Anda di halaman 1dari 27

PENELITIAN KUALITATIF

DINAMIKA PENERIMAAN ORANGTUA

YANG MEMILIKI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

Disusun untuk memenuhi tugas ujian akhir semester mata kuliah Metode Penelitian
Kualitatif

Disusun oleh:
Syuhada putra [46117310002]

Dosen pengampu :
Rizka Putri Utami, M.Psi., Psi.

FAKULTAS PSIKOLOGI REGULER 2 UNIVERSITAS MERCUBUANA


BEKASI 2020
DAFTAR ISI
BAB I ........................................................................................................................................ 1 
PENDAHULUAN ................................................................................................................ 1 
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 1 
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................................... 3 
1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................................... 4 
1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................................................... 4 
1.4.1 Manfaat teoritis ....................................................................................................... 4 
1.4.2 Manfaat Praktis ....................................................................................................... 4 
BAB II ....................................................................................................................................... 5 
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ............................................... 5 
2.1 Kajian Pustaka ............................................................................................................ 5 
2.1.2 Pengertian Peneriamaan diri .................................................................................... 5 
2.1.3 Pengertian penerimaan orang tua terhadap anaknya yang berkebutuhan khusus .... 6 
BAB III ..................................................................................................................................... 8 
METODE PENELITIAN ...................................................................................................... 8 
3.1 Tipe Penelitian ............................................................................................................ 8 
3.2 Unit analisis ................................................................................................................ 8 
3.3 Subjek Penelitian ........................................................................................................ 8 
3.4 Teknik penggalian data ............................................................................................... 8 
3.5 Teknik Analisis data ................................................................................................. 10 
BAB IV ................................................................................................................................... 12 
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................................................................... 12 
4.1 Hasil Penelitian ............................................................................................................ 12 
4.1.1 Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian ................................................................... 12 
4.1.2 Tahapan Penelitian ................................................................................................ 12 
4.1.3 Tahapan penggalian data ....................................................................................... 13 
4.1.4 Tahapan Pasca penggalian data ............................................................................. 14 
4.2. Hasil Penelitian ........................................................................................................... 16 


 
4.1.1 Deskripsi penemuan ............................................................................................... 16 
4.2.2 Hasil analisa data .................................................................................................. 17 
4.3 Pembahasan ...................................................................................................................... 18 
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 1 

ii 
 
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tidak salah jika orang tua mengharapkan semua anaknya dalam keadaan
normal disisi psikis dan psikologis, bahkan semua orang berharap berada dalam
lingkungan yang sehat baik dari keluarga,lingkungan dan masyarakat. Tidak
semua anak dilahirkan dalam keadaan sehat jasmani ataupun rohani, ada
diantaranya memiliki kekurangan fisik dan adapula diantaranya memiliki
kekurangan pada mentalnya. Penelitian yang dilakukan oleh Edi Sujito (2018)
dengan melibatkan enam orang subjek responden menyimpulkan bahwa ke-enam
subjek mengalami fase penolakan terhadap kehadiran anak, semua subjek
mengalami perasaan syok,sedih, bingung, stres sehingga berpengaruh terhadap
psikis berupa perasaan dan emosi negative seperti rasa khawatir, emosi dan
frustasi, Edi Sujito (2018) juga menyimpulkan bahwa proses penerimaan orang
tua terhadap anak yang berkebutuhan khusus membutuhkan waktu yang sangat
lama, proses penerimaan ini dipengaruhi oleh tingkat keyakinan terhadap
pemberian Tuhan YME.

Novira Faradina (2016) dalam eJournal psikologi UMUL mendefinisikan


dinamika yang di alami oleh tiga orang subjek sbb:

1. Penerimaan diri pada orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus
memiliki tahap-tahap dan aspek dalam penerimaannya
2. Penerimaan pada AS (inisial subjek) menyatakan bahwa subjek berusaha
memahami kondisi anak subjek setelah mengetahu anak subjek
mengalami gangguan perkembangan atau berkebutuhan khusus,walaupun
pada awalnya subjek sempat merasa kaget dan tidak percaya


 
3. Penerimaan diri yang baik juga dilakukan pada subjek SL (inisial subjek),
meskipun pada awalnya subjek merasa sedih dan kaget ketika mengetahui
anaknya didiagnosa menderita reterdasi mental kemudian berangsur
menerima dan mengerti kondisi anaknya dengan selalu menemani dan
mendukung segala kegiatan anak.
4. Subjek RS (inisial subjek) memiliki penerimaan diri yang kurang baik, hal
ini karna kondisi anak subjek tidak sesuai harapan dan keinginannya
sehingga membuat subjek merasa malu dan takut akan dihina oleh orang
lkain karna kondisi anaknya yang tidak normal.

