Anda di halaman 1dari 57

Tatalaksana Perilaku (Behavior Therapy)

Tri Gunadi, AMd. OT, S.Psi, S.Ked


Jl H Ismail No 15 B Komplek Taman Cilandak Jaksel 021-7659839 Email : klinik_yamet@yahoo.com Facebook: mr_busy2006@yahoo.co.id www.klinikanakyamet.multiply.com

PowerPoint Template
www.themegallery.com

Apa itu PERILAKU/BEHAVIOR


Behavior/perilaku sendiri secara sederhana mempunyai arti segala sesuatu yang seseorang katakan atau kerjakan Analisa perilaku terapan mempunyai aspek yang sangat luas, hal ini dikarenakan hasil perilaku seseorang itu dihasilkan dari respon terhadap stimuli/rangsangan dari dalam diri/internal ataupun dari luar diri/eksternal.

Apa itu perilaku?


Semua yang bisa diobservasi (lihat, dengar, rasakan) Seseorang kerjakan atau katakan. Sebagai respon dari stimulus baik internal maupun eksternal Berbinarnya mata Mengedipnya mata Pakaian yang dikenakan Cara berpakaian Mendapatkan nilai baik Gemuk atau kurusnya anak

Perilaku pada Anak Berkebutuhan Khusus


Perilaku berlebihan (excessive) dan/atau ada yang berkekurangan (deficit) Berkelebihan (excess)
Stimulasi diri Self-injury Tantrum Agresif

Berkekurangan (deficit)

Tidak/ belum bicara Tidak bisa bermain Tidak ada kontak sosial Disangka tuli

Penataan perilaku anak


Kognitif
Verbal -wicara

akademis

Perkembangan oral motor

Perkembangan fine motor

Perkembangan gross motor


Keseimbangan, raba Rasa sendi, visual, auditori Penciuman, pengecapan

Sensori

Sosial Emosi Adaptasi Perilaku Percaya Diri Inisiatif Kreatif

Penyelesaikan masalah perilaku ABK


Behavior therapy/ tatalaksana perilaku penataan 500 konsep dasar (pemahaman) Sensory Integrasi pemenuhan kebutuhan dasar sensori manusia Terapi Wicara Okupasi Terapi aktivitas bertujuan Biomedical treatment ( peningkatan elemen esensial tubuh, no logam berat, no casomorphine, no glutomorphine, no jamur jahat di usus pencernaan yang baik)

Jalur motorik
1. Imitasi gerak motorik kasar 2. Imitasi aksi dengan benda 3. Imitasi gerak motorik halus 4. Imitasi motorik oral (buka mulut, mulut monyong, dll) 5. Imitasi suara dan kata (aiuoe, babibubebo, lalilulelo)

Skema pemahaman singkat

Jalur pemahaman 1. Menyamakan identik Kartu benda 2. Menyamakan non identik Gambar bola ke bola Bola ke gambar bola 3. Identifikasi/ memegang 4. Melabel/ menyebut

bola

Kegunaan kemampuan imitasi


Dikelas anak bisa dikendalikan dengan cara meniru (guru yang duduk, teman lain yang duduk) Kepatuhan anak pada perintah Meniru saat tidak bisa mengerjakan tugas gross motor Meniru saat tidak bisa mengerjakan tugas fine motor (menulis, menggambar, meronce, dll) Meniru gerakan motorik oral spt saat mengunyah makanan Meniru suara saat komunikasi verbal

TINJAUAN TERAPI PERILAKU


Banyak jenis terapi perilaku yang sekarang digunakan, diantaranya : Classical Conditioning yang menjadi dasar dari behavior therapy. Operant Conditioning yang menjadi dasar modifikasi perilaku dan ABA (Applied Behavior Analysis)/Lovaas Observational Learning/Modelling Son Rise/Option TEACCH (Treatment and Education of Autistic and Communication for related handicap Children). Floor time / DIR dll

Beda Behavior Therapy dengan Modifikasi Perilaku


Behavior Therapy Lebih berorientasi pada classical conditioning dan kognitif Cenderung digunakan psikiater & psikolog yang menekankan treatmen dalam setting klinis Dilakukan terapis di klinik melalui interaksi terapis dengan klien Modifikasi Perilaku Lebih berorientasi pada prinsip operant conditioning Sering dipakai para ahli modifikasi tingkah laku di sekolah, rumah yang bukan perhatian psikolog/psikiater Treatment dilakukan dalam setting alamiah

