Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

PEMBELAJARAN IPS BAGI ABK

Strategi dan Model Pembelajaran

Dosen Pengampu :

Marja, M.Pd

Kelompok 6 :
Halimah Putri 21003106
Heru Wiyono 21003204
Melysa Putri 21003122
Nurhafizah Ain 21003135
Putrie aura hermawan 21003249
Sri mulia wahyu 21003162

PENDIDIKAN LUAR BIASA

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT. Karena
dengan rahmat karunia serta taufik dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah
Pembelajaran IPS bagi ABK. Ada pun judul dari makalah ini adalah “Strategi dan Model
Pembelajaran”. Ini semua hanya sebatas pengetauan dan kemampuan yang penulis miliki dan
penulis juga berterima kasih kepada dosen pembimbing dan rekan-rekan yang telah membantu
penulis baik secara moril maupun materil.

Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan bagi pembaca. Penulis juga menyadari bahwa dalam makalah ini banyak
kekurangan dan jauh dari yang diharapkan.Untuk itu, penulis berharap adanya kritik dan saran
yang mendukung untuk memperbaiki makalah ini di masa yang akan datang.

Padang, Febuari 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................... i

DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1


B. RumusanMasalah ................................................................................................... 2
C. TujuanPenulisan ..................................................................................................... 2

BAB II PEBAHASAN

A. Strategi Pembelajaran .............................................................................................. 3


B. Model Pembelajaran ................................................................................................ 9

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................................................................13
B. Saran ..................................................................................................................................13

DAFTAR RUJUKAN ....................................................................................................................14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Istilah strategi banyak digunakan dalam dunia militer yang diartikan sebagai
carapenggunaan seluruh kekuatan militer untuk memenangkan peperangan.Dalam
duniapendidikan, strategi diartikan sebagaia plan, method, or series of activities designed
toachieves a particular education goal. Jadi strategi pembelajaran sebagai
sebuahperencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk
mencapaitujuan pendidikan tertentu.Sanjaya, Wina (2007) pola umum perbuatan guru-
peserta didik di dalam perwujudan kegiatan belajar-mengajar. Sifat pola umum
maksudnya macam dan urutan perbuatan yang dimaksud nampak dipergunakan atau
dipercayakan guru-peserta didik di dalam bermacam-macam peristiwa belajar. Sehingga
strategi menunjuk kepada karakteristik abstrak rentetan perbuatan guru-peserta didik
didalam peristiwa belajar-mengajar.
Secara khusus, model diartikan sebagai karangka konseptual yang digunakan
sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatan. Setiap model pembelajaran
mempunyai keunggulan dan kelemahan dibandingkan dengan yang lain. Tidak ada model
pembelajaran yang paling efektif untuk semua mata pelajaran atau untuk semua
materi. Sebagai seorang guru harus mampu memilih model pembelajaran yang tepat bagi
peserta didik. Karena itu dalam memilih model pembelajaran yang diterapkan di kelas
harus mempertimbangkan beberapa hal, yaitu: tujuan pembelajaran, sifat materi
pembelajaran yang akan diajarkan, ketersediaan fasilitas dan media, sumber-sumber
belajar, kondisi peserta didik atau tingkat kemampuan peserta didik, dan alokasi waktu
yang tersedia agar penggunaan model pembelajaran dapat diterapkan secara efektif dan
menunjang keberhasilan peserta didik dapat juga diartikan suatu pendekatan yang
digunakan dalam kegiatan pembelajaran sehingga proses belajar mengajar akan lebih
menarik dan siswa belajar akan lebih antusias dan mampu mengubah persepsi siswa
terhadap mata pelajaran IPS akan lebih positif dan akan lebih menyenangkan.

1
2

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana strategi pembelajaran IPS bagi ABK?


2. Bagaimana model pembelajaran IPS bagi ABK?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui strategi pembelajaran IPS bagi ABK
2. Untuk mengetahui model pembelajaran IPS bagi ABK
BAB II

PEMBAHASAN

A. Strategi Pembelajaran
1. Pengertian strategi pembelajaran

Istilah strategi banyak digunakan dalam dunia militer yang diartikan


sebagai carapenggunaan seluruh kekuatan militer untuk memenangkan
peperangan.Dalam duniapendidikan, strategi diartikan sebagaia plan, method, or
series of activities designed toachieves a particular education goal. Jadi strategi
pembelajaran sebagai sebuahperencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan
yang didesain untuk mencapaitujuan pendidikan tertentu.Sanjaya, Wina (2007)
pola umum perbuatan guru-peserta didik di dalam perwujudan kegiatan belajar-
mengajar. Sifat pola umum maksudnya macam dan urutan perbuatan yang
dimaksud nampak dipergunakan atau dipercayakan guru-peserta didik di dalam
bermacam-macam peristiwa belajar. Sehingga strategi menunjuk kepada
karakteristik abstrak rentetan perbuatan guru-peserta didik didalam peristiwa
belajar-mengajar.

Kemp (1995): Mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu


kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.Kozma (Sanjaya, 2007):
Strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai yang dipilih, yaitu yang dapat
memberikan fasilitas atau bantuan kepada peserta didik menuju tercapainya tujuan
pembelajaran tertentu.

Gerlach dan Ely (1990): Strategi merupakan cara-cara yang dipilih


untuk menyampaikan metode pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran
tertentu. Selanjutnya mereka menjabarkan bahwa strategi pembelajaran
dimaksudkan meliputi sifat, lingkup, dan urutan kegiatan pembelajaran yang
dapat memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik.

