PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persoalan yang dihadapi bangsa saat ini dari hari kehari makin
banyak, tanpa ada titik terang penyelesaiannya. Semua lini kehidupan
mengalami persoalan dan cobaan yang tak habis-habisnya. Adapun kasus-
kasus secara umum yang sering terjadi dimasyarakat dan bahkan bukan
hal yang lazim lagi di Indonesia yaitu kasus narkoba, korupsi, kekerasan
seksual, begal, persaingan politik yang tidak sehat, masalah etnis, budaya
dan agama, serta masih banyak kasus-kasus tak terpuji yang terjadi
dimasyarakat. Kasus-kasus tersebut bukan hanya masyarakat biasa yang
menjadi pelakunya, tetapi sering kita melihat dan menyaksikan bahwa
yang menjadi pelakunya adalah orang terhormat dan berpendidikan tinggi
dan dampak dari perbuatan mereka adalah masyarakat kecil. Maksudnya
adalah masyarakat kecil akan berpikir bahwa mereka yang berpendidikan
tinggi saja melakukan hal-hal yang melanggar norma-norma yang telah
ditetapkan dan dihukum tidak lama di penjara, dan pada akhirnya mereka
pun terpengaruh melakukan hal-hal yang tidak baik.
Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif
Berbahaya (NAPZA) di Indonesia setiap tahun semakin meningkat.
Menurut Badan Narkotik Nasional (BNN), pengguna narkoba mencapai
3,6 juta orang pada tahun 2019. Penyalahgunaan NAPZA merupakan
masalah global yang mengakibatkan dampak buruk diberbagai sektor
kehidupan masyarakat, yang meliputi aspek kesehatan, pendidikan,
pekerjaan, kehidupan sosial, dan keamanan. https://kemensos.go.id
Selain kasus narkoba yang marak terjadi di Indonesia, kasus
korupsi pun menjadi kasus terbanyak yang dialami bangsa Indonesia.
Berdasarkan data ICW diketahui sepanjang tahun 2020 terjadi 1.218
perkara korupsi yang disidangkan di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi,
Pengadilan Tinggi dan Mahkamah Agung. Dari total terdakwa korupsi
1
yang 1.218 perkara, tercatat praktek korupsi dilakukan paling besar
dilakukan oleh Aparatur Sipil Negara (ASN) dengan 321 kasus, pihak
swasta 286 kasus, dan perangkat desa dengan 330 kasus.
https://nasional.kompas.com
Kasus berikutnya yang sering terjadi di Indonesia adalah
radikalisme. Radikalisme adalah paham atau aliran yang menginginkan
perubahan atau pembeharuan sosial dan politik dengan cara kekerasan.
Paham ini juga mengacu pada sikap ekstrem dalam aliran politik.
Radikalisme dianggap sebagai paham yang membahayakan keutuhan
NKRI karena hanya tidak mengancam dari luar tetapi menyusup kedalam
diri melalui pencucian otak yang dilakukan oleh kelompok intoleran. Hasil
penelitian LIPI menyatakan bahwa ada empat penyebab berkembangnya
radikalisme di Indonesia yaitu faktor ekonomi, ideologi, agama dan
politik. https://www.dw.com
Masalah pendidikan saat ini sangatlah kompleks karena disemua
aspeknnya terdapat persoalan yang harus diselesaikan. Dekadensi moral
telah meraja lela dalam dunia pendidikan sehingga menjadi potret buram
dalam dunia pendidikan. Hal ini bisa dilihat dari maraknnya perkelahian
antarpelajar, peredaran video dan foto porno yang diperankan oleh pelajar,
adannya kecurangan dalam ujian nasional, dan banyak begal motor yang
anggotannya adalah pelajar, serta perilaku peserta didik yang kurang
menghargai orang yang lebih tua termasuk gurunnya. Hal-hal seperti inilah
yang membutuhkan penanganan dan pengobatan saat ini. .
Di era milenial ini kemajuannya sangat pesat apa lagi di bidang
IPTEK. Kemajuan suatu Negara pastinya menpunyai dampak yang positif
dan juga negatif baik dari segi kehidupan ekonomi, sosial masyarakat dan
pendidikan. Oleh karena itu untuk menghasilkan masyarakat yang baik
dan berkualitas di era yang semakin canggih ini tentu membutuhkan
sarana untuk membentuk karakternya dan untuk menangani persoalan
tersebut, maka implementasi pendidikan karakter menjadi suatu
keniscayaan.
