Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

BINA GERAK

Tentang :

“Program Pengajaran Pengembangan Bina Diri bagi Anak Tunadaksa”

Disusun Oleh Kelompok 7:

Eni Marlina 19003010

Nuri Safitrianti 19003021

Annisa Lina Fatillah 19003120

Dosen Pengampu :

Dr. Nurhastuti, S.Pd., M.Pd

Ns. Setia Budi., M.Kep

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2021
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT. Karena
dengan rahmat karunia serta taufik dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah Bina
Gerak. Adapun judul dari makalah ini adalah “Program Pengajaran Pengembangan Bina Diri
bagi Anak Tunadaksa”. Ini semua hanya sebatas pengetauan dan kemampuan yang penulis
miliki dan penulis juga berterima kasih kepada dosen pembimbing dan rekan-rekan yang telah
membantu penulis baik secara moril maupun materil.

Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan bagi pembaca. Penulis juga menyadari bahwa dalam makalah ini banyak
kekurangan dan jauh dari yang diharapkan. Untuk itu, penulis berharap adanya kritik dan saran
yang mendukung untuk memperbaiki makalah ini di masa yang akan datang.

Padang, April 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................................................................. ii

BAB I ............................................................................................................................................................ 1

PENDAHULUAN ........................................................................................................................................ 1

A. Latar Belakang .................................................................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................................................................. 1

C. Tujuan ............................................................................................................................................... 2

BAB II........................................................................................................................................................... 3

PEMBAHASAN ........................................................................................................................................... 3

A. Pengertian Program Pengajaran Pengembangan Bina Diri bagi Anak Tunadaksa ........................... 3

B. Penyusunan Program Pengajaran Pengembangan Bina Diri bagi Anak Tunadaksa ......................... 3

C. Pelaksanaan Program Pengajaran Pengembangan Bina Diri bagi Anak Tunadaksa ........................ 5

BAB III ......................................................................................................................................................... 7

PENUTUP .................................................................................................................................................... 7

A. Kesimpulan ....................................................................................................................................... 7

B. Saran ................................................................................................................................................. 7

DAFTAR RUJUKAN ................................................................................................................................... 9

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tunadaksa merupakan suatu kelainan atau hambatan pada otot, tulang, dan sendi
sehingga mengakibatkan gangguan gerak, komunikasi, persepsi, koordinasi, perilaku, dan
adaptasi sehingga mereka memerlukan pendidikan khusus dan layanan khusus. Menurut
Efendi (2006:114) tunadaksa merupakan ketidakmampuan anggota tubuh untuk
melaksanakan fungsinya disebabkan oleh berkurangnya kemampuan anggota tubuh untuk
melaksanakan fungsi secara normal akibat dariluka, penyakit, atau pertumbuhan yang
tidak sempurna sehingga diperlukan layanan khusus. Namun penanganan anak tunadaksa
seringkali tidak sesuai dengan kondisi dan kebutuhan anak tunadaksa. Hal ini terjadi
karena penanganan anak tunadaksa tidak dilakukan melalui proses identifikasi dan
asesmen. Identifikasi dimaksudkan untuk menemukan keberadaan anak tunadaksa
sedangkan asesmen dimaksudkan untuk mencari informasi secara komprehensif terkait
kondisi anak tunadaksa dari segi kelebihan, kelemahan, potensi maupun kebutuhan anak,
dengan harapan pemberian layanan atau penanganan yang sesuai dengan kondisi dan
kebutuhan anak tunadaksa.
Dengan permasalahan yang dihadapi oleh anak tunadaksa, menyebabkan mereka
perlu mendapatkan program khusus bina diri dan bina gerak. Menurut Karsono (2014: 2)
bina diri dan bina gerak merupakan program khusus bagi anak tunadaksa agar mereka
dapat melakukan aktivitas hidup sehari-hari atau Activities of Daily Living(ADL) secara
mandiri. Dengan mendapatkan Bina Diri dan Bina Gerak dapat memudahkan anak
tunadaksa dalam melakukan aktifitas sehari-hari seperti anak pada umumnya.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian program pengajaran pengembangan bina diri bagi anak tunadaksa?

