PROPOSAL PENELITIAN
OLEH
DR. LUKMAN ARSYAD, MPD
NIP. 196207031992031005
2021/2022
BAB I
PENDAULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Menelaah sosial dan budaya ini merupakan suatu komponen atau unsur
terkecil yang ada di dalam kehidupan masyarakat. Sosial yang berarti selalu
beruhubungan dengan tingkah laku masyarakat, sedangkan budaya yang berarti selalu
sudah banyak perilaku sosial yang menyimpang nilai dan norma dengan pancasila.
Tidak hanya dalam kehidupan sosial budaya saja, di dalam kehidupan berpolitik pun
sudah banyak pejabat yang tidak jujur dan tidak bertanggung jawab atas amanah yang
sudah diberikan. Dalam dunia politik, di Indonesia memiliki citra atau pandangan
yang
1
2
kurang baik, karena politik uang yang masih ada dalam negara, banyak pejabat yang
sosial budaya tidak lepas dengan pembelajaran akhlak. Konsep lain yang setara
namun berbeda dengan akhlak adalah etika dan moral. Etika berasal dari bahasa
Yunani yaitu ethos yang artinya adat, watak atau kesusilaan. Sedangkan moral
berasal dari bahasa Latin yaitu mos, artinya adat atau cara hidup. Kedua istilah
tersebut sama-sama menentukan nilai baik dan buruk dari sikap atau perbuatan.
bersumber pada pertimbangan rasio, dan moral bersumber pada adat kebiasaan yang
berlaku dalam suatu masyarakat. Akhlak dapat dipahami sebagai sifat yang tertanam
dalam jiwa manusia sehingga akan muncul secara spontan saat diperlukan tanpa
memerlukan pemikiran atau pertimbangan terlebih dahulu.2
Aulia Nur Jannah and Dinie Anggraeni Dewi, ‘Implementasi Pancasila Dalam Kehidupan
1
Sosial Budaya Di Masyarakat Abad-21’, Jurnal Pendidikan Tambusai, 5.1 (2021), 931–36.
Yasin Nurfalah, ‘Penanaman Nilai-Nilai Agama Islam Terhadap Anak Didik’, Tribakti:
2
manusia karena sebagaimana yang kita ketahui bahwa setiap manusia adalah makhluk
sosial yang berarti setiap orang pasti membutuhkan orang lain. Ilmu sosial budaya
juga tidak hanya mengajarkan tentang bagaimana seseorang bersosial akan tetapi
adalah kekerasan di sekolah, baik yang dilakukan oleh guru tehadap peserta didik,
maupun oleh peserta didik terhadap peserta didik lainnya. Contohnya seperti
maraknya bullying yang dilakukan oleh peserta didik disekolah yang semakin banyak
menghiasi deretan berita dihalaman media cetak maupun elektronik menjadi bukti
tidak hanya mencoreng citra pendidikan yang selama ini dipercaya oleh masyarakat
Contoh nyata kasus bullying yang pernah terjadi seperti dalam video yang kini
tengah viral dikalangan komunitas cyberpace (dunia maya), paling tidak ada dua
3
Maman Rachman, ‘Pengembangan Pendidikan Karakter Berwawasan Konservasi Nilai-Nilai
Sosial’, in Forum Ilmu Sosial, 2013, XL.
4
Novan Ardy Wiyani, Save Our Children from School Bullying (Yogyakarta: AR- Ruzz
Media, 2014), hal.15.
4
yang terjadi di Universitas Gunadrama, dimana selah seorang mahasiswa yang diduga
sendiri. Kedua, adalah kasus penganiyayaan dan perundangan yang dilakukan oleh
sejumlah peserta didik kepada salah seorang siswi yang kemudian rekamnnya
diunggah sendiri oleh salah seorang pelakunya hingga kemudian menjadi viral. Di
luar kedua kasus ini, bisa dipastikan masih banyak kasus-kasus bullying lain yang
terjadi di lembaga pendidikan di tanah air. Kasus bullying yang dialami sejumlah
peserta didik atau mahasiswa boleh jadi masih merupakan dark number, dan masih
banyak yang belum terungkap karena tidak sampai masuk kedunia maya yang bisa
dalam dan di lingkungan sekolah wajib dilindungi dari tindakan kekerasan yang
dilakukan oleh guru, pengelola sekolah atau teman-temannya di dalam sekolah yang
yang sudah mendunia, salah satunya di Indonesia. Perilaku bullying sangat rentan
terjadi pada remaja putra dan remaja putri. Menurut konteksnya, perilaku
bullying dapat terjadi pada berbagai tempat, mulai dari lingkungan pendidikan
atau sekolah, tempat kerja, rumah, lingkungan tetangga, tempat bermain, dan
lain-lain. Pada saat ini lingkungan pendidikan telah banyak terjadi perilaku
bullying.7
5
Novan Ardy Wiyani.
‘Undang-Undang No 23 Tahun 2002 Pasal 54 Tentang Perlindungan Anak’.
6
7
Matraisa Bara Asie Tumon, ‘Studi Deskriptif Perilaku Bullying Pada Remaja’, CALYPTRA,
3.1 (2014), 1–17.