Anak berkebutuhan khusus atau dapat dikatakan memiliki keterlambatan


dalam perkembangan mental mengaharuskan orang tua memberikan perhatian
lebih padanya, banyak lembaga-lembaga atau sekolah yang berusaha melayani
dalam hal perawatan ataupun pendidikan anak berkebutuhan khusus ini,
berdirinya sekolah luar biasa (SLB) adalah bentuk kepedulian pemerintah
terhadap anak berkbutuhan khusus. Pada umumnya orang tua yang memiliki anak
berkebutuhan khusus cenderung memiliki beban lebih berat, kemudian beban
tersebut menimbulkan reaksi emosional didalam diri orang tua. Orang tua yang
memiliki anak berkebutuhan khusus dituntut untuk terbiasa menghadapai peran
yang berbeda dari sebelumnya, karena memiliki anak berkebutuhan khusus (Mira,
2012). Beberapa orang tua merasa malu memiliki anak yang mempunyai
kebutuhan khusus dan berusaha keras untuk meningkatkan kemampua anak
secara berlebihan dengan harapan anak tersebut dapat pulih dan menjadi anak
yang normal seperti anak-anak pada umumnyan (Faradina, 2016).

Tidak semua orang tua dari anak berkebutuhan khusus (ABK) merasa
terbebani atau merasa malu , beberapa orang tua diantara mulai menerima kondisi
anak sebagai ketentuan atau takdir dari Yang Maha Kuasa, menerima dengan
ikhlas setelah berusaha mengobati atau melakukan terapi terhadap anak tersebut
dan adapula orang tua yang menyadari anak terlahir dalam kondisi berkelainan


 
dan merasa tetap bersyukur tanpa berfikir lebih jauh kemudian merawat anak
tersebut dengan sepenuh hati.

Satu tahun terakhir melakukan pengamatan pada seorang anak berkebutuhan


khusus yang merupakan warga dari Kampung Unyur Serang –Banten yang selalu
bertubuh bersih, berpakaian baik, mampu berkomunikasi dengan riang,
mempunyai fisik yang sehat dan berkecukupan biologis serta selalu membawa
uang (jajan), bahkan sering kali orang tuanya mengajaknya berjalan-jalan pada
hari libur, semua itu memberikan gambaran bahwa ada orang tua yang dapat
menerima dan memperlakukan anak berkebutuhan khusus dengan sangat baik.

Menteri Kesehatan RI, Prof. Dr. dr. Nila Farid Moeloek, Sp.M(K) menuturkan
Estimasi jumlah penderita Penyakit Alzhemeir di Indonesia pada tahun 2013
mencapai satu juta orang. Jumlah itu diperkirakan akan meningkat drastis menjadi
dua kali lipat pada tahun 2030, dan menjadi empat juta orang pada tahun 2050.
Bukannya menurun, tren penderita Alzheimer di Indonesia semakin meningkat
setiap tahunnya.

Berangkat dari fenomena itulah peneliti ingin meneliti tentang dinamika


penerimaan orang tua terhadap anaknya yang berkebutuhan khusus. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui sejauh mana penerimaan diri orang tua yang
memiliki anak berkebutuhan khusus, khususnya anak yang memiliki keterbatasan
atau kekurangan.

1.2 Rumusan Masalah


Dari Latar belakang diatas, selanjutnya rumusan yang akan diteliti adalah
sebagai berikut:

1. Bagaimana dinamika Penerimaan orang tua yang memiliki anak berkebutuhan


khusus..?


 
2. Bagaimana sikap keluarga dekat terhadap orang tua yang mempunyai anak
berkebutuhan khusus.

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dinamika Penerimaan orang
tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus, sikap keluarga dan masyarakat
terhadap orang tua yang mempunyai anak berkebutuhan khusus.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat teoritis


Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dan
memperkaya wawasan mengenai penerimaan orang tua terhadap anaknya yang
berkebutuhan khususnya bagi masyarakat dan terutama bagi orang tua yang
mempunyai anak berkebutuhan khusus.

1.4.2 Manfaat Praktis


 Hasil penelitian ini diharapkan secara praktis dapat menyumbangkan
pemikiran terhadap orang tua yang mempunyai anak berkebutuhan khusus.
 Hasil penelitian ini diharapkan secara teknis memperbaiki stigma orang tua
terhadap anaknya yang berkebutuhan khusus
 Penelitian ini diharapkan secara teknis dapat memperbaiki penerimaan
masyarakat terhadap keluarga dan anak berkebutuhan khusus.


 
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Kajian Pustaka

2.1.2 Pengertian Peneriamaan diri


Menurut Jersild (dalam Meilinda, 2013), penerimaan diri adalah kesediaan
untuk menerima dirinya yang mencakup keadaan fisik, psikologi sosial dan
pencapaian dirinya, baik kelebihan maupun kekurangan yang dimiliki. Hurlock
menambahkan bila individu hanya melihat dari satu sisi saja maka tidak mustahil
akan timbul kepribadian yang timpang, semakin individu menyukai dirinya
maka ia akan mampu menerima dirinya dan ia akan semakin diterima oleh
orang lain yang mengatakan bahwa individu dengan penerimaan diri yang baik
akan mampu menerima karakter-karakter alamiah dan tidak mengkritik sesuatu
yang tidak bisa diubah lagi. Penerimaan diri melibatkan pemahaman diri,
kesadaran yang realistis, memahami kekuatan dan kelemahan seseorang.
Sehingga menghasilkan perasaan individu tentang dirinya, bahwa ia bernilai unik.

