Anda di halaman 1dari 12

KETERAMPILAN PROSES DALAM PENGAJARAN SAINS

Disusun Untuk Memenuhi Mata Pendidikan Sains

Dosen Pengampu: Reza Febri Abadi, M.Pd.


Disusun Oleh:

Kelompok 4 :

Marina Rahayu 2287190043

Farida Farhah 2287190048

Syiffa Putri Andrian 2287190056

PENDIDIKAN KHUSUS

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

2020

Aisyah Kamila Rahmah

Nur fitriah

Rizky Agustin

Putri Indah Septiani

2
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, senantiasa kami ucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang hingga
saat ini masih memberikan kami nikmat iman dan kesehatan, sehingga kami semua diberi
kesempatan yang luar biasa untuk menyelesaikan tugas makalah tentang “Keterampilan
proses dalam Pengajaran Sains di SLB”

Adapun penulisan makalah ini merupakan bentuk dari pemenuhan tugas mata kuliah
Pembelajaran Sains Anak Berkebutuhan Khusus. Selanjutnya, ucapan terima kasih tak lupa
kami ucapkan kepada Bapak Reza Febri Abadi,M.Pd yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan informasi mengenai pembelajaran sains anak
berkebutuhan khusus.

Tak lupa dengan seluruh kerendahan hati, kami meminta kesediaan pembaca untuk
memberikan kritik serta saran yang membangun mengenai penulisan makalah ini. Semoga
dengan tersusunnya makalah ini dapat menambah informasi untuk para pembaca.

Serang, 7 September 2020

Kelompok 4

DAFTAR ISI

1
KATA PENGANTAR.......................................................................................1
DAFTAR ISI......................................................................................................2
BAB I..................................................................................................................3
PENDAHULUAN..............................................................................................3
1.1 Latar Belakang ...............................................................................3
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................4
1.3 Tujuan..............................................................................................4
BAB II ................................................................................................................5
PEMBAHASAN.................................................................................................5
2.1 Keterampilan proses pengajaran sains di SLB.............................5
2.2 Penanaman Nilai Budi Pekerti.......................................................6
2.3 Faktor Pendukung dan Penghambat ............................................7
BAB III...............................................................................................................9
PENUTUP..........................................................................................................9
3.1 Kesimpulan......................................................................................9
3.2 Saran ................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................10

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang istem Pendidikan Nasional
Pasal 5 (Ayat 1) me nyata kan bahwa setiap warga negara mempu nyai hak yang
sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu. Setiap orang berhak atas
pendidikan termasuk siswa berkebutuhan khusus sesuai dengan aturan perundang-
undangan formal.

Setiap anak berhak mengembangkan diri dan memenuhi kebutuhan dasarnya


secara memadai. Setiap anak memiliki hak yang sama dalam bidang pendidikan dan
pembelajaran, sehingga dapat memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan yang
diperolehnya. Begitu pula dalam akses terhadap pemanfaatan teknologi, seni, dan
budaya.

Sebagaimana dinyatakan dalam pasal 28 ayat 2 Amandemen UUD 1945 yang


berbunyi : setiap anak berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan
dasarnya, berhak mendapatkan pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu
pengetahuan, teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan
demi kesejahteraan umat manusia.

Didasari UUD tersebut menunjukan setiap anak Indonesia mempunyai hak yang
sama dalam pendidikan dan pembelajaran baik anak yang normal maupun anak
yang berkebutuhan khusus, layanan dan pengembangan pembelajaran diberikan
pada setiap anak pada setiap jenjang pendidikan dari pendidikan anak usia dini
sampai pada pendidikan tinggi. Pengembangan pembelajaran anak usia dini
mencapai pada pengembangan atau pembelajaran sains untuk anak usia dini, karena
pengembangan sains mampu mengembangkan segala aspek perkembangan anak
usia dini. Yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran sains untuk anak
berkebutuhan khusus ialah bagaimana merancang pembelajaran yang tepat
untuknya.

Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang mempunyai perilaku khusus


karena adanya perbedaan fisik, emosional atau lainnya yang membuatnya perlu

3
perlakuan khusus. Tapi dalam pembelajaran tidak perlu adanya pembatasan bagi
anak yang berkebutuhan khusus. Dan yang perlu diperhatikan adalah bagaimana
menyeting kegiatan yang sesuai dengan kebutuhan anak.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana proses pengajaran sains di SLB

1.3 Tujuan
Agar pembaca dapat mengetahui keterampilan apa saja yang ada di dalam
proses pengajaran sains di sekolah khusus. Sehingga dapat menambah wawasan dan
ilmu bagi pembaca terutama bagi yang tertarik dalam bidang seperti ini.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Keterampilan proses dalam Pengajaran sains di SLB

