KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur marilah kita pantjakan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
atas Rahmat dan Karunia-Nya Laporan asesmen dapat terselesaikan tepat pada
waktunya. Buku disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Asesmen Anak
Berkebutuhan Khusus yang dibina oleh dr. Endang Rochyadi, M.Pd
Dalam penyusunan buku ini, penyusun berterima kasih kepada berbagai pihak
yang telah membantu dan mendukung, baik secara moril maupun materil. Mudah-
mudahan atas segala bantuan dan kebajikan yang telah diberikan kepada penulis,
mendapat imbalan yang berlipat ganda dari Tuhan Yang Maha Esa.
Buku ini berisi panduan untuk melakukan asesmen membaca lanjutan, mulai
dari tahap identifikasi, tahap asesmen, dan bagaimana melakukan penilaian serta
interpretasi dari hasil pekerjaan anak.
Buku ini masih jauh dari kata sempurna dan memiliki banyak kekurangan serta
kesalahan. Hal ini dikarenakan, keterbatasan penyusun itu sendiri. Oleh karena itu,
penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak
khususnya dari para pembaca.
Semoga buku dapat memberikan manfaat khususnya bagi penulis sendiri,
umumnya bagi pembaca. Amin
1
DAFTAR ISI
2
LATAR BELAKANG
4
A. PROSEDUR PELAKSANAAN ASESMEN
1. Identifikasi
5
kebutuhan khusus yang memang memiliki kelainan kondisi fisik, mental
intelektual, sosial dan/atau emosional serta gejala-gejala perilaku yang
menyimpang dari perilaku anak pada umumnya sehingga memerlukan
perhatian dan penanganan khusus dalam pendidikannya.
d. Perencanaan pembelajaran (instructional planning), yaitu kegiatan
identifikasi bertujuan untuk keperluan penyusunan program pengajaran
individual. Dasarnya adalah hasil dari klasifikasi. Setiap jenis dan tingkat
kelainan yang dialami anak berkebutuhan khusus memerlukan program
pembelajaran yang berbeda satu sama lain.
e. Pemantauan kemajuan belajar (monitoring pupil progress), yaitu digunakan
untuk mengetahui apakah program pembelajaran khusus yang diberikan itu
berhasil atau tidak dalam meningkatkan kemampuan anak. Apabila berhasil,
maka perlu dilanjutkan dan ditingkatkan lebih baik lagi programnya.
Sebaliknya apabila tidak berhasil, maka program pembelajarannya perlu
ditinjau ulang dan diperbaiki beberapa aspek yang berkaitan dengan tujuan,
materi, metode, media dan evaluasinya.
2. Asesmen
Asesmen berasal dari bahasa Inggris To assess (kk: menaksir); Assessment
(kb: taksiran). Istilah menaksir mengandung makna deskriptif atau
menggambarkan sesuatu, sehingga sifat atau cara kerja asesmen sangat
komprehensif. Artinya utuh dan menyeluruh. Lerner, (1988:54) mendefinisikan
bahwa asesmen merupakan suatu proses pengumpulan informasi tentang seorang
siswa yang a kan digunakan untuk membuat pertimbangan dan keputusan yang
berhubungan dengan pembelajaran siswa tersebut.
Berdasarkan definisi di atas, asesmen merupakan suatu proses yang
sistematis dalam mengumpulkan informasi atau data seorang anak. Dalam konteks
pendidikan asesmen berfungsi untuk melihat kemampuan dan kesulitan yang
dihadapi siswa saat itu, sebagai 2 bahan untuk menentukan apa yang sesungguhnya
dibutuhkan. Dengan perkataan lain, asesmen digunakan dengan tujuan untuk
6
menemukan dan menetapkan di mana letak masalah yang dihadapi serta apa yang
menjadi kebutuhan belajar seorang anak. Berdasarkan informasi itulah seorang
guru akan dapat menyusun program intervensi yang bersifat realistis sesuai dengan
kenyataan obyektif tentang anak tersebut.
Terdapat beberapa langkah dalam melaksanakan asesmen bagi anak
berkebutuhan khusus, yaitu: Tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap analisis
1. Tahap Persiapan
Pada tahap ini guru/ asesor harus mempersiapkan segala sesuatu yang
diperlukan untuk melaksanakan asesmen. Perlengkapan asesmen seperti: instrumen
asesmen, media/ alat yang digunakan, lembar kerja siswa (LKS), dan buku catatan,
merupakan perangkat inti yang benar-benar tidak dapat diabaikan oleh guru/ asesor
sebagai pelaksana asesmen. Oleh karena itu, sebelum pelaksanaan asesmen dimulai,
guru/ asesor benar-benar harus memeriksa terlebih dahulu apakah perangkat yang
diperlukan sudah dipersiapkan atau belum.