1
2. Bagaimana penyusunan program pengajaran pengembangan bina diri bagi anak
tunadaksa?
3. Bagaimana pelaksanaan program pengajaran pengembangan bina diri bagi anak
tunadaksa?

C. Tujuan
Dari rumusan masalah diatas didapatkan tujuannya sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian program pengajaran pengembangan bina diri bagi anak
tunadaksa.
2. Untuk mengetahui penyusunan program pengajaran pengembangan bina diri bagi
anak tunadaksa.
3. Untuk mengetahui pelaksanaan program pengajaran pengembangan bina diri bagi
anak tunadaksa.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Program Pengajaran Pengembangan Bina Diri bagi Anak Tunadaksa


Program pengajaran bina diri bagi anak tunadaksa merupakan sebuah rancangan
atau persiapan yang dibuat oleh guru tentang pembelajaran bina diri bagi anak tunadaksa.
Perencanaan atau program pengajaran mempunyai empat komponen utama, yaitu
komponen tujuan, mated, metode atau strategi, dan penilaian atau evaluasi. Setiap
komponen tersebut dapat dikembangkan menjadi sub komponen, sehingga jumlah
komponen yang terdapat dalam sebuah perencanaan pengajaran seringkali bervariasi.
Sebelum penyusunan program pengajaran bina diri bagi anak tunadaksa perlu diadakan
assesmen tentang kemampuan gerak dan kemampuan dalam melakukan kegiatan hidup
sehari-hari pada masing-masing siswa untuk menemukan kemampuan gerak siswa pada
saat ini. Berdasarkan kemampuan yang telah dimiliki pada saat ini, dikembangkanlah
kemampuan gerak untuk melakukan kegiatan hidup sehari-harinya dengan berbagai cara
atau latihan-latihan. ldealnya, program pengajaran ini disusun secara individual karena
kemampuan siswa sangat bervariasi, kecuali pada beberapa siswa yang kemampuannya
hampir sama dapat dibuatkan program pengajaran secara kelompok atau kiasikal. (Widati
& Sutisna, 2010)

B. Penyusunan Program Pengajaran Pengembangan Bina Diri bagi Anak Tunadaksa


Dari hasil assesmen ditemukan kemampuan berbagai gerak anak tunadaksa yang
nyata-nyata dimiliki pada saat ini. Berdasarkan kemampuan tersebut, maka disusunlah
program pengembangan geraknya yang dapat dirancang secara individual maupun secara
kiasikal. Dalam menyusun program individual berdasarkan pada kemampuan gerak
masing-masing anak, sedangkan untuk menyusun program kiasikal perlu ditentukan
terlebih dahulu kriteria kelompok yang kecacatannya ringan, sedang dan berat. . (Widati
& Sutisna, 2010)
1. Anak tunadaksa yang kecacatannya ringan, adalah mereka yang:

3
a. Mampu ambulasi jalan tanpa bantuan
b. Mampu melakukan kegiatan hidup sehari-hari tanpa bantuan atau hanya dengan
diawasi
c. Mampu berkomunikasi dengan bahasa lisan
2. Anak tunadaksa yang kecacatannya sedang, adalah mereka yang:
a. Ada hambatan dalam mobilisasi clan memelihara did sendiri sehingga perlu
bantuan minimal.
b. Mulai ada hambatan komunikasi
3. Anak tunadaksa yang kecacatannya berat, adalah mereka yang:
a. Tidak mampu mobilisasi, anak hanya tinggal di tempat tidur atau memakai kursi
roda
b. Tidak mampu melakukan kegiatan hidup sehari-hari, perlu bantuan sepenuhnya
c. Ada hambatan komunikasi, anak tidak mampu menyampaikan kehendaknya atau
tidak mampu menerima perintah
Dalam model Kemp (Akbulut, 2007; Irastorza, Begin & Fabry, 2008; Morrison,
Ross & Kemp, 2004; Park & Confessore, 2007) terdapat beberapa langkah dalam
penyusunan sebuah bahan ajar, yaitu:
a. Menentukan tujuan dan daftar topik, menetapkan tujuan umum untuk
pembelajaran tiap topiknya
b. Menganalisis karakteristik pelajar, untuk siapa pembelajaran tersebut didesain
c. Menetapkan tujuan pembelajaran khusus yang ingin dicapai dengan syarat
dampaknya dapat dijadikan tolak ukur perilaku pelajar
d. Menentukan isi materi pelajaran yang dapat mendukung tiap tujuan
e. Pengembangan prapenilaian/ penilaian awal untuk menentukan latar belakang
pelajar dan pemberian level pengetahuan terhadap suatu topic
f. Memilih aktivitas pembelajaran dan sumber pembelajaran yang menyenangkan
atau menentukan strategi belajar-mengajar, jadi siswa-siswa akan mudah
menyelesaikan tujuan yang diharapkan
g. Mengkoordinasi dukungan pelayanan atau sarana penunjang yang meliputi
personalia, fasilitas-fasilitas, perlengkapan, dan jadwal untuk melaksanakan
rencana pembelajaran