3
4

Gropper di dalam Wiryawan dan Noorhadi (1998): Strategi pembelajaran


merupakan pemilihan atas berbagai jenis latihan tertentu yang sesuai dengan
tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Mereka menegaskan bahwa setiap
tingkah laku yang diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik dalam kegiatan
belajarnya harus dapat dipraktekkan.

Dick dan Carey (1990 dalam Sanjaya, 2007): Strategi Pembelajaran terdiri
atasseluruh komponen materi pembelajaran dan prosedur atau tahapan kegiatan
belajar yang digunakan oleh guru dalam rangka membantu peserta didik mencapai
tujuan pembelajaran tertentu. Strategi pembelajaran bukan hanya sebatas pada
prosedur atau tahapan kegiatan belajar saja, melainkan termasuk juga pengaturan
materi atau paketprogram pembelajaran yang akan disampaikan kepada peserta
didik.

Raka Joni (1980): Pola umum perbuatan guru siswa didalam perwujudan
kegiatan belajar-mengajar yang menunjuk kepada karakteristik abstrak dari pada
rentetan perbuatan guru-siswa tersebut J.R David (Wina Senjaya, 2008): Dalam
strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Strategi pembelajaran
dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang
didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Miarso (2004) dalam
Bukunya Warsita (2008: 266): Strategi pembelajaran adalah suatu kondisi yang
diciptakan oleh guru dengan sengaja agar peserta difasilitasi dalam mencapai
tujuan pembelajaran yang ditetapkan.

Sadiman, dkk (1986) dalam bukunya Warsita (2008: 266): Strategi


pembelajaran adalah usaha-usaha yang terencana dalam memanipulasi sumber-
sumber belajar agar terjadi proses belajar dalam diri peserta didik. Alim Sumarno
(2011): Strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan yang dipilih oleh
pembelajar atau instruktur dalam proses pembelajaran yang dapat memberikan
kemudahan fasilitas kepada pebelajar menuju kepada tercapainya tujuan
pembelajaran tertentu yang telah ditetapkan. Syaiful Bahri dan Aswan Zain
(1995): Strategi pembelajaran adalah sebagai pola-pola umum kegiatan peserta
didik dalam mewujudkan kegiatan belajar untuk mencapai tujuan yang telah
5

digariskan. A.J. Romiszowski (1981): Berpendapat bahwa strategi pembelajaran


adalah suatu pandangan umum tentang rangkaian tindakan yang diadaptasi dari
perintah-perintah terpilih untuk metode pembelajaran.

Pengertian strategi pembelajaran IPS bagi anak berkebutuhan


khusus.Dalam dunia pendidikan, strategi diartikan sebagai a plan, method, or
series of activities designed to achieves a particular educational goal. Jadi dengan
demikian strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi
tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu. Ada dua hal yang patut dicermati dari pengertian di atas, pertama, strategi
pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan)termasuk
penggunaan metode dan pemanfaatam berbagai sumber daya/kekuatan dalam
pembelajaran. Ini berarti penyusunan suatu strategi baru sampai pada proses
penyusunan rencana kerja belum sampai pada tindakan. Kedua, strategi disusun
untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya, arah dari semua keputusan penyusunan
strategi adalah pencapaian tujuan. Kemp menjelaskan bahwa strategi
pembelajaran adalah suatukegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan
siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Senadan
dengan pendapat diatas, Dick dan Carey juga menyebutkan bahwa strategi
pembelajaran itu adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang
digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa.

Dengan demikian, penyusunan langkah-langkah pembelajaran,


pemanfaatan berbagai fasilitas dan sumber belajar semuanya diarahkan dalam
upaya pencapaian tujuan. Oleh sebab itu, sebelum menentukkan strategi, perlu
dirumuskan tujuan yang jelas dan dapat diukur keberhasilannya, sebab tujuan
adalah rohnya dalam implementasi suatu strategi. Barth (1990: 360)
mengemukakan sebagai berikut. Social studies was assigned the mission of
citizenship education, that mission included the study of personal/social problems
in an interdiciplinary integrated school curriculum that would emphasize the
practice of decision making. Maksudnya adalah Ilmu Pengetahuan Sosial
membawa misi pendidikan kewarganegaraan termasuk didalamnya pemahaman
mengenai individu atau masalah sosial yang terpadu secara interdisipliner dalam
kurikulum sekolah yang akan menekankan pada praktek pengambilan keputusan.
Sementara itu, menurut National Council for Social Studies (
6
http://faculty.plattsburgh.edu/susan.mody/432SumB04/NCSSdef.htm) definisi IPS
(social studies) adalah sebagai berikut. Social studies is the integrated study of
social science and humanities to promote civic competence. Within the school
pogram, social studies provides coordinated, systematic study drawing upon such
diciplines as anthropology, archeology, economics, geography, history, law,
philosophy, political science, psychology, religion, and sociology as well as
appropriate content from humanities, mathematics and natural sciences.

IPS merupakan studi terintegrasi dari ilmu-IPS untuk mengembangkan


potensi kewarganegaraan yang dikoordinasikan dalam program sekolah sebagai
pembahasan sistematis yang dibangun dalam beberapa disiplin ilmu, seperti
antropologi, arkeologi, ekonomi, geografi, sejarah, hukum, filsafat ilmu-ilmu
politik, psikologi, agama, sosiologi, dan juga memuat isi dari humaniora dan ilmu-
ilmu alam. anak yang dianggap memiliki kelainan dari kondisi rata-rata anak
normal dalam hal fisik, mental dan karakteristik perilaku sosialnya (Abdullah,
2013).

