Oleh:
Anisa Cholish Sa’adah B7 PGSD
ABSTRAK
Sa’adah, Anisa Cholish. Pengaruh Kekerasan Pada Anak Usia Sekolah Dasar
Terhadap Perkembangan Kesehatan Mental. Arikel Telaah. Malang:
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang 2018.
PENDAHULUAN
HASIL TELAAH
Kekerasan Pada Anak
Kekerasan dapat terjadi dikehidupan sehari hari, di keluarga, masyarakat
maupun sekolah (Utami, Tri Lestari. 2013)
Dalam sebuah survey dari Tamsil Muis, dkk (2011) mengemukakan
bahwa kekerasan atau agresi, umumnya didefinisikan dengan menekankan pada
bentuk dan tujuan dari perilaku tersebut. Berkowitz (1995:4) dalam Tamsil Muis,
dkk (2011) mendefinisikan agresi sebagai bentuk perilaku yang dimaksudkan
untuk menyakiti seseorang baik secara fisik maupun mental. Selain itu Steinmetz
dalam Kashani dkk., (1991:218) (dari Tamsil Muis, dkk (2011)) juga menyatakan
bahwa agresi adalah tindakan yang menggunakan kekuatan fisik dan verbal untuk
mencapai suatu tujuan tertentu melalui konflik. Tingkah laku agresi ini pada
dasarnya merupakan tingkah laku yang bertujuan untuk melukai, menyakiti atau
merugikan orang lain (Baron & Graziano, 1991:312 dalam Tamsil Muis, dkk
2011)). Baron (1996:347) dalam Tamsil Muis, dkk (2011) menambahkan bahwa
agresi adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk melukai atau
mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku
tersebut.
Kekerasan sebagai salah bentuk agresi, memiliki definisi yang beragam.
Meski setiap orang sering mendengar dan memahaminya. Abuse adalah kata yang
biasa diterjemahkan menjadi “kekerasan”, “penganiayaan”, “penyiksaan”, atau
‘perlakuan salah”. Dengan demikian, kekerasan adalah perilaku tidak layak yang
mengakibatkan kerugian atau bahaya secara fisik, psikologis, atau finansial, baik
yang dialami individu atau kelompok (Huraeroh, 2006).
Menurut Terry E. Lawson mengklasifikasikan kekerasan terhadap anak
(child abuse) menjadi empat bentuk, yaitu emotional abuse, verbal abuse,
physical abuse, dan sexual abuse. Sexual abuse adalah setiap perbuatan yang
berupa pemaksaan hubungan seksual, pemaksaan hubungan seksual dengan cara
tidak wajar dan atau tidak disukai, pemaksaan hubungan seksual dengan orang
lain untuk tujuan komersil dan atau tujuan tertentu (Allen, Timmer, & Urquiza,
2016 dalam Permatasari Elok, dkk. 2017).
Beberapa asumsi bisa diajukan untuk menjelaskan fenomena kekerasan
yang terjadi di dalam dunia pendidikan. Pertama, kekerasan dalam pendidikan
bisa muncul sebagai akibat adanya pelanggaran yang disertai dengan hukuman,
terutama fisik. Ada pihak yang melanggar dan ada pihak yang memberi sanksi.
Bila sanksi melebihi batas atau tidak sesuai dengan kondisi pelanggaran, maka
terjadilah tindak kekerasan. Aksi kekerasan susulan bisa terjadi bila antara pelaku
dan korban terjadi aksi saling balas-dendam. Tawuran antar-pelajar atau antar-
mahasiswa merupakan contoh kekerasan ini. Kedua, kekerasan dalam pendidikan
bisa diakibatkan oleh buruknya sistem dan kebijakan pendidikan yang berlaku.
Muatan kurikulum, yang hanya mengandalkan kemampuan aspek kognitif dan
mengabaikan aspek afektif, menyebabkan berkurangnya proses humanisasi dalam
pendidikan. Ketiga, kekerasan dalam pendidikan mungkin pula dipengaruhi oleh
lingkungan masyarakat dan tayangan media massa. Penelitian-penelitian yang
telah ada menunjukkan bahwa kecenderungan media massa dalam memberitakan
aksi kekerasan dapat mempengaruhi perilaku pemirsanya. Keempat, kekerasan
bisa jadi menunjukkan refleksi dan perkembangan kehidupan masyarakat yang
mengalami pergeseran cepat, sehingga akan menimbulkan sikap instant solution
atau biasa disebut jalan pintas. Kelima, kekerasan mungkin pula dipengaruhi oleh
latar belakang sosial dan ekonomi pelaku. (Tamsil Muis, dkk dalam Jurnal
Bentuk, Penyebab, dan Dampak dari Tindak Kekerasan Guru Terhadap Siswa
dalam Interaksi Belajar Mengajar dari Perspektif Siswa di SMPN Kota Surabaya.
2011).
