Anda di halaman 1dari 11

Nama : Putri Rohanah Nurjehan

Nim : 2006476
Jawablah soal-soal di bawah ini dengan uraian yang jelas dan benar !

1. Jelaskan definisi dan klasifikasi anak dengan hambatan majemuk!


Jawab

Individu penyandang Hambatan Majemuk adalah individu yang memiliki hambatan lebih dari
satu seperti kombinasi hambatan penglihatan dan hambatan pendengaran, hambatan
penglihatan dan hambatan intelektual, hambatan penglihatan dan motorik, dan lainnya. Pada
masa yang lalau, anak-anak yang memiliki kelainan fisik, mental, sensoris, sosial dan emosi
disebut berbagai istilah, dengan berbagai istilah, yaitu anak cacat, penyandang cacat, anak
berkelainan, dan anak luar biasa. Akhir-akhir ini, anak-anak tersebut lebih dikenal dengan
istilah anak berkebutuhan khusus (ABK) yang diambil dari istilah children with special
educational needs yang dianggap lebih sesuai manusiawi dan sesuai dengan paham pendidikan
inklusif. Sesungguhnya istilah ABK tidak sekedar memperhalus istilah ALB tetapi lebih dari
itu yang menunjukkan adanya perubahan cara pandang terhadap penyandang cacat. Pembagian
dikategorikan berdasarkan kelainan fisik, sensoris, intelektual, emosi dan sosialnya yang
meliputi tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, dan tunalaras. Individu ini disebut juga
dengan istilah anak luar biasa (ALB).

Anak dengan hambatan majemuk adalah anak yang memiliki hambatan dan kebutuhan belajar
secara khusus yang disebabkan adanya kombinasi hambatan antara hambatan fisik, sensoris,
sosial, emosi, intelektual dan lainnya. Sebagai contoh adalah anak dengan hambatan
penglihatan dan sekaligus memiliki hambatan pendengaran. Anak yang termasuk golongan ini
paling ekstrem, yaitu anak yang tidak dapat melihat dan mendengar sama sekali. Anak seperti
ini sering disebut buta-tuli atau tunanetra tunarungu. Di samping itu, hambatan majemuk juga
dapat terjadi kombinasi hambatan penglihatan yang ringan (low vision) dan hambatan
pendengaran yang berat. Kondisi hambatan majemuk ini ragamnya sangat bervariasi
tergantung pada jenis hambatan dan berat ringannya hambatan yang dialami. Seperti yang
sebelumnya telah diterangkan di atas sebelumnya bahwa hamba- tan majemuk dapat juga
terjadi dengan kombinasi hambatan pengliha- tan yang ringan (low vision) dan hambatan
pendengaran yang berat.

Hambatan ini dapat terjadi karena penggunaan obat-obatan yang salah oleh ibunya pada saat
kehamilan, pada masa setelah kelahiran seperti terjadinya encephalitis, stroke, meningitis atau
terjadinya trauma pada kepala. Selain itu juga anak tunagrahita berat dan sedang yang juga
menyandang kelainan lain tidak disebut dengan anak berkelainan majemuk, meskipun
kenyataannya mereka menyandang kelainan lebih dari satu. Anak yang demikian disebut anak
dengan “severe and profound handicaps. Di Indonesia istilah anak dengan sebutan “severe and
profoundly handicapped” tidak popular. Orang pada umumnya tetap menyebut anak dengan
kelainan majemuk atau juga lebih popular anak dengan kecacatan gandea atau juga tuna ganda.