2. Tujuan Stratregi Pembelajaran IPS


Strategi pembelajaran pada dasarnya adalah pelaksanaan secara tepat dan
optimal dari semua komponen yang berperan dalam proses pembelajaran. Tujuan
strategi pembelajaran secara umum adalah untuk mencapai hasil pembelajaran
secara efektif dan efisien yang digunakan oleh tenaga pendidik (Suyadi, 2013: 13
dalam Novita Eka, 2019 ).
Secara khusus strategi pembelajaran IPS bagi anak berkebutuhan khusus
adalah untuk mencapai hasil pembelajaran IPS secara efektif dan efisien, strategi
pembelajaran IPS bagi anak berkebutuhan khusus yang dapat digunakan misalnya
dengan menggunakan media teks bergambar mengenai lingkungan keluarga dan
lain-lain. Adapun tujuan pembelajaran IPS menurut Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional (Permendiknas) No. 22 tahun 2006 dikutip dari (Silayusa,) 2015 adalah
sebagai berikut:
1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan bermasyarakat
dan lingkungannya.
2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu,
inkuiri, memecahkan masalah dan keterampilan dalam kehidupan sosial.
3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan
kemanusiaan.Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan
berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk , di tingkat lokal, nasional,
dan global.

1. Strategi Pembelajaran Ekspositori


Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang
7
menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang
guru kepada siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi
pelajaran secara optimal. Strategi pembelajaran ekspositori merupakan bentuk
dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada guru, dikatakan
demikian sebab dalam strategi ini guru memegang peranan yang sangat
penting atau dominan.
Ausubel mengemukan dua prinsip penting dalam metode ekspositoris
yang perlu diperhatikan dalam penyajian materi pembelajaran bagi siswa,
yaitu:
2. Prinsip diferensiasi progresif, yang menyatakan bahwa dalam penyajian
pembelajaran bagi siswa, materi, informasi atau gagasan yang bersifat
paling umum disajikan lebih dahulu dan baru sesudah itu disajikan
materi, informasi atau gagasan yang lebih detail
(terdiferensiasi). Prinsip ini didasarkan pada pandangan Ausubel bahwa
cara belajar yang efektif adalah cara belajar yang mengupayakan
adanyapemahaman terhadap struktur dari materi yang dipelajari.
3. Prinsip rekonsiliasi integrative, yang menyatakan bahwa materi atau
informasi yang baru dipelajari perlu direkonsiliasikan dan diintegrasikan
dengan materi yang sudah lebih dulu dipelajari, sehingga setiap materi
yang baru terkait dengan materi yang telah dipelajari sebelumnya.

Dalam strategi ini, guru menyajikan materi dalam bentuk yang telah
dipersiapkansecara rapi, sistematis, dan lengkap sehingga peserta didik
tinggal menyimak dan mencernanya saja secara tertib dan teratur. Secara
garis besar prosedurnya adalah:
8

a) Preparasi. Guru mempersiapkan (preparasi) bahan selengkapnya secara


sistematis dan rapi.
b) Apersepsi. Guru bertanya atau memberikan uraian singkat untuk
mengarahkan perhatian peserta didik kepada materi yang akan diajarkan.
c) Presentasi. Guru menyajikan bahan dengan cara memberikan ceramah
atau menyuruh anak didik untuk membaca bahan yang telah disiapkan
dari buku teks tertentu atau yang ditulis guru sendiri.
d) Resitasi. Guru bertanya dan peserta didik menjawab sesuai dengan bahan
yang dipelajari atau peserta didik disuruh menyatakan kembali dengan
kata-kata sendiri (resitasi) tentang pokok-pokok masalah yang telah
dipelajari, baik yang dipelajari secara lisan maupun tulisan.
2.Strategi Pembelajaran Discovery (Penemuan)

Strategi pembelajaran discovery atau penemuan diartikan sebagai prosedur


pembelajaranyang mementingkan pembelajaran perseorangan, manipulasi
objek, melakukan percobaan,sebelum sampai ke generalisasi. Metode
penemuan mengutamakan cara belajar siswa aktif (CBSA).
Bell (1978) mengemukakan beberapa tujuan spesifik dari
pembelajaran dengan penemuan, yakni sebagai berikut:
a) Dalam penemuan siswa memiliki kesempatan untuk terlibat secara aktif
dalam pembelajaran. Kenyataan menunjukan bahwa partisipasi banyak
siswa dalam pembelajaran meningkat ketika penemuan digunakan.
b) Melalui pembelajaran dengan penemuan, siswa belajar menemukan pola
dalam situasi konkrit mauun abstrak, juga siswa banyak meramalkan
(extrapolate) I informasi tambahan yang diberikan
c) Siswa juga belajar merumuskan strategi tanya jawab yang tidak rancu
dan menggunakan tanya jawab untuk memperoleh informasi yang
bermanfaat d dalam menemukan.
9

d) Pembelajaran dengan penemuan membantu siswa membentuk cara kerja


bersama yang efektif, saling membagi informasi, serta mendengar dan
menggunakan ide-ide orang lain.
e) Terdapat beberapa fakta yang menunjukan bahwa keterampilan-
keterampilan, konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang dipelajari melalui
penemuan lebih bermakna.
f) Keterampilan yang dipelajari dalam situasi belajar penemuan dalam
beberapakasus, lebih mudah ditransfer untuk aktifitas baru dan
diaplikasikan dalam situasi belajar yang baru