2
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Pasal 3 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan “Pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang martabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang baik dan takwa kepada Tuhan YME, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab”. Dapat disimpulkan bahwa pasal
tersebut merupakan dasar untuk pengembangan dan pembentukan
pendidikan karakter untuk manusia khususnya generasi muda.
http:journal.staincurup.ac.id/index.php/JPD
Tema kurikulum 2013 adalah menghasilkan insan Indonesia yang
produktif, kreatif, inovatif, dan efektif. Melalui penguatan sikap,
keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi. Implementasi kurikulum
2013 merupakan aktualisasi kurikulum dalam pembelajaran dan
pembentukan kompetensi serta karakter peserta didik. Hal tersebut
menuntuk keaktifan guru dalam menciptakan dan menumbuhkan berbagai
kegiatan sesuai dengan rencana yang telah diprogramkan.
Pendidikan karakter merupakan gerakan nasional untuk
menciptakan sekolah yang membina generasi muda yang beretika,
bertanggung jawab dan peduli. Pendidikan kerakter juga bukan hanya
mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah. Lebih dari itu,
pendidikan karakter adalah usaha untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan
yang baik sehingga peserta didik mampu bersikap dan bertindak
berdasarkan nilai-nilai kepribadiannya. Dengan kata lain, pendidikan
karakter yang baik harus melibatkan pengetahuan yang baik, perasaan
yang baik, dan perilaku yang baik.
Karakter pada umumnya dihubungkan dengan watak, akhlak atau
akal budi pekerti yang dimiliki seseorang sebagai jati diri atau
karakteristik kepribadian yang membedakan seseorang dari orang lain.
Dengan kata lain karakter merupakan kebiasaan baik seseorang sebagai
3
cerminan dari jati dirinya. Hal ini sejalan dengan pendapat Hill bahwa,
“Character determines someone”s privete thoughts and someone”s action
done. Good character is the inward motivation to what right, according to
the highest standard of behavior in every situation (Sofyan, dkk. 2018: 38-
39)
Salah satu tempat untuk menanamkan karakter anak adalah di
sekolah. Sekolah merupakan tempat yang strategis untuk menanamkan
karakter karena semua anak akan mengenyam pendidikan disekolah,
sehingga yang didapatnya akan mempengaruhi pembentukan karakternya.
Pembentukan karakter di sekolah diajarkan oleh guru, oleh karena itu
seorang guru harus berperan baik dalam bersikap didepan peserta didik,
guru tidak boleh bersikap jelek kerena peserta didik akan meniru apa yang
dilakukan oleh gurunya.
Pendidikan karakter bukan hanya berguna untuk pertumbuhan dan
perkembangan individu secara akademik dan moral. Pendidikan karakter
jika dilaksanakan dengan baik, akan dapat membantu individu agar
menjalani hidup lebih bahagia dan bermakna, bahkan kebermaknaan
individu akan hidupnnya ini dapat meningkatkan perbaikan dalam tatanan
masyarakat, yaitu memberikan kemajuan dan kesejateraan bagi
masyarakat secara keseluruhan. Berbagai macam persoalan dalam
masyarakat, yang menunjukan lemahnya integritas moral warga
negaranya, membuat pendidikan karakter menjadi salah satu korektif bagi
pembaruhan tatanan dalam masyarakat yang mendesak untuk diterapkan.
Pendidikan karakter memberikan tawaran janji sosial kedepan bagi
terbentuknnya tatanan masyarakat yang lebih manusiawi, adil, demokratis,
dan bertanggung jawab.
Oleh karena itu, pendidikan karakter sangat perlu
diimplementasikan di Sekolah Dasar karena untuk mengembangkan
karakter anak bangsa Indonesia yang sudah mulai luntur. Dengan
dilaksanakannya pendidikan karakter di Sekolah Dasar, diharapkan dapat
menjadi solusi atas masalah-masalah sosial yang terjadi di masyarakat.
4
Berdasarkan hasil wawancara penulis pada hari Senin, 29 Maret
2021 dengan ibu Veronika Ipa Hoy, S.Pd, guru kelas IV di SDK. Bali
loura, menyatakan bahwa secara umum karakter siswa kelas IV di SDK.