Jadi Anak dengan “severe and profound handicaps” secara fungsional besiknya adalah anak
Mentally retarded atau di Indonesia dikenal dengan Anak tunagrahita akan tetapi mereka
memiliki kelainan tambahan pada apakah motoriknya, sensorisnya, tingkah lakunya,
komunikasinya dan sebagainya. Semua ini di kita tetap menyebut anak dengan kelainan atau
kecacatan ganda (doble handicap atau multiple handicap). Mengacu pada difinisi tersebut
diatas maka Anak dengan “severe and profound handicaps” maka para profesional dalam
bidang ini secara umum sepakat bahwa istilah diatas belum disepakati secara universal. Tetapi
para profesional secara umum sepakat bahwa secara pendidikan anak denga ”severe and
profound handicaps” memiliki unsur-unsur sebagai berikut:

1. Memiliki kelainan serius didalam cognitifnya dan setelah di tes dengan alat tes
intelegensi yang standar mereka memiliki IQ dibawah normal.
2. Memiliki kelainan atau kecacatan tambahan apakah kelainan fisik dan atau kelainan
sensoris seperti penglihatan pendengaran dan lainnya.
3. Mereka memerlukan sumber dan penanganan lebih bila dibandingkan dengan kelainan
lain yang ringan.

Istilah identifikasi secara harfiah dapat diartikan menemukan atau menemukenali. Dalam
buku ini istilah identifkasi anak dengan kebutuhan khusus dimaksudkan merupakan suatu
usaha seseorang (orang tua, guru, maupun tenaga kependidikan lainnya) untuk mengetahui
apakah seorang anak mengalami kelainan/ penyimpangan (phisik, intelektual, social,
emosional/ tingkah laku) dalam pertumbuhan/ perkembangannya dibandingkan dengan anak-
anak lain seusianya (anak-anak normal).

Setelah dilakukan identifikasi, kondisi seseorang dapat diketahui, apakah


pertumbuhan/perkembangannya termasuk normal atau mengalami kelainan/penyimpangan.
Kegiatan identifikasi sifatnya masih sederhana dan tujuannya lebih ditekankan pada
menemukan (secara kasar) apakah seorang anak tergolong anak dengan kebutuhan khusus atau
bukan. Maka biasanya identifikasi dapat dilakukan oleh orang-orang yang dekat (sering
berhubungan/bergaul) dengan anak, seperti orang tuanya, pengasuhnya, gurunya, dan pihak-
pihak yang terkait dengannya. Sedangkan langkah berikutnya, yang sering disebut asesmen,
bila diperlukan dapat dilakukan oleh tenaga profesional, seperti dokter, psikolog, neurolog,
orthopedagog, therapis, dan lain-lain. Dalam istilah sehari-hari, identifikasi sering disebut
dengan istilah penjaringan, sedangkan asesmen disebut dengan istilah penyaringan.

Tujuan identifikasi adalah untuk menghimpun informasi apakah seorang anak mengalami
kelainan/penyimpangan (phisik, intelektual, social, emosional, dan/atau sensoris neurologis)
dalam pertumbuhan/perkembangannya dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya (anak-
anak normal), yang hasilnya akan dijadikan dasar untuk penyusunan program pembelajaran
sesuai dengan keadaan dan kebutuhannya.

2. Di masyarakat disinyalir masih banyak anak dengan hambatan majemuk yang


tidak bersekolah. Coba analisa mengapa kondisi ini terjadi.
jawab
Masih banyak anak dengan hambatan majemuk yang tidak bersekolah karena
ketersediaan sekolah jarang di lirik pemerintah untuk disediakan layanan pendidikan yang
layak karena keterbatasan dan kondisi anak yang dianggap paling parah adalah jenis anak yang
mengalami kondisi berkelainan ganda atau cacat ganda atau tunaganda atau multiple handicap.
3.Jelaskan dampak hambatan majemukterhadap perkembangan Bahasa, sosial dan akademik.
( pilih salah satu jenis hambatan majemuk)!
Jawab

Dampak Hambatan Majemuk terhadap Perkembangan Sosial dan Emosi

Selain berpengaruh terhadap perkembangan kognitif, bahasa dan komunikasi,


hambatan majemuk juga tentunya turut memberikan pengaruh terhadap perkembangan sosial
dan emosi. Dalam buku Exceptional Learners: An Introduction to Special Education, Hallahan,
Kauffman & Pullen (2012: 445) menyebutkan bahwa beberapa individu yang memiliki
hambatan majemuk terlibat dalam perilaku bermasalah seperti stimulasi diri, melukai diri
sendiri, mengamuk, agresi terhadap orang lain, atau beberapa kombinasi dari semua ini. Tidak
semua orang dengan hambatan majemuk menunjukkan masalah perilaku tersebut. Namun,
sebagian besar orang yang menunjukkan masalah ini secara signifikan memiliki hambatan
majemuk (tunaganda). Adapun beberapa dampak yang ditimbulkan karena adanya hambatan
majemuk yaitu sebagai berikut (Hallahan, Kauffman, & Pullen, 2012):

