Anda di halaman 1dari 8

KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH YANG DEMOKRATIS

A. Pendahuluan
Pendidikan merupakan kebutuhan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia.
Pendidikan merupakan sarana yang paling vital dalam pengembangan sumber daya
manusia dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk manusia yang terampil di
bidangnya.
Sebagai lembaga pendidikan formal, sekolah merupakan tempat pengembangan ilmu
pengetahuan, kecakapan, keterampilan, nilai dan sikap yang diberikan secara lengkap
kepada generasi muda untuk membantu perkembangan potensi dan kemampuan agar
bermanfaat bagi kepentingan hidupnya.
Sekolah yang dikelola dengan baik dari segi pembelajaran dan manajemennya akan
menghasilkan output yang berkualitas, sedangkan sekolah yang manajemennya kurang
baik tidak akan memberikan kualitas dan lulusan yang baik pula, banyak sekolahan yang
tidak terkelola dari segi sistem pembelajaran dan manajemennya sehingga sekolah tersebut
tidak maju dan kurang bermutu.
Untuk mewujudkan cita output yang berkualitas, sekolah membutuhkan sumber daya
manusia yang profesional, sumber daya manusia yang dimiliki sekolah dapat memberikan
kontribusi yang menguntungkan bagi terselenggaranya proses pembelajaran yang sesuai
dengan harapan. Berkaitan dengan keberhasilan hasil belajar, tentunya tidak lepas dari
berbagai faktor yang melatar belakanginya, seperti: sarana prasarana yang memadai,
kurikulum, dan terutama sumber daya kepala sekolah dalam mengelola lembaga
pendidikan, juga peran guru dalam mendidik, membimbing, serta mengarahkan siswa
dalam proses belajar mengajar.
Kepala sekolah merupakan figur sentral dalam pencapaian tujuan pendidikan baik dalam
skala mikro (sekolah) maupun makro (nasional). Karenanya kepala sekolah diharapkan
mampu menterjemahkan peran dan fungsinya dalam kapasitasnya yang kompleks.
Suksesnya kepemimpinan seorang kepala sekolah ditandai oleh adanya sikap kepengikutan
dari bawahannya untuk menjalankan visi dan misinya.
Dalam menjalankan peran dan fungsinya, kepala sekolah (pemimpin) harus memiliki gaya
kepemimpinan yang mengayomi atau human oriented namun tanpa mengesampingkan
hasil kerja bawahannya (task oriented). Hubungan antara kepala sekolah dengan
bawahannya harus menunjukkan sebuah realitas mutualisme, kepala sekolah harus
memperlakukan bawahan layaknya manusia bukan robot.
Dalam makalah ini akan dibahas tentang kepemimpinan kepala sekolah yang demokratis
konteks masa kini yang sesuai dengan realitas dunia pendidikan kita.
B. Kepemimpinan
1. Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah subyek yang telah lama menarik perhatian banyak orang. Istilah
yang mengkonotasikan citra individual yang kuat dan dinamis yang berhasil memimpin
suatu bidang. Istilah ini juga sering dipakai untuk menggambarkan tentang keberanian dan
kemampuan memimpin dalam berbagai legenda atau mitos oorang-orang terdahulu.
Banyak sekali ilmuan atau peneliti kepemimpinan yang mendefinisikan kepemimpinan
berdasarkan fenomena yang ada dihadapan mereka, diantara beberapa peneliti yang
mendefinisikan kepemimpinan, yaitu:
Rauch dan Behling mendefinisikan kepemimpinan sebagai proses mempengaruhi
aktifitas kelompok yang terorganisir untuk mencapai sasaran.