2. Tahap Pelaksanaan
7
soal tersebut, dan jika ternyata cara yang dilakukannya itu salah, asesor dapat
menanyakannya “mengapa ia mengerjakannya seperti itu”, kemudian catat pula
bagaimana strategi pemecahan yang dilakukannya.
h. Jika hasil yang diselesaikannya salah, siswa diminta untuk menyelesaikan soal
tersebut sekali lagi, tetapi dalam semi konkret yang diawali dengan penjelasan
asesor. Amati apakah ia mampu menyelesaikannya dengan baik.
i. Jika cara penyelesaian poin di atas masih salah, lakukan sekali lagi pada
tahapan konkret, lakukan cara seperti itu pada setiap soal yang diberikan
padanya.
j. Catatlah dan deskripsikan cara kerja siswa dalam menyelesaikan masalah, pada
tahap belajar mana ia dapat menyelesaikan soal tersebut, catat pula bentuk
kesalahan yang dilakukan serta strategi pemecahan dalam menyelesaikan setiap
soal-soalnya.
3. Tahap Analisis
Menganalisis hasil asesmen artinya membuat deskripsi dari hasil jawaban siswa
tentang keterampilan yang diaseskan, menginterpretasikan dan membuat kesimpulan.
Kesimpulan yang diperoleh berwujud suatu penemuan kemampuan keterampilan yang
dimiliki siswa, kelemahan atau kesulitan yang dialami siswa. Berdasarkan kekuatan dan
kelemahan atau kesulitan siswa tentang keterampilan yang diaseskan tersebut → asesor
dapat menemukan kebutuhan belajar siswa. Apakah siswa tersebut sudah siap untuk
mengikuti pelajaran yang akan diajarkan atau masih memerlukan program latihan
keterampilan tertentu (prerequisite).
8
Adapun langkah-langkah dalam analisis hasil asesmen adalah sebagai berikut:
Susunlah LKS yang telah dikerjakan siswa sesuai dengan susunan butir soal
yang diberikan mulai dari nomor terendah sampai nomor tertinggi atau sebaliknya.
Setelah tersusun dengan baik, maka identifikasi hasil kerja siswa tersebut dan sesuaikan
dengan catatan-catatan guru/ asesor selama siswa mengerjakan tugas-tugas yang
diberikan. Kemudian buatlah daftar identifikasi jawaban siswa (ditambah dengan
catatan guru/ asesor).
Selanjutnya berdasarkan hasil kerja siswa yang telah dideskripsikan, maka guru/
asesor membuat kesimpulan. Kesimpulan yang dibuat memuat tiga hal, yaitu: 1)
kemampuan yang dimiliki siswa (dilihat dari aspek yang telah dikuasai siswa) 2)
kesulitan yang dihadapi siswa dan 3) kebutuhan belajar siswa (dilihat dari aspek-aspek
yang belum dikuasai siswa). Berdasarkan kesimpulan yang dibuat, kemudian
guru/asesor membuat rekomendasi. Rekomendasi ditujukan kepada Team penyusun
program pembelajaran terutama guru kelas, guru bidang studi, orang tua siswa, dan
siswa itu sendiri (jika memungkinkan). Demikian rangkaian kerja guru/ asesor dalam
9
menganalisis hasil asesmen yang akan menjadi dasar atau landasan atau pertimbangan
dalam membuat tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, materi pelajaran yang
diberikan, strategi/ model/ teknik dan media pembelajaran yang akan digunakan, serta
bagaimana mengevaluasi kegiatan pembelajaran yang telah ditetapkan.
10
j) miskin penalaran;
k) menuniukkan kecemasan, mental blocktng, stres flsik ketika
mengeriakan matematika.
Varian eror membaca:
a) minim pemahaman bacaan;
b) sulit mengidenffikasi ide-ide penting;
c) sulit mengaitkan bahan bacaan;
d) bingung dengan kata yang berbunyi sama;
e) sulit mengintegrasikan kosakata baru;
f) bingung dengan petuniuk tertulis; dan
g) menolak membaca.
