Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN STUDI KASUS

STUDI KASUS TENTANG PERILAKU SEKS BEBAS REMAJA SEBAGAI DAMPAK


PERGAULAN BEBAS DI KOMUNITAS ANAK JALANAN LAMONGAN

Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Akhir Semester


Mata Kuliah Studi Kasus
Dosen Pengampu:
“Desika Nanda Nurvita, M.Pd. ”

Disusunoleh:
Kelompok 10
1. Thoriq Ihtisamu Haqqi (12306173021)
2. Aulia Wahdani (12306173022)
3. Diah Ayu Cahyani (12306173048)
4. Putri Hidayatul Mufidzah (12306173049)

JURUSAN BIMBINGAN KONSELING ISLAM


FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) TULUNGAGUNG
2020

1
STUDI KASUS TENTANG PERILAKU SEKS BEBAS REMAJA SEBAGAI DAMPAK
PERGAULAN BEBAS DI KOMUNITAS ANAK JALANAN LAMONGAN

Thoriq Ihtisamu Haqqi (12306173021), Aulia Wahdani (12306173022), Diah Ayu Cahyani
(12306173048), Putri Hidayatul Mufidzah (12306173049).

Program Studi Bimbingan Konseling Islam IAIN Tulungagung

Email: putrimufidzah@gmail.com

Abstrak

Perilaku seks bebas anak jalanan perlu mendapatkan perhatian yang serius mengingat resiko
yang mereka tanggung sangatlah berat jika terus-terusan melakukan seks bebas misalnya Hamil
yang tidak dikehendaki (Unwanted pregnancy), Penyakit menular seksual (PMS) – HIV/AIDS,
Konsekuensi psikologis yang disebabkan oleh penghakiman atas perilaku atau aib yang telah ia
lakukan, Terputusnya cita-cita dan Kurangnya kesejahteraan dari keluarga baru yang ia bangun
nantinya. Selain itu, mereka juga merupakan pemuda-pemudi harapan bangsa yang perlu
dipersiapkan sejak dini untuk menjadi penerus generasi bangsa yang berguna. Penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui perilaku seks bebas remaja sebagai dampak pergaulan bebas di
komunitas anak jalanan Kabupaten Lamongan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu metode deskriptif dengan bentuk penelitian ini adalah studi kasus dan yang menjadi
Subjek kasus dalam penelitian ini adalah seorang perempuan remaja anggota komunitas anak
jalanan yang berusia 19 tahun. Dalam penelitian ini peneliti juga mencoba membantu subyek
kasus untuk keluar dari permasalahannya dengan pendekatan konseling konseling behavioral
dan bimbingan konseling Islam/spiritual. Berdasarkan hasil penelitian ini, diharapkan subyek
kasus mampu keluar dari perilaku seks bebas ataupun perilaku menyimpang lainnya dengan
dukungan orang tua maupun lingkungan sekitarnya.

Kata Kunci: Seks Bebas, Pergaulan Bebas, Anak Jalanan .

A. Pendahuluan
Kemunculan anak jalanan di seluruh pelosok negeri kian hari kian bertambah
banyak, apalagi di kota-kota besar metropolit seperti Jakarta dan Surabaya, anak jalanan

