Anda di halaman 1dari 13

VB-MAPP level 2

VB-MAPP level 2 adalah perkembangan anak typical usia 18-30 bulan, dimana anak di
rentang usia tersebut sudah dapat berbicara tetapi percakapan belum bisa 2 arah. Anak
juga sudah memiliki ketrampilan dasar untuk mand, tact, mengecho 2 suku kata atau
lebih.  Dalam usia ini anak juga sudah mulai dapat diajak kerjasama duduk di meja,
mengikuti perintah dan melakukan imitasi gerakan. Anak juga sudah mulai memiliki
keterampilan bermain dan mulai tertarik untuk bermain sosial, walaupun baru bermain
secara parallel dengan anak sebaya.

Fokus dari intervensi level 2 adalah untuk mengembangkan kemampuan berbahasa dan
sosial sang anak dengan mulai mengenalkan lebih banyak lagi kata benda, kata kerja,
kata sifat. Anak juga sudah mulai dikenalkan untuk berbicara 2 atau 3 kata dalam kalimat
dan mulai dikenalkan konsep menjawab pertanyaan (intraverbal). Listener responding
juga mulai mengenalkan fungsi, sifat dan kategori dari suatu benda. Kemampuan bermain
dan sosial juga mulai dikembangkan termasuk kemampuan belajar dalam grup (sekolah).
Tempat belajarpun juga diperluas dalam berbagai setting dan mulai dapat ditingkatkan
belajar di natural environment (natural environment training – NET).

Material Yang Dibutuhkan

1. Pasangan barang-barang yang membuat anak bisa mand untuk sesuatu yang
hilang contohnya: jus box tanpa sedotan, rel tanpa kereta api, Mr. Potato head
tanpa anggota badan, bubble tanpa peniup, balon yang belum ditiup.
2. Buku bergambar dan kartu-kartu untuk:
1. Tacting : barang, kata kerja, aktivitas dalam kehidupan sehari-hari
2. Matching-to-sample: barang yang sama
3. LRFFC, contohnya:
 Gambar binatang yang bersuara spesifik seperti sapi,
bebek, anjing, kucing, burung hantu.
 Gambar barang yang berfungsi sama atau dalam kategori
yang sama seperti pakaian, furniture, makanan,
transporatasi, instrument musik, mainan, barang-barang
sekolah
 Gambar dengan warna atau bentuk yang sama seperti
apel merah, mobil merah, rumah petani (barn) merah
dan bola bundar, balon bundar dan jeruk bundar.
4. Gambar barang yang sama untuk matching-to-sample seperti
sendok, mobil, sepatu, kartun favorit anak.
5. Gambar barang yang berwarna sama untuk pengelompokan warna
seperti mobil merah, topi merah, truk merah, pisang kuning, balon
kuning dan truk kuning.
6. Gambar barang yang berbentuk sama tetapi berbeda warna untuk
pengelompokan seperti kotak merah, kotak biru, lingkaran merah,
lingkaran biru.
7. Gambar barang yang sama tetapi berbeda seperti bola basket dan
bola sepakbola.
8. Gambar barang yang sama untuk matching-to-sample dalam
barisan seperti 3 atau 4 sendok dalam barisan dengan pisau dan
garpu
9. Barang 3D untuk di samakan dengan gambar 2D minimal sebanyak
10 barang, contoh mainan makanan, boneka/figure favorit anak.
10. Gunting, lem, krayon dan kertas
11. Barang (atau rekaman) untuk rekaman suara dari lingkungan seperti
bunyi telfon, bel, bayi nangis, anjing menggonggong dan klakson
mobil
12. Insert puzzle: 4 atau 5 buah untuk anak usia 1-3 tahun
13. Mainan ring yang disusun ke atas
14. Mainan untuk assessment cara bermain seperti balok, lego, kereta
api, boneka, rumah-rumahan, dll
15. Mainan untuk assessment bermain sosial seperti mainan tea set,
masak-masakan, mainan makanan, boneka, topi pemadam
kebakaran, dokter-dokteran, dll.

