Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PERSPEKTIF PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN ANAK

TUNAGRAHITA

(Program Pembelajaran Individual Anak Tunagrahita)

DOSEN PENGAMPU:

Dra. Kasiyati. M.Pd.

Grahita Kusumastuti. S.Pd., M.Pd.

Kelompok 7

Angelia Putri (18003117)

Elma Mardiana (18003128)

Ihsa Nabilla (18003065)

Sri Wahyuni Saputri (18003163)

JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan
HidayahNya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan
salam kepada Rosullulah SAW, yang telah menerangi dunia dengan ilmu
pengetahuan dan dakwah beliau yang tiada tandingannya.
Makalah dengan judul “Program Pembelajaran Individual Anak Tunagrahita”
merupakan makalah yang ditujukan untuk melengkapi persyaratan Tugas mata
kuliah Perspektif Pendidikan dan Pembelajaran Anak Tunagrahita, Jurusan
Pendidikan Luar Biasa. Dalam penyelesaian makalah, Penulis secara langsung atau
tidak langsung telah mendapatkan bantuan dari pihak lain. Untuk itu , pada
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesarnya kepada:
1. Orang Tua kami tercinta, yang telah memberikan dukungan dan do’a untuk
kesuksesan kami.
2. Dra. Kasiyati. M.Pd. Grahita Kusumastuti. S.Pd., M.Pd selaku dosen pengampu
mata kuliah Perspektif Pendidikan dan Pembelajaran Anak Tunagrahita.

3. Seluruh karib kerabat yang telah mendukung kami serta terlibat baik secara
langsung atau tidak langsung dalam penyelesaian makalah ini.
Penulis menyadari dalam penyususnan penelitian ini masih belum sempurna.
Oleh karena itu, Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga
dapat memberikan manfaat dan menambah wawasan bagi yang membutuhkannya.

Padang, 25 April 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i

DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 2

C. Tujuan ............................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 3

A. Kesenjangan Kurikulum dengan kebutuhan anak tunagrahita ......................... 3

B. Perbedaan Individual Anak Tunagrahita .......................................................... 3

C. Prosedur Penyusunan PPI ................................................................................. 5

D. Kendala-kendala dalam Penyusunan PPI ........................................................ 5

BAB III PENUTUP .............................................................................................. 8

A. Kesimpulan ...................................................................................................... 8

B. Saran ................................................................................................................. 8

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 9

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan hal yang penting bagi setiap manusia. Setiap
makhluk hidup yang berakal pasti memerlukan pendidikan dalam segala
aktivitasnya. Tidak akan ada aktivitas yang berjalan tanpa adanya
pendidikan. Dalam dunia pendidikan istilah guru, murid, belajar maupun
mengajar sudah tidak asing lagi kita dengar. Agar terciptanya proses belajar
mengajar yang baik dan benar serta efektif maka seorang guru haruslah
mengenali muridnya. Dalam hal ini, Kata mengenali berarti seorang guru
harus paham betul mengenai diri seorang anak (murid), cara anak belajar,
serta kebutuhan yang diperlukan anak dalam proses belajarnya. Karena
bagian yang penting dalam proses pembelajaran adalah adanya hubungan
keterkaitan antara seorang anak (murid) dan guru agar proses belajar
mengajar bisa berjalan lancar. Guru bukan hanya mengajar tetapi juga
mendidik seorang anak, artinya adanya pembinaan diri seorang anak, sifat,
maupun prilaku yang disesuaikan dengan kebutuhan sang anak.
Proses belajar dan mengajar tentu dibutuhkan bagi setiap manusia,
tidak terkecuali anak berkebutuhan khusus. Menurut (Marlina, 2015) Anak
berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki hambatan baik dalam segi
fisik, intelektual, emosi, sosial, prilaku bahkan motorik. Sehingga, dalam
pelayanannya di khususnya atas dasar kebutuhan yang mereka perlukan
misalnya saja seperti anak dnegan hambatan intelektual atau yang dikenal
dengan anak tunagrahita. Dalam proses pembelajarannya anak dengan
hambatan intelektual ini memiliki kemampuan yang berbeda dengan anak
pada umumnya sehingga dibutuhkan pembelajaran khusus dalam
menangani anak contohnya adanya program pembelajaran individual yang
diberikan oleh guru kepada anak yang sesuai dengan kebutuhan anak.
Dalam hal ini guru harus mengetahui perbedaan individual setiap anak
sehingga bisa menyusun program pembelajaran individual. Hal ini
diperlukan untuk meminimalisir kendala dalam penyusunan program
pembelajaran individual.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud kesenjangan antara kurikulum dengan kebutuhan
anak tunagrahita?
2. Apa saja perbedaan individual anak tunagrahita?
3. Bagaimana prosedur penyusunan PPI?
4. Apa saja kendala-kendala dalam penyusunan PPI?
C. Tujuan
1. Mengetahui kesenjangan antara kurikulum dengan kebutuhan anak
tunagrahita?
2. Mengetahui perbedaan individual anak tunagrahita
3. Mengetahui prosedur penyusunan PPI
4. Mengetahui kendala-kendala dalam penyusunan PPI

