Anda di halaman 1dari 5

KRISIS MORAL PELAJAR DI INDONESIA

Oleh Nadia Awaliyah Sulaeman

Kelas XII IPA 2 SMAN 1 Banjaran

Dunia pendidikan saat ini mengalami berbagai perkembangan dan kemajuan yang
sangat pesat. Apabila masyarakat memiliki pendidikan yang lebih baik, maka kita tidak akan
dipandang sebelah mata oleh orang lain bahkan oleh negara lain. Akan tetapi, kondisi
pendidikan kita saat ini sangat memprihatinkan. Tidak dipungkiri bahwa adanya era
globalisasi ini merubah seluruh kehidupan di masyarakat, baik itu adat, budaya, sistem sosial
politik dan lain-lain yang mempengaruhi setiap elemen kehidupan (Mutiani, 2018).

Rendahnya moral bangsa merupakan permasalahan yang sangat kompleks yang saat
ini sedang dihadapi oleh seluruh komponen dunia pendidikan. Sangat di sayangkan apabila
nilai-nilai moral dan sosial tersebut luntur di dalam kehidupan masyarakat. Krisis moral itu
sendiri merupakan pudarnya sikap, karakter, dan perilaku yang berhubungan dengan kebaikan
dari seseorang (Muhammad Rafi Athallah Mewar,2019;3).

Fenomena krisis moral dalam kehidupan saat ini sangat beragam seiring dengan
kemajuan arus globalisasi. Banyaknya budaya dari luar baik itu yang positif atau negatif
masuk ke negara ini. Budaya ini secara otomatis mempengaruhi moral dan perilaku
masyarakat yang dapat menimbulkan krisis moral. Sehingga krisis moral sudah menjadi hal
yang umum yang ada di tengah masyarakat dunia sekarang. Kalangan yang sangat rentan
mengalami krisis moral adalah anak-anak remaja khususnya para pelajar. Seiring dengan
perkembangan teknologi dan perkembangan zaman, moral remaja justru mengalami
penurunan yang cukup drastis.

Di era globalisasi ini, fenomena krisis moral banyak terjadi pada kalangan remaja
diantaranya pergaulan bebas anak laki-laki dan anak perempuan, sudah dianggap menjadi kata
normal. Itu disebabkan dari kurangnya pendidikan moral dan kurangnya keimanan mereka.
Ternyata begitu pentingnya pendidikan moral dalam kehidupan sehari-hari. Tidak hanya
untuk remaja, tetapi berlaku untuk semua kalangan usia.

Dengan adanya pementukan budaya masyarakat dan proses peniruan gaya hidup, tidak
mengherankan pada masa sekarang adanya perubahan cepat dalam teknologi informasi
menimbulkan pengaruh negatif meskipun pengaruh positifnya masih terasa. Terlihat pada

1
sikap remaja yang mengikuti perkembangan mode dunia, mulai dari fashion, gaya rambut,
pakaian, cara bertutur kata yang lebih sering menggunakan kata-kata gaul. Bahkan itu pun
mereka ucapkan pada saat berbicara kepada orang yang lebih tua.

Lebih jauh lagi, dampak bagi remaja dapat dilihat mudahnya remaja mendapatkan
video pornografi dari internet yang membuat para remaja penasaran untuk mencobanya
melalui kehidupan seks bebas. Bahkan jika hasrat seksualnya tinggi bisa nekat melakukan
pemerkosaan. Selain itu, terdapat fenomena kehidupan remaja di perkotaan sering terlihat
terdapat pasangan muda mudi yang belum resmi, melakukan sikap yang menyimpang dari
moral dan norma. Ironisnya lagi terkadang terjadi penggeledahan di hotel-hotel maupun
tempat-tempat hiburan malam yang dilakukan oleh pihak yang berwenang karena terdapat
praktik mesum. Banyak diantara mereka adalah remaja usia sekolah yang melakukan praktik
mesum. Sungguh pemandangan yang kiranya menandakan bahwa moral remaja bangsa ini
sudah benar-benar merosot.

Menurunnya kualitas moral dalam kehidupan masyarakat Indonesia ini, terutama di


kalangan pelajar menuntut diselenggarakannya pendidikan karakter untuk membangun
karakter pribadi yang lebih baik. Sekolah berperan penting dalam membangun dan
mengembangkan pendidikan karakter. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat (1), pengertian pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pendidikan karakter ini merupakan salah satu alat yang paling penting dan harus
dimiliki oleh setiap orang.Sehingga tingkat pengertian pendidikan karakter seseorang juga
merupakan salah satu alat terbesar yang akan menjamin kualitas hidup seseorang dan
keberhasilan pergaulan di dalam masyarakat. Di samping pendidikan formal yang kita
dapatkan, kemampuan memperbaiki diri dan pengalaman juga merupakan hal yang
mendukung upaya pendidikan seseorang di dalam bermasyarakat. Tanpa itu pengembangan
individu cenderung tidak akan menjadi lebih baik. Pendidikan karakter diharapkan tidak
membentuk siswa yang suka tawuran, menyontek, malas, pornografi, penyalahgunaan obat-
obatan dan lain-lain.