Mand Level 2

6. Nilai 1 jika anak dapat mand 20 pasangan benda yang hilang tanpa prompt
(kecuali dengan promt “Apa yang hilang?” “Apa yang kamu butuhkan?”.
Sebaiknya barang tersebut yang memang anak butuhkan sehingga anak
termotivasi untuk meminta. Contoh: anak meminta kertas karena diberi
krayon, anak meminta sedotan saat diberi kotak jus, anak meminta peniup
bubble jika diberi bubble, dll. Nilai ½ jika anak dapat meminta 10 pasangan
benda yang hilang tanpa prompt.
7. Nilai 1 jika anak dapat mand 5 jenis kata kerja atau aktivitas selama observasi
atau testing tanpa prompt selain verbal prompt “Apa yang kamu ingin saya
lakukan?”. Sebaiknya aktivitas tersebut adalah yang anak inginkan saat itu.
Contohnya anak meminta “buka” pintu saat ingin keluar, “dorong” untuk
mendorong ayunan. Nilai ½ jika anak dapat mand 2 jenis kata kerja atau
aktivitas selama observasi atau testing tanpa prompt selain verbal prompt
“Apa yang kamu ingin saya lakukan?”
8. Nilai 1 jika anak dapat menghasilkan 5 mand berbeda yang terdiri dari 2 kata
atau lebih (tidak termasuk saya mau___) selama 1 jam observasi. Contoh:
buka pintu, makan nasi, pergi keluar. Nilai ½ jika anak dapat menghasilkan 2
mand berbeda yang terdiri dari 2 kata atau lebih (tidak termasuk saya
mau____) selama 1 jam observasi.
9. Nilai 1 jika anak dapat menghasilkan spontan 15 mand yang berbeda (tanpa
prompt) selama 30 menit observasi. Mand dalam kontrol motivasi. Nilai
½ jika anak dapat menghasilkan spontan 8 mand yang berbeda (tanpa prompt)
selama 30 menit observasi. Contoh: Saya mau gendong, giliran saya, mau jus
lagi, minta minum.
10. Nilai 1 jika anak dapat menghasilkan 10 mand baru tanpa dilatih. Catat mand
tersebut dalam lembar data. Nilai ½ jika anak dapat menghasilkan 5 mand
baru tanpa dilatih.

Tact Level 2

6. Nilai 1 jika anak dapat tact 25 kata benda ketika ditanya “Apa ini?”. Nilai
½ jika anak dapat tact 20 kata benda ketika ditanya “Apa ini?”
7. Nilai 1 jika anak dapat generalisasi tact 3 gambar yang sama dari 50 kata
benda. Misal 3 mobil berbeda, 3 apel berbeda. Nilai ½ jika anak dapat
generalisasi tact 2 gambar yang sama dari 50 kata benda.
8. Nilai 1 jika anak dapat tact 10 kata kerja ketika ditanya “Apa yang saya
lakukan?” “Apa yang terjadi?”. Contoh: lompat, makan, menangis,
membaca. Nilai ½ jika anak dapat tact 5 kata kerja ketika ditanya “Apa yang
saya lakukan?” “Apa yang terjadi?”
9. Nilai 1 jika anak dapat tact 50 kombinasi 2 kata untuk kata benda dan kata
kerja atau kebalikannya. Dapat menggunakan prompt “Apa yang dia
lakukan?” Dapat gunakan kata benda dan kata kerja yang sudah anak ketahui.
Contoh: cuci muka, bayi nangis, dia tidur. Nilai ½ jika anak dapat tact 25
kombinasi 2 kata untuk kata benda dan kata kerja atau kebalikannya.
10. Nilai 1 jika anak dapat tact 200 kata benda dan/atau kata kerja. Bisa juga
menggunakan buku bergambar anak-anak. Nilai ½ jika anak dapat tact 150
kata benda dan/atau kata kerja.

