang otak dan thalamus
diintegrasikan tersebut ke corteks otak. Jadi,
secara hirarkis. Tingkat yang lebih fungsi corteks otak tergantung pda fungsi
ini, dikerjakan dengan
luhur, yaitu corteks otak (bagian kulit) struktur subcortical untuk mendapatkan membimbing anak untuk
mempunyai fungsi luhur seperti input sensorik yang terorganisir, agar dapat berpartisipasi secara aktif dalam
abstraksi, logika, bahasa, dan diolah dan dianalisa untuk menyiapkan melakukan berbagai aktivitas
sebagainya. Sedangkan tingkat yang reaksi yang tepat terhadap input-input
sensorik tersebut. Aspek yang penting dari yang terutama dapat memberikan
lebih rendah (struktur subcortical)
sensory integration ini, terutama terjadi di masukan input-input vestibuler dan
mempunyai fungsi yang disfus dan
kurang spesifik tetapi mempunyai
batang otak dan thalamus. Proses somatosensori (taktil dan
pengintegrasian dari input-input vestibular, proprioseptif).
pengaruh yang bermakna terhadap taktil dan proprioseptif, terutama terjadi di
keseluruhan kinerja otak (Utama, 2002). bagian otak ini.
Masalah sensory intergration yang seringkali ditemukan
pada anak-anak penyandang autisme :
M asalahdalam
Masalah padapola
berbagai
regulasi
Pola registrasi dan
fungsi
yang pendukung
berhubungan dengan
modulasi
fungsi sensorik
prosesRAS (reticular
sensory
yang tidak
aktivating
integration konsisten
system)

Ma
sal
ah
dal
am
me
ngo
rga
nis
asi
kan
inp
ut-
inp
ut
sen
sori
k
unt
uk
me
ngh
asil
kan
res
pon
yan
g
ses
uai
Hal-hal yang Perlu Diperhatikan

Pemberian input-input sensorik Terapi sensory integration


yang bersifat terapeutik perlu pula merupakan bagian dari
dilakukan diluar jam terapi, agar penatalaksanaan terpadu bagi anak-
otak mendapatkan input yang anak dengan gangguan spektrum
cukup kuat untuk mempengaruhi autistik ; yaitu bagian dari
plastistas otak dengan baik. integrated development therapy.

Terapi integrasi sensoris ini hanya Peranan orang tua dan


merupakan bagian dari pendekatan
terapi okupasi. Dalam terapi okupasi, orang-orang lain disekitar
anak diberi bantuan agar dapat anak terhadap keberhasilan
melakukan peran yang dituntuti dari
setiap anak yang berkembang sesuai
dari terapi integrasi sensoris
dengan usianya. ini sangat besar.
Terapi Okupasi
Sebagai penyandang autisme mempunyai perkembangan motorik yang kurang baik. Pada anak-anak
ini perlu di berikan bantuan terapi okupasi untuk membantu menguatkan, memperbaiki koordinasi
dan keterampilan otot-otot halusnya. Misalnya, otot jari tangan supaya anak bisa menulis dan
melakukan keterampilan otot tangan.

Menurut Muntoro (2002), menjelaskan bahwa terapi okupasi merupakan


salah satu bentuk bantuan yang diperlukan oleh anak autis agar dapat
meningkatkan kemampuan fisik, kognisi, dan psikosial.
Terapi Mediktosa
Budiman (1997) Memberikan obat
Terapi Mediktosa

Terapi Mediktosa
menjelaskan atau vitamin dan
health food pada
bahwa saat ini anak-anak haruslah
pengobatan anak sangat hati-hati,
autistik lebih karena bisa
ditujukan untuk memberi efek
mencoba samping yang
membahayakan
memperbaiki
anak. Beberapa
komunikasi, vitamin yang telah
memperbaiki diujicobakan pada
respons, penyandang
terhadap autisme di beberapa
lingkungan dan negara adalah
megadosis vitamin
menghilangkan B6, magnesium,
perilaku aneh vitamin B15 dan
dan diulang- asam folat. Hasil
ulang. Karena yang cukup baik
gangguan yang diperoleh sekitar
40% dari
terjadi pada anak pemakainya,
autistik di dalam sedangkan 60%
otak, maka obat- mengeluhkan
obatan yang bermacam-macam
dipakai tentu efek samping
seperti sulit tidur,
saja obat-obatan
hiperaktivitas,
yang bekerja di marah-marah,
otak. agresi dan
mengompol.
Beberapa penelitian yang dilakukan oleh Autism research review
internatinal tentang penggunaan vitamin B6 untuk menangani kasus
autisme. Hasil penelitian tersebut menunjukkan hasil yang positif dan
tidak ditemukan efek yang merugikan. Prof. Enoch Callaway juga
mengadakan penelitian terhadap anak autistik dengan sampel diberi
vitamin B6 antara 300mg-500mg per hari. Juga diberikan beberapa
ratus magnesium dan vitamin B kompleks perhari dan menunjukkan
hasil yang luar biasa. Peneliti lain Le Lord tidak hanya meneiti
tentang perubahan tingkah laku, tetapi juga tentang aktivitas elektris
otak, ekskresi asam amino homovanilik (HVA) dan hasil metabolisme
urin lainnya. Hasilnya positif; dari 91 pasien didapati 14% mengalami
perbaikan luar biasa, 33% membaik, 42% tetap, dan 11% memburuk.
Menurut Budiman (1996), pemberian obat
pada anak autistik harus didasarkan pada
diagnosis yang tepat, indikasi yang kuat,
pemakaian obat seperlunya, pemantauan
ketat gejala-gejala efek samping, dosis obat
terus menerus disesuaikan dengan kebutuhan,
pakai obat yang sudah dikenal, dan setiap
Terapi Perilaku

Terapi perilaku sangat penting untuk membantu penyandang


autisme agar lebih bisa menyesuaikan diri dalam masyarakat.
Bukan saja guru yang harus menerapkan terapi perilaku pada anak saat
belajar, namun setiap anggota keluarga di rumah harus bersikap sama
dan konsisten dalam menghadapi penyandang autisme.

