Anda di halaman 1dari 9

Nama : Aisyah Nur Batubara

NIM : 20329001

UAS : LITERASI DATA DAN IT DALAM PEMBELAJARAN

1. Terdapat beragam teknik penemuan informasi yang tersedia saat ini. Dari 10 isu di bawah
ini, silahkan pilih salah satu isu dan temukan/identifikasi minimal 5 masalah dari isu yang
dipilih. Masalah yang dipilih minimal dari 10 literatur (20% internasional) terkait:
Jawab :
Isu Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam (PAI) merupakan salah satu pilar pendidikan karakter yang
paling utama. Pendidikan karakter akan tumbuh dengan baik jika dimulai dari tertanamnya
jiwa keberagamaan pada anak, oleh karena itu materi PAI di sekolah menjadi salah satu
penunjang pendidikan karakter. Melalui pembelajaran PAI siswa diajarkan aqidah sebagai
dasar keagamaan, diajarkan Al-Qur’an dan Hadits sebagai pedoman hidup, sejarah Islam
sebagai sebuah keteladanan hidup, dan mengajarkan akhlaq sebagai pedoman perilaku
manusia apakah dalam kategori baik ataupun buruk. Oleh sebab itu tujuan utama dari
pembelajaran PAI adalah pembentukan kepribadian dalam diri siswa yang tercermin
dalam tingkah laku dan pola pikirnya dalam kehidupan sehari-hari. Disamping itu,
keberhasilan pembelajaran PAI disekolah salah satunya juga ditentukan oleh penerapan
metode pembelajaran yang tepat.
Pendidikan karakter menjadi isu penting dalam dunia pendidikan akhir-akhir ini, hal
ini berkaitan dengan fenomena dekadensi moral yang terjadi di tengah-tengah masyarakat
maupun dilingkungan pemerintah yang semakin meningkat dan beragam. Kriminalitas,
ketidak adilan, korupsi, kekerasan pada anak, pelangggaran HAM, menjadi bukti bahwa
telah terjadi krisis jati diri dan karakteristik pada bangsa Indonesia.
Istilah karakter dihubungkan dan dipertukarkan dengan istilah etika, ahlak, dan atau
nilai dan berkaitan dengan kekuatan moral, berkonotasi “positif” bukan netral. Oleh
karena itu Pendidikan karakter secara lebih luas dapat diartikan sebagai pendidikan yang
mengembangkan nilai budaya dan karakter bangsa pada diri peserta didik sehingga mereka
memiliki nilai dan karakter sebagai karakter dirinya, menerapkan nilai-nilai tersebut dalam
kehidupan dirinya sebagai anggota masyarakat, dan warga negara yang religius,
nasionalis, produktif, dan kreatif.
Pendidikan Agama Islam diharapkan mampu menghasilkan manusia yang selalu
berupaya menyempurnakan iman, takwa, dan berakhlak mulia, akhlak mulia mencakup
etika, budi pekerti, atau moral sebagai perwujudan dari pendidikan. Manusia seperti itu
diharapkan tangguh dalam menghadapi tantangan, hambatan, dan perubahan yang muncul
dalam pergaulan masyarakat baik dalam lingkup lokal, nasional, regional maupun global.
Konsep pendidikan karakter sebenarnya telah ada sejak zaman Rasulullah SAW. Hal
ini terbukti dari perintah Allah bahwa tugas pertama dan utama Rasulullah adalah sebagai
penyempurna akhlak bagi umatnya. Pembahasan substansi makna dari karakter sama
dengan konsep akhlak dalam Islam, keduanya membahas tentang perbuatan prilaku
manusia. Al-Ghazali menjelaskan jika akhlak adalah suatu sikap yang mengakar dalam
jiwa yang darinya lahir berbagai perbuatan dengan mudah dan gampang tanpa perlu
adanya pemikiran.
Pendidikan karakter merupakan upaya sadar dalam membentuk kepribadian
seseorang sehingga dapat membentuk karakter bangsa (Yulia et al, 2017). Ada beberapa
dimensi pendukung praktik pengembangan kepribadian, seperti pihak keluarga,
lingkungan sekolah dan komunitas. Namun, kenyataannya saat ini di Indonesia sedang
menghadapi kemerosotan moral yang mengkhawatirkan. Minimnya pembentukan karakter
yang dialami oleh masyarakat Indonesia saat ini disebabkan oleh kerusakan moralyang
diakibatkan oleh pergaulan.
Dewasa ini banyak pihak menuntut peningkatan intensitas dan kualitas pelaksanaan
pendidikan karakter pada lembaga pendidikan formal. Tuntutan tersebut didasarkan pada
fenomena sosial yang berkembang, yakni meningkatnya kenakalan remaja dalam
masyarakat, seperti perkelahian massal dan berbagai kasus dekadensi moral lainnya.
Bahkan di kota- kota besar tertentu, gejala tersebut telah sampai pada taraf yang sangat
meresahkan. Oleh karena itu, lembaga pendidikan formal sebagai wadah resmi pembinaan