Kekerasan memiliki dampak terhadap anak baik sekarang ataupun ketika
anak sudah masuk usia dewasa. Dampak kekerasan pada anak akan berpengaruh
terhadap fisik, mental dan seksual seperti memar, lecet, luka bakar, patah tulang,
kerusakan organ, robekan selaput dara, keracunan, gangguan susunan syaraf
pusat, gangguan emosi atau perubahan perilaku, kecacatan, Kehamilan Tidak
Diinginkan atau bisa disingkat KTD, Infeksi Menular Seksual atau biasa disebut
IMS, dan yang lain sebagainya. (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Pedoman Rujukan Kasus Kekerasan Pada Anak Bagi Petugas Kesehatan. Jakarta:
Kementrian Kesehatan RI; 2007. 35).
Sebagian besar anak pernah mengalami kekerasan di rumah dan
lingkungannya. Hal ini berhubungan dengan karakteristik dari siswa/i, salah
satunya adalah jenis kelamin. Kekerasan terbanyak terjadi pada laki-laki sekitar
54.1%. (Dewi Surti Nurussofa, dkk. 2017).
Kekerasan yang banyak terjadi di lingkungan sekolah salah satunya adalah
bullying. Bullying merupakan perilaku agresif yang dilakukan oleh seseorang
atau kelompok terhadap orang-orang atau kelompok lain yang dilakukan secara
berulang-ulang dengan cara menyakiti secara fisik maupun mental (Prasetyo,
2011 dalam Sufriani, 2017).
Bullying yang terjadi di sekolah memiliki 3 karakteristik yang terintegrasi
yaitu: 1) tindakan yang sengaja dilakukan pelaku dengan tujuan untuk menyakiti
korban, 2) tindakan yang dilakukan tidak seimbang sehingga menimbulkan rasa
tertekan pada korban, dan 3) tindakan yang dilakukan secara berulangulang
(Astuti, 2008 dalam Sufriani, 2017).
Anak sebagai korban bullying akan mengalami gangguan psikologis dan
fisik, lebih sering mengalami kesepian, dan mengalami kesulitan dalam
mendapatkan teman, sedangkan anak sebagai pelaku bullying cenderung memiliki
nilai yang rendah (Dwipayanti & Komang, 2014).
Menurut penelitian Duke University yang diterbitkan 12 Mei 2014 dalam
Proceedings of the National Academy of Sciences dampak bullying yang terjadi di
masa usia anak-anak dapat berbekas seumur hidup, baik bagi korban maupun
pelaku bullying itu sendiri, begitu pula pada kaum dewasa muda yang
menunjukkan dampak jangka panjang akibat tindakan bullying. Namun,
pelaku bullying didapatkan lebih sehat dibandingkan dengan korban bullying
(Liputan6, 2014).
Tindakan bullying dapat dibagi menjadi tiga kategori, yaitu bullying fisik,
bullying verbal, dan yang terakhir bullying mental atau psikologis (Nusantara,
2008). Bullying fisik terjadi ketika seseorang secara fisik dirugikan melalui
tindakan, bullying verbal adalah bullying yang dilakukan dengan mengancam,
melakukan panggilan bernada seksual, dan menyebarkan desas desus palsu atau
jahat, bullying mental/psikologi adalah tindakan yang dilakukan dengan
mengabaikan orang lain, mengisolasi dan membuat siswa lain tidak menyukai
seseorang.
Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan anak melakukan tindakan
bullying yaitu: faktor individu (biologis dan temperamen), faktor keluarga, teman
sebaya, sekolah dan media. Penelitian membuktikan bahwa gabungan faktor
individu, sosial, resiko lingkungan, perlindungan berinteraksi dalam menentukan
etiologi tindakan bullying (Verlinden, Hersen dan Thomas 2000. Dalam Sufriani,
2017).
Maghfirah dan Rachmawati (2009) dalam studinya tentang hubungan
antara iklim sekolah dengan kecenderungan perilaku bullying, menyatakan bahwa
terdapat hubungan negatif yang signifikan antara iklim sekolah dengan tindakan
bullying (P-value = 0,000 (p < α)), nilai korelasi (r) = -0,459. Hal ini
menunjukkan makin positif iklim sekolah maka akan makin rendah tindakan
bullying di sekolah. Sekolah merupakan lingkungan yang sering terjadinya
bullying pada siswa, seperti ruang kelas, halaman sekolah, kantin, kamar
kecil/toilet, jalan menuju sekolah dan lingkungan lainnya disekitar sekolah.
Dunia pendidikan seharusnya menjadi wadah dimana siswa dan seluruh
komunitas yang terdapat didalamnya mendapatkan pendidikan merasa nyaman,
aman, dan tentram secara fisik dan psikis. Bentuk kekerasan apapun itu baik yang
dilakukan oleh siswa, guru, maupun pengurus sekolah menjadi ancaman bagi rasa
aman dan menggangu proses pembelajaran. Dengan perilaku kekerasan yang
semakin meluas dimana-mana, membuat kasus tersebut kadang sulit untuk
terdeteksi dan terungkap. Terkadang pelaku menggunakan cara untuk menutupi
tindak kejahatan yang dilakukannya dengan mengