0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
147 tayangan9 halaman
Prevalensi anak dengan Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) baik di Indonesia maupun internasional cukup tinggi, yaitu berkisar antara 2-7% dari total populasi anak. Gejalanya bervariasi mulai dari ringan hingga berat dan perlu mendapat perhatian dini agar tidak berdampak buruk pada perkembangan anak. Di beberapa negara, anak dengan GPPH sering dirujuk ke fasilitas kesehatan untuk mendiagnosa
Prevalensi anak dengan Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) baik di Indonesia maupun internasional cukup tinggi, yaitu berkisar antara 2-7% dari total populasi anak. Gejalanya bervariasi mulai dari ringan hingga berat dan perlu mendapat perhatian dini agar tidak berdampak buruk pada perkembangan anak. Di beberapa negara, anak dengan GPPH sering dirujuk ke fasilitas kesehatan untuk mendiagnosa
Prevalensi anak dengan Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) baik di Indonesia maupun internasional cukup tinggi, yaitu berkisar antara 2-7% dari total populasi anak. Gejalanya bervariasi mulai dari ringan hingga berat dan perlu mendapat perhatian dini agar tidak berdampak buruk pada perkembangan anak. Di beberapa negara, anak dengan GPPH sering dirujuk ke fasilitas kesehatan untuk mendiagnosa
Kartika Sari 2287190041 Syiffa Putri Andrian 2287190056 Apa pengertian GPPH? • Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) adalah suatu kondisi medis yang ditandai oleh ketidakmampuan memusatkan perhatian, hiperaktif dan atau impulsif yang terdapat lebih sering dan lebih berat dibandingkan dengan anak-anak yang sebaya.
• Gejala yang tampil tidak sama pada semua
anak, yang mengartikan bahwa gejalanya bervariasi, mulai dari ringan, sedang sampai berat. Diperkirakan 3 – 7 dari 100 anak sekolah, menderita GPPH (American Psychiatric Association 2000). Prevalensi Anak dengan GGPH Secara Nasional Diindonesia telah banyak dilakukan penelitian seperti oleh :
Saputro (2014) menggunakan instrumen Diagnostic and
Statistical Manual for Mental Disorder IV (DSM-IV) didapati angka sebesar 2,2% untuk tipe hiperaktif dan impulsif, 5,3% untuk tipe campuran hiperaktif-impulsif dan inatensi, serta 15,3 % untuk GPPH tipe inatensi
Mulyono, R, (2013) selama tahun 2001 sebanyak 30 anak
dengan GPPH yang tanpa disertai gangguan lain sebanyak (32,29%), 15 anak dengan GPPH dan gangguan tingkah laku (16,48%), 8 anak dengan GPPH berspektrum autis (8,79%), 12 anak dengan GPPG dan epilepsi (13,19%), 13 anak dengan GPPH dan gangguan berbahasa (14,28%), 6 anak dengan GPPH dan kecerdasan batas ambang (6,59%), dan 2 anak GPPH dan anti sosial (2,20%). Berdasarkan kedua contoh data diatas, maka dapat disimpulkan bahwa anak-anak yang menderita GPPH di indonesia cukup banyak, dan di khawatirkan akan bertambah dari tahun ke tahun bila tidak diupayakan penanganan yang lebih baik. Maka jika dilihat berbagai akibat GPPH pada anak, tindakan penanganan yang tepat harus dilakukan terutama pada dampak buruk yang dialami anak GPPH, yang mana hal tersebut tidak hanya merugikan diri sendiri, tetapi juga keluarga, masyarakat dan bangsa. Prevalensi Anak dengan GGPH Secara Internasional Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder (DSM), definisi GPPH telah mengalami beberapa kali perubahan sesuai dengan perubahan konsep tentang penyakit tersebut. Sesuai dengan DSM IV, terdapat tiga gejala utama yaitu inattentiveness atau tidak mampu memusatkan perhatian, hiperaktivitas dan impulsivitas. Prevalensi GPPH tipe kombinasi lebih tinggi dibandingkan dengan prevalensi gangguan pemusatan perhatian saja atau hiperaktif saja (Lahey, 1990).
Di Amerika Serikat para ahli mempunyai kesepakatan bahwa prevalensi GPPH
adalah 3%-5% pada populasi anak (American Psychiatric Association, 1994). Berbagai penelitian terdahulu menunjukkan prevalensi gangguan ini berkisar dari 1% sampai 29,2% (Wang, 1992).
Diperkirakan 3 – 7 dari 100 anak sekolah, menderita GPPH (American
Psychiatric Association 2000). Ini berarti bahwa pada 40 murid dalam satu kelas, minimal satu orang mengalami GPPH. Anak dengan GPPH berusaha keras untuk mempertahankan perhatian dalam jangka waktu tertentu. Oleh karena itu GPPH perlu dideteksi dan ditangani secara dini.Berdasarkan sebagian besar riset medis di Amerika Serikat dan di Negara lainnya, GPPH merupakan suatu gangguan yang kronik dan sudah ditemukan terapi yang efektif untuk mengurangi masalah, namun belum ada terapi yang dapat mengobati secara tuntas.
Di Banyak Negara Anak dengan GPPH banyak dirujuk ke fasilitas
pelayanan kesehatan untuk menjalani pemeriksaan dalam upaya menegakkan diagnosis dan mendapatkan penanganan yang sesuai. Namun tidak semua tenaga kesehatan di Rumah Sakit Umum (RSU), khususnya Kelas A dan Kelas B, dan Rumah Sakit Jiwa (RSJ) memahami masalah GPPH.