Dalam sistem belajar mengajar ini, guru menyajikan bahan pelajaran tidak
dalambentuk yang final, tetapi anak didik diberi peluang untuk mencari dan
menemukannyasendiri dengan mempergunakan teknik pendekatan
pemecahan masalah Secara garis besar prosedurnya adalah sebagai berikut:

i. Simulation. Guru mulai bertanya dengan mengajukan persoalan atau


menyeluruh, peserta didik membaca atau mendengarkan uraian yang
memuat permasalahan.
ii. Problem statement. Peserta didik diberi kesempatan mengidentifikasi
berbagai permasalahan.Sebagian besar memilihnya yang dipandang
paling menarik dan fleksibel untuk dipecahkan. Permasalahan yang
dipilih itu selanjutnya harus dirumuskan dalam bentuk pertanyaan, atau
hipotesis, yakni pernyataan (statement) sebagai jawaban sementara atas
jawaban yang diajukan.
iii. Data collection. Untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar
tidaknya hipotesis ini, anak diberi kesempatan untuk mengumpulkan
(collection) berbagai informasi yang relevan, membaca literatur,
mengamati objek, wawancara dengan narasumber, melakukan uji coba
sendiri dan sebagainya.
iv. Data processing. Semua informasi hasil bacaan, wawancara, observasi,
dan sebagainya, semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi
10

bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada
tingkat kepercayaan tertentu.
v. verification atau pembuktian. Berdasarkan hasil pengolahan dan
tafsiran, atau informasi yang ada, pernyataan atau hipotesis yang telah
dirumuskan sebelumnya itu kemudian dicek, apakah terjawab atau
tidak, apakah terbukti atau tidak.
vi. generalization. Tahap selanjutnya berdasarkan hasil verifikasi tadi, anak
didik belajar menarik kesimpulan atau generalisasi tertentu

• Strategi Pembelajaran Inquiry


Strategi pembelajaran inquiry adalah rangkaian kegiatan pembelajaran
yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analisis untuk
mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang
dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya
jawab antara guru dan siswa. Strategi pembelajaran ini sering juga dinamakan
strategi heuristik,yang berasal dari bahasa Yunani yaitu heuriskein yang
berarti “saya menemukan”.Strategi Pembelajaran inquiry merupakan bentuk
dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada siswa (student
centered approach). Dikatakan demikian karena dalam strategi ini siswa
memegang peran yang sangat dominan dalam proses pembelajaran.
• Strategi Pembelajaran Kooperatif
Strategi pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar yang
dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Ada empat unsur penting dalam
strategi Pembelajaran Kooperatif yaitu:
a) Adanya peserta dalam kelompok
b) Adanya aturan kelompok
c) Adanya upaya belajar setiap kelompok
d) Adanya tujuan yang harus dicapai dalam kelompok belajar..

Strategi pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan


menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai
11

enam orang yang mempunyai latarbelakang kemampuan akademik, jenis


kelamin, ras, atau sukuyang berbeda (heterogen), sistem penilaian
dilakukan terhadap kelompok. Setiap kelompok akan memperoleh
penghargaan (reward), jika kelompok tersebut menunjukkan prestasi yang
dipersyaratkan.

B. Model Pembelajaran
Secara khusus, model diartikan sebagai karangka konseptual yang digunakan
sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatan. Setiap model pembelajaran
mempunyai keunggulan dan kelemahan dibandingkan dengan yang lain. Tidak ada model
pembelajaran yang paling efektif untuk semua mata pelajaran atau untuk semua
materi. Sebagai seorang guru harus mampu memilih model pembelajaran yang tepat bagi
peserta didik. Karena itu dalam memilih model pembelajaran yang diterapkan di kelas
harus mempertimbangkan beberapa hal, yaitu: tujuan pembelajaran, sifat materi
pembelajaran yang akan diajarkan, ketersediaan fasilitas dan media, sumber-sumber
belajar, kondisi peserta didik atau tingkat kemampuan peserta didik, dan alokasi waktu
yang tersedia agar penggunaan model pembelajaran dapat diterapkan secara efektif dan
menunjang keberhasilan peserta didik dapat juga diartikan suatu pendekatan yang
digunakan dalam kegiatan pembelajaran sehingga proses belajar mengajar akan lebih
menarik dan siswa belajar akan lebih antusias dan mampu mengubah persepsi siswa
terhadap mata pelajaran IPS akan lebih positif dan akan lebih menyenangkan.

Model pembelajaran terpadu ips merupakan suatu pembelajaran untuk


mengembangkan pengetahuan dan keterampilan anak yang digunakan dalam kehidupan
sehari hari.yang dimana pengimplementasian kurikulum yang dianjurkan untuk
diaplikasikan dalam semua jenjang pendidikan ,mulai dari sekolah dasar sampai dengan
sekolah menengah atas .melalui pembelajaran terpadu peserta didik dapat memperoleh
pengalaman secara langsuang sehingga menambah kekuatan untuk menerima
,menyimpan dan mencerna tentang pengalaman yang telah dibelajarinya.dalam Made
Suryadini (2019 : 64-65 )