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kesenjangan Antara Kurikulum dengan kebutuhan anak tunagrahita


Untuk melihat kaitan antara kurikulum dengan kebutuhan, maka harus
dilakukan analisis yaitu memulai analasisnya dari kurikulum yang saat ini
digunakan. Dan selanjutnya di lakukan analisis kebutuhannya. untuk
mendapatkann gambaran tentang kurikulum, baik itu kurikulum untuk anak yang
tergolong ringan maupun yang tergolong berat. Dapat dilakukan dengan ara
menganalisis isi kurikulum dan dapat dilakukan berdasarkan sebagai berikut;
1. Jenjang pendidikan
Berdasarkan dari jenjang pendidikan, susunan materi anak TK dengan
Sekolah Dasar nampak terjadi ketidak teraturan. Dimana materi kurikulum
anak TK tidak memberikan kesan sebagai jenjang pendidikan yang akan
mempersiapkan kematangan belajar anak untuk memasuki ke jenjang
pendidikan selanjutnya. Misalnya dari TK ke jenjang Sekolah Dasar dan
jenjang selanjutnya.
2. Urutan materi
Dilihat dari urutan materi tersebut dapat dilakukan analisis. Misalnya
materi yang disusun mulai dari yang abstrak ke yang konkrit. Logika ini
menjadi terbalik yaitu anak diajak belajar mulai dari yang abstrak menuju
yang konkrit. Membilang 4,5,6,7 dan membilang mundur 7,6,5,4 adalah
persoalan yang abstrak dan sulit, sedangkan mengurutkan benda adalah
persoalan yang konkrit. Maka ini adalah yang bertentangan dengan kaedah
dan prinsip dalam pendidikan, dan sebenarnya dimana proses belajar harus
berjalan dari yang konkrit menuju yang abstrak.

B. Perbedaan Pembelajaran Individual Anak Tunagrahita

Proses pembelajaran anak tunagrahita ditekankan pada pembelajaran


individualisasi. Hal ini didasarkan atas kenyataan bahwa perbedaan
individual anak tunagrahita sangat mencolok. Pelaksanaannya adalah dimana
siswa belajar pada bidang pengajaran tertentu dengan bahan pelajaran,
metode,dan media yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan anak

3
tunagrahita masing-masing. Program pengajaran seperti ini mengupayakan
untuk mensepadankan antara siswa, materi pelajaran, tugas-tugas, dan metode
pengajaran untuk mencapai perkembangan yang optimal.