Kepemimpinan adalah cara mengartikulasikan visi, mewujudkan nilai, dan menciptakan
lingkungan guna mencapai sesuatu (Richards & Eagel).1
Kepemimpinan adalah suatu bentuk dominasi yang di dasari oleh kapabilitas atau
kemampuan pribadi yaitu mampu mendorong dan mengajak orang lain untuk berbuat
sesuatu guna mencapai tujuan bersama. Kepemimpinan tersebut juga berdasarkan pada
penerimaan oleh kelompok dan kepemilikan keahlian khusus pada situasi khusus.2
Kepemimpinan bisa juga diartikan sebagai keterampilan dan kemampuan seseorang
mempengaruhi perilaku orang lain, baik yang kedudukannya lebih tinggi, setingkat
maupun yang lebih rendah dari padanya dalam berpikir dan bertindak agar perilaku yang
semula mungkin individualistic dan ego sentrik berubah menjadi perilaku organisasional.3
Kepemimpinan juga di katakan sebagai proses mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas-
aktivitas yang ada hubungannya dengan pekerjaan para anggota kelompok. Tiga implikasi
penting yang terkandung dalam hal ini yaitu:
a. Kepemimpinan itu melibatkan orang lain baik itu bawahan maupun pengikut,
b. Kepemimpinan melibatkan pendistribusian kekuasaan antara pemimpin dan anggota
kelompok secara seimbang, karena anggota kelompok bukanlah tanpa daya,
c. Adanya kemampuan untuk menggunakan bentuk kekuasaan yang berbeda untuk
mempengaruhi tingkah laku pengikutnyamelalui berbagai cara.4
2. Fungsi Kepemimpinan
Fungsi kepemimpinan berhubungan langsung dengan situasi sosial dalam kehidupan
kelompok/ organisasi masing-masing, yang mengisyaratkan bahwa setiap pemimpin
berada di dalam dan bukan diluar situasi itu. Fungsi kepemimpinan merupakan gejala
sosial, karena harus di wujudk$an dalam interaksi antar-individu di dalam situasi social
suatu kelompok / organisasi. Fungsi kepemimpinan memiliki dua dimensi seperti:
a. Dimensi yang berkenaan dengan tingkat kemampuan mengarahkan (direction) dalam
tindakan atau aktivitas pemimpin.
b. Dimensi yang berkenaan dengan tingkat dukungan (support) atau keterlibatan orang-
orang yang di pimpin dalam melaksanakan tugas-tugas pokok kelompok/organisasi.
Secara operasional dapat dibedakan dalam lima fungsi pokok kepemimpinan:
a. Fungsi instruksi
b. Fungsi konsultasi
c. Fungsi partisipasi
d. Fungsi delegasi
e. Fungsi keadilan
Seluruh fungsi kepemimpinan tersebut diselenggarakan dalam aktivitas kepemimpinan
secara integral dan pelaksanaannya berlangsung sebagai berikut:
a. Pemimpin berkewajiban menjabarkan program.
b. Pemimpin harus mampu memberikan petunjuk yang jelas
c. Pemimpin harus berusaha mengembangkan kebebasan berpikir dan mengeluarkan
pendapat.
d. Pemimpin harus mengembangkan kerja sama yang harmonis.
e. Pemimpin harus mampu memecahklan masalah dan mengambil keputusan masalah
sesuai batas tanggung jawab masing-masing.
f. Pemimpin harus berusaha menumbuh kembangkan kemampuan memikul tanggung
jawab.
g. Pemimpin harus mendayagunakan pengawasan sebagai alat pengendali.5
3. Urgensi Kepemimpinan
a. Untuk menjamin efektivitas pengelolaan organisasi.
Ukuran Efektivitas Pemimpin
1) Efektivitas dalam hal pelaksanaan pekerjaan
2) Sikap pengikut terhadap pemimpin yang tercermin pada tingkat penghormatan,
penghargaan, kesukaan, komitmen terhadap tugas dan pemenuhan kebutuhan bawahan
3) Perilaku pengikut, seperti tingkat kehadiran, keluhan sabotase, motivasi dan
kedisiplinan dalam bekerja.
4) Kontribusi pimpinan antara lain terhadap :
a) Kualitas proses kelompok, antara lain peningkatan kerja sama, solidaritas, motivasi,
pemecahan masalah, pengambilan keputusan dan pemecahan konflik.
b) Efesiensi spesialisasi dan sumber daya.
c) Peningkatan kesiapan kelompok dalam menangani perubahan
d) Perbaikan kualitas hidup kerja, seperti pemberian imbalan yang lebih memadai.
e) Pembentukan percaya diri.
f) Pertumbuhan psikologis.
g) Peningkatan kemampuan dan keterampilan.
b. Untuk menjamin terciptanya perbaikan dan pertumbuhan organisasi dengan
cara melakukan inovasi-inovasi yang signifikan. [6]
4. Gaya dan Tipe Kepemimpinan
Dalam melaksanakan fungsi-fungsi kepemimpinan, maka akan berlangsung aktifitas
kepemimpinan. Apabila aktifitas tersebut dipilah-pilah, akan terlihat gaya atau tipe
kepemimpinan yang akan digunakan oleh seorang pemimpin dalam menjalankan tugas dan
fungsinya.
Gaya kepemimpinan tersebut merupakan dasar dalam mengklasifikasikan tipe
kepemimpinan, gaya kepemimpinan memiliki tiga pola dasar yaitu;
Gaya kepemimpinan yang berpola pada kepentingan pelaksanaan tugas.
Gaya kepemimpinan yang berpola pada pelaksanaan hubungan kerja sama.
Gaya kepemimpinan yang berpola pada kepentingan hasil yang dicapai.
Berdasarkan ketiga pola dasar tersebut terbentuk perilaku kepemimpinan yang berwujud
pada kategori kepemimpinan yang terdiri dari beberapa tipe, diantaranya yaitu:
a. Otoriter
Dilihat dari segi persepsinya, seorang pemimpin yang otoriter adalah seseorang yang
sangat egois, Egoismenya yang sangat besar akan mendorongnya memutarbalikkan
kenyataan yang sebenarnya sehingga sesuai dengan apa yang secara subjektif
diinterpretasikannya sebagai kenyataan. Orang lain akan memperoleh kesan bahwa
pemimpin tersebut memandang organisasi sebagai milik pribadi yang dapat digunakannya
dengan sekehendak hatinya. Dengan demikian ia tidak akan mau menerima saran dan
pandangan dari para bawahannya.

b. Laizes Faire (Kendali Bebas)
Dapat dikatakan bahwa persepsi seorang pemimpin yang Laizes Faire tentang peranannya
sebagai pemimpin berkisar pada pandangannya bahwa pada umumnya organisasi akan
berjalan lancar dengan sendirinya karena para anggota organisasi terdiri dari orang-orang
yang sudah dewasa yang mengetahui apa yang menjadi tujuan organisasi, sasaran-sasaran
apa yang dicapai, tugas apa yang harus ditunaikan oleh masing-masing anggota dan
seorang pemimpin tidak perlu selalu sering intervensi dalam kehidupan organisasional.
Singkatnya, seorang pemimpin yang Laizes Faire melihat peranannya sebagai polisi lalu
lintas. Dengan anggapan bahawa anggota organisasi sudah mengetahui dan cukup dewasa
untuk taat kepada peraturan permainan yang berlaku , seorang pemimpin yang Laizes Faire
cendrung memilih peranan yang fasif dan membiarkan organisasi berjalan menurut
temponya sendiri tanpa banyak mencampuri bagaimana organisasi harus dijalankan dan
digerakkan.
Dengan sikap yang permisif, perilaku seseorang pemimpin yang Laizes Faire cendrung
mengarah kepada tindak tanduk yang memperlakukan bawahan sebagai rekan sekerja
hanya saja kehadirannya sebagai pemimpin diperlukan sebagai akibat dari adanya struktur
dan hirarki organisasional.7
c. Demokratis
Tipe kepemimpinan ini menempatkan manusia sebagai faktor utama dan terpenting dalam
setiap kelompok/organisasi. Pemimpin memandang dan menempatkan orang-orang yang
dipimpinnya sebagai subjek yang memiliki kepribadian dengan berbagai aspeknya, seperti
dirinya juga. Kemauan, kehendak, kemampuan, buah pikiran, pendapat, kreativitas,
inisiatif yang berbeda-beda dan dihargai disalurkan secara wajar. Tipe pemimpinan ini
selalu berusaha untuk memanfaatkan setiap orang yang dipimpin. Kepemimpinan yang
aktif, dinamis, dan terarah. Kepemimpinan tipe ini dalam mengambil keputusan sangat
mementingkan musyawarah, yang diwujudkan pada setiap jenjang dan di dalam unit
masing-masing.8
Ditinjau dari segi presepsinya tentang kehadiran atau keberadaannya dan peranannya
selaku pemimpin dalam kehidupan organisasional. Pemimpin yang demokratis biasanya
memandang peranannya selaku koordinator dari berbagai unsur dan komponen organisasi
sehingga bergerak sebagai suatu totalitas. Seorang pemimpin yang demokratis biasanya
menyadari bahwa mau tidak mau organisasi harus disusun sedemikian rupa sehingga
menggambarkan secara jelas aneka ragam tugas dan kegiatan yang tidak bisa tidak harus
dilaksanakan demi tercapainya tujuan dan berbagai sasaran organisasi. Akan tetapi dia
mengetahui pula bahwa perbedaan tugas dan kegiatan, yang sering bersifat spesialistik,
tidak boleh dibiarkan menimbulkan cara berpikir dan cara bertindak yang berkotak-kotak.
