i
pelaksanaan asesmen dan pengerjaan laporan hasil
asesmen.
4. Orang tua dari penulis dan orang tua murid atas doa dan
dukungan sehingga memotivasi penulis agar dapat
menyelesaikan laporan ini dengan baik.
5. Pihak-pihak yang turut serta berkontribusi dalam
pembuatan laporan ini yang tidak dpat penulis sebutkan
satu persatu.
Penulis menyadari banyak kekurangan dari laporan ini,
oleh karena itu dengan tangan terbuka penulis menerima kritikan
dan saran khususnya dari para pembaca terhadap buku dalam
bentuk laporan yang kami susun demi meningkatkan kualitas dan
kesempurnaan dalam penyusunan laporan selanjutnya. Semoga
laporan ini dapat memberikan kebermanfaatan bagi penulis
khusunyaserta bagi para pembaca. Terimakasih.
Penulis
ii
DAFTAR IS
KATA PENGANTAR....................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................iii
P E N D A H U L U A N...............................................................2
A. Pengertian Asesmen..............................................................4
B. Tujuan Asesmen....................................................................7
C. Fungsi Asesmen....................................................................9
D. Jenis Asesmen.......................................................................9
E. Ruang Lingkup Asesmen....................................................10
F. Konsep Dasar Asessmen Membaca...................................25
G.Teknik dan Prosedur Pengembangan Instrumen Asesmen. .40
P E M B A H A S A N.................................................................44
A. Time Line............................................................................46
B. Pelaksanaan Identifikasi......................................................56
C. Pelaksanaan Asessmen.......................................................76
KESIMPULAN &SARAN........................................................119
Kesimpulan............................................................................120
Rekomendasi..........................................................................121
DAFTAR PUSTAKA................................................................122
iii
iv
PENDAHU LU AN
v
PETAKONSEP
TUJUAN ASESSMEN
PENGERTIAN ASESSMEN
FUNGSI ASESSMEN
JENIS ASESSMEN
Gambar 1.1
vi
A. Pengertian Asesmen
vii
“Asesmen merupakan suatu proses pengumpulan
informasi yang akan digunakan untuk membuat
pertimbangan dan keputusan yang berkaitan dengan
pembelajaran anak”.
3. Robert M. Smith (2002)
“Asesmen adalah suatu penilaian yang
komprehensif dan melibatkan anggota tim untuk
mengetahui kelemahan dan kekuatan anak, yang mana
hasil keputusannya dapat digunakan untuk menentukan
layanan pendidikan yang dibutuhkan anak sebagai dasar
untuk menyusun suatu rancangan pembelajaran”.
4. McLounghlin & Lewis (1986)
”Asesmen adalah proses yang sistematis dalam
mengumpulkan data seorang anak yang berfungsi untuk
melihat kemampuan dan kesulitan yang dihadapi
seseorang saat itu, sebagai bahan untuk menentukan apa
yang sesungguhnya dibutuhkan. Berdasarkan informasi
tersebut, guru akan dapat menyusun program
pembelajaran yang bersifat realistis sesuai dengan
kenyataan yang obyektif.
5. Fallen & Umansky (1988)
“Asesmen adalah proses pengumpulan data untuk
tujuan pembuatan keputusan dan menerapkan seluruh
proses pembuatan keputusan tersebut, mulai diagnosa
paling awal terhadap problem perkembangan sampai
penentuan akhir terhadap program anak”.
viii
6. Mangungsong (1995)
“Asesmen adalah suatu proses yang dilakukan
untuk mengumpulkan informasi, data-data yang berkaitan
dalam membantu seseorang mengambil keputusan yang
berkaitan dengan masalah pendidikan”.
7. Lidz (2003)
“Asesmen merupakan pengumpulan informasi
untuk mendapatkan profil psikologi anak, yang meliputi
gejala dan intensitasnya,kendala-kendala yang dialami,
kelebihan dan kelemahan, serta peran penduduk yang
dibutuhkan anak”.
8. (Lerner, 1988:54, dalam Mulyono Abdurrahman,
2003:46)
“Asesmen adalah suatu proses pengumpulan
informasi tentang seseorang anak yang akan digunakan
untuk membuat pertimbangan dan keputusan yang
berhubungan dengan anak tersebut”.
ix
B. Tujuan Asesmen
x
2. Moh.Amin (1995) Kegiatan asesmen yang dilakukan
setelah ditemukan bahwa seseorang itu ABK atau setelah
kegiatan deteksi, maka asesmen diperlukan untuk:
a. Menyaring kemampuan ABK
b. Untuk keperluan pengklasifikasian, penempatan,
dan penemuan program pendidikan ABK. Untuk
menentukan arah atau tujuan pendidikan serta
kebutuhan ABK.
c. Untuk mengembangkan program pendidikan yang
diindividualisasikan.
d. Untuk menentukan strategi, lingkungan belajar, dan
evaluasi pengajaran.
3. Menurut Roob,Banordoni, dan Johnson (1977), tujuan
asesmen yaitu:
a. Untuk menyaring dan mengidentifikasi penempatan
anak.
b. Untuk merancang membuat keputusan tentang
penempatan anak
c. Untuk merancang individualisasi pendidikan
d. Untuk memonitor kemajuan anak secara individu
e. Untuk mengevaluasi keefektifan program
4. Menurut bomstein dan kazdin (1985) tujuan asesmen
yaitu :
a. Mengidentifikasi masalah dan menyeleksikan target
intervensi
b. Memilih dan mendesain program treatmen
xi
c. Mengukur dampak treatmen yang diberikan secara
terus menerus.
d. Mengevaluasi hasil-hasil umum dan ketepatan dari
terapi
C. Fungsi Asesmen
D. Jenis Asesmen
FOR
Asesmen
xii
AS
OF
Gambar 1.2
Tiga jenis asesmen, yaitu :
1. For : Sebelum proses belajar di mulai, dengan tujuan
menyusun program atau pembelajaran yang sesuai.
2. As : Pada saat proses belajar berlangsung, tujuan nya
untuk menggali atau menemukan hambatan.
3. Of : Sesudah proses belajar selesai, dengan tujuan
mengetahui tingkat penguasaan materi setelah intervensi
dilakukan.
1. Asesmen perkembangan
Asesmen perkembangan merupakan proses pengumpulan
data/informasi secara sistematis terhadap aspek-aspek
perkembangan anak yang diduga berpengaruh terhadap prestasi
akademik. Beberapa aspek perkembangan anak yang perlu diases
jika mereka dijumpai mengalami kesulitan belajar termasuk ABK,
xiii
yaitu : gangguan motorik, gangguan persepsi, gangguan atensi,
gangguan memori, hambatan dalam orientasi ruang dan
arah/spatial, hambatan dalam perkembangan bahasa, hambatan
dalam pembentukan konsep, dan masalah dalam perilaku
(Harwell dalam Soendari, T. 2008) .
A. Perkembangan Persepsi
Persepsi berasal dari istilah bahasa Inggris ”Perception”
artinya tanggapan atau penerimaan langsung dari sesuatu; daya
memahami atau menaggapi sesuatu; proses seseorang mengetahui
beberapa hal melalui pancainderanya. Secara definisi persepsi
dapat diartikan sebagai proses memahami dan
menginterpretasikan informasi sensoris atau kemampuan intelek
untuk menyarikan makna dari data/informasi yang diterima oleh 4
berbagai indera. Dengan demikian untuk memahami proses
persepsi terlebih dahulu harus dipahami apa yang disebut dengan
penginderaan (sensasi/sensori).
Penginderaan sebetulnya merupakan proses fisiologis.
Stimulus yang diterima oleh pancaindera akan ditransfer ke otak
untuk diolah sehingga membentuk sebuah gambaran. Namun
demikian, hasil pembentukan di otak tidak selamanya memberi
gambaran seperti apa yang diinderanya. Misalnya, seorang anak
diminta untuk mengamati huruf /d/, di samping huruf tersebut
berderet huruf-huruf lain seperti /p/, /b/, /d/, /a/. Apabila anak
dapat menunjukan huruf /d/ pada deretan huruf-huruf tadi, maka
proses persepsi telah terjadi karena ada penafsiran yang sama.
Tetapi jika yang ditunjuk adalah huuf /a/, maka yang terjadi
hanya proses penginderaan. Sebetulnya anak melihat huruf /d/,
xiv
tetapi apa yang dilihatnya tidak membentuk gambaran yang
benar. Secara fisiologis ia tidak mengalami gangguan
penglihatan, akan tetapi ia tidak dapat menafsirkan objek yang
dilihatnya, dan inilah yang dimaksud mengalami gangguan
persepsi.
Sebagian ABK ada yang mengalami gangguan persepsi dan
ada juga yang tidak. Mereka yang mengalami gangguan persepsi
dapat dipastikan akan mengalami masalah yang lebih berat
dibandingkan dengan mereka yang tidak mengalaminya. Dampak
yang paling nyata dari gangguan persepsi ini seringkali dirasakan
guru ketika mereka belajar membaca, menulis, berhitung, atau
didalam memahami orientasi rung maupun arah. Persepsi
merupakan keterampilan yang dapat dipelajari, maka proses
pembelajaran dapat memberikan dampak langsung terhadap
kecakapan perseptual.Adapun ruang lingkup perkembangan
persepsi terdiri dari:
xv
4. Diskriminasi bentuk dan latar menunjuk pada
kemampuan membedakan suatu objek dari latar
belakang yang mengelilinginya
5. Visual closure menunjuk pada kemampuan
mengingat dan mengidentifikasi suatu objek,
meskipun objek tersebut tidak diperlihatkan secara
keseluruhan
6. Object recognation menunjuk pada kemampuan
mengenal sifat berbagai objek pada saat melihatnya
xvi
c. Persepsi kinestetik (gerak),yaitu perasaan yang sangat
kompleks yang ditimbulkan oleh rangsangan di otot, urat,
dan pergelangan. Persepsi kinestetik menunjukan
kemampuan untuk memahami posisi dan gerakan bagian
tubuh. Persepsi kinestetik memungkinkan seseorang
memiliki kemampuan:
1. Diskriminasi letak anggota badan; kanan-kiri, atas-
bawah
2. Diskriminasi bentuk tubuh; besar-kecil, panjang
pendek
3. Diskriminasi gerak tubuh; kiri-kanan, maju-mundur
xvii
Kemampuan berbahasa seseorang dapat dikelompokan menjadi
dua, yaitu kemampuan berbahasa pasif (reseptif) dan
kemampuan berbahasa aktif (ekspresif). Kemampuan berbahasa
pasif adalah kemampuan memahami pikiran, perasaan, dan
kehendak orang lain. Sedangkan kemampuan berbahasa aktif
adalah kemampuan untuk menyatakan pikiran, perasaan dan
kehendak sendiri kepada orang lain. Secara umum
perkembangan bahasa digambarkan oleh Myklebust (Sutjihati,
2006) yang meliputi : tahap inner language, receptive language,
dan expressive language.