1) Self-stimulation
Self-stimulation atau stimulasi diri dapat didefinisikan sebagai setiap perilaku
stereotip berulang yang tampaknya tidak memiliki tujuan yang jelas selain
memberikan stimulasi sensorik.
2) Self-injurious behavior (SIB)
Self-injurious behavior (SIB) atau perilaku melukai diri sendiri adalah

kekerasan fisik yang berulang-ulang, seperti menggigit, mencakar, atau menusuk diri
sendiri, membenturkan kepala, dan sebagainya.

3) Tantrum

Tantrum yang parah dapat mencakup berbagai perilaku, termasuk melukai diri sendiri,
berteriak, menangis, melempar atau menghancurkan benda, dan agresi terhadap orang lain.

4) Aggression Toward Others (Agresi Terhadap Orang Lain)


Tidak semua agresi terhadap orang lain dikaitkan dengan tantrum. Beberapa individu dengan
hambatan majemuk terlibat dalam serangan fisik yang diperhitungkan dapat mengancam atau
melukai orang lain (Gardner, 2007; dalam Hallahan, Kauffman & Pullen, 2012: 447).

angunsong (Sa'diyah, 2019) menyebutkan bahwa ciri-ciri sosial anak tunaganda atau hambatan
majemuk yaitu mereka memiliki hambatan fisik dalam menjalankan kegiatan sehari-harinya,
rasa rendah diri, hambatan dalam keterampilan kerja dan dalam melaksanakan kegiatan sosial,
isolatif, kurang percaya diri, dan lain-lain. Banyak aspek- aspek perkembangan yang
terpengaruh akibat kehilangan penglihatan dan atau hambatan lain. Bagi anak yang kehilangan
penglihatan sekaligus pendengaran dapat mengakibatkan minimnya stimulus dari luar yang
diterima anak. Mereka tidak belajar dari interaksi dengan lingkungannya, seperti anak lainnya
(Mirnawati, 2019: 16).

Sejalan dengan itu, menurut Desiningrum (2016: 111), ciri-ciri sosial anak dengan hambatan
majemuk (tunaganda), antara lain hambatan fisik dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari,
rasa rendah diri, isolatif, kurang percaya diri, hambatan dalam ketrampilan kerja, hambatan
dalam melaksanakan kegiatan sosial. Selain itu, anak dengan hambatan majemuk juga
menampilkan perilaku yang tidak sesuai, gagal dalam memahami humor atau situasi sosial,
mudah merasa lelah, frustrasi atau marah, memiliki kecemasan dan ketakutan yang tidak
beralasan, mudah tersinggung, menampakkan perubahan mood yang ekstrim dan tiba-tiba,
depresi atau mudah sedih dan terpuruk, serta agresif atau menunjukkan emosi marah secara
berlebihan.

Anak dengan hambatan majemuk juga jarang berperilaku dan berinteraksi yang sifatnya
konstruktif. Secara umum, anak-anak akan senang bermain dengan anak-anak yang lain,
berinteraksi dengan orang dewasa, dan ada usaha mencari informasi mengenai dunia
sekitarnya. Namun demikian, anak-anak yang tergolong anak hambatan majemuk tampaknya
sangat jauh dari dunia kenyataan dan tidak memperlihatkan emosi-emosi manusia yang normal.
Sangat sukar untuk menimbulkan perhatian pada anak-anak yang tergolong anak hambatan
majemuk atau untuk menimbulkan respon-respon yang dapat diobservasi (Heward & Orlansky,
1988; dalam Mirnawati, 2019).