5
Salah satu fenomena yang akhir-akhir ini menyita perhatian dunia pendidikan
adalah kekerasan di sekolah, baik yang dilakukan oleh guru maupun peserta didik.
teman. Perilaku tersebut sampai saat ini dianggap hal yang biasa, hanya sebatas
bentuk relasi sosial antar anak saja, padahal hal tersebut sudah termasuk perilaku
bullying. Namun kita tidak menyadari konsekuensi yang terjadi jika anak mengalami
bullying. Oleh sebab itu, berbagai pihak harus bisa memahami apa dan bagaimana
bullying itu, sehingga dapat secara komprehensif melakukan pencegahan dari akibat
kota gorontalo terdapat pendidik yang selalu menanamkan nilai-nilai agama Islam
baik mulai dari segi kepribadian hingga peribadatan. Namun perilaku yang
menyimpang seperti bullying masih saja terjadi sehingga membuat peserta didik
lainnya merasa terganggu dan tidak nyaman. Padahal perilaku bullying di lingkungan
pendidikan menjadikan citra sekolah menjadi buruk akibat ulah peserta didik yang
masih berperilaku seperti itu yang ditunjukkannya dalam bentuk verbal atau dengan
kata kata yang tidak baik seperti menyebut nama orang tua tanpa ada kata
penghormatan dan menghina teman sebaya. Kemudian dalam bentuk fisik peserta
didik yang mengambil dengan paksa barang temannya bila tidak diberikan atau
dipinjamkan. Adapun dalam bentuk non fisik seperti mengejek temannya untuk
perasaan.
8
Ana Andiani and Bakhrudin All Habsy, ‘Konseling Kelompok Behavior Untuk Mengurangi
Perilaku Bullying Peserta didik SMP’, Jurnal Thalaba Pendidikan Indonesia, 4.1 (2021), 17–29.
6
Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk meneliti lebih dalam
terkait dengan judul: Dampak Berkurangnya Nilai – Nilai Sosial Budaya Terhadap
B. Rumusan Masalah
1. Tujuan Penelitian
gorontalo.
D. Kegunaan Penelitian
b. Kegunaan Praktis
E. Kajian Pustaka
Kajian pustaka merupakan salah satu referensi yang diambil peneliti. Melihat
hasil karya ilmiah para peneliti terdahulu yang mana pada dasarnya peneliti mengutip
yang hampir sama. Penelitian ini termasuk dalam penelitian analisis lapangan dengan
mengenai semiotika. Hal ini perlu dilakukan karena suatu teori atau model
pengetahuan biasanya akan diilhami oleh teori dan model yang sebelumnya. Selain
itu, telaah pada penelitian terdahulu berguna untuk memberikan gambaran awal
8
mengenai kajian terkait dengan masalah dalam penelitian ini. Setelah peneliti
melakukan tinjauan pustaka dan review penelitian pada hasil terdahulu, ditemukan
1) Skripsi tahun 2017 Nur Alifah, and Cecep Sumarna, Yang Berjudul “Peranan
Bullying Siswa”. Penelitian ini penulis lakukan di MTs Negeri 1 Kota Cirebon
salah satu gejala penyimpangan sosial yaitu bullying, karena peran pendidikan
yang berbudi pekerti baik. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data
siswa di kelas, Faktor penyebab dari perilaku bullying siswa, dan Peranan dari
perilaku Bullying terhadap prestasi belajar peserta didik di Min 2 Sinjai dan
3) Tesis tahun 2018 Sofia Rizki Irma, Mahasiswi Universitas Sumatera Utara
online melakukan bullying kepada orang lain dalam bentuk fisik, verbal dan
psikologis.
sama-sama meneliti mengenai bullying. Ada pun perbedaan penelitian ini dengan
penelitian di atas terdapat pada lokasi penelitian, kemudian terdapat pada penggunaan
metode, metode yang dipakai pada penelitian di atas menggunakan metode kualititif
KAJIAN TEORITIS
1. Pengertian Nilai
Nilai adalah sesuatu yang abstrak dan tidak bisa dilihat, diraba, maupun
dirasakan dan tak terbatas ruang lingkupnya. Nilai sangat erat kaitannya dengan
pengertian-pengertian dan aktifitas manusia yang kompleks, sehingga sulit ditentukan
9
Samhi Muawan Djamal, ‘Penerapan Nilai-Nilai Ajaran Islam Dalam Kehidupan Masyarakat
Di Desa Garuntungan Kecamatan Kindang Kabupaten Bulukumba’, Jurnal Adabiyah, 17.2 (2017),
161–79.
10
11
pendapat lainnya mendefinisikan nilai adalah “suatu pola normatif yang menentukan
tingkah laku yang diinginkan bagi suatu sistem yang berkaitan dengan lingkungan
Pengertian nilai di atas diketahui bahwa nilai merupakan sesuatu yang abstrak,
untuk melacak sebuah nilai harus melalui sebuah pemaknaan terhadap kenyataan lain
berupa tindakan, tingkah laku, pola pikir, dan sikap seseorang atau sekelompok
orang.
dan menyampaikan hasil informasi semata saja. Manusia tidak bisa hanya
kepercayaan dan pendapat. Nilai prosedural adalah nilai nilai yang harus di ajarkan
bukan hanya sekedar sumber informasi saja akan tetapi di dalam nilai sosial terdapat
Ade Imelda, ‘Implementasi Pendidikan Nilai Dalam Pendidikan Agama Islam’, Al-
10
Siswa Kelas Awal Dalam Upaya Membangun Karakter Anak Bangsa’, Mahaguru: Jurnal Pendidikan
Guru Sekolah Dasar, 3.1 (2022), 128–35.