• Varian Strategi
Varian strategi untuk membaca:
a) Jika materi belajar anak dalam paragraf yang panjang, buatkan ringkasan
dari materi tersebut dengan bentuk poin, visual gambar, bunyi atau gerakan.
b) Tandai kata-kata yang penting dengan stabilo atau spidol bewarna.
c) Gabung materi yang berbentuk tulisan dengan materi visual gambar atau
video, agar anak mudah mengerti. Hal ini perlu dilakukan karena anak
disleksia memiliki daya imajinasi dan visualisasi yang lebih tinggi.
d) Kenalkan anak dengan semua jenis bacaan. Anda dapat mengenalkan bacaan
apa saja pada anak dan biarkan mereka memilih apa yang ingin dibaca.
e) Temukan potensi anak di bidang lain. Berikan dukungan, agar anak lebih
berprestasi, memiliki rasa percaya diri yang tinggi, dan tidak tertekan dalam
proses belajar.
f) Jika anak bosan dalam proses belajar, berikan waktu beristirahat sambil
mendengarkan musik yang disukai. Anda juga bisa memberikan media
menggambar untuk anak, agar ia dapat menuangkan imajinasinya.
11
Varian strategi menulis:
a) Strategi atau cara pertama yang dapat dilakukan untuk secara efektif
memberikan pembelajaran pada anak dengan kondisi disgrafia adalah
dengan metode pra menulis. Metode ini dilakukan dengan cara melatih
anak untuk memulai mengenal alat alat tulis dengan baik. Beberapa bentuk
latihan tersebut seperti melatih untuk memegang pensil atau bulpoin
dengan benar, mengatur posisi duduk dan jarak mata dengan buku.
Gunakan pensil grip atau pensil segitiga dan mulailah melatih anak untuk
mencoret coret secara bebas.
b) Metode selanjutnya yang dapat dilakukan untuk membantu mengajarkan
anak disgrafia sebagai salah satu jenis gangguan belajar pada
anak memiliki kemampuan menulis yang cukup baik adalah dengan
menjiplak huruf. Metode ini dilakukan dengan cara menjiplak atau menulis
diatas bentuk huruf yang sudah disediakan secara terus menerus untuk
membantu anak memiliki kebiasaan yang baik dalam menulis setiap huruf.
Sebelum menjiplak huruf, anak dapat diajarkan untuk membuat garis dan
bangun bangun datar terlebih dahulu.
c) Metode pembelajaran untuk anak disgrafia selanjutnya adalah metode
menulis huruf balok. Penulisan dengan huruf balok ini diharapkan mampu
memberikan gambaran yang lebih jelas pada anak. Metode ini dilakukan
dengan cara pertama tama menyebutkan huruf pada anak sambi
menunjukan gambar cara cara menulisnya. Anak kemudian diberi lembar
yang berisikan huruf untuk ditulis ulang atau dijiplak yang secara beurutan
ketebalan dari huruf yang harus dijiplak dikurangi lalu berubah menjadi
titik titik.
d) Metode terakhir yang juga dapat dilakukan untuk pembelajaran anak
disgrafia adalah metode menulis bersambung. Metode ini dilakukan
dengan cara setiap kata ditulis dalam huruf balok lalu huruf balok tersebut
dihubungkan dengan garis menggunakan pensil warna, lalu anak mencoba
12
menelusuri huruf utama dan garis sambungnya. Jika anak sudah terbiasa
maka anjarkan untk menulis bersambung yang sebenarnya atau yang
biasanya dilakukan secara normal. Melalui penulisan bersambung ini anak
akan terbiasan menulis kata demi kata untuk membentuk sebuah kalimat.
14
simbol minus dengan kata ‘hilang’ atau ‘pergi’ sehingga jumlahnya
berkurang dan simbol plus dengan ‘datang’ sehingga jumlahnya
bertambah.
j) Mengajak anak belajar sambil bermain sehingga ia tidak merasakan
bahwa pelajaran matematika adalah pelajaran yang menakutkan dan
menyulitkan. Cara belajar yang menyenangkan akan menghindarkan
anak dari menghindari belajar matematika.
k) Menggunakan warna – warna yang menarik untuk media
pembelajaran untuk anak diskalkulia. Misalnya menggunakan pensil
warna berbeda untuk menuliskan tanda atau simbol matematika yang
berbeda pula agar anak tidak tertukar dalam mengenali simbol
tersebut.
l) Jadikan suasana belajar menyenangkan dan tanpa paksaan untuk
membuat anak merasakan pengalaman positif dari belajar matematika
dan tidak merasa bosan.
15
B. ASESMEN KETERAMPILAN MEMBACA
Asesmen keterampilan membaca yang dimaksud dalam bahasan ini adalah suatu
proses dalam memperoleh data tentang keterampilan seorang siswa dalam
melakukan aktivitas membaca, baik dalam hal ketepatan membaca maupun dalam
memahami isi teks yang dibacanya, sebagai bahan bagi guru dalam menyusun
program dan intervensi pembelajarannya.