2
sudah menjadi pemandangan yang umum bagi masyarakat luas. Mereka ada hampir
disetiap sudut kota (lampu merah, terminal stasiun, dll) untuk mengais rezeki agar bisa
tetap bertahan hidup. Saat ini Indonesia menduduki peringkat kedua di Asia Tenggara
dengan penduduk miskin terbanyak, setingkat lebih unggul dari Vietnam.1 Salah satu
indikator dari penduduk miskin adalah keberadaan anak jalanan dan gelandamgam-
pengemis (Gepeng). Data stastistik Dinas Sosial pemerintah Propinsi Jawa Timur
menunjukkan bahwa jumlah populasi anjal dan Gepeng selalu mengalami peningkatan
dari tahun ke tahun dalam lima tahun terakhir.2 Menelisisk dari data Badan Pusat Statistik
Kabupaten lamongan Anak jalanan dan anak terlantar terus mengalami peningkatan,
sampai saat ini anak jalanan/anak terlantar berjumlah 3,188 jiwa.
Rata-rata anak jalanan yang ada di kabupaten Lamongan adalah para remaja di
umur 15-19 tahun, dimana pada masa itu remaja dituntut untuk mencari siapa dia
sebenarnya atau yang biasanya disebut jati diri. Pada fase pencarian jati diri inilah,
remaja biasanya mulai memikirkan banyak kemungkinan tentang masa depan, mereka
lebih tertarik untuk berfikir bagaimana atau akan jadi apa mereka kelak dari pada
bagaimana mereka sekarang. Banyaknya remaja yang lupa berfikir tentang bagaimana
mereka sekarang, apa yang harus mereka lakukan sekarang untuk masa depan mereka
kelak, seringkali membawa mereka pada kegagalan mendapatkan jalan yang benar untuk
meraih masa depan yang mereka impikan.3 Keadaan tersebut membawa kita banyak
menemukan remaja yang meninggalkan sikap-sikap patriotik (sikap semangat perjuangan
untuk meraih prestasi) dan mengesampingkan hubungannya dengan tuhan sang pencipta
alam.
Kian hari anak jalanan semakin banyak dan menyebar diseluruh nusantara, hal itu
banyak yang disebabkan oleh kasus perceraian kedua orang tuanya atau yang biasanya
disebut dengan Broken Home. Kasus perceraian di Indonesia memang cukup banyak
terjadi, menurut Badan Pengadilan Agama data yang telah terkonfirmasi di tahun 2019
jumlah permohonan perceraian masuk (604.997 kasus) mengejutkannya lagi selama 2019
ini perkara kasus perceraian yang diajukan dari pihak istri (cerai gugat) totalnya

1
Jawa Pos, 28 Mei 2005
2
Jawa Pos, 30 Juli 2007
3
Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2011), hal 300.

3
mencapai 355.842 kasus. Sedangkan kasus perceraian yang diajukan pihak suami (cerai
talak) mencapai 124.776 kasus. Perkara perceraian tertinggi diseluruh Indonesia berada
dikota Surabaya yang mencapai 136.261 kasus yang telah tertangani oleh pengadilan
Agama Surabaya. Dalam hal ini, ketika perceraian begitu banya terjadi dan ketika
pasangan-pasangan tersebut sudah mempunyai anak, tentu banyak para orang tua yang
tidak lagi mengurus anaknya dan lebih memilih untuk kerja bahkan merantau keluar
negeri. Broken home inilah yang menjadi sumbangsi terbesar kemunculan anak-anak
jalanan di Indonesia, terkhusus di Kabupten Lamongan. Selain hal itu, ada faktor lain
yang mengakibatkan anak terjun dan bergabung dalam komunitas anak jalanan yaitu
karena faktor kematian orang tua (menjadi anak yatim), kekerasan orang tua terhadap
anak, pelecehan seksual pada anak dan masih banyak lagi.
Seks bebas merupakan suatu perilaku yang terdengar biasa untuk semua nggota
komunitas anak jalanan, karena hal itu memang sering terjadi antara laki-laki dan
perempuan sesama anggota dalam komunitas anak jalanan, bahkan kadang-kadang ada
orang asing yang menyewa/mengajak anak jalanan untuk memuasakan kebutuhan seksual
orang tersebut. Hal ini telah menjadi polemik dan perhatian khusus oleh pemerintahan
dan komunitas sosial lainnya karena berdampak pada menularnya penyakit HIV (Human
Immunodeficiency Virus), PMS (Penyakit Menular Seksual), dan KTD
(Kehamilan Tidak Diinginkan). Data dari Kementrian Kesehatan hingga 30 september
2010 secara komulatif menyebutkan bahwasannya kasus HIV/AIDS dilaporkan tengah
menimpa anak belia dan produktif dengan rentan usia 20 hingga 39 tahun, sebanyak
78,8% dan diantara jumlah tersebut anak jalanan ada di dalamnya. 4 Seperti halnya anaj
jalanan yang ada dikabupaten Lamongan, dalam observasi kami, mereka mengatakan
bahwasanya seks bebas memang sudah menjadi hal yang biasa dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan seksual para anggota anak jalanan tersebut. Dalam hal ini bisa
digaris bawahi bahwasannya perilaku seks bebas anak jalanan di Indonesia sangatlah
besar dan sangat diperlukan perhatian khusus dalam menanganinya.