Keterampilan proses sains (KPS) didefinisikan sebagai keterampilan berpikir


logis dan rasional yang digunakan dalam sains (Burns, Okey, & Wise 1985 dalam
Cansiz et. Al., 2015), yang dapat memaksimalkan keterlibatan aktif siswa dalam
pembelajaran, membantu siswa memahami bagaimana kaidah dalam belajar yang
seharusnya dilakukan secara permanen (Carey, Evans, Honda, Jay & Unger, 1989;
Korkmaz, 1997; Karamustafaoglu, 2003 dalam Karamustafaoglu, 2011)
Anak ABK sangat sulit menerima, memahami, suatu materi yang bersifat
abstrak. Bahkan yang kongkritpun mereka juga mengalami kesulitan. Jadi materi yang
sifatnya abstrak harus diberikan contoh-contoh dalam bentuk yang kongkrit. Untuk itu
pengajar harus memiliki strategi, memiliki inovasi, kreatifitas agar dapat membantu
mengatasi problem siswa ABK (khususnya tunagrahita).
Masyarakat membudayakan budi pekerti luhur dalam semua aktivitas
pembelajaran di sekolah dasar termasuk dalam pembelajaran sains. Apabila dikaitkan
dengan hakikat sains, maka siswa dapat menggunakan apa yang diketahui untuk hidup
bersama orang lain. Misalnya siswa mengerti cara melakukan percobaan dan
mengambil kesimpulan melalui aktivitas keterampilan proses dan cara kerja sains.
Siswa juga mengerti cara mengembangkan sikap sains, seperti sikap jujur, teliti, dan
obyektif.
Siswa berkebutuhan khusus memang memiliki gangguan kemampuan dibidang
tertentu. Meskipun demikian, mereka memiliki tipe kecerdasan yang sama seperti siswa
umum lainnya. Hanya saja tingkatannya berbeda, misal sebagian besar dari siswa lemah
di bidang akademis yang mengharuskan kegiatan menghafal dan menghitung. Tetapi
lain halnya dengan pembelajaran sains, siswa tidak hanya dituntut pandai menghafal
namun juga harus terampil melalui keterampilan proses sains yang harus dikuasai.
Keterampilan proses sains dapat dikembangkan pada materi-materi IPA jenjang
sekolah dasar. Namun fakta yang terjadi sebagian besar guru lebih menekankan pada
faktor ingatan dan menyajikan pembelajaran IPA dengan ceramah sehingga aktivitas
siswa hanya terbatas pada mendengarkan dan menyalin (Bundu, 2006: 3).

5
Keterampilan proses sains perlu dilatih agar siswa berkebutuhan khusus menjadi
terampil dalam memperoleh dan mengkaji berbagai nformasi mengenai fenomena alam
dalam kehidupan sehari- hari. Dalam hal ini, guru kelas iharapkan dapat memberikan
kesempatan yang cukup kepada siswa untuk belajar memecahkan masalah IPA.
Tujuan pembelajaran sains di jenjang sekolah adalah membekali ilmu
pengetahuan alam kepada siswa agar mereka dapat bersahabat dengan alam. Dalam hal
ini, guru harus dapat merancang pengalaman belajar yang mengarah pada
pengembangan keterampilan proses sains. Demikian halnya pembelajaran sains di
sekolah inklusif. Guru harus dapat menerapkan keterampilan proses sains sesuai dengan
kebutuhan belajar tiap siswanya. Dengan harapan mereka mampu bersahabat dengan
alam melalui pengetahuan sains yang dimiliki.

2.2 Penanaman Nilai Budi Pekerti


Implementasi pendidikan budi pekerti perlu dilakukan upaya pembiasaan,
pengamalan, pengkondisian lingkungan dan keteladanan oleh siswa di sekolah.
Begitupula bagi guru dalam mengajarkan budi pekerti wajib memiliki teladan perilaku
yang baik. Dalam proses pembelajaran, guru perlu memadukannya dengan
pembelajaran sains, terutama pada dimensi sikap ilmiah dan proses ilmiah. Berdasarkan
hal tersebut, maka penting kiranya dilakukan penelitian untuk mengungkap
implementasi nilai budi pekerti melalui pengembangan keterampilan proses sains.
Penyusunan rencana pembelajaran, guru mengacu pada karakteristik siswa misalnya
daya serap siswa terhadap materi berdasarkan catatan guru kelas sebelumnya,
ketersediaan sumber belajar dan media serta karakteristik materi pembelajaran IPA.
Ketika merencanakan pembelajaran sebagian guru belum mengaitkan nilai budi pekerti
dalam pengembangan materi karena sudah ada buku seperti yang diperuntukkan bagi
siswa regular. Sedangkan bentuk perencanaan penilaian hasil belajar sudah bervariasi,
mencakup ranah kognitif, psikomotor, dan afektif.
Pembelajaran IPA dengan materi perubahan wujud benda didominasi oleh
ceramah guru. Siswa mencatat materi yang ditulis di papan kemudian guru menjelaskan
maksud dari tulisan tersebut. Dalam prosesnya, siswa belum diarahkan untuk berdiskusi
dalam kelompok melainkan langsung mengerjakan LKS secara individu. Kondisi kelas