Tujuan
16
permulaan adalah proses pemahaman atas hubungan antara huruf (grafim) dengan
bunyi (morfem) atau menerjemahkan kata-kata tercetak menjadi bahasa lisan atau
sejenisnya. Mengucapkan dalam hati atau bersuara, misalnya kata “Ibu tidur” yang
tercetak merupakan proses membaca permulaan.
Dalam melakukan asesmen dan menyusun program yang baik, guru perlu
mengetahui secara umum organisasi materi keterampilan membaca dan jenis-jenis
keterampilan yang terkait. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, materi
membaca meliputi membaca permulaan dan membaca pemahaman. Untuk lebih
jelasnya, perhatikan bagan berikut ini.
• MENGENAL HURUF
• MENGENAL BUNYI HURUF (K –
V - DIFTONG)
• MENGGABUNGKAN BUNYI
MEMBENTUK KATA
M TEKNIS/PERMULAAN • VARIASI BUNYI
E • MENGGUNAKAN ANALISA
KONTEKS
M
• MENGGUNAKAN BAHASA
B ANALISA STRUKTURAL
(BENTUK KATA)
A
C
A • PENGEMBANGAN KOSA KATA
• PEMAHAMAN LITERAL
PEMAHAMAN • PEMAHAMAN INFERENSIAL
• MEMBACA KRITIS/EVALUATIF
• APRESIASI
17
Membaca permulaan adalah proses decoding atau mengubah simbol-simbol
tertulis berupa huruf atau kata menjadi sistem bunyi. proses ini juga sering disebut
sebagai pengenalan kata. dalam proses membaca permulaan, ada beberapa
keterampilan yang dipersyaratkan (Sunardi, 1997:3) yaitu keterampilan
konfigurasi, analisis konteks, penguasaan kosakata pandang, dan analisis structural.
Secara operational, proses membaca teknis atau permulaan menuntut kemampuan
sebagai berikut (Sunardi, 1997: a) mengenal huruf kecil dan besar pada alphabet, b)
mengucapkan buyi (bukan nama) huruf, terdiri dari konsonan tunggal (b, d, h, k,..),
vocal (a, i, u, e, ..), konsonan bunyi membentuk kata, d) variasi bunyi (/u/ pada
pukul, /o/ pada took), e) menerka kata dalam menggunakan konteks, f)
menggunakan analisis structural untuk identifikasi kata (kata ulang, majemuk,
imbuhan).
• MENGENAL HURUF
• MENGENAL BUNYI HURUF
(K-V-DIFTONG)
MEMBACA • MENGGABUNGKAN BUNYI
PERMULAAN • MEMBENTUK KATA
• VARIASI BUNYI
• MENGGUNAKAN ANALISA
KONTEKS
• MENGGUNAKAN ANALISA
• STRUKTURAL (BENTUK
KATA)
19
membaca permulaan. Untuk mewujudkan tujuan pelaksanaan asesmen tersebut,
maka anda perlu memahami kisi-kisi instrumen keterampilan membaca permulaan.
20
Huruf Vokal Rangkap (Diftong)
21
Bunyi Konsonan Velar (k, kh, g,
ng)
Kata Keterangan
Kata Sifat
Kata Bilangan
Kata Depan
Kata Sambung
Kata Sandang
Kata Seru
22
Kata Kerja
Kata Keterangan
Kata Sifat
Kata Bilangan
Kata Majemuk
Untuk mengetahui secara pasti jenis kesulitan yang pernah dialami siswa,
pada dasarnya ada dua macam prosedur, yaitu melalui asesmen formal dan
informal. Asesmen formal dilakukan dengan tes baku yang dilengkapi dengan
petunjuk pelaksanaan tes, kunci jawaban, cara menafsirkan hasilnya, dan alternatif
penanganan siswa yang bersangkutan. Sayangnya,di Indonesia tes semacam itu
belum dikembangkan. Oleh karena itu, para guru harus mengandalkan asesmen
informal. Yang perlu diketahui adalah jika dilakukan dengan benar, hasil asesmen
informal tidak kalah ketercapaiannya dari hasil asesmen formal. Terdapat berbagai
macam prosedur asemsen informal yang dapat digunakan, diantaranya melalui
observasi guru/asesor. Berikut dikemukakan salah-satu contoh cekls pengamatan
membaca dari Ekwall yang diadopsi oleh Sunardi (1997;14).
No Pengamatan
Perilaku Membaca
. 1 2 3
23
1. Membaca dengan mengeja
4. Penghilangan bunyi/kata
5. Mengulang-ulang
6. Terbalik
24
20. bacaan
25
vokal dan n huruf a-z.
konsonan 2. Siswa
diminta
untuk
menyebutka
n huruf B,
D, b, d.