4. a. Apabila Anda ditugaskan untuk memberikan penanganan pada anak dengan hambatan
majemuk sekalipun berat, jelaskan apa yang harus Anda tanamkan dalam diri Anda? Jelaskan.
b. Jelaskan pula bagamana cara menunjukkan rasa empati kita terhadap orangtua yang
memiliki anak dengan hambatan majemuk!
Jawab

a.Berikan Motivasi, Perhatian dan Bimbingan

Anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus tentunya membutuhkan motivasi, perhatian, serta
bimbingan yang lebih dibandingkan dengan anak-anak lainnya. Dengan perhatian dan motivasi
yang besar dan intens tentunya membantu anak bisa berkembang menjadi lebih baik lagi. Tentu
butuh kesabaran yang ekstra bagi orang tua yang menangani anak-anak berkebutuhan khusus
namun semua ini demi perkembangan anak yang lebih maksimal.

Orang Tua Harus Lebih Terbuka Pemikirannya

Sebelum menangani anak, tentunya pihak orang tua sendiri haruslah lebih terbuka
pemikirannya mengenai anak-anak berkebutuhan khusus ini. Sikap keterbukaan ini tentunya
harus anda tunjukkan dari rasa menerima segala kondisi anak anda saat ini. Dari sikap
keterbukaan ini lah anda bisa mencari usaha dan cara yang tepat untuk mendidik anak anda.
Tanamkan ke dalam diri anda jika anak berkebutuhan khusus bukanlah aib yang harus ditutupi.
Jika hal ini anda lakukan hanya akan memperparah kondisi anak anda ketika sudah dewasa.

Lakukan Pengawasan Sedari Dini


Seperti yang dijelaskan sebelumnya, anak-anak kebutuhan khusus tentunya membutuhkan
pengawasan yang lebih dibandingkan anak-anak pada umumnya, Untuk itu pentingnya
pengawasan sedari dini terkait tumbuh kembang anak. Cara ini dilakukan agar orang tua dapat
mengetahui setiap tahap perkembangan anak. Sehingga nantinya bis asedikit waspada bila
terjadi pertumbuhan fisik dan mental yang tidak mengalami perubahan dalam waktu yang lama.

Adaptasi Dengan Anak

Dibutuhkan adaptasi antara pengasuh, orang tua, serta anak-anak kebutuhan khusus sendiri.
Jika adaptasi tersebut tidak berjalan dengan lancar, tentu segala cara yang dilakukan tidak akan
membantu perkembangan anak. Ketika proses adaptasi bisa berjalan dengan baik, tentu
membuat segala proses selanjunya berjalan dengan mudah. Adaptasi yang baik tentu akan
membantu anda memahami kondisi serta potensi anak.

Meningkatkan Kedekatan Emosional Dengan Anak

Kedekatan emosional menjadi salah satu bagian penting yang harus ada ketika anda menangani
anak-anak berkebutuhan khusus. Kedekatan emosional ini dibutuhkan agar anak anak bisa
percaya serta menjadi dekat dengan anda. Ketika sudah terjalin kedekatan emosional yang
tinggi tentunya anak akan merasa aman dan terbuka dengan anda.

Ajari Anak Untuk Mengeksplor Ketrampilannya

Orang tua dengan anak-anak berkebutuhan khusus tentunya membutuhkan energi ekstraketika
mendidik anak-anaknya. Meskipun anak-anak anda memiliki kebutuhan khusus namun sudha
emnjadi sebuah kewajiban bagi orang tua untuk mendampingi dan mendidiknya. Anda bisa
mengisi waktu luangnya untuk rekreasi atau membuat ketrampilan yang dapat membantu fokus
serta kosentrasi anak. Dari hal-hal semacam ini, anda bisa mengetahui potensi yang dimiliki
anak sehingga membuat anak menjadi lebih produktif.

Tanamkan Kemandirian Sedari Dini


Pada dasarnnya anak-anak kebutuhan khusus sama saja seperti anak-anak umum lainnya.
Sehingga anda tak perlu memanjakan anak terlalu berlebihan. Tanamkan kemandirian pada
anak sedari dini sehingga anak bisa bertahan di lingkungannya. Ajari anak-anak kebutuhan
khusus ketrampilan-ketrampilan dasat seperti makan, mandi, berangkat sekolah, dan lainnya.
Jika hal-hal seperti ini terus anda ajarkan kepada anak-anak anda tentunya bukan tidak mungkin
jika anak kebutuhan khusus dapat hidup selayaknya anak lainnya.