Model pembelajaran terpadu ini merupakan membahas suatu pokok bahasan


dengan mengkaitkan pokok bahasan yang lainnya. Menurut Robin Forgarty
(1993).Dalam Uni Ambar Wati (2008: 191-193) ada 10 Model Pembelajaran Terpadu
yaitu :
12
1. Model penggalan (fragmented) merupakan model yang membedakan antar mata
pelajaran seperti adanya perbedaan antara mata pelajaran matematika, bahasa indonesia,
ilmu penngetahuan sosial, dan ilmu pengetahuan alam,hal tersebut dibeda-bedakan
berdasarkan pengelompokannya sehingga mata pelajaran tersebut terlihat murni.
2. Model keterhubungan (connected) merupakan keterhubungan antara mata pelajaran ips
dengan mata pelajaran yang lainnya sehingga guru dapat memberikan butir-butir
pembeajaran yang harus disusun secara terpadu.
3. Model sarang (nested) menyatakan bahwa guru melakukan uji coba keterampilan
terhadap materi yang akan disajikan contohnya belajar membaca peta dll
4. Model rangkaian (sequene) merupakan model pemaduan antara topik-topik bahasan
antara mata pelajaran yang disajikan
5. Model bagian (sharred) merupakan bentuk pemaduan pembelajaran akibat adanya
konsep dua mata pelajaran atau lebih contohnya: adanya keterhubungan antaramata
pelajaran ips dan pkn
6. Model jaringan laba-laba (webbed) merupakan model yang sangat populer karena
antara tema bisa dimengikat antara mata pelajaran ataulintas mata
pelajaran,karakteristik dari model ini bersifat mudah dan cepat,berpusat pada peserta
didik,dan memberikan pengalaman belajar.
7. Model galur (threaded) model pemaduan keterampilan peserta didik,misalnya
keterampilan berfikir,bersosial dan lainya.
8. Model celupan ((immersed). Merupakan model pembelajaran untuk membantu peserta
didik dalam memadukan pengalaman dan pengetahuan peserta didik.contohnya
mengajak peserta didik untuk mencerikatan kejadian-kejadian masa lampaunya yang
berkaitan dengan pembelajaran seperti pembelajaran ips
9. Model keterpaduan (integrated) pemaduan sejumlah pelajaran yang berbeda tetapi
pokok pembahasan yang sama
10. Model jaringan (network) merupakan model pemaduan pembelajaran yang
mengandaikan kemungkinan pengubahan konsep seperti peserta didik melakukan studi
lapangan dan adanya hubungan timbal balik antara pemahaman dan kenyaraan yang
dialami oleh peserta didik tersebut

Berikut diberikan beberapa contoh model pembelajaran yang memiliki kecenderungan


berlandaskan paradigm konstruktivistik yaitu:
1. Model Reasoning and Problem Solving
Reasoning merupakan bagian berpikir yang berada di atas level
memanggil (retensi), yang meliputi basic thinking, critical thinking, dan kreative
13
thinking. Selanjutnya, Johnson (1992) merangkum beberapa definisi critical
thinking dari beberpa ahli, seperti Ennis (1987,1989), Lipman (1988), Siegel
(1988), Paul (1989), dan McPeck (1981), yang disebut juga “the Group of Five”.
Ia menyimpulan bahwa ada tiga persetujuan substansi dari kemampuan berpikir
14

kritik. Pertama, berpikir kritis memerlukan sejumlah kemampuan kognitif; kedua,


berpikir kritis memerlukan sejumlah informasi dan pengetahuan; dan ketiga,
berpikir kritis mencangkup dimensi afektif yang semuanya menjelaskan dan
menekankan secara berbeda-beda. Tujuan berpikir kritis adalah untuk menilai
suatu pemikiran, menaksir nilai bahkan mengevaluasi pelaksaan atau praktik dari
suatu pemikiran dan nilai tersebut.
Pada model pembelajaran ini guru berperan sebagai konselor, konsultan,
sumber kritik yang konstruktif, fasilitator, pemikir tingkat tinggi. Metode
pemecahan masalah (problem solving) adalah sebuah metode dalam kegiatan
pembelajaran dengan jalan melatih peserta didik menghadapi berbagai masalah
baik pribadi atau perorangan maupun kelompok untuk dipecahkan sendiri atau
bersama-sama.
2. Model Inquiri Training
Secara umum, istilah “inquiri” berkaitan dengan masalah dan penelitian
untuk menjawab suatu masalah. Rogers (1969), misalnya menyatakan bahwa
inkuiri merupakan suatu proses untuk mengajukan pertayaan dan mendorong
semangat belajar para siswa pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.
Sebagai sebuah metode mengajar yang berorientasi pada latihan meneliti dan
mempertanyakan, istilah ini sejajar dengan metode pemecahan masalah, berpikir
reflektif dan atau „discovery‟ (Hagen, 1969). Namun, Beyer (1971) mengatakan
bahwa inkuiri lebih dari sekedar bertanya. Inkuiri adalah suatu proses
mempertanyakan makna atau arti tertentu yang menuntut seseorang menampilkan
kemampuan intelektual agar ide atau pemikirannya dapat dipahami.
3. Model Problem-Based Intruction
Problem-Based Intruction adalah model pembelajaran yang berandaskan
paham konstruktivistik yang mengakomodasi keterlibatan peserta didik dalam
belajar dan pemecahan masalah otentik.
Model Problem-Based Intruction memiliki lima langkah pembelajaran, yaitu
sebagai berikut:
Guru mendefinisikan atau mempresentasikan masalah atau isu yang
berkaitan (masalah bisa untuk satu unit pelajaran atau lebih, bisa untuk pertemuan
15