12
nilai procedural atau nilai yang harus di ajarkan agar nilai-nilai sosial dapat tercapai
Perilaku sosial merupakan tingkah laku sosial yang kaitannya dengan nilai-
sosial yang berkaitan dengan tata krama, sopan santun dan menaati aturan dapat
Sistem sosial dapat dipahami sebagai suatu sistem atau pemolaan dari
demikian, suatu masyarakat atau organisasi sosial atau kelompok, di mana dan kapan
pun ia berada, merupakan suatu sistem sosial, yang di dalamnya dapat mengandung
subsistem sosial dan dalam pola sistematik yang sangat beragam. Sebagai satuan
masyarakat, sistem sosial merupakan sistem yang menjadi wadah bagi totalitas
hubungan antara seorang manusia dan manusia lainnya, manusia dan kelompoknya
atau kelompok lain, kelompok manusia dan kelompok manusia lainnya, untuk
12
Jamal Syarif, ‘Sosialisasi Nilai-Nilai Kultural Dalam Keluarga Studi Perbandingan Sosial-
Budaya Bangsa-Bangsa’, Sabda: Jurnal Kajian Kebudayaan, 7.1 (2012), Hal. 1.
Itsna Oktaviyanti, Joko Sutarto, and Hamdan Tri Atmaja, ‘Implementasi Nilai-Nilai Sosial
13
Dalam Membentuk Perilaku Sosial Siswa Sd’, Journal of Primary Education, 5.2 (2016), 113–19.
13
tak tertulis.14
sesuatu hal yang mudah untuk menerapkan partisipasi terutama pada suatu
a. Nilai Kebersamaan
Karena dengan bersama dapat mempermudah kita dalam segala hal. Kebersamaan
tidak bisa dibangun secara instan atau cepat tetapi melalui didikan atau pembiasaan
agar anak terbiasa untuk menerapkan nilai kebersamaan dalam kehidupannya.
harus memiliki strategi-strategi tersendiri agar nilai kebersamaan dapat dipahami dan
diajarkan agar mempunyai kesediaan untuk saling memperingan beban dan kesadaran
hubungan komunikasi dilakukan dalam suasana asih, asah dan asuh, yang seperti
halnya dalam kehidupan kekeluargaan tetap menjaga persatuan dan kesatuan dalam
demokrasi partisipatif, dimana setiap anggota keluarga berkarya dengan “tepo sliro”
kebersamaan merupakan salah satu hal penting untuk umat manusia karena dengan
kebersamaan bukanlah hal yang mudah dan juga bukan suatu hal yang instan.
b. Nilai Persatuan
Nilai persatuan adalah sebuah obat yang paling mujarab dalam rangka
16
Syahrial Syahrial and others, ‘Strategi Guru Dalam Menumbuhkan Nilai Kebersamaan Pada
Pendidikan Multikultural Di Sekolah Dasar’, Jurnal Gentala Pendidikan Dasar, 4.2 (2019), 232–44.
17
Isnaini Rodiyah, ‘Pengaruh Nilai Kebersamaan Budaya Lokal, Lingkungan Kerja, Dan
Motivasi Terhadap Kreativitas Kerja Pegawai Di Badan Kepegawaian Kabupaten Sidoarjo’,
Kalamsiasi, 1.1 (2008).
15
menjaga persatuan yang ada dalam negara ini. Walaupun banyak perbedaan tetapi
tetaplah satu kesatuan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Selain
itu, perlu juga untuk memulihkan kesadaran untuk memahami makna substansial
(hakekat) khususnya dari sila ketiga “Persatuan Indonesia” dalam pribadi masyarakat
Pembukaan UUD Tahun 1945 pada alinea ke II pun tertera bahwa negara
yang merdeka, adalah negara yang bersatu atas dasar persatuan dan kesatuan. Maka,
dapat diartikan bahwa nilai tersebut merupakan salah satu dasar atau landasan dalam
penanaman nilai karakter terutama yang terkandung dalam Pancasila sila ke-3 ini. Hal
ta’awun sangat di junjung tinggi oleh islam yaitu tolong menolong antar sesama
manusia diantaranya kerjasama dalam kebaikan kepada jalan kemaslahatan bersama.
18
Hanafi Hanafi, ‘Hakekat Nilai Persatuan Dalam Konteks Indonesia (Sebuah Tinjauan
Kontekstual Positif Sila Ketiga Pancasila)’, Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila Dan
Kewarganegaraan, 3.1 (2018), 56–63.
Solihin Ichas Hamid and others, ‘Implementasi Nilai Persatuan Dan Kesatuan Bangsa
19
Dengan Model Pembelajaran Role Playing Di Sekolah Dasar’, Jurnal Basicedu, 5.6 (2021), 5731–38.