Lakukan Kerjasama Dengan Sekolah

Menjalin kerja sama dengan pihak sekolah menjadi hal penting yang harus anda perhatikan.
Sehingga sangat disarankan bagi pihak orang tua untuk bersikap proaktif serta bisa menjalin
kerja sama yang baik dengan pihak sekolah. Hal ini dilakukan agar membantu anda untuk
mengetahui perkembangan mental, sikap, serta karakter anak. Sehingga nantinya anda bisa
lebih mudah mengetahui cara yang tepat menangani anak-anak d engan kebutuhan yang
khusus.

Lakukan Pembiasaan Mengenai Sanksi dan Hukuman

Anaka-anak kebutuhan khusus juga perlu diajarkan tentang aturan dan norma yang berlaku
serta kesalahan yang dilakukannya. Sehingga ketika anak melakukan sebuah kesalahan tentu
anda harus memberitahu anak jika hal tersebut merupakan perbuatan yang salah. Namun sebisa
mungkin hindari hal-hal yang bersifat kekerasan dan usahakan untuk memberikan pengertian
kepada anak anda. Jika hal ini bisa anda lakukan dengan baik, maka tentunya memudahkan
anak untuk memahami hal mana yang salah dan benar.

Ikuti Saran-Saran Pakar

Bagi anda yang tidak terlalu memahami dengan baik cara tepat untuk menangani anak-anak
kebutuhan khusus. Anda bisa mencoba untuk meminta saran dari pakar, entah dari guru, ahli
psikologi, ataupun ahli-ahli lainnya di bidang tersebut. Sehingga nantinya anda bisa
mendapatkan cara yang tepat untuk menangani anak-anak anda.
b. Memberitahukan hal apa yang harus dilakukan orangtua, keluarga bila anak menunjukkan
ciri-ciri anak dengan hambatan majemuk

1. Berkonsultasi dengan tenaga kesehatan, tenaga pendidik, tenaga sosial dan instruktur
keterampilan.
2. Menyediakan sarana dan prasarana sesuai dengan kebutuhan anak, misalnya ruangan
untuk bergerak secara bebas, alat bantu (kursi roda, tongkat dan lain-lain).
3. Memasukkan anak ke sekolah yang sesuai dan kembangkan potensi yang dimiliki anak.
4. Memberikan rangsangan/stimulasi secara konsisten, agar anak dapat berkembang
secara optimal, sesuai dengan kemampuannya.
5. Melatih kemandirian anak seseuai dengan kemampuannya.
6. Mengembangkan kekuatan dan memperbaiki kelemahan anak.
7. Mengendalikan dan mengarahkan perilaku anak.
8. Memberikan penguatan positif (motivasi, pujian, penghargaan) dan negatif (tidak
memberikan hak istimewa).
9. Memberikan kegiatan-kegiatan yang nyata atau fungsional untuk kehidupan sehari hari.
Program dilakukan secara terstruktur dan konsisten. Aktivitas pembelajaran dibagi
menjadi beberapa tahapan dan dilakukan secara berulang-ulang. Pemberian program
harus melalui tahapan yang dipecah/diurai, misalnya untuk mengajar cara menyikat
gigi dimulai dari mengambil sikat gigi, mengambil pasta gigi, membuka tutup pasta
gigi, menekan tube pasta gigi di penutup pasta gigi, menyikat gigi bagian depan,
menyikat gigi bagian kiri, menyikat gigi bagian kanan, menyikat bagian dalam atas
depan, dan seterusnya.

5. a.Jelaskan apa yang dimaksud dengan kurikulum fungsional!

b.Jelaskan berbagai area yang ada dalam kurikulum fungsional!

c.Jika Anda Guru untuk anak tersebut, coba susun kurikulum Pembelajaran untuk anak
tersebut.