Bali Loura memiliki karakter yang baik, tetapi ada beberapa siswa yang
sedikit memiliki karakter kurang baik, contohnya tidak sopan kepada guru
“Hal ini dilihat dari cara mereka berbicara, bersikap, dan dari tingkat
kepatuhannya, ketika guru menasehati ada beberapa siswa yang
melawan”, kurang menghargai orang lebih tua, kurang memiliki sikap
solider dan bela rasa, dan kurang menghargai teman yang berbeda.
Penyebab siswa memiliki karakter kurang baik yaitu lingkungan
keluarga dan lingkungan pergaulannya. Keluarga yang kurang
memperhatikan anaknya dapat menyebabkan karakter anak tersebut
menjadi tidak baik dan lingkungan pergaulan juga mempunyai peran
penting dalam pengembangkan karakter anak, jika lingkuangan
pergaulannya baik maka karakter anak tersebut juga akan baik tetapi jika
lingkungan pergaulan anak tersebut tidak baik maka karakter anak tersebut
juga akan kurang baik.
Dengan demikian berdasarkan masalah di atas maka peneliti
tertarik untuk meneliti tentang “Implementasi Pendidikan Karakter Dalam
Pembelajaran di Kelas IV di Sekolah Dasar Katolik Bali Loura,
Kecamatan Loura/Kabupaten Sumba Barat Daya”
B. Fokus Penelitian
Fokus penelitian dalam penelitian ini yaitu “Implementasi
Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran di Kelas IV di Sekolah Dasar
Katolik Bali Loura, Kecamatan Loura/Kabupaten Sumba Barat Daya”.
5
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan
yang akan dikaji dapat dirumuskan sebagai berikut:” Bagaimana
Implemetasi Pendidikan Karakter Dalam Pembelajara di Kelas IV di
Sekolah Dasar Katolik Bali Loura, Kecamatan Loura/Kabupaten Sumba
Barat Daya”.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana
implementasi pendidikan karakter dalam proses pembelajaran di kelas IV
di Sekolah Dasar Katolik Bali Loura, Kecamatan Loura/Kabupaten Sumba
Barat Daya.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari kegiatan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini, berfungsi untuk menambah pengembangan
keilmuan dan memperluas wawasan tentang pendidikan karakter di
SDK. Bali Loura.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Kepala Sekolah
Hasil dari penelitian dijadikan acuan bagi kepala sekolah
sebagai pengelolah untuk lebih memperdalam lagi implementasi
pendidikan karakter di SDK. Bali Loura.
b. Bagi Guru Kelas
Penelitian ini berfungsi memberikan pengetahuan baru
bagi guru kelas tentang implementasi pendidikan karakter yang
dapat dijadikan referensi implementasi kepada peserta didiknya.
6
c. Bagi Masyarakat (orang tua)
Dapat menambah wawasan masyarakat (orang tua) bahwa
implementasi pendidikan karakter yang baik bagi anak
dilingkungan masyarakat dan keluarga sangat membantu untuk
menghasilkan anak-anak muda yang berkarakter baik serta
berkualitas.
d. Bagi Pemerintah
Sebagai bahan pertimbangan pemerintah agar lebih
memperhatikan lagi regulasinya di dunia pendidikan tentang
bagaimana meningkatan karakter anak bangsa yang baik.
e. Bagi Peneliti
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pendidikan Karakter
Dalam bab ini akan menjelaskan tentang dasar teori yang
digunakan sebagai acuan dalam meningkatkan pendidikan karakter.
Bab ini akan membahas tentang pengertian pendidikan, pendidikan
karakter, nilai-nilai pendidikan karakter, fungsi pendidikan karakter,
dan tujuan pendidikan karakter serta beberapa teori yang berkaitan
dengan pendidikan karakter.
1. Pengertian Pedidikan
8
pada generasi mudah sebagai usaha menyiapkan agar dapat memenuhi
fungsi dikehidupanya baik jasmaniah maupun rohaniah. Artinnya
pendidikan adalah usaha secara sengaja dari orang dewasa untuk
mempengaruhi dan meningkatkan peserta didik ke kedewasaan yang
selalu diartikan mampu menimbulkan tanggung jawab moral dari se-
gala perbuatannya.