Terapi perilaku (behavioral management/ motication/ intervertion/ therapy) adalah suatu


metode untuk membangun kemampuan yang secara sosial bermanfaat, dan mengrangi atau
menghilangkan hal-hak kebalikan yang berupa masalah. (Rudi, 1997). Lebih lanjut Rudi
menjelaskan bahwa metode ini memecah setiap keterampilan yang tidak dimiliki oleh anak,
yaitu dari respon sederhana sampai kepada keterampilan kompleks/ rumit. Misalnya dari kontak
mata, sampai dengan komunikasi spontan dan interaksi sosial.
Setiap langkah diajarkan secara sistematk, terstruktur, dan terukur.
Dimulai dengan sistem one-on-one (satu guru satu murid). Respon anak
dicatat dan dievaluasi sesuai dengan kriteria yang sudah dibuat.

Respon sederhana secara sistematik dibangun menjadi respon-respon yang


komplek dan terkombinasi serta bervariasi, sesuai umur anak. Kemuadian
dilakukan perluasan dan generalisasi terhadap kemampuan keterampilan
yang sudah dikuasai pada situasi yang alamiah, juga secara bertahap
dialihkan dari instruksi satu guru satu murud ke kelompok kecil
kemuadian kelompok besar. Jadi hal yang terpenting adalah
“mengajarkan anak belajar untuk belajar”.
Terapi Melalui Makanan

Anak austistik pada umunya terdapat kelainan perilaku hiperaktif. Pemunculan


perilaku hiperaktifnya tersebut ada hubungan dengan zat makanan yang
dikonsumsi mereka.

Pencernaan anak autistik tidak mampu mencerna protein casein dan gluten secara
sempurna, sehingga masih ada mata rantai asam amino yag belum terputus.
Serpihan 2 atau 3 asam amino yang masih berantai berantai ini disebut peptida
(gema talitakum, edisi Juni 2002). Peptida seharusnya dikeluarkan melalui urine,
namun pada anak autistik masih ada bagian peptida yang terserap ke otak dan
kemudian diikat di otak oleh reseptor opoid. Peptida kemudian berubah berubah
di otak dan berfungsi seperti morfin. Otak dipengruhi sedemikian rupa sehingga
fungsinya kacau. Yang berpengaruh adalah perilaku, emosi, persepsi dan kognisi
sehingga membuat gejala-gejala autistik menjadi semakin parah.
Oleh karena itu, sebaiknya makanan
yang mengandung casein dan gluten
dihilangkan dari makanan anak, seperti:

Susu sapi dan kambing dan produk-produknya (keju


dan mentega)

Tepung terigu dan produknya (roti, biskuit, mi, dsb)

Manis-manis karena bisa menambah hiperaktivitas anak


Terapi Integrasi Pendengaran

Kebanyakan anak autistik modalitas auditorinya merupakan organ


yang sensitif. Melalui audiogram diketahui bahwa anak autustik
mempunyai pendengaran yang lebih sensitif dibandingkan orang pada
umunya. Beberapa anak autistik sensitif terhadap frekuensi tertentu dan
hal itu menunjukkan mengapa ada beberapa yang terganggu atau
kegaduhan, sedangkan yang lain tidak. Terapi ini disebut dengan
auditory integration therapy sebagai treatment bagi yang hypersensitif
terhadap suara. Terapi belajar selama 20-30 menit satu sesi dengan
mendengarkan musik yang dihubungkan melalui alat klasik
audiokinetron dan sesi ini biasanya dijadwalkan 2 kali sehari selama 10
hari.
Budiman (1997) menjelakan bahwa keberhasilan dari
terapi yang dilakukan terhadap penyandang autisme
tergantung dari beberapa faktor:

Berat atau ringannya gejala

Tingkat keberhasilan yang dicapai dalam melaksanakan terapi terhadap penyandang autisme sangat dipengaruhi oleh
derajat gangguan yang dialaminya. Semakin berat derajat autistik yang dialami seseorang, maka semakin sulit pula
mencapai keberhasilan yang memuaskan.
Lanjutan...

Bicara dan Bahasa

Tidak semua penyandang autisme berhasil mengembangkan fungsi bicara dan


berbahasanya. Mereka yang fungsi bicara dan berbahasanya baik tentu lebih mudah
diajar berkomunikasi.
VIDEO
TERAPI
(penyembuha
n  jasmani,
penyesuaian
diri, dan
fungsi
berpikir)

Usaha
penyembuhan
terhadap anak
yang mengalami
kelainan mental
& fisik dengan
jalan
memberikan
keaktifan kerja
sehingga
mengurangi
penderitaan
yang dialami
anak.
(Kusnanto)
OKUPAS
I
(Kesibuka
n atau
pekerjaan
tertentu)
Rasa bahagia dan mengurangi
Anak autis dapat melakukan
Harga dirinya tumbuh rasa rendah diri maupun sakit
sesuatu yang menjadi tugasnya
yang dideritanya
Terapi Okupasi merupakan beberapa disiplin ilmu,
antara lain seni dan pendidikan  dapat membantu
pengobatan fisik, emosi, dan sosial anak.

TERAPI OKUPASI
SENI


Anak tidak merasa dipaksa dan dapat memahami kegiatan sebagai suatu kebutuhan dan akhirnya menjadi suatu
keahlian yang dapat dijadikan bekal hidup.

ILMU PENGETAHUAN


Sebelum memberikan kegiatan, terapis harus menguasai materi latihan, suasana, pendekatan, alat, tempat, dan
waktu yang disesuaikan dengan keadaan anak.