generasi muda diharapkan dapat meningkatkan peranannya dalam pembentukan
kepribadian peserta didik melalui peningkatan intensitas dan kualitas pendidikan karakter
(Tim Pakar Jati diri Bangsa, 2011:70).
Tujuan dari pendidikan karakter yakni untuk mengembangkan berbagai kemampuan
dan potensi peserta didik dalam memberikan keputusan baik dan
buruk, memelihara nilai-nilai kebaikan dan mewujudkannya dalam kehidupan
sehari-hari baik itu di lingkungan rumah, sekolah, maupun lingkungan masyarakat
(Komara, 2018, p. 18).
Pergaulan bebas menjadi sebuah persoalan yang menyebabkan kurang
berkembangnya karakter peserta didik. Contoh dari pergaulan bebas yakni adanya
kelompok gangster, seks bebas, kehidupan malam (clubbing), merokok, dan narkoba.
2. Berdasarkan masalah yang telah teridentifikasi tersebut, informasi dan data apa yang
saudara butuhkan untuk menguraikan masalah, menemukan faktor penyebab, dan solusi
yang ditawarkan. Tuliskan data dan informasi yang saudara temukan tersebut.
Jawab :
Pertama : Pengaruh pergaulan bebas, diawali dengan masuknya anak ke dalam
lingkungan masyarakat. Jika lingkungan masyarakat itu baik, maka anak dapat menerima
nilai-nilai
kebaikan dari lingkungan itu sendiri sehingga pergaulan mereka pun terhindar
dari hal-hal yang negatif, sedangkan jika lingkungan itu kurang baik maka akan
sulit untuk menerima nilai-nilai kebaikan maupun moral (akhlak). Hasilnya
mereka memiliki kecenderungan berperilaku yang tidak baik. Pergaulan bebas
marak terjadi di lingkungan masyarakat. Perilaku kelompok masyarakat yang
kurang baik biasanya akan sangat mudah menyebar dengan gerakan refleks.
Mereka akan merespon rangsangan dengan cepat tanpa memikirkan resiko apa
yang akan terjadi ke depannya (Lailiyah & Badi’ah, 2019, p. 10).
Di era digital saat ini, banyak sekali peserta didik yang ikut-ikutan masuk dalam
kelompok gangster. Istilah gangster merupakan suatu anggota organisasi kejahatan atau
kriminal yang gemar membuat kekacauan. Di Indonesia sendiri gangster
merupakan sebuah kelompok anak-anak bermotor. Namun saat ini gangster
identik dengan sekumpulan kelompok anak-anak yang suka berkelahi, mencuri
dan prilaku negatif lainnya. Oleh karena itu, banyak masyarakat yang menilai
anak gangster sebagai anak-anak yang memiliki perilaku dan karakter tidak
baik.
Seks bebas merupakan perilaku yang melakukan suatu hubungan seksual di luar
nikah. Banyak sekali anak-anak sekolah yang saat ini terjerumus dalam pergaulan seks
bebas. Bahkan mirisnya, mereka sudah tidak mempunyai rasa malu ketika melakukan
perilaku yang tidak senonoh di depan umum. Seks bebas terjadi akibat kurangnya kontrol
dari orang tua di rumah, sehingga anak merasa bebas untuk melakukan apa saja
yang mereka inginkan. Banyak karakter yang tidak sesuai dengan nilai moral
bangsa kita yang ditimbulkan dari adanya seks bebas. Maka dari itu, anak-anak yang
terjerumus ke dalam seks bebas jelas akan memiliki karakter yang tidak baik.
Kehidupan malam atau yang dikenal dengan istilah club/clubbing adalah
bentuk pergaulan bebas pada malam hari, dimana orang-orang melakukan
kegiatan-kegiatan negatif seperti mabuk-mabukan, menggunakan narkoba, merokok, dan
dancing (menari). Saat ini masih banyak anak-anak sekolah yang senang datang ke club,
terutama di kota-kota besar. Kehidupan malam dapat mengubah karakter anak-anak yang
tadinya baik menjadi tidak baik.
Merokok termasuk ke dalam pergaulan bebas. Banyak sekali anak-anak usia sekolah
mulai dari sekolah dasar sampai sekolah menengah sudah mencoba untuk menghisap
rokok. Pada umumnya mereka melakukan itu akibat bergaul dengan orang yang suka
merokok juga di lingkungan masyarakat. Dari yang mulanya hanya coba-coba
meniru, kemudian menjadi suatu kebiasaan yang sulit untuk dihentikan.
Merokok merupakan hal yang dianggap gaul dan gentel oleh peserta didik.
Namun dalam hal ini penyebab lain dari merokok yakni kurangnya perhatian
dari orang tua dan kurangnya pendidikan agama yang ditanamkan orang tua.
Bahkan saat ini banyak tenaga pendidik khususnya guru yang dengan
seenaknya merokok di sekolah di depan murid-muridnya. Pada akhirnya anak
yang merokok banyak dicap sebagai anak yang memilki karakter tidak baik.