16
Terjemahnya:
Allah swt, memberi arahan dari ayat di atas bahwa tolong-menolong kepada
menolong yang kental secara khusus melainkan hanya kepada fokus tertentu, seperti
menolong tujuannya adalah kebaikan: a). Dapat lebih memperkuat tali persaudaraan,
b). Mewujudkan kehidupan harmonis dan tentram, c). Menimbulkan rasa persatuan
d. Nilai Toleransi
Toleransi dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah tasāmuh ini dipahami
kebiasaan, kelakuan dan sebagainya yang berbeda atau bahkan bertentangan dengan
pendirian diri sendiri. Orang yang toleran adalah orang yang dapat menerima orang
lain berbeda, apapun isi perbedaan itu dengan dirinya. Istilah tasāmuh dalam bahasa
21
Azhar Azhar Nasution, A M Rusydi, and Widia Fithri, ‘Nilai Tolong-Menolong Dalam
Tradisi Pengajian Parkahanggian Marga Di Desa Pidoli Lombang Kabupaten Mandailing Natal
(Kajian Living Al-Qur’an)’, Ishlah: Jurnal Ilmu Ushuluddin, Adab Dan Dakwah, 3.2 (2021), 125–46.
17
Arab berarti tasāhul, saling memudahkan. Kata dasar tasāmuh adalah samh-samuha,
berarti jād, baik, indah. Dari kata ini terbentuk kata al-jūd, pemurah, dermawan. Dari
konsep ini bisa dirangkai pemaknaan bahwa sikap pemurah atau dermawan, yang
dengan itu orang bisa berbuat saling memudahkan. Toleransi beragama artinya sikap
agama.22
dalam al-Qur’an, salah satu yang bisa kita ambil contoh dari toleransi dalam al-
penerus Bangsa Indonesia menjadi manusia yang memiliki sikap toleransi agar tidak
mengingat Indonesia adalah salah satu negara dengan keragaman suku, bahasa,
agama yang sangat banyak. Indonesia adalah salah satu negara multikultural atau
beragam budaya terbesar di dunia, hal ini dapat dilihat dari situasi dan kondisi
sosiokultural yang sangat kompleks, beragam dan luas. Indonesia terdiri dari berbagai
macam kelompok etnis, budaya, agama yang masing-masing jamak (plural) sekaligus
sosial budaya di bagi atas empat nilai yang pertama terdapat nilai kebersamaan yakni
nilai penting yang harus di sadari oleh setiap manusia mengingat manusia pada
hakikatnya adalah mahluk sosial memang dengan adanya kebersamaan sesuatu hal
yang ingin di capai akan menjadi lebih mudah. Kedua nilai persatuan seperti yang
tertuang dalam sila ketiga pancasila dan UUD 1945 alinea ke II, sudah sangat jelas
bahwa persatuan merupakan salah satu nilai penting yang harus di implementasikan
dalam menjalankan kehidupan baik mulai dari lingkungan keluarga hingga ke
lingkungan masyarakat agar supaya kehidupan akan menjadi lebih tentram dan
damai. Nilai sosial budaya yang ketiga yakni nilai tolong menolong, sebagai manusia
yang lahir dibekali dengan akal dan hati nurani tolong menolong merupakan satu
bentuk kesadaran bahwa manusia yang hidup di muka bumi pasti saling
24
Deffa Lola Pitaloka, Dimyati Dimyati, and Edi Purwanta, ‘Peran Guru Dalam Menanamkan
Nilai Toleransi Pada Anak Usia Dini Di Indonesia’, Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini,
5.2 (2021), 1696–1705.
19
membutuhkan antara satu sama lain maka dengan adanya nilai ini dampak baik yang
yang harmonis antar sesame, serta memperkuat persatuan anatar satu sama lain.
Terakhir adalah nilai toleransi, sebagai mahluk sosial terutama kita yang tinggal di
Negara Indonesia sadar akan banyaknya keberagaman budaya dan terdapat beberapa
keyakinan di dalamnya. Hal tersebut mengajarkan kepada kita betapa pentingnya nilai
toleransi, saling menhargai satu sama lain dan sadar bahwa setiap keberagaman yang
ada tidak menjadikan kita berpecah tetapi perbedaan-perbedaan itulah yang
menyatukan kita, dan itulah salah satu bentuk nilai toileransi dalam kehidupan kita
B. Perilaku Bullying
1. Pengertian Bullying
secara berulang-ulang oleh pihak yang lebih kuat terhadap pihak yang lebih lemah,
dilakukan dengan sengaja dan bertujuan untuk melukai korbannya secara fisik
dilakukan secara berulang-ulang dan terus menerus, terdapat kekuatan yang tidak
seimbang antara pelaku dan korbannya, serta bertujuan untuk menyakiti dan
25
Dian Fitri Nur Aini, ‘Self Esteem Pada Anak Usia Sekolah Dasar Untuk Pencegahan Kasus
Bullying’, Jurnal Pemikiran Dan Pengembangan Sekolah Dasar (JP2SD), 6.1 (2018), hal. 38
<https://doi.org/10.22219/jp2sd.v6i1.5901>.