JIKA DISIAPKAN DENGAN BAIK, ANAK AKAN SENANG MELAKUKAN KEGIATAN DAN
TIDAK MERASA TERPAKSA ATAU TERBEBANI.
Disiplin Ilmu yang Mendukung Terapi Okupasi

Ilmu Tubuh Ilmu Psikologi 


Manusia  Psikologi
Anatomi, fisiologi perkembangan,
dan genetika, psikologi umum,
kinesologi, dan psikologi
neurologi. pendidikan.

Ortopedagogik 
Ilmu Pendidikan
Ilmu pendidikan
 Pemahaman
bagi anak luar
dan keterampilan.
biasa.
PERSIAPAN TERAPI OKUPASI

Materi latihan dipilih dan ditentukan dengan memperhatikan karakteristik atau ciri khas anak autis. Nama dan bahan
MATERI LATIHAN latihan bisa sama, tetapi kedalaman dan keluasan materi latihan anak autis antara satu dengan lainnya berbeda.

CARA / PENDEKATAN

Cara atau pendekan latihan perlu memperhatikan karakteristik anak. Lebih
baik sistem kelompok atau individual?  tergantung tujuan latihan.


Menyangkut kapan latihan diberikan dan berapa lamanya. Latihan sebaiknya diberikan
WAKTU dalam waktu tidak terlalu lama, tetapi sering. Hentikan jika anak tampak bosan.


Sebaiknya, tempat yang digunakan disesuaikan dengan keadaan anak,
TEMPAT
materi latihan, dan alat yang dibutuhkan.
TUJUAN TERAPI OKUPASI

Diversional

TO dapat digunakan untuk mengalihkan perhatian agar tidak terjadi neurosis dan
memelihara mental.

TO juga digunakan untuk menyalurkan emosi atau kekesalan.

Pemulihan ●
Membuat persendian, otot, dan kondisi tubuh umumnya dapat berfungsi
sebagaimana mestinya sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidup.
Fungsional
Latihan-Latihan ●
Memberikan anak peluang persiapan menghadapi tugas,
pekerjaan , atau profesi yang sesuai dengan kondisinya.
Prevokasional
Sasaran Terapi Okupasi

Meliputi peningkatan dan pertumbuhan fisik yang memerlukan daya


ASPEK FISIK tahan tubuh, keceptan bergerak, kemampuan gerak, dan kekuatan.

Meliputi cara anak menambah pengetahuan tentang tubuh sebagai sarana gerak,
ASPEK INTELEKTUAL kebiasaan hidup sehat, menyelesaikan masalah yang dihadapi, dan peningkatan
daya kreativitas.

Meliputi peningkatan hubungan yang sehat di dalam


ASPEK SOSIAL DAN EMOSI kelompok.
SASARAN TERAPI OKUPASI KHUSUS
ANAK AUTIS

Anak diharapkan dapat mencapai suatu pekerjaan tertentu. Hanya, perlu


ANAK AUTIS BER-INTELEGENSIA penekanan pada latihan pemulihan fungsi tubuh, penyesuaian, atau
NORMAL prevokasional. Biasanya membutuhkan waktu terapi yang tidak terlalu
lama dan materi latihan lebih tinggi dan banyak.

Kemungkinan anak kurang atau tidak dapat memiliki salah satu


ANAK AUTIS BER-INTELEGENSIA DI vokasional tingkat terampil. Meskipun mereka dapat mengikuti
BAWAH NORMAL persiapan (prevokasional), tetapi tidak akan selancar anak lainnya.
Waktu terapi relatif lebih lama dan butuh penyederhanaan materi.
Sasaran Terapi Okupasi Khusus bagi Anak
Autis

Memiliki kemampuan... Memiliki kemampuan... Memiliki kemampuan... Memiliki kemampuan...

Berkomunikasi
Mobilitas (gerak)
meskipun
Persepsi yang Bergaul yang
yang baik. sederhana. baik. sederhana.

Mengurus diri Dalam menggunakan


Gerak motorik suatu kesibukan yang
kasar dan halus.
sendiri secara Mereaksi. dapat menjadi suatu
sederhana. kebiasaan
Pelaksanaan Terapi Okupasi

Dalam menentukan bahan latihan, kita harus mengukur kemampuan anak autis berdasarkan gradasi autismenya.
Selain itu, yang diperlukan adalah usia mental.


Penentuan Bahan

Terapis dapat menyusun langkah-langkah sensiri yang lebih sesuai kemampuan anak dan urutan terapi bisa
ditambah atau dikurangi sesuai kemampuan anak.


Langkah Pelaksanaan
Penilaian
1. Kolom uraian  diisi dengan tahapan-tahapan tugas uang dilakukan anak sehingga tercermin apa saja yang
dapat dilakukannya.
2. Kolom 1 s.d. 6  latihan dilakukan enam kali, berarti latihan tidak perlu dilakukan terlalu lama, tetapi
rutin.
3. Kolom tanggal untuk mengingatkan terapis mengenai waktu pelaksanaan latihan.
4. Kolom rata-rata untuk melihat kemampuan anak melakukan latihan secara kurun waktu enam kali laihan
untuk satu macam tugas.
5. Kolom jumlah  berada pada bagian bawah tabel untuk mencatat jumlah skor yang dicapai anak untuk
semua tugas yang tercantum di kolom uraian.
6. Kolom skor rata-rata  terdapat di bawah tabel untuk mencatat skor rata-rata kemampuan anak untuk
keselurihan item tugas yang tercantum di kolom uraian.
7. Kolom keterangan  berisi tanda atau keterangan dan bobot nilai 2 jika anak dapat melakukan tugas tanpa
bantuan, nilai 1 jika anak dapat melakukan tugas dengan bantuan, dan nilai 0 jika anak tidak mampu
melakukan tugas.
Berdasarkan penilaian tersebut akhirnya dapat diperoleh kesimpulan baik berupa nilai kuantitatif maupun
kualitatif.
Ragam Latihan Terapi Okupasi
(Usia 3 tahun s.d. 6 tahun)

Latihan Mereaksi

Kebiasaan Gerak

Kegiatan yang Bermanfaat

Kemampuan Motorik Kasar

Kemampuan Motorik Halus

Pengembangan Fungsi Indera


Ragam Latihan Terapi Okupasi
(Usia 3 tahun s.d. 6 tahun)
Kemampuan Mengurus Diri

Keselamatan Diri

Kemampuan Komunikasi

Orientasi Lingkungan

Kemampuan Sosial

Kesibukan

VIDEO
RAGAM LATIHAN TERAPI
OKUPASI

Latihan Mereaksi


Latihan memanggil namanya

Kegiatan terapis : Menatap mata orang yang berbicara dengannya.