satu, dua atau tiga pertemuan, bisa berawal dari seleksi guru atau eksplorasi
peserta didik.Guru membantu peserta didik mengklarifikasi masalah dan
menentukan bagaimana masalah itu diinvestigasi (investigasi melibatkan sumber-
sumber belajar, informasi, dan data yang variatif, melakukan survei dan
pengukuran).Guru membantu peserta didik menciptakan makna terkait dengan
hasil pemecahan masalah yang akan dilaporkan (bagaimana mereka memecahkan
masalah dan apa rasionalnya).Pengorganisasian laporan (makalah,laporan lisan,
model, program, computer, dll.).Presentasi (dalam kelas melibatkan semua
peserta didik, guru, bila perlu melibatkan administrator dan anggota masyarakat.
4. Model Integrasi Berdasarkan Topik
Dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) keterpaduan dapat
dilakukan berdasarkan topik yang terkait, misalnya “kegiatan ekonomi
penduduk”. Kegiatan ekonomi penduduk dalam contoh yang dikembangkan
ditinjau dari berbagai disiplin ilmu yang tercakup dalam IPS. Kegiatan ekonomi
dalam hal ini ditinjau dari persebaran dan kondisi fisis-geografis yang tercakup
dalam disiplin geografi.
Secara psikologis, kegiatan ekonomi penduduk dapat mempengaruhi
interaksi sosial di masyarakat atau sebaliknya. Secara historis dari waktu ke waktu
kegiatan ekonomi penduduk selalu mengalami perubahan. Selanjutnya
penguasaan konsep tentang jenis-jenis kegiatan ekonomi sampai pada taraf
mampu menumbuhkan kreativitas dan kemandirian dalam melakukan tindakan
ekonomi dapat dikembangkan melalui kompetensi yang berkaitan dengan
ekonomi.
5. Model Integrasi Berdasarkan Potensi Utama
Keterpaduan IPS dapat dikembangkan melalui topik yang didasarkan pada
potensi utama yang ada di wilayah setempat, sebagai contoh, “potensi Bali”
Sebagai Daerah Tujuan Wisata”. Dalam pembelajaran yang dikembangkan,
kebudayaan Bali dikaji dan ditinjau dari faktor alam, historis kronologis dan
kausalitas, serta prilaku masyarakat terhadap aturan. Melalui kajian potensi utama
yang terdapat di daerahnya, maka peserta didik selain dapat memahami kondisi
16

daerahnya juga sekaligus memahami Kompetensi Dasar yang terdapat pada


beberapa disiplin yang tergabung dalam IPS.
6. Model Integrasi Berdasarkan Permasalahan
Model pembelajaran terpadu pada IPS yang lainnya adalah berdasarkan
permasalahan yang ada, contohnya adalah “tenaga kerja Indonesia”. Pada
pembelajaran terpadu, tenaga kerja Indonesia ditinjau dari beberapa faktor sosial
yang mempengaruhinya, diantaranya adalah faktor geografi, ekonomi, sosiologis
dan historis.

C. model pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial ABK

Model Pembelajaran Menurut Joyce dan Weil (2000:13) mengemukakan maksud dari

model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman

dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk

menentukan perangkat pembelajaran. Selanjutnya, Joyce menyatakan bahwa model pembelajaran

mengarahkan kita ke dalam perancangan pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian

rupa sehingga tujuan pembelajaran itu tercapai (Hernani, dkk:5). T. Raka Joni (1980) membahas

model-model pembelajaran dalam konteks pembahasan strategi pembelajaran. Dalam

pembahasannya tersebut ada kesan bahwa model-model pembelajaran dipandang setara

kedudukannya dengan strategi pembelajaran.

Dipihak lain Wina Sanjaya (2005) berpendapat bahwa model pembelajaran berkedudukan

lebih tinggi (lebih umum) dari pada strategi pembelajaran.. (Toto Ruhimat, dkk, 2011:198-199)

Model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi, metode, atau

prosedur.

Ciri-ciriersebutialah:

(1) rasional teoritis logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya;

(2) landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akand

icapai);
17
(3) tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan

berhasil;

(4) lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai (Kardi dan Nur,

2009).

Menurut Johnson (dalam Samani, 2000), untuk mengetahui kualitas model pembelajaran

harus dilihat dari dua aspek, yaitu proses dan produk. Aspek Proses mengacu apakah pembelajaran

mampu menciptakan situasi belajar yang menyenangkan (joyful learning) serta mendorong siswa

siswa untuk aktif belajar dan berpikir kreatif.

Proses mengandung makna tuntutan peristiwa atau kegiatan, sedangkan pembelajaran

adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputiunsurunsur manusiawi, material, fasilitas,

perlengkapan dan prosedur yangsaling mempegaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran (Dr.

OemarHamalik, 2005: 57). Dalam sistem pembelajaran terdapat tiga ciri khasyang terkandung di

dalamnya, yaitu, rencana, saling ketergantungan, dan tujuan. Proses pembelajaran, pada

hakekatnya, adalah untuk mendewasakan siswa melalui upaya untuk membekali siswa dengan

pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dapat menjadi bekal bagi kehidupannya.

Bekal yang dimiliki siswa itu sangat penting sebagai sumber daya manusia yang dibutuhkan

dalam kehidupan, baik untuk diri sendiri, masyarakat,

bangsamaupunnegara(NahdatulAzmi,2006:1). Proses pembelajaran adalah berjalannya suatu

pembelajaran dalam suatu kelas. Peneliti melakukan analisis pada proses pembelajaran yang

meliputi aspek kegiatan awal pembelajaran, kegiatan inti pembelajaran, dan kegiatan akhir

pembelajaran. Proses pembelajaran bertujuan agar siswa mampu mengembangkan kemampuan

fisik maupun psikis ke dalam tiga ranah. Sehingga pembelajaran yang berlangsung akan lebih

bermakna. Tidak hanya sebatas pengetahuan saja, namun lebih pada pengalaman ilmu dan

ketrampilan menciptakan sesuatu sebagai hasil pemahaman ilmu tertentu. Proses pembelajaran

dikatakan berhasil secara optimal jika sebagian besar (84% s.d. 94%) bahan pengajaran yang

diajarkan dapat dikuasai siswa. Secara tidak langsung proses pembelajaran dipengaruhi oleh
18
perencanaan yang baik yang dapat kita lihat dari rencana pelaksanaan pembelajaran.