Calhoun dan Acocella menjelaskan bahwa penerimaan diri berhubungan


dengan konsep diri yang positif, dimana dengan konsep diri yang positif,
seseorang dapat menerima dan memahami fakta-fakta yang begitu berbeda
dengan dirinya. Bahwa penerimaan diri merupakan sikap positif terhadap diri
sendiri, dapat menerima keadaan dirinya secara tenang, serta memiliki kesadaran
penuh terhadap siapa dan apa diri mereka, selain itu dapat pula menghargai diri
dan orang lain. Serta dapat menerima keadaan emosionalnya (depresi, marah,
sedih, cemas, dan lain-lain) tanpa mengganggu orang lain.


 
2.1.3 Pengertian penerimaan orang tua terhadap anaknya yang
berkebutuhan khusus
Menurut Hurlock (2002) penerimaan adalah suatu sikap yang ditunjukkan
oleh orang tua terhadap anak-anaknya yang ditandai oleh perhatian besar dan
kasih sayang yang besar kepada anak. (2003) mendefinisikan sikap penerimaan
(acceptance) sebagai suatu sikap seseorang yang mampu menghadapi dan
menerima kenyataan daripada hanya menyerah pada pengunduran diri atau tidak
ada harapan.

Menurut Puspita (2004), reaksi pertama orang tua ketika awalnya dikatakan
bermasalah adalah tidak percaya, shock, sedih, kecewa, merasa bersalah, marah
dan menolak. Tidak mudah bagi orang tua yang anaknya menyandang
berkebutuhan khusus untuk mengalami fase ini, sebelum akhirnya sampai pada
tahap penerimaan (acceptance). Ada masa orang tua merenung dan tidak
mengetahui tindakan tepat apa yang harus diperbuat. Tidak sedikit orang tua yang
kemudian memilih tidak terbuka mengenai keadaan anaknya kepada teman,
tetangga ahkan keluarga dekat sekalipun, kecuali pada dokter yang menangani
anak tersebut, Menurut Miranda (2013), ditinjau dari segi keluarga penderita,
maka adanya seorang anak yang menderita kelainan perkembangan bisa menjadi
beban bagi orang tuanya. Lebih banyak waktu dan perhatian harus diberikan
kepada anak tersebut. Oleh sebab itu, keluarga mempunyai peranan yang besar
dalam mempengaruhi kehidupan seorang anak, terutama pada tahap awal maupun
tahap-tahap kritis, bila orang tua tidak mampu mengelola emosi negatifnya
dengan baik, bukan tidak mungkin akibatnya akan berimbas pada anak. Selain itu
bantuan medis, kesembuhan anak berkebutuhan khusus bertumpu penting pada
dukungan orang tua.

Tahapan penerimaan orang tua dalam menerima anak berkebutuhan khusus


menurut Ross (2003), dalam bukunya “On Death and Dying” Tahap pertama
denial (penolakan). Tahapan ini dimulai dari rasa tidak percaya saat menerima


 
diagnosa dari seorang ahli, perasaan orang tua selanjutnya akan diliputi rasa
kebingun terselip rasa malu pada orang tua tentang keadaan anaknya untuk
mengakui bahwa hal tersebut dapat terjadi di keluarga mereka. Keadaan ini
menjadi bertambah buruk, jika keluarga tersebut mengalami tekanan sosial dari
lingkungan yang kurang memahami tentang keadaan anak berkebutuhan
khusus.Tahap kedua Angry (kemarahan), kemarahan ini dilampiaskan orang tua
pada hal-hal yang tidak jelas. Kemarahan bisa dilampiaskan kepada dokter yang
mendiagnosa, kemarahan kepada diri sendiri atau kepada orang lain, bentuk lain
kemarahan yaitu menolak untuk mengasuh anak berkebutuhan khusus. Tahap
ketiga depression (depresi) dalam tahap ini terkadang muncul dalam bentuk rasa
putus asa, tertekan dan kehilangan harapan. Tahap keempat bargainning
(menawar) orang tua berusaha untuk menghibur diri dengan pernyataan segala
sesuatu yang 3 dikaruniakan Allah harus disyukuri apapun bentuknya,.Tahap
kelima acceptance (peneriman). Pada tahapan ini, orang tua sudah berusaha
menerima kenyataan dengan kehadiran anak berkebutuhan khusus dalam
kelurganya baik secara emosi maupun intelektual.


 
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian


Penelitian ini akan dilakukan dengan tipe penelitian kualitatif dengan satu
subjek yang akan untuk dilakukan observasi dan wawancara

3.2 Unit analisis


Objek pada penelitian ini adalah berupa penerimaan orang tua dengan subjek
Penelitian yaitu Anak berkebutuhan khusus, orang tua anak dan juga masyarakat
terdekat subjek.