Kegiatan anak Evaluasi : Menoleh jika dipanggil namanya.

Aspek yang dinilai : Menunjukkan reaksi jika diajak berbicara.

Kebiasaan Gerak


Latihan jalan pada garis lurus

Kegiatan Terapis : Bimbinglah anak jalan, kemudian menyuruhnya berjalan sendiri diatas garis.

Kegiatan Anak: Anak berjalan secara bebas terlebih dahulu, kemudian jalan diatas garis lurus.

Evaluasi : Berjalan dengan arah bebas , Berjalan pada garis walau hanya beberapa langkah, Berjalan pada garis lurus.
Kegiatan yang bermanfaat


Latihan membuat bentuk-bentuk sederhana

Kegiatan Terapis : Memberi contoh cara membulatkan plastisin. Memegang tangan anak dan mengajarkan cara membulatkan plastisin.

Kegiatan Anak : Anak memegang plastisin, ditaruhhnya ditelapak tangannya, kemudian dibentuk bulat.

Evaluasi : Mengambil plastisin secara bebas, menaruh plastisin ditelapak tangannya, membulatkan plastisin ditelapak tangannya.

Kemampuan motorik kasar


Latihan 1. Berjalan bebas tanpa bantuan

Latihan 2. Melempar bola : menggunakan bola karet, jarak antara terapis dengan anak kira-kira 2 meter.

Latihan 3. Melompat dengan dua kaki
Kemampuan motorik halus


Menyusun kubus

Memungut/mengambil benda kecil

Merangkai benda kecil
PENGEMBANGAN FUNGSI INDERA
Mereaksi bunyi dengan ekspresi muka atau badan Menyortir bentuk

Membedakan bunyi keras dan pelan Menyortir warna

Indera Indera
pendengaran Penglihatan
Indera Peraba Indera Pengecap Indera Penciuman

Meraba benda kasar dan Mereaksi bau busuk dan


halus harum
Latihan membedakan
rasa manis dan pahit
Membedakan benda
Mencium bau harum
ringan dan berat
Kemampuan mengurus diri
Makan dan Minum
Kebersihan Diri
Berpakaian dan Rias diri
Menyisir rambut

Keselamatan diri
Latihan 1. Bahaya benda tajam
Latihan 2. Bahaya listrik dan pencegahannya
Latihan 3. Bahaya api

Kemampuan Komunikasi
Latihan 1. Komunikasi pasif menjalankan perintah sederhana
Latihan 2. Komunikasi aktif mengenai identitas diri
Latihan 3. Mengucapkan beberapa kata sederhana
Orientasi Lingkungan
Latihan keadaan kamar anak

Kemampuan Sosial
Latihan 1. Bersosialisasi
Latihan 2. Memelihara milik sendiri

Kesibukan
Latihan 1. Membuat bentuk dengan plastisin
Latihan 2. Melukis dengan jari
Tiga jenis terapi yang masih merupakan cakupan
terapi okupasi (OT), yaitu terapi bermain, terapi
musik, dan terapi sensori integritas.
A. Terapi Bermain
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, pengertian bermain adalah
melakukan sesuatu untuk bersenang-senang. Menurut Elizabeth
hurlock (1194), bermain adalah setiap kegiatan yang dilakukan
untuk kesengan yang ditimbulkan tanpa mempertimbangkan hasil
akhir.

Pertumbuhan dan Pertumbuhan dan


perkembangan intelektual Pertumbuhan dan perkembangan sosial
dilatih ketika anak perkembangan emosi dilatih ketika anak
menemukan, memeriksa, dilatih ketika anak meningkatkan hubungan
dan menerangkan atau menemukan rasa senang. yang sehat dengan orang
memberi tanda atas lain, menolong dan
rangsangan yang memperhatikan
ditemukan saat bermain. kepentingan orang lain.

Bermain menimbulkan kesenangan,
kenikmatan, dan tidak ada unsru
paksaan.
Bermain berbeda dengan aktivitas lainnya karena mempunyai ciri sebagai berikut:

Bermain menimbulkan motivasi diri
karena menyenangi aktivitasnya.

Bermain bersifat spontan dan sukarela.

Bermain mempunyai beberapa
peraturan dari pemainnya sendiri.
Ruang Lingkup Terapi Bermain

Ruang lingkup terapi bermain anak autis dirumuskan berdasarkan karakteristik


anak, tujuan, maupun sasarannya.
SECARA UMUM, RUANG LINGKUP TERAPI
BERMAIN
SEBAGAI BERIKUT :


Hal-hal yang menarik untuk pengembangan
Bermain yang fungsi mata, telinga dan latihan otot-otot.
Hal-hal dalam pengembangan kekuatan,
berkaitan dengan

misalnya mengangkat dan menaruh benda


latihan sensorik secara sendiri maupun bersama-sama,
motor membedakan berat-ringan, keras lunak,
bergerak sesuai ukuran jarak.
Bermain untuk mengembangkan imajinasi, kreasi, ekspresi, memupuk
kekuatan otot, melatih memecahkan masalah, dan menimbulkan rasa
percaya diri.