3. Siswa
diminta
untuk
menyebutka
n bunyi
huruf vocal.
4. Siswa
diminta
untuk
menyebutka
n huruf
yang
ditunjuk
secara acak.
5. Siswa
diminta
untuk
membaca
kata papa,
kakak,
menyanyi.
26
Kosakata/ 1. Siswa
kalimat diminta
ungkapan, untuk
ajakan, menentukan
perintah, dan mana yang
penolakan kata yang
berimbuhan
pada sebuah
kalimat.
2. Siswa
diminta
untuk
menentukan
mana yang
termasuk
kata
benda/sifat/
kerja pada
sebuah teks.
3. Siswa
diminta
untuk
menentukan
mana
kalimat
ajakan,
perintah,
dan
penolakan
27
di dalam
sebuah teks.
2 Membaca Kemampuan1. Siswa
lanjutan membaca diminta
dan untuk
memahami membaca
konten/isi teks bacaan
bacaan dengan baik
dan cermat.
2. Siswa
mampu
menjawab
pertanyaan
pada
bacaan.
Kemampuan1. Siswa
menjawab diminta
dan untuk
menjelaskan menjelaskan
konten / isi kembali
yang secara
mengandung singkat
unsur fakta tentang teks
pada bacaan “Alat
Komunikasi
pada Zaman
Dahulu”
dan mampu
menjawab
pertanyaan
28
pada
bacaan.
a. Tahap Persiapan
b. Tahap Pelaksanaan
c. Tahap Analisis
32
konten / isi yang teks “Alat Komunikasi
mengandung pada Zaman Dahulu”
unsur fakta pada dan mampu menjawab
bacaan pertanyaan pada
bacaan.
Indikator Penilaian
0 1 2
3) Membuat Rekomendasi
Pengertian
Asesmen keterampilan menulis yang dimaksud dalam bahasan ini adalah suatu
proses dalam memperoleh data tentang keterampilan seorang siswa dalam
melakukan aktivitas menulis, baik dalam hal mengeja, menulis tangan, dan
sebagainya, sebagai bahan bagi guru dalam menyusun program dan intervensi
pembelajarannya.
Tujuan
34
Menulis adalah menuangkan ide ke dalam suatu bentuk visual.
2. Soemarmo Markam (1989 :7)
Menulis adalah mengugkapkan bahasa dalam bentuk simbol gambar. Menulis
adalah suatu aktivitas kompleks, yang mencakup gerakan lengan ,tangan,
jari,dan mata secara terintegrasi. Menulis juga terkait dengan pemahaman
bahasa dan kemampuan bicara.
3. Tarigan (1986 : 21)
Mendefinisikan menulis sebagai melukiskan lambang –lambang grafis dari
bahasa yang dipahami oleh penulisnya maupun orang – orang lain yang
menggunakan bahasa yang sama dengan penulis tersebut.
4. Hargrove dan Poteet (1984:239)
Menulis merupakan penggambaran visual tentang pikiran, perasaan, dan ide
dengan menggunakan symbol – symbol system bahasa penulisnya untuk
keperluan komunikasi atau mencatat.
Dari beberapa definisi tentang menulis yang telah dikemukakan dapat
disimpulkan bahwa :
Untuk dapat melakukan asesmen dan menyusun program yang baik, guru perlu
mengetahui secara umum ruang lingkup keterampilan menulis. Untuk lebih
jelasnya, perhatikan bagan berikut ini.
35
a) Meraih, meraba, memegang, dan melepas
benda
U
a) Mengenal huruf abjad, kata
L
b) Mengucapkan kata yang diketahhuinya
I
c) Mengenal perbedaan/ pesamaan konfigurasi
S
kata
MENGEJA
d) Mengasosiasikan bunyi dengan huruf
e) Mengeja kata
36
g) Menuliskan kata dengan ejaan yang benar
a) Reproduksi
d) Penjelasan
Sejak awal masuk sekolah anak harus belajar menulis tangan karena kemampuan
ini merupakan prasyarat bagi upaya belajar berbagai bidang studi yang lain.