B. Metode Penelitian

4
Anonim dalam Jurnal Nasional KPA, 2011.

4
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif dengan
bentuk penelitian ini adalah studi kasus. Subjek kasus dalam penelitian ini adalah seorang
perempuan remaja anggota komunitas anak jalanan di Kabupaten Lamongan yang
menganggap perilaku Seks Bebasnya dengan pacar sekomunitaS anak jalanannya adalah
hal yang wajar dan biasa. Teknik pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini
diuraikan sebagai berikut: 1) Wawancara; 2) observasi; 3) kunjungan tempat tinggal salah
satu anggota komunitas anak jalanan/base camp; dan 4) teknik dokumentasi. Alat
pengumpul data dalam penelitian ini adalah panduan wawancara dan pedoman observasi.
prosedur dalam penelitian ini terdiri dari 6 langkah, yaitu 1) identifikasi masalah; 2)
diagnosis; 3) prognosis; 4) pemberian bantuan/treatment; 5) evaluasi dan tindak lanjut.
1. Identifikasi Masalah
Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap identifikasi masalah yaitu peneliti
mengenal kasus atau masalah serta gejala-gejala yang nampak pada perempuan
remaja anak jalanan yang melakukan seks bebas adalah dengan mengamati
karakteristik remaja tersebut dengan menggunakan teknik observasi dengan
wawancara tidak teratur dan alat pengumpul data panduan observasi.
a. Diagnosis
Langkah diagnosis dilakukan dengan menetapkan masalah remaja
perempuan pelaku seks bebas akibat pergaulan bebas sejak masa yang belianya
berdasarkan temuan analisis dari identifikasi yang menjadi penyebab timbulnya
masalah.
b. Prognosis
Setelah menetapkan masalah remaja perempuan anak jalanan tersebut,
maka direncakanlah alternatif bantuan yang tepat untuk diberikan kepada subyek
kasus sesuai dengan permasalahan yang dialami. Alternatif bantuan yang
direncanakan dan ditetapkan kepada subyek kasus yaitu dengan menggunakan
pendekatan konseling Psikoanalisis dan REBT.
c. Treatment
Langkah yang dilakukan dengan merealisasikan alternatif bantuan
berdasarkan masalah dan latar belakang yang menjadi penyebab dengan
memberikan konseling behavioral dan bimbingan konseling Islam/spiritual.

5
d. Evaluasi
Langkah evaluasi dilakukan untuk melihat sejauh mana keberhasilan
bantuan yang diberikan terhadap subyek kasus, maka peneliti melakukan evaluasi
terhadap perilaku subyek kasus yaitu dengan wawancara pada orang tuanya,
teman subyek kasus, serta kepada subyek kasus itu sendiri.
e. Tindak Lanjut
Setelah diperoleh hasil dari tahap evaluasi yang didapat, maka dilakukan
langkah tindak lanjut untuk melihat perkembangan selanjutnya dari diri anak
jalanannya tersebut dalam jangka waktu yang lebih jauh agar subyek kasus dapat
mengalami perubahan diri dan karakternya secara optimal dengan bekerjasama
dengan masing-masing pihak yang terkait dengan subyek kasus seperti teman
baiknya dan orangtua subyek kasus.
C. Hasil dan Pembahasan
1. Hasil Penelitian
Pada bab ini akan dijelaskan hasil penelitian subyek kasus yang mengkaji tentang
pengumpul data, diagnosis, prognosis, treatment, evaluasi, dan tindak lanjut. Adapun
pihak-pihak yang dijadikan sebagai sumber data yang dapat memberikan sumber
informasi tentang masalah yang diteliti adalah sebagai berikut: 1) Seorang Remaja
anggota komunitas anak jalanan yang berinisial A F dengan jenis kelamin perempuan,
2) Sahabat/teman dekat subyek kasus, 3) Guru mengaji subyek kasus saat masih kelas
6 SD, 4) teangga dekat subyek kasus dan 5) Orang tua subyek kasus.
Adapun data yang terkumpul merupakan data deskriptif maka dalam analisis tidak
memerlukan perhitungan statistik, melainkan data dianalisis berdasarkan kerangka
penulisan studi kasus dengan menggunakan teknik non-tes berupa panduan observasi
dan wawancara. Sebelum kegiatan penelitian dilakukan, peneliti telah mengadakan
pra penelitian untuk mendapatkan masalah dan menemukan subyek kasus yang ada
pada komunitas anak jalanan di kabupaten Lamongan. Setelah menemukan masalah
dan subyek kasusnya maka peneliti menyusun rencana penelitian agar data yang
diperoleh dapat dipertanggungjawabkan. Mengingat masalah penelitian yang masih
dianggap tabu oleh masyarakat, maka dalam penulisan laporan penelitian, nama dan