Latihan otot besar

Latihan berpikir dan pemecahan masalah

Latihan percaya diri

Latihan berkreasi dan ekspresi


Pelaksanaan terapi bermain untuk anak autis
Berikut ini beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam melaksanakan terapi
bermain pada anak autis.

Keadaan anak
B. Ragam Latihan Terapi Bermain
1. Sensorik motor
Digunakan untuk pengembangan otot-otot,
fungsi mata, telinga, dan pengertian.

Berjalan pada tali

Menempel Menendang bola

Membentuk Melempar bola

Mendorong bola Membuat menara dari balok


2. Bermain 3. Pengembangan Komunikasi dan
Simbol Sosialisasi

Naik dan
Permainan
turun
mendaki
tanngga
Bermain di Bak Pasir
Memasang
dan Melukis
membongkar dengan
puzzle jari
sederhana
C. Terapi Sensori Integrasi

Sensori Integrasi (sensory integration) merupakan teori yang dikembangkan Dr.


Ayres dan rekan-rekannya melalui berbagai penelitian terhadap sejumlah anak di
Amerika dan Kanada. Teori ini menjelaskan proses biologis pada otak untuk
mengolah serta menggunakan berbagai informasi secara baik dan sesuai situasi.

Input sensorik bermacam-macam, bisa dirasa dengan rabaan, didengar, dilihat dan
dicium.
LANJUTAN.....

• Jika sensoriknya tidak bekerja dengan baik maka anak autis kurang
atau tidak mampu menerima input sensorik dengan baik. Dengan
terapi sensori integrasi, anak dibimbing melakukan berbagai aktivitas
yang akan memberinya berbagai input sensorik secara aktif.
• Terapi dirancang untuk memberikan perangsangan vestibuler
(keseimbangan), proprioseptif (gerak, tekan, dan posisi sendi otot),
taktil (raba), auditori (pendengaran), dan visual (penglihatan ) .
• Biasanya, terapi sensori integrasi diberikan 1-2 kali seminggu selama
satu jam atau tergantung dari kebutuhan anak dan tersedianya sarana
terapis. Waktu terapis berkisar antara enam bulan hingga dua tahun.
Kadang ada anak yang memerlukan terapi secara periodik, misalnya 6-
9 bulan, lalu diulangi lagi beberapa waktu kemudian.
• Perlu diketahui, terapii sensori integrasi hanya sebagian dari
pendekatan terapi okupasi (OT). Jadi, anak tetap memerlukan terapi
lain untuk mendukung terapi ini.
Jika terapi sensori integrasi berhasil anak dapat memproses berbagai informasi
sensorik yang kompleks dengan lebih baik. Ini memberi pengaruh besar bagi
kemampuan anak melakukan aktivitas sehari-hari.

Setelah anak lebih mampu mengamati dan memahami lingkungannya,


minatnya bersosialisasi pun akan timbul. Perbaikan pada koordinasi motorik
akan memperbaiki kemampuan motorik anak, sehingga anak lebih terampil
dalam melakukan aktivitas yang mencakup keterampilan motorik kasar
maupun halus. Ini akan menunjang kemampuan anak dalam menyesuaikan diri,
mengontrol emosi, dan memperbesar rasa pecaya dirinya.
D. Terapi Snoezelen

Snoezelen dikembangkan
Terapi snoezelen merupakan
sejak tahun 1960-an di AS,
aktivitas yang dirancang
lalu dikembangkan di
untuk mempengaruhi sistem
Belanda tahun 1975 oleh dua
saraf pusat (SSP) melalui
orang ahli, yaitu Jan
pemberian rangsangan yang
Hulsegge dan Ad Verheul.
cukup pada sistem sensori
Kata Snoezelen sendiri
primer anak, seperti
adalah bahasa Belanda,
penglihatan, pendengaran,
snuffelen (to sniff atau
peraba, perasa lidah, pembau,
mencium) dan doezelen (to
dan juga pada sistem sensoris
doze atau tidur sebentar),
internal (vestibular dan
yang bermakna nyaman dan
proprioseptif).
rileks.
Sarana
relaksasi.

Sarana
leisure
environment
Berikut ini beberapa fungsi terapi snoezelen
bagi anak autis :
Sarana
terapi
Sarana
pemberian
pengalaman
sensori
Tujuan Snoezelen
Secara umum, ada beberapa tujuan yang dapat dicapai dalam melakukan terapi ini,
seperti berikut :

Anak dapat menikmati permainan, aktivitas atau dirinya sendiri.


Anak dapat rileks baik mental maupun fisik.
Anak meningkatkan kesadarannya.
Anak mampu berinisiatif melakukan aktivitas.
Anak mampu melakukan aktivitas.
Anak mendapatkan rasa percaya diri.
Meningkatkan hubungan erat antara anak dengan orang tua/terapis.
Meningkatkan kemampuan anak lebih jauh lagi, baik secara langsung
maupun tidak langsung.
Fasilitas yang menunjang untuk mencapai
tujuan terapi ini
2


Menyediakan lingkungan ●
Memberikan kepercayaan dan
yang aman dan tenang. perhatian pada anak.

Menciptakan suasana rileks
dan nyaman.