Kedua : Pengaruh gawai, Adanya gawai menjadi salah satu hal yang menandai
lahirnya generasi millennial. Gawai sebenarnya lebih tepat diartikan sebagai peralatan
teknologi, sehingga kehidupan masyarakat saat ini tidak terlepas dari unsur teknologi
informasi. Ini menunjukkan seolah-olah berbagai macam peralatan high
technology tersebut telah menjadi bagian yang tidak dapat terpisahkan dari
kehidupan masyarakat saat ini (Anwar, 2018, p. 234).

Gawai telah banyak memberikan dampak terhadap dunia pendidikan,


dimana arus komunikasi dan informasi mengalir dengan begitu cepat sehingga
dapat diakses dengan mudah oleh semua orang tanpa mengetahui dari mana
asal mula informasi tersebut. Oleh karenanya, dampak adanya gawai ada yang
sifatnya positif maupun negatif. Dampak positifnya yakni dapat digunakan sebagai media
pembelajaran dalam proses belajar peserta didik sehingga dapat
menambah pengetahuan, menambah teman, mempermudah komunikasi, dan
munculnya metode pembelajaran yang baru. Sedangkan dampak negatifnya,
yakni gawai disalahgunakan oleh anak untuk bermain game secara terus menerus sehingga
membuat mereka kecanduan, gawai digunakan untuk menonton video-video porno.

Ketiga : Pengaruh negatif televisi, Saat ini televisi sudah menjadi kebutuhan utama
anak-anak setiap hari, apalagi ketika hari libur datang, seharian mereka akan duduk manis
di depan televisi. Banyak tayangan di televisi yang tidak pantas ditonton oleh anak, antara
lain kisah percintaan, perkelahian, pembunuhan dan sebagainya. Anak adalah orang yang
sifatnya meniru. Biasanya perilaku anak dapat mudah terpengaruh dari tayangan televisi.
Sebagai contoh anak yang suka berkelahi di kelas, ternyata perilaku
tersebut merupakan pengaruh dari tayangan televisi yang ditontonnya.