3.3 Subjek Penelitian


Subjek penelitian telah ditetapkan yaitu satu keluarga yang berlokasi di
Kampung Unyur Serang-Banten yang mempunyai seorang anak berkebutuhan
khusus. Pendekatan akan dilakukan adalah dengan melakukan perkenalan dan
pendekatan secara Pribadi melalui guide person. Pendekatan ini diharapkan dapat
memberikan hasil yang cukup detail terkait penerimaan orang tua terhadap
anaknya yang berkebutuhan khusus.

3.4 Teknik penggalian data


Wawancara adalah proses pembekalan verbal, di mana dua orang atau lebih
untuk menangani secara fisik, orang bisa melihat mukayang orang lain dan
mendengarkan suara telinganya sendiri, ternyata informasi langsung alat
pemgumpulan pada beberapa jenis data sosial, baik yang tersembunyi (laten)
maupun manifest (Sutrisno Hadi, 1992). Wawancara adalah suatu metode
penggalian data dengan tujuan percakapan tertentu. Dalam metode ini peneliti dan
responden berhadapanlangsung (tatap muka) untuk mendapatkan informasi secara
lisan dengan mendapatkandata tujuan yang dapat menjelaskan masalah penelitian
(Lexy J Moleong ,1991). Melalui wawancara tersusun diharapkan peneliti dapat


 
banyak informasi yang memadai dan terfokus pada obyek penelitian. Penelitian
ini akan didukung dengan metode observasi langsung terhadap orang
tua,keluarga dan masyarakat sekitar guna memberikan data pendukung. arti dari
observasi adalah peninjauan secara cermat. Sedangkan arti dari mengobservasi
adalah mengawasi dengan teliti atau disebut juga dengan mengamati (KBBI,
akses memalui google 2019). Secara dasarnya teknik observasi digunakan untuk
melihat dan juga untuk mengamati perubahan dari fenomena-fenomena sosial
yang berkembang atau tumbuh yang selanjutnya dapat dilakukan perubahan dari
penilaian tersebut. Dan untuk pelaksana observasi tersebut guna melihat objek
dari kejadian tertentu, serta mampu memisahkan antara kejadian yang perlu
digunakan dan yang tidak perlu digunakan (Margono, 2007). Observasis juga
dapat diartikan sebagai proes pengamatan dan pencatatan secara logis,sistematis,
logis,objektif serta rasional mengenai berbagai macam fenomena yang mampu
dalam situasi buatan untuk mencapai sebuah tujuan tertentu ataupun sebenarnya
(Arifin,2011).

Peneliti menilai metode wawancara dan observasi adalah metode yang tepat
dan akurat karna dilakukan dengan sertamerta dan livetime sehingga dapat
memberikan gambaran actual dinamika yang terjadi. Penelitian ini
menggabungkan 2 metode diatas yaitu wawancara dan observasi dalam
penggalian data meliputi wawancara dan observasi terhadap orang tua dan
anaknya serta masyarakat sekitar terdekat,kedua metode ini diharapkan dapat
menguatkan dan memberikan keajegan data yang akan diperoleh.

Penelitian dan penggalian data ini akan dilaksanakan dilakukan di Kampung


Unyur Rt.04 Rw.01 Kecamatan Serang-Banten, adapun rincian kegiatan
penelitian adalah sebagai berikut:

Proposal & Perizinan : Desember 2019


Pengumpulan data : Januari 2019


 
Analisis data : Desember 2019

3.5 Teknik Analisis data


Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data hasil
wawancara, observasi dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data dan
memilih mana yang penting serta mana yang perlu dipelajari serta membuat
kesimpulan sehingga mudah dipahami (Sugiyono, 2007: 333-345). Teknik
analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif yang
digunakan peneliti sebagaimana yang dikemukakan Miles dan Hubberman
(Sugiyono, 2007: 204) yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan
langkah terakhir adalah penarikan kesimpulan. Langkah-langkah tersebut sebagi
berikut.

a. Reduksi data Reduksi data merupakan penyerderhanaan yang dilakukan


melalui seleksi, pemfokusan dan keabsahan data mentah menjadi informasi yang
bermakna, sehingga memudahkan penarikan kesimpulan.

b. Penyajian data Penyajian data yang sering digunakan pada data kualitatif
adalah bentuk naratif. Penyajian-penyajian data berupa sekumpulan informasi
yang tersusun secara sistematis dan mudah dipahami. 34

c. Penarikan kesimpulan Penarikan kesimpulan merupakan tahap akhir dalam


analisis data yang dilakukan melihat hasil reduksi data tetap mengaju pada
rumusan masalah secara tujuan yang hendak dicapai. Data yang telah disusun
dibandingkan antara satu dengan yang lain untuk ditarik kesimpulan sebagai
jawaban dari permasalahan yang ada.

10 
 
Gamba 1 : Teknik Analisis Data Kualitatif Menurut Miles dan Hubberman
(Sugiyono, 2007: 333-345)

Penyajian data akan disuse dengan beberapa fokus tema berdasarkan analisis
dengan tetap berpijak pada teori-teori relevan dan hasil penelitian terdahulu yang
dapat mendukung penelitian ini.

