Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan

Volume 02 Number 01 2018


ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092
http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt

Peran Guru Bimbingan dan Konseling pada Sekolah Penyelenggara


Pendidikan Inklusi

Desje Lattu
Dinas Pendidikan Kota Ambon
E-mail: desylattu@yahoo.com

Artikel diterima: 15 Oktober 2017; direvisi 24 November 2017; disetujui 20 Desember 2017

ABSTRACT
The development of contemporary education leads to the model of
inclusive education. Almost all developed countries have appreciated,
treated and respected children with special needs more detailed and very
human. In the United States, for example, inclusive education is growing
very rapidly in the presence of various elements of mutual support. In
addition, in Japan children with special needs and parents are given the
freedom to choose the school according to the wishes of children with
special needs. Schools that receive special needs children provide
educational services according to their specificity. Inclusive education is
now beginning to be developed in Indonesia, with various areas being
supported by the goal of implementing inclusive education.

Keywords: counselor rules; inclusive education

This is an open access article distributed under the Creative Commons 4.0 Attribution License, which permits unrestricted use, distribution,
and reproduction in any medium, provided the original work is properly cited. ©2017 by author.

PENDAHULUAN
Perkembangan pendidikan masa kini mengarah pada model pendidikan inklusif (PI).
Hampir semua negara maju telah ada penghargaan, perlakuan dan penghormatan terhadap anak-
anak berkebutuhan khusus (ABK) semakin rinci dan sangat manusiawi. Di Amerika Serikat
misalnya pendidikan inklusif berkembang sangat cepat terlihat dengan adanya berbagai unsur
yang saling mendukung. Selain itu di Jepang anak berkebutuhan khusus dan orang tuanya diberi
kebebasan untuk memilih sekolah sesuai keinginan anak berkebutuhan khusus. Sekolah yang
menerima anak berkebutuhan khusus memberi layanan pendididkan sesuai dengan
kekhususannya. Pendidikan inklusif kini mulai dikembangkan di Indonesia, berbagai daerah
dberi pedampingan dengan tujuan dapat mengimplementasikan pendidikan inklusif.
Kota Ambon merupakan salah satu dari sekian banyak daerah di Indonesia yang mulai
mengimplementasikan sistim pendidikan inklusif. Tanggal 22 November 2014 merupakan titik
awal dilakukannya sisitim pendidikan inklusif ditandai dengan pembacaan Deklarasi Pendidikan

61
Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan
Volume 02 Number 01 2018
ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092
http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt

Inklusif yang bertempat di Baileu Siwalima Karang Panjang. Pilot project implementasi PI
dilakukan pada 10 SD dan 4 SMP yang tersebar pada 5 kecamatan di kota Ambon. Sejak
dideklarasikan penyelenggaraan PI hingga kini mulai bermunculan sekolah partisipan PI di
Ambon selain sekolah piloting.
Sekolah penyelenggara pendidikan inklusi baik piloting maupun partisipan memiliki guru
pembimbing khusus (GPK) dengan latar belakang pendidikan guru kelas, guru mapel dan guru
BK. Berdasarkan pengalaman kami sebagai Tim Implementasi PI kota Ambon GPK dengan
latarbelakang pendidikan BK sangat membantu layanan pendidikan pada sekolah inklusif. Hal
ini terbukti dengan kecepatan memahami ABK dan berbagai permasalahan diseputar ABK serta
menindaklanjutinya dengan berbagai tahapan layanan dan tindakan. Berdasarkan pengamatan
kami sebagai bagian dari TIM Implementasi PI kota Ambon GPK demgan latarbelakang
pendidikan BK sangat mudah memahami ABK. Kecepatan memahami permasalahn ABK
dikarenakan guru BK dibekali dengan berbakai ilmu semasa menjadi mahasiswa seperti ilmu
Pendidikan, Psikologi, Teori dan Teknik Konseling, serta Teknik Pemahaman Individu.