Inner language adalah aspek bahasa yang pertama
berkembang, muncul kira-kira pada usia 6 bulan. Karakteristik
perilaku yang muncul pada tahap ini adalah pembentukan
konsep-konsep sederhana, seperti anak mendemonstrasikan
pengetahuannya tentang hubungan sederhana antara satu objek
dengan objek yang lainnya. Tahap berikut dari perkembangan
inner language adalah anak dapat memahami 8 hubungan-
hubungan yang lebih kompleks dan dapat bermain dengan
mainan dalam situasi yang bermakna. Bentuk yang lebih
kompleks dari perkembangan inner language adalah
mentransformasikan pengalaman ke dalam simbol bahasa.
Receptive language muncul kira-kira pada usia 8 bulan.
Pada tahap ini anak mulai mengerti sedikit-sedikit tentang apa
yang dikatakan orang lain kepadanya. Anak mulai merespon
apabila namanya dipanggil dan mulai sedikit mengerti perintah,
menjelang kira-kira 4 tahun anak lebih menguasai kemahiran
xviii
mendengar, dan setelah itu proses penerimaan (receptive
process) memberi perluasan kepada sistem bahasa verbal.
Expresive language merupkan tahap terakhir dari
perkembangan bahasa. Menurut Myklebust, expresive language
berkembang setelah pemantapan pemahaman. Bahasa ekspresif
anak mulai muncul kira-kira pada usia satu tahun.
Berikut tahap perkembangan bahasa anak mulai dari usia
satu tahun sampai dengan 7 tahun (Amin, M. 1995) :
Tabel 1.1
Usia Perkembangan Bahasa
1 tahun Mengucapkan 3 kata atau lebih, misalnya: mama, mimi, dada
Memberikan reaksi suara terhadap mainan atau suara
Memperhatikan dan memberikan reaksi terhadap pembicaraan
yang panjang
Memberikan reaksi verbal terhadap beberapa perintah
Memberikan mainannya ketika diminta
1,5 tahun Mengenal nama berbagai bagian tubuh
Menunjukan mata, hidung, dan telinga Mengulang kata-kata
yang didengarnya
Memahami pertanyaan sederhana
Melaksanakan dua perintah yang berurutan mengenai benda-
benda, seperti; ambil bola, duduk di kursi, dll
Membuat asosiasi dan mengingat kata-kata berdasarkan pada
kategori 9 (misal: makanan, binatang,dll)
Mulai bicara tanpa bantuan gerak
xix
2 tahun Sesekali menggunakan kalimat yang terdiri dari 3 kata
Menunjuk kepada diri sendiri dengan namanya
Memilih satu kata dari lima atau enam kata yang disebutnya
Mempelajari nama binatang dari buku
2,5 tahun Mengenal nama dan gambar
Mengerti kata kerja dan kebanyakan kata sifat
Menjawab dengan tepat pertanyaan ”kamu laki-laki atau
perempuan?” Membicarakan gambar buatannya sendiri
3 tahun Mengikuti tiga perintah sederhana Mengerti arti di atas, di
bawah, di depan, belakang, dll
Menggunakan bunyi-bunyi t, n, k, g, ng, pada kata
Mengucapkan bunyi huruf y, f, v, dalam kata-kata
Mengulang tiga kata
Menggunakan kalimat yang terdiri dari empat kata
Senang berbisik dan memberikan reaksi pada bisikan
Menerangkan jenis kelamin, menyebut nama lengkap dan
menerangkan peristiwa secara sederhana
4 tahun Menjawab pertanyaan sederhana
Menggunakan kalimat yang kompleks
Berkomunikasi untuk menghubungkan pengalaman dan
mencari pengetahuan yang diperlukannya
Membuat kesalahan artikulasi terhadap bunyi konsonan l, r, s,
t, sh, ch, j atau th; menguasai bunyi b, p, m, w dan h
Mengenal warna-warna Memberikan reaksi terhadap gambar
dengan lima kata
xx
5 tahun Mengetahui banyak lawan kata
Menghitung benda sampai 10
Mengulang 4 bilangan
Memberikan definisi benda-benda berdasarkan kegunaan
seperti; garpu, 10 sendok, pensil, gunting, dll
Membuat kekeliruan artikulasi
6 tahun Menguasai bunyi huruf: f, v, s, dan z
Memberikan respon terhadap gambar dengan 7 kata
Menanti gilirannya yang tepat dalam pembicaraan
Memberi dan menerima keterangan
7 tahun Menjawab pertanyaan mengenai persamaan, misalnya;
“apakah persamaan kedua benda ini?”
C. Perkembangan Motorik
Keterampilan motorik adalah gerakan-gerakan tubuh atau
bagian-bagian tubuh yang disengaja, otomatis, cepat dan akurat.
Gerakan-gerakan ini merupakan rangkaian koordinasi dari
beratus-ratus otot yang rumit. Perkembangan motorik berarti
perkembangan pengendalian gerakan jasmaniah melalui
kegiatan pusat saraf, urat saraf, dan otot yang terkoordinasi.
Perkembangan motorik meliputi kemampuan dalam melakukan
gerak, baik yang bersifat gerakan kasar, gerakan halus,
keseimbangan dan koordinasi.
Kemampuan gerakan kasar (gross motor) adalah gerak
tubuh yang menggunakan sebagian besar atau sekumpulan otot-
otot besar dan biasanya memerlukan tenaga. Contoh gerakan
kasar adalah: merangkak, berdiri, berjalan, mendorong,
xxi
naik/turun tangga, berjingkrak, melompat, menendang,
melempar, dan lain-lain. Sedangkan kemampuan motorik halus
(fine motor) adalah kemampuan gerak yang hanya menggunakan
otot-otot tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil yang
membutuhkan koordinasi gerak dan daya konsentrasi yang baik.
Contoh gerakan halus adalah: menulis, mewarnai, menggunting,
memotong, mencoret dengan jari, menyortir benda sesuai dengan
bentuknya, menjelujur, memutar benda, merangkai kalung-
kalungan, dan lain-lain.
Berikut ini tahap perkembangan motorik anak dari
usia 12 bulan sampai dengan 9 tahun (Amin, M. 1995) :
Tabel 1.2
Usia Perkembangan Motorik
12 bulan Berusaha tegak dengan berlutut
Berjalan dengan berpegang sebelah tangan
Merangkak bebas
13-14 bulan Berdiri sebentar
Berjalan mundur satu dua langkah
Bergoyang-goyang mengikuti irama musik
15-16 bulan Berjalan beberapa langkah
Berlutut sendiri, jatuh terduduk
Merangkak atau memanjat tangga
Tegak berdiri dan berjalan
Membungkuk dan tegak kembali
xxii
17-18 bulan Berjalan sendiri tanpa bantuan
Menaiki tangga dengan berpegangan
Duduk sendiri
Menendang bola
Menarik alat main sambil berjalan mundur
Menaiki rintangan
19-20 bulan Berusaha berjalan di atas garis lurus (sampai
kira-kiar 3 meter dengan 12 1-3 kali membuat
kesalahan)
Mampu dan mau bermain dengan alat yang
menyerupai tongkat
Memasukan pasak ke dalam lubangnya (yang
memepunyai garis tengah kira-kira 1,5 cm)
21-22 bulan Naik tangga sambil berpegang dengan satu
pegangan
Turun tangga dengan dipegang sebelah tangan
Berjongkok waktu bermain
Berdiri di atas satu kaki dengan bantuan
Berjalan mundur
25-27 bulan Dapat berlari Naik dan turun tangga tanpa
berganti kaki Menyepak bola atas perintah
Bangun miring, melompat dari bawah dengan
satu kaki
xxiii
2,5 tahun Berjalan dengan ujung jari kaki
Melompat dengan dua kaki bersama-sama
Mencoba berdiri di atas satu kaki
Berdiri dengan dua kaki di atas balok
keseimbangan tanpa bantuan
Berjalan mengikuti garis yang dibuat pada lantai
3 tahun Berlari dengan jari kaki
Mengendarai sepeda roda tiga
Naik tangga dengan kaki berganti-ganti
Melompat dengan dua kaki
Berdiri dengan satu kaki
Berjalan mundur dengan mudah
3,5 tahun Berdiri dengan satu kaki selama 3-5 detik
Koordinasi gerak masih kurang; jatuh, takut
Berjalan pada balok keseimbangan dengan dua
langkah bergantiganti atau lebih
Berlari menghindari rintangan/halangan
4 tahun Berdiri dengan satu kaki selama 5-10 detik
Berganti-ganti naik turun tangga dengan satu
kaki 13 Melompat di atas benda setinggi 15 cm
5 tahun Meloncat dengan satu kaki (kaki berganti-ganti)
Berjalan mengikuti garis yang dibuat pada lantai
dengan kaki dan tumit
Berlari, naik kursi dan meja
Melompat dari sessuatu dengan ketinggian 30
cm
6 tahun Sangat aktif, tingkah lakunya konstan
xxiv
Keseimbangan badan aktif dalam permainan
Melompat setinggi 30 cm dan jatuh dengan jari
kaki
Berdiri pada salah satu kaki dengan mata
tertutup Melempar jauh
7 tahun Lebih berhati-hati dalam bergerak
Melakukan kegiatan berbeda-beda
8 tahun Gerak tubuh lebih berirama dan lebih indah
Dapat menilai sikap orang lain
9 tahun Lebih mampu mengontrol kecepatan
Tertarik pada kesehatannya sendiri dan senang
mengangkat sesuatu
Sering kaku dalam sikapnya
2. Asesmen Akademik
Asesmen akademik merupakan proses pengumpulan
data/informasi secara sistematis terhadap aspek-aspek
akademik . Beberapa aspek akademik anak yang perlu diases
jika mereka dijumpai mengalami kesulitan belajar termasuk
ABK, yaitu : membaca, menulis dan berhitung.
a. Membaca
Membaca merupakan suatu interpretasi simbol-simbol
tertulis atau menangkap makna dari rangkain huruf tertentu
(Nurhadi , 1995). Dalam asesmen akademik membaca ada dua
jenis membaca, yakni membaca permulaan dan membaca
pemahaman.
xxv
1. Membaca permulaan berkaitan dengan mengenal simbol
bahasa/huruf, mengenal suku kata berpola, mengenal kata,
dan juga mengenal kalimat.