C. Prosedur Penyusunan PPI

Menurut (Rudiyati, 2010) dalam pengembangan Program Pendidikan


Individual/IEP perlu ditempuh prosedur sebagai berikut:
1. Pembentukan Komite/Tim, yang bertugas untuk menyusun dan memonitor
pelaksanaan Program Pendidikan Individu yang terdiri antara lain:
a. Guru (termasuk guru khusus) & Kepala Sekolah
b. Orangtua/ wali siswa
c. Anak ( jika dimungkinkan )
d. Pihak-pihak lain atas permintaan Kepala Sekolah, Guru atau
Orangtua/wali siswa.
2. Pertemuan anggota Komite/Tim Penyusun IEP
3. Identifikasi kemampuan & keterbasan siswa (need-assessment), sebagai
dasar penyusunan kurikulum bagi siswa tersebut.
4. Penyusunan kurikulum berdasarkan kondisi, keterbatasan, kebutuhan an
lingkungan siswa berkelainan yang bersangkutan.
5. Keputusan penempatan; apakah siswa tersebut akan ditempatkan di sekolah
umum/inklusi, sekolah khusus atau di lembaga lain.
6. Proses pengembangan kurikulum individual yang penjabarannya pada
program pengajaran individual yang meliputi kegiatan sebagai berikut:
a. Mendeskripsikan secara rinci kemampuan siswa pada saat ini dalam
berbagai bidang.
b. Menetapkan tujuan tahunan dan tujuan khusus yang akan dicapai siswa.
Dalam menetapkan tujuan harus diingat bahwa:
1) Tujuan harus mencakup keterampilan fungsional yang praktis dan
diperlukan siswa, baik untuk masa sekarang maupun masa yang akan
datang.
2) Tujuan mencakup empat ranah, yaitu ranah domestik, waktu luang,
masyarakat dan vokasional.
3) Tujuan harus sesuai dengan usia kronologis/perkembangan siswa.

4
4) Tujuan harus realistic, artinya dapat dicapai oleh siswa.
c. Menentukan cara untuk mengukur kemajuan siswa, termasuk
pengembangan alat ukurnya.
d. Menentukan ranah kurikulum yang menjadi tekanan, kemudian
mengidentifikasi lingkungan yang terkait dengan ranah kurikulum
dimaksud.
e. Menetapkan strategi dalam mengajarkan keterampilan sesuai dengan
ranah kurikulum yang menjadi tekanan, diawali dengan melakukan
analisis tugas “task analysis”, yaitu menganalisis sebuah tugas yang
kompleks menjadi langkah-langkah kecil yang sederhana dan mudah
dilakukan siswa. Analisis tugas dapat dilakukan dengan cara
mengobservasi siswa ketika melakukan tugas bersangkutan dan mencatat
langkah-langkah yang dapat dan tidak dapat dilakukan siswa atau
memerlukan bantuan, secara cermat.
7. Pengelolaan Program Pengajaran Individual/PPI
Program pembelajaran Individual/PPI dapat dikembangkan secara praktis
dan mampu dikelola oleh guru, serta sesuai dengan kondisi, keterbatasan,
kebutuhan, dan lingkungan siswa. Langkah awal yang perlu dilakukan
adalah mengembangkan format yang sesuai dengan hal-hal yang disebut
terdahulu, kemudian baru mengembangkan komponen-komponennya.
Namun demikian format bukanlah hal yang mengikat, tetapi merupakan
suatu kerangka yang memudahkan kita dalam menunangkan idea tau
gagasan.

D. Kendala-kendala dalam Penyusunan PPI

Kendala-kendala dalam penyusunan program pembelajaran sekolah adalah


masalah yang ada pada saat guru ataupun orang yang akan membuat program
pembelajaran individual dalam melakukan penyusunan program pembelajaran
individual, adapun beberapa hal yang menjadi kedala dalam penyusunan
program pembelajaran individual seperti:

1. Budaya Sekolah

5
Cara kerja yang berorientasi kepada kurikulum yang ditetapkan
telah berjalan lama, dan mengkristal pada diri guru, sehingga telah
membentuk kebiasaan (budaya), oleh karenanya menjadi sulit untuk dapat
menerima inovasi baru dalam pendidikan. Akibatnya guru kurang memiliki
keberanian, takut salah, dan akan berakibat terhadap penilaian kinerja
atasannya, yang pada akhirnya guru tidak dapat lagi melihat masalah dan
kebutuhan yang dihadapi setiap peserta didiknya. Untuk memulihkan
kebiasaan-kebiasaan yang kurang mendukung terhadap pelaksanaan PPI,
peran kepala sekolah menjadi sangat strategis dalam memberi motivasi dan
pemahaman kepada guru-guru untuk memulai menerapkan PPI. Kepala
sekolah juga perlu mengkomukasikan pelaksanaan PPI tersebut kepada
pihak pemerintah untuk turut memberi dukungan penuh.

