Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH BINA DIRI

TENTANG
Kompetensi Dan Indikator Program Pembelajaran Pengembangan Bina Diri
Yang Fungsional Sesuai Kebutuhan Peserta Didik Tunagrahita

Dosen Pengampu:
Dra. Kasiyati, M.Pd.

Disusun Oleh:
Kelompok 4
1. RINA PUTRI AYU 19003154
2. BUNGA HIJRIYAH 19003126

PENDIDIKAN LUAR BIASA


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021
KATA PENGANTAR

Segala Puji bagi Allah SWT yang yang telah memberikan kami
kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat dan
baik. Atas rahmat dan hidayahnya-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Kompetensi dan Indikator program pembelajaran pengembangan
bina diri yang fungsional sesuai kebutuhan peserta didik tunagrahita” tepat waktu.
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi dunia pendidikan dan
memberikan banyak inspirasi bagi seluruh pihak atau pembaca.
Kami menyadari sepenuhnya bahwasanya makalah ini masih sangatlah
jauh dari kata sempurna tak lepas dari kami yang begitu banyak kekurangan
pengalaman dan terbatasnya pengetahuan yang kami miliki. Karena itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak guna
membangun kesempurnaan dan kemajuan pembelajaran seluruh mahasiswa
sekalian.

Padang, Maret 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR........................................................................................................i
BAB I...................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................1
Latar Belakang................................................................................................................1
Rumusan Masalah..........................................................................................................1
Tujuan Penulisan............................................................................................................1
BAB II..................................................................................................................................3
PEMBAHASAN....................................................................................................................3
A. Porgam pembelajaran bina diri..................................................................................3
B. Strategi Pelaksanaan Pembelajaran Bina Diri.............................................................5
C. Pedoman pembelajaran bina diri...............................................................................6
D. Metode Pembelajaran Bina Diri.................................................................................7
E. Teknik Pembelajaran Bina Diri....................................................................................8
F. Penilaian Pembelajaran Bina Diri................................................................................8
G. Contoh langkah-langkah pembelajaran bina diri.......................................................8
BAB III...............................................................................................................................10
PENUTUP..........................................................................................................................10
Kesimpulan...................................................................................................................10
Saran............................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................12

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istilah Activity of Daily Living (ADL) atau aktivitas kehidupan sehari-hari
dikenal dengan istilah Bina Diri dalam dunia pendidikan anak berkebutuhan
khusus. Bini diri berfokus pada kegiatan yang bersifat pribadi namun berdampak
pada hubungan antar sesama. Merupakan suatu kegiatan yang bersifat pribadi
karena setiap keterampilan yang diajarkan atau dilatihkan sanagat berkaitan
dengan kebutuhan pribadi yang seharusnya dilakukan tanpa dibantu orang lain
bila memungkinkan. Kata Bina berarti suatu proses membangun/proses
menyempurnakan untuk lebih baik dari sebelumnya.
Bina Diri merupakan suatu upaya membangun diri individu baik sebagai
individu maupun sebagai makhluk sosial melalui pendidikan, baikpendidikan
formal di sekolah, maupun pendidikan informal di keluarga, dan di masyarakat
dengan harapan dapat mewujudkan kemandirian dalam kehidupan sehari-hari
secara memadai. Bina Diri tidak hanya sekedar merawat diri, mengurus diri, dan
menolong diri, tetapi lebih dari itu karena kemampuan bina diri akan
mengantarkan anak berkebutuhan khusus mampu menyesuaikan diri dan
mencapai kemandirian. (Depdiknas:1997).
B. Rumusan Masalah
1. Apa Porgam pembelajaran bina diri anak tunagrahita ?
2. Bagaimana kopetensi pembelajaran bina diri anak tunagrahita ?

3. Apa indikator pembelajaran bina diri anak tunagrahita ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Porgam pembelajaran bina diri anak tunagrahita
2. Untuk mengetahui kopetensi pembelajaran bina diri anak tunagrahita
3. Untuk mengetahui apa indikator pembelajaran bina diri anak tunagrahita

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Porgam pembelajaran bina diri


Program pembelajaran bina diri merupakan suatu program pembinaan
yang berksinambungan agar anak dapat mengembangkan potensinya seoptimal
mungkin. Program pembelajaran bina diri pada dasarnya dibuat sebagai susatu
upaya membantu anak agar hidup lebih wajar dan lebih mandiri. Pembelajaran
Bina Diri diajarkan atau dilatihkan pada ABK mengingat dua aspek yang melatar
belakanginya. Latar belakang yang utama yaitu aspek kemandirian yang berkaitan
dengan aspek kesehatan, dan latar belakang lainnya yaitu berkaitan dengan
kematangan sosial budaya. 1

Beberapa kegiatan rutin harian yang perlu diajarkan meliputi kegiatan atau
keterampilan mandi, makan, menggosok gigi, dan ke kamar kecil (toilet);
merupakan kegiatan yang sangat erat kaitannya dengan aspek kesehatan
seseorang. Kegiatan atau keterampilan bermobilisasi (mobilitas), berpakaian dan
merias diri (grooming) selain berkaitan dengan aspek kesehatan juga berkaitan
dengan aspek social budaya, hal ini sejalan dengan Arifah A. Riyanto (1979 : 93)
yang menyatakan, ditinjau dari sudut social budaya maka pakaian merupakan
salah satu alat untuk berkomunikasi dengan manusia lain.

Dengan demikian jelaslah bahwa pakaian ini bukan saja untuk memenuhi
kebutuhan yang bersifat biologis material, tetapi juga akan berhubungan dengan
pemenuhan kebutuhan social psikologis. Berpakaian yang cocok atau serasi baik
dengan dirinya ataupun keadaan sekelilingnya akan dapat memberikan
kepercayaan pada diri sendiri... Dari contoh-contoh di atas, maka tepatlah bahwa
mata pelajaran Bina Diri merupakan kegiatan pembelajaran bagi anak
berkebutuhan khusus, mengingat anak-anak berkebutuhan khusus tertentu ada

2
yang belum atau tidak bisa mandiri dalam hal berpakaian, mandi, menggosok gigi,
makan, dan ke 3 toilet.

Hal-hal tersebut merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling


mendasar. Spektrum Bina Diri bagi ABK mempunyai ruang garap yang cukup
luas dalam arti bahwa setiap anak berkebutuhan khusus membutuhkan ADL yang
berbeda. Untuk setiap anak perbedaan-perbedaan itu berkaitan dengan hambatan
yang dimiliki anak yang menyebabkan keragaman cara, alat, ataupun metoda yang
dipergunakan oleh individu-individu dalam berlatih.2

Adapun ruang lingkup program pemebelajaran bina diri anatara lain


sebagai berikut:

a. Merawat diri, merupakan kegiatan sehari-hari yang sangat mendasar


berhubungan dengan kesehatan diri seperti makan-minum, kebersihan badan,
menjaga kesehatan

b. Mengurus diri, merupakan kemampuan kegiatan sehari-hari yang


berhubungan dengan penampilan dan kerapihan diri, seperti cara berhias dan cara
berpakaian.

c. Menolong diri, merupakan kemampuan mengatasi berbagai masaah


dalam kehidupan sehari-hari berhubungan dnegan pemecahan masalah yang
dihadapi oleh anak, misalnya menghindari bahaya, melakukan kegiatan sehari-
hari di rumah.

d. Komunikasi, merupakan sarana yang paling penting dalam


mengungkapkan keinginan dan memahami apa yang disampaikan oleh orang lain.

e. Sosialisasi dan adaptasi, merupakan interaksi dengan lingkungan


sekitar, misalnya bermain dengan teman, melakukan kerjasama dengan
lingkungan keluarga,dll.

f. Penguasaan pekerjaan, adalah kemampuan yang berhubungan dengan


pemenuhan ekonomi.

3
g. Pendidikan seks, merupakan suatu bentuk pemahaman tentang seks
misalnya: membedakan jenis kelamin, menjaga diri dan alat reproduksi, menjaga
diri dari sentuhan lawan jenis. (Sarwani, 1989)

B. Strategi Pelaksanaan Pembelajaran Bina Diri


Mumpuniarti (2007) Strategi pelaksanaan program bina diri didasarkan
atas pendekatan-pendekatan sebagai berikut:

a. Berorientasi pada kebutuhan anak dan dilaksanakan secara integratif dan


holistik.

b. Lingkungan yang kondusif juga sangat perlu diperhatikan dalam


pelaksanaan program bina diri. Sebaiknya lingkungan diciptakan diciptakan
semenarik dan semenyenangkan mungkin dengan tetap memperhatikan aspek
keamanan dan kenyamanan anak dalam belajar.

c. Pelaksanaan program bina diri sebainya dilakukan dengan model


pembelajaran terpadu, atau dalam kurikulum dikenal denganistilah model
pembelajaran tematik yang dalam hal ini pembelajaranbina diri beranjak dari satu
tema yang menarik dengan harapan anak mampu mengenal berbagai konsep
dengan mudah dan mengesankan.

d. Pelaksanaan program bina diri juga berfokus pada materi


pengembangan keterampilan atau kecakapan hidup.

e. Penggunaan berbagai media dan sumber belajar juga sangat dianjurkan


dalam pelaksanaan program bina diri, agar materi yang disampaikan dapat dnegan
mudah dipahami oleh peserta didik. Pemilihan media dan sumber belajar harus
mempertimbangkan materi ajar dan kondisi peserta didik.