Jawab

a. Dalam pendidikan anak dengan hambatan majemuk, dibutuhkan kurikulum yang


dapat membimbing mereka mempelajari keterampilan sehari-hari untuk memenuhi
kebutuhan hidup dan dapat berguna baik saat ini maupun di masa yang akan datang.
Kurikulum tersebut disebut kurikulum fungsional. Dalam kurikulum ini, diajarkan
keterampilan sehari- hari yang dapat bermanfaat untuk hidup; bekerja; menjalin
hubungan dengan orang lain; maupun menggunakan waktu luang.
Kurikulum bagi siswa dengan hambatan majemuk sering diartikan sebagai :apa
yang diajarkan pada siswa, mengapa diajarkan dan bagaimana cara mengajarkan.
Tiga hal ini seharusnya menjadi landasan dan refleksi bagi pendidik agar selalu
mengingat bahwa kurikulum sangat fleksibel dan harus menyesuaikan kebutuhan
siswa bukan karena tuntutan sistem.
Kurikulum fungsional adalah keterampilan sehari-hari yang dibutuhkan untuk
hidup; bekerja; menjalin hubungan dengan orang lain maupun menggunakan waktu
luang (to live, to work; to love dan to play). Empat komponen ini menjadi pra-syarat
agar hidup lebih bermakna dan bermartabat.
Komponen hidup menekankan keterampilan yang memungkinkan seseorang untuk
menolong dirinya sendiri, sesuatu yang penting harus dilakukan orang setiap hari.
Jika kita tidak dapat melakukan, maka orang lain akan melakukan agar dapat hidup.
Misalnya : makan, minum, buang air, mandi, berpakaian

b. Struktur kurikulum bagi anak dengan hambatan majemuk ini disusun dalam bentuk
area kurikulum yang meliputi (1) area bekerja, (2) komunikasi dan sosialisasi, dan
(3) bina diri yang masing-masing disertai Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar,
dan Indikator. Secara rinci, Standar kompetensi, Kompetensi dasar, serta Indikator
untuk masing-masing area kurikulum disajikan dalam lampiran.

Area Komunikasi

Perkembangan komunikasi anak dengan hambatan majemuk berbeda dengan anak


lain pada umumnya. Menurut Chen (1999), kemampuan komunikasi anak dengan
hambatan majemuk saat bayi hampir tidak terlihat atau tidak biasa, maka sulit untuk
diidentifikasi atau dikenali. Komunikasi disini tidak hanya berupa komunikasi
verbal. Melainkan termasuk komunikasi non verbal, seperti gerakan tubuh, ekspresi
wajah, simbil benda, dsb. Area ini berfokus pada komunikasi ekspreksif serta
reseptif kemampuan anak untuk:

1. Memahami dan mengungkapkan kebutuhan dasarnya, seperti rasa lapar, haus,


sakit, dsb.
2. Memahami dan mengutarakan kebutuhannya untuk pergi ke suatu tempat atau
menceritakan tempat baik yang di dekat lingkungannya, maupun yang jauh.
3. Memahami dan mengutarakan keberadaan orang lain atau untuk bersama orang
lain.
4. Memahami dan mengutarakan perasaan, baik perasaan ia sendiri maupun
persaaan orang lain, seperti marah, sedih, senang, dsb.

Area Binadiri

Dalam area ini diajarkan keterampilan-keterampilam yang dibutuhkan dalam


kehidupan sehari-hari, seperti:

a. Makan dan minum

Menekankan pada kemampuan anak dalam menggunakan alat bantu makan atau
minum dari yang paling sederhana hingga yang paling rumit, seperti sendok,
garpu, pisau, dsb.

b. Berpakaian dan merawat pakaian

Menekankan pada kemampuan anak dalam berpakaian serta merawat


pakaiannya tersebut dengan mencuci, mengeringkan, melipat, hingga
menyetrika.

c. Membersihkan diri
Menekankan pada keterampilan anak untuk menjaga kebersihan dirinya dengan
menggosok gigi, mandi, membersihkan diri setelah menggunakan toilet, dsb.

d. Kebersihan dan kesehatan wanita

Merupakan keterampilan khusus (yang diperlukan anak perempuan dalam


menjaga kebersihan dan kesehatan pada saat menstruasi.

e. Pendidikan seksual

Memberikan pemahaman pada anak tentang masalah yang berhubungan dengan


kemampuan memilih masalah privasi dan umum, proteksi diri, nilai-nilai sosial,
perbedaan antara laki- laki dan wanita, dsb.

