Anda di halaman 1dari 9

Nama : Thariq Febriansyah K.A.

NIM : 11000120140508

Kelas : Kriminologi – C

Kekerasan Yang Terjadi Dalam Senioritas Di lingkungan Pendidikan

A. PENDAHULUAN

Kekerasan hampir setiap hari terjadi dalam kehidupan di sekitar kita. Kekerasan
yang terjadi di masyarakat sering dianggap sebagai solusi utama dalam menyelesaikan
masalah. Meskipun banyak yang telah mengetahui, kerugian yang ditimbulkan lebih besar
dari pada manfaat yang akan terjadi, tetapi kenyataan yang ada tidak menunjukkan suatu
penurunan angka kejadian. Kekerasan masih terus terjadi di berbagai daerah dengan
beraneka macam cara dan motif kekerasan yang dilakukan. Salah satu ancaman serius
demokrasi Indonesia dan tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara saat ini adalah
semakin maraknya instrumentasi kekerasan. Fenomena geng motor, tawuran warga antar
kampung, kerusuhan suporter sepak bola, tawuran pelajar, dan berbagai kekerasan lainnya
merupakan sedikit contoh dikedepankannya cara – cara kekerasan oleh warga masyarakat
dibandingkan cara – cara damai penyelesaian masalah. Kekerasan ada pula yang terjadi
dalam dunia pendidikan yang sebenarnya merupakan tempat yang aman bagi siswa-siswi
untuk memperoleh pendidikan. Kekerasan di lingkungan pendidikan akhir – akhir ini
banyak terjadi di lingkungan sekolah. Lingkungan sekolah sebagai tempat bagi anak – anak
untuk memperoleh pendidikan, bimbingan, tempat yang aman serta nyaman dengan
bantuan pengawasan langsung oleh orang tua, guru juga masyarakat sekitar. tetapi,
kekerasan juga terjadi pada lingkungan sekolah baik di dalam sekolah maupun di luar
sekolah. Kekerasan telah banyak terjadi berbagai daerah di Indonesia, dengan berbagai
faktor pemicu; dari sederhana hingga kompleks. Pendidikan akan sangat berpengaruh pada
perkembangan generasi muda untuk menjadi individu yang berkualitas dan berpendidikan.
Dengan pendidikan di harapkan generasi muda akan menjadi manusia yang berkualitas dan
tidak hanya dari segi pintar dalam akadmik tetapi juga perilaku. namun pendidikan tak
terlepas dari permasalahan – permasalahaan yang meliputinya. Sebagaimana data dari
Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) yang menemukan persoalan-masalah
pendidikan di Indoensia selama tahun 2019 yakni persoalan pengahapusan dirjen PAUD
dikmas, perolehan nilai PISA di tahun 2018 yang memberikan kualitas pendidikan di
Indonesia sangat rendah, terdapat radikalisme dalam dunia pendidikan, persoalan sistem
zonasi, kekerasan yang terjadi di dalam pendidikan, dan program Indonesia pintar yang
tidak tepat target serta kurang sosialisasi. Hal tersebut menunjukkan bagaimana sistem
pendidikan pada Indonesia masih banyak yang harus di perbaiki untuk bisa meningkatkan
urutan pendidikan Indonesia. Kekerasan yang terjadi merupakan sikap menyimpang. Selain
itu perilaku menyimpang sering di kaitkan dengan perilaku remaja yang sedang dalam
tahap pertumbuhan dan hadirnya teknologi dan isu dari luar dapat dengan mudah di terima
oleh remaja dikarenakan remaja cepat menyesuaikan diri serta memiliki keingintahuan
yang besar. Maka dari itu remaja seringkali terlibat pada perilaku – perilaku menyimpang.
seperti tawuran, bullying, dan pergaulan bebas. Maraknya kekerasan ini menyulut
munculnya konseptualisasi dan penggunaan istilah kekerasan sebagai budaya. Konsep dan
istilah kekerasan sebagai budaya ini hanyalah implikasi dari semakin luas, mendalam, dan
semakin kompleksnya jenis, jumlah, dan kualitas kekerasan yang dianggap bersifat
sistematis (diorganisasi), fundamental dan berwatak menular. Salah satu perilaku remaja
yang terjadi secara turun temurun bahkan menjadi tradisi di suatu lembaga pendidikan
adalah senioritas. Senioritas dalam kehidupan sehari – hari tidak dapat terpisahkan dalam
kehidupan masyarakat. Hal ini terjadi karena pada kehidupan manusia terdapat perbedaan
tingakatan. tingkatan yang terdapat pada pendidikan yaitu senior dan junior. Dimana dalam
budaya yang ada di Indonesia yaitu budaya menghormati yang lebih tua dan menyayangi
yang lebih muda. Dimana dari perbedaan tingkatan inilah yang di manfaatkan oleh senior
untuk bersikap sewenang-wenang pada junior. sebagai akibatnya tak jarang kasus senioritas
ini memunculkan aksi – aksi kekeraan di sampingnya. Bahkan senioritas juga
mengakibatkan korban jiwa. Meskipun tradisi senioritas sudah mulai di hilangkan pada
dunia pendidikan, masih banyak kasus yang menunjukkan budaya senioritas di sekolah atau
universitas yang menggunakan kekerasan.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Penyebab yang menjadikan maraknya kekerasan di lingkungan pendidikan ?
2. Dampak yang diberikan oleh bullying atau kekerasan yang terjadi di lingkungan
pendidkan ?
3. Peran lingkungan dalam pencegahan kekerassan ?

