Anda di halaman 1dari 3

Essa Nalurita

S1 Keperawatan Tingkat 4

MATERI HEALTH SPEAK UP

(Bullying dan Kekerasan Fisik)

Tidak bisa dipungkiri bahwa bullying adalah suatu tindakan yang dapat berakhir kepada
kematian. Akhir-akhir ini kekerasan memang marak terjadi di indonesia. Kekerasan antar
teman sebaya atau bullying merupakan suatu tindakan kekerasan fisik dan psikologis yang
dilakukan seseorang atau kelompok. Bullying berasal dari kata serapan dalam bahasa
Inggris (bully) yang artinya menggertak atau mengganggu. Bullying adalah tindakan agresi
yang di lakukan berupa kekerasan fisik, verbal, atau psikologis yang sengaja dilakukan
oleh orang lain atau sekelompok orang yang merasa kuat atau berkuasa bertujuan
untuk menyakiti seseorang atau sekelompok orang yang merasa tidak berdaya (Maemunah
& Sulasmini, 2019)

Menurut United Nations Education Scientific and Cultural Organization (UNESCO),


School bullying terjadi di seluruh dunia dan diperkirakan setiap tahun terdapat 245 juta
anak mengalami bullying (UNESCO, 2017). Saat ini bullying menjadi sorotan lembaga
internasional salah satunya yaitu Plan International (ICRW) di 5 negara Asia yakni
Vietnam (79%), Kamboja (73%), Nepal (79%), Pakistan (43%) dan Indonesia (84%).
Hasil penelitian menyatakan bahwa Indonesia menduduki tingkat pertamadalam kejadian
bullyingdi sekolah dengan presentase angka sebesar 84% (ICRW, 2015). Penelitian lain
juga dilakukan oleh Plan Indonesia dan Yayasan Semai Jiwa Amini (SEJIWA) dalan
Wiyani (2014), tentang bullying di tiga kota besar di Indonesia yaitu Jakarta, Surabaya
dan Yogyakarta, mencatat kejadian tingkat kekerasan sebesar 67,9% pada sekolah
Menengah Atas (SMA). Kekerasan yang terjadi dengan kategori tertinggi kekerasan
psikologis berupa pengucilan peringkat kedua ditempati kekerasan verbal (mengejek)
dan terakhir kekerasan fisik (memukul). Identifikasi tingkat kekerasan ditingkat SMA
terbanyak di Jakarta (72,7%), Surabaya (67,2%) dan di Yogyakarta (63,8%).

Masa remaja adalah masa yang penting karena pada masa ini seseorang mengalami
perkembangan baik secara fisik, emosional maupun sosial. Perkembangan pada masa ini
harus dilewati dengan baik karena dampak positif dan negatif yang dilalui seseorang pada
masa perkembangan remaja ini akan berpengaruh pada masa dewasanya nanti. Remaja
berada pada rentang usia 10-19 tahun yang sedang mengalami perubahan secara fisik,
emosional , sosial dan mudah terkena masalah kesehatan mental karena adanya paparan
terhadap kemiskinan, pelecehan dan perilaku kekerasan. Maka dari itu, perlu adanya
pemantauan perkembangan emosi pada anak yang mulai tumbuh remaja yang dipantau
oleh keluarga. Tetapi pada kenyataannya, banyak perilaku bullying yang juga terjadi pada
lingkup keluarga. Orang tua yang masih menggunakan pola asuh kuno cenderung banyak
memarahi, menyalaahkan dan membandingkan anaknya dengan oranglain bahkan beberapa
orangtua juga melakukan kekerasan fiik kepada anaknya sendiri. Hal ini dapat menimbulkan
dampak buruk bagi remaja yaitu kemampuan interaksi sosial remaja yang maladaptif.
Remaja yang memiliki kemampuan interaksi sosial yang maladaptif sulit dalam
menjalin hubungan pertemanan dan lebih suka menyendiri dan cenderung tidak
banyak memiliki teman. tidak menutup kemungkinan kemampuan interaksi sosial yang
maladaptif tersebut akan terbawa hingga remaja tersebut beranjak dewasa. seseorang yang
memiliki kemampuan interaksi sosial mal adaptif itulah yang akan menjadi sasaran korban
oleh pelaku pembullyan.