2. Membaca pemahaman, yang perlu diperhatikan disini
ialah dalam pembuatan pertanyaan, harus memuat
pertanyaan yang mengandung fakta, argumentasi,analogi,
dan sequen.
b. Menulis
Belajar menulis disini terdiri dari beberapa tahapan,
diantaranya:
1. Pra Menulis
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam tahapan pra
menulis ini, yakni meraih, meraba, memegang, dan
melepas benda. Selanjutnya mencari persamaan dan
perbedaan berbagai obyek, bentuk warna, dan ukuran.
Dan yang terakhir yaitu orientasi ruang dan arah.
2. Permulaan
Hal yang perlu diperhatikan pada tahapan
permulaan ini yaitu memegang alat tulis, menggerakan
alat tulis, menyalin huruf, kata , kalimat dengan huruf
balok, menulis namanya dengan huruf balok, menyalin
huruf, kata, kalimat menggunakan tulisan sambung, dan
menyalin tulisan sambung dari jarak jauh.
3. Mengeja
Terdapat syarat yang harus diperhatikan pada
tahapan mengeja ini, yakni harus mengenal huruf abjad
dan kata, mengucapkan kata yang diketahui, mengenal
xxvi
persamaan dan perbedaan konfigurasi kata,
mengasosiasikan bunyi dengan huruf, mengeja kata,
menemukan ejaan kata, dan menuliskan kata dengan
ejaan yang benar
4. Ekspresif (Reproduksi, Deskripsi, Ciptaan dan
penjelasan)
Ekspresif ini meliputi Reproduksi,
Deskripsi/uraian,ciptaan dan penjelasan.
c. Matematika (Berhitung)
Pada bagian ini, jelas terdapat dua hal yang perlu
diperhatikan yakni:
1. Menurut Dali S Naga, (1980), berkaitan dengan
Conten/isi materi, yang meliputi Aritmatika/Aljabar
(bilangan dan komputasi), Geometri (bidang datar dan
bidang ruang), Pengukuran (Panjang, keliling, luas, isi,
berat dan waktu).
2. Menurut Lerner (1989), berkaitan dengan hasil belajar
yang diharapkan meliputi dimensi kuantitatif yang
berkaitan dengan pemahaman konsep dan keterampilan.
Kemudian berkaitan dengan dimensi kualitatif yang
berkaitan dengan pemecahan masalah.
xxvii
terkait yang akan diasesmenkan dan modifikasi atau gabungan
dari yang telah disebutkan.
Jika dilihat dari komponennya, Asesmen pelaksanaannya
dilakukan sebelum, saat dan akhir pembelajaran sehingga terus
bergulir tanpa henti (dynamics assessment), konten
(instrument) didasarkan kepada masalah dan kemampuan yang
dimiliki siswa, tujuannya untuk melihat kondisi saat ini baik
kemampuan, kesulitan maupun kebutuhan belajarnya.
1. Pengertian Membaca
Menurut Mulyono Abdurahman (2003:200) membaca
merupakan aktivitas kompleks yang mencakup fisik dan mental.
Aktivitas fisik yang terkait dengan membaca adalah gerak mata
dan ketajaman penglihatan. Aktivitas mental mencakup ingatan
dan pemahaman. Orang dapat membaca dengan baik jika mampu
melihat huruf-huruf dengan jelas, mampu menggerakkan mata
secara lincah, mengingat simbol-simbol bahasa dengan tepat dan
memiliki penalaran yang cukup untuk memahami bacaan.
Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta
dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang
hendak disampaikan oleh penulis. Suatu proses yang menuntut
agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan akan terlihat
xxviii
dalam suatu pandangan sekilas dan makna kata-kata secara
individual akan dapat diketahui. Kalau hal ini tidak terpenuhi,
pesan yang tersurat dan yang tersirat akan tertangkap atau
dipahami, dan proses membaca itu tidak terlaksana dengan baik
(Tarigan, 2008: 7). Menurut Sabarti Akhadiah, (dalam Erniati ,
2013) mengartikan bahwa membaca merupakan suatu kesatuan
kegiatan yang mencakup beberapa kegiatan seperti mengenali
hurufdan kata-kata, menghubungkan bunyi serta maknanya.
Jadi membaca merupakan aktivitas dan proses kognitif yang
dilakukan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak
disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa
tulis yang dimulai dari pengenalan huruf kemudian mengenal
suku kata, barulah mengenal kata dan akhirnyakalimat sehingga
pembaca mampu mengerti atau pamaham mengenai suatu bacaan.
Untuk tingkat sekolah dasar, pembelajaran membaca dibagi
menjadi dua, yakni pembelajaran membaca permulaan dan
pembelajaran membaca lanjutan. Dalam membaca permulaan,
membaca diarahkan untuk melafalkan huruf sehingga dikatakan
bahwa tujuan pembelajaran membaca permulaan adalah untuk
melek huruf. Melek huruf adalah anak-anak dapat mengubah dan
melafalkan lambang-lambang tertulis menjadi bunyi-bunyi
bermakna. Pada tahap ini sangat dimungkinkan anak-anak
dapat melafalkan lambang-lambang huruf yang dibacanya tanpa
diikuti oleh pemahaman terhadap lambang bunyi-bunyi lambang
tersebut. Tahap membaca permulaan umumnya dimulai sejak
anak masuk kelas satu SD, yaitu pada saat berusia sekitar enam
tahun. Meskipun demikian, ada anak yang sudah belajar
xxix
membaca lebih awal dan ada pula yang baru belajar membaca
pada usia tujuh atau delapan tahun. (Abdurrahman, 2012: 159).
2. Tujuan Membaca
Tujuan utama dalam membaca ialah mencari serta
memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna
bacaan. Berikut in beberapa tujuan membaca menurut
Tarigan (2008: 9-10) adalah:
xxx
5. Membaca untuk menemukan apakah tokoh berhasil
atau hidup dengan ukuran-ukuran tertentu, apakah kita
ingin berbuat seperti yang dilakukan tokoh atau
sebaliknya.
6. Membaca untuk menemukan begaimana caranya
tokoh berubah, bagaimana hidupnya berbeda dari
kehidupan yang kita kenal, bagaimana dua cerita
mempunyai persamaan, dan utntuk
memperbandingkan atau mempertentangkan.
2. Aspek-aspek membaca
Membaca merupakan proses kognitif dan keterampilan
yang kompleks yang melibatkan serangkaian keterampilan
yang lebih kecil lainnya. Menurut Tarigan (2008: 14) sebagai
garis besarnya, terdapat dua aspek penting dalam membaca
yaitu:
1. Keterampilan mekanis (urutan lebih rendah) yang dapat
dianggap berada pada urutan yang lebih rendah. Aspek
yang mencakup di dalamnya ialah:
a. Pengenalan bentuk huruf
b. Pengenalan unsur-unsur linguistik (fonem atau
grafem, kata, frase, pola klausa, kalimat dan lain-
lain)
c. Pengenalan hubungan atau korespondensi pola
ejaan dan bunyi dan huruf
xxxi
2. Keterampilan pemahaman (urutan lebih tinggi) yang
dapat dianggap berada pada urutan yang lebih tinggi.
Aspek ini mencakup:
a. Kecepatan membaca ke taraf lambat
b. Memahami pengertian sederhana (leksikal,
gramatikal, retorikal);
c. Memahami signifikasi atau makna;
d. Evaluasi atau penilaian isi dan bentuk;
e. Kecepatan membaca yang fleksibel, yang mudah
disesuaikan dengan keadaan.
3. Jenis-jenis membaca
Menurut Tarigan (2008: 14) terdapat jenis-jenis mebaca
diantaranya terdiri dari:
1. Membaca Nyaring
Membaca nyaring adalah suatu aktivitas atau kegiatan
yang merupakan alat bagi guru, murid, ataupun
pembaca bersama-sama memahami informasi, pikiran,
dan perasaan seseorang pengarang.
2. Membaca Dalam Hati
Membaca dalam hati, kita harus mempergunakan
ingatan visual (visual memory), yang melibatkan
pengaktifan mata dan ingatan. Untuk membaca dalam
hati dapat pula dibagi menjadi dua yaitu : membaca
ekstensif dan membaca intensif.
3. Membaca Ekstensif
xxxii
Membaca ekstensif merupakan membaca yang
dilakukan secara luas. Objeknya meliputi sebanyak
mungkin teks dalam waktu yang sesingkat mungkin.
Kegiatan membaca ekstensif adalah untuk memahami
isi yang penting-penting dalam cepat sehingga dengan
demikian membaca secara efesien dapat terlaksana.
membaca ekstensif ini meliputi pula :
a. Membaca survey
Membaca survey adalah jenis membaca dengan
tujuan mengetahui gambaran umum isi serta ruang
lingkupdari bahan bacaan yang hendak dibaca.
b. Membaca sekilas
Membaca sekilas adalah sejenis membaca yang
membuat mata bergerak dengan cepat melihat dan
memperlihatkan bahan tertulis untuk mencari dan
memperhatikan bahan tertulis untuk mencari dan
mendapatkan informasi secara cepat.
c. Membaca dangkal
Membaca dangkal pada dasarnya merupakan
program kegiatan membaca untuk memperoleh
pemahaman yang dangkal atau tidak terlalu
mendalam dari bahan bacaan yang dibaca.
4. Membaca intensif
Membaca intensif adalah kegiatan mambaca yang
dilakukan secara seksama. Dalam membaca ini, para
siswa hanya membaca satu atau beberapa pilihan dari
xxxiii
bahan bacaan yang ada. Program membaca intensif
merupakan salah satu upaya untuk membutuhkan dan
mengasah minat membaca secara kritis. Adapun jenis-
jenis dari membaca intensif antara lain membaca telaah
isi dan membaca telaah bahasa.
5. Membaca telaah isi
Membaca telaah isi terbagi lagi menjadi empat bagian
antara lain: membaca teliti, membaca pemahaman,
membaca kritis dan membaca ide-ide.
6. Membaca telaah bahasa
Keserasian antara isi dan bahasa sesuatu bahan bacaan
mencerminkan keindahan serta kemanunggalannya.
