RESUME
Konsep Dasar Identifikasi dan Asesmen Tunalaras
Checking Up
Checking Up yaitu untuk mengecek pencapaian kemampuan peserta didik dalam
proses belajar dan kekurangan peserta didik saat mengikuti proses pembelajaran.
Dengan kata lain, guru melaksanakan penilaian untuk tahu materi bagian mana yang
telah dikuasai peserta didik dan bagian materi yang belum dikuasai.
Finding Out
Finding Out yaitu mencari, menemukan dan mendeteksi kekurangan kesalahan
atau kelemahan peserta didik dalam proses belajar, sehingga guru bisa dengan
tanggap mencari alternatif penyelesaiannya.
Summing Up
Summing Up yaitu cara untuk menyimpulkan tingkat penguasaan peserta didik
terhadap kompetensi yang sudah ditetapkan. Hasil penyimpulan ini bisa digunakan
guru dalam menyusun laporan kemajuan belajar ke berbagai pihak membutuhkan.
Fungsi Sumatif
Fungsi sumatif assessment yaitu assessment sebagai penentu nilai belajar peserta
didik dalam suatu mata pelajaran tertentu, sehingga nantinya bisa dijadikan sebagai
bahan memberikan laporan, menentukan kenaikan kelas dan menentukan lulus atau
tidaknya peserta didik tersebut.
Wawancara
Wawancara merupakan komunikasi langsung, baik kepada anak maupun kepada
orangtua/walinya. Isi dari wawancara hampir sama dengan observasi, dan bisa
dikembangkan lebih jauh sampai kepada latar belakang kehidupan anak,
kemungkinan penyebab ketunalarasan dan gejala-gejala penyimpangan perilakunya.
Dalam melakukan wawancara perlu diperhatikan teknik-teknik berkomunikasi,
supaya data dan informasi dapat terkumpul dengan lengkap dan tepat, sesuai dengan
tujuan yaitu kejelasan tentang identitas anak.
Hal-hal yang perlu diungkapkan dalam wawancara menurut Kanfer dan Grimm
(Kauffman, Sunardi) yaitu menyangkut:
a. Jenis kekurangan dalam berperilaku, misalnya dalam menyikapi suatu objek,
keterampilan melakukan hubungan social, keterampilan membina diri,
mengendalikan dan memantau perilaku dirinya.
b. Perilaku yang berlebihan, misalnya perasaan cemas dan rasa rendah diri.
c. Cara mengendalikan lingkungan secara tidak tepat, misalnya kelainan prilaku
seksual, tidak sensitive terhadap hal-hal yang mengganggu.
d. Cara merespon diri secara tidak wajar, seperti harapan yang tidak realistic,
tidak dapat menafsirkan perasaan orang lain secara tepat.
e. Cara lingkungan memperlakukan anak yang tidak tepat, misalnya menolak,
melindungi, atau memanjakan.
Sosiometri
Sosiometri merupakan alat untuk melihat kedudukan anak dalam kelompok atau
kelasnya, melihat kedudukan masing-masing anak dalam hubungan social dengan
teman-temannya. Untuk menyusun sosiometri harus terkebih membuat pertanyaan
yang mengungkapkan kedudukan masing-masing siswa dalam hubungan social
kepada seluruh siswa dalam kelas. Pertanyaan dapat bentuk negative atau positif.
Pertanyaan tersebut disampaikan kepada semua siswa untuk dijawab pada selembar
kertas, kemudian diolah dijadikan sosiogram. Baik bentuk lingkaran, maupun lajur.
Studi Kasus
Studi kasus merupakan cara mempelajari seseorang dengan secara mendalam,
menyangkut seluruh aspek pribadi secara utuh, dengan menggunakan berbagai cara.
Teknik ini bertujuan untuk memperoleh pemahaman diri seorang anak yang
diperkirakan tunalaras. Data yang perlu dikumpulkan dari studi kasus, diantaranya:
identitas siswa, masalah/gejala yang dialami anak, karakteristik perilaku social,
emosi, kegiatan belajar dan prestasinya, keadaan fisik dan kesehatan, kondisi
keluarga, kepribadian, dan sebagainya. Hasil studi kasus dideskripsikan, kemudian
dianalisis, akhirnya dibuat suatu kesimpulan.
Hasil asesmen selanjutnya akan dibawa oleh tim dalam rapat untuk menentukan
jenis dan intensitas layanan yang diperlukan anak, termasuk penempatan anak di
sekolah. Sehingga anak diharapkan dapat memperoleh kualitas layanan yang sesuai
dengan kebutuhan individual. Layanan pendidikan di sekolah dapat memilih salah
satu dari berbagai alternatif yang ada, yaitu kelas biasa, guru konsultan, guru
kunjung, pull out, kelas khusus, atau sekolah khusus. Penempatan pada salah satu
model di atas ditetapkan berdasarkan hasil asesmen oleh tim.
Dalam menentukan identifikasi banyak melibatkan pihak, yaitu orang tua anak,
anak itu sendiri, dan guru. Di samping ketiga pihak tadi juga dibutuhkan tim ahli
yang memiliki tugas atau fungsi masing-masing, diantaranya:
a. Psikolog, tugas dan fungsinya yaitu pengumpulan data tentang aspek psikologis
anak, tugas pokoknya melakukan diagnosa tentang kelainan-kelainan perilaku
dan terapinya.
b. Psikiater, tugas dan fungsinya yaitu melakukan diagnosa psikologis anak yang
kemungkinan mengalami gangguan jiwa, dan pengobatannya.
c. Social Worker, tugas dan fungsinya yaitu mengumpulkan data tentang diri anak,
melakukan penilaian tentang status dan sikap orang tua dan saudara-saudaranya
serta kondisi lingkungan masyarakat sekitarnya.
d. Dokter umum, melakukan diagnosa, pragnosa, dan pengobatan jika anak
menderita penyakit dan kelainan tertentu. Dengan kata lain mengumpulkan data
kesehatan fisik secara umum, dan memberikan pengobatan.
e. Dokter Specialis, seperti dokter kandungan, dokter kulit dan kelamin.
PERTANYAAN
“ Apa perbedaan dari identifikasi dan asesmen pada anak tunalaras?”
Menurut saya perbedaan identifikasi dan asesmen dapat dilihat dari berbagai segi
yaitu:
1. Tujuan
Identifikasi
Mengelompokkan atau mengklasifikasikan antara anak ABK atau bukan
sesuai dengan kemampuan dan kebutuhannya.
Assesmen
Merancang program pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuan agar dapat mengikuti proses belajar seperti anak normal.
Contoh: penyusunan PPI
4. Prosesnya
Identifikasi
Melalui observasi sederhana dengan memperhatikan keseharian anak.
Interview sederhana.
Asesmen
Melalui tes psikologi.
Non tes berupa observasi dan wawancara lanjutan
DAFTAR RUJUKAN
Somantri, Sutjihati. (2007). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: PT. Refika
Aditama.