9
2. Pendidikan Karakter
10
lain, karakter ini mengacuh kepada serangkaian pengetahuan, sikap
dan motivasi serta perilaku dan keterampilan (Sofyan 2018: 39).
11
mengembangkan kurikulum berbasis pendidikan karakter (Suwardani,
2020: 23).
12
agar nilai kejujuran itu menjadi miliknya dan menjadi bagian
hidupnya yang memengaruhi seluruh cara berpikir dan bertindak
dalam hidupnya, akhirnya diharapkan kejujuran itu menjadi tabiatnya
dalam kehidupan dimana pun (Suparno, 2015: 30).
13
Mulyasa (2011: 9) berpendapat pendidikan karakter
menekankan pada keteladanan, penciptaan lingkungan, dan
pembiasaan. Pendidikan karakter mempunyai tingkat yang lebih tinggi
dengan pendidikan budaya prakerti. Hal ini ditunjukan dengan ruang
lingkup pelaksanaan yang tidak terbatas pada proses pembelajaran.
14
merupakan suatu pengajaran yang dilakukan untuk menanamkan
kebiasaan (habituation) tentang yang baik sehingga peserta didik
paham, mampu merasakan, dan mau melakukan yang baik” (Sofyan,
dkk. 2018: 55).
15
Agar pendidikan karakter berjalan dengan baik, semua
unsur ini harus dikembangkan. Anak didik dibantu mengerti nilai
yang mau dilakukan (pengetahuan), dibantu menjadi tertarik pada
nilai itu (efeksi), dan akhirnya dibantu untuk melakukannya dalam
hidup nyata (aksi). Semua unsur ini harus dikembangkan dalam
proses pendidikan, sehingga anak menjadi berkembang utuh.
1. Religius
Sikap dan perilaku patuh dalam melaksanakan ajaran agama
yang dianutnnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama
lain, dan rukun dengan pemeluk agama lain.
2. Jujur
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya
sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan,
tindakan, dan pekerjaan.
3. Tanggung Jawab.
Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan
kewajibannya, yang seharusnnya dilakukan terhadap diri
sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya),
Negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
16
4. Bergaya Hidup Sehat
Segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam
menciptakan hidup yang sehat dan menghindari kebiasaan
buruk yang dapat mengganggu kesehatan.
5. Disiplin
Tindakan yang menunjukan perilaku tertib dan patuh terhadap
berbagai ketentuan dan peraturan.
6. Kerja Keras
Perilaku yang menunjukan upaya sungguh-sungguh dalam
mengatasi berbagai hambatan guna menyelesaikan tugas
(belajar/pekerjaan) dengan sebaik-baiknnya.
7. Berpikir Logis, Kritis, Kreatif, dan Inovatif.
Berpikir dan melakukan sesuatu secara nyata atau logika untuk
menghasilkan cara atau hasil baru dan termutakhir dari apa
yang telah dimilki.
8. Mandiri
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang
lain dalam menyelesaikan tugas-tugasnya.
9. Rasa Ingin Tahu
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui
lebih mendalam dan meluas dari suatu yang dipelajari, dilihat,
dan didengar.
10. Cinta Ilmu
Cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukan
kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tertinggi terhadap
pengetahuan.
17
11. Sadar Akan Hak dan Kewajiban Diri dan Orang Lain
Tahu dan mengerti serta melaksanakan apa yang menjadi
milik/hak diri sendiri dan orang lain serta tugas/kewajiban diri
sendiri serta orang lain.
12. Patut Pada Aturan-Aturan Sosial
Sikap menurut dan taat terhadap aturan-aturan berkenaan
dengan masyarakat dan kepentingan umum.
13. Menghargai Karya dan Prestasi Orang Lain
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk
menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan
mengakui serta menghormati keberhasilan orang lain.
14. Santun
Sifat yang halus dan baik dari sudut pandang tata bahasa
ataupun tata perilaku kesemua orang.
15. Demokratis
Cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak
kewajiban dirinnya dan orang lain.
16. Peduli Lingkungan
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah pada
kerusakan lingkungan alam disekitarnya, dan mengembangkan
upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang terjadi,
serta selalu ingin memberikan bantuan bagi orang lain dan
masyarakat yang membutuhkan.