Listener Responding Level 2

6. Nilai 1 jika anak dapat memilih/menunjuk 40 gambar berbeda dari 6 gambar


yang disusun acak dengan perintah “Temukan kursi” “Sentuh bola” “Tunjuk
kucing”. Nilai ½ jika anak dapat memilih/menunjuk 25 gambar berbeda dari 6
gambar yang disusun acak.
7. Nilai 1 jika anak dapat generalisasi memilih/menunjuk 50 gambar berbeda
(generalisasi 3 benda sama) dari 8 gambar yang disusun acak. Contoh: 3 mobil
beda warna. Nilai ½ jika anak dapat memilih/menunjuk 25 gambar berbeda
(generalisasi 2 benda sama) dari 8 gambar yang disusun acak.
8. Nilai 1 jika anak dapat melakukan 10 aktivitas jika diminta tanpa imitasi
(mendekati ativitas tersebut dapat diterima). Nilai ½ jika anak dapat
melakukan 5 aktivitas jika diminta tanpa imitasi (mendekatai aktivitas tersebut
dapat diterima).
9. Nilai 1 jika anak dapat melakukan 50 aktivitas kombinasi kata kerja dan kata
benda atau kebalikannya. Contoh: tunjukkan boneka tidur, tunjukkan spin
krayon. Nilai ½ jika anak dapat melakukan 25 aktivitas kombinasi kata kerja
dan kata benda atau kebalikannya.
10. Nilai 1 jika anak dapat menunjuk 250 kata benda dalam buku, gambar atau
lingkungan. Nilai ½ jika anak dapat menunjuk 150 kata benda dalam buku,
gambar atau lingkungan.

Kemampuan Persepsi Visual dan Menyamakan (VP-MTS) Level 2

6. Nilai 1 jika anak dapat menyamakan obyek atau gambar yang sama dalam 6
gambar acak untuk 25 jenis benda. Nilai ½ jika anak dapat menyamakan
obyek atau gambar yang sama dalam 4 gambar acak untuk 15 jenis benda.
7. Nilai 1 jika anak dapat mengelompokkan 10 warna atau bentuk yang berbeda
dari obyek hanya dengan prompt “kelompokkan warna” atau “kelompokkan
bentuk”. Nilai ½ jika anak dapat mengelompokkan 5 warna atau bentuk yang
berbeda.
8. Nilai 1 jika anak dapat menyamakan obyek atau gambar yang sama dalam 8
gambar (3 diantaranya memiliki obyek yang mirip) yang diatur acak untuk 25
benda. Contoh: menyamakan anjing ke anjing dimana anjing berada dalam 8
gambar berbeda dengan 3 diantarnya binatang mirip anjing seperti kucing,
babi, kuda poni. Nilai ½ jika anak dapat menyamakan obyek atau gambar
yang sama dalam 6 gambar (3 diantaranya memiliki obyek yang mirip) yang
diatur acak untuk 15 benda.
9. Nilai 1 jika anak dapat menyamakan 25 obyek atau gambar yang tidak sama
dalam 10 gambar acak (memiliki minimal 3 stimuli yang mirip). Contoh
bermacam transportasi truk, bus, sedan, jip, sedan. Kemudian anak diberi jenis
sedan lain, apakah bisa menyamakan dengan sedan yang bermerek beda? Nilai
½ jika anak dapat menyamakan 15 obyek atau gambar yang tidak sama dari 10
gambar acak (memiliki minimal 3 stimuli yang mirip).
10. Nilai 1 jika anak dapat menyamakan 25 obyek atau gambar yang tidak sama,
obyek (3D) ke gambar (2D) dan sebaliknya dari 10 gambar/obyek acak
(memiliki 3 stimuli mirip). Contoh gambar apel ke mainan plastic apel, tetapi
dalam pilihan gambar ada gambar tomat merah, bola merah selain apel merah.
Apakah anak bisa menyamakan plastic apel ke gambar apel? Nilai ½ jika anak
dapat menyamakan 15 obyek atau gambar yang tidak sama, obyek (3D) ke
gambar (2D) dan sebaliknya dari 10 gambar/obyek acak (memiliki 3 stimuli
mirip).