20
dengan mengucilkan korban secara sosial seperti mengeluarkan korban dari grup
menyerang tentang masalah seksual, jenis kelamin, ras, agama, dan kebangsaan.26
Menurut Tattum and tattum bullying adalah sebuah keinginan secara sadar
dilakukan dengan tujuan menyakiti orang lain tersebut dan membuat mereka berada
di bawah tekanan.27
Bullying merupakan sebuah kata serapan dari bahasa Inggris. Bullying berasal
dari kata bully yang artinya penggertak, orang yang mengganggu orang yang lemah.
Beberapa istilah dalam bahasa Indonesia yang seringkali dipakai masyarakat untuk
“Bullying adalah tindakan bermusuhan yang dilakukan secara sadar dan disengaja
yang bertujuan untuk menyakiti, seperti menakuti melalui ancaman agresi dan
spontan bersifat nyata atau hampir tidak terlihat, dihadapan seseorang atau di
Olweus dalam pikiran rakyat,“Bullying can consist of any action that is used to
hurt another child repeatedly and without 53 cause”. Bullying merupakan perilaku
yang ditujukan untuk melukai peserta didik lain secara terus-menerus dan tanpa
hasrat untuk menyakiti. Hasrat ini diperlihatkan dalam aksi, menyebabkan seseorang
menderita. Aksi ini dilakukan secara langsung oleh seseorang atau sekelompok orang
26
Aini, h. 39.
Riri Yunika and Alizamar Alizamar, ‘Upaya Guru Bimbingan Dan Konseling Dalam
27
Mencegah Perilaku Bullying Di Sma Negeri Se Kota Padang’, Konselor, 2.3 (2013), h. 24.
21
yang lebih kuat, tidak bertanggung jawab, biasanya berulang dan dilakukan dengan
sebagai perilaku agresif kekuasaan terhadap peserta didik yang dilakukan berulang-
peserta didik lain yang lebih lemah dengan tujuan menyakiti orang tersebut.28
bullying adalah suatu tindakan yang dapat merugikan atau dapat menyakiti hati
maupun fisik dari pada pihak yang lemah sehingga perilaku bullying ini tidaklah
pantas untuk ditiru, bahkan harus dicegah agar perilaku tercela seperti bulying ini
tidak terjadi.
2. Jenis-jenis Bullying
sebagai berikut:
Bullying secara verbal dapat berupa julukan nama, celaan, fitnah, kritikan
bullying, bullying dalam bentuk verbal adalah salah satu jenis yang paling mudah
dilakukan dan bullying bentuk verbal akan menjadi awal dari perilaku bullying yang
lainnya serta dapat menjadi langkah pertama menuju pada kekerasan yang lebih
lanjut.
milik anak yang tertindas. Kendati bullying jenis ini adalah yang paling tampak dan
mudah untuk diidentifikasi, namun kejadian bullying secara fisik tidak sebanyak
bullying dalam bentuk lain. Remaja yang secara teratur melakukan bullying dalam
bentuk fisik kerap merupakan remaja yang paling bermasalah dan cenderung akan
beralih pada tindakantindakan kriminal yang lebih lanjut.
Bullying secara relasional adalah pelemahan harga diri korban secara sistematis
sikap-sikap yang tersembunyi seperti pandangan yang agresif, lirikan mata, helaan
nafas, cibiran, tawa mengejek dan bahasa tubuh yang mengejek. Bullying dalam
bentuk ini cenderung perilaku bullying yang paling sulit dideteksi dari luar. Bullying
secara relasional mencapai puncak kekuatannya diawal masa remaja, karena saat itu
tejadi perubahan fisik, mental emosional dan seksual remaja. Ini adalah saat ketika
remaja mencoba untuk mengetahui diri mereka dan menyesuaikan diri dengan teman
sebaya.
5. Bullying elektronik
chatting room, e-mail, SMS dan sebagainya. Biasanya ditujukan untuk meneror
korban dengan menggunakan tulisan, animasi, gambar dan rekaman video atau film
biasanya dilakukan oleh kelompok remaja yang telah memiliki pemahaman cukup
perilaku bullying yang dilakukan secara verbal adalah perilaku yang dilakukan secara
nonfisik artinya bullying verbal ini sesuatu perlikau yang dilakukan untuk menyakiti
hati orang lain, kemudian untuk bullying secara fisik adalah perilaku bullying yang
dapat melukai bahkan membahayakan koban dari pada bullying, kemudian bullying
secara relasional adalah bullying yang dilakukan untuk menyakiti hati orang lain
dengan cara melakukan sindiran melalui bahasa tubuh dan suara yang membuat
korban merasa kurang percaya diri bahkan sampai bisa membuat korban sakit hati,
kemudian bullying elektronik bulying ini adalah perilaku yang dilakukan dengan cara
menggunakan sarana informasi seperti media sosial sehingga bullying inilah yang
menurut penulis adalah bullying tingkat tinggi karena dengan bullying ini bersifat
29
Yuliana Susanti, ‘PRILAKU SOSIAL BULLYING PADA PELAJAR’, 2019.