Kesulitan menulis dengan tangan tidak hanya menimbulkan masalah bagi anak
tetapi juga guru. Tulisan yang tidak jelas misalnya, baik anak maupun guru tidak
dapat membaca tulisan tersebut.
b. Mengeja
Mengeja adalah suatu bidang yang tidak memungkinkan adanya kreativitas atau
berpikir devergen. Hanya ada satu pola susunan huruf-huruf untuk suatu kata yang
dapat dianggap benar, tidak ada kompromi. Sekelompok huruf yang sama akan
memiliki makna yang berbeda jika disusun secara berbeda, kelompok huruf “b”,
”i”, dan ”u” misalnya, dapat disusun menjadi “ibu”, ”bui”, ”iub”; tiga susunan
pertama mengandung makna yang berbeda sedang susunan terakhir tidak
37
mengandung makna. Oleh karena itu, mengeja pada hakikatnya adalah
memproduksi urutan huruf yang benar baik dalam bentuk ucapan atau tulisan dari
suatu kata. Perbedaan urutan huruf akan menghasilkan kata yang berbeda makna
atau mungkin tidak bermakna.
c. Menulis Ekspresif
Yang dimaksud dengan menulis ekspresif adalah mengungkapkan pikiran dan atau
perasaan ke dalam suatu bentuk tulisan, sehingga dapat dipahami oleh orang lain
yang sebahasa. Menulis ekspresif disebut juga mengarang atau komposisi (
Hallahan, Kauffman, Lioyd,(1985: 143).
Kesulitan menulis ekspresif mungkin yang paling banyak dialami baik oleh anak
maupun oleh orang dewasa. Agar dapat menulis ekspresif seseorang harus lebih
dulu memiliki kemampuan berbahasa ujaran, membaca, mengeja, menulis dengan
jelas, dan memahami berbagai aturan yang berlaku bagi suatu jenis penulisan.
a. Pilihlah salah satu komponen yang diprioritaskan dari semua komponen yang
akan diaseskan.
b. Tentukan subyek yang akan diases
c. Tentukan tujuan pelaksanaan asesmen. Misalnya anda akan mengases siswa
kelas dua SD, maka aspek atau komponen yang tepat asesmen yang tepat
dalam bidang keterampilan menulis bagi mereka adalah “Keterampilan
Menulis Permulaan”
39
Contoh Kisi-kisi Isntrumen Asesmen Keterampilan Menulis
b. Menebalkan berbagai
1. anak mampu menarik garis
bentuk gambar, bentuk vertikal, horizontal,
huruf, dan kata melengkung
40
tulisan kalimat sederhana
dengan menyalin
f. Menyalin kalimat
1. anak mampu menulis kata
sederhana dengan huruf sesuai gambar
lepas
2. anak mampu menyalin
kalimat
41
3. anak mampu melengkapi
kalimat
Untuk mengetahui secara pasti jenis kesulitan yang pernah dialami siswa,
pada dasarnya ada dua macam prosedur, yaitu melalui asesmen formal dan
informal. Asesmen formal dilakukan dengan tes baku yang dilengkapi dengan
petunjuk pelaksanaan tes, kunci jawaban, cara menafsirkan hasilnya, dan alternatif
penanganan siswa yang bersangkutan. Sayangnya,di Indonesia tes semacam itu
belum dikembangkan. Oleh karena itu, para guru harus mengandalkan asesmen
informal. Yang perlu diketahui adalah jika dilakukan dengan benar, hasil asesmen
informal tidak kalah ketercapaiannya dari hasil asesmen formal. Terdapat berbagai
macam prosedur asesmen informal yang dapat digunakan, diantaranya melalui
observasi guru/asesor. Berikut adalah salah-satu contoh ceklis pengamatan perilaku
karakteristik disgrafia (kesulitan menulis).
3. Terlalu miring
5. Tulisan kotor
42
6. Tidak tepat dalam mengikuti garis
horizontal
43
yang sudah ada
44
Tabel Contoh Pengembangan Butir Instrumen Asesmen Keterampilan Menulis
Permulaan
INSTRUMEN MENULIS
45
46
47
48
49
D. ASESMEN KETERAMPILAN MATEMATIKA
Siswa pada tahap awal - dalam kognitifnya- membangun relasi sederhana,
kemudian berkembang menjadi kompleks. Pemahaman konsep berjenjang,
pemahaman konsep yang ada di bawahnya menjadi dasar untuk memahami konsep
selanjutnya. Apabila konsep yang ada di bawah belum dipami maka akan mengalami
hambatan dalam memahami konsep selanjutnya. Oleh karena penguasaan pada level
bawah sangat esensial untuk memahami konsep pada level atas, maka kesiapan
(readiness) menjadi sangat penting dalam pembelajaran. Misalnya jika seorang anak
belum atau tidak memahami fakta dasar perkalian maka, ia belum siap untuk belajar
pembgian. Kegagalan dalam memahami konsep dasar pada awal belajar matematika
memberi dampak yang sangat kuat terhadap kesulitan belajar matematika pada tahap
selanjutnya.