17. Menghargai Keragaman
Sikap memberikan respek/hormat terhadap berbagai macam
hal, baik yang berbentuk fisik, sifat, adat, budaya, suki, dan
agama.
18. Peduli Sosial
Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberikan bantuan pada
orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
18
4. Fungsi Pendidikan Karakter
19
menginternalisasi serta mempersonalisasikan nilai-nilai karakter
dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.
20
dalam suasana keluarga yang jujur, tekun bekerja, dan
menghargai perbedaan yang ada, bergaul baik dengan
tetangga yang berbeda, terbantu juga untuk berkarakter tekun,
jujur, dan mudah menerima perbedaan waktu di sekolah dan
di masyarakat.
Demikian jelas bahwa suasana keluarga menjadi angat
penting bagi perkembangan karakter anak. Maka penting
dalam pendidikan karakter di sekolah melibatkan orang tua
dan keluarga agar pendidikan dapat lebih efektif dan berjalan
lancar.
2. Guru
Guru di sekolah mempunyai andil besar dalam pendidikan
karakter anak. Guru, lewat pengajarannya dan lewat sikapnya,
dapat mengajarkan yang baik. Keteladanan guru sangat
penting dalam pendidikan karakter utama lebih kecil di SD
dan SMP. Anak-anak dapat lebih mudah meniru apa yang
dilakukan gurunya. Mengajarkan perhatian pada orang kecil
hanya mungkin bila guru memang memperhatikan orang
kecil, termasuk anak-anak kecil dan lemah. Contoh
kehidupan dan sikap guru seperti hormat pada orang lain,
jujur dan terbuka dalam mengoreksi pekerjaan siswa, dekat
dengan anak, tidak mendiskriminasi anak-anak tertentu dan
sikap mencncintai semua anak akan membantu anak-anak
belajar nilai karakter dan mengembangkannya.
Oleh karena peran guru dalam pendidikan karakter sangat
penting, maka sekolah perlu memilih guru-guru yang
sungguh dapat dicontohdan sungguh-sungguh menaruh
perhatian pada perkembangan karakter anak-anak.
3. Teman atau Kelompok
Sikap dan karakter anak, terutama anak remaja, sangat
dipengaruhi teman atau kelompok atau klan mereka. Banyak
21
anak-anak remaja bergaul dangan pecandu narkoba, akhirnya
terjerumus menjadi pengguna narkoba juga. Seorang anak
dari keluarga baik-baik, namun karena teman-temannya
adalah anak-anak yang malas belajar dan hanya menganggu
orang lain, maka ia dapat terpengaruh menjadi anak malas
dan perusak. Sebaliknya, seorang anak yang bergabung
dengan kelompok anak yang rajin belajar, bermoral baik,
suka membantu orang lain, dapat berkembang menjadi anak
yang baik pula.
4. Lingkungan Sekolah
Lingkungan sekolah dengan suasana yang khas mempunyai
pengaruh pada pendidikan dan pengembangan karakter anak.
Suasana sekolah yang tidak sesuai dengan nilai karakter yang
mau dibangunkan pada siswa, jelas tidak akan membantu
perkembangan karakter siswa. Misalkannya di sekolah ingin
menanamkan karakter jujur dan disiplin pada siswa, sangat
penting suasana sekolah didasari kejujuran dan kedisiplinan.
Oleh karena itu, bila sekolah memang ingin menanamkan
karakter tertentu pada siswa, sekolah harus diatur sesuai
dengan nilai karakter itu dan suasananya juga dibangun
dengan suasana yang mendukung.
5. Masyarakat atau lingkungan
Pendidikan dan pembentukan karakter anak-anak remaja
juga dipengaruhi oleh keadaan, situasi, dan karakter
masyarakat atau lingkungan sekitar anak-anak itu. Kalau
masyarakat sungguh baik dan berkarakter kuat, maka anak-
anak juga akan lebih mudah belajar karakter di situ dan
memilih karakter yang baik. Sementara kalau lingkungannya
tidak baik, maka anak akan dengan mudah terpengaruh jelek.
Misalnya kalau masyarakat sekitar anak-anak kebanyakan
diskriminatif dan sulit menerima orang dari kelompok lain,
22
maka anak-anak dengan mudah meniru. Kalau lingkungan
suka kekerasan, maka anak-anak juga akan meniru menjadi
keras. Sementara bila lingkungan sekitar jujur, suka
membantu orang asing, bekerja giat, maka anak-anak juga
dengan mudah terpengaruh baik.