Tidak kecil peranan yang dimainkan oleh nilai-nilai yang dianut oleh seorang pemimpin
yang demokratis dalam peningkatan usahanya menjadi pemimpin yang efektif.
Keseluruhan nilai-nilai yang dianut berangkat dari filsafat hidup yang menunjang tinggi
harkat dan martabat manusia. Pemimpin yang demokratis memperlakukan manusia dengan
cara yang manusiawi. Satu rumus yang nampaknya sangat sederhana, akan tetapai
sesungguhnya merupakan sumber dari semua presepsi, sikap, perilaku dan gaya
kepemimpinan seseorang.
Nilai-nilai organisasional yang telah dikemukakan tercermin dalam sikap seorang
pemimpin yang demokratis, dalam hubungannya dengan para bawahannya baik mereka
yang menduduki jabatan pimpinan yang lebih rendah maupun mereka yang menjadi
anggota biasa dalam organisasi, yang tanggung jawabnya terbatas terbatas pada
penyelenggaraan tugas-tugas yang operasional. Misalnya dalam pengambilan keputusan
sejauh mungkin para bawahan diajak berperan serta. Ajakan itu tidak bersifat basa-basi
saja, melainkan didasarkan pada keyakinan yang mendalam bahwa keikut sertaan para
bawahan dalam proses pengambilan keputusan akan lebih menjamin bahwa para bawahan
itu akan mempunyai rasa tanggung jawab yang lebih besar dalam pelaksanaan keputusan
yang diambil, karena merasa dan mengetahui bahwa keputusan itu adalah keputusannya
juga.9
C. Kepemimpinan Kepala Sekolah yang Demokratis
Kepala sekolah merupakan komponen pendidikan yang paling berperan dalam
meningkatkan kualitas pendidikan. Seperti yang diungkapkan Supardi (1998:346) bahwa:
Erat hubungannya antara mutu kepala sekolah dengan berbagai aspek kehidupan sekolah
seperti disiplin sekolah, iklim budaya sekolah, dan menurunnya perilaku nakal peserta
didik. Dalam hal ini kepala sekolah bertanggung jawab atas manajemen pendidikan secara
mikro yang secara langsung berkaitan dengan proses pembelajaran di sekolah.
Apa yang diungkapkan di atas menjadi lebih penting sejalan dengan semakin kompleksnya
tuntutan tugas kepala sekolah, yang menghendaki dukungan kinerja yang semakin efektif
dan efesien. Disamping itu, perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan budaya
yang diterapkan dalam pendidikandisekolah juga cendrung bergerak maju semakin pesat,
sehingga menuntut penguasaan secara professional. Menyadari hal tersebut, setiap kepala
sekolah dihadapkan pada tantangan untuk melaksanakan pengembangan pendidikan secra
terarah, berencana, dan berkesinambungan untuk meningkatkan kualitas pendidikan.10
Sekolah adalah lembaga yang bersifat kompleks dan unik. Bersifat komplek karena
sekolah sebagai organisasi di dalamnya terdapat berbagai dimensi yang satu sama lain
saling berkaitan dan saling menentukan. Sedang sifat unik, menunjukan bahwa sekolah
sebagai organisasi memiliki ciri-ciri tertentu yang tidak dimiliki oleh organisasi-organisasi
lain. Ciri-ciri yang menempatkan sekolah memiliki karakter tersendiri, di mana terjadi
proses belajar mengajar, tempat terselenggaranya pembudayaan kehidupan umat manusia.
Karena sifatnya yang kompleks dan unik tersebutlah, sekolah sebagai organisasi
memerlukan tingkat koordinasi yang tinggi, keberhasilan sekolah adalah keberhasilan
kepala sekolah.
Kepala sekolah yang berhasil apabila mereka memahami keberadaan sekolah sebagi
organisasi yang kompleks dan unik, serta mampu melaksanakan peranan kepala sekolah
sebagi orang yang diberi tanggungjawab untuk memimpin sekolah.
Study keberhasilan kepala sekolah menunjukan bahwa kepala sekolah adalah seorang yang
menentukan titik pusat dan irama suatu sekolah.