30
Nindya Alifian Muliasari, ‘Dampak Bullying Terhadap Kesehatan Mental Anak (Studi
Kasus Di Mi Ma’arif Cekok Babadan Ponorogo)’ (IAIN PONOROGO, 2019), h. 15.
24
31
Ela Zain Zakiyah, Sahadi Humaedi, and Meilanny Budiarti Santoso, ‘Faktor Yang
Mempengaruhi Remaja Dalam Melakukan Bullying’, Prosiding Penelitian Dan Pengabdian Kepada
Masyarakat, 4.2 (2017), h. 327-328.
25
f. Faktor Individu
yang baik dan berkembang. Namun demikian tidak memiliki perasaan bertanggung
jawab terhadap tindakan yang mereka lakukan, selalu ingin mengontrol dan
sering menjadi korban bully biasanya menonjolkan ciri-ciri tingkah laku internal
seperti bersikap pasif, sensitif, pendiam, lemah dan tidak akan membalas sekiranya
cenderung terjadi pada pada remaja dengan tipe kepribadian extrovert. Orang yang
extrovert sangat berbahaya bagi individu, apabila ikatan dengan dunia luar terlampau
kuat, sehingga ia tenggelam dalam dunia objektif, kehilangan dirinya, atau asing
terhadap dunia subjektifnya sendiri Zaman, 2009. Faktor internal lainnya yaitu
kepercayaan diri yang berhubungan dengan perilaku bullying. Hervita dalam Putri
dan Nauli menyatakan bahwa percaya diri ialah suatu sikap atau perasaan yakin akan
kemampuan diri sendiri sehingga orang yang bersangkutan tidak merasa cemas dalam
bertindak, merasa bebas, tidak malu dan tertahan serta mampu bertanggung jawab
memandang segala hal secara positif dan baik, kemampuan untuk berpendapat dan
Sari Kiswati, ‘Strategi Guru PAI Dalam Mencegah Perilaku Bullying Pada Peserta didik Di
32
mengambil keputusan yang berani tanpa rasa takut akan di tolak dan dikucilkan.
Individu dengan kepercayaan diri tinggi lebih terkontrol emosinya dan mampu
mengikuti perkembangan yang terjadi pada dalam dirinya. Pada kelompok faktor
eksternal yang berhubungan dengan perilaku bullying yaitu iklim sekolah. Monrad
dalam Putri dan Nauli juga mengungkapkan adapun aspek-aspek iklim sekolah
meliputi lingkungan belajar, lingkungan fisik dan sosial, hubungan antara rumah dan
sekolah, dan keamanan sekolah. Lingkungan sekolah yang bersih, manajemen atau
perilaku yang baik yang tercipta di dalam maupun di luar kelas serta hubungan
interpersonal antara guru dan peserta didik yang baik akan menciptakan suasana atau
33
Hertika Nanda Putri and Fathra Annis Nauli, ‘Faktor–Faktor Yang Berhubungan Dengan
Perilaku Bullying Pada Remaja’ (Riau University, 2015), h. 1150.
27
seorang anak tersebut akan menjadi baik pula begitu pun sebaliknya, kemudian untuk
faktor individu faktor ini lebih cenderung kepeada hasil dari pada faktor-faktor
seblumnya. Maka dari itu diperlukan adanya pencegahan terhadap perilaku-perilaku
bullying hal ini dikarenakan jika perilaku bullying sering terjadi maka dampaknya
akan banyak korban yang berjatuhan.
yang rendah (Low Psicological Wellbeing) di mana korban akan merasa tidak
nyaman, takut, rendah diri, serta tidak berharga, penyesuaian sosial yang buruk
dimana korban merasa takut ke sekolah bahkan tidak mau sekolah, menarik diri dari
berkonsentrasi dalam belajar, bahkan berkeinginan untuk bunuh diri dari pada harus
budiman dampak dari bullying yaitu depresi, cemas, selalu khawatir pada masalah
keselamatan, menjadi pemurung, agresi, timbul isu-isu akademik, tampak rendah diri
dan menjadi pemalu, menarik diri dari pergaulan dan penyalahgunaan substansi (obat
atau alkohol). Menurut Dwipayanti dan Komang dalam budiman juaga menjelaskan
anak sebagai korban bullying akan mengalami gangguan psikologis dan fisik, lebih
sedangkan anak sebagai pelaku bullying cenderung memiliki nilai yang rendah.
kanak dapat berbekas seumur hidup, baik bagi korban maupun pelaku bullying itu
sendiri, begitu pula pada kaum dewasa muda yang menunjukkan dampak jangka
28
panjang akibat tindakan bullying. Namun, pelaku bullying didapatkan lebih sehat
korban bullying merupakan masalah yang memiliki dampak jangka panjang dan
disimpulkan bahwa bullying adalah tindakan atau perilaku yang dilakukan seseorang
atau kelompok yang dapat merugikan orang lain baik secara fisiknya maupun mental.
Sehingga masalah terkait dengan perilaku buruk ini perlu dicegah agar dapat
34
Arief Budiman, ‘Perilaku Bullying Pada Remaja Dan Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhinya’ Hal. 12.