Independent Play Level 2

6. Nilai 1 jika anak secara aktif dan mandiri mencari bagian yang hilang dari
sebuah mainan atau bagian mainan sebanyak 5 bagian ketika bagian itu
disimpan, sengaja atau tidak sengaja. Nilai ½ jika anak secara aktif dan
mandiri mencari bagian yang hilang dari sebuah mainan atau bagian mainan
sebanyak 2 bagian ketika bagian itu disimpan, sengaja atau tidak sengaja.
7. Nilai 1 jika anak secara mandiri dapat menggunakan/bermain dengan mainan
atau obyek sesuai dengan fungsinya untuk 5 benda. Contoh: telfon diletakkan
di kuping, sisir digunakan untuk menyisir. Nilai ½ jika anak secara mandiri
dapat menggunakan/bermain dengan mainan atau obyek sesuai dengan
fungsinya untuk 2 benda.
8. Nilai 1 jika anak dapat bermain secara kreatif dengan 2 benda sehari-hari yang
berbeda. Misal menggunakan panci sebagai drum, boks sebagai mobil-
mobilan (stimming tidak dihitung). Nilai ½ jika anak dapat bermain secara
kreatif dengan 1 benda.
9. Nilai 1 jika anak dapat bermain dengan alat-alat di taman bermain selama 5
menit dalam waktu observasi 30 menit. Contohnya bermain ayunan,
perosotan, dll. Nilai ½ jika anak dapat bermain dengan alat-alat di taman
bermain selama 2 menit dalam waktu observasi 30 menit.
10. Nilai 1 jika anak dapat secara mandiri membangun atau memasang mainan
yang terdiri dari beberapa bagian sebanyak 5 mainan. Misal: Mr. Potato Head,
lego, robot-robotan. Nilai ½ jika anak dapat secara mandiri membangun atau
memasang mainan yang terdiri dari beberapa bagian sebanyak 2 mainan.

Sosialisasi dan Bermain Sosial Level 2

6. Nilai 1 jika anak memulai interaksi dengan seorang teman sebanyak 2 kali
dalam 30 menit observasi. Contoh: mendorong wagon, pegang tangan. Nilai
½ jika anak memulai interaksi dengan seorang teman sebanyak 1 kali dalam
30 menit observasi.
7. Nilai 1 jika anak secara spontan mand/meminta menggunakan 2 kata mand
kepada temannya sebanyak 5 kali selama 1 jam observasi. Mand bisa dalam
beberapa bentuk misal kata benda: makanan, atau kata kerja: ayo main, dorong
saya. Nilai ½ jika anak secara spontan mand/meminta menggunakan 1 kata
mand kepada temannya sebanyak 2 kali selama 1 jam observasi.
8. Nilai 1 jika anak terlibat aktif bermain secara sosial dengan teman-temannya
selama 5 menit tanpa prompt dari orang dewasa selama 30 menit observasi
(bukan parallel play). Nilai ½ jika anak terlibat aktif bermain secara sosial
dengan teman-temannya selama 2 menit tanpa prompt dari orang dewasa
selama 30 menit observasi.
9. Nilai 1 jika anak secara spontan merespons terhadap 2 mand yang berbeda
dari teman-temannya selama 5 kali dalam observasi atau testing. Jangan
berikan nilai jika masih harus di prompt oleh orang dewasa. Nilai ½ jika anak
secara spontan merespons terhadap mand dari teman-temannya sebanyak 2
kali selama observasi atau testing.
10. Nilai 1 jika anak secara spontan mand terhadap teman-temannya mengajak
untuk berpartisipasi dalam bermain, bermain sosial atau aktivitas sosial
sebanyak 2 kali dalam 1 jam observasi. Contoh: main sama saya, yuk jadi
monster, mau bermain lego? Nilai ½ jika anak secara spontan mand terhadap
teman-temannya mengajak untuk berpartisipasi dalam bermain, bermain sosial
atau aktivitas sosial sebanyak 1 kali dalam 1 jam observasi.

Imitasi Motor Level 2

6. Nilai 1 jika anak dapat mengikuti 10 gerakan yang berbeda dengan


menggunakan obyek yang dipilih dari 3 pilihan ketika di prompt “Tirukan”.
Misal: memutar ban, memukul drum, membunyikan bel. Nilai ½ jika anak
dapat mengikuti 5 gerakan yang berbeda dngan menggunakan obyek yang
dipilih dari 3 pilihan kekita di prompt “Tirukan”.
7. Nilai 1 jika anak dapat mengikuti 20 gerakan motorik halus ketika di prompt
“Tirukan”. Nilai ½ jika anak dapat mengikuti 10 gerakan motorik halus ketika
di prompt “Tirukan”.
8. Nilai 1 jika anak dapat mengikuti 10 gerakan berbeda dari 3 gerakan yang
berurutan, ketika di prompt “Tirukan”. Misal tepuk tangan, loncat dan sentuh
hidung; ambil boneka, tidurkan di boks bayi dan goyang boks bayi (dalam
terapi atau alami). Nilai ½ jika anak dapat mengikuti 5 gerakan berbeda dari 2
gerakan yang berurutan, ketika di prompt “Tirukan” (dalam terapi atau alami).
9. Nilai 1 jika anak dapat secara spontan tanpa prompt dari orang dewasa untuk
mengikuti 5 behavior yang fungsional dalam kehidupan sehari-hari. Misal
makan dengan sendok, mencopot sepatu, buka jaket dan menggantung di
gantungan baju. Nilai ½ jika anak dapat secara spontan tanpa prompt dari
orang dewasa untuk mengikuti 2 behavior yang fungsional dalam kehidupan
sehari-hari.
10. Nilai 1 jika anak dapat mengikuti (atau mendekati) gerakan yang baru yang
dicontohkan orang dewasa, dengan atau tanpa obyek dengan prompt
“Tirukan”. Nilai ½ tidak ada dalam kategori ini.