PEMBAHASAN
Pendidikan Inklusif
Berdasarkan Permendiknas No. 70 tahun 2009, pengertian Pendidikan Inklusi, adalah
system penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua peserta didik
yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk
mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam lingkungan pendidikan secara bersama-sama
dengan peserta didik pada umumnya. Sapon-Shevin dalam O’Neil, 1994 memjelaskan bahwa
Pendidikan inklusif adalah sistem layanan pendidikan yang mensyaratkan anak berkebutuhan
khusus belajar di sekolah-sekolah terdekat di kelas biasa bersama teman-teman seusianya.
Sekolah penyelenggara pendidikan inklusif adalah sekolah yang menampung semua murid di
kelas yang sama. Sekolah ini menyediakan program pendidikan yang layak, menantang, tetapi
disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan setiap murid maupun bantuan dan dukungan
yang dapat diberikan oleh para guru, agar anak-anak berhasil (Stainback,1980). Pengertian
pendidikan inklusif memberi gambaran layanan pendidikan yang mengikutsertakan anak
berkebutuhan khusus (ABK) belajar bersama dengan anak sebayanya di sekolah reguler yang
terdekat dengan tempat tinggalnya. Penyelenggaraan pendidikan inklusif menyemangati
pemberikan kesempatan atau akses yang seluas-luasnya kepada semua anak untuk memperoleh

62
Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan
Volume 02 Number 01 2018
ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092
http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt

pendidikan yang bermutu dan sesuai dengan kebutuhan individu peserta didik tanpa
diskriminasi.
Beberapa alasan mengapa pendidikan inklusi harus diimplementasikan antara lain :semua
anak mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan bermutu dan tidak diskriminatif,
semua anak memiliki kemampuan untuk mengikuti pelajaran tanpa melihat kelainan dan
kecacatannya, perbedaan merupakan penguat dalam meningkatkan mutu pembelajaran bagi
semua anak, sekolah dan guru mempunyai kemampuan untuk belajar merespons kebutuhan
pembelajaran yang berbeda. Sisi positif implementasi pendidikan inklusif antara lain:
membangun kesadaran dan konsensus pentingnya pendidikan inklusif sekaligus menghilangkan
nilai dan sikap diskriminatif, melibatkan dan memberdayakan masyarakat untuk memberlakukan
analisis situasi pendidikan setempat, memberikan kesmpatan kepada anak dan mengidentifikasi
alasan meraka tidak sekolah (bagi anak yang belum/tidak sekolah).
Implementasi pendidikan inklusif perlu memperhatikan beberapa hal antara lain: sekolah
harus menyediakan kondisi kelas yang hangat, ramah, menerima keberagaman dan menghargai
perbedaan, guru dituntut untuk melakukan kolaborasi dengan profesi atau sumberdaya lain
dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran, guru dituntut melibatkan orangtua
secara bermakna dalam proses pendidikan, sekolah harus melibatkan tenaga profesional dalam
melakukan asesmen ABK dan memberikan solusi atau tindakan yang diperlukan, termasuk
mengidentifikasi, hambatan berkaitan dengan kelainan fisik, sosial, dan masalah lainnya
terhadap terhadap askses dan pembelajaran, melibatkan masyarakat dalam melakukan
perencanaan dan monitoring mutu pendidikan bagi semua anak. Tujuan utama dari penekanan 6
aspek yang harus diperahtikan pada sekolah penyelenggara pendidikan inklusif agar layanan
yang dilakukan dalam pembimbingan dan pendidikan dapat dilakukan secara maksimal demi
pemenuhan mutu pendidikan yang diharapkan.

Peran Guru BK dalam Pendidikan Inklusif


Membimbing dan mendidik tidak lepas dari tugas dan tanggung jawab guru termasuk
guru BK. Sebagai tenaga pendidik guru BK mempunyai tugas, tanggung jawab, wewenang
penuh dalam kegiatan bimbingan dan konseling terhadap sejumlah peserta didik. Kegiatan
bimbingan dan konseling di sekolah merupakan kegiatan untuk membantu peserta didik dalam
upaya menemukan jati dirinya, penyesuaian terhadap lingkungan serta dapat merencanakan masa
depannya sehingga, dapat berkembang secara optimal.