4
h. Mengevaluasi pembelajaran siswa dengan syarat mereka menyelesaikan
pembelajaran serta melihat kesalahan-kesalahan dan peninjauan kembali beberapa
fase dari perencanaan yang membutuhkan perbaikan yang terus menerus, evaluasi
yang dilakukan berupa evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.(Amalia & Martani,
2013)

C. Pelaksanaan Program Pengajaran Pengembangan Bina Diri bagi Anak Tunadaksa


Proses pelaksanaan program pengajaran bina diri memiliki tiga tahap. Tahap
pertama yaitu perencanaan. Tahap perencanaan program bina diri bagi anak tunadaksa
dilakukan dengan cara tim guru pembimbing khusus (GPK) menentukan dan menyusun
program pengajaran bina diri berdasarkan kebutuhan dan kemampuan siswa tunadaksa
yang diperoleh dari hasil identifikasi dan assesment yang telah dilakukan, potensi guru
pembibing khusus, dan juga potensi sekolah. Selanjutnya akan diadakan rapat antara
GPK, guru, dan pihak sekolah. Setelah mendapat persetujuan tim gpk akan menyusun
rancangan pelaksanaan pembelajaran. Keterlibatan orangtua di sekolah anaknya tidak
hanya sekedar ikut memberikan partisipasi nominal, tetapi juga telah mampu
merumuskan program dan kegiatan tersebut dengan penuh tanggung jawab (Wulandari et
al., 2019) .
Tahap kedua yaitu tahap pelaksanaan pengajaran bina diri dapat dibagi menjadi
dua pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan pembelajaran penyampaian materi
sedangkan pertemuan kedua yaitu praktik materi pengajaran bina diri. Tahap pelaksanaan
program bina diri dan bina gerak dapat dilakukan oleh orang-orang yang kompeten yaitu
ahli terapi okupasi dan fisio terapi, tetapi jika sekolah belum mempunyai ahli tersebut
pelaksanaan dapat dilakukan oleh guru pendidikan khusus yang sudah terampil
melakukannya. Kegiatan dapat dilaksanakan di ruangan (in door) atau di luar ruangan
(out door), hal ini disesuaikan dengan kondisi anak tunadaksa, materi kegiatan dan
kondisi sekolah (Villela, 2013).
Tahap terakhir yaitu tahap evaluasi. Evaluasi pelaksanaan program pengajaran
bina diri terdiri dari evaluasi program dan evaluasi hasil belajar. Proses evaluasi program
bina diri dilakukan melalui monitoring dan supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah
dalam sebuah rapat dengan gpk dan koordinator sekolah diketahui oleh wali murid setiap
satu semester sekali dan satu tahun sekali. Widyoko (2014) menjelaskan evaluasi