(1) Klasifikasi
(3) Korespondensi
(4) Konservasi
Menurut Underhill (1980) dalam Alimin dan Rochyadi (2003), terdapat tiga
tahapan belajar matematika/aritmatika, tahap yang satu menjadi dasar untuk tahap
berikutnya, yaitu belajar pada tahap konkret, semi kongkret dan belajar pada tahap
abstrak.
1. Tahap Konkret
Belajar matematika pada tahap ini menggunakan ilustrasi gambar objek nyata
atau bisa juga dalam bentuk gambar lingkaran, toli, dsb. Belajar pada tahap
kongkret ditekankan pada upaya mengembangkan asosiasi antara model visual
dengan proses simbolik.
Pada tahap ini belajar matematika sudah menggunakan symbol angka untuk
memecahkan masalah matematika. Anak-anak yang mengalami kesulitan belajar
matematika membutuhkan banyak pengalaman belajar pada tahap kongkret dan
semi kongktret sebelum mereka menggunakan symbol angka secara penuh.
Pembelajaran matematika yang bertahap dari kongkret, semi kongkret, abstrak
menunjukkan hasil belajar yang sangat baik pada anak-anak yang yang mengalami
ketunagrahitaan ringan.
Berikut ini kisi-kisi matematika untuk anak kelas V SD yang disusun berdasarkan
kurikulum2013
52
Komponen Sub Indikator Teknik Jumlah Ket-
komponen tes soal
53
Pengembangan Butir-butir Instrumen Asesmen Matematika
Instrumen adalah alat tes yang siap diujikan pada anak. Instrumen dibuat
berdasarkan kisi-kisi. Pengembangan butir soal asesmen matematika dapat dibuat
dalam bentuk daftar atau tabel. Butir-butir instrumen dikembangkan berdasarkan
indikator-indikator yang dijabarkan dari komponen matematika seperti yang
tercantum dalam kisi-kisi. Yang paling esensial dalam mengembangkan butir soal
asesmen matematika adalah dengan mempertimbangkan dua factor, yaitu tahapan
belajar siswa dan hasil belajar yang diharapkan.
54
55
56
5. Pelaksanaan dan Analisis Hasil Asesmen Matematika
Asesmen dilakukan melalui 2 tahapan, yaitu tahap klasikal atau disebut juga
identifikasi dan tahap idnividual.
1. Tahap I (Klasikal)
d. Menghitung skor dan presentase hasil LKS setiap siswa (menghitung skor
jawaban yang benar, kemudian dibagi skor nilai keseluruhan dikali 100%)
Kategori skor:
2. Tahap II (Individual)
49
Setelah ditemukan siswa dengan beberapa nilai terendah pada tahap 1 (jumlah
siswa bersifat opsional, tergantung kesiapan asesor dan tujuan asesmen. Paling
banyak adalah seluruh siswa yang tergolong frustration level), tahap selanjutnya
adalah melakukan asesmen yang secara individual. Tujuan dari proses ini
adalah menemukan varian strategi dan varian error siswa tersebut.
Langkah-langkahnya adalah:
c. Jika hasil yang diselesaikannya salah, siswa diminta untuk menyelesaikan soal
tersebut sekali lagi, tetapi dalam tahapan semi konkret yang diawali dengan
penjelasan asesor, amati apakah ia mampu menyelesaikan dengan baik
d. Jika cara penyelesaian poin (a) masih salah, lakukan sekali lagi pada tahapan
konkret, lakukan cara seperti itu pada setiap soal yang diberikan padanya.
3. Tahap Analisis
50
a. Aspek yang telah dikuasai
51
E. PSIKOLOGI DASAR
52
1. Tahapan-Tahapan Perkembangan Kognitif
Psikologi kognitif berkenaan dengan proses belajar, berpikir, dan
mengetahui. Kemampuan kognitif merupakan kelompok keterampilan mental
yang esensial pada fungsi-fungsi kemanusiaan. Melalui kemampuan kognitif
tersebut memungkinkan manusia mengetahui, menyadari, mengerti,
menggunakan abstraksi, menalar, membahas, dan menjadi kreatif. Suatu analisis
tentang sifat kognitif merupakan hal yang sangat penting untuk memahami
kesulitan belajar. Salah satu teori psikologi kognitif yang membahas kesulitan
belajar adalah yang dikenal dengan teori pemrosesan psikologis.