6
alamat sekolah serta subyek kasus menggunakan inisial tetapi ditulis secara jujur, apa
adanya tanpa mengurangi keaslian penelitian.
Setelah selesai meminta izin penelitian kwpada pemipin komunitas dan menyusun
instrumen yang diperlukan, maka dilakukan penelitian langsung pada satu anggota
seorang remaja dengan jenis kelamin perempuan dan berinisial A F. Adapun langkah-
langkah yang dilakukan sebagai berikut: 1) Mendatangi base camp (tempat kumpul)
komunitas anak jalanan untuk bertemu dengan pemimpin/penguasa komunitas anak
jalanan tersebut dan ngobrol santai mengenai perilaku objek kasus. 2) Melakukan
observasi terhadap subyek kasus. 3) Menetapkan subyek kasus sebagai fokus
penelitian.
2. Pembahasan
a. Identifikasi Masalah
Wawancara dengan teman dekat subyek kasus
Berdasarkan keterangan dari sahabat korban, subyek kasus merupakan
seseorang yang introvert dan suka melamun. Tapi sejak AF bergaul dengan
komunitas anak jalanan A F berubah menjadi orang yang ceria dan suka menyapa.
Tapi penampilan A F ini memang tidak pernah rapi, dia lebih sering memakai
kaos oblong dan celana jens serta rambutnya berwarna hitam sedikit pirang. AF
hanya sekolah sampai kelas 2 SMA setelah itu AF menjadi jarang dirumah sampai
sekarang.
Wawancara dengan tetangga dekat subyek kasus
Berdasarkan keterangan dari tetangga dekat subyek kasus, sejak kecil AF
selalu dikekang oleh kedua orang tuanya dan itu menjadikannya jarang bergaul
dengan teman sebayanya. Orang tua AF bercerai pada saat AF masih berusia 14
tahun atau masih dibangku sekolah SMP kelas 2. Sejak saat itu AF ikut tinggal
bersama ayahnya karena ibunya lebih memilih menjadi TKI (tenaga Kerja
Indonesia) di malaysia. Ditambah lagi dengan ayahnya yang menikah lagi dengan
seseorang perempuan yang AF sendiri tidak menyukai wanita pilihan ayahnya
tersebut, menjadikan A F sering main dan tidur dirumah teman-temanya. Dan
yang membuat AF sangat terpukul adalah ibu AF ini dikabarkan telah tiada di
negeri jiran tersebut. Nasib tersebutlah kemungkinan besar yang membuat AF ini

7
mencari pergaulan yang bisa menerima dia apa adanya dan bisa membuatnya
bahagia.
Wawancara dengan guru mengaji saat subyek kasus berumur 14 tahun
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mengaji, AF termasuk siswa
yang ramah, sopan, dan cukup hormat dengan ustadz/guru mengajinya. Beliau
mengaku bahwa dengannya AF ini dulu memang pendiam tapi dia sopan kalo
dengan guru-gurunya. Dalam hal mengaji memang AF ini sedikit lambat dalam
memahami dan mencerna ajaran-ajaran yang sudah diajarkan, tapi dia dulu sangat
rajin masuk dan jarang membolos. Mungkin dia merasa kenyamannya ada disaat
bercanda gurau bersama teman-teman sebayanya.
Wawancara dengan orang tua (ayah) subyek kasus
Berdasarkan hasil wawancara dengan ayah subyek, dulu AF adalah anak
yang rajin dan penuh dengan sopan santun, tapi semenjak ayah dan ibu AF suka
bertengkar AF kalo dirumah lebih suka menyendiri dikamar dan ketika ayah
subyek memilih untuk menikah lagi dengan wnaita yang tidak disukai AF, AF
menjadi merasa tidak nyaman dirumah dan lebih memilih untu tidur di rumah
teman-temannya. Menurut ayah AF, dia itu sangat keras kepala bahkan ayah dan
ibu tirinya pun tidak bisa menghalangi apa yang sudah diinginkannya. Sampai-
sampai ayah AF membiarkan tingkah laku AF begitu saja karena sudah merasa
tidak mampu dalam menasehati putrinya tersebut.
Wawancara dengan ketua komunitas anak jalanan subyek
Berdasarkan hasil wawancara dengan ketua komunitas anak jalanan, dia
menyampaikan bahwasannya anak-anak yang bergabung di komunitas dan
menjadi anak jalanan ini adalah anak-anak dari latar belakang yang beragam. Ada
yang dari keluarga yang temperamental, orang tuanya sudah tiada, korban broken
home karena orang tuanya cerai, maupun anak-anak sebatang kara karena tidak
mempunyai siapa-siapa lagi didunia ini. lalu menurut ketua komunitas, AF ini
juga hadir dari latar belakang keluarga yang carut marut, dia kurang perhatian dan
kasih sayang dari orang tuanya dan merasa termarjinalkan di lingkungannya,
maka dari itu dia gabung bersama anak jalanan yang lainnya.