 Mengajarkan Imitasi Gerakan

Kemampuan anak untuk imitasi gerak dari orang lain merupkan kemampuan penting
untuk perkembangan bahasa dan sosial dari sang anak karena secara alami anak belajar
dengan cara meniru dari lingkungan, gerakan atau vokal. Jika anak dapat mengikuti
gerakan dari orang lain, anak dapat belajar banyak kemampuan tanpa atau sedikit
training. Sebagian anak autis tidak dapat mengikuti imitasi gerak meskipun gerakan
sederhana sehingga memerlukan training tersendiri untuk mengembangkan kemampuan
tersebut.

Di awal terapi yang paling penting dalam trainingnya harus dilakukan secara menarik,
sebisa mungkin sambil bermain dan jangan lupa memberikan reinforcer sebagai motivasi
mereka untuk belajar. Contohnya: bermain cilukba, pura-pura jadi monster, bikin mimik-
mimik lucu sehingga anak tertarik untuk imitasi geraknya. Bisa juga sambil memindah-
mindahkan kacang di dalam toples menggunakan sendok, atau sambil bermain mobil-
mobilan, boneka dll. Aktivitas apa saja yang anak suka bisa digunakan sebagai latihan
imitasi. Jika anak sudah dapat mengikuti gerakan yang menarik buat sang anak, training
selanjutnya akan lebih mudah dengan imitasi gerakan yang kita inginkan.

Jika ternyata anak tidak dapat mengikuti dengan training secara alami di atas, kita perlu
melakukan training yang lebih intensif. Dimulai dengan kata “tirukan” atau “kerjakan”
anak diharapkan meniru gerakan yang kita inginkan. Jika perlu target dipecah menjadi
gerakan-gerakan yang lebih sederhana. Contoh jika ingin mengajarkan imitasi gerakan
bermain boneka, mungkin kita perlu membaginya menjadi memberi botol susu,
menidurkan boneka, mengganti celana boneka, menyelimuti boneka, dll Jika anak sudah
mahir, kompleksitas dari gerakan bisa ditingkatkan.

Contoh terapis ingin anak imitasi gerakan cilukba

Terapis             : “Tirukan” (sambil terapis melakukan gerakan cilukba)

Anak                : Jika anak lakukan – beri reinforcer

Jika anak diam atau lakukan kesalahan, ulangi lagi prosedur

Terapis             : “Tirukan” (sambil terapis melakukan gerakan cilukba)


Anak                : Anak meniru (jika perlu dengan bantuan  physical prompt penuh dari
terapis) — errorless learning

Terapis             :  “Pintar, hebat” sambil memberi reinforcer/rewardnya.

Demikian selanjutnya, tetapi sebisa mungkin prompt dikurangi secara perlahan sehingga
anak akhirnya bisa mandiri imitasi gerak tanpa bantuan terapis.

Cara agar training efektif:

1. Perintah hanya diberikan jika anak sudah siap (memperhatikan terapis).


Terapis harus memberikan instruksi verbal yang sederhana seperti “tirukan”
atau “kerjakan” diikuti dengan gerakan model yang sederhana. Jumlah target
gerakan antara 3-5 gerakan.
2. Diajarkan secara errorless learning, supaya anak lebih semangat untuk belajar,
karena smeakin sering berhasil dan mendapatkan reinforcernya. Jangan lupa
untuk mengurangi prompt secara perlahan jika anak sudah mahir.
3. Imitasi training akan berhasil baik jika dilakukan secara konsisten sebanyak
mungkin. Ada anak yang cepat belajar, ada yang membutuhkan waktu lebih
banyak bahkan sampai ratusan trial baru berhasil mengikuti gerakan.