f. Pembelajaran bina diri seharusnya berorientasi pada prinsip-prinsip


perkembangan dan kemampuan anak.3

4
C. Pedoman pembelajaran bina diri
Dalam pembelajaran bina diri pada anak berkebutuhan khusus tunagrahita,
seorang guru memerlukan sebuah pedoman pelaksanaan. Berikut beberapa
pedoman yang bisa dijadikan referensi guru dalam melakukan pembelajaran di
sekolah.

a. Perhatikan apakah anak sudah siap (matang) untuk menerima latihan-


latihan.

b. Belajar dalam keadaan santai (rileks). Segalanya dikerjakan dengan


tegas tanpa ragu dan dengan lemah lembut. Bersikap tenang dan manis, serta
hindari suasana yang ribut.

c. Latihan hendaknya diberikan dengan singkat, sederhana, dan tahap demi


tahaP. Tidak usah tergesa-gesa yang penting anak bisa.

e. Sebaiknya dilakukan percakapan dengan menggunakan kata-kata yang


sederhana, kata yang mudah dipahami oleh anak, percakapan ini dilakukan saat
anak sudah mulai melakukan sesuatu.

f. Pembelajaran bina diri sebaiknya dilakukan dengan disiplin, tidak


menyimpang dari dari waktu dan tempat yang sudah ditentukan.

g. Bila anak menunjukkan suatu keberhasilandalam melakukan sesuatu,


maka berilah pujian, namun sebaiknya jangan memuji berlebihan bila usaha yang
dikerjakan anak belum berhasil, sebaiknya tolong anak agar lain kali berusaha
lebih baik dan sempurna.

h. Kesalahan anak tidak usah menjadikan anda marah dan cemas. Bila
sudah lama berlatih namun masih gagal juga, jangan kecewa dan hentikan latihan
agar anak tidak frustasi dan merasa gagal.

i. Fleksibilitas, jika latihan tidak berhasil analisalah persoalan dengan


cermat. Mungkin metode perlu disusun kembali sesuai dengan batas kemampuan
dan kondisi anak.

5
j. Hendaknya guru menggunakan kata-kata, atau istilah, isyarat dan
metode mengajar yang sama agar anak tidak menjadi bingung.

D. Metode Pembelajaran Bina Diri


Beberapa metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran ini adalah:

a. Metode demonstrasi Metode demonstrasi adalah pertunjukan tentang


proses terjadinya suatu peristiwa atau benda sampai pada penampilan tingkah laku
yang dicontohkan agar dapat diketahui dan dipahami oleh peserta didik secara
nyata atau tiruannya (Syaiful, 2008:210). Metode demonstrasi adalah metode
mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan
melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan
media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang
disajikan (Muhibbin Syah, 2000:22). Tujuan pengajaran menggunakan metode
demonstrasi adalah untuk memperlihatkan proses terjadinya suatu peristiwa sesuai
materi ajar, cara pencapaiannya dan kemudahan untuk dipahami oleh siswa dalam
pengajarn kelas. Metode demonstrasi mempunyai beberapa kelebihan dan
kelekurangan.

b. Metode pemberian tugas Metode adalah suatu cara yang dipergunakan


untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam kegiatan belajar mengajar,
metode diperlukan oleh guru dan penggunaanya bervariasi sesuai dengan tujuan
yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir. Menurut Daradjat, metode
pemberian tugas/ penugasan/ resitasi, adalah cara dalam proses pembelajaran
bilamana guru memberi tugas tertentu dan murid mengerjakannya, kemudian
tugas tersebut dipertanggungjawabkan kepada guru.4

c. Metode simulasi Simulasi dapat digunakan sebagai metode mengajar


dengan asumsi tidak semua proses pembelajaran dapat dilakukan secara langsung
pada objek yang sebenarnya (Senjaya, 2008). Gladi resik merupakan salah satu
contoh simulasi, yakni memperagakan proses terjadinya suatu upacara tertentu
sebagai latihan untuk upacara sebenarnya supaya tidak gagal dalam waktunya

6
nanti. Jadi metode simulasi adalah peniruan atau perbuatan yang bersifat
menirukan suatu peristiwa seolah-olah seperti peristiwa yang sebenarnya.

d. Metode karyawisata Dalam hubungannya dengan kegiatan belajar


mengajar, pengertian karyawisata berarti siswa-siswa mempelajari suatu obyek di
tempat mana obyek tersebut berada. Karyawisata dapat dilakukan dalam waktu
singkat beberapa jam saja ataupun cukup lama sampai beberapa hari.5