8
Terkait dengan perilaku seks bebas AF, ketua komunitas anak jalanan ini
juga menuturkan bahwasannya hal semacam itu sudah biasa adanya dalam
kehidupan anak jalanan. Semua itu dilakukan karena kurangnya pemahaman
terkait ilmu keagamaan ataupun ilmu kesehatan reproduksi seksualitas. Ketua
komunitas ini juga meyampaikan bahwasannya semua orang punya kebutuhan
seksual, begitu juga dengan para anak jalanan, maka dari itu sudah biasa jika
sesama pacar dikomunitas ini melakukan hubungan suami istri seperti halnya
yang dilakukan AF dengan pacarnya. Bahkan ada juga yang berhubungan seperti
itu dengan sesama temannya. Namun perlu digaris bawahi bahwa semua itu
dilakukannya karena saling membutuhkan dan tidak ada paksaaan sedikitpun,
misalkan ada salah satu anggota laki-laki yang melakukan itu dengan cara
memaksa anggota permpuan, maka anggota laki-laki tersebut akan dikeroyok oleh
semua anggota yang lainnya dan akan dimusuhi kedepannya.
1) Diagnosis
Diagnosis merupakan langkah penetapan masalah yang dialami oleh
subyek kasus berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara yang diperoleh
dari hasil identifikasi sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa yang
menjadi faktor penyebab subyek kasus memiliki sikap perilaku seks bebas
remaja sebagai dampak akan pergaulan bebas adalah:
a) Faktor Internal
Faktor yang berasal dari dalam diri subyek kasus yakni AF ini
merasa kecewa yang sangat mendalam terhadap kondisi keluarganya yang
carut marut tak karuan, AF sendiri juga merasa malu dengan teman-
temannya, merasa tidak ada yang menyayangi dan
mencintainya/mengaggapnya ada didunia ini meskipun itu orang tuanya
sendiri, dan juga merasa termarjinalkan oleh lingkungan rumahnya
tersebut. Dari perasaan itulah.
b) Faktor Eksternal
Faktor yang berasal dari luar diri subyek kasus yakni AF ialah
faktor kedua orang tua AF tidak memiliki hubungan harmonis layaknya
kedua orang tua lainnya, selalu bertengkar dengan saling bentak dan

9
mengeluarkan omongan kasar dan menyakitkan hati. Lalu kedua orang
tuanya yang memilih bercerai begitu saja hingga ibunya tiada dan ayahnya
menikah lagi dengan wanita yang sangat tidak disukai oleh AF. Dari
faktor itulah AF keluar rumah untuk mencari lingkungan baru yang
mampu menerimanya dengan apa adanya, dan lingkungan yang bisa
membuatnya bahagia. Yaitu dengan masuk dalam pergaulan bebas anak-
anak jalanan di kebupaten Lamongan.
Dalam kehidupan seorang remaja yang masuk dalam pergaulan
bebas, tentu AF sudah menghiraukan larangan-larangan agama maupun
aturan sosial (norma) yang ada di mashyarakat pada umumnya. Hingga
tiba pada waktunya AF mengenal rokok, minuman-minuman berakohol
hingga seks bebas bersama pacarnya. AF ternyata belum menyadari
bahwasannya ada banyak bahaya yang mengintainya jika perilaku-
perilaku menyimpang tersebut terus dilakukannya.