Macam-macam imitasi:

1. Imitasi mainan/obyek – melatih kemampuan bermain dan dimulai dari apa


yang disukai anak. Gunakan 2 set mainan yang sama (jika perlu), misal:
mobil-mobilan, boneka, balok, kereta api, dll
2. Imitasi motorik kasar – gerakan tanpa material, seperti: tepuk tangan, sentuh
mata, berdiri, tangan ke atas, dll. Pilihlah target yang selaras dengan training
ikuti perintah atau mengajarkan anggota tubuh
3. Imitasi motorik halus – imitasi gerakan halus yang lebih detil seperti
menunjuk, jempol, tekan-tekan play dough, meronce, mewarnai, menulis, dll.
4. Imitasi oral motor – imitasi ini adalah dasar untuk membantu membentuk
artikulasi dan mengikatkan kemampuan vokal dari sang anak. Contoh: buka
mulut, senyum, cium jauh, tiup, dll

Jika anak sudah mahir meniru 1 gerakan, dilanjutkan dengan imitasi 2 gerakan atau
bahkan sampai seri dari gerakan. Imitasi gerakan misalnya terapis ingin anak mengikuti 2
gerakan dari terapis: pegang hidung dan pegang mata, berdiri dan tangan ke atas, dll.
Setelah mahir, imitasi dilanjutkan di lingkungan sehari-hari misalnya melakukan
nyanyian sambil gerakan, menggambar, dll.
 

Mengajarkan Mengikuti Perintah Sederhana (One Step Instruction)

Mengikuti perintah sederhana sebetulnya merupakan salah satu bagian listener


responding/receptive language, tetapi di awal program karena erat kaitannya dengan
imitasi gerak, maka digabungkan penjelasannya disini. Listener responding yang lebih
umum akan di jelaskan minggu depan. Pengajaran imitasi gerak dan mengikuti perintah
sederhana dilakukan saat bersamaan tetapi dicatat dalam lembar data terpisah (contoh
form terlampir).

Untuk anak yang kesulitan untuk mengerti listener responding, training untuk listener
responding bisa dimulai dengan training mengikuti perintah sederhana. Kemampuan
mengikuti perintah adalah sangat penting untuk kehidupan sehari-hari dan keberhasilan
akademik. Untuk tahap awal, kemampuan ini dilatih dengan bahasa yang sederhana dan
dilakukan dengan perintah langsung dalam ruang terapi, dan jika sudah mahir dapat
diterapkan di kehidupan sehari-hari.

Langkah pengajarannya hampir sama dengan pengajaran imitasi gerak di atas sebagai
berikut:

1. Terapis memberikan perintah jika anak sudah siap memperhatikan terapis.


Pilih 3-5 perintah sekali pengajaran. Dahulukan perintah yang paling
sederhana dan digunakan anak dalam aktivitas sehari-hari.
2. Ajarkan secara errorless learning. Jika diperlukan dimulai dengan physical
prompt penuh, dan kemudian berikan reinforcers. Secara perlahan prompt
dikurangi jika anak sudah mahir sampai anak dapat mandiri melakukan
instruksi tersebut. Jangan lupa pilih reinforcers yang memberikan motivasi
kuat anak untuk belajar.
3. Pengulangan adalah kunci dari keberhasilan terapi ini. Latihlah setiap hari di
berbagai kesempatan.

Contoh: terapis ingin mengikuti perintah tepuk tangan

Terapis             : “Tepuk tangan”

Anak                : Jika anak lakukan – beri reinforcer

Jika anak diam atau lakukan kesalahan, ulangi lagi prosedur


Terapis             : “Tepuk tangan”

Anak                : Anak bertepuk tangan dibantu dengan physical prompt penuh dari
terapis dengan menggunakan prinsip errorless learning

Terapis             :  “Pintar, hebat” sambil memberi reinforcer/rewardnya.