1 5
Mencapai snoezelen yang optimum
Sikap dasar
Peluangyang benar.
menikmati
Bimbingan
yang tepat

Pengulanga
n
Hal yang penting
selama terapi
snoezelen Suasana
yang cocok

Durasi
cukup
Stimuli sesuai
kondisi anak
Efek stimuli

a. Stimuli penglihatan
Stimuli penglihatan diberikan dalam bentuk warna. Warna dibagi
menjadi dua, yaitu warna hangat (merah, oranye, kuning) dan warna
lembut (hijau, biru, dan warna lainnya).
Warna Biru Warna Kuning
Untuk menurunkan denyut Memiliki efek yang sama
jantung, tekanan darah dan Warna Merah dengan merah dan oranye,
frekuensi nafas hingga dua Merah merupakan warna tetapi paling ringan. Kuning
puluh persen. Selain itu, untuk excited, berfungsi untuk merupakan warna stabil, dapat
relaksasi, mengurangi rasa meningkatkan aktivitas otak meningkatkan penampilan yang
khawatir, cemas, nafsu makan, dan tonus otot, juga baik, konsentrasi, dan
dan meditasi. memberikan rasa hangat. produktivitas.
b. Stimuli pendengaran
Musik memiliki pengaruh kuat terhadap perkembangan otak
manusia. Menurut penelitian Donald Hodges, umumnya para
musisi memiliki ukuran otak lebih besar daripada yang bukan
musisi, khususnya jika mereka belajar musik sejak usia tujuh
tahun, otak bagian platinum temporate dan corpus callosum
yang banyak berperan dalam proses verbal dan pendengaran,
pengirim pesan berita dari otak kiri ke kanan dan sebaliknya.
c. Stimuli penciuman
Pemberian rangsang pensiuman berupa aroma terapi
harus disesuaikan dengan kebutuhan anak. Untuk anak yang
sangat sensitif terhadap stimuli, gunakan aroma peppermint
untuk memudahkannya bernafas dalam, aroma mawar untuk
menekan rasa takut dan memberi pengalaman positif, aroma
patchouli (sejenis minyak tumbuh-tumbuhan) untuk
memperbaiki sikap cuek dan memudahkan anak dikontrol
dan aroma camella untuk menenangkan.
Beberapa fungsi aroma berdasarkan jenisnya

Membantu mencegah flu, demam, infeksi dan detixifikasi, meredakan


Aroma bunga thyme radang paru-paru dll.

Meningkatkan kesiagaan, memperbaiki sistem pernapasan, melegakan


Aroma bunga eukaliptus pernapasan, mencegah asma, batuk dll.

Aroma melati Mencegah perubahan dari kurang sensitif ke terlalu sensitif dan sebaliknya.

Memperbaiki rasa percaya diri, mencegah infeksi, meredakan hidung


Aroma basilica (kemangi atau selasih) tersbumbat, memperbaiki sistem pernapasan dll.
Ruang terapi Snoezelen

Sebenarnya, terapi ini tidak selalu harus dilakukan di Penggunakan ruang terapi ini bisa di pusat
Beberapa jenis ruang terapi ini, yaitu ruang relaksasi
ruang khusus. Aktivitas terapi ini bisa dilakukan di luar
ruangan atau rumah, juga diberikan dalam aplikasi
(ruang gelap), ruang aktivitas (ruang “petualangan”), rehabilitasi, klinik anak, sekolah, rumah
ruang putih (white room), dan alamiah (natural room). sakit, dan di rumah.
sehari-hari.
Terapi Musik
Penggunaan musik dapat
Musik adalah bagian dari menghilangkan rasa tidak percaya diri,
kehidupan dan perkembangan menghilangkan perasaan gelisah dalam
hidup manusia hidup seseorang tanpa sebab tertentu

A. T Mahmud Sigmund Freud


Pandangan ini berkembang terus sehingga
terapi musik bukanlah semata-mata untuk
penyembuhan, tetapi juga mencakup usaha
pengembangan atau peningkatan keadaan
individu.
Para ahli percaya musik dapat dijadikan wahana untuk kegiatan pendidikan,
baik bagi anak normal maupun anak berkelainan khusus seperti penderita
autisme.

Andiek Sumarno dan kawan-kawan mengemukakan "Terapi musik dalam


pendidikan adalah usaha mendidik melalui pelajaran musik untuk menumbuhkan
cipta rasa karsa estetik (keindahan) anak untuk mempengaruhi perkembangan dan
pertumbuhan psikomotorik dan fisiomotorik secara optimum".

Misalnya, seorang anak autis yang tidak mau bergerak atau tidak teratur
geraknya, melalui terapi musik dapat bergerak secara terarah sehingga dapat belajar
dengan baik (Christine Miles, 1987).
Ewalt (1957) menyebutkan terapi musik efektif dalam kegiatan
komunikasi dengan anak yang sangat pendiam, penyendiri dan
terbelakang yang merupakan karakteristik anak autis.
TUJUAN TERAPI MUSIK

mengembangkan melatih
dan memperbaiki kemampuan
kemampuan fisik persepsi

mengembangka mengembangkan dan


n kemampuan mengaktualisasikan
emosi potensinya
Ruang Lingkup Terapi Musik
Menggerakkan tubuh
Mendengarkan bunyi atau
sesuai musik, bunyi atau
suara musik
suara

Menggunakan alat-alat Membunyikan alat


instrumen bersama-sama

Bergerak atau bermain


Menyanyi sesuai musik atau
nyanyian
Beberapa hal yang diperhatikan…

3. Tenaga terapis (terapis)


1. Kondisi anak autis
Terapis sebaiknya memahami
Karakter dan perilaku anak autis
keadaan anak autis bahwa anak juga
inilah yang perlu diketahui dalam
mengerti musik. Seorang music therapist
melaksanakan terapi musik.
adalah orang yang paling kompeten
melakukan terapi ini.
2. Bahasa yang digunakan
Terapi musik bagi anak autis
Sederhana, dapat dimengerti dan
bertujuan agar anak dapat
sering didengar anak. Jika ada kata-kata
mengembangkan dan memperbaiki
baru hendaknya diulang-ulang
keadaan fisik, intelektual, emosi dan
sosial
4. Tempat dan alat terapi
5. Strategi pendekatan
Terapi musik dapat dilakukan di
ruangan biasa, kecuali jika menggunakan
Terapi musik dapat diberikan secara
instrumen besar. Terapi musik dapat juga
klasikal maupun individual, tetapi lebih
menggunakan alat sederhana jika hanya
efektif jika diberikan secara individual
bertujuan untuk mengembangkan
terlebih dahulu dengan memperhatikan
koordinasi motorik, misal dengan
kondisi dan kemampuan anak.
mengetuk meja. Maka dapat dilakukan di
ruangan biasa.
Beberapa metode dalam mengajar :
 Demonstrasi
Alat-alatnya dapat dibuat sendiri atau
 Tugas
dibeli. Pilihlah alat yang mengeluarkan
 Latihan
bunyi dalam volume berbeda sehingga
 Praktek
jika dibunyikan serentak akan terjadi band
sederhana.
6. Penilaian