5
program pendidikan dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan untuk mengumpulkan,
mendeskripsikan, menginterprestasikan, dan menyajikan informasi tentang pelaksanaan
program yang telah dilaksanakan untuk dapat dijadikan dasar membuat keputusan,
menyusun kebijakan maupun menyusun program selanjutnya. Sedangkan evaluasi hasil
belajar siswa dilakukan oleh guru pembimbing khusus melalui pengamatan dan tes lisan
selama proses pembelajaranbina diri berlangsung. Evaluasi tersebut dilakukan agar
mengetahui perkembangan setiap anak tunadaksa dalam pelaksanaan bina diri, sehingga
mengetahui kemampuan anak. Evaluasi juga digunakan untuk mengetahui tingkat
keberhasilan maupun kendala-kendala dalam pelaksanaan program pengajaran bina diri.
Hal ini sesuai dengan pendapat Sudjana (Wulandari et al., 2019) bahwa tujuan evaluasi
hasil belajar adalah untuk mendeskripsikan kecakapan belajar para siswa untuk
mengetahui kelebihan dan kekurangannya dalam berbagai bidang studi yang
ditempuhnya sehingga dapat ditentukan tindak lanjut untuk memperbaiki atau
meningkatnya. Evaluasi hasil belajar siswa dilakukan secara deskriptif dalam setiap
tahapan belajar.

6
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Program pengajaran bina diri bagi anak tunadaksa merupakan sebuah rancangan
atau persiapan yang dibuat oleh guru tentang pembelajaran bina diri bagi anak tunadaksa.
Perencanaan atau program pengajaran mempunyai empat komponen utama, yaitu
komponen tujuan, mated, metode atau strategi, dan penilaian atau evaluasi.
Dari hasil assesmen ditemukan kemampuan berbagai gerak anak
tunadaksa yang nyata-nyata dimiliki pada saat ini. Berdasarkan kemampuan tersebut,
maka disusunlah program pengembangan geraknya yang dapat dirancang secara
individual maupun secara kiasikal. Dalam menyusun program individual berdasarkan
pada kemampuan gerak masing-masing anak, sedangkan untuk menyusun program
kiasikal perlu ditentukan terlebih dahulu kriteria kelompok yang kecacatannya ringan,
sedang dan berat.
Proses pelaksanaan program pengajaran bina diri memiliki tiga tahap. Tahap
pertama yaitu perencanaan. Tahap perencanaan program bina diri bagi anak tunadaksa
dilakukan dengan cara tim guru pembimbing khusus (GPK) menentukan dan menyusun
program pengajaran bina diri berdasarkan kebutuhan dan kemampuan siswa tunadaksa
yang diperoleh dari hasil identifikasi dan assesment yang telah dilakukan, potensi guru
pembibing khusus, dan juga potensi sekolah. Selanjutnya akan diadakan rapat antara
GPK, guru, dan pihak sekolah. Setelah mendapat persetujuan tim gpk akan menyusun
rancangan pelaksanaan pembelajaran. Keterlibatan orangtua di sekolah anaknya tidak
hanya sekedar ikut memberikan partisipasi nominal, tetapi juga telah mampu
merumuskan program dan kegiatan tersebut dengan penuh tanggung jawab

B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini penulis menyadari masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan-kesalahan serta kekurangan dalam penulisannya.

7
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
pembaca agar dapat menulis makalah ini dengan baik dan benar.

8
DAFTAR RUJUKAN
Amalia, M., & Martani, W. (2013). Pelatihan Penyusunan Program Pembelajaran Pendidikan
Karakter Anak Usia Dini Pada Guru Tk. HUMANITAS: Indonesian Psychological Journal,
10(2), 13. https://doi.org/10.26555/humanitas.v10i2.333

Villela, lucia maria aversa. (2013). Pentingnya Program Khusus Bina Diri dan Bina Gerak Pada
Anak Cerebral Palsy. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.

Widati, S., & Sutisna, N. (2010). BINA DIRI DAN BINA GERAK.

Wulandari, L. M., Susilawati, S. Y., & Kustiawan, U. (2019). Pelaksanaan Program Bina Diri
bagi Siswa Berkebutuhan Khusus di Sekolah Inklusi. Jurnal ORTOPEDAGOGIA, 5(1), 44–
49. https://doi.org/10.17977/um031v4i12018p044

Anda mungkin juga menyukai