63
Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan
Volume 02 Number 01 2018
ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092
http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt

Kegiatan bimbingan dan konseling pada sekolah umumnya juga merupakan kebutuhan
dasar sekolah penyelenggara pendidikan inklusif. Bimbingan dan konseling di sekolah
penyelenggara pendidikan inklusi sangat utama merupakan kegiatan untuk membantu peserta
didik berkebutuhan khusus dalam upaya menemukan konsep diri, memfasilitasi penyesuaian diri
terhadap hambatannya, mengkoordinasikan dengan ahli lain, melakukan konseling terhadap
keluarganya, membantu perkembangan anak berkebutuhan khusus agar berkembang efektif,
memiliki keterampilan hidup mandiri, dan mengembangkan hobi, serta mengembangkan
keterampilan sosial dan personal. Elizabeth. B. Hurlock (1978) menjelaskan bahwa
perkembangan berkaitan dengan perubahan kualitatif dan kuantitatif. Perkembangan dapat
didefenisikan sebagai deretan progresif dari perubahan-perubahan yang teratur dan koheren.
Progresif menandai bahwa perubahannya terarah, membimbing maju dan bukan mundur. Teratur
dan koheren menunjukan adanya hubungan nyata antara perubahan yang terajdi dan yang telah
mendahului atau yang akan mengikutinya. Jadi, dapat dikatakan bahwa membimbing peserta
didik termasuk peserta didik berkebutuhan khusus sangat penting demi kelanjutan
perkembangan berikutnya. Salah satu perkembangan yang harus dicapai oleh peserta didik
berkebutuhan khusus adalah perkembangan sosial, dimana peserta didik berkebutuhan khusus
harus dapat bersosialisasi dengan baik sesuai dengan tuntutan perkembangan sosial usianya.
Dalam konteks PI guru BK diharapkan dapat berperan maksimal membantu anak berkebutuhan
khusus agar pencapaian perkembangan sosial mereka terpenuhi dengan baik.
Guru Bimbingan dan Konseling diharapkan dapat memberikan pelayanan yang telah
disesuaikan agar ABK dapat mengenal dirinya sendiri dengan baik, menemukan kebutuhannya
yang spesifik sesuai dengan hambatannya. Kebutuhan ini muncul menyertai hambatan-hambatan
yang mereka hadapi terhadap kondisi yang mereka miliki. Layanan bimbingan dan konseling
diperlukan berkenaan dengan bimbingan pribadi, sosial, belajar dan karirnya. Layanan
bimbingan dan konseling yang sesuai akan membangkitkan motivasi peserta didik berkebutuhan
khusus dalam bersosialisasi dan bergaul. Untuk mencapai perkembangan yang optimal,
diperlukan guru BK dalam membantu pengentasan hambatan terhadap tugas perkembangan
sosial yang harus dicapai ABK.
Peran guru BK dalam membantu pencapaian tugas perkembangan ABK dalam
bersosialisasi adalah: 1) memberikan layanan bimbingan dan konseling yang disesuaikan
dengan kemampuan, bakat dan minat, serta jenis ketunaan atau kekhususan yang di miliki oleh
ABK, serta mengelompokkan ABK dalam kegiatan kelompok dan pengembangan diri yang telah