Area Bekerja

a. Memasak

Bermula dari kegiatan sederhana hingga cukup rumit untuk


mengembangkan Pemahaman konsep proses suatu makanan dan
keterampilan anak dalam terlibat langsung pembuatan makanan

b. Berbelanja

Menekankan pada pemahaman dan penerapan konsep uang dan


penggunaannya serta pengembangan interaksi sosial

c. Mencuci (pakaian dan peralatan makan)

Menekankan pada pemahaman anak tentang tanggung jawab dan sebagai


bagian dari keluarga. Dalam proses pelaksanaannya memungkinkan peserta
didik dapat mengembangkan beberapa area secara alami

d. Kebesihan lingkungan

Menekankan pemahaman tentang tanggung jawab dan beberapa konsep


secara bersamaan. Kegiatan disusun baik untuk pemahaman kebersihan di
dalam kelas maupun luar kelas

e. Berkebun

Menekankan Pemahaman konsep tumbuhan dan perawatannya,


memberikan pemahaman pada siswa tentang penerapan sains dalam
kehidupan sehari-hari

f. Keterampilan pilihan

Kegiatan yang dapat diberikan kepada siswa sesuai dengan karakteristik


wilayah setempat atau potensi siswa secara individu.
Selain pembelajaran keterampilan sehari-hari, kurikulum ini juga
menyandingkan isinya dengan pembelajaran akademis yang ada pada
kurikulum umum, seperti Matematika, Bahasa Indonesia, Sains, Ilmu
Sosial, dan Pendidikan Kewarganegaraan. Pembelajaran akademis tersebut
terintegrasi dalam kegiatan yang dilakukan pada tiga area sebelumnya.