Keempat : Pengaruh keluarga, keluarga merupakan pusat kehidupan rohani sebagai


penyebab perkenalan dengan lingkungan sekitar. Keluarga merupakan pusat pendidikan
utama yang akan memberikan pengaruh yang sangat besar dalam pembentukan karakter
atau akhlak seseorang. Lingkungan keluarga sangatlah besar pengaruhnya terhadap
karakter seseorang. Saat ini banyak anak-anak yang terjerumus ke dalam perilaku-
perilaku tidak baik yang disebabkan oleh salahnya didikan dari orang tua. Kurangnya rasa
perhatian orang tua, orang tua yang terus bertengkar, perceraian
orang tua dan tidak tertanamnya suri teladan yang baik dalam diri orang tua
menjadi penyebab anak melakukan hal-hal negatif di lingkungan luar sebagai
bentuk pelampiasan terhadap masalah-masalah yang menimpa keluarganya.
Lain halnya dengan keluarga yang senantiasa menjaga hubungan yang baik
dengan sesama anggota keluarganya, maka anak akan merasa nyaman, tenang,
tenteram sehingga berdampak baik terhadap karakter anak itu sendiri.

Kelima : Pengaruh sekolah, sekolah merupakan pendidikan kedua setelah keluarga.


Sekolah merupakan pendidikan formal yang berfungsi untuk membentuk karakter, sikap-
sikap dan kebiasaan yang baik pada diri anak.

3. Tuliskan upaya yang dilakukan untuk memilih, memverifikasi, dan menganalisis solusi
terkait masalah yang telah teridentifikasi.
Jawab :
Adapun solusinya,
Pertama : memperkuat dan memperdalam ilmu agama, memilih teman yang baik,
menjaga hubungan orang tua dengan anak.
Kedua : Orang tua membatasi pemakaian gawai pada anak, mengenalkan anak pada
alam dan hobinya, anak bermain dengan teman sebayanya.
Ketiga : Peran orang tua di sini sangat penting dalam mengawasi tayangan-tayangan
televisi yang sedang ditonton anak di rumah. Orang tua selayaknya dapat memilih
tayangan-tayangan yang bersifat mendukung perkembangan anak, terutama karakternya.
Keempat : Dalam lingkungan keluarga, ibu menjadi orang pertama yang senantiasa
memperkenalkan norma-norma pada anak. Maka tidaklah heran jika ibu merupakan
madrasah pertama bagi anak. Namun peran ayah juga tidak kalah penting. Ayah sebagai
kepala keluarga yang senantiasa membimbing istri dan anak-anaknya agar memiliki
akhlak yang baik.
Kelima : Peran pendidik (guru) di sekolah yang paling utama yakni menjadi suri
teladan dan panutan yang baik agar dapat ditiru oleh anak didiknya. Selain itu,
seorang guru sebaiknya dapat mempersiapkan berbagai macam pilihan dan strategi untuk
menanamkan nilai-nilai moral ke dalam mata pelajaran yang
diampunya. Sebagai contoh menyampaikan berbagai kutipan berupa kata-kata
mutiara yang erat kaitannya dengan karakter, diskusi kelompok, membuat cerpen, dan
sebagainya. Jangan salahkan jika karakter peserta didik kurang baik
karena bisa jadi kita sebagai pendidik tidak dapat mengembangkan karakternya
dengan baik. Selain itu, peran sekolah dalam mengembangkan pendidikan
karakter peserta didik yaitu dengan cara memberikan penghargaan setinggi-
tingginya terhadap keberhasilan yang dicapai oleh guru maupun siswanya dalam
berbagai perlombaan maupun kegiatan-kegiatan di sekolah, sehingga mereka
akan termotivasi untuk bekerja keras, inovatif dan mendukung adanya
perubahan.
4. Tersedia beberapa tools yang sudah dipelajari, tools mana yang paling tepat untuk
menyelesaikan masalah tersebut? Gunakanlah untuk menyelesaikan masalah yang telah
dipilih atau gunakanlah untuk menyajikan data dan informasi yang saudara. Cantumkan
hasilnya.
Jawab :
Aplikasi game edukasi ICANDO memberikan pengalaman baru bagi siswa sekolah dasar
dalam mempelajari nilai-nilai pendidikan karakter. Memanfaatkan kemajuan teknologi
dalam menanamkan nilai-nilai untuk membentuk anak yang berkarakter. Menguatkan
nilai-nilai pendidikan karakter dalam diri siswa lewat sistem belajar sambil bermain
melalui konten games edukatif, video, dan buku cerita. Penuh dengan nilai-nilai karakter,
di antaranya percaya diri, hormat dan santun kepada orang tua, tanggung jawab, dan rasa
ingin tahu.
Peran guru dalam membangun karakter siswa :
a. Memberikan Teladan
b. Memberikan Apresiasi/Penghargaan
c. Menyisipkan Pesan Moral dalam Setiap Pelajaran
d. Jujur
e. Mengajarkan Sopan Santun
f. Menanamkan Leadership
g. Menceritakan Pengalaman Inspiratif
h. Melakukan Kegiatan Literasi.
5. Berdasarkan masalah yang akan diselesaikan bagaimana bentuk dukungan dan hambatan
yang dihadapi dengan adanya UU ITE?
Jawab :
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara (UURI No 20/2003, Pasal 1 ayat 1).
Undang Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 3
menyebutkan, pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cerdas, kreatif, mandiri, menjadi warga
negara yang baik serta bertanggung jawab . Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional
maka setiap jenjang pendidikan harus diselenggarakan pendidikan budaya dan karakter
secara terprogram dan sistematis, dengan mengintegrasikan muatan nilai-nilai budaya dan
karakter bangsa, untuk menghasilkan insan Indonesia yang cerdas dan kompetitif.
Pembangunan karakter yang merupakan upaya perwujudan amanat Pancasila dan
Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan yang
berkembang saat ini, seperti: disorientasi dan belum dihayatinya nilai-nilai Pancasila;
keterbatasan perangkat kebijakan terpadu dalam mewujudkan nilai-nilai Pancasila;
bergesernya nilai etika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara; memudarnya kesadaran
terhadap nilai-nilai budaya bangsa; ancaman disintegrasi bangsa; dan melemahnya
kemandirian bangsa. Untuk mendukung perwujudan cita-cita pembangunan karakter
sebagaimana diamanatkan dalam Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 serta mengatasi
permasalahan kebangsaan saat ini, maka Pemerintah menjadikan pembangunan karakter
sebagai salah satu program prioritas pembangunan nasional. Semangat itu secara implisit
ditegaskan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) tahun 2005-
2025, di mana pendidikan karakter ditempatkan sebagai landasan untuk mewujudkan visi
pembangunan nasional, yaitu “Mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral,
beretika, berbudaya, dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila”.
REFERENSI