2) Prognosis
Setelah mengetahui faktor-faktor penyebabnya maka direncanakanlah
alternatif bantuan yang akan diberikan kepada subyek kasus secara bertahap
dan berlanjut untuk mengatasi masalah sikap seks bebas pada remaja
terdampak pergaulan bebas. Untuk mengatasi masalah subjek kasus, peneliti
menggunakan pendekatan model konseling Behavioral. Di mana pada model
konseling Behavioral digunakan teknik teknik asertif dan menggunakan
bimbingan konseling spiritual/Islami terhadap subyek kasus.
Teknik latihan asertif merupakan latihan keterampilan sosial agar
seseorang mampu mengungkapkan ekspresi langsung, jujur dan pada
tempatnya dari pikiran, perasaan, kebutuhan, atau hakhak seseorang tanpa
kecemasan yang beralasan Dengan pelaksanaan konseling behavioral dengan
teknik asertif ini, diharapkan para remaja mampu bersikap tegas dalam
mempertahankan hak seksualnya untuk Perilaku seks bebas merupakan
sebuah kritik sosial yang sangat mencemaskan orang tua, pendidik, ulama,
tokoh masyarakat serta aparat pemerintah. Lalu langkah selanjutnya yaitu

10
pemberian Bimbingan konseling Spiritual yang mana hal ini dilakukan untuk
lebih memantapkan AF dalam kehidupan normal yang sesuai dengan norma
sosial dan aturan agama Islam.
3) Treatment
Treatment Setelah peneliti merencanakan bentuk alternatif bantuan yang
akan diberikan oleh subyek kasus, maka dilaksanakanlah alternatif bantuan
tersebut dengan tindakan sebagai berikut:
Sebelum teknik dilaksanakan, peneliti bertanya terlebih dulu kepada
subyek kasus tentang hal apakah yang membuatnya mau untuk berbuat free
seks atau seks bebas bersama pacarnya. Subyek kasus memberikan jawaban
bahwa yang membuatnya selalu mau ketika diajak berhubungan selayaknya
suami tersebut adalah karena AF merasa dengan melakukan hal tersebut ia
akan merasakan kenikmatan dan kebahagiaan yang nyata, serta membuatnya
lupa akan masalah-maslah yang sedang dideritanya. AF juga menjelaskan
bahwasannya awal saat pertama kali ia melakukan free sex adalah saat ia
terselimuti oleh pengaruh minuman keras/beralkohol, sehingga dengan
setengah sadar ia mau untuk diajak berhubungan intim dengan pacarnya
tersebut.
Hal tersebutlah yang membuat subyek kasus melakukan seks bebas
bersama pacarnya. Ia berpikir bahwasannya hal tersebutlah salah satunya hal
yang bisa membuatnya merasakan kenikmatan hidup didunia. Dari pernyataan
yang dijelaskan oleh subyek kasus, peneliti kemudian mengarahkan subyek
kasus untuk memikirkan segala dampak yang bisa ditimbulkan oleh perilaku
seks bebasnya tersebut. Dengan membuat subyek kasus menampilkan kasus-
kasus terdahulu yang diakibatkan dari seks bebas yaitu: a) Hamil yang tidak
dikehendaki (Unwanted pregnancy). b) Penyakit menular seksual (PMS) –
HIV/AIDS. c) Konsekuensi psikologis yang disebabkan oleh penghakiman
atas perilaku atau aib yang telah ia lakukan. d) Terputusnya cita-cita, e)
Kurangnya kesejahteraan dari keluarga baru yang ia bangun, dan f) Kurang
dapat mengoptimalkan potensi dan kemmapuan yang dimiliki.5
5
Ahmad Masrur Firosat, Peran Guru BK dalam Upaya Menangani Penyimpangan Seksual Siswa,
(Jurnal: MAGISTRA Indonesia), hal 70.