2. Kendala Teknis

Hambatan lain yang sering dihadapi guru berkenaan dengan


penyusunan program pembelajaran individual di lapangan menyangkut
masalah-masalah yang bersifat teknis. Hambatan-hambatan yang dimaksud
dan cukup menonjol dihadapi guru adalah, Pertama; menyangkut teknik di
dalam proses menurunkan apa yang menjadi kebutuhan dari setiap
kelemahan yang ditunjukkan siswanya untuk disusun secara sistimatis
menjadi materi. Kedua; menyangkut teknik di dalam menyelaraskan antara
materi yang disusun berdasakan hasil asesmen dangan materi yang disusun
berdasarkan kurikulum yang berlaku (yang ada) menjadi suatu program yang
utuh dan sistimatis. Menyelaraskan program berdasarkan hasil asesmen
dengan kurikulum yang ada sebetulnya dapat dilakukan guru dengan mudah
dan sederhana, Misalnya:

a. Urutkan materi yang telah disusun berdasarkan hasil asesmen, kemudian


bandingkan dengan urutan materi yang telah disusun dalam kurikulum.
Tugas guru adalah menggabungkan kedua materi tadi. Penempatan
butir-butir (materi hasil asesmen) dilakukan berdasarkan sub-pokok
bahasan yang telah disusun dalam kurikulum.

6
b. Sebagai langkah berikutnya susun atau urutkan kembali materi yang
telah digabungkan tadi, kemudian penggal menjadi beberapa
pertemuan. Pemenggalan itu dapat dilakukan berdasarkan semester atau
catur wulan. Perlu dikemukakan bahwa kesenjangan antara materi yang
ada dalam kurikulum dengan materi yang diperoleh berdasarkan hasil
asesmen sering kali terjadi dalam rentang yang cukup tajam. Misalnya;
anak duduk di kelas III pada semester akhir, sementara materi yang
disusun berdasarkan hasil asesmen lebih dekat dengan materi kurikulum
dibawahnya (untuk kelas I), maka proses penyelerasan materi dilakukan
bukan berdasarkan di kelas mana ia duduk, melaiankan didasarkan pada
tinggi rendahnya materi. Anak boleh tetap belajar di kelas III. Namun
materi yang diajarkan akan disesuaikan dengan hasil penyelarasan pada
kurikulum yang terdapat di kelas I.

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesenjangan Antara Kurikulum dengan kebutuhan anak tunagrahita
bisa dilihat dari perbedaan jenjang pendidikan serta urutan materi yang akan
di ajarkan kepada anak sesuai dengan kurikulum yang diajarkan. Untuk
anak tunagrahita program pembelajaran yang di ajarkan lebih ditekankan
terhadap individualisasi anak artinya lebih terfokus terhadap masing-
masing anak. Sehingga dibutuhkan program pembelajaran individual bagi
anak yang tentunya memiliki prosedur pelaksanaan program. Dan juga,
dalam penyusunan program pembelajaran individual tentu memiliki
beberapa kendala seperti budaya sekolah yang telah di terapkan serta
kendala-kendala teknis lainnya.

B. Saran
Adapun saran dari kelompok yaitu agar program pembelajaran
individual bagi siswa yang membutuhkan benar-benar harus diterapkan
sehingga mereka bisa mengikuti pembelajran secara pelan tetapi pasti. Dan
juga ada baiknya jika setiap anak yang memiliki permasalahan dalam
pembeljarannya bisa cepat di tangani dengan program pembelajaran
individual ini.

8
DAFTAR PUSTAKA

Marlina. 2015. Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus (Pendekatan


Psikoedukasional). kedua. ed. yenni hayati. padang.

Rudiyati, Sari. 2010. “Pengembangan Dan Pengelolaan Program Pendidikan


Individual Bagi Anak Berkelainan Di Sekolah Inklusif.” Jurnal Pendidikan
Khusus 6(1): 56.

Anda mungkin juga menyukai