Ciri Utama Pendekatan Modifikasi Perilaku

Fokus langsung pada tingkah laku yang ingin diubah Assessment tingkah laku yang akan diubah Target behavior Evaluasi mengenai efek dari program yang direncanakan untuk mengubah tingkah laku Perubahan harus signifikan secara sosial Perilaku yang diubah: eksesif, defisit, unappropriate stimulus control behavioral model

Dalam modifikasi perilaku


Menggunakan dasar prinsip-prinsip Operan conditioning Penting: Contingency Relationship (B C)
Reinforcement: Positif & Negatif Punishment Positif & Negatif

Extinction doing nothing

Behavioral Therapy
Pandangan tentang Manusia Faktor lingkungan amat penting dalam proses belajar: manusia adalah produser & produk dari lingkungannya (Bandura,1977) Aspek penting pada manusia adalah tingkah laku yang dapat diukur . Semua tingkah laku dapat dipelajari

Konsep Penting
CS, UCS Stimulus, respon, reinforcement Shaping, extinction Modeling

Ahli-ahli terapi behavior (perilakuan): Pavlov, Skinner, Thorndike, Bandura,dll

3 Tema dalam Terapi Behavior:


Berorientasi pada aksi Proses kognitif Peran tanggungjawab terhadap suatu perilaku

Proses Terapeutic dalam Terapi Behavior:


Kazdin (1978) menggambarkan karakteristik terapi behavior secara umum: Fokus pada pengaruh langsung perilaku (bukan determinan sejarah perilaku) Penekanan pada perubahan perilaku yang dapat diobservasi Tujuan treatmen bersifat spesifik, konkret & objektif Penelitian dasar sebagai sumber hipotesis & teknik terapi Target problem harus dapat didefinisikan sebagai acuan treatment & pengukuran

Tujuan dalam Behavior Therapy


Tujuan terapi merupakan pusat kepentingan dari terapi sebagai arah terapi, acuan strategi intervensi & evaluasi Tujuan umum terapi: menciptakan suatu kondisi baru untuk belajar Terapi bukan sebagai treatment simptom, melainkan untuk mengeliminir perilaku maladaptif & membantu anak menghentikannya & membantu anak menggantikannya dengan perilaku baru Tujuan terapi merupakan hasil kerjasama terapis & klien (kompromi tujuan sosial & tujuan individu)

Aktif, berperan memberi pengarahan pada treatmen & mengaplikasikan pengetahuan scientific untuk membantu pemecahan problem sebagai guru, pengarah & ahli mendiagnosis perilaku maladaptif & proses kuratifnya (penyembuhan) Fungsi anak Terlibat aktif dalam menyeleksi & membuat tujuan, bermotivasi untuk berubah & terlibat aktif dalam proses terapi & dalam kehidupan sebenarnya

Fungsi Terapis

ABA (Applied Behavior Analysis)


Applied terapan Behavior perilaku Analysis
memecah menjadi bagian kecil Mempelajari bagian bagian tersebut serta hubungannya Mempelajari hasilnya Memodifikasi bila diperlukan

ABA (Applied Behavior Analysis)


Dikenal dengan Metode Lovaas 47 % anak autisme berhasil dibantu dengan Lovaas Pengisian konsep, pemahaman, dasar wicara, sosialisasi, dan akademis Berkembang terus, penggunaan kurikulum 1. Cattrine Maurice (beginer, intermediate, advance) 2. Work in progres (sosialisasi & komunikasi) 3. Bridges (activity daily living) 4. Navigator (emosi)

II. PENGGUNAAN KURIKULUM


A. MAURICE Pemusatan perhatian Kemampuan meniru Bahasa pemahaman (reseptif) Bahasa pengungkapan (Ekspresif) Kemampuan pre-akademis Kemampuan Bina Diri Bahasa Abstrak Kemampuan Akademis Ketrampilan Sosial Kesiapan Sekolah

B. MC LEAF
Imitasi (non-verbal, blok, verbal) Motorik kasar, motorik halus Matching/menyamakan, mengurutkan Menggambar, bermain Pamahaman instruksi Bahasa pemahaman & pengungkapan Memulai interaksi/komunikasi Ketrampilan bercakap-cakap dasar, menengah, trampil. Kemampuan mengungkapkan diri (asertif) Pemahaman ya/tidak, bertanya Emosi Gerakan isyarat pragmatis Atribut, fungsi, kategorisasi, preposisi, kata ganti, dsb