11
Kemudian mengatakan bahwa siapa dirinya, menceritakan skil yang AF
punya atau hobi yang AF senangi, dan mencoba untuk menggali minat bakat
serta cita-citanya untuk kesuksesan hidup yang sbenarnya. Peneliti juga
memberikan bayangan jika apabila AF tidak dapat memikirkan akan masa
depannya yang sebenarnya dengan berkehidupan normal yang sesuai dengan
aturan agama ataupun nomrma sosial, maka sepanjang hidupnya ia akan
menjadi individu yang selalu dalam perilaku yang menyimpang dan akan terus
termarjinalkan oleh longkungan sekitar.
Langkah selanjutnya yang bisa diberikan oleh peneliti adalah memberikan
AF bimbingan Konseling Islam dengan pendekatan Spiritual/Islami. Dalam
kesempatan ini peneliti/konselor memberikan pemahaman akan ajaran-ajaran
Islam yang terkait dengan dampak buruk diakhirat ketika terus melakukan
Hubungan Intim dengan seseorang yang bukan muhrim/Suami sahnya. Seperti
memberikan gambaran bahwasannya dalam kehidupan didunia ini akan ada
kehidupan selanjutnya setelah mati yakni akhirat (surga dan neraka), maka
dari itu Konselor juga menjelaskna akan pedihnya siksaan neraka jika terus
berbuat maksiat selama hidup di dunia. Konselor spiritual juga memberikan
pengarahan akan mudahnya untuk menuju kehidupan normal/taubat dan
berhenti melakukan seks bebas dengan siapapun kecuali suami sahnya nanti.
4) Evaluasi
Wawancara dengan teman dekat subyek kasus
Berdasarkan keterangan dari sahabat korban, subyek kasus tidak lagi suka
melamun bahkan ketika bertemu AF lah yang memulai pembicaraan dahulu,
namun AF belum terketuk hatinya untuk mulai menakai jilbab kembali seprti
waktu masih anak-anak dulu.
Wawancara dengan tetangga dekat subyek kasus
Berdasarkan keterangan dari tetangga dekat subyek kasus, sekarang ini AF
sudah sering kelihatan dirumah dan dia sedikit demi sedikit mau menerima
kehadiran ibu tirinya tersebut didalam kehidupannya.
Wawancara dengan guru mengaji saat subyek kasus berumur 14 tahun

12
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mengaji, mendengar dari
tetangga, AF sudah mualai sering dirumah, karena guru mengajinya tersebut
sudah tidak mengajar AF lagi maka dari itu beliau tidak tahu akan
perkembangan yang diperoleh oleh AF dalam kehidupannya.
Wawancara dengan orang tua (ayah) subyek kasus
Berdasarkan hasil wawancara dengan ayah subyek, AF yang sekarang ini
sudah mulai nyaman dirumah, AF sudah jarang untuk keluar malam ataupun
menginap diluaran sana dan AF juga sudah mau mengerjakan sholat wajib
meskipun di hari-harinya belum lengkap dalam melaksanakan sholat 5
waktunya tersebut.
Wawancara dengan ketua komunitas anak jalanan subyek
Berdasarkan hasil wawancara dengan ketua anak jalanan yang diikuti oleh
AF dulu, ketua tersebut mengatakan bahwasannya dia juga ikut senang jika
AF sudah mulai membaik perilakunya dan sudah mau pulang kerumah, dia
juga berharap semoga AF tidak melakukan Seks bebas kembali sebelum AF
menikah sah dengan seorang lelaki yang dicintainya.
5) Tindak Lanjut
Dari hasil evaluasi untuk diperoleh hasil yang optimal, maka dilakukan
tindakan yaitu bekerjasama dengan masing-masing pihak yang terkait dengan
individu, untuk tetap mempertahankan perubahan yang sudah subyek kasus
dapatkan yaitu: AF harus terus berusaha dan mempunyai motivasi yang kuat
untu berubah menjadi pribadi yang lebih baik. dalam kehidupannya AF harus
bisa memulai hidup baru dengan cara meninggalkan pergaulan bebas
khususnya pada perilaku-perilaku yang menyimpang seperti minuman
keras/alkohol yang memabukkan, berkata jorok dan yang lebih bersifat
urgensi adalah keluar dari jeratan seks bebas yang dulu pernah dilakukannya.
Selain itu peneliti atau konselor juga harus bekerjasama dengan orang tua
AF, agar orang tua tetap bisa memantau perubahan dan perkembangan
anaknya. Dengan memberikan perhatian, kasih sayang dan cinta yang tulus
pada AF supaya perubahannya tetap bertahan dan selalu senantiasa