Demikian selanjutnya sampai anak mahir. Jika anak sudah mahir, prompt dikurangi
secara perlahan sehingga anak akhirnya bisa mandiri mengikuti perintah tanpa bantuan
terapis. Di kehidupan sehari-hari kita bisa melatih anak mengikuti perintah misal dengan
tutup pintu, buang sampah, letakkan piring ini dapur, nyalakan/matikan lampu, dll

Jika anak sudah mahir melaksakan 1 perintah, dapat ditingkatkan kompleksitas dari
perintah menjadi 2 perintah sekaligus atau bahkan 3 perintah sekaligus. Perhatikan
apakah mampu melaksanakan 2 atau 3 perintah dan anak bisa melakukan dengan urutan
yang benar? Contoh di tempat terapi, tepuk tangan kemudian injak bumi, lambai tangan
kemudian pukul meja. Contoh di kehidupan sehari-hari: pergi ke dapur dan ambil piring
makan, pergi ke kamar dan ambil tas mama, cuci tangan dan cuci kaki, dll.

Echoic (EESA) Subtest – Level 2

Dalam level 2 ini anak diharapkan dapat mengimitasi (echo) kata atau frasa pendek
sampai 3 suku kata  dengan volume, nada dan prosody yang tepat.

Listener Responding berdasarkan Fungsi, Sifat dan Kelas (LRFFC) Level 2

6. Nilai 1 jika anak dapat memilih 5 makanan/minuman ketika ditunjukkan


dalam barisan 5 gambar barang (1 makanan/minuman yang 4 lainnya barang-
barang lain). Orang dewasa memberikan pernyataan “Kamu makan ______”
atau “Kamu minum ______”. Nilai ½ jika anak dapat memilih 2
makanan/minuman ketika ditunjukkan dalam barisan 5 gambar barang.
7. Nilai 1 jika anak dapat memilih dari barisan 8 gambar untuk 25 kata mengisi
pernyataan. Barang-barang tersebut anak sudah bisa identifikasi dan tact.
Contoh: Kamu tidur di ____ (tempat tidur), kamu meniup _____ (balon),
kamu makan dengan ____ (sendok). Nilai ½ jika anak dapat memilih dari
barisan 8 gambar untuk 12 kata mengisi pernyataan.
8. Nilai 1 jika anak dapat memilih dari barisan 10 gambar (atau dari buku
bergambar) untuk 25 benda untuk menjawab pertanyaan apa, yang mana atau
siapa. Contoh: Siapa yang mengantar kamu sekolah? Apa yang mengeong?
Siapa temannya Dora? Nilai ½ jika anak dapat memilih dari barisan 10
gambar (atau dari buku bergambar) untuk 12 benda.
9. Nilai 1 jika anak dapat menunjuk/memilih dari barisan 10 gambar atau dari
buku bergambar untuk 25 benda (yang meliputi banyak kategori: binatang,
baju, makanan, dll), terapis menggunakan 3 pertanyaan yang berbeda. Misal
pertanyaan tentang pesawat. Apa yang bisa terbang? Apa yang memiliki
sayap? Apa yang dikemudikan pilot? Nilai ½ jika anak dapat
menunjuk/memilih dari barisan 10 gambar atau dari buku bergambar untuk 12
benda.
10. Nilai 1 jika anak secara spontan tact untuk 50% dari target LRFFC. Tact disini
sudah menggunakan 2 atau 3 sifat/fungsi/kategori. Contoh: Binatang apa yang
hidup di air? Setelah mandi, apa yang kamu lakukan? Apa yang kamu pelajari
hari ini di sekolah? Nilai ½ jika anak secara spontan tact untuk 25% dari target
LRFFC, atau jika dia dapat tact 50% dari target LRFFC tetapi membutuhkan 1
prompt di awal sesi.

Intraverbal

6. Nilai 1 jika anak dapat mengisi titik-titik dari 10 lagu atau frasa yang berbeda,
aktivitas bermain, suara binatang, dll. Contoh: cicak cicak di ____ (dinding) ,
Naik ____ (turun), Kucing ___ (meong). Nilai ½ jika anak dapat mengisi titik-
titik dari 5 lagu atau frasa.
7. Nilai 1 jika anak dapat menjawab namanya jika ditanya “Siapa
namamu?”. Nilai ½ tidak ada.
8. Nilai 1 jika anak dapat mengisi kata yang hilang dari 25 frasa yang diketahui
umum. Contoh: Kamu tidur di ____ (tempat tidur), Cuci ____ (tangan), Sapu
___ (lantai). Nilai ½ jika anak dapat mengisi 12 frasa.
9. Nilai 1 jika anak dapat menjawab 25 pertanyaan umum “apa” tanpa echoic
atau keberadaan bendanya. Contoh: Apa yang kamu minum? Binatang apa
yang kamu suka? Apa makanan favoritmu? Nilai ½ jika anak dapat menjawab
12 pertanyaan umum “apa”.
10. Nilai 1 jika anak dapat menjawab 25 pertanyaan siapa atau dimana tanpa
echoic atau ada keberadaan bendanya. Contoh: siapa yang mengajar di
sekolah? Siapa yang memeriksa kamu saat sakit? Dimana kamu menemukan
sikat gigi? Dimana kuenya? Dimana mobil ayah? Nilai ½ jika anak dapat
menjawab 12 pertanyaan siapa atau dimana tanpa echoic atau ada keberadaan
bendanya.