6. Buku Bacaan
Banyak orang mengatakan bahwa karakter mereka menjadi
seperti sekarang karena pengaruh buku yang mereka baca
sejak sekolah. Banyak anak-anak memang berkembang
karakternya karena buku yang dibacamemberi inspirasi bagi
kehidupannya. Misalnya beberapa anak menjadi berkarakter
pemberani, tidak takut keluar rumah, tidak takut pada situasi
baru, berani mendaki gunung, berani mencoba tantangan
yang berat karena membaca kisah-kisah petualangan dan
buku-buku novel dan kisah pejuang.
Beberapa anak menjadi berkarakter jelek, suka berpikir
porno, melakukan pelecehan, mencari pemuasan seks, karena
buku yang dibaca adalah buku yang porno, yang membuatnya
tertarik selagi masih anak dan remaja. Disini sangat penting
sekolah membantu anak untuk dapat memilih buku yang
dibaca, apakah buku yang baik atau tidak baik. Maka di
banyak sekolah, selalu disediakan banyak buku
kepahlawanan, kisah tokoh penemu bidang pengetahuan dan
seni, yang dapat memberi inspirasi pada anak sekolah untuk
mengembangkan karakter yang sesuai.
7. Media, Televisi, Video, Internet, Gadget
Di zaman media elektronik dan teknologi informasi
sekarang ini, media seperti televise, video, internet, HP,
gadget, dan lain-lain sangat mempengaruhi karakter anak
mudah. Banyak anak remaja dengan mudah meniru apa yang
terjadi di media, seperti televisi, internet, facebook, HP. Kalau
23
yang mereka lihat tiap hari adalah hal-hal yang jelek seperti
pornografi, kosumerisme, budaya instan, kekerasan,
penipuan, ketidak jujuran, maka mereka dengan mudah akan
terpengaruh.
Teknologi informasi jelas banyak manfaatnya untuk
meningkatkan kemampuan kita belajar dan berkomunikasi
dengan siapa di dunia ini dengan cepat yang dapat
memperlancar pekerjaan kita. Namun, disisi lain teknologi
informasi memberikan informasi dan juga pengaruh yang
tidak baik dan dapat merusak karakter orang mudah.
8. Agama
Agama yang dianut anak dan pendidikan agama yang
terkait mempunyai pengaruh yang kuat pada perkembangan
karakter anak. Kalau pendidikan agama anak itu sungguh
baik dan mengajarkan tindakan-tindakan yang bermoral,
maka anak-anak juga akan berkembang menjadi orang yang
bermoral dan karakternya menjadi lebih kuat. Kalau agama
dan pendidikan agama yang dianutnya mengajarkan sikap
yang kurang baik, maka anak-anak itu akan menjadi kurang
baik. Misalnya, jika anak-anak sejak kecil diajari untuk
bersikap ekstrem dan diskriminatif terhadap orang lain, maka
mereka akan menjadi penghambat semangat kerukunan dan
penghargaan pada pribadi orang lain. Disinilah pentingnya
memilih guru agama yang sungguh baik, sehingga yang
diajarkan pada anak-anaka adalah nilai baik.
Pemahaman ajaran agama tidak mendalam dan hanya
melihat kata, jika tidak hati-hati dapat menyebabkan anak
remaja menjadi salah pengertian dan akhirnya melakukan
tindakan yang tidak benar menurut agama mereka sendiri.
24
B. Implementasi Pendidikan Karakter
1. Pengertian Implementasi
25
ketakwaan,nilai keimanan, nilai kejujuran, nilai kepedulian hingga
nilai etika atau sopan santun (Kaelan. 2010).
26
kegiatan penutup disimpulkan perilaku apa saja yang harus
dikuasai peserta didik setelah mempelajari konsep karakter.
Jadi, dalam proses pembelajaran PKN, pendidik harus
mampu menciptakan watak atau karakter pada setiap
peserta didik.