c. Pada umumnya target kurikulum dibuat untuk dilaksanakan pendidik secara


klasikal, mungkin jika diperlukan ada modifikasi tertentu sebagai penyesuaian.
Namun kurikulum bagi anak dengan hambatan majemuk bukanlah semata-mata
sekumpulan target hirarki yang kaku dan berlaku bagi semua anak. Melainkan
berupa panduan cara memilih program untuk individu anak. Kurikulum di sini
diterjemahkan sebagai hal penting yang perlu diajarkan anak, tetapi semua itu
memerlukan kebijaksanaan pendidik untuk memilih berdasarkan asesmen,
keunikan anak serta harapan keluarga.
Ketika sekolah-sekolah untuk anak-anak ini baru mulai, karena minimnya informasi
mereka mencoba untuk menggabungkan beberapa kurikulum berdasarkan kelainan
setiap anak. Misalkan kurikulum SLB A dan SLB B untuk anak yang memiliki
hambatan penglihatan sekaligus hambatan pendengaran. Tentu semua ini tidak
dapat dijalankan karena mereka memerlukan kurikulum yang berbeda. Bukan
kurikulum yang berbasiskan akademis dengan menitikberatkan kemampuan
kognitif dan keterampilan hidup sebagai tambahan. Mereka lebih memerlukan
kurikulum yang berhubungan langsung dengan kebutuhan hidup mereka dan
berguna baik saat ini maupun bagi kehidupannya nanti. Suatu kurikulum yang kaya
akan pengalaman dan keterampilan hidup yang disebut sebagai kurikulum
fungsional.
Komponen hidup menekankan keterampilan yang memungkinkan seseorang untuk
menolong dirinya sendiri, sesuatu yang penting harus dilakukan orang setiap hari.
Jika kita tidak dapat melakukan, maka orang lain akan melakukan agar dapat hidup.
Misalnya : makan, minum, buang air, mandi, berpakaian
Komponen bekerja bukanlah selalu sesuatu yang bersifat menghasilkan pendapatan
seperti pada umumnya. Ini menekankan keterlibatan kita sebagai anggota keluarga
dan anggota masyarakat untuk ambil bagian dalam peran dan tanggung jawab.
Misalkan : mencuci piring, masak, membersihkan rumah
Komponen menjalin hubungan dengan orang lain diartikan sebagai kemampuan
anak untuk menjangkau orang lain, memahami adanya orang lain selain dirinya, ada
keluarganya, pendidik, teman sebaya, tetangga, bahkan orang yang berhubungan
dengan dia karena pelayanan jasanya. Keterampilan ini menjadi sangat penting
karena dunia anak-anak dengan hambatan majemuk sangat kecil untuk dapat
melakukan hubungan dengan orang lain. Karena banyak dari mereka yang tidak
memahami adanya orang lain di luar diri mereka. Maka kurikulum harus membuat
mereka dapat memperluas dunianya.
Komponen waktu luang adalah keterampilan yang dilakukan untuk mencari
kesenangan, untuk bersantai. Setiap orang melakukan kesenangan yang berbeda-
beda mungkin sesuatu yang bersifat berkala seperti piknik, nonton film di bioskop,
berenang. Tetapi ada kegiatan-kegiatan sederhana yang dilakukan untuk
menghilangkan penat dan sekedar bersantai. Misalkan, nonton TV, mendengarkan
musik, baca koran atau majalah dan lainnya. Anak-anak hambatan majemuk perlu
diajarkan keterampilan- keterampilan ini agar ia dapat memanfaatkan waktu
luangnya untuk bermain, tetapi juga tidak menghabiskan seluruh waktunya untuk
kegiatan ini.
6. strategi untuk menjelajah dunia bersama anak penyandang buta-tuli menggunakan
teknik “tangan di bawah tangan”merupakan hal yang penting dalam mengembangkan
kemampuan interaksi sosial.
a.Jelaskan bagaimana teknik “tangan di bawah tangan” dilakukan !
b.Jelaskan mengapa teknik ini menjadi pilihan dalam mengembangkan interaksi sosial
anak penyandang buta-tuli ?
jawab
Jelajahi dunia bersama (“tangan di bawah tangan”). Adalah sangat penting bagi anggota
keluarga untuk mengingat bahwa bila seorang anak memiliki keterbatasan penglihatan
dan pendengaran, mereka tidak menyadari bahwa mereka melihat objek yang sama atau
terlibat dalam kegiatan yang sama (misalnya, anak mungkin tidak menyadari bahwa
orang lain makan!). Membantu anak anda memahami bahwa orang lain berbagi
pengalaman yang sama dengan dirinya merupakan faktor penting dalam membangun
hubungan dan self-esteem. Tangan seorang anak penyandang buta tuli/deaf blind
menjadi telinga, mata dan suaranya. Bila ia mengeksplorasi mainan, bergabunglah,
dengan meletakkan salah satu jari anda secara lembut di bawah bagian tangannya.
Demikian juga, bila bila anda ingin menunjukkan sesuatu kepada anak, doronglah anak
itu agar meletakkan tangannya di atas tangan anda ketika anda bergerak ke arah benda
itu. Dengan cara ini, anda mengeksplorasi bersama-sama. Kemudian anda boleh
menarik tangan anda sehingga ia dapat bermain sendiri. Strategi ini akan memberikan
pesan kepada anak bahwa anda bergabung dengan dirinya, dan tidak semata-mata
memanipulasinya. Ketika tangan seorang anak sedang dimanipulasi dengan tangan di
atas tangan untuk menyelesaikan suatu tugas, sering ia bereaksi dengan menarik
tanganya. Namun demikian, bila seorang anak mencari tangan anda untuk berbagi dan
melakukan eksplorasi, anda secara alami akan mendorong timbulnya keinginan yang
kuat, merengkuh anda untuk mendapatkan informasi dan lagi-lagi, membangun rasa
harga diri yang lebih kuat.

Anda mungkin juga menyukai