2
Upaya yang dapat dilakukan dalam mengatasi krisis moral pelajar di Indonesia adalah
dengan menerapkan pendidikan karakter. Dapat dilakukan dalam tiga cara, yaitu melalui
pembelajaran, melalui ekstra kurikuler dan melalui budaya sekolah. Usaha yang demikian
merupakan usaha sekolah untuk mengatasi krisis moral yang terjadi pada diri peserta didik, di
mana pada akhir-akhir ini cukup parah. Dalam menerapkan pendidikan karakter tentunya
tidak bisa lepas dari peran orang tua, guru, lingkungan masyarakat dan pemerintah. Oleh
sebab itu ada beberapa aspek yang sebaiknya diperhatikan diantaranya:

1. Aspek Pendidikan Orang tua

Orang tua memegang peran yang penting dalam mendidik dan mengarahkan anak mencapai
cita-cita dan keinginannya, untuk itu menanamkan pendidikan karakter harus terus dilakukan
dengan memberikan pemahaman kepada anak akan nilai-nilai moral yang sesuai dengan
budaya bangsa seperti sifat religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, cinta tanah
air, peduli terhadap lingkungan, sosial, dan tanggung jawab.

2. Aspek Pendidikan (Sekolah)

Sekolah menjadi media dan sarana pendidikan yang sangat penting setelah peran didik orang
tua. Guru sangat berperan dalam penguatan pendidikan karakter bagi anak didiknya, dimana
guru harus mencontohkan apa yang disampaikan dan akan ditiru oleh anak didiknya.
Keteladanan yang dicontohkan oleh guru akan memudahkan penerapan nilai-nilai karakter
bagi peserta didik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa guru dijadikan panutan dan teladan
bagi semua anak didiknya. Saat di sekolah guru bisa menerapkan proses belajar mengajar
tidak hanya dilakukan melalui satu arah sebatas guru kepada murid, tetapi proses belajar yang
turut serta melibatkan murid dalam menyelesaikan kasus atau masalah, dengan kata lain
terjadi interaksi dua arah yang saling mempengaruhi antara murid dan guru. Hal ini bertujuan
agar peserta didik mampu memahami dengan baik apa yang dimaksud dengan pendidikan
karakter.

3. Aspek Regulasi Pemerintah dan Hukum

Keberhasilan dalam mengatasi krisis moral pada generasi muda akan sulit dicapai tanpa peran
serta pemerintah dalam menegakkan aturan hukum dan penerapan kurikulum pendidikan yang
baik. Peran pemerintah yang dimaksud adalah senantiasa memperbaiki kurikulum pendidikan
dan yang paling penting adalah pemerataan pendidikan di seluruh negeri. Dari segi aspek

3
hukum, pemerintah juga harus turun tangan dalam penegakan hukum seperti kasus korupsi,
suap, dan tindak kejahatan kriminal lainnya. Pemberian sanksi yang tegas dalam menangani
setiap kasus tanpa memandang status, jabatan harus dilakukan pemerintah.

4. Membudayakan Nilai-Nilai Moral dan Agama

Dalam hal ini perlu kerja sama seluruh pihak, baik dari orang tua, guru, pemerintah, dan
seluruh elemen masyarakat. Kita semua harus berkomitmen membudayakan moral berbangsa
yang berlandaskan Pancasila sebagai dasar awal pembentukan karakter yang cerdas, kreatif,
dan berakhlak mulia.

Minimnya pendidikan karakter akan menimbulkan krisis moral yang berakibat negatif
di masyarakat. Krisis moral ini sangat rentan terjadi di kalangan remaja, terutama pelajar..
Penelitian diatas menunjukkan bahwa perkembangan teknologi dan komunikasi yang sangat
pesat di era globalisasi juga bisa mempengaruhi pembentukan moral dari seseorang. Maka
dengan adanya pendidikan karakter diharapkan bisa menjadi solusi permasalahan krisis moral
pelajar di Indonesia yang saat ini tengah dihadapi.

4
DAFTAR PUSTAKA

Tesispendidikan.com. (2015, 13 Februari). “Rusaknya Moral Pelajar”. Diakses


pada tanggal 25 Januari 2022 dari http://tesispendidikan.com/tag/rusaknya-moral-pelajar/

Bahri, Saiful. 2015, “Implementasi Pendidikan Karakter Dalam Mengatasi Krisis


Moral di Sekolah”,Tulungagung: TA’ALLUM.

Mewar Muhammad Rafi Athallah, 2019, “KRISIS MORALITAS PADA


REMAJA DI TENGAH PANDEMI COVID-19”, Universitas Muhammadiyah Jakarta.

UU RI No.20 tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional. Yogyakarta: Media Abadi,


hlm.6.

Anda mungkin juga menyukai