E. Teknik Pembelajaran Bina Diri


Ada beberapa teknik yang perlu diperhatikan dalam mengajarkan suatu
tingkah laku atau ketrampilan yang baru kepada seorang anak, yaitu:

a. Memberi contoh (modelling), yaitu menunjukkan kepada anak apa yang


harus dikerjakan

b. Menuntun/mendorong (promting), ialah melakukan atau mengatakan


sesuatu untuk membantu anak agar dapat mengerti apa yang harus dilakukan

c. Mengurangi tuntunan (fading), ialah mengurangi tuntunan secara


bertahap sejalan dengan keberhasilan siswa.

d. Pentahapan (shaping), ialah membagi kegiatan dalam beberapa


pentahapan, bagi pekerjaan/kegiatan yang dimulai dari yang mudah ke yang
sukar. 6

F. Penilaian Pembelajaran Bina Diri


Bentuk Penilaian yang dilakukan berupa Perbuatan, karena yang dinilai
adalah kemampuan dalam praktek melakukan kegiatan menolong diri sendiri.
Selain tu penilaian juga dapat berupa lisan, karena sebelum praktek anak perlu
mengenal alat, bahan, dan tempat yang digunakan. Penilaian dilakukan pada saat
proses belajar mengajar berlangsung dan akhir pelajaran. Sasarannya adalah
kemampuan anak melaksanakan latihan mulai dari dengan bantuan sampai anak
mampu melakukan sendiri/mandiri.

7
G. Contoh langkah-langkah pembelajaran bina diri
Mencuci tangan dengan baskom

a. Perlengkapan yang digunakan: waskom, sabun, handuk/lap tangan

b. Cara melatih:

1. Isilah waskom dengan air bersih

2. Celuplah kedua belah tangan ke dalam air dalam waskom

3. Gosoklah kedua belah tangan dengan sabun . Kembalikan sabun


kedalam wadahnya

4. Gosoklah kedua belah tangan sampai sabun merata

5. Bilaslah kedua belah tangan sampai bersih dengan air

6. Buanglah air bekas cucian

7. Keringkan tangan dengan handuk/lap tangan.7

8
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Program pembelajaran bina diri merupakan suatu program pembinaan
yang berksinambungan agar anak dapat mengembangkan potensinya seoptimal
mungkin. Program pembelajaran bina diri pada dasarnya dibuat sebagai susatu
upaya membantu anak agar hidup lebih wajar dan lebih mandiri. Pembelajaran
Bina Diri diajarkan atau dilatihkan pada ABK mengingat dua aspek yang melatar
belakanginya. Latar belakang yang utama yaitu aspek kemandirian yang berkaitan
dengan aspek kesehatan, dan latar belakang lainnya yaitu berkaitan dengan
kematangan sosial budaya.

Beberapa kegiatan rutin harian yang perlu diajarkan meliputi kegiatan atau
keterampilan mandi, makan, menggosok gigi, dan ke kamar kecil (toilet);
merupakan kegiatan yang sangat erat kaitannya dengan aspek kesehatan
seseorang. Kegiatan atau keterampilan bermobilisasi (mobilitas), berpakaian dan
merias diri (grooming) selain berkaitan dengan aspek kesehatan juga berkaitan
dengan aspek social budaya, hal ini sejalan dengan Arifah A. Riyanto (1979 : 93)
yang menyatakan, ditinjau dari sudut social budaya maka pakaian merupakan
salah satu alat untuk berkomunikasi dengan manusia lain.

B. Saran
Sebagai penulis yang jauh dari kata sempurna, maka penulis meminta
maaf kepada pembaca atas ketidakpuansan nya. Dan penulis sangat berharap
kritikan dari pembaca agar penulis bisa menyempurnakan susunan makalah ini.
Dan semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.

9
DAFTAR PUSTAKA

Pendidikan J, Biasa L, Cendika R, Sudarto Z. JURNAL PENDIDIKAN KHUSUS


Model Pembelajaran Langsung Terhadap Kemampuan Bina Diri Siswa
Tunagrahita Diajukan kepada Universitas Negeri Surabaya Model
Pembelajaran Langsung Terhadap Kemampuan Bina Diri Siswa
Tunagrahita. Published online 2016:1-10.
Diri B, Anak B, Khusus B. No Title. :1-34.
33d8c6593b41ff0c7f270d89602137f1(36).pdf.
El-Dairi M, House RJ. Optic nerve hypoplasia. Handb Pediatr Retin OCT Eye-
Brain Connect. Published online 2019:285-287. doi:10.1016/B978-0-323-
60984-5.00062-7
Tunagrahita A, Yayasan DI, Anak P. Universitas Sumatera Utara. Published
online 2018.
Dianti FA, Handajani RP, Laksmiwati T. Fasilitas Rumah Bina Diri Pada SLB
Pembina Tingkat Nasional Bagian C, Lawang-Malang. Neliti J Mhs Jur
Arsit Univ Brawijaya. 2016;4(4).
Pd M. SEKOLAH. :1-9.

10

Anda mungkin juga menyukai