Membaca telaah bahasa mencakup pula membaca
bahasa dan membaca sastra.
a. Membaca Permulaan
1. Pengertian Membaca Permulaan
Menurut Ahmad Susanto (2011) membaca permulaan
ialah membaca yang diajarkan secara terprogram pada
anak prasekolah. Membaca sudah dapat diajarkan pada
anak prasekolah usia 3-6 tahun. Anak Usia Dini memiliki
xxxiv
potensi yang terpendam untuk menjadi pembaca yang
baik. Tahap perkembangan yang 44memungkinkan
mereka mengerti simbol-simbol dalam bahasa memberi
kesempatan untuk cepat belajar dan mengasah
ketajaman befikir. Selain itu anak-anak sebagai pembaca
permulaan umumnya memiliki kesadaran fonemis
(kesadaran tentang bunyi-bunyi huruf yang berbeda) yang
cukup baik dan sangat berguna dalam proses membaca.
Syafi’e, (dalam Farida Rahim, 2009: 2) mendefinisikan
membaca permulaan yaitu dimana terdapat proses
recordingan decoding. Recording yaitu proses merekam
kata dan kalimat, kemudian menghubungkan nya dengan
bunyi yang sesuai dengan huruf yang ada. Sedangkan
decoding atau penyandian yaitu merujuk pada proses
menerjemahkan rangkaian huruf yang ada dalam tulisan
menjadi bunyi yang diucapkan. Penekanan membaca pada
tahap ini adalah proses perseptual, yaitu pengenalan
hubungan rangkaian huruf yang ada dalam kata dengan
bunyi-bunyi bahasa.
Selain pengertian diatas adapun pengertian
membaca permulaan menurut Darwadi (2002).Membaca
permulaan merupakan tahap awal dalam belajar membaca
yang difokuskan kepada mengenal simbol-simbol atau
tanda-tanda yang berkaitan dengan huruf-huruf sehingga
menjadi pondasi agar anak dapat melanjutkan ketahap
membaca permulaan.
xxxv
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan
bahwa yang dimaksud dengan kemampuan membaca
permulaan adalah suatu aktifitas membaca yang diajarkan
secara terprogram kepada anak prasekolah usia 3-6 tahun
yang menumpukkan perhatian pada perkataan-perkataan
utuh, bermakna dalam konteks pribadi anak-anak dan
bahan-bahan yang diberikan melalui permainan serta
kegiatan-kegiatan yang menarik sebagai perantara
pembelajaran.
xxxvi
tulisan dengan intonasi yang wajar, sebagai dasar untuk
dapat membaca lanjut.
xxxvii
sikap, dan intonasi bahasa.Latihan-latihan yang
diperlukan diantaranya (Depdiknas;2002:44) :
a.Latihan membaca di tempat duduk.
b.Latihan membaca di depan kelas.
c.Latihan membaca di mimbar.
d.Latihan membacakan.
xxxviii
(VM). Pada tahap ini huruf, suku kata, kata, dan kalimat terlihat
sebagai lambang grafis. Tahap kedua disebut dengan
Phonological Memory (PM). Pada tahap ini terjadi proses
pembunyian lambang grafis yang sudah terekam pada tahap VM.
Tahap ketiga disebut Semantic Memory (SM). Pada tahap ini
terjadi proses pemahaman terhadap kata dankalimat.
xxxix
b. Membaca Pemahaman
xl
dituntut untuk memahami isi bacaan yang dibacanya secara
menyeluruh. Sehingga anak harus mampu membaca huruf
dengan benar dan merangkaikan setiap bunyi, bentuk kata, dan
kalimat sehingga proses membaca pemahaman terbangun secara
maksimal dan memungkinkan seseorang memperoleh dan
mewujudkan informasi.
2. Prinsip-prinsip Membaca Pemahaman
Menurut McLaughlin & Allen (dalam Farida Rahim,
2009) menyatakan bahwa prinsip-prinsip membaca yang
didasarkan pada penelitian yang paling mempengaruhi
pemahaman membaca ialah berikut ini:
- Pemahaman merupakan proses kontruktivis sosial.
- Keseimbangan kemahiraksaraan adalah kerangka
kerja kurikulum yang membantu perkembangan
pemahaman.
- Guru membaca yang professional (unggul)
mempengaruhi belajar siswa.
- Pembaca yang baik memegang peranan yang
strategis dan berperan aktif dalam proses membaca.
- Membaca hendaknya terjadi dalam konteks yang
bermakna.
- Siswa menemukan manfaat membaca yang berasal
dari berbagai teks pada berbagai tingkat kelas.
- Perkembangan kosakata dan pembelajaran
memengaruhi pemhaman membaca.
- Pengikutsertaan adalah suatu faktor kunci pada
proses pemahaman.
xli
- Strategi dan keterampilan membaca bisa diajarkan.
- Asesmen yang dinamis menginformasikan
pembelajaran membaca pemahaman.
xlii
atau ciri-ciri tekstual meliputi kebahasaan teks
( tingkat kesulitan bahan bacaan), dan organisasi
teks (jenis pertolongan yang tersedia pada bacaan,
bisa berupa bab, subbab, grafik, tabel, serta susunan
tulisan). Kualitas lingkungan membaca meliputi
faktor-faktor: persiapan guru sebelum, pada saat,
atau setelah pelajaran membaca guna menolong
siswa memahami teks, cara siswa menanggapi
tugas,dan suasana umum penyelesaian tugas
(hambatan, dorongan dalam membaca).
xliii
Untuk menentukan program pembelajaran yang
relevan dan fungsional bagi anak, asesmen seyoginya
dilakukan secara terus menerus (kontinu dan
berkesinambungan ). Oleh karena itu, asesmen
dilakukan sebelum, sesaat, dan setelah
intervensi/pembelajaran, sehingga terjadi asesmen
yang dinamis (Dynamics Assesment). Dengan cara ini
asesmen dapat memfasilitasi belajar anak dan
keterampilan yamh diperoleh dan hasil -belajar anak
dan keterampilan yang diperoleh dari hasil belajar
anak menjadi fungsional karena sesuai dengan
kemampuan , kesulitan yang dihadapi dan kebutuhan
siswa.
b. Bagaimana Asesmen dilakukan ?
Untuk melihat bagaimna perilaku anak, asesmen
hendaknya dilakukan dalam situasi alamiah seperti di
kelas, di rumah, di kantin, asrama dsb, dimana tempat
anak tinggal. Proses asesmen pada situasi alamiah ini
penting untuk melihat perilaku nyata anak dalam
berbagai ragam situasi atau lingkungan.
c. Bagaimana asesmen dilakukan ?
Merode dan teknik harus menjadi pertimbangan
dalam melakukan asesmen.Beberapa teknik dapat
digunakan dalam melakukan asesmen, diantaranya:
1) Observasi, nengadakan pengamatan terhadap suatu
obyek, gejala, peristiwa, atau proses yang terjadi
dalam suatu situasi baik yang terjadi pada manusia
xliv
atau pada lingkungannya. Observasi sangat berguna
untuk melihat kemampuan dan keterampilan anak
dalam situasi atau lingkungan yang alamiah. Perilaku
itu muncul tanpa ada intervensi guru hanya menandai
tanda cek pada setiap perilaku yang muncul
(misalnya:tidak pernah, kadang-kadang, sering, atau
sering sekali), sehingga akan tampak perilaku yang
menjadi maslah pada anak tersebut. Data yang
dikumpulkan dari kegiatan observasi mungkin
berkaitan erat dengan manusia, benda atau situasi
yang berhubungan dengan anak. Berdasarkan hasil
observasi, guru dapat mengembangkan program
pengembangan perilaku yang bersifat negative kea rah
perilaku yang bersifat positif. Tiga hal yang perlu
diobservasi, yaitu perilaku, aktivitas, dan lingkungan
baik mengenai :
a) Event recording (mengeamati sesuatu berdasarkan
frekuensi kejadian).
b) Duration recording
c) Interval Time sample recording (mengamati perilaku
berdasarkan interval waktu kejadian).
xlv
d) Buatlah format catatan kejadian.
xlvi
xlvii
PE MBAH AS AN
PETAKONSEP
DESKRIPSI HASIL
ASESMEN
xlviii
Gambar 2.1
xlix
A. TIME LINE
1. Time Line
Tabel 2.1
NO KEGIATAN BULAN TARGET PENCAPAIAN
SEPTEMBE
R OKTOBER NOVEMBER DESEMBER
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
ORIENTASI
PERKULIAH
1. AN
KONSEP
ASESMEN
PERSPEKTI
2. F PKH
DISKUSI
PERTAMA(1 Menentukan sekolah yang Menetapkan SD Pertiwi sebagai sekolah
) akan dituju yang akan dituju
3. KELOMPOK
50
Membuat surat perizinan
PEMBUATA
observasi dan
N SURAT Mendapatkan surat izin observasi
mendaptakan izin
PERIZINAN
4. observasi
PROSEDUR
&
PENYUSUN
AN
INSTRUME
5. NT
SURVEY
LOKASI
Sudah mengatahui keadaan sekolah dan
SEKOLAH Mengetahui keadaan
mendapatkan izin dari pihak sekolah
DAN sekolah dan mendapatkan
untuk melakukan setiap kegiatan di hari
MEMBERIK izin
(jumat 27 september)
AN SURAT
PERIZINAN
6.
DISKUSI
Membuat instrumen Sudah terdapat instrumen wawancara
KEDUA (2)
observasi wawancara guru guru
KELOMPOK
7.
8. RUANG
51
LINGKUP
DALAM
ASESMEN
PERKEMBA
NGAN
DISKUSI Membuat instrumen
KETIGA (3) akademik untuk test Sudah terdapat instrumen akademik
9. KELOMPOK klasikal membaca, menulis dan berhitung
Membuat timeline project
PEMBUATA work untuk menjadi acuan Sudah terdapat timeline project work
10
N TIMELINE dalam proses pelaksanaan dan timeline dibuat dari bulan september
asesmen sampai bulan desember
Mendapatkan informasi dari hasil
wawancara terdapat anak yang dirasa
IDENTIFIK
mengalami hambatan dan diberikan
12. ASI KASUS
Melakukan wawancara dokumen pendukung berupa rapot untuk
1
kepada guru untuk mendukung asumsi guru terhadap anak
identifikasi awal tersebut
IDENTIFIK Melakukan test klasikal
13. ASI KASUS kepada seluruh siswa Sudah melakukan tes klasikal di kelas 5
2 kelas 5B di SD Pertiwi SD Pertiwi
14. PEMERIKS Melakukan pemeriksaan sudah menentukan independent level,
AAN HASIL terhadap hasil test klasikal instruction level dan frustration level
TEST seluruh siswa kelas 5B
KLASIKAL dan melakukan screening
DAN atau penyeliksian anak
52
yang memiliki hasil nilai
SCREENING
terendah
Menentukan subject dan
DISKUSI
memilih instrumen yang
KEEMPAT
15. akan dipilih yang Mendapatkan subjek dan memilih
(4)
disesuaikan dengan instrumen membaca untuk tes
KELOMPOK
hambatan anak Individual.