Berdasarkan rumusan hasil study diatas menunjukan betapa penting peranan kepala
sekolah dalam mengerakkan kehidupan sekolah mencapai tujuan . Ada dua hal yang perlu
diperhatikan dalam rumusan tersebut yaitu sebagai berikut:
a. Kepala sekolah berperan sebagai kekuatan sentral yang menjadi kekuatan penggerak
kehidupan sekolah.
b. Kepala sekolah harus memahami tugas dan fungsi mereka demi keberhasilan sekolah,
serta memiliki kepedulian kepada staf dan siswa.11
Sesuai dengan ciri-ciri sekolah sebagai organisasi yang bersifat kompleks dan unik tugas
dan fungsi kepala sekolah seharusnya dilihat dari berbagai sudut pandang. Dari sisi tertentu
kepala sekolah dapat dipandang sebagai pejabat formal, sedang dari sisi lain kepala
sekolah dapat berperan sebagai manejer, sebagai pemimpin, sebagai pendidik dan yang
tidak kalah penting seorang kepala sekolah juga berperan sebagai staff.
D. Kesimpulan
Memang tidak mudah menjadi kepala sekolah, banyak hal yang harus dipahami, banyak
masalah yang harus dipecahkan,dan banyak startegi yang harus dikuasai. Karena dalam hal
ini kepala sekolah harus benar-benar memperhatikan semua elemen yang terdapat pada
sekolah, sebut saja perkembangan kinerja guru, administrasi, murid-murid dan pasilitas-
pasilitas yang dimiliki sekolah. Memang perkembangan semua ini merupakan tanggung
jawab kepala sekolah sebagai leader tapi apakah kepala sekolah bisa mengerjakan ini
dengan maksimal tanpa bantuan dari staf-staf yang ada baik dari pihak guru, pegawai dan
murid-murid.
Dalam hal ini kepala sekolah harus menjadi orang yang demokratis yang selalu siap
berbagi dengan para bawahannya karena dengan demikian seluruh system akan berjalan
dengan sesuai yang diinginkan oleh semua pihak.
Tidak kecil peranan yang dimainkan oleh nilai-nilai yang dianut oleh seorang kepala
sekolah yang demokratis dalam peningkatan usahanya menjadi pemimpin yang efektif.
Keseluruhan nilai-nilai yang dianut berangkat dari filsafat hidup yang menunjang tinggi
harkat dan martabat manusia. Kepala sekolah yang demokratis memperlakukan
bawahannya dengan cara yang manusiawi. Satu rumus yang nampaknya sangat sederhana,
akan tetapai sesungguhnya merupakan sumber dari semua presepsi, sikap, perilaku dan
gaya kepemimpinan seseorang.
Untuk itu, semua pihak yang terdapat disekolah harus selalu sejalan dalam peningkatan
mutu pendidikan dan lagi-lagi kepala sekolah lah yang benar-benar harus membimbing
para bawahannya agar semua berjalan sesuai dengan harapan.

DAFTAR PUSTAKA
Kartono. Kartini, Pemimpin dan Kepemimpinan,(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001)
Mulyasa. E, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2006)
P Sondang Siagian, Organisasi Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, (Jakarta: Gunung
Agung, 1985) cet ke-2
P Sondang Siagan, Teori dan Praktek Kepemimpinan, (Jakarta: Rineka cipta, 2003), cet ke-
5
Rivai. Veithzal, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2007), edisi kedua
Wahjosumijo, Kepemimpinan kepala Sekolah, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1999)
Yukl. Gary, Kepemimpinan dalam Organisasi, (Jakarta: Prentice-Hall, 2001)


1 Gary Yukl, Kepemimpinan dalam Organisasi, (Jakarta: Prentice-Hall, 2001), h. 4
2 Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan,(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001) h
.163
3 Sondang P Siagian, Organisasi Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi,
(Jakarta:Gunung Agung, 1985) cet ke 2, h. 12
4 Veithzal Rivai, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2007), edisi kedua, h. 3
5 Veithzal Rivai, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi,h. 53-56
[6]. Hasyim asyari. Naskah Ujian Komprehensif, Jakarta. 2007
7 Sondang P Siagan . Teori dan Praktek Kepemimpinan, cetakan kelima(Jakarta: Rineka
cipta, 2003) h.38-39
8 Veithzal Rivai, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi,h. 57
9 Sondang P Siagan . Teori dan Praktek Kepemimpinan, cetakan kelima(Jakarta: Rineka
cipta, 2003) h.41-42

10 . E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya,2006) h. 25
11 10 . Wahjosumijo, Kepemimpinan kepala Sekolah, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
1999) h. 81-82

Anda mungkin juga menyukai