PENDIDIKAN MASYARAKAT
KELOMPOK I
Siswani (17002032)
DOSEN PENGAMPU
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayahnya kami dapat menyelesaikan makalah tentang
Pendidikan Masyarakat Informal dan Indigenous ini dengan baik meskipun banyak
kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih kepada Ibu Dra. Syur’aini, M.Pd
selaku Dosen mata kuliah Pendidikan Masyarakat Universitas Negeri Padang yang telah
memberi tugas ini kepada kami.
Kami harap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita tentang Pendidikan Masyarakat Informal dan Indigenous. Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari
kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat dimasa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami mohon kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
perbaikan makalah ini diwaktu yang akan datang.
Tim Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................3
B. Rumusan Masalah.............................................................................3
C. Tujuan...............................................................................................4
DAFTAR RUJUKAN............................................................................................13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan luar sekolah sebenarnya bukanlah baang baru dalam khasanah
berbudaya dan peradaban manisa. Pendidikan luar sekolah tetap hidup dan
menyatu di dalam kehidupan setiap masyarakat jauh sebelum muncul dan
masyarakatnya sistem persekolahan. PLS mempunyai bentuk dan pelaksanaan
yang berbeda dengan sistem yang sudah ada di pendidikan persekolahan. PLS
timbul dari dari konsep pendidikan seumur hidup dimana kebutuhan akan
pendidikan tidak hanya pada pendidikan persekolahan/pendidikan formal saja.
PLS pelaksanaanya lebih ditekankan kepada pemberian keahlian dan
keterampilan dalam suatu bidang tertentu.
Berbagai kelemahan sistem persekolahan dimuntahkan, terutama pada aspek-
aspek prosedural yang dinilai mengeras, kaku, serba ketat dan formalistis. Pada
intinya, walaupun sistem persekolahan masih tetap di pandang penting, pijakan
pemikiran sudah mulai realistis yaitu tidak semata-mata mengandalkan sistem
persekolahan untuk melayani anekaragam kebutuhan pendidikan yang kian hari
semakin mekar dan beragam. Pembinaan dan pengembangan PLS dipandang
relevan untuk bisa saling isi-mengisi atau topang menopang dengan sistem
persekolahan, agar setiap insan bisa menyesuaikan hidupnya sesuai dengan
perkembangan zaman. Dalam hal ini penulis merasa tertarik untuk membuat
makalah tentang pendidikan luar sekolah yang kita kenal dengan pendidikan
informal atau nonformal.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Pendidikan Masyarakat yang Informal dan Indigenous?
2. Bagaimana karakteristik Pendidikan masyarakat yang informal?
3. Apa saja bentuk Pendidikan masyarakat yang informal?
3
4. Bagaimana contoh Pendidikan masyarakat yang informal dan indigenous?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian pendidiakan masyarakat yang informal dan
indigenous.
2. Mengetahui karakteristik Pendidikan masyarakat yang informal.
3. Mengetahui bentuk Pendidikan masyarakat yang informal.
4. Menjelaskan contoh Pendidikan masyarakat yang informal dan indigenous.
4
BAB II
KAJIAN TEORI
5
seorang anak dimulai sejak lahir, dalam rumah. Saat sang bayi lahir, guru bicara
pertama, guru nyanyi pertama adalah ibu. Pendeknya sebelum anak mengenal
sekolah, bahkan masih dalam masa “Aha Elibris” (selalu ingin bertanya), peran
orang tua sangat besar. Pendidikan informal (pendidikan luar sekolah yang tidak
dilembagakan) adalah proses pendidikan yang diperoleh seseorang dari
pengalaman sehari-hari dengan sadar atau tidak sadar. Pada umumnya tidak
teratur dan tidak sistematis sejak seorang lahir sampai mati, seperti halnya dalam
keluarga, tetangga, pekerjaan, hiburan, pasar, atau dalam pergaulan sehari-hari.
Walau demikian, pengaruhnya sangat besar dalam kehidupan seorang karena
dalam kebanyakan masyarakat pendidikan luar sekolah yang tidak dilembagakan
berperan penting melalui keluarga, masyarakat, dan pengusaha.