Proses psikologis merupakan kemampuan dalam persepsi, bahasa,
ingatan, perhatian, pembentukan konsep (concept formation), pemecahan
masalah, dan sebagainya (Lerner, 1988: 177). Implikasi dari teori gangguan
dalam proses kognitif tersebut merupakan keterbatasan instrinsik yang dapat
mengganggu proses belajar anak. Banyak dari gangguan dalam proses ini
merupakan bidang-bidang praakademik atau yang bersifat perkembangan dari
belajar.
Teori pemrosesan psikologis merupakan landasan awal dalam bidang
kesulitan belajar dengan menghubungkan dalam pemrosesan psikologis dengan
abnormalitas dalam sistem saraf pusat. Dalam mengaplikasikan teori tersebut ke
dalam pembelajaran, kekurangan atau gangguan dalam persepsi auditoris dan
visual memperoleh penekanan khusus. Teori ini telah menyediakan suatu
landasan dalam melaksanakan asesmen dan program pembelajaran anak
berkesulitan belajar.
Teori pemrosesan psikologis menganggap bahwa tiap anak berbeda
dalam kemampuan mental yang mendasari mereka memproses dan menggunakan
informasi, dan bahwa perbedaan tersebut mempengaruhi proses belajar anak.
Kesulitan belajar dapat terjadi karena adanya kekurangan dalam fungsi
pemrosesan psikologis. Dengan demikian, anak dengan disfungsi pemrosesan
auditoris, misalnya, mungkin mengalami kesulitan dengan pendekatan
53
pembelajaran yang menekankan kemampuan mendengar. Suatu hal yang sama
adalah anak dengan disfungsi pemrosesan visual mungkin mengalami kesulitan
dalam belajar membaca melalui metode yang mengutamakan kemampuan
melihat. Dalam kegiatan pembelajaran, teori pemrosesan psikologis
menyarankan agar setelah guru melakukan diagnosis kemampuan dan
ketidakmampuan pemrosesan psikologis anak melalui observasi atau tes, mereka
perlu membuat preskripsi atau “resep” metode pengajaran yang sesuai.
Menurut Piaget ada empat tahapan perkembangan kognitif,
diantaranya sebagai berikut:
No Tahapan Usia Karakterstik
1. Sensorimotor 0-2 tahun Intelegensi yang didasarkan pada
pengalaman perseptual. Bayi
memperoleh pengetahuan tentang
dunia dari tindakan-tindakan fisik
yang mereka lakukan. Bayi
mengkoordinasikan pengalaman-
pengalaman sensorik dengan
tindakan-tindakan fisik. Seorang
bayi berkembang dengan tindakan
refleksif, instingtif pada saat
kelahiran hingga berkembangnya
pemikiran simbolik awal pada akhir
tahapan ini.
a. Refleksif 0-1 bulan Meningkatnya efisiensi refleks; tidak
adanya diferensiasi.
54
c. Reaksi- 4-8 bulan Perulangan kejadian dengan tujuan
reaksi siklus yang didapat melalui kesempatan;
sekunder gagasan mengenai sebab dan akibat.
55
penggambaran mental, yang
melampaui hubungan informasi
sensorik dengan tindakan fisik.
Akan tetapi, ada beberapa hambatan
dalam pemikiran anak pada tahapan
ini, seperti egosentrisme dan
sentralisasi.
3 Operasional 7-12 tahun Anak mampu berpikir logis
Konkret mengenai kejadian- kejadian
konkret, memahami konsep
percakapan, mengorganisasikan
objek menjadi kelas-kelas hierarki
(klasifikasi) menempatkan objek-
objek dalam urutan yang teratur
(serialisasi), kemampuan untuk
memecahkan masalah-masalah
konkret, pemikiran
berbasis pengalaman
4 Operasional 12 tahun Perumusan dan pengujian hipotesis
Formal sampai pemikiran abstrak, penalaran
dewasa hipotesis-deduktif, pemikiran tidak
lagi terikat pada persepsi indra,
idealis.
56
dalam salah satu dengan guru
bidang non
akademik.
Bertanya
Anak bisa
atau
berkontribusi
melakukan
dengan baik
percakapan
ketika
secara
komunikasi
langsung
berlangsung.
kepada anak
Anak
menggunakan Melakukan
bahasa yang baik percakapan
dan selaras secara
dengan langsung
percakapan yang kepada anak
sedang terjadi
Wawancara
dengan guru
Anak tergolong
atau melihat
pendiam atau
secara
tidak bisa
langsung
berbaur dengan
saat anak
teman yang
beraktivitas
lainnya.
di
lingkungan
57
Melakukan
Anak memiliki
permainan
konsentrasi yang
sebelum tes
baik
dimulai
Anak mampu
mengelompokka Melakukan
n benda tes pada
berdasarkan anak
ukuran
58
DAFTAR PUSTAKA
59
60