C. BRIDGES
Mengurangi perilaku yang tidak sesuai norma Pemusatan perhatian Kemampuan bicara Bahasa pemahaman (reseptif) Bahasa pengungkapan dan komunikasi Pembentukan konsep Ketrampilan motorik kasar & motorik halus Ketrampilan Bina Diri Ketrampilan social Membaca, komunikasi tertulis, dan aritmatik Ketrampilan yng berhubungan dengan sekolah Ketrampilan yang berhubungan dengan kehidupan Kegiatan leisure Pengembangan emosi dan kontrol diri

D. Navigating social world


Mengajarkan penanganan emosi MENYADARI EMOSI YANG SEDERHANA MENGUBAH PIKIRAN NEGATIF KE PIKIRAN YANG POSITIF MENYADARI DAN MELABEL EMOSI LAIN BERHUBUNGAN DENGAN EMOSI NON VERBAL MENGEKSPRESIKAN EMOSI, KUANTIFIKASI EMSOI PADA SEBUAH SKALA PENGUMPULAN DATA, MENYADARI TANDA STRESS DAN PENYEBAB DAN EFEK DARI STRESS

ABA (Applied Behavior Analysis ) Lovaas


ABA Banyak digunakan karena terstruktur, terarah, dan terukur.
1. Terstruktur : menggunakan tehnik yang jelas, misalnya Discrete Trial training, Discrimination Training, dsb. 2. Terarah : terdapat kurikulum yang jelas untuk para professional untuk mengarahkan terapi, misalnya : Bridges 1981, Maurice 1996, dan McLeaf 1999). 3. Terukur : Keberhasilan dan kegagalan anak dalam menghasilkan perilaku yang diharapkan dapat diukur dengan berbagai cara, karena perilaku tersebut terlihat jelas. Sistem pengukuran juga tersedia dalam berbagai variasi.

Prinsip Dasar ABA :

Tujuan dasar ABA adalah membentuk perilaku yang lebih dapat diterima lingkungan social dan mengurangi perilaku yang bermasalah (Lovaas, 1981).

Faktor yang menentukan keberhasilan terapi ABA

Lovaas (1981), Mendapatkan hasil optimal bila penanganan dilakukan : sejak usia dini (sebelum usia 3 tahun) Secara intensif (sekitar 40 jam seminggu) selama 2 tahun non stop Dilakukan dimanapun anak berada secara konsisten Anak tidak mengalami gangguan lain yang menghambat Terapis dan Orang tua menerima keadaan anak apa adanya

ABA (Applied Behavior Analysis) / Lovass


I. PRINSIP/KONSEP ABA Reduksi Memecah menjadi bagian kecil Meminimalisasikan gerakan/instruksi tambahan Spesifik Menyenangkan modeling Verbalisasi Satu saat hanya ajarkan satu aktifitas Jangan biarkan kesalahan selesai Sama semua dengan metode yang sama Perilaku orang rumah

Apa yang diajarkan ?


Tujuan penanganan adalah mengajarkan anak berbagai ketrampilan yang akan menunjang perkembangannya. Penganan juga harus dapat membantunya mencapai kemandirian dan kualitas hidup yang sebaik mungkin. ABA menggunakan dasar dari Operant Conditioning

Hubungan Materi dan target perilaku Materi Perilaku Kepatuhan Mematuhi aturan Pemusatan perhatian/atensi dan konsentrasi Bertahan pada tugas, sikap belajar, dan Konsentrasi Bahasa pemahaman/resetif Mengerti sesuatu Bahasa pengungkapan/ ekspresif Mengatakan sesuatu Kemampuan pre-akademik Belajar ketrampilan untuk persiapan sekolah Ketrampilan bina diri Mengurus diri sendiri

2 Konsep Dasar ABA


1. Operant conditioning (skinner, 1938) 2. Classical conditioning / respondent conditioning (Pavlov, 1989)

Operant Conditioning
Edward L Thorndike melakukan eksperiment : kucing lapar dalam puzzle box gerakan tertentu- pintu terbuka lari ( makanan ikan) Dari respon accidental mahir (latihan) buka pintu secara langsung Kucing belajar escape ( asosiasi dengan konsekuensi yang diinginkan & makanan) Accidental Volunter

Operant Conditioning
Prinsip law of effect - Respons yang mengarah pada Positive outcomes (satisfier) cenderung diulang (positive) - Respons yang mengarah pada Negative outcomes (annoyers) cenderung tidak diulang Dasar efek reward & punishment dalam L.