Pendidikan informal adalah pendidikan yang diperoleh seseorang
berdasarkan pengalaman dalam hidup sehari-hari dengan sadar atau tidak sadar,
sejak seseorang lahir sampai ia meninggal, di dalam lingkungan keluarga,
masyarakat atau dalam lingkungan pekerjaan sehari-hari. Contohnya penemudi
becak. Bagi pengemudi becak, jelas tidak ada pendidikan formalnya. Jika
seseorang pertama kali mencoba mengemudi pasti akan mendapatkan kesulitan.
Kalau pun ada temannya yang baik hati, ia pun akan mengatakan lebih kurang
cara mengemudikannya seperti ini. Seterusnya sikap calon pengemudi becak itu
akan berjalan sendiri menjalankan becak di satu tanah lapang atau di jalan yang
sepi. Berdasarkan naluri dan pengalaman yang didapatkannya dari kegiatan
sehari-hari, ia akan merasakan lebih mantap mengendalikan becak. Atas dasar ini
sebenarnya tukang becak tadi telah mendapatkan pendidikan informal dalam
mengemudikan becak.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pendidikan dimulai dari
persiapan pendidikan (sebelum anak lahir), kemudian dilakukan pendidikan
informal dalam keluarga (setelah anak lahir) oleh orang tua, pada masanya anak
akan memasuki pendidikan formal disekolah dan selebihnya kegiatan
6
pendidikan berjalan di luar keluarga dan sekolah yaitu dalam masyarakat,
sehingga dengan demikian mengingatkan kita bahwa pada dasarnya manusia itu
hendaknya memperoleh pendidikan selama hidupnya. Mungkin dikenal dengan
asas baru dalam dunia pendidikan sebagai “Pendidikan Seumur Hidup” (life long
education) yang di negara Canada dikenal dengan “Life Long Learning” dan di
Amerika dikenal dengan “Countinuing Education”.
Pada konteks Internasional sangat disadari bahwa pembicaraan mengenai
indigenous peoples adalah pembicaraan stuktur masyarakat dan praktik kolonial
yang mengucilkan penduduk asli masih dipertahankan bahkan sebuah negara
baru telah dibentuk. Dengan kata lain, konsep indigenous peoples lahir pada
konteks dimana penguasa kolonial masih menjadi kekuatan dominan paska
negara-negara terbentuk. Disadari pula bahwa hal itu sangat relevan dengan
konteks Amerika, Rusia, Arktik dan banyak tempat di Pasifik. Namun
pendefinisian yang demikian kurang sesuai dengan kebanyakan wilayah di Asia
dan Afrika dimana kekuasaan kolonial tidak berlanjut ketika negara-negara baru
dibentuk oleh penduduk asli.
Pribumi (disebut pula orang asli atau penduduk asli) adalah masyarakat
yang merupakan keturunan penduduk awal dari suatu tempat, dan telah
membangun kebudayaannya ditempat tersebut dengan status asli (indigenous)
sebagai kelompok etnis yang bukan pendatang dari daerah lainnya. Contoh
masyarakat pribumi yaitu : bangsa Indian di Amerka Serikat, suku Maori di
Selandia Baru, orang aborogin di Australia, dan suku Ainu di Jepang.
Masyarakat pribumi bersifat autochon ( melekat pada suatu tempat ), sementara
kumpulan masyarakat perantauan dari kelompok etnis tertentu yang telah lama
meninggalkan tanah leluhurnya disebut diaspora, contohnya orang
TionghoaIndonesia, Jepang-Amerika, dan Yahudi-Rusia. Di Indonesia terdapat
ratusan suku bangsa yang bukan berasal dari luar Nusantara, yang disebut
7
Pribumi-Nusantara : mayoritas merupakan suku Jawa dengan jumlah sekitar 95
juta jiwa, disusul oleh suku Sunda, Batak, dan Madura.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pendidikan indigenous adalah pendidikan
yang didapatkan atau dilaksanakan dari berkembangnya suatu cara berpikir atau
cara pandang seseorang dipengaruhi oleh interaksi atau sosial budaya tempat
tinggalnya. Pendidikan indigenous ini lebih bergantung pada kondisi lingkungan
tempat individu tinggal beserta budaya, kepercayaan, sosial ekonomi, atau sistem
politik yang berlaku didalamnya.