PRESENTAS
I PROGRESS
16.
REPORT Menjelaskan timeline Sudah menjelaskan timeline dari project
ASESMEN dari project work work
DISKUSI Membuat instrumen
17 KELIMA (5) membaca permulaan Sudah terdapat instrument membaca
KELOMPOK untuk test individual permulaan
IDENTIFIK Melakukan test Sudah melakukan test individual
18. ASI individual sesuai dengan menggunakan instrument membaca
MASALAH hambatan anak permulaan
DISKUSI
19. KEENAM(6) Melakukan pemeriksaan Mendapatkan hasil test individual
KELOMPOK hasil test invidual intrument membaca permulaan
53
anak kepada orang tua
dan melakukan
wawancara
Melakukan pemeriksaan
angket yang telah diisi
PRAKTEK
21. Sudah melakukan pemeriksaan angket
oleh orang tua
LAPANGAN yang telah diisi oleh orang tua dan
terdapat kesimpulan perkembangan anak
PRESENTAS
I PROGRESS
22.
REPORT
ASESMEN
23. ASESMEN
24. PERSENTAS
I HASIL
AKHIR
54
ASESMEN
55
2. Deskripsi Time line
Tabel 2.2
NO KEGIATAN DESKRIPSI
1. Orientasi Orientasi perkuliahan mata
Perkuliahan kuliah asesmen anak
berkebutuhan khusus
dilakukan saat awal
perkuliahan semester tiga,
bertujuan untuk
menjelaskan kegiatan
perkuliahan selama satu
semester.
2. Konsep Asesmen Menjelaskan konsep
Perspektif asesmen dalam perspektif
Pendidikan pendidikan khusus
Khusus
3. Diskusi Pertama Menentukan sekolah yang
Kelompok akan dituju untuk
melakukaan asesmen dan
Menetapkan SD Pertiwi
sebagai instasi pendidikan
yang akan dijadikan tempat
obseravasi unuk mencari
individu yang memeliki
kebutuhan khusus.
4. Pembuatan Surat Membuat surat perizinan
Perizinan untuk melakukan observasi
dan Mendapatkan surat
perizinan untuk observasi
yang akan diberikan ke SD
Pertiwi.
5. Prosedur dan Merupakan materi
Penyusunan perkuliahan berkenaan
Instrumen prosedur dan penyusunan
instrumen yang akan
menjadi dasar saat
penyusunan instrumen.
6. Survey Lokasi Melakukan survey tempat
56
Sekolah ke SD Pertiwi serta
memberikan surat izin
observasi. mendapatkan
perizinan untuk melakukan
observasi kepada siswa
kelas lima serta kegiatan
berlangsung setiap hari
jumat
7. Diskusi Kedua Membuat instrumen
Kelompok wawancara guru untuk
melakukan wawancara
kepada guru sebelum
melakukan identifikasi
klasikal terhadap siswa
kelas lima di SD Pertiwi
8.. Ruang Lingkup Merupakan materi
dalam Asesmen perkuliahan berkenaan
Perkembangan Ruang Lingkup dalam
Asesmen Perkembangan
yang akan menjadi dasar
saat penyusunan instrumen.
9. Diskusi Ketiga Membuat insrumen klasikal
Kelompok akademik membaca,menulis
dan berhitung untuk
diberikan kepada siswa
kelas lima sekolah dasar
saat pelaksanaan identifikasi
kasus.
10. Pembuatan Membuat timeline sebagai
Timeline acuan dalam proses project
work asesmen pendidikan
khusus
11. Identifikasi Kasus Melakukan wawancara
kepada guru (wali kelas)
dan mendapatkan informasi
dari hasil wawancara
terdapat anak yang dirasa
mengalami hambatan dan
diberikan dokumen
pendukung berupa rapor
57
untuk mendukung asumsi
guru terhadap anak tersebut
12. Identifikasi Kasus Melaksanakan identifikasi
2 kasus dengan melakukan
test klasikal
membaca,menulis dan
berhitung.
13. Pemeriksaan Melakukan pemeriksaan
Hasil Test dan terhadap hasil test klasikal
Screening seluruh siswa kelas lima dan
melakukan screening atau
penyeliksian anak yang
memiliki hasil nilai
terendah. Menentukan
independent level,
instruction level dan
frustration level terhadap
seluruh siswa
14. Diskusi Keempat Menentukan individu yang
Kelompok memiliki hambatan dan
memilih instrumen yang
akan dipilih yang
disesuaikan dengan
hambatan anak. Hal itu
untuk melanjutkan
identifikasi masalah melalui
test individual
15. Persentasi Mempersentasikan progress
Progress Report projectwork asesmen
Asesmen
16. Diskusi kelima Membuat instrumen
Kelompok membaca permulaan dalam
bentuk test individual saat
melaksanaka identifikasi
masalah.
17. Identifikasi Melakukan test individual
Masalah menggunakan instrument
membaca permulaan.
18. Diskusi Keenam Setelah melakukan
Kelompok pemeriksaan test individual
58
berupa membaca permulaan
terdapat hasil yang
menggambarkan
kemampuan inividu pad
aspek membaca pemahaman
19. Praktek Lapangan melakukan pemberian
1 dan 2 angket perkembangan anak
kepada orang tua dan
melakukan wawancara dan
melakukan pemeriksaan
angket yang telah diisi oleh
orang tua dan terdapat
kesimpulan perkembangan
anak
20. Persentasi Mempersentasikan progress
Progress Report projectwork asesmen
Asesmen
21. Asesmen Melakukan asesmen
terhadap hasil test
individual membaca
pemahaman, membuat
laporan project work
asesmen dan membuat
prosedur asesmen membaca
permulaan
22. Persentasi Hasil Mempersentasikan laporan
Akhir Asesmen project work asesmen dan
prosedur asesmen membaca
permulaan
B. PELAKSANAAN IDENTIFIKASI
59
1. Pengertian Identifikasi
2. Tujuan Identifikasi
60
Secara umum tujuan identifikasi adalah untuk menghimpun
informasi apakah seorang anak mengalami
kelainan/penyimpangan (pisik, intelektual, sosial, emosional).
Disebut mengalami kelainan/penyimpangan tentunya jika
dibandingkan dengan anak lain yang sebaya dengannya. Hasil
dari identifkasi akan dilanjutkan dengan asesmen, yang hasilnya
akan dijadikan dasar untuk penyusunan progam pembelajaran
sesuai dengan kemampuan dan ketidakmampuannya. Dalam
penyelenggaraan pendidikan inklusif, kegiatan identifikasi anak
berkebutuhan khusus dilakukan untuk lima keperluan,yaitu: 1)
Penjaringan (screening), 2) Pengalihtanganan (referal), 3)
Klasifikasi, 4) Perencanaan pembelajaran, dan 5) Pemantauan
kemajuan belajar. Adapun penjelasan dari kegiatan tersebut
sebagai berikut:
1. Penjaringan (screening)
Penjaringan dilakukan terhadap semua anak di kelas
dengan alat identifikasi anak berkebutuhan khusus.
Contoh alat identifikasi terlampir. Pada tahap ini
identifikasi berfungsi menandai anak-anak mana yang
menunjukan gejala-gejala tertentu, kemudian
menyimpulkan anak-anak mana yang mengalami
kelainan/penyimpangan tertentu, sehingga tergolong Anak
Berkebutuhan Khusus. Dengan alat identifikasi ini guru,
orangtua, maupun tenaga profesional terkait, dapat
melakukan kegiatan penjaringan secara baik dan hasilnya
dapat digunakan untuk bahan penanganan lebih lanjut.
2. Pengalihtanganan (referal)
61
Berdasarkan gejala-gejala yang ditemukan pada tahap
penjaringan, selanjutnya anak-anak dapat dikelompokkan
menjadi 2 kelompok. Pertama, ada Anak yang perlu
dirujuk ke ahli lain (tenaga profesional) dan dapat
langsung ditangani sendiri oleh guru dalam bentuk
layanan pembelajaran yang sesuai. Kedua, ada anak yang
perlu dikonsultasikan keahlian lain terlebih dulu (referal)
seperti psikolog, dokter, orthopedagog (ahli PLB), dan
therapis, kemudian ditangani oleh guru. Proses perujukan
anak oleh guru ke tenaga profesional lain untuk membantu
mengatasi masalah anak yang bersangkutan disebut proses
pengalihtanganan (referal). Bantuan ke tenaga lain yang
ada seperti Guru Pendidikan Khusus (Guru PLB) atau
konselor.
3. Klasifikasi
Pada tahap klasifikasi, kegiatan identifikasi bertujuan
untuk menentukan apakah anak yang telah dirujuk
ketenaga profesional benar-benar memerlukan
penanganan lebih lanjut atau langsung dapat diberi
pelayanan pendidikan khusus. Apabila berdasar
pemeriksaan tenaga profesional ditemukan masalah yang
perlu penangan lebih lanjut (misalnya pengobatan, terapi,
latihan-latihan khusus, dan sebagainya) maka guru tinggal
mengkomunikasikan kepada orang tua siswa yang
bersangkutan. Jadi guru tidak mengobati dan atau
memberi terapi sendiri, melainkan memfasilitasi dan
meneruskan kepada orang tua tentang kondisi anak yang
62
bersangkutan. Guru hanya memberi pelayanan pendidikan
sesuai dengan kondisi anak. Apabila tidak ditemukan
tanda-tanda yang cukup kuat bahwa anak yang
bersangkutan memerlukan penanganan lebih lanjut, maka
anak dapat dikembalikan kekelas semula untuk
mendapatkan pelayanan pendidikan khusus di kelas
reguler.