3. Evaluasi pembelajran PKN yang menerapkan nilai-nilai
karakter dilakukan pada pembentukan karakter. Dengan
melihat hasil tugas mingguan yang berupa tugas
peningkatan karakter/sikap yang dibuat oleh peserta didik,
terlihat perubahan dan peningkatan pada diri mereka secara
bertahap setiap minggunya. Berdasarkan hasil observasi
kegiatan belajar didapatkan perubahan sikap yang cukup
baik. Contoh, untuk membentuk karakter tanggung jawab,
peserta didik yang tidak berpartisipasi dalam kerja
kelompok diberi hukuman yang disepakati bersama.
27
perbedaan, kurang multicultural. berbeda.
multibudaya. b. Hidup damai dengan teman yang
berbeda.
c. Mau kerja sama dengan teman
yang berbeda
3 Konflik kebencian, Penghargaan a. Menghargai siapa pun sebagai
tidak hargai pribadi, HAM. pribadi.
pribadi. b. Menghargai hak teman, guru,
karyawan, orang tua.
c. Hormat kepada orang tua, guru,
karyawan.
4 Ketidak adilan, Keadilan a. Adil pada teman, guru, karyawan
diskriminatif. orang tua.
b. Adil pada orang kecil.
c. Suka berbagi dengan teman.
28
c. Disiplin dalam bertindak,
bekerja.
9 Daya juang lemah, Daya juang a. Gigih dalam berjuang.
budaya instan. b. Tidak mudah mengeluh.
c. Berani mengerjakan persoalan
sulit.
10 Tidak taat hukum. Taat pada a. Menaati hukum/aturan.
hukum. b. Menaati aturan main masyarakat.
c. Menaati hukum lalu lintas.
11 Cinta tanah air Cinta tanah air. a. Sikap menghargai dan mencintai
kurang tinggi. tanah air dan bangsa.
b. Bangga pada tanah air.
c. Mengembangkan diri untuk
dapat menyumbang masyarakat.
C. Kurikulum 2013
1. Pengertian Kurikulum 2013
29
tanggung jawab dari sekolah semata, tetapi tanggung jawab semua
pihak seperti orang tua peserta didik, pemerintah, dan masyarakat
(Mulyasa, 2013).
30
Mengucap syukur ketika
berhasil mengerjakan sesuatu.
Menjaga lingkungan hidup
disekitar sekolah, rumah dan
masyarakat.
Dll
31
dalam bentuk jasa atau
barang dari orang lain.
Dll
Disiplin adalah tindakan mengikuti peraturan yang
yang menunjukan ada di sekolah.
perilaku tertib dan patuh Tertib dalam mengikuti
terhadap berbagai pembelajaran.
ketentuan dan peraturan. Hadir di sekolah tepat
waktu.
Memakai pakaian seragam
dengan lengkap dan rapi.
Melaksanakan piket
kebersihan kelas.
Mengumpulkan
tugas/pekerjaan rumah tepat
waktu.
Dll
32
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Metode penilitian
kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistik karena
penelitiannya dilakukan pada kondisi alamiah, disebut juga sebagai
metode etnografi. Penelitian kualitatif dilakukan pada objek alamiah yang
berkembang apa adanya, tidak dimanipulasi oleh peneliti dan kehadiran
tidak begitu mempengaruhi dinamika pada objek tersebut.
Penelitian kualitatif instrumennya peneliti itu sendiri. Menjadi
instrumen, maka peneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan luas,
sehingga mampu bertanya, menganalisis, memotret dan menkontruksi
situasi sosial yang diteliti menjadi lebih jelas dan bermakna. Penelitian ini
merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Menurut Sugiyono (2010: 15)
“Metode penelitian kualitatif merupakan metode penelitian
yang berlandaskan pada fissafat positivisme, digunakan untuk
untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai
lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai
instrument kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan
secara purposive dan snowbaal, teknik pengumpulan dengan
trianggulasi, analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil
penelitian kualitatif lebih menekan makna dari pada
generalisasi”.
33
dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dengan
memanfaatkan berbagai metode alamiah. Tujuan penelitian kualitatif yaitu
memahami, mencari makna dibalik data, untuk menemukan kebenaran
empiris sensual maupun empiris logis.
Metode yang dipakai adalah metode deskriptif kualitatif yaitu
dengan cara mengumpulkan, serta menganalisis data obyek yang diteliti.
Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah
yang diselidiki dengan menggambar/melukis keadaan subjek/objek
penelitian (seorang, lembaga, masyarakat lain) pada saat sekarang
berdasarkan fakta-fakta yang ampak sebagai adanya (Nawawi, 2015: 65).