8
15. Tidak terorganisasi secara struktural
16. Tidak ada penjenjangan kronologis
17. Tidak menenal adanaya kredensial
9
baik, tertib, dan diridhai Allah mulailah dari keluarga. Melihat peran yang
dapat dimainkan oleh pendidikan keluarga maka tidak berlebihan bila Sidi
Ghazalba mengkategorikannya pada jenis lembaga pendidikan primer,
utamanya untuk masa bayi dan masa anak-anak sampai usia sekolah.
Dalam lembaga ini sebagai pendidikan adalah orangtua, kerabat, famili dan
sebagainya. Orangtua sebagai pendidik, juga sebagai penanggung jawab
(Ramaylis, 2008:282).
Jadi, pendidikan oleh orang tua merupakan pendidikan utama dan pertama
bagi anak-anak mereka, karena merekalah anak mula-mula menerima
pendidikan. Dengan demikian bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam
kehidupan keluarga.
2. Ciri pendidikan keluarga
Menurut Sanapiah Faisal (1981:50) ciri-ciri pendidikan keluarga adalah:
a) Tidak pernah diselenggarakan secara khusus di sekolah
b) Medan pendidikan yang bersangkutan tidak diadakan pertama-tama
dengan maksud menyelenggarakan pendidikan
c) Pendidikan tidak terprogramkan
d) Tidak ada waktu belajar yang tertentu
e) Metode mengajarnya tidak formal
f) Tidak ada evaluasi yang sistematis
g) Umumnya tidak diselenggarakan oleh pemerintah.
3. Bentuk pendidikan keluarga
Adapun bentuk-bentuk pendidikan keluarga menurut sudut pandang Islam.
Hal ini sebagaimana yang diungkap oleh Salsa Az-Zahra (2009) dalam
bukunya “Membimbing Spiritual Anak” sebagai berikut:
a) Ajari anak membaca kitab suci sejak dini
b) Tumbuhkan pada anak rasa saling menyayangi dan mengasihi
c) Ajari anak untuk menghargai pemberian orang lain
10
d) Mintalah anak untuk menghentikan aktivitas saat Azan berkumandang
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas, maka penulis dapat menentukan kesimpulan
bahwasanya tidak di pungkiri lagi kepentinngan dalam pendidikan informal atau
pendidikan keluarga, karena pendidikan keluarga sebagai awal pendidik bagi
anak sekaligus penentu baik-buruknya pendidikan yang akan dilakukan anak
selanjutnya, yaitu pada pendidikan formal. Orang tua sebagai stimulus dan kunci
pendidikan anak dalam keluarga harus benar-benar mendidik dan memberikan
pendidikan yang terbaik bagi anak. Tidak ada alasan bagi orangtua untuk
mengelak atau menghindari terhadap pendidikan anak, meninjau pendidikan
informal atau keluarga begitu sangat diperlukannya bagi anak dan sangat
pentingya bagi perkembangan anak.
B. Saran
Semoga dengan adanya makalah ini, para pembaca bisa lebih mengetahui
tentang Perencanaan Pendidikan. Terlebih khususnya lagi kepada mereka calon
guru, semoga bisa menjadi bahan pelajaran yang baik, dan semoga bisa
diterapkan nanti ketika kita sudah bekerja menjadi seorang guru.
12
13
DAFTAR RUJUKAN
Anshari, H.M Hafi. 1982. Pengantar Ilmu Pendidikan. Surabaya : Usaha Nasional
Indra Kusuma, Amir Daien. 1973. Pengantar Ilmu Pendidikan Sebuah Tinjauan
Teoritis Filosofis. Surabaya : Usaha Nasional
Noor, H.M Arifin. 1999. Ilmu Sosial Dasar. Bandung : Pustaka Setia
14