11 
 
BAB IV
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


 

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan dari data-data
yang diperoleh melalui penelitian yang dilakukan yaitu data responden dan data
penelitian mengenai dinamika penerimaan orang tua yang memiliki anak
berkebutuhan khusus (ABK).

4.1.1 Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian


Penelitian ini merupakan proses yang dilakukan secara bertahap, yakni dari
perencanaan dan perancangan penelitian, menentukan fokus penelitian, waktu
penelitian, pengumpulan data, analisis, dan penyajian hasil penelitian. Dalam
persiapan penelitian ini ada beberapa tahap yang telah dilakukan oleh peneliti yaitu
sebagai berikut:
a. Penentuan Variabel dan Subjek Penelitian
Langkah awal dalam penelitian ini adalah menentukan variabel penelitian.
Dari hal tersebut maka dapat dirumuskan masalah yang akan dikaji dan menemukan
tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini. Kemudian menentukan subjek dalam
penelitian ini dan peneliti memutuskan untuk mengambil subjek penelitian ini adalah
warga Lingkungan Unyur Serang Banten, yaitu Ibu ER yang berprofesi sebagai Ibu
rumah tangga mempunyai 3 orang Putra dan Putra keduanya adalah penyandang anak
berkebutuhan khusus (ABK)

4.1.2 Tahapan Penelitian


Terdapat 3 (tiga) tahap dalam penelitian kualitatif, yaitu:
a. Tahap persiapan, mencakup mencari subjek yang akan diteliti. Apabila subjek
adalah individu yang mengalami gangguan mental misalnya penderita

12 
 
skizofrenia, autis ataupun anak yang mengalami kesulitan belajar harus ada
surat keterangan dari psikolog atau psikiater. Pada penelitian kali ini kita
mendapatkan informasi dari subjek dan hasil pemeriksaan dokter.
b. Tahap pelaksanaan, merupakan tahap pengumpulan data atau informasi yang
biasanya dilakukan dengan wawancara observasi, studi dokumen, mencari
autobiografi, dan lain-lain.
c. Tahap laporann hasil penelitian, merupakan aktivitas membuat laporan hasil
penelitian dalam bentuk skripsi, tesis atau disertasi.

4.1.3 Tahapan penggalian data


Penggalian data dilakukan dengan metode wawancara dan observasi
pada objek tunggal yaitu Ibu ER
Teknik Wawancara. Teknik wawancara adalah teknik pengumpulan
data primer dari para pihak yang dijadikan informan penelitian. Teknik
wawancara dilakukan dengan mempersiapkan terlebih dahulu Pedoman
Wawancara. Pedoman wawancara tersebut berisi pokok-pokok pertanyaan
terbuka untuk diajukan kepada para informan penelitian. Pokok-pokok
pertanyaan (leading questions) yang dimaksud adalah berikut :

a. Pertanyaan yang meliputi asal-usul dari subjek dengan tujuan untuk


mendapatkan data demografi subjek.
b. Pertanyaan mengenai aktifitas Putra dari subjek yang menderita
keterbelakangan mental atau berkebutuhan khusus
c. Pertanyaan mengenai tanggapan suami, keluarga suami, keluarga istri dan
masyarakat sekitar.
d. Pertanyaan mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penerimaan
terhadap anak yang menderita keterbelakangan mental atau berkebutuhan
khusus

13 
 
e. Pertanyaan mengenai siapa saja yang telah membantu memberikan
support atau motivasi yang mempengaruhi penerimaan terhadap anak
yang menderita keterbelakangan mental atau berkebutuhan khusus.
f. Pertanyaan mengenai berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk merubah
tahapan penerimaan terhadap anak yang menderita keterbelakangan
mental atau berkebutuhan khusus.

Observasi. Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan


dengan mengadakan pengamatan langsung ke fokus dan objek penelitian.
Observasi dilakukan untuk memperoleh berbagai informasi dan data faktual
serta memahami situasi dan kondisi dinamis obyek penelitian. Observasi
dilakukan dengan mengunjungi keluarga Ibu ER.

4.1.4 Tahapan Pasca penggalian data

Penelitian ini menerapkan metode kualitatif, yaitu suatu prosedur


penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata orang baik
tertulis maupun lisan dan tingkah laku teramati, termasuk gambar (Bogdan and
Taylor, 1975).

Walau peneliti tidak sependapat dengan teknik-teknik analisis data


kualitatif menurut Miles dan Huberman (1987), model analisis interaktif yang
digambarkannya sangat membantu untuk memahami proses penelitian ini.
Model analisis interaktif mengandung empat komponen yang saling berkaitan,
yaitu (1) pengumpulan data, (2) penyederhanaan data, (3) pemaparan data, dan
(4) penarikan dan pengujian simpulan.

analisis data tidak saja dilakukan setelah pengumpulan data, tetapi juga
selama pengumpulan data. Selama tahap penarikan simpulan, peneliti selalu
merujuk kepada "suara dari lapangan" untuk mendapatkan konfirmabilitas.