Pendidikan inklusi adalah sebuah sistem pendidikan yang memungkinkan setiap anak

penuh berpartisipasi dalam kegiatan kelas reguler tanpa mempertimbangkan kecacatan atau

karakteristik lainnya. Disamping itu pendidikan inklusi juga melibatkan orangtua dalam cara yang

berarti dalam berbagai kegiatan pendidikan, terutama dalam proses perencanaan, sedang dalam

belajar- mengajar, pendekatan guru berpusat pada anak (Meita Shanty,2012:64-65). Pendidikan

inklusi oleh Sapon-Sevin (O’Neil, 1994/1995) didefinisikan sebagai system layanan PLB yang

mempersyaratkan agar semua anak luar biasa dilayani di sekolahsekolah terdekat di kelas biasa

bersama teman-teman seusianya. Oleh karena itu, beliau menekankan adanya restrukturisasi di

sekolah sehingga menjadi komunitas yang mendukung pemenuhan kebutuhan khusus setiap anak,

artinya kaya dalam sumber dan dukungan dari semua guru dan siswa. Ahli yang lain, Stainback dan

Stainback (1990) dalam Sunardi (2009) mengatakan bahwa sekolah yang inklusi adalah sekolah

yang menampung semua murid di kelas yang sama.

Sekolah ini menyediakan program pendidikan yang layak, menantang, tetapi sesuai dengan

kemampuan dan kebutuhan setiap murid maupun bantuan dan dukungan yang dapat diberikan oleh

para guru agar anak-anak berhasil. Lebih dari itu, sekolah inklusi juga merupakan tempat bagi

setiap anak dapat diterima, menjadi bagian dari kelas tersebut, dan saling membantu, baik dengan

guru dan teman sebayanya maupun anggota masyarakat lain agar kebutuhan individunya terpenuhi.

(Emirfan TM, 2012:30-31)

Direktorat PBLS dalam Depdiknas (2007) menjelaskan pendidikan inklusi merupakan

sistem layanan pendidikan yang mengikut sertakan anak berkebutuhan khusus belajar bersama

dengan anak sebayanya di sekolah reguler yang terdekat dengan tempat tinggalnya.

Penyelenggaraan pendidikan inklusi menuntut pihak sekolah melakukan penyesuaian baik dari segi

kurikulum, sarana dan prasarana pendidikan, maupun system pembelajaran yang disesuaikan

dengan kebutuhan individu peserta didik. (Roza Susanti,2012: 94) Perkembangan pendidikan
19
inklusi tersebut dilakukan dengan menggunakan pendekatanpendekatan (Depdiknas (2007, 5),

sebagai berikut:

1. Pendekatan segregasi Pendekatan segregasi adalah metode pendidikan yang memisahkan

anak kebutuhan khusus dari sistem persekolahan reguler.Di Indonesia bentuk sekolah

segregasi ini berupa satuan pendidikan khusus atau Sekolah luar biasa sesuai dengan jenis

kelainan peserta didik. Sebagai satuan pendidikan khusus, makasistem pendidikan yang

digunakan terpisah sama sekali dari sistempendidikan di sekolah reguler, baik kurikulum,

tenaga pendidik, dan kependidikan, sarana prasarana, sampai pada sistem pembelajaran dan

evaluasinya. Kelemahan dari sekolah segregasi ini antara lain aspek perkembangan emosi

dan sosial anak kurang luas karena lingkungan pergaulan yang terbatas.

2. Pendekatan terpadu (integrated) Pendekatan terpadu adalah pendekatan yang memberikan

kesempatan kepada peserta didik berkebutuhan khusus untuk mengikuti pendidikan di

sekolah reguler tanpa adanya perlakuan khusus yang disesuaikan dengan kebutuhan

individu anak. Sekolah tetap menggunakan kurikulum, sarana prasarana, tenaga pendidik

dan kependidikan, serta sistem pembelajaran reguler untuk semua peserta didik. Jika ada

peserta didik tertentu mengalami kesulitan dalam mengikuti pendidikan, maka

konsekuensinya peserta didik itu sendiri yang harus menyesuaikan dengan sistem yang

dituntut di sekolah reguler. Dengan kata lain pendidikan terpadu menuntut anak yang harus

menyesuaikan dengan sistem yang dipersyaratkan sekolah reguler.

3. Sekolah inklusi Pendekatan inklusi merupakan perkembangan baru dari pendidikan terpadu.

Pada sekolah inklusi setiap anak sesuai dengan kebutuhan khususnya, semua diusahakan

dapat dilayani secara optimal dengan melakukan berbagai modifikasi dan/atau penyesuaian,

mulai dari kurikulum, sarana prasarana, tenaga pendidik dan kependidikan, sistem

pembelajaran sampai pada sistem penilaiannya. Dengan kata lain pendidikan inklusi

mensyaratkan pihak sekolah yang harus menyesuaikan dengan tuntutan kebutuhan individu

peserta didik, bukan peserta didik yang menyesuaikan dengan sistem persekolahan.
20
Keuntungan dari pendidikan inklusi anak berkebutuhan khusus maupun anak biasa dapat

berinteraksi secara wajar sesuai dengan tuntutan kehidupan sehari-hari di masyarakat, dan

kebutuhan pendidikannya dapat terpenuhi sesuai potensinya masingmasing. Konsekuensi

penyelenggaraan pendidikan inklusi adalah pihak sekolah dituntut melakukan berbagai

perubahan, mulai cara pandang, sikap, sampai pada proses pendidikan yang berorientasi

pada kebutuhan individu tanpa diskriminasi.