Pelaku melakukan pembullyan ketika melakukan kekerasan kepada korban adalah tindakan
yang tidak bermoral. Bagi orang yang bermoral, melakukan kesalahan kepada orang lain saja
segera meminta maaf tetapi tidak dengan pelaku kekerasan yang dengan melakukan hal
tersebut merupakan kesenangan bagi pelaku. Ditandai dengan begitu banyaknya pelaku-
pelaku tersebut diindonesia menggambarkan bahwa negara kita mengalami kemerosotan
norma dan moral. Media sosial dapat menjadi salah satu penyebab generasi ini mengalami
kemerosotan norma dan moral karena mereka bebas mengakses berbagai konten yang berbau
bullying maupun kekerasan dan cenderung menirunya.

Tindakan bullying yang dialami oleh seorang siswa secara berkepanjangan, lambat laun akan
mempengaruhi self-esteem yang bersangkutan, self-esteem yang terganggu akan
menyebabkan harga diri rendah sehingga memunculkan perilaku menarik diri secara sosial,
isolasi sosial yang dilakukan oleh korban bullying akan menjadikan siswa rentan mengalami
stress dan berkembang menjadi depresi, dan dalam kasus ekstrim akan meningkatkan
kemungkinan terjadinya tindakan bunuh diri. Hal ini sesuai dengan penelitian Yushendra
(2015), yang mengatakan bahwa tindakan bullying yang diterima dapat memicu remaja
korban bullying untuk berbuat nekat, seperti membunuh atau melalukan tindakan melukai diri
bahkan mengakhiri hidup.

Sudah banyak nyawa melayang akibat bullying dan kekerasan tetapi pemerintah selaku
pemegang kekuasaan tertinggi di negara ini belum juga memberikan solusi yang tepat untuk
mengatasi bullying dan kekerasan. Kita sebagai mahasiswa kesehatan yang mengerti betapa
pentingnya kesehatan mental harus ikut andil dalam mengatasi masalah ini walaupun masih
dalam lingkup kecil yaitu lingkup kampus. Tetapi besar harapannya bisa berdampak positif
dan mengurangi angka kejadian bullying. Pada lingkup kampus, kita bisa memulai dari
organisasi mahasiswa dengan mengajak siswa untuk membuat beberapa program
diantaranya :

1. Program (sosialisasi dan pelatihan stop bullying). Program-program yang dibuat


bermanfaat untuk menyamaratakan pengetahuan seluruh mahasiswa kampus betapa
pentingnya pencegahan bullying dan kekerasan fisik agar tidak menyepelekan seorang yang
mengalami tindakan ini.

2. Mengadakan koseling pada pelaku bullying. Korban bullying biasanya merasa bahwa
diriya selalu sendiri. konseling untuk korban bullying dilakukan agar korban terhindar dari
perasaan tersebut karena di dalam konseling para korban mendapat dukungan sosial.
Dukungan sosial yang adekuat cenderung akan meningkatkan stabilitas psikologis korban
bullying. Dukungan sosial dapat berupa penerimaan terhadap kondisi korban bulying, atau
suatu perilaku memberikan rasa nyaman, memberikan perhatian dan penghargaan atas
pencapaian seseorang dari individu lainnya. (Azizah, 2011). Dukungan sosial yang terpenuhi
akan menciptakan perasaan dicintai dan diperhatikan, sehingga akhirnya berdampak positif
terhadap perkembangan psikologis seseorang. Teori ini sesuai dengan hasil penelitian
Tricahyani tahun 2014, didapatkan hasil yang signifikan antara dukungan sosial dengan
penyesuaian diri pada remaja. Program ini akan bermanfaat bukan hanya untuk hari ini, tetapi
untuk masa depan mahasiswa semua. Mengapa di masa depan? Karena generasi berikutnya
akan tercipta. Baik buruknya generasi masa depan ada ditangan kita.

Berdasarkan penjelasan materi sebelumnya disimpulkan bahwa bullying dan kekerasan fisik
saling berkaitan. pada perilaku bullying yang sudah parah akan berkelanjutan menjadi
kekerasan fisik pada korban. Berdasarkan kasus yang terjadi di indonesia, seseorang yang
dibully dapat meninggal bunuh diri karena mentalnya sudah tertekan dan tidak kuat menjalani
hidupnya, lalu pada kasus lainnya di indonesia juga ada pelaku yang membully korban
kemudian melakukan kekerasan sampai meninggal. Sebagai perawat, tidak salah apabila kita
menerapkan perilaku caring kepada teman kita sendiri. Pada seseorangyang terlihat
menyendiri memang kita tidak tau apa yang ada di kepalanya saaat itu. Terkadang mereka
hanya ingin seseorang peduli dengan sekedar menanyakan kabarnya hari ini. Perilaku caring
dalam bentuk menanyakan kabar bukan suatu hal yang sulit untuk menyelamatkan nyawa
seseorang bukan?

Anda mungkin juga menyukai