35
Ela Zain Zakiyah, Muhammad Fedryansyah, and Arie Surya Gutama, ‘Dampak Bullying
Pada Tugas Perkembangan Remaja Korban Bullying’, Focus: Jurnal Pekerjaan Sosial, 1.3 (2018),
Hal. 267.
29
c. Kerangka Konseptual
Bullying
Dilakukan secara
Tidak langsung
Dilakukan secara
langsung
Pelaku Korban
Pencegahan
:Diteliti
:Tidak diteliti
:Berpengaruh
:Berhubungan
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
ini tergolong dalam jenis penelitian Etnografi dengan pendekatan kualitatif.. Yakni
dokumen secara tertulis. Dalam pelaksanaan penelitian ini peneliti berusaha untuk
menggali data deskriptif selengkap mungkin berupa hasil wawancara yang nantinya
akan dilakukan maupun data-data lainnya yang berhubungan dengan focus penelitian
ini.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah etnografi. Etnografi
adalah pendekatan empiris dan teoritis yang bertujuan mendapatkan deskripsi dan
analisis mendalam tentang kebudayaan berdasarkan penelitian lapangan yangintensif.
Tujuan penelitian etnografi adalah untuk memberi suatu gambaran holistik subyek
penelitian dengan penekanan pada pemotretan pengalaman seharihari individu
dengan mengamati dan mewawancarai mereka dan orang lain yang berhubungan.36
Desain etnografi merupakan prosedur penelitian kualitatif untuk
menggambarkan, menganalisis berbagai kelompok budaya yang bertujuan untuk
menafsirkan berbagai pola perilaku, keyakinan dan bahasa yang berkembang dari
waktu ke waktu. Pusat lembaga budaya mendefinisikan budaya sebagai segala hal
ikhwal yang berkaitan dengan perilaku dan keyakinan manusia.37
30
31
Etnografi adalah suatu bentuk penelitian yang berfokus pada makna sosiologi
melalui observasi lapangan tertutup dari fenomena sosiokultural. Biasanya para
peneliti etnografi memfokuskan penelitiannya pada suatu masyarakat. Etnografi
adalah suatu metode penelitian ilmu sosial. Penelitian ini sangat percaya pada
ketertutupan (up-close), pengalaman pribadi dan partisipasiyang mungkin, tidak
hanya pengamatan oleh para peneliti yang terlatih dalam seni etnografi.38
2. Pendekatan penelitian
bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah dengan
maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan
peneliti akan terjun langsung kelapangan dan mengumpulkan data-data yang ada di
lapangan. Dalam hal ini, peneliti akan terjun di kelas awal ke SD-an di kota
gorontalo.
38
Hengki Wijaya, Analisis Data Kualitatif: Sebuah Tinjauan Teori & Praktik (Sekolah Tinggi
Theologia Jaffray, 2019).
39
Anggito, Albidan Johan Setiawan, MetodePenelitianKualitatif, (Sukabumi: CV Jejak, 2018),
h. 7
32
1. Lokasi Penelitian
Lokasi yang diambil oleh peneliti dalam melakukan penelitian ini yakni di
lembaga pendidikan dasar di kota gorontalo alasan memilih lokasi penelitian ini
sebab lokasi penelitian berlokasi tidak jauh dari tempat tinggal peneliti juga sesuai
dengan permasalahan yang menjadi focus dalam penelitian ini yakni gambaran
2. Waktu Penelitian
C. Sumber Data
Yang dimaksud sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data
1. Data Primer
Guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Peserta didik kelas
2. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data pendukung seperti dokumen-dokumen yang
berkaitan dengan masalah yang diteliti.41 Dokumen, artikel, skripsi, buku, yang
40
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis (Jakarta: Rineka Cipta,
2015).
41
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosda Karya,
2009) Hal. 112.
33
data dalam penelitian ini yakni teknik wawancara yang merupakan proses interaksi
tanya jawab antar peneliti dengan narasumber yang dijadikan objek pada penelitian
ini yakni guru mata pelajaran yang bersangkutan. Selain itu peneliti juga
orang adalah wawancara tak berstruktur, tehnik observasi, dan wawancara berstruktur
atau kuisioner jika memungkinkan. Demikian pula seperti yang dikemukakan oleh
Lapland, bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalahkata-kata dan
Sehubungan dengan itu, maka tehnik pengumpulan data yang digunakan adalah
sebagai berikut :
1. Observasi
Teknik observasi yaitu teknik pengumpulan data melalui dialog secara
langsung dengan objek (informan) yang dapat memberikan data maupun informasi
42
Anas Sudjiono, Pengantar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: PT Grafindo Persada, 2013), Hal.
76.
34
2. Wawancara
3. Dokumentasi
Teknik dokumentasi adalah cara mengumpulkan data melalui peninggalan
tertulis, arsip, dalil dan hukum-hukum dan termasuk buku-buku tentang pendapat
karena dengan pengolahan analisa data maka data yang diperoleh dapat diberi arti dan
dideskripsikan. Pengolahan dan analisa data adalah proses pengaturan urutan data
untuk kemudian diorganisasikan dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar
yang dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas.