(Roza Susanti, 2012:92-94) Model Pendidikan Inklusi Indonesia Pendidikan anak

berkebutuhan khusus di sekolah inklusi dapat dilakukan dengan berbagai model sebagai berikut

(Ashman, 1994 dalam Emawati, 2008):

1. Kelas Reguler (Inklusi Penuh) Anak berkebutuhan khusus belajar bersama anak non

berkebutuhan khusus sepanjang hari di kelas reguler dengan menggunakan kurikulum yang

sama.

2. Kelas Reguler dengan Cluster Anak berkebutuhan khusus belajar bersama anak non

berkebutuhan khusus di kelas reguler dalam kelompok khusus. 3. Kelas Reguler dengan

Pull Out Anak berkebutuhan khusus belajar bersama anak non berkebutuhan khusus di

kelas reguler namun dalam waktuwaktu tertentu ditarik dari kelas reguler ke ruang lain

untuk belajar dengan guru pembimbing khusus.

3. Kelas Reguler dengan Cluster dan Pull Out Anak berkebutuhan khusus belajar bersama

anak non berkebutuhan khusus di kelas reguler dalam kelompok khusus, dan dalam waktu-

waktu tertentu ditarik dari kelas reguler ke ruang lain untuk belajar dengan guru

pembimbing khusus.

4. Kelas Khusus dengan Berbagai Pengintegrasian Anak berkebutuhan khusus belajar di

dalam kelas khusus pada sekolah reguler, namun dalam bidangbidang tertentu dapat belajar

bersama anak non berkebutuhan khusus di kelas reguler.

5. Kelas Khusus Penuh Anak berkebutuhan khusus belajar di dalam kelas khusus pada sekolah

reguler. (Syafrida Elisa, Aryani Tri Wrastari, 2013:3)


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang
rangkaian kegiatan yang didisain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Strategi
dalam konteks pembelajaran, berarti pola umum perbuatan guru-peserta didik di dalam
perwujudan kegiatan pembelajaran. Maka dari itu, konsep strategi dalam hal ini
menunjuk pada karakteristik abstrak rentetan perbuatan guru-peserta didik di dalam
kegiatan pembelajaran. Strategi pembelajaran merupakan pemilihan atas berbagai jenis
latihan tertentu yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
Menurut Joyce & weil model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang
melukiskan prosedur pembelajaran yang sistematis dalam pengorganisasian pengalaman
belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi
perangcang pembelajaran dan para guru dalam merancang dan melaksanakan proses
belajar mengajar.1 Karena dalam model pembelajaran menggambarkan proses belajar
mengajar, tentu di dalam setiap model pembelajaran mempunyai langkah/sintaks tertentu
yang perlu diperhatikan dalam mengaplikasikan suatu model pembelajaran.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan pada
makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
untuk perbaikan makalah ini kedepannya, agar penulis dapat membuat makalah yang
lebih baik lagi di kemudian hari dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis
dan pembaca.

1
Darmadi, Pengembangan Model Metode Pembelajaran dalam Dinamika Belajar Siswa,(Yogyakarta:
Deepublish, 2017) hlm. 42

13
DAFTAR PUSTAKA

Aimun, dkk. 2015.Strategi dan Model Pembelajaran. (Yogyakarta: Aswaja Pressindo.)

Abdul Majid M.pd,Statregi Pembelajaran,(Bandung :PT Remaja Roskarya, 2013

Dede Rosyada,Paradigma Pendidikan Demokratis: Sebuah Model Pelibatan Masyarakat dalam

Penyelenggaraan Pendidikan,Jakarta : Kencana, 2004

Departemen Pendidikan Nasional, 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23

tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan,

Jakarta, Depdiknas.

Indrawati, Model Pembelajaran Terpadu pada Sekolah Dasar, Jakarta: PPPPTK IPA, 2009

Jhonson, Mauritz, Intentionality in Education, New York: Center for Curriculum Research and

Services, t.th

Nurdin, Syafrudin dan Usman, Basyirudin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum,

Jakarta: Ciputat Pers, 2002

Anggraeni, Novita Eka. "Strategi Pembelajaran Dengan Model Pendekatan Pada Peserta Didik
Agar Tercapainya Tujuan Pendidikan Di Era Globalisasi." ScienceEdu: Jurnal Pendidikan
Ipa 2.1 (2019): 72-79.

Dermawan, Oki. "Strategi pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus di slb." Psympathic: Jurnal
Ilmiah Psikologi 6.2 (2013): 886-897.

Silayusa, Ngakan Putu, DR NYOMAN DANTES, and DR NI KETUT SUARNI. "Pengaruh


Metode Pembelajaran Problem Solving Berbantuan Media Audio Terhadap Motivasi
Belajar dan Prestasi Belajar IPS Siswa SMALB di SLB A Negeri Denpasar." Jurnal
Penelitian Dan Evaluasi Pendidikan Indonesia 5.1 (2015).

Wati, Ambar. (2008). Model Pembelajaran Terpadu Berbasis Kecerdasan Majemuk


DiSekolah Dasar.jurnal : Majalah Ilmiah Pembelajaran.Vol.4.No (2).hal 191-193.
Suryadini, N. M. (2019). MENGGAGAS MODEL PEMBELAJARAN IPS TERPADU
BERBASIS TEOLOGI SOSIAL. Jnanasiddhanta: Jurnal Teologi Hindu, 1(1).
Nahdatul Hazmi (2018), Syirwana Mayasari HB Pendidkan Sejarah STKIP Abdi Pendidikan Payakumbuh

Nahdatul Hazmi Pendidkan Sejarah STKIP Abdi Pendidikan Payakumbuh


https://ojs.fkip.ummetro.ac.id/index.php/sejarah/article/view/1530

14

Anda mungkin juga menyukai