C. TINJAUAN PUSTAKA

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan konsep “kekerasan” adalah apa yang
diterjemahkan dari bahasa inggris violence. “Violence” berasal dari kata Latin “vis” (daya
kekuatan) dan “latus” (yang berasal dari ferre, membawa). Arti gabungan dua kata tersebut
adalah: membawa kekuatan (Newton Garver, 1976: 349).

Konflik tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sosial. Terjadinya konflik juga tidak
terelakkan dalam masyarakat. Masyarakat dipandang sebagai struktur sosial yang
mencakup proses – proses asosiatif dan disasosiatif yang hanya dapat dibedakan secara
analisis. Lebih lanjut dia mengatakan bahwa konflik merupakan pencerminan pertentangan
kepentingan dan naluri untuk bermusuhan (Suharno, 2006: 1-4).

Teori kontrol sosial di pelopori oleh Travis Hirschi. Teori kontrol sosial merupakan
teori yang melihat perilaku menyimpang dan perilaku tidak menyimpang yang di lakukan
oleh seseorang. Teori tersebut juga mengungkapkan bahwa kurangya pengenalan dan
integrasi dengan lingkungan (keluarga, masyarakat, sekolah) telah mengakibatkan
timbulnya perilaku menyimpang. Dimana pada teori tersebut memfokuskan tentang
perilaku menyimpang yang di lakukan oleh remaja. Selain itu Travis Hirschi menjelaskan
dalam teorinya yakni perilaku tidak taat aturan ialah perilaku dasar setiap manusia, maka di
butuhkan kontrol sosial supaya manusia patuh pada aturan yang berlaku dan turut serta
dalam upaya kontrol sosial di masyarakat. Terdapat 4 usur kontrol sosial menurut Hirschi
(dalam Sulaiman, 2020) yakni attachment yakni keterlibatan seseorang kepada orang lain
yang akan menimbulkan perilaku peduli dan mengetahui keadaan lingkungannya,
commitment yakni ikatan seseorang dengan lembaga (sekolah, organisasi, pekerjaan, dan
lain – lain) dimana ketika lembaga tersebut memberikan manfaat maka akan memperkecil
kemungkinan terjadinya perilaku menyimpang, involvement yakni kesibukkan individu
dalam suatu kegiatan akan membuat individu tersebut tidak sempat memikirkan untuk
berbuat menyimpang, beliefs yakni keyakinan individu terhadap nilai – nilai yang ada di
masyarakat akan membuat individu tidak melakukan perilaku menyimpang. Ketika kontrol
sosial dalam suatu masyarakat tidak berjalan dengan baik maka akan menibulkan perilaku
yang menyimpang. Selain itu kurangya kontrol sosial mengakibatkan individu akan bebas
berperilaku sesuai apa yang di inginkannya. Oleh karena itu timbullah perilaku
menyimpang yang dilakukan oleh individu.

D. METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam studi kasus kali ini adalah metode kualitatif. Teknik
metode ini yaitu dengan pengumpulan data yang dilakukan secara triangulasi (gabungan).
Sedangkan metode kualitatif menurut Nurdin dan Hartati merupakan penelitian yang
didasarkan pada data, menjelasakan data dengan menggunakan teori serta hasil akhirnya
berupa teori. Untuk pengumpulan data melalui studi literature. Dimana studi literature
menurut Brooks and Simo merupakan teknik pengumpulan data dengan menggunakan
buku, jurnal, dan bentuk – bentuk literature yang lain. dimana sumber data yang di pilih
berkaitan dengan topik yang akan di bahas. Setelah data sudah di dapat kemudian data akan
di dianalisis.
E. PEMBAHASAN
1. Penyebab yang menjadikan maraknya kekerasan di lingkungan pendidikan

Pendidikan ialah Pondasi dasar bagi kehidupan manusia. Maka dengan hadirnya
pendidikan di harapakan individu tersebut bisa terlepas dari jerat kebodohan serta dapat
mengembangkan potensi diri. Yang mana dengan memiliki pendidikan maka akan
berguna bagi diri sendiri serta masyarakat. dengan pendidikan maka individu bisa
mempunyai pemikiran yang rasional. Selain itu pendidikan bisa menghasilkan
seseorang menjadi lebih dewasa serta berpikiran luas. Pendidikan memiliki fungsi yakni
mengembagkan potensi yang ada dalam diri individu dan membentuk karakter, serta
mencerdaskan kehidupan bangsa dengan menghilangkan ketertinggalan dan kebodohan.
Masalah kekerasan sudah lama terdapat di lingkungan pendidikan, namun yang banyak
sebagai perhatian ialah perkara kekerasan setiap tahunnya selalu terjadi. Sikap
menyimpang ini tidak serta merta terjadi melainkan ada sesuatu peristiwa yang
menyebabkan timbulnya sikap menyimpang. Menurut Riauskina terdapat penyebebab
terjadinya bullying atau kekerasan di sekolah yakni adanya sebuah tradisi kekerasan
yang di turunkan yaitu senioritas, balas dendam, untuk memperlihatkan kekuasaan yang
dimiliki, perilaku yang di lakukan oleh korban bullying tidak sesuai dengan apa yang di
harapkan oleh pelaku, mendapatkan kepuasan tersendiri, etika sopan santun korban
dianggap kurang sopan menurut pelaku bullying. Adapun macam – macam kekerasan
berdasarkan Johan Galtung yakni kekerasan langsung yaitu kekerasan yang
menggunakan fisik maupun verbal, kekerasan struktural yaitu kekerasan yang dilakukan
oleh sebuah struktur yang ada, serta kekerasan kultural yakni kekerasan yang dibentuk
melalui budaya. menurut para ahli, dapat di katakan sebagai remaja ketika berada di
rentang usia 12 sampai 21 tahun. Dimana remaja akan dianggap kuat ketika remaja
tersebut mampu menunjukkan dan menggunakan kekuatan fisiknya. Kekerasan
langsung tak jarang digunakan senior kepada junior dalam lingkungan sekolah maupun
universitas. Senior maupun junior yang terdapat di dalam lingkungan sekolah maupun
universitas artinya usia remaja. Selain itu sikap kekerasan atau bullying yang di lakukan
remaja akan menumbuhkan rasa kepemilikan kekuasaan atas keadaan yang terjadi.
Maka dari itu tidak jarang senior yang melakukan kekerasan fisik pada juniornya.
Kekerasan atau bisa disebut bullying menurut As Hornby merupakan tindakan
mengintimidasi atau melukai pihak lain yang dilakukan oleh orang yang memiliki
kekuasaan atau kekuatan. Sebagaimana senior yang mengganggap mempunyai
kekuasaan dan tingkatannya lebih tinggi serta lebih dahulu daripada junior. Selain itu
senior tak jarang mempraktekkan kekerasan dengan maksud untuk melatih mental serta
untuk memperbaiki etika mahasiswa baru. Padahal kekerasan yang sering terjadi dalam
kasus senioritas banyak memberikan pendidikan yang tidak mendidik bagi junior yang
menerimanya. Pengertian senioritas dalam kamus KBBI merupakan seseorang yang
memiliki tingkatan lebih tinggi dalam pengalaman, pangkat, serta usia. di dalam
kehidupan manusia, senioritas adalah sesuatu hal yang wajar. Hal itu di karenakan
dalam setiap kehidupan manusia terdapat berbagai tingkatan – tingkatan. Senioritas
dalam arti yang sebenarnya tidak membawa unsur kekerasan pada dalamnya. tetapi
karena terdapat pemahaman yang keliru dan terus dilestarikan akhirnya membentuk
pemahaman akan senioritas berubah arti menjadi senioritas yang identik dengan
kekerasan. sikap bullying dianggap hal yg lumrah oleh siswa maupun oleh pengajar.
tidak hanya itu saja perilaku bullying yang di lakukan oleh senior dianggap sesuatu hal
yang baik karena bisa mendisiplinkan siswa dan menumbuhkan etika sopan santun serta
hormat kepada senior. Meskipun begitu pihak sekolah juga menyampaikan kebijakan
untuk menangani perkara bullying tersebut. namun masih banyak yang melanggar.
Maka dari itu dalam menangani masalah bullying, sekolah memberikan sangsi kepada
pelaku.