Data yang diperoleh baik melalui observasi maupun wawancara diolah dengan cara
mengklasifikasikan berdasarkan tema sesuai fokus permasalahan.45
Ada tiga unsur utama dalam proses pengolahan dan analisis data pada
43
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: ALfabeta, 2010), ), Hal. 335.
44
S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2010),
Hal. 38.
45
Sugiyono, MetodologiPenelitianKuantitatif Kualitatif Dan R&D (Bandung: alfabeta, 2017),
Hal. 246.
35
1. Reduksi Data, merupakan bagian dari proses analisis yaitu suatu bentuk analisis
penting, dan mengatur data sehingga data tersebut dapat dibuat kesimpulan.
2. Sajian Data, yakni susunan informasi yang memungkinkan dapat ditariknya suatu
kesimpulan. Kesimpulan akhir pada penelitian kualitatif tidak akan ditarik kecuali
3. Kesimpulan, kesimpulan akhir pada penelitian kualitatif tidak akan ditarik kecuali
dalam upaya menarik kesimpulan yang tepat dan objektif sesuai dengan fakta
dilapangan, sehingga pengujian keabsahan data mempunyai hal yang sangat penting
keabsahan hasil temuan secara cermat dengan menggunakan berbagai teknik yang
ada diharapkan hasil penelitian benar-benar ilmiah dan dapat dipertanggung jawabkan
cara triangulasi.
46
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Hal. 338.
36
temuannya (data) yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan
pengujian atau pembanding data tersebut. Triangulasi data dapat dibedakan menjadi
b. Triangulasi metode.47
Adapun bentuk triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari
triangulasi sumber dan triangulasi metode. Pada triangulasi sumber pengecekan data
47
Lexy J. Moleong.
DAFTAR PUSTAKA
Aini, Dian Fitri Nur, ‘Self Esteem Pada Anak Usia Sekolah Dasar Untuk Pencegahan
Kasus Bullying’, Jurnal Pemikiran Dan Pengembangan Sekolah Dasar (Jp2sd),
6.1 (2018), 36 <Https://Doi.Org/10.22219/Jp2sd.V6i1.5901>
Andiani, Ana, And Bakhrudin All Habsy, ‘Konseling Kelompok Behavior Untuk
Mengurangi Perilaku Bullying Siswa Smp’, Jurnal Thalaba Pendidikan
Indonesia, 4.1 (2021), 17–29
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis (Jakarta: Rineka
Cipta, 2015)
Budiman, Arief, ‘Perilaku Bullying Pada Remaja Dan Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhinya’
Djamal, Samhi Muawan, ‘Penerapan Nilai-Nilai Ajaran Islam Dalam Kehidupan
Masyarakat Di Desa Garuntungan Kecamatan Kindang Kabupaten Bulukumba’,
Jurnal Adabiyah, 17.2 (2017), 161–79
Hamid, Solihin Ichas, Dinie Anggraeni Dewi, Andika Rizky Nugraha, Wahdini
Rohmah Jaelani, And Yessi Vichaully, ‘Implementasi Nilai Persatuan Dan
Kesatuan Bangsa Dengan Model Pembelajaran Role Playing Di Sekolah Dasar’,
Jurnal Basicedu, 5.6 (2021), 5731–38
Hanafi, Hanafi, ‘Hakekat Nilai Persatuan Dalam Konteks Indonesia (Sebuah Tinjauan
Kontekstual Positif Sila Ketiga Pancasila)’, Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila
Dan Kewarganegaraan, 3.1 (2018), 56–63
Imelda, Ade, ‘Implementasi Pendidikan Nilai Dalam Pendidikan Agama Islam’, Al-
Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, 8.2 (2017), 227–47
Izzan, Ahmad, ‘Menumbuhkan Nilai-Nilai Toleransi Dalam Bingkai Keragaman
Beragama’, Kalam, 11.1 (2017), 165–86
Jannah, Aulia Nur, And Dinie Anggraeni Dewi, ‘Implementasi Pancasila Dalam
Kehidupan Sosial Budaya Di Masyarakat Abad-21’, Jurnal Pendidikan
Tambusai, 5.1 (2021), 931–36
Kistanto, Nurdien H, ‘Sistem Sosial-Budaya Di Indonesia’, Sabda: Jurnal Kajian
Kebudayaan, 3.2 (2008)
Kiswati, Sari, ‘Strategi Guru Pai Dalam Mencegah Perilaku Bullying Pada Siswa Di
Smpn 17 Kota Bengkulu’ (Iain Bengkulu, 2020)
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Pt Remaja Rosda
Karya, 2000)
Muliasari, Nindya Alifian, ‘Dampak Bullying Terhadap Kesehatan Mental Anak
(Studi Kasus Di Mi Ma’arif Cekok Babadan Ponorogo)’ (Iain Ponorogo, 2019)
Mustanir, Ahmad, And M Rais Rahmat Razak, ‘Nilai Sosial Budaya Pada Partisipasi
Masyarakat Etnik Towani Tolotang Dalam Musyawarah Rencana
Pembangunan’, Prosiding Konferensi Nasional Ke-6 Asosiasi Program
Pascasarjana Perguruan Tinggi Muhammadiyah Aisyiyah (Appptma), 2017, 1–7
37
38