14 
 
Analisis selama pengumpulan data (analysis during data collection)
dimaksudkan untuk menentukan pusat perhatian , mengembangkan
pertanyaan-pertanyaan analitik dan hipotesis awal, serta memberikan dasar
bagi analisis pasca pengumpulan data (analysis after data collection). Dengan
demikian analisis data dilakukan secara berulang-ulang.

Pendirian ontologis penelitian adalah bahwa tujuan penyelidikan adalah


mengembangkan suatu bangunan pengetahuan idiografik dalam bentuk
"hipotesis kerja" yang menggambarkan kasus individual (Lincoln and Guba,
1985: 38). Implikasinya, konstruksi realitas, yang dalam hal ini adalah gejala
menglaju dan pengaruh sosialnya, tidak dapat dipisahkan dari konteks
(kedisinian, Bandulan) dan waktu (kekinian, 1996).

Untuk itu peneliti memandang penting untuk menyelidiki secara cermat


akar-akar gejala sebagai konteks kajian. Berdasarkan asal faktor yang
mempengaruhi dinamika penerimaan orang tua terhadap anak berkebutuhan
khusus adalah pengaruh dari anggota keluarga dan pengaruh internal individu
termasuk keimanan dan tingkat ketabahan subjek.

Pada setiap akhir pengamatan atau wawancara, dicatat hasilnya ke


dalam lembar catatan lapangan (field notes). Lembar catatan lapangan ini
berisi:

1. teknik yang digunakan,


2. waktu pengumpulan data dan pencatatannya
3. tempat kegiatan atau wawancara
4. paparan hasil dan catatan, dan
5. kesan dan komentar. Contoh catatan lapangan dapat diperiksa pada
lampiran.

15 
 
4.2. Hasil Penelitian
 

4.2.1 Deskripsi penemuan


Orang tua adalah orang yang paling bertanggung jawab terhadap pengasuhan,
perawatan dan penanganan anak khususnya bagi orang tua yang memiliki anak
berkebutuhan khusus sehingga orang tua memiliki peran yang sentral dalam
membantu perkembangan anak,. Kewajiban itu menjadi tanggung jawab
bersama antara ayah dan ibu sehingga bisa berbagi peran dalam upaya merawat
anak dengan baik namun ibu memiliki tugas pokok yang lebih banyak dalam
pengasuhan dan perawatan anak.

Penerimaan dan kesiapan mengasuh anak berkebutuhan khusus sangat


diperlukan untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan anak. Ibu
merasakan tanggung jawab yang lebih besar terhadap kondisi normal-abnormal
anaknya karena ibulah tugas perawatan anak sejak dalam kandungan,
melahirkan, hingga masa pertumbuhan anak.Namun peran ayah juga
memberikan kontribusi dan dukungan dalam upaya membesarkan anak apalagi
bagi anak yang mengalami kebutuhan khusus. Reaksi emosi yang dialami ibu
akan keberadaan anaknya yang mengalami gangguan kebutuhan khusus akan
lebih terasa dibandingkan ayah karena interaksi ibu terhadap anak berlangsung
lebih intens dan dekat dibanding anggota keluarga.

Hasil wawancara subjek menunjukkan bahwa Subjek dalam hal ini Ibu ER
mengalami beberapa proses yakni (1)penolakan, (2)depresi, (3)kemarahan,
(4)depresi, (5)menawar, (6)penerimaan.

16 
 
4.2.2 Hasil analisa data
Ada beberapa cara melakukan analisis data (coding). Misalnya cara yang
dikemukakan oleh Marshall (dalam Moleong, 2007) terdiri dari 5 (lima) tahap
yaitu:

a. Mengorganisasikan data
b. Mengorganisasikan data
c. Pengelompokkan berdasarkan kategori, tema dan pola jawaban
d. Menguji permasalahan yang ada terhadap data
e. Mencari alternatif penjelasan bagi data
f. Menulis hasil penelitian

Untuk mengetahui ringkasan data yang dihasilkan dalam penelitian,


dilakukan input data kedalam diagram untuk memudahkan dalam membaca
sekilas hasil penelitian, sbb:

summary
12
10
8
6
4
2
0 Total

Data di atas menggambarkan bahwa adanya beberapa aspek prilaku yang


bervariasi dan tidak terfokus pada salah satu tahapan penerimaan , sebagai
contoh depresi dan penerimaan terlihat tidak signifikan, dalam hal ini subjek
tidak hanya terfokus pada tahapan penerimaan anaknya akan tetapi subjek masih

17 
 
memberikan respon yang baik terhadap kehidupannya dan tidak terlarut dalam
kekurangan anaknya yang menderita keterbelakangan mental.

4.3 Pembahasan

Menurut Hurlock (2002) penerimaan adalah suatu sikap yang ditunjukkan


oleh orang tua terhadap anak-anaknya yang ditandai oleh perhatian besar dan
kasih sayang yang besar kepada anak. (2003) mendefinisikan sikap penerimaan
(acceptance) sebagai suatu sikap seseorang yang mampu menghadapi dan
menerima kenyataan daripada hanya menyerah pada pengunduran diri atau tidak
ada harapan.