2. Dampak yang diberikan oleh bullying atau kekerasan yang terjadi di


lingkungan pendidkan

Dampak yang di berikan oleh bullying atau kekerasan yang terjadi pada lingkungan
pendidikan akan membuat remaja lain yang melihat tindakan tersebut beranggapan
bahwa bullying atau kekerasan artinya sesuatu yang disebut lumrah untuk di lakukan,
tidak hanya itu sebagian remaja akan tergabung dalam kelompok yang melakukan
bullying pada remaja yang lain dengan maksud supaya tidak menjadi korban bullying
dan sebagian remaja hanya akan diam serta tidak peduli dengan bullying yang terjadi di
sekitarnya. Kekerasan atau bullying termasuk sikap yang menyimpang dari apa yang
seharusnya di lakukan oleh manusia. Pendidikan yang dimiliki seseorang akan tampak
tidak sama dengan individu yang tidak berpendidikan yakni bisa di lihat dari caranya
pada beperilaku, berbicara, berpikir dan emosi. Namun kenyataannya individu yang
berpendidikan menunjukkan sikap yang tak sesuai dengan jenjang pendidikan yang
telah di tempuhnya. Dimana pendidikan itu sendiri meliputi pendidikan nilai dan moral.

3. Lingkungan – lingkungan yang berperan dalam pencegahan kekerassan ?


Dalam sebuah lingkungan sosial terdapat lingkungan yang positif maupun negatif.
Maka fungsi asal pendidikan inilah yang akan menuntun anak mengenai perilaku mana
yang baik maupun mana yang jelek. Maka fungsi dari pendidikan inilah yang akan
menuntun anak mengenai perilaku mana yang baik maupun mana yang buruk. Salah
satu pendidikan yang paling dasar dan utama bagi anak berasal dari keluarga. Orangtua
sebagai bagian dari keluarga akan mendidik atau mensosialisasikan anak mengenai
nilai-nilai yang ada di masyarakat. Lingkungan sekolah merupakan lingkungan kedua
setelah lingkungan keluarga, Sekolah bertujuan untuk mendidik anak tentang ilmu yang
tak di ajarkan oleh orangtua di rumah. di dalam sekolah juga ada proses interaksi baik
antara pengajar dengan peserta didik. dalam proses hubungan inilah penanaman nilai –
nilai moral serta ilmu pengetahuan akan di ajarkan. peran guru secara pribadi yaitu
menjadi petugas sosial yang bermanfaat buat masyarakat, ilmuwan dan pelajar, orang
tua kedua, teladan bagi peserta didik, dan memberikan keamanan bagi siswa. Kemudian
lingkungan yang ketiga yaitu lingkungan masyarakat. Lingkungan ini juga sangat
berpengaruh bagi penanaman nilai-nilai moral kepada anak. Dimana nilai – nilai moral
yang berkembang di masyarakat akan berdampak pada pendidikan. menurut Shihab
sistem nilai yang ditetapkan dalam suatu mayarakat akan mempengaruhi cara pandang
serta sikap masyarakat. Maka dari itu masyarakat akan memberikan imbas kepada
pendidikan. Jika masyarakat menganut nilai – nilai yang baik maka akan berpengaruh
kepada sikap anak serta begitupun sebalikya, dimana ketika masyarakt menganut nilai –