4. Perencanaan pembelajaran
Pada tahap ini, kegiatan identifikasi bertujuan untuk
keperluan penyusunan program pembelajaran yang
diindividualisasikan (PPI). Dasarnya adalah hasil dari
klasifikasi. Setiap jenis dan gradasi (tingkat kelainan)
anak berkebutuhan khusus memerlukan program
pembelajaran yang berbeda satu sama lain. Mengenai
program pembelajaran yang diindividualisasikan (PPI)
akan dibahas secara khusus dalam buku yang lain
tentang pembelajaran dalam pendidikan inklusif.
5. Pemantauan kemajuan belajar
Kemajuan belajar perlu dipantau untuk mengetahui
apakah program pembelajaran khusus yang diberikan
berhasil atau tidak. Apabila dalam kurun waktu
tertentu anak tidak mengalami kemajuan yang
signifikan (berarti), maka perlu ditinjau kembali.
Beberapa hal yang perlu ditelaah apakah diagnosis
yang kita buat tepat atau tidak, begitu pula dengan
Program Pembelajaran Individual (PPI) serta metode
pembelajaran yang digunakan sesuai atau tidak dll
63
Sebaliknya, apabila intervensi yang diberikan
menunjukkan kemajuan yang cukup signifikan maka
pemberian layanan atau intervensi diteruskan dan
dikembangkan Dengan lima tujuan khusus diatas,
indentifikasi perlu dilakukan secara terus menerus
oleh guru, dan jika perlu dapat meminta bantuan dan
atau bekerja sama dengan tenaga professional yang
dekat dengan masalah yang dihadapi anak.
(Gunawan:20).
3. Tahapan Identifikasi
64
dimasukkan ke dalam daftar nama-nama anak yang
berindikasi kelainan Sedangkan untuk anak-anak yang
tidak menunjukan gejala atau tanda-tanda berkelainan,
tidak perlu dimasukkan ke dalam daftar khusus
tersebut.
3. Menginformasikan Hasil Analisis dan Klasifikasi
Pada tahap ini, hasil analisis dan klasifikasi yang telah
dibuat guru dilaporkan kepada Kepala Sekolah, orang
tua siswa, dewan komite sekolah untuk mendapatkan
saran-saran pemecahan atau tindak lanjutnya.
4. Menyelenggarakan Pembahasan Kasus (case
conference) Pada tahap ini, kegiatan dikoordinasikan
oleh Kepala Sekolah setelah data Anak Berkebutuhan
Khusus terhimpun dari seluruh kelas. Kepala Sekolah
dapat melibatkan: (1) Kepala Sekolah sendiri; (2)
Dewan Guru; (3) orang tua/wali siswa; (4) tenaga
profesional terkait, jika tersedia dan memungkinkan;
(5) Guru Pembimbing/Pendidikan Khusus (Guru PLB)
jika tersedia dan memungkinkan. Materi pertemuan
kasus adalah membicarakan temuan dari masing-
masing guru mengenai hasil indentifikasi untuk
mendapatkan tanggapan dan cara-cara pencegahan
serta penanggulangannya.
5. Menyusun Laporan Hasil Pembahasan Kasus Pada
tahap ini, tanggapan dan cara-cara pemecahan
masalah dan penanggulangannya perlu dirumuskan
dalam laporan hasil pertemuan kasus.
65
4. Instrumen Identifikasi Membaca
a.Kisi-kisi Instrumen IdentifikasiMembaca
Pemahaman
Tabel 2.3
66
Aspek Sub Jumlah Kode
Indikator
Kemampuan Kemampuan Soal Soal
Kemampuan 1. Kemampuan 1.1. Mampu
membaca untuk beranologi yang
kritis beranalogi. sesuai atau sejalan
dengan konten/isi 1 3c
pada teks bacaan,
yaitu menentukan
judul bacaan.
2. Kemampuan 2.1. Mampu
2a,
mengemukak menyebutkan fakta
5 2b,2c,
an fakta. yang ada dalam
3a,3b
teks bacaan.
3. Kemampuan 4.1. Mampu
untuk membaca dan
mengemukak memahami
an konten / isi bacaan
berargumen. dan 2 1a,1c
mengemukakan
berargumen
berdasarkan
bacaan tersebut.
4. Kemampuan 5.1. Mampu
untuk menjawab dan
mengemukak menjelaskan
an sekuen konten / isi yang
1 1b
yang ada mengandung unsur
dalam cerita sekuen /urutan
kejadian pada
bacaan
67
Butir Instrumen Identifikasi Membaca
Sub
Aspek Kemampuan Indikator Butir Instrumen
Kemampuan
Kemampuan 1.Kemampuan 1.1 Mampu Teks 1
membaca kritis untuk beranologi yang
beranalogi. sesuai atau Beberapa wilayah di Indonesia dilanda
bencana banjir. Hampir setiap tahun bencana tersebut
sejalan dengan
datang. Salah satu penyebab banjir adalah
konten/isi pada penebangan hutan secara berlebihan. Padahal pohon-
teks bacaan, pohon tersebut memiliki peran yang sangat penting,
yaitu yaitu sebagai penyangga tanah dan pengatur
menentukan keseimbangan air. Melihat keadaan tersebut,
judul bacaan. pemerintah pun mencanangkan gerakan sejuta pohon.
Maksudnya, kita semua diajak untuk menanam
berbagai jenis pohon di lingkungan masing-masing.
Teks 2
Pohon di sekitar kita membuat udara menjadi
segar. Sebagai contoh, pohon-pohon di tengah kota
yang berfungsi sebagai paru-paru kota. Pohon-pohon
ini akan menyerap gas karbon dioksida. Sebaliknya,
pohon-pohon ini akan menghasilkan gas oksigen
yang dibutuhkan manusia. Semakin banyak pohon
68
akan membuat kita semakin sehat. Oleh karena itu,
marilah kita jaga pohon yang sudah ada dan kita
tanami lingkungan sekitar kita dengan pohon.
Jawablah pertanyaan di bawah ini !
3c. Perbedaan dari kedua teks tersebut adalah ...
2.Kemampuan 2.1Mampu Bacalah puisi di bawah ini dengan baik!
mengemukaka menyebutkan fakta
n fakta. yang ada dalam teks Hijaunya Alam
Sawah hijau membentang
bacaan.
Padi-padi tumbuh dengan subur
Petani dengan senang menatapnya
Suara burung berkicau
Di atas pepohonan hijau
Alangkah indah alamku
Hijau tentramkan pandanganku
Teks 1
69
bencana banjir. Hampir setiap tahun bencana tersebut
datang. Salah satu penyebab banjir adalah
penebangan hutan secara berlebihan. Padahal pohon-
pohon tersebut memiliki peran yang sangat penting,
yaitu sebagai penyangga tanah dan pengatur
keseimbangan air. Melihat keadaan tersebut,
pemerintah pun mencanangkan gerakan sejuta pohon.
Maksudnya, kita semua diajak untuk menanam
berbagai jenis pohon di lingkungan masing-masing.
Teks 2
Pohon di sekitar kita membuat udara menjadi
segar. Sebagai contoh, pohon-pohon di tengah kota
yang berfungsi sebagai paru-paru kota. Pohon-pohon
ini akan menyerap gas karbon dioksida. Sebaliknya,
pohon-pohon ini akan menghasilkan gas oksigen
yang dibutuhkan manusia. Semakin banyak pohon
akan membuat kita semakin sehat. Oleh karena itu,
marilah kita jaga pohon yang sudah ada dan kita
tanami lingkungan sekitar kita dengan pohon.
70
3.Kemampuan 3.1Mampu membaca Bacalah bacaan berikut ini!
untuk dan memahami
mengemukaka konten / isi bacaan Jalan-Jalan ke Museum
Pada liburan sekolah kemarin, siswa-siswa SDN
n berargumen. dan mengemukakan
Sukamaju berkunjung ke MuseumKeprajuritan
berargumen Indonesia. Letak museum ini berada di lingkungan
berdasarkan bacaan Taman Mini Indonesia, Jakarta. Setelah tiba di
tersebut. Museum Keprajuritan Indonesia, siswa-siswa merasa
heran danbangga. Mereka melihat bentuk layar yang
besar yang berada di lingkungan
museum.Selanjutnya, mereka mendapat penjelasan
dari petugas museum. Dengan cermatnya petugas itu
menjelaskan keadaan museum kepada pengunjung.
Anak-anak mendengarkan dengan cermat dan
mencatat hal-hal yang penting. Museum Keprajuritan
Indonesia diresmikan pada tanggal 5 Juli 1987.
Museum itu berbentuk segi lima atau disebut
juga pentagon. Di sekeliling museum terdapat parit.
Di tembok bagian luar terdapat gambar timbul atau
relief yang menggambarkan perjuangan bangsa
Indonesia mengusir penjajah. Kamu sudah tahu, kan
mereka berjuang untuk mencapai kemerdekaan?Di
museum itu juga terdapat danau dan daratan buatan
71
yang melambangkan tanah air Indonesia yang terdiri
atas daratan dan lautan. Pelabuhan tempat berlabuh
perahu-perahu melambangkan kesibukan kegiatan
ekonomi dan perhubungan. Setelah anak-anak selesai
mendengarkan penjelasan petugas museum, mereka
beristirahat dan makan siang bersama bapak dan ibu
guru.
Dikutip dari Tradisi Berjuang Bangsa
Indonesia karya Tjahyadi Nugroho
dengan pengubahan.
72
kejadian pada Museum Keprajuritan Indonesia, siswa-siswa merasa
bacaan heran danbangga. Mereka melihat bentuk layar yang
besar yang berada di lingkungan
museum.Selanjutnya, mereka mendapat penjelasan
dari petugas museum. Dengan cermatnya petugas itu
menjelaskan keadaan museum kepada pengunjung.
Anak-anak mendengarkan dengan cermat dan
mencatat hal-hal yang penting. Museum Keprajuritan
Indonesia diresmikan pada tanggal 5 Juli 1987.
Museum itu berbentuk segi lima atau disebut
juga pentagon. Di sekeliling museum terdapat parit.
Di tembok bagian luar terdapat gambar timbul atau
relief yang menggambarkan perjuangan bangsa
Indonesia mengusir penjajah. Kamu sudah tahu, kan
mereka berjuang untuk mencapai kemerdekaan?Di
museum itu juga terdapat danau dan daratan buatan
yang melambangkan tanah air Indonesia yang terdiri
atas daratan dan lautan. Pelabuhan tempat berlabuh
perahu-perahu melambangkan kesibukan kegiatan
ekonomi dan perhubungan. Setelah anak-anak selesai
mendengarkan penjelasan petugas museum, mereka
beristirahat dan makan siang bersama bapak dan ibu
guru.