Tahapan penerimaan orang tua dalam menerima anak berkebutuhan khusus


menurut Ross (2003), dalam bukunya “On Death and Dying” Tahap pertama
denial (penolakan). Tahapan ini dimulai dari rasa tidak percaya saat menerima
diagnosa dari seorang ahli, perasaan orang tua selanjutnya akan diliputi rasa
kebingun terselip rasa malu pada orang tua tentang keadaan anaknya untuk
mengakui bahwa hal tersebut dapat terjadi di keluarga mereka. Keadaan ini
menjadi bertambah buruk, jika keluarga tersebut mengalami tekanan sosial dari
lingkungan yang kurang memahami tentang keadaan anak berkebutuhan
khusus.Tahap kedua Angry (kemarahan), kemarahan ini dilampiaskan orang tua
pada hal-hal yang tidak jelas. Kemarahan bisa dilampiaskan kepada dokter yang
mendiagnosa, kemarahan kepada diri sendiri atau kepada orang lain, bentuk lain
kemarahan yaitu menolak untuk mengasuh anak berkebutuhan khusus. Tahap
ketiga depression (depresi) dalam tahap ini terkadang muncul dalam bentuk rasa
putus asa, tertekan dan kehilangan harapan. Tahap keempat bargainning
(menawar) orang tua berusaha untuk menghibur diri dengan pernyataan segala
sesuatu yang 3 dikaruniakan Allah harus disyukuri apapun bentuknya,.Tahap
kelima acceptance (peneriman). Pada tahapan ini, orang tua sudah berusaha

18 
 
menerima kenyataan dengan kehadiran anak berkebutuhan khusus dalam
kelurganya baik secara emosi maupun intelektual.

Peneliti mencoba untuk mengetahui bagaimana proses tahapan tersebut


berlangsung serta dalam waktu seberapa lama penerimaan terhadap anak
berkebutuhan khusus terwujud. Tabel dibawah ini menunjukkan bahwa subjek
menuturkan beberapa waktu/tahun dimana ia mengalami tahapan penerimaan.

Hasil wawancara subjek yang dituangkan dalam grafik menunjukkan bahwa


Subjek dalam hal ini Ibu ER mengalami beberapa proses yakni dalam tahapan
penerimaan terhadap anak berkebutuhan khusus yaitu:

1. Penolakan
Subjek mengalami fase penolakan pada saat menerima diagnosis dari
dokter bahwa anaknya menderita keterbelakangan mental, diagnosis
tersebut didapatkan oleh Subjek pada anak usia 3 tahun, penolakan ini
juga berlangsung selama beberapa tahuna awal.

19 
 
2. Kemarahan
Meninjau dari hasil wawancara bahwa subjek mengalami fase kemarahan,
kemarahan ini disebabkan karna tidak dapat menerima keadaan anak
dalam keterpurukan ekonomi sehingga tidak dapat melakukan pengobatan
anak secara intensif. Kemarahan ini juga dipengaruhi oleh faktor jumlah
anak yang menyita perhatian dan dirasakan kesibukan dalam mengurus
anak. Subjek berusaha menerima namun sangant sulit menerima keadaan
yang dialaminya.. Harapan yang besar akan kehadiran anak yang normal
telah mereka miliki sejak masa penantian kelahiran anaknya. Namun
dengan kenyataan yang ada dan yang mereka alami membuat shock saat
mereka mengetahui bahwa mereka melahirkan anak yang tidak sesuai
dengan harapan mereka. Hurlock (2002). Kemarahan ini berlangsung
bersamaan dengan penolakan karna tidak dapat dihindari bahwa
penolakan selalu disertai dengan emosional dan kesedihan.

3. Depresi
Perasaan bersalah tertekan perasaan malu kawatir dan ketakutan akan
dipandang rendah oleh keluarga dan linkungan . Berdasarkan penuturan
pada Subjek pengaruh kondisi psikis terhadap kehadiran anak telah
menimbulkan perasaan kawatir, cemas,tertekan dan stres yang berlaru-
larut hal ini dialami Subjek. Depresi ini juga disebabkan karna pengobatan
yang telah dilakukan tidak kunjung mendapati hasil yang signifikan
sehingga pada fase ini Subjek merasa sangat tertekan serta merasa
bimbang menghadapi anaknya (ABK).

4. Menawar
Pada tahap menawar subjek berusaha menghibur diri untuk
mengungkapkan kegelisahannya, Subjek mmembandingkan bahwa
anaknya masih lebih beruntung dibanding dengan anak lain yang

20 
 
berkebutuhan khusus dengan kategori berat atau sangat berat . Sedang
subjek tetap mensyukuri pemberian Allah walaupun anaknnya
berkebutuhan khusus, kemudian Subjek menyadari bahwa anak adalah
darah dagingnya maka berusaha menghibur diri dengan tetep merima dan
mensyukuri walaupun dengan keadaan anak yang mengalami
kekurangan.seperti yang diungkapkan Smith (2009) bahwa orang tua
memiliki hubungan keakraban seorang anak, sebab di dalam pelukan
ibulah pertama kali seorang anak merasakan kehadiran orang lain dalam
hidupnya dan orang tua merupakan lingkungan yang paling dekat dengan
anak. Dukungan keluarga terdekat akan memberikan semangat bagi subjek
untu bangkit dan melakukan tindakan-tindakan yang positif. Hurlock
(2002) menyatakan bahwa sikap-sikap anggota keluarga yang
menyenangkan dan tidak adanya prasangka buruk lingkungan terhadap
orang tua yang mengalami kondisi sulit untuk menerima dirinya sendiri,
merupakan salah satu faktor seseorang dapat melakukan penerimaan diri.