Keberhasilan dapat dinyatakan dengan

data kualitatif atau kuantitatif. Anak-anak

dikatakan berhasil jika diperoleh data

prestasi anak hari ini lebih baik dibanding

hari sebelumnya.
F. Ragam Latihan Terapi Musik
1. Latihan motorik halus
Petik jari sesuai irama

Contohkan cara memetik jari sesuai irama cepat dan lambat. Selanjutnya, anak akan mencoba
memetikkan jari. Pertama secara bebas, lalu sesuai dengan irama cepat atau lambat.

 Alat : gendang
 Pola irama : vvvv O O vvvv O O vvvv O O vvvv O O vvvv
 Evaluasi :

 Petik jari dengan baik


 Petik jari dengan cepat
 Petik jari dengan lambat
2. Latihan motorik kasar
 Tepuk tangan saja
a. Kombinasi tepuk tangan dan  Hentakan kaki saja
hentakan kaki  Tepuk tangan dan hentakan kaki
 Tepuk tangan sesuai irama rebana
Contohkan gerakan tepuk  Hentakan kaki sesuai irama
tangan dan hentakan kaki serta peluit.
minta anak mengikutinya.
Sesuaikan gerakannya dengan
irama. Selanjutnya, anak akan
memperhatikan contoh tepuk tangan
dan hentakan kaki. Lalu
melakukannya sendiri. Tepuk
tangan dan hentakan kaki
disesuaikan dengan irama.

 Alat : rebana dan peluit


b. Jalan sesuai irama cepat dan lambat c. Tepuk tangan sesuai irama keras-pelan

Contohkan cara berjalan dan anak pun Bimbing anak bertepuk tangan biasa,
akan mengikutinya. Setelah itu, contohkan keras dan pelan. Selanjutnya, anak
cara berjalan cepat dan lambat. Anak pun akan melakukannya sendiri.
mengikutinya.
 Alat : rebana
 Alat : rebana  Pola irama : OOOO vvvv OOOO vvvv
 Pola irama : vvvv -- vvvv -- vvvv -- vvvv -- OOOO vvvv OOOO vvvv OOOO vvvv
vvvv – vvvv OOOO vvvv OOOO vvvv OOOO
 Evaluasi :  Evaluasi :
 Berjalan biasa
 Berjalan dengan irama cepat  Tepuk tangan secara bebas
 Berjalan dengan irama lambat  Tepuk tangan sesuai ketukan keras
 Berjalan bergantian dengan irama cepat dan  Tepuk tangan sesuai ketukan pelan
lambat.
3. Kemampuan persepsi
Latihan mendengarkan

Bimbing anak mendengarkan rekaman kaset suara mobil atau motor, kemudian minta anak
menirukan bunyi-bunyi tersebut dan menyebut nama kendaraan sesuai bunyi yang didengarnya.
Anak akan mendengarkan bunyi kendaraan mobil atau motor. Meniru bagaimana mobil atau motor
dan menyebutkan nama kendaraan sesuai bunyi didengarnya.

 Alat : rekaman bunyi mobil dan motor


 Evaluasi :
Mendengarkan dengan penuh perhatian
 Menirukan bunyi sesuai yang didengarnya
 Menunjuk gambar benda sesuai dengan bunyi yang didengarnya
 Menyebutkan nama benda sesuai dengan bunyi yang didengarnya
4. Latihan konsentrasi
Jalan pada pola lantai sesuai irama atau ketukan

Bimbing anak berjalan pada lantai sesuai dengan pola dan anak akan mengikutinya.
Selanjutnya, berjalan sesuai dengan ketukan. Anak akan memperhatikan contoh jalan pada pola
lantai, kemudian mencobanya dan akhirnya melakukannya sendiri. Setelah itu, anak berjalan pada
pola lantai sesuai dengan ketukan.

 Alat : pola lantai dan rebana


 Pola ketukan : O O O O O O O O O O O O O O
 Evaluasi :
 Jalan bebas
 Jalan sesuai dengan pola
 Jalan sesuai dengan pola dan ketukan
5. Latihan menyanyi lagu anak-anak

Bimbing anak untuk mendengar lagu yang dinyanyikan terapis atau dari kaset dan minta anak
untuk mengikuti. Jika anak belum mampu menyanyi maka dengan bersenandung. Mula-mula,
ajarkan menyanyi seluruh lagu dahulu. Kemudian tiap baris. Anak mencontoh terapis, lalu
menyanyi sendiri. Hal yang perlu diperhatikan adalah anak menunjukkan kegembiraan dalam
situasi ini.

 Alat : rekaman lagu anak-anak yang sederhana tetapi menarik


 Evaluasi :
 Anak memperhatikan cara menyanyi
 Anak menyanyi dengan bersenandung
 Anak menyanyi hanya beberapa kalimat dari lagu
 Anak menyanyi seluruh lagu
 Anak menyanyi hanya satu kalimat atau kurang.
6. Latihan menggunakan alat musik sederhana
a. Memukul benda sesuai irama keras dan pelan

 Alat : harmonika dan recorder atau suling


Contohkan cara memukul benda dengan  Pola irama : I--I-------I--I-------I--I-------I
tangan. Anak akan memperhatikan, kemudian
mencoba. Selanjutnya, pukul benda yang  Evaluasi :
disediakan sesuai dengan irama dan anak
mencobanya.
 Memegang alat dengan baik
 Meniup alat secara bebas
 Alat : rebana
 Meniup alat dengan bunyi panjang
 Pola irama : O O O O O O O O O O O O O O O
OOOOOOOOOOOOOO  Meniup alat dengan bunyi pendek

b. Meniup musik tiup

Contohkan cara memegang alat musik tiup


7. Melakukan gerak dan lagu
Menari
Bimbing anak memperhatikan orientasi ruang, misalnya bergerak maju-mundur, ke
samping kanan, ke samping kiri mengikuti irama lagu. Lakukan dengan gerakan
kombinasi, misalnya tepuk tangan atau tangan ke atas. Anak mengikuti contoh terlebih
dahulu, kemudian melakukannya sendiri sesuai dengan nyanyian dan gerak-gerak
kombinasi.