6
saat itu kurang kondusif. Keterampilan proses sains pun belum dikembangkan oleh
guru.
Kegiatan penanaman budi pekerti pada pembelajaran IPA dilakukan sesuai
dengan usia siswa dan dilaksanakan di dalam kelas atau di luar kelas dengan melibatkan
orangtua. Penilaian hasil belajar siswa berkebutuhan khusus dilakukan secara periodik
namun terkadang tidak sesuai rencana karena biasanya siswa ijin ketika proses
pembelajaran sedang berlangsung.
Tidak semua nilai budi pekerti dapat digali melalui pengembangan keterampilan
proses sains dalam pembelajaran IPA. Hal ini tergantung dari karakteristik materi
pembelajaran IPA yang diajarkan. Misalnya “misalnya pada materi perkembangan
manusia, siswa dapat menanamkan nilai gender. Ketika bergaul di kelas bersikap positif
terhadap teman perempuan. Mengingatkan siswa untuk melindungi organ reproduksi
sehingga lebih bisa menjaga diri. Nilai budi pekerti bisa digali pada semua materi IPA”.
Keterampilan proses sains memberikan sumbangan yang besar dalam
membentuk watak dan budi pekerti luhur siswa berkebutuhan khusus, seperti bersikap
jujur, mandiri, tanggungjawab, daya juang, dan menghargai alam.

2.3 Faktor Pendukung dan Penghambat Penanaman Nilai Budi Pekerti


Faktor pendukung dalam penanaman nilai budi pekerti melalui pengembangan
keterampilan proses sains bagi siswa berkebutuhan khusus diantaranya ialah :
1. Kebijakan peraturan pemerin-tah Nomor 17 Tahun 2010 tentang
pengelolaan dan pen-yelenggaraan pendidikan ber-tujuan membangun
landasan bagi berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi ma-
nusia yang:
a. .Beriman dan bertakwa ke-pada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, dan berkepribadian luhur
b. Berilmu, cakap, kritis, kre-atif, dan inovatif
c. Sehat, mandiri, dan percaya diri
d. Toleran, peka sosial, demo-kratis, dan bertanggung ja-wab.
2. Kemampuan guru dalam internalisasi nilai-nilai yang terdapat
dalam pembelajran sains, khususnya nilai toleransi dengan

7
caramembangun sikap saling percaya, saling meng-hargai, saling
pengertianantar sesama siswa
3. Suasana sekolah yang kondusif untuk penanaman nilai-nilai toleransi
4. Kegiatan-kegiatan pendukung dari pihak sekolah juga sangat berperan
penting dalam proses penanaman nilai budi pekerti, seperti:
a. Kegiatan keagamaan
b. Kegiatan Kepramukaan
c. Kegiatan sosial lainnya
Sedangkan faktor penghambat diantaranya ialah lingkungan dan pemahaman siswa.
Dengan demikian perlu dilakukan upaya dalam mengatasi faktor penghambat dalam
penanaman nilai budi pekerti melalui pengembangan keterampilan proses sains bagi
siswa berkebutuhan khusus misalnya kerjasama dengan guru dan mengulang
penyampaian materi.
Harapannya dari keluaran siswa berkebutuhan khusus bisa sukses dengan
mengembangkan bakat dan menjadi pribadi yang berkarakter dengan segala
keunikannya. Dengan demikian masyarakat tidak sekedar melihat seseorang dari
kemampuan akademiknya namun melihat pula kemampuan non akademik yang
dimiliki, seperti bermain musik, menari, dan sebagainya.

8
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pembelajaran sains untuk Anak ABK didesain secara khusus untuk
mengembangkan potensi dan kemampuan yang dimiliki. Karakteristik dari
pembelajaran sains adanya kegiatan inkuiri dan penemuan yang dilakukan oleh siswa,
sehingga dibutuhkan media yang sesuai dengan karakteristik ABK.

3.2 Saran
Sebaiknya pendidikan sains di SLB dapat berjalan dengan semestinya apabila
faktor penghambat dalam proses pembelajaran diatasi dengan bijak.

9
DAFTAR PUSTAKA

Nur Fajrie, Siti Masfuah. 2018. Model Pembelajaran Sains untuk Anak Berkebutuhan
Khusus. Jurnal Bagimu Negeri , 2(1), 9-19.

Amri, S. & Iif, K., A. (2010). Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif dalam Kelas.
Jakarta: Prestasi Pustaka.

Shanta Rezkita, Ana Fitrotun Nisa. 2016. KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA
BERKEBUTUHAN KHUSUS. Trihayu: Jurnal Pendidikan Ke-SD-an, 3(1), 1-7.

10

Anda mungkin juga menyukai