nilai yang buruk maka perilaku remaja juga mengikuti. Maka dari itu ketiga bentuk
lingkungan yakni sekolah, keluarga, serta masyarakat akan memberikan kontrol sosial
bagi perilaku remaja. dimana hal tersebut sesuai dengan teori kontrol sosial Hirschi
yakni kontrol sosial dapat terwujud jika terdapat Attachement dimana ketika terdapat
kasih sayang yang diberikan lingkungan kepada remaja maka akan menimbulkan
perilaku yang peduli terhadap lingkungannya, Commitment yakni ikatan yang mana
ketika Lembaga – Lembaga di sekitarnya dapat memberikan manfaat yang baik maka
akan memperkecil terjadinya perilaku menyimpang, involvement yakni jika individu
sibuk degan aktivitas yang di lakukannya maka individu tersebut tidak akan sempat
untuk berperilaku menyimpang, beliefs yakni ketika individu sudah memiliki keyakinan
akan nilai – nilai yang ada di masyarakat maka akan membuat individu tersebut tidak
melakukan perilaku menyimpang.

F. PENUTUP

Sikap senioritas dengan menggunakan kekerasan di sebabkan oleh kurangnya


kontrol sosial dari lingkungan keluarga, sekolah, serta masyarakat. Ketiga bentuk
lingkungan pendidikan tadi memberikan imbas yang sangat besar bagi sikap remaja.
Karena lingkungan tersebut merupakan lingkungan yang ada di sekitar remaja. Saat
lingkungan tadi memberikan pendidikan moral yang baik dan memahami perannya masing
– masing maka akan dapat memberikan kontrol sosial bagi perilaku remaja untuk tidak
melakukan kekerasan pada senioritas pada lingkungan pendidikan. Maka dari itu kontrol
sosial akan sangat berpengaruh dalam mengontrol perilaku remaja yang melakukan
kekerasan dalam senioritas pada lingkungan pendidikan. Dampak yang di berikan oleh
bullying atau kekerasan yang terjadi pada lingkungan pendidikan akan membuat remaja
lain yang melihat tindakan tersebut beranggapan bahwa bullying atau kekerasan artinya
sesuatu yang disebut lumrah untuk di lakukan.

DAFTAR PUSTAKA

Khodijah, K. (2018). “Agama Dan Budaya Malu Sebagai Kontrol Sosial Terhadap
Perilaku Koruptif”. Sosial Budaya.

Kusumastuti, H., & Hadjam, M. N. R. (2019). Dinamika Kontrol Sosial Keluarga


dan Teman Sebaya pada Remaja Berisiko Penyalahgunaan NAPZA. Gadjah Mada Journal
of Psychology.

Sujana, I. W. C. (2019). Fungsi Dan Tujuan Pendidikan Indonesia. Adi Widya.

Yandri, H. (2014). Peran Guru BK/Konselor Dalam Pencegahan Tindakan


Bullying Di Sekolah.

Karlina, L. (2020). Fenomena Terjadinya Kenakalan Remaja. Edukasi Nonformal.

Retnoningsih, E. (2019). Perilaku Menyimpang Bullying Di Kalangan Siswa.

Zulmawati, Z. (2018). Membangun Peran Guru Melalui Sosiologi Pendidikan.


Elementary School Journal PGSD FIP UNIMED.

Subianto, J. (2013). Peran Keluarga, Sekolah, Dan Masyarakat Dalam


Pembentukan Karakter Berkualitas.

Anda mungkin juga menyukai