Dikutip dari Tradisi Berjuang Bangsa
73
Indonesia karya Tjahyadi Nugroho
dengan pengubahan.
74
c. Rubrik Penilaian Instrumen Identifikasi Membaca
75
b. Teks 2 menggambarkan
tentang lingkungan alam.
76
f. Menafsirkan tabel dan menyimpulkan posisi siswa
(yakni: Independen level, Instruction level dan
frustration level) dalam bentuk grafik.
Tabel 2.6
77
Novelia Rahhma
19 12 5 3 4 0
Anggraeni
20 Putri Nady Sugema 12 1 3 4 4
21 Rafi Faiz Taufik 12 5 3 4 0
22 Rizki Amellia 12 4 0 4 4
23 Aldila Raditya Ali 14 3 3 4 4
Humaira Putri
24 14 5 3 2 4
Rahayu
25 Zhakia Nur'aini 14 3 3 4 4
26 Andrea Dena Wimala 15 4 3 4 4
27 Dhea Saskia 15 4 3 4 4
Putri Qey
28 16 5 3 4 4
Abdurachman
Quinsha Deandra
29 16 5 3 4 4
Ramaniya S
Tabel 2.7
NO ASPEK PRESENTASE
1. Fakta 77,2 %
2. Sekuen 62,1 %
3. Argumen 60,3 %
4. Analogi 56,9 %
78
Tabel 2.8
Presentas
No Nama
e
1 Athfal Falah 12.5 %
2 Azka Auzan Atqiyya 37.5 %
3 Hanifa Putri Salsabila 37.5 %
4 M Rafif Ramadhan 37.5 %
5 Dikta Okta Saputra 43.75 %
6 Fairus Nashar 50 %
7 Rifani Nabila 50 %
8 Alina Naila Desyra 56.25 %
9 Anna Maria Gracia 56.25 %
10 Laiqa Adibah Mustafa 56.25 %
11 Laura Novia Putri Dimiati 56.25 %
12 Siti Aisyah 56.25 %
13 Azhar Hamdani 62.5 %
Grina Hafizh Rahardian
14
Nizar 62.5 %
15 Raditiya Rizky Robani 62.5 %
16 Ksatria Sayyidina Deska 68.75%
17 Shafa Aghnia Zhafran 68.75 %
18 Anindya Kalila Harpani A 75 %
19 Novelia Rahhma Anggraeni 75 %
20 Putri Nady Sugema 75 %
21 Rafi Faiz Taufik 75 %
22 Rizki Amellia 75 %
23 Aldila Raditya Ali 87.5 %
24 Humaira Putri Rahayu 87.5 %
25 Zhakia Nur'aini 87.5 %
26 Andrea Dena Wimala 93.75 %
27 Dhea Saskia 93.75 %
28 Putri Qey Abdurachman 100 %
Quinsha Deandra Ramaniya
29
S 100 %
Kesimpulan :
Independen level :7
79
Instruction level :17
Frustration level :5
C. PELAKSANAAN ASESSMEN
A. Pelaksanaan Asesmen
1. Profil Anak
Nama anak : Athfal Falah
Nama Panggilan : Zaky
Jenis kelamin : Laki-laki
Tempat, tanggal lahir : Bandung, 28 Desember
2008
Usia : 11
Kelas/Semester : 5/semester 1
Sekolah : SD Pertiwi
Agama : Islam
Anak ke : 1 dari 2 bersaudara
80
Tabel 2.9
81
3. Kisi-Kisi Asesmen Individual
Tabel 2.10
Aspek Jumlah
Sub Kemampuan Indikator Kode Soal
Kemampuan Soal
Kemampuan 1. 1.1 Kemampuan membaca simbol
membaca Kemampuanmembaca huruf vokal
permulaan simbol bahasa (huruf). Mampu membacakan huruf vokal
yang terdiri atas :
1.1.1 Huruf vokal cetak kecil
1
1.1.2 Huruf vokal cetak kapital 2
1.1.3 Huruf vokal cetak kapital 3
1.1.4 Huruf vokal miring kecil 4
7
1.1.5 Huruf vokal miring kapital 5
1.1.6 Huruf vokal rangkap
sambung
6
1.1.7 Membedakan huruf vokal
cetak kecil dengan huruf
vokal cetak kapital 7
82
1.2 Kemampuan membaca simbol 7
huruf konsonan
83
kapital
1.2.6 Huruf konsonan rangkap 13
sambung
1.2.7 Membedakan huruf
konsonan cetak kecil
dengan huruf konsonan
cetak kapital. 14
84
memiliki pola V-KV 21
(Vokal-Konsonan Vokal ).
2.5 Membaca suku kata yang 22
memiliki pola KV-KV
(Konsonan Vokal –
Konsonan Vokal).
2.6 Membaca suku kata yang
memiliki pola V- KVK 23
(Vokal-Konsonan Vokal
Konsonan).
2.7 Membaca suku kata yang 24
memiliki pola KV- KVK
(Konsonan Vokal-
Konsonan Vokal
Konsonan).
2.8 Membaca suku kata yang
memiliki pola KVK - 25
KVK (Konsonan Vokal
Konsonan – Konsonan
Vokal Konsonan).
2.9 Membaca suku kata yang
memiliki pola KV – KVK
26
85
(Konsonan Vokal–
Konsonan Vokal
Konsonan ).
2.10 Membaca suku
kata yang memiliki pola
KVK - KV (Konsonan 27
Vokal Konsonan –
Konsonan Vokal ).
2.11 Membaca suku
kata yang memiliki pola
KV - KVKK (Konsonan
28
Vokal – Konsonan Vokal
Konsonan Konsonan ).
86
4 Kemampuan untuk Mampu membaca kalimat yang
membaca kalimat terdiri atas :
4.1 Membaca kalimat
pernyataan
4.2 Membaca kalimat
pertanyaan 29
4.3 Membaca kalimat perintah
3
30
31
Tabel 2.11
No Sub Butir soal Keterangan Skor Deskripsi
87
Kemampuan Mampu Tidak
mampu
1. 1.
Pemahaman
simbol
bahasa
(huruf)
1.1. Vokal
1.1.1. Cetak 1.1.1 Bacalah huruf dibawah ini !
kecil Dibaca a i u e O
Terbaca
88
Terbaca
89
Terba
ca
q r s t v w x y z
1.2.2 Cetak
kapital 1.2.2 Bacalah huruf dibawah ini !
Diba B C D F G H J K L M N P
ca
Terb
aca
Q R S T V W X Y Z
1.2.3 Cetak
rangkap
90
dibaca b c d f g h j K l m n p
terbaca
q r s t v w X y z
1.2.5 Miring
Kapital
1.2.5 Bacalah huruf dibawah ini!
Dibaca B C D F G H J K L M N P
Terbac
a
Q R S T V W X Y Z
1.2.6
Rangkap
sambung
91
F B
G C
B D
C F
D G
2. Membaca
kata
2.1 Membaca 2.1 Bacalah kata-kata berikut dengan benar!
kata benda Dibaca Terbaca
Baju
Buku
Sepeda
Pulpen
Sendal
92
Belajar
Belanja
93
Ji
Ke
La
Mu
Na
Pi
Qu
Ro
Se
Ti
Va
Wa
Xa
Ye
94
Uk
El
Es
Or
Oh
3.4 Membaca
suku kata 3.4 Bacalah suku kata dibawah ini !
yang Dibaca Terbaca
memiliki pola
i bu
V-KV
a ku
(Vokal –
o li
Konsonan
u da
95
vokal ) e ka
3.5 Membaca
suku kata 3.5 Bacalah suku kata dibawah ini !
yang Dibaca Terbaca
memiliki pola Ba ju
KV-KV Gu ru
(Konsonan Da si
Vokal – Ra tu
Konsonan Ca ri
Vokal)
3.6
Membaca
suku kata 3.6 Bacalah suku kata dibawah ini !
yang Dibac Terbaca
memiliki pola a
V- KVK I kan
(Vokal- U lar
Konsonan
O bat
96
Vokal A yam
Konsonan) E dan
3.7 Membaca
suku kata
yang 3.7 Bacalah suku kata dibawah ini !
memiliki pola Dibaca Terbaca
KV- KVK Ci cak
(Konsonan Me rah
Vokal- Pu tih
Konsonan Be ras
Vokal Le bar
Konsonan).
3.8 Membaca
suku kata
yang
3.8 Bacalah suku kata dibawah ini !
memiliki pola
Dibaca Terbaca
KVK - KVK
(Konsonan San dal
Vokal Ram but
Konsonan – Tem pat
Gam bar
97
Konsonan Lem par
Vokal
Konsonan).
3.9 Membaca
suku kata
yang 3.9 Bacalah suku kata dibawah ini !
memiliki pola Dibaca Terbaca
KV – KVK / Le ma ri
KV – KV- Se pa tu
KV Se pe da
(Konsonan Ke sa na
Vokal– Me nu ju
Konsonan
Vokal
Konsonan ).
3.10
Membaca
suku kata 3.10 Bacalah suku kata dibawah ini !
yang Dibaca Terbaca
memiliki pola Bam bu
98
KVK - KV Pin tu
(Konsonan Kun ci
Vokal Tan pa
Konsonan – Sum bu
Konsonan
Vokal ).
3.11
Membaca
suku kata 3.11 Bacalah suku kata dibawah ini !
yang Dibaca Terbaca
memiliki pola Hi dung
KV - KVKK Ku ning
(Konsonan Wa rung
Vokal – Ta bung
Konsonan Pa ling
Vokal
Konsonan
Konsonan ).
99
pernyataan benar!
Dibaca Terbaca
Ayah sedang
membaca koran
Pak Iwan sedang
mengajar
matematika
Adik bermain air di
pantai
Kemarin,apri pergi
ke pasar bersama
ibu
Andi berjalan ke
sekolah 30 menit
4.2 Kalimat
pertanyaan 4.2 Bacalah kalimat dibawah ini dengan
benar!
Dibaca Terbaca
Apa yang sedang
ayah lakukan?
100
Siapa yang sedang
mengajar
matematika?
Dimana adik
bermain air?
Kapan apri pergi ke
pasar?
Berapa lama Andi
berjalan ke sekolah?