64
Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan
Volume 02 Number 01 2018
ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092
http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt

disesuaikan dengan ketunaan dan kekhususan melalui layanan penempatan dan penyaluran. Guru
BK juga memotivasi ABK untuk terus aktif dalam kegiatan kelompok dan pengembangan diri,
agar mereka memiliki kepercayaan diri yang baik dan tidak merasa minder jika bergabung
dengan teman-teman sebayanya yang normal, 2) memberikan layanan informasi terkait dengan
peran gender disesuaikan dengan kebutuhan ABK. Mengajak ABK untuk mau mengamati peran
sosial pria dan wanita yang ada dalam masyarakat dan mendiskusikannya melalui layanan
bimbingan kelompok dengan topik tugas. Guru BK juga melakukan kegiatan pendukung BK
dengan memberikan literatur yang bermanfaat menyangkut peran sosial pria dan wanita dalam
masyarakat, 3) membimbing peserta didik termasuk ABK untuk memilih karir di sekolah, yaitu
membantu siswa dalam memahmi diri dan lingkungannya dalam mengambil keputusan,
merencanakan dan pengarahan kegiatan-kegiatan yang menuju kepada karir dan cara hidup yang
akan memberikan rasa kepuasan karena sesuai, serasi, dan seimbang dengan dirinya dan
lingkungnnya. Bimbingan karir pada hakikatnya merupakan salah satu upaya pendidikan melalui
pendekatan pribadi dalam membantu individu untuk memcapai kompetensi yang di perlukan
dalam menghadapi masalahmasalah karir. Bimbingan pekerjaan merupakan suatu proses
pembantuan terhadap individu untuk menumbuhkan dan menerima gambaran tentang dirinya
secara keseluruhan dan lapangan pekerjaan yang cocok baginya. Perkembangan karir ABK
tidak terlepas dari faktor lingkungan, baik fisik, psikis, dan sosial. Sifat yang melekat pada
lingkungan ialah perubahan. Perubahan yang terjadi dalam lingkungan dapat mempengaruhi
gaya hidup ABK. Apabila perubahan itu sulit di prediksi, atau di luar jangkauan kemampuan,
maka akan melahirkan kesenjangan perkembangan perilaku ABK. Bimbingan karier tidak hanya
dibutuhkan siswa SMP dan jenjang berikutnya saja, siswa SD pun perlu diperkenalkan dengan
bimbingan karier.
Bimbingan karir di SD diarahkan untuk menumbuhkan kesadaran dan pemahaman
peserta didik akan ragam kegiatan dan pekerjaan di dunia sekitarnya, pengembangan sikap
positif terhadap semua jenis pekerjaan dan orang lain, dan mengembangkan kebiasaan hidup
yang positif. Bimbingan karir disekolah dasar juga berkaitan erat dengan upaya membantu
peserta didik memahami apa yang disukai dan tidak disukai, kecakapan diri, disiplin, mengontrol
kegiatan sendiri. Layanan bimbingan karir amat erat kaitannya dengan tiga layanan bimbingan
yang lainnya karena kecakapan-kecakapan yang dikembangkan di dalam bimbingan belajar,
pribadi, maupun social akan mendukung perkembangan karir peserta didik. Peran Guru BK
dalam Mengungkap Kesulitan Belajar Peserta Didik Berkebutuhan Khusus Peran guru BK

65
Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan
Volume 02 Number 01 2018
ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092
http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt

sangatlah penting untuk mengungkap kesulitan belajar ABK. Guru BK memperhatikan kesulitan
ABK sehingga dapat mengikuti proses pembelajaran dengan tenang seperti teman yang lainnya
dan mendapatkan hasil belajar yang baik. Dalyono (2007:347). Peran Guru BK mengungkap
kesulitan belajar dilakukan dengan langkah sebagai berikut: 1) melakukan observasi yaitu cara
memperoleh data secara langsung ABK. Observasi ini dilakukan unruk mencatat gejala yang
nampak pada ABK, bagaimana sikap ABK dalam mengikuti pelajaran dan melihat kelengkapan
catatan dalam pelajaran; 2) interview adalah cara mendapatkan data dengan wawancara langsung
terhadap ABK atau terhadap orang lain yang dapat memberikan informasi tentang orang yang
diselidiki (guru, orang tua dan tema sebaya). Untuk mengungkap ABK yang mengalami
kesulitan belajar, interview bisa dilakukan secara langsung atau tidak langsng. Langsung artinya
kepada peserta didik yang akan diungkap kesulitan belajarnya sedangkan tidak langsung artinya
kepada orang-orang yang tau tentang keadaan peserta didik berkebutuhan khusus tersebut; 3) tes
diagnostik adalah suatu cara untuk mengumpulkan data peseta didik berkebutuhan khusus, untuk
mengungkap peserta didik yang mengalami kesulitan belajar; 4) dokumentasi adalah cara
mengetahui kesulitan dengan melihat catatan-catatan, arsip-arsip yang erhubungan dengan
peserta ABK. Untuk mengetahui lebih jauh tentang ABK, dapat dilihat dari: riwayat hidupnya,
ehadiran ABK dalam mengikuti pelajaran, memiliki daftar pribadinya, daftar hadir di sekolah,
melihat hasil rapor.

PENUTUP
Layanan bimbingan merupaka bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya
menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan. Semuanya
bermaksud agar peserta didik mengenal kekuatan dan kelemahan dirinyasendiri, sebagai modal
untuk mengembangkan diri dalam lingkungan rumah, lingkungan sekolah dan lingkunga sosial
lainnya. Bimbingan kepada ABK adalah bantuan yang diberikan oleh seorang guru pada peserta
didik yang mengalami kelainan, dalam menumbuhkan rasa percaya diri dan lingkungannya agar
mampu mandiri dan belajar dengan tekun. Peserta didik berkebutuhan khusus memiliki
karakteristik yang berbeda. Dari berbagai karakteristik mereka itu maka bentuk layanan
pendidikan dan bimbingan juga perlu disesuaikan. Oleh sebab itu dalam layanan bimbingan
ABK, tahap-tahap perkembangan ABK harus dipertimbangkan dalam rangka menyusun program
pelayanan bimbingannya. Bimbingan yang diberikan berupa Layanan informasi, penempatan
penyaluran, penguasaan konten, layanan konseling individual, layanan konsultasi. Berbagai

66
Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan
Volume 02 Number 01 2018
ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092
http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt

ulasan di atas memberikan makna betapa pentingnya guru BK dengan layanan bimbingan dan
konseling disekolah demi membantu ABK bahkan semua peserta didik pada umumnya pada
sekolah penyelenggara pendidikan inklusif. Layanan yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik
akan membantu pengenalan diri peserta didik, hubungan sosialnyanya dan memahami kariernya
demi terwujudnya anak Indonesia berkarakter, cerdas, mandiri dan tangguh

DAFTAR RUJUKAN
Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak Jilid I, Erlangga, Jakarta
Endrawati,dkk, peran guru bimbingan dan konseling dalam mengatasi kesulitan belajar peserta
didik berkebutuhan khusus padaPendidikan inklusi di SMK Negeri 4 Padang, Laporan
Study Lapangan, STKIP PGRI Sumatera Barat
Fitri Rahayu, Peran guru bimbingan dan konseling dalam membantu pencapaianTugas
perkembangan sosial peserta didik berkebutuhan khususpada pendidikan inklusi (Studi di
SMK Negeri 4 Padang), Laporan Studi Lapangan STKIP PGRI Sumatera Barat
Suryanto dan Mudjito, Masa Depan Pendidikan Inklusif, 2014, Dirjen Pendidikan Dasar
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Jakarta
https://saisaidahsai.wordpress.com/2014/01/04/apa-saja-yang-dipelajari-di-jurusan-bimbingan-
dan-konseling, diambil pada tanggal 31 Oktober 2017 pukul 11.30 wit
https://balerancage.wordpress.com/2010/12/13/pentingnya-layanan-bimbingan-dan-konseling-di-
sekolah-inklusi diambil pada tanggal 31 Okrober 2017 pukul 12.00 wit

67

Anda mungkin juga menyukai