13
memberikan dukungan dalam berbagai hal kepadanya agar tetap semangat
dalam menjalankan kehidupan normalnya.
D. Kesimpulan dan saran
1. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data, maka dapat disimpulkan bahwa kasus Remaja putri
yang memiliki perilaku seks bebas yang diakibatkan dari pergaulan bebas ditemukan
pada subyek kasus yang merupakan juga menjadi korban perceraian orang
tuanya/broken home menunjukkan perubahan kearah yang lebih baik. Adapun
selanjutnya akan dibahas mengenai bentuk karakteristik, faktor-faktor penyebab serta
alternatif bantuan yang diberikan kepada subyek kasus dapat disimpulkan sebagai
berikut: (1) Karakteristik remaja putri pelaku seks bebas ini mempunyai perilaku
senang berada dalam dunia kebebasan tanpa aturan atau kekangan dari siapapun,
subyek kasus ini juga merasakan kebahagiaan ketika melakukan seks bebas, jadi
sifatnya suka sama suka dan tidak ada unsur paksaan ataupun pemerkosaan. (2)
Faktor-faktor penyebab remaja putri pelaku seks bebas ini adalah sebagai dampak
dari pergaulan bebasnya dengan anak-anak jalanan dan karena kurangnya perhatian
dari orang tuanya karena hubungan keluarganya juga sedang dalam keadaan carut
marut/broken home.
Bantuan yang diberikan kepada subyek kasus untuk menangani perilaku seks
bebas remaja putri tersebut yaitu dengan dianalisis menggunakan enam langkah yaitu:
identifikasi kasus, diagnosis, prognosis, treatment, evaluasi dan tindak lanjut. Dalam
proses pemberian bantuan kepada subyek kasus ini peneliti menggunakan pendekatan
konseling behavioral dengan memakai teknik asertif dan juga memakai pendekatan
Bimbingan Konseling Spiritual atau Islami, kedua pendekatan ini bertujuan untuk
menyadarkan subyek kasus akan bahayanya perilaku seks bebas ataupun pergaulan
bebas dan menyadarkana kan dosa yang diperolehnya ketika terus melakukan
perilaku menyimpang tersebut. Dari proses pemberian bantuan oleh peneliti/konselor
tersebut akhirnya memunculkannsebuah pencapaian yang lumayan bagus, yakni
subyek kasus lebih sering pulang kerumah dan mau menerima segala takdirnya
seperti mempunyai ibu tiri dan ayah yang kurang perhatian kepada subyek kasus.
Dari proses bantuan konseling oleh peneliti juga menorehkan hasil akan subyek kasus

14
yang mulai mau sholat wajib lima waktu dan kondisi sosial dengan lingkunganya
bertambah baik (tersenyum, menyapa dan berkomunikasi dengan baik).

2. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas bahwa upaya pengentasan remaja putri pelaku
seks bebas tersebut, disarankan untuk memberikan pengertian dan perhatian yang
intensif dalam membimbing dan memperhatikan perkembangan diri subyek kasus.
Oleh sebab itu, maka perlu kerjasama antara orang tua subyek kasus, lingkungan
tempat tinggaldari subyek kasus dan teman-teman sejawat dari subyek kasus. (1)
Subyek kasus diharapkan subyek kasus dapat terus berusaha dan mempunyai motivasi
yang kuat untuk berubah, mampu memikirkan dengan serius apa tujuan dan cita-cita
hidup yang sebenarnya dan mampu menyelesaikan masalah serta selalu beribadah
kepada tuhan. (2) Orang Tua diharapkan dapat memberikan contoh tingkahlaku yang
lebih baik kepada subyek kasus, memberikan perhatian, cinta dan kasih sayang yang
lebih, serta. Serta sebagai orang tua sangat disarankan untuk dapat bekerja sama
dengan lingkungan sekitar dalam memberikan pengertian dan pemahaman tentang
ajaran keagaamaan ataupun skill kerja kepada subyek kasus. (3) tetangga dekat
subyek kasus diharapkan untuk kembali menerima subyek kasus sebagai warga di
lingkungannya tersebut dan selalu memberikan pengertian agar subyek kasus bisa
hidup nyaman tanpa takut menjadi perbincangan buruk dilingkungannya. (4) teman
dekat/sahabat subyek kasus diharapkan selalu menjadi teman main yang baik, bisa
menjadi pendengar yang baik dan mau membantu jika subyek kasus sedang dalam
keadaan kesusahan. (5) Untuk lembaga pemerintahan diharapkan untuk memberikan
perhatian khusus dalam menangani anak jalanan ataupun para gelandangan dengan
cara memberikan wadah untuk para anak jalanan belajar macam-macam pelatihan
skill kerja dalam sekala besar, sehingga para anak jalanan mampu memikirkan
kelangsungan hidupnya agar lebih baik lagi dengan tidak lagi mencari uang dengan
cara mengamen ataupun memulung.

15
E. Daftar Rujukan
Ahmad Masrur Firosat, Peran Guru BK dalam Upaya Menangani Penyimpangan Seksual
Siswa, Jurnal: MAGISTRA Indonesia.
Anonim dalam Jurnal Nasional KPA.
Jalaluddin, 2011, Psikologi Agama, Jakarta: PT Raja Grafindo.
Jawa Pos, 28 Mei 2005
Jawa Pos, 30 Juli 2007

16

Anda mungkin juga menyukai