 Alat : rekaman lagu berirama sedang, pola lantai


 Evaluasi :
 Jalan maju mundur sesuai irama dan pola lantai
 Jalan ke samping kiri dan kanan sesuai irama dan pola lantai
 Kombinasi gerak tangan
 Keselarasan musik dengan gerakan
8. Latihan improvisasi
Mengikuti gerak kupu-kupu terbang

Perlihatkan gambar kupu-kupu dan tanyakan bagaimana gerakan terbangnya. Anak memperhatikan
gambar, kemudian mempraktekkan bagaimana kupu-kupu terbang.

 Alat : gambar kupu-kupu, rekaman lagu “kupu-kupu yang lucu”


 Evaluasi :

 Anak menunjuk gambar kupu-kupu


 Anak menyanyikan lagu kupu-kupu
 Bergerak sesuai dengan kupu-kupu
VIDEO
Sebuah Pengalaman dengan Saraf
(Auditory Integration Training)
Salah satu terapi terkini bagi anak autis yang memiliki gangguan pendengaran, yaitu AIT
(auditory integration training) atau terapisan integrasi pendengaran.

Gangguan Kekacauan di
Pendengaran otak
Terlalu sensitif
Terlalu banyak
memperhatikanterhadap
atau suara
cuek
Hilangnya sebagian
kemampuan
pendengaran

Kesulitan merangkai
kata-kata

Tidak dapat
membedakan kata-kata
dalam situasi atau
kondisi yang ramai

Kesulitan
pemahaman bahasa
Kesulitan menangkap
katakata yang
ditujukan kepadanya
Auditory integration training yang tergolong baru ditemukan
dokter asal Perancis, Dr. Guy Bernard 30 tahun lalu.

Hasil-hasil terapi :
1. Mengurangi kesensitifan anak terhadap suara.
2. Meningkatkan konsentrasi dalam menerima dan memproses
bahasa.
3. Memiliki dasar yang baik untuk memulai proses bicara.
4. Penggunaan kata-kata yang lebih baik dengan bahasa yang
lebih ekspresif.
5. Meningkatkan keseimbangan dan koordinasi gerak motorik
ringan.
6. Membuat anak lebih tenang.
7. Membuat anak dapat mengikuti perintah dengan instruksi lebih
kompleks secara bertahap.
Secara umum, AIT membantu melatih telinga dan otak bekerja
sama lebih efisien.

Hal ini membuat otak lebih efisien memproses input yang masuk
baik melalui sensor penglihatan, pendengaran juga kepekaan
terhadap sentuhan, keseimbangan dan gerakan.

Saat melakukan AIT, anak diperdengarkan musik dengan


gerakan dan pola khusus yang disesuaikan dengan kebutuhannya.
Anak hanya diam saja ketika musik diperdengarkan tetapi musik
yang "bergerak" membuat otak anak belajar karena otak manusia
belajar melalui gerakan. Gerakan juga sangat penting untuk setiap
fungsi otak, termasuk fungsi ingatan, emosi, bahasa dan belajar.
Gerakan dan pola musik AIT yang tidak terduga dan
tidak beraturan akan memaksa otak membuat jalur
saraf yang baru dan melatih untuk lebih
memperhatikan.

Selain itu, sirkuit dalam otak yang biasanya memberi


perintah, merangkai dan menentukan waktu untuk
melakukan tindakan mental adalah sirkuit untuk
melakukan tindakan fisik.

Hal itu menyebabkan AIT tidak hanya berguna bagi


pendengaran tetapi seluruh motorik anak.
Terapi ini membutuhkan waktu sepuluh hari untuk sepuluh jam
latihan. Sepuluh jam latihan pendengaran (listening) dibagi dalam
beberapa sesi, masing-masing sesi 20-30 menit.

Terapi musik yang telah disaring (filtered) dengan menghilangkan


beberapa frekuensi diperdengarkan kepada anak melalui headphones
untuk memberikan rangsangan.

Sebelum mendapat AIT, terlebih dahulu anak dites untuk


mengetahui kebutuhan terapinya. Tes dilakukan dengan alat penguji
pemancar akustik otomatis (otoaciustic emissions tester ). Hasil tes
akan menunjukkan berapa filter atau saringan diberikan pada anak.
Namun, efek samping yang kadang terjadi saat mendapatkan AIT
adalah anak merasa lelah, lebih cepat marah, mual, kehilangan selera
makan atau sebaliknya selera makan meningkat dan hiperaktif.
Berdasarkan 28 studi mengenai efisiensi AIT
Januari 1983- Mei 2001, 13 laporan menyatakan
AIT memberikan hasil positif bagi kekacauan pada
anak autis yang ingin diperbaiki, dua kasus
menyatakan AIT kontradiktif dan satu laporan
menyatakan hasil AIT tidak jelas dan
dipertanyakan.

Tentu saja AIT tidak berdiri sendiri sebagai terapi


tunggal karena peningkatan sirkuit saraf baru juga
membutuhkan dukungan dari tubuh yang sehat.

Oleh karena itu, anak tetap membutuhkan latihan


kognitif seperti terapi perilaku, terapi bermain,
terapi musik, terapi wicara dan sensori integrasi.
VIDEO

Anda mungkin juga menyukai