Rutinitas dalam Kelas dan Kemampuan dalam Grup

6. Nilai 1 jika anak dapat duduk diam saat makan snack atau makan siang tanpa
masalah perilaku selama 3 menit. Anak dapat diprompt (gestural dan verbal)
untuk duduk lagi setelah 3 menit duduk diam. Nilai ½ jika anak dapat duduk
diam saat makan snack atau makan siang tanpa masalah perilaku selama 1
menit.
7. Nilai 1 jika anak dapat melakukan aktivitas rutin kelas seperti membereskan
tas, berbaris, datang ke meja hanya dengan 1 perintah/prompt (dalam grup)
saat observasi. Nilai ½ jika anak dapat melakukan aktivitas rutin kelas dengan
2 prompts atau lebih saat obervasi.
8. Nilai 1 jika anak dapat melakukan 80% transisi di kelas dengan hanya 1
gestural atau verbal prompt tanpa masalah perilaku. Nilai ½ jika anak dapat
melakukan transisi di kelas dengan menggunakan 2 prompt atau lebih saat
observasi (tidak termasuk prompt fisik).
9. Nilai 1 jika anak dapat duduk dalam grup (circle-time) yang terdiri dari 3 anak
atau lebih selama 5 menit tanpa masalah perilaku atau berusaha meninggalkan
grup. Nilai ½ jika anak dapat duduk dalam grup (circle-time) selama 2 menit
tanpa masalah perilaku atau berusaha meninggalkan grup.
10. Nilai 1 jika anak dapat duduk dalam grup yang melakukan aktivitas (circle
time, prakarya, dll) dengan 3 anak atau lebih selama 10 menit, atensi terhadap
guru paling tidak 50% dari waktu tersebut, serta mengikuti/menjawab 5
perintah/pertanyaan guru. Nilai ½ jika anak dapat duduk dalam grup yang
melakukan aktivitas dengan 3 anak atau lebih selama 10 menit, atensi terhada
guru 33% dari waktu tersebut, serta mengikuti 2 instruksi guru.

Struktur linguistic
6. Nilai 1 jika orang dewasa yang dia kenal dapat mengerti artikulasi dari 10 tact
sang anak. Nilai ½ jika orang dewasa yang dia kenal dapat mengerti artikulasi
dari 5 tact sang anak.
7. Nilai 1 jika anak dapat menunjuk pada identifikasi 100 kata yang dipilih dari 5
barisan gambar atau melakukan gerakan yang spesifik. Contoh: pegang
hidung, loncat, tunjuk kunci. Nilai ½ jika anak dapat menunjuk pada
identifikasi 50 kata yang dipilih dari 5 barisan gambar atau melakukan
gerakan yang spesifik.
8. Nilai 1 jika anak dapat menghasilkan 10 jenis 2 kata berbeda per hari dari
mand atau tact, kecuali echoic. Bisa dibantu verbal prompt seperti “Apakah
itu?” atau “Apa yang kamu mau?”. Nilai ½ jika anak dapat menghasilkan 5
jenis 2 kata berbeda per hari dari mand atau tact, kecuali echoic.
9. Nilai 1 jika anak dapat menghasilkan prosody fungsional (ritme, stress dan
intonasi) dari beberapa kata atau frasa dalam 5 kesempatan berbeda dalam 1
hari. Nilai ½ jika anak dapat menghasilkan prosody fungsional dari beberapa
kata atau frasa dalam 2 kesempatan berbeda dalam 1 hari.
10. Nilai 1 jika anak dapat menghasilkan total 300 kata (semua verbal operant:
mand, tact, intraverbal, kecuali echoic). Nilai ½ jika anak dapat menghasilkan
total 200 kata.

Anda mungkin juga menyukai