Operant Conditioning
The Central role Reward & Pusnishment. B.F Skinner : Lingkungan berisi konsentrasi positive & negative yang menggerakan t.ingkah laku Mendasari perbedaan pola pada tingkah laku antara individu. Contoh : Suka bolos kerja diliburkan

Prinsip Operant conditioning

Stumulus: Orang Tempat kejadian

Perilaku berikutnya (predictable)

Prinsip Operant conditioning


Konsekuensi yg menyenangkan (reinforcer)

Perilaku berulang

perilaku

Konsekuensi yg tdk menyenangkan

Perilaku tidak diulangi

Prinsip Operant conditioning


Stimulus Respons
Consequence

Antecedences (pra kejadian/ Instruksi)

Behavior (perilaku)

Consequence (konsekuensi)

A (antecedence/p erintah sebelumnya)


kerja

B (behavior/perilaku anak)

C (cocequence/konsekuansi)

Rajin Sering bolos

Bonus dari boss Potongan gaji (setiap hari bolos Rp50rb)

Mandi

Mau

Reward (syarat +)

+ Ditambahkan yg menyenangkan Dikurangi beban

Malah enak enak menonton TV

Punishment (syarat -)

+ Ditambahkan yg tdk menyenangkan

Diambil yg menyenankan

DTT (Discrete Trial Training)


Antecedences (pra kejadian/ Instruksi)

Behavior (perilaku)
bisa

Consequence (konsekuensi)

Rewards

Intruksi #1

Tidak bisa

tidak
Rewards

Intruksi #2

bisa
Tidak bisa

tidak
Rewards

Intruksi #3

Manajemen perilaku
Defisit: tidak ditunjukkan / tidak ditemukannya kemampuan atau perilaku yang perlu Eksesif: sering / selalu ditunjukkannya kemampuan atau perilaku tertentu Treatment perilaku yang diterapkan pada anak autistik terfokus pada meningkatkan perilaku yang kurang (defisit) dan menurunkan perilaku yang berlebih-lebihan (eksesif).

Pertama tama orang tua harus membuat daftar perilaku;


Deficit Tipikal Eksesif

Pelaksanaan ABA, terdiri dari:


DTT (Discrete Trial Training) Reinforncement (imbalan) Repetitif (pengulangan) Konsisten Penilaian & pencatatan
A (Aim/tercapai) AP+ P (promt/dibantu) = aaa = paa = ppa = ppp

Jenis-jenis prompt
Fisik : secara fisik anak dibantu untuk merespon dengan benar. verbal : terapis membantu melalui ucapan / katakata yang mengarahkan kepada respon benar. model : terapis memberi contoh langsung agar anak dapat menirunya. gestural : bantuan secara isyarat, dengan menunjukkan, melirik ataupun gerakan kepala. tempat ( positional ) : membantu dengan meletakkan benda pada posisi lebih dekat dengan si anak

A. DISCRETE TRIAL TRAINING (DTT)


Membagi target ketrampilan menjadi beberapa bagian kecil Setiap bagian diajarkan satu-per-satu (trial) hingga dikuasai Memastikan proses learning terfokus (jelas tujuannya) Trial jelas sekali awal & akhir (discrete) Memakai prosedur penguat perilaku (konsekuensi=umpan balik/imbalan) Ada bantuan (prompt) sehingga anak tidak bingung, tapi bantuan secara perlahan dikurangi untuk lalu dihilangkan.

Prinsip DTT
Instruksi diberikan jika anak merespon salah atau tidak merespon katakan tidak instruksi yang sama diberikan lagi ( instruksi ke 2) anak tetap tidak merepon atau merespon salah katakan tidak instruksi yang sama diberikan lagi ( instruksi ke 3 ) setelah itu langsung bantu anak agar berespon benar.