Abidin Ibnu Rusn, Pemikiran Al-Ghazali Tentang Pendidikan,


(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), h. 99

Anwar, S. (2018). Pendidikan Islam dalam Membangun Karakter Bangsa di


Era Milenial. Al-Tazkiyyah, 9(2), 233–247.

Bahri, S., & Wahdian, A. (2021). Penguatan nilai-nilai pendidikan karakter melalui
game edukasi ICANDO di sekolah dasar. Jurnal Pendidikan Dasar Nusantara, 6(2), 23-41.

Dirjen Pendidikan Tinggi Kemendiknas, Kerangka Acuan Pendidikan


Karakter, 2010, h. 9

Julia, S., Raharjo, T.J., Fachruddin, F., dan Formen, A. (2017). Masalah pembentukan
karakter di lembaga pendidikan anak usia dini

Kemdiknas, Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter, Jakarta, Kemdiknas, 2011,


hal. 5

Komara, E. (2018). Penguatan Pendidikan Karakter dan Pembelajaran Abad


21. Sipatahoenan, 4(1), 17–26.

Permendiknas No 22 Tahun 2006, Tentang Standar Isi Untuk Satuan


Pendidikan Tingkat Dasar Dan Menengah, h. 2

Sutarjo Adisusilo, Pembelajaran Nilai-Karakter, Jakarta, RajaGrafindo Persada, 2014,


hal. 76

Anda mungkin juga menyukai