C. Sumber Data
34
guru kelas IV SDK. Bali Loura, kepala sekolah, dan guru wakil
kurikulum.
35
obyek yang akan diteliti. Observasi diartikan sebagai pengamatan dan
pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek
penelitian (Sugiyono, 2010: 203). Observasi yang peneliti lakukan
adalah observasi non partisipan dan terstruktur.
Dalam penelitian ini peneliti akan mengobservasi mata pelajaran
PKN, apakah di mata pelajaran PKN diimplementasikan pendidikan
karakter atau tidak. Poin-poin penting yang akan diobservasi oleh
peneliti yaitu; rencana pembelajaran (RPP), pelaksanaan pembelajaran,
dan evaluasi pembelajaran.
b. Teknik Wawancara.
Menurut Sugiyono (2010: 194), wawancara digunakan sebagai
teknik pengumpulan data apabila peneliti akan melaksanakan studi
pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan
juga peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih
mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil.
Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan terstruktur karena peneliti
menggunakan pedoman wawancara yang disusun secara sistematis dan
lengkap untuk mengumpulkan data yang dicari.
c. Dokumentasi
Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi dalam penelitian
ini digunakan untuk mengkaji dokumen berupa foto atau rekaman agar
meperkuat hasil dari pengumpulan data dan berupa dokumen resmi
seperti pada saat melakukan wawancara. Tujuan dari dokumentasi
adalah untuk mendapatkan keterangan dan akan dijadikan bukti dalam
suatu penelitian. Dalam penelitian ini yang akan didokumentasi adalah
proses wawancara peneliti dengan beberapan informan di SDK. Bali
Loura (guru kelas IV, kepala sekolah, dan wakil kurikulum), RPP, tugas
siswa, hasil belajar siswa dan dokumen-dokumen lainnya yang
dibutuhkan peneliti untuk dijadikan bukti dalam penelitian ini.
36
E. Analisis Data
Analisis data pada penelitian kualitatif dilakukan pada saat
pengumpulan data berlangsung dan selesai pengumpulan data dalam
periode tertentu (Sugiono, 2010: 337). Data penelitian ini dikumpulkan
dengan cara melakukan wawancara pada guru kelas IV, guru wakil
kurikulum, dan kepala sekolah SDK. Bali Loura, tentang bagaimana
impelementasi pendidikan karakter di sekolah tersebut. Pada penelitian ini
digunakan teknik deskriptif kualitatif.
Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan empat model
interakif Miles dan Herbermas dalam analisa data yaitu, pengumpulan
data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Berikut deskripsi model interaktif Miles dan Herbermas (1989)
melalui empat tahap yaitu:
a. Pengumpulan Data (data collection)
37
b. Reduksi Data (data reduction)
c. Penyajian Data
38
memiliki validasi sehingga kesimpulan ditarik menjadi kokoh (Burgin,
2010: 70).
39
F. Jadwal Penelitian
No Jenis Kegiatan April 2021 Mei 2021 Juni 2021 Juli 2021 Agustus Septemer Oktober
Minggu ke- Minggu ke- Minggu ke- Minggu ke- Minggu ke-
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
1. Pengajuan Judul
2. Pra Observasi dan
Penyusunan Proposal
3. Seminar Proposal
4. Revisi
5. Pelaksanaan
Penelitian
6. Pengolahan Data
7. Sidang Skripsi
40
DAFTAR PUSTAKA
Bungin, Burhan. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Garmon, John. 2011. Pengembangan Karakter Untuk Anak. Jakarta Pusat 10640:
Kesaint Blanc.
Probowati, Yusti, dkk. 2011. Pendidikan Karakter :Perspektif Guru dan Psikolog.
Malang: Selaras
Sumani, Muclas & Hariyanto, 2011. Konsep dan Model Pendidikan Karakter.
Bandung: Remaja Rasdakarya Offset.
41
Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Pendidikan Kualitatif, Kuantitatif dan R & D.
Bandung: Alfabeta.
Umbu, Lede Yohanes. 2018. Tuturan Wewewa dalam Pendidikan Karakter Anak
di daerah Wewewa Kabupaten Sumba Barat Daya. Semarang:
http://unnes.ac.id/prosidingkbs3
42
43