Instruksi di prog DTT


Singkat Jelas Tidak berbelit-beli Konsisten Penekanan suku di suku awal Nada jangan terlalu banyak intonasi Digeneralisasi instruksi kalau yang dasar sudah bisa

Konsekuensi
Tidak yang datar untuk program yang baru Imbalan setelah 3 kali instruksi, kalau bisa sebelum 3 langsung aja, kalau 3 kali salah di promt baru imbalan Imbalan boleh primer atau sekunder Reinforcer secepat perilaku Ignoring untuk perilaku yang tidak diharapkan Hukuman bila feedback yang lain tidak berhasil

Prompt
prompt Fisik : secara fisik anak dibantu untuk merespon dengan benar. prompt verbal : terapis membantu melalui ucapan / kata-kata yang mengarahkan kepada respon benar. prompt model : terapis memberi contoh langsung agar anak dapat menirunya. prompt gestural : bantuan secara isyarat, dengan menunjukkan, melirik ataupun gerakan kepala. prompt tempat ( positional ) : membantu dengan meletakkan benda pada posisi lebih dekat dengan si anak , sehingga memperbesar kemungkinan anak merespon sesuai yang diinginkan.

Kesimpulan DTT:
Rumus No No Yes atau No No Show Terapis memberikan instruksi contoh pegang mata, bila anak salah berespon atau tidak berespon sama sekali, katakan tidak. Ikuti proses dengan memberikan instruksi untuk ke dua kalinya, bila anak tetap tidak berespon atau salah berespon, katakan kembali tidak. Berikan instruksi yang ke tiga, dan langsung berikan prompt yang segera diikuti dengan konsekuensi positif.

B. DISCRIMINATION TRAINING (DT)


Karena anak cenderung menghafal (positif, isyarat, tampilan), maka respon perilaku yang diberikan anak belum tentu cocok dengan instruksi. Solusinya ACAK instruksi untuk memastikan pemahaman anak. Pengacakan baru bisa dilakukan HANYA BILA anak sudah menguasai setiap aspek materi yang akan diacak. Bila anak tidak nampak kesulitan, DT tidak perlu dilakukan berkali-kali. Bila anak kesulitan, maka DT harus terstruktur untuk membatunya

Contoh : Program Warna tahap membedakan warna merah dan biru. Tahap ini diberikan setelah anak menguasai pegang merah dan pegang biru secara terpisah menggunakan DTT. Bila anak dengan mudah berespon atas instruksi saat dilakukan pengacakan, berarti ia sungguhsungguh paham. Tapi bila ia tampak kesulitan, berarti ia masih belum menguasainya. Sebaiknya kembali ke tahap DTT dan pengulangannya, daripada anak bingung.

C. GENERALISASI
G.stimulus, misalkan untuk instruksi ke sini anak mampu coba dengan instruksi yang baru misalkan kemari G tempat, artinya apabila di pusat terapi anak mampu mengerjakan aktivitas yang diinstruksikan, maka dirumah, di sekolah dll. G pengajar / pemberi instruksi, pengajar / terapis A, maka dengan terapis B/ C/ dengan orang tua pun anak juga harus bisa. G respon, yaitu anak mampu merepon instruksi buka untuk buku, bisa juga di pakai untuk buka pintu, buka kaos kaki, buka kulkas, dll.

Strategi dasar mengajar


Imitasi/ modeling : Perilaku sosial diajarkan dengan cara anak meniru dan setelah anak mampu belajar dengan menirukan dapat digunakan model dalam mengajarkan keterampilan lainnya Shaping / Aproksimasi bertahap yaitu suatu prosedur dengan respon target yang kompleks diajarkan dengan menerima respon yang mendekati (aproksimasi) yang semakin lama mendekati pada respon yang dituju. Analisa tugas yaitu : Memecah tugas menjadi tahapan-tahapan perilaku yang harus dipelajari. Chaining: Forward chaining Backward chaining

Penanganan behavior dikelas


Rutinitas ABK dari mulai masuk sampai pulang

Visual schedule

PECS
(picture exchange communication system)

Pentingnya jadwal

www.friendster.com/klinikyamet

Email facebook : klinik_yamet@yahoo.com


: mr_busy2006@yahoo.co.id
Jl. H Ismail no 15B Komplek Taman Cilandak Jaksel tlp 021-7659839 Cab Depok Jl Arjuna Raya no 8 Depok II Tengah Tlp 021-77835245 Cab Pdk Kopi Jl. Pondok Kopi E1 no E1 No4A Tlp70913683 Cab bekasi Perum Bumi Anggrek Blok AA no 18-19 bekasi tlp 02192295444 Cab Cibubur Perum Puri Sriwedari Blok N no 1 tlp 021-44344366 Cab Cirebon Jl Kalijaga no 58 tlp 0231-8228942

Anda mungkin juga menyukai