5. Penerimaan
Subjek lebih menyadari dan lebih bersyukur ketika melihat kondisi
keadaan anak lain yang lebih menderita atau lebih parah dengan keadaan
yang tidak bisa apa-apa kecuali berada ditmpat tidur dengan kondisi tubuh
yang lemah seluruh aktifitas harus dibatu orang lain. Dengan melihat
kejadian itu kondisinya membuat subjek lebih merasa beruntung karena
secara fisik anaknya normal dan anak mampu berakifitas secara mandiri .
Subjek berupaya untuk mendekatkan diri pada Allah dengan mengajak
keluarga beribadah bersama dan mulai mengajarkan ajaran agama kepada
anakanak mereka walaupun sesuatu yang kecil dan banyak kendala yang
dihadapi karena butuh kesabaran yang lebih untuk mengajarkan agama
dan dukungan sosial terhadap anak yang mengalami kebutuhan khusus.
Hal ini sesuai dengan pendapat Emmons (2004) perasaan syukur muncul

21 
 
karena adanya penghargaan saat seseorang menerima karunia dan sebuah
apresiasi terhadap nilai dari karunia tersebut .
Dari hasil wawancara terhadap Subjek menegemukakan bahwa proses
penerimaan terhadap anak berkebutuhan khusus dalam keluarganya
membutuhkan waktu dan proses yang panjang dari tahap penolakan
terhadap kehadiran anak sampai pada kesadaran untuk menerima dengan
sebuah keyakinan bahwa semua yang diberikan Allah adalah sebuah
amanat yang harus diemban dan diterima oleh Subjek karena
bagaimanapun juga anak itu adalah rezeki yang harus disyukuri. Sebagai
peerwujudan rasa syukur Subjek berupaya mendekatkan diri pada Allah,
sedangkan wujud atas anugerah yang diterima Subjek adalah dengan
merawat dan memberikan layanan yang baik atas apa yang diterima
berupa anak yang mengalami kebutuhan khusus. Sesuai pendapat
Seligman (2004) bahwa penilaian yang positif subjek terhadap yang
mereka terima berupa rasa syukur yang berorientasi terhadap spiritualitas
yang bersumber dari pemahaman dan keyakinan terhadap agama dan
keimanan kepada Tuhanlah sebagai sandaran utama.

22 
 
BAB VI

KESIMPULAN

Dari seluruh hasil penelitian yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa


penerimaan orang tua terhadap anaknya yang berkebutuhan khusus membutuhkan
proses dan waktu yang cukup panjang. Tahapan penerimaan Ross (2003), dalam
bukunya “On Death and Dying” yaitu (1) Penolakan, (2)Kemarahan, (3)Depresi,
(4)menawar dan (5)Penerimaan adalah benar terjadi dalam kehidupan subjek,
setiap tahapan membutuhkan waktu yang cukup lama dan dalam hitungan tahun.
Dalam penelitian ini didapatkan bahwa faktor yang mempengaruhi tahapan
penerimaan yakni : (1)kedekatan dengan Tuhan atau pemahaman agama,
(2)Perhatian dan motivasi keluarga terdekat dan masyarakat atau empati orang
terdekat, (3)kondisi ekonomi keluarga, (4) umur anak atau lamanya proses
penerimaan ini berlangsung, (5)perkembangan kemandirian anak, (6)pemahaman
orang tua terhadap kondisi anak.

23 
 
DAFTAR PUSTAKA

Berkebutuhan Khusus, Jakarta : eJurnal Psikologi,vol 4,no.4.

Delphie, Bandi, 2006.Pembelajaran Anak berkebutuhan Khusus. Bandung : Refika


Aditama

Edi Sujito,2017, Dinamika Penerimaan Orang Tua Yang Memiliki Anak


berkebutuhan Khusus,Surakarta:Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Hurlock, Elizabeth B., 1980, A Life-Span Approach, Jakarta: Erlangga.

Hurlock, EB. (2002). Personality Davelopment, New Delhi : Mc Grill Hill

Hurlock, EB. (2001). Perkembangan Anak. Jilid 1. Edisi Keenam. Ahli Bahasa: dr.
Med Meitasari Tjandrasa: Jakarta

https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20180830182931-255-326289/158-
persen-keluarga-hidup-dengan-penderita-gangguan-mental, diakses pada 15
November 2109.

https://blog.ruangguru.com/,diakses pada 20 November 2019.

Novira Faradina,2016, Penerimaan Diri Pada Orang Tua Yang Memiliki Anak.

Walgito, Bimo. (2010). Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset


 

Anda mungkin juga menyukai