101
5. Deskripsi pelaksanaan asesmen individual
Pada saat pelaksanaan asesmen anak diberikan soal yang berbeda dengan soal pada saat identifikasi.
Jika pada tahap identifikasi soal yang digunakan lebih mengarah pada aspek penilaian terhadap membaca
pemahaman, maka dalam tahap asesmen, soal yang digunakan diturunkan pada aspek membaca permulaan.
Sehingga dapat menentukan kemampuan yang dimiliki anak , hambatannya, serta kebutuhan yang dimiliki
102
No Soal Kemampuan yang Ketidakmampuan Kebutuhan anak
dimiliki yang dimiliki
1. Bacalah huruf dibawah ini ! Anak telah mampu
Dibaca A I u e o membaca huruf
Terbaca vokal cetak kecil
dengan benar
103
menjadi La
104
dipisah antara satu huruf rangkap
huruf dengan huruf sambung agar
lain Ai ( A-i), Ue disatukan/
(U-e), Ie ( I-e), Ua dilangsungkan
(U-a), dan Ia (I-a) tidak ada jeda
Cocokkan huruf vokal cetak besar dan antar kata.
vokal cetak kecil ! Anak sudah mampu
A u mencocokan huruf
I i vokal cetak kecil dan
U o vokal cetak besar
E a
O e
105
Dibaca B C D F G H J K L M
Terbaca Anak mampu
membaca huruf
Q R S T V W X Y Z konsonan dengan
cetak kapital dengan
benar.
106
benar
107
“nye”
Cocokkanlah huruf vokal cetak kecil
dan vokal cetak besar ! Anak mampu
F B mencocokan huruf
G C konsonan cetak kecil
B D dan cetak besar
C F dengan benar
D G
108
Minum yang terdapat disoal, dengan benar memahami cara
Membaca dalam kata dalam kata : membaca kata
Menulis “minum,membaca “menulis menjadi dengan
Belajar dan belajar” mēnulis” dan penempatan
Belanja “belajar menjadi huruf dengan
Bēlajar” benar, terutama
dalam
penempatan
huruf e dalam
sebuah kata.
109
Nakal “sombong, malas dan “pelit jadi dengan
Pelit dan nakal” dengan pēlit” penempatan
benar huruf dengan
benar, terutama
dalam
penempatan
huruf e dalam
sebuah kata.
3. Bacalah suku kata dibawah ini ! Anak sudah mampu Anak belum Kebutuhan yang
Dibaca Terbaca mebaca suku kata mampu membaca diperlukan
Bu berpola KV dengan suku kata “xa” dan adalah
Ci benar kecuali suku dibaca menjadi memahami cara
De kata “Xa” sukukata “ka” yang membaca suku
Fu seharusnya dibaca kata “XA”
Go “sa”
Ha
Ji
Ke
110
La
Mu
Na
Pi
Qu
Ro
Se
Ti
Va
Wa
Xa
Ye
111
Bacalah suku kata dibawah ini ! Anak mmapu Anak tidak mampu Kebutuhan yang
Dibaca Terbaca membaca suku kata membaca suku kata diperlukan
Ab berpola VK yang “OH” karena adalah perlunya
Ad terdapat pada soal membaca suku kata memahai cara
Ih kecuali suku tersebut menjadi membaca suku
In kata”Oh” “Ho” kata dengan
Up penempatan
Uk huruf yang
El benar agar tidak
Es terbalik.
Or
Oh
112
Bacalah suku kata dibawah ini !
Dibaca Terbaca Anak belum Kebutuan anak
i bu mampu membaca adalah
a ku suku kata berpola memahami cara
o li V-KV dengan membaca suku
u da pemenggalan atau kata berpola V-
e ka pemisahan kata KV yang
depan dan hanya terpisah agar
membaca kata yang tidak terdapat
dibelakang saja. kata atau huruf
Contoh: “ I-bu yang tidak
menjadi bu”, terbaca.
113
Ca ri pemenggalan atau kata berpola V-
pemisahan kata KV yang
depan dan hanya terpisah agar
membaca kata yang tidak terdapat
dibelakang saja. kata atau huruf
Contoh: “ I- yang tidak
bumenjadi bu”. terbaca
Bacalah suku kata dibawah ini !
Dibaca Terbaca Anak mampu Anak belum Kebutuhan anak
I kan membaca suku kata mampu membaca adalah cara
U lar berpola V-KVK suku kata menempatkan
O bat dengan pemisahan berpolaV-KVK penekanan suatu
A yam huruf yang terdapat seperti “i-kan huruf dalam
E ban pada dengan benar menjadi ik-kan”. suatu kata/suku
pada suku kata “ u- kata
lar,o-bat, a-yam,e-
ban”
114
Pu tih dengan pemisahan membacakan menempatkan
Be ras huruf yang dengan benar suku suatu suku kata
Le bar disediakan kecuali kata “ci-cak” dan cara
dalam kata ‘ci-cak” sehingga dibaca membaca
menjadi “ci-cang” dengan benar
agar tidak ada
suku kata yang
diganti.
Bacalah suku kata dibawah ini !
Dibaca Terbaca
San dal
Ram but Anak mampu
Tem pat membaca kata
Gam bar dengan pemisahan
Lem par suku kata dengan
benar.
115
Ke sa na huruf e pada suatu memahami cara
Me nu ju kata seperti membaca kata
“lēmari,mēnuju” dengan
penempatan
huruf dengan
benar, terutama
dalam
penempatan
huruf e dalam
sebuah kata.
116
Hi dung
Ku ning
Wa rung Anak mampu Dalam suku kata Kebuituhan
Ta bung membaca dan “ta-bung” ada aank adalah
Pa ling menyebutkan suku penampahan huruf penempatan
kata yang terdapat menjadi “tam- suatu huruf agar
pada soal kecuali bung” tidak ada
kata “ta-bung” penambahan dan
pengurangan
huruf dalam
suku kata
maupun kata.
4. 4.1 Bacalah kalimat dibawah ini dengan Anak mampu Terdapat beberapa Anak perlu
benar! membaca sebagian kata yang salah, belajar cara
Dibaca Terbaca dari kalimat yang seperti membaca, pemenggalan
Ayah sedang disediakan mengajar, bermain, suku kata
membaca koran air, api, bersama, dengan benar,
Pak Iwan sedang dan andi. penambahan,
mengajar matematika pemenggalan
Adik bermain air di dan penggantian
pantai kata.
Kemarin,apri pergi
117
ke pasar bersama ibu
Andi berjalan ke
sekolah 30 menit
118
Dibaca Terbaca membaca sebagian membaca dan pemenggalan
Buka pintu ini ! dari kalimat yang menyebutkan suatu kata
Bacalah tulisan ini disediakan pemenggalan kata dengan benar
dengan keras ! dengan benar
Buang sampah ini !
Jauhkan pisau itu
darinya !
Tutup mulutmu itu !
6. Deskripsi hasil asessmen individual
Tabel 2 .12
119
KESIMPULAN &SARAN
120
Kesimpulan
Dalam konteks pendidikan, asesmen berfungsi
untuk melihat kemampuan dan letak hambatan yang
dihadapi seseorang saat itu, sebagai bahan untuk
menentukan apa yang sesungguhnya dibutuhkan. Salah
satu ruang lingkup asessmen akademik adalah membaca.
Dalam asesmen akademik membaca ada dua jenis
membaca, yakni membaca permulaan dan membaca
pemahaman. Membaca permulaan berkaitan dengan
mengenal simbol bahasa/huruf, mengenal suku kata
berpola, mengenal kata, dan juga mengenal kalimat.
Sementara, membaca pemahaman, yang perlu
diperhatikan disini ialah dalam pembuatan pertanyaan,
harus memuat pertanyaan yang mengandung fakta,
argumentasi,analogi, dan sequen.
Berdasarkan identifikasi yang kami lakukan pada
29 siswa terdapat 5 orang yang tergolong dalam
frustration level, namun dari 5 anak tersebut yang kami
jadikan subjek adalah Zaky. Hal tersebut didasari atas
berbagai pertimbangan mulai dari hasil tes identifikasi
zaky menempati posisi paling rendah, dan juga
rekomendasi dari guru kelas yang bersangkutan. Selain
itu, berdasarkan analisis dari hasil asesmen, dapat
diperoleh kemampuan yang anak miliki, hambatannya,
serta kebutuhannya.
121
Rekomendasi
Dari hasil analisis asesmen yang telah dilakukan
dan juga berdasarkan identifikasi klasikal terhadap subjek
kami merekomendasikan agar anak belajar pada
pembelajaran membaca permulaan secara konkret, mulai
dari mengenal morfologi huruf , suku kata , pemenggalan
kata serta kalimat. Agar kedepannya mampu menguasai
tahap membaca berikutnya, yakni membaca pemahaman.
Mengingat tahap kemampuan membaca subjek
jauh tertinggal di antara teman sebayanya, maka guru di
sekolah sebaiknya fokus pada subjek dengan memberikan
pembelajaran kepada subjek secara individual, dapat
dilakukan dengan mengadakan kelas regular full out
support yakni kelas regular yang sewaktu-waktu tertentu
diajak keluar kelasnya untuk belajar di ruang sumber atau
di kelas khusus.
Dukungan dan motivasi dari orang tua juga
menjadi faktor yang paling berpengaruh terhadap
keberhasilan proses belajar anak di rumah, sebab orang
tua yang paling banyak menghabiskan waktu dengan
subjek. Oleh karena itu, diharapkan adanya kerja sama
antara orang tua dengan sekolah, agar orang tua
mengetahui tahapan belajar yang masih harus dilatih dan
dikembangkan secara berkesinambungan, serta
mengetahui tahapan belajar yang belum dikuasai subjek.
122
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono. 2012. Pendidikan Bagi Anak
Berkesulitan Belajar:Teori, Diagnosis, dan Remediasinya.
Jakarta: PT.Rineka Cipta.
123
Erniati ,TT, PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA
PERMULAAN MENGGUNAKAN METODE
STRUKTURAL ANALITIK SINTETIK DI KELAS I
SEKOLAH DASAR NEGERI 18 SADANIANG tersedia :
https://media.neliti.com/media/publications/216883-
peningkatan-kemampuan-membaca-permulaan.pdf.
124
No Name,TT,Membaca Permulaan, tersedia:
https://eprints.uny.ac.id/15785/2/3.%20BAB%20II.pdf
125
Susanto, Ahmad. 2011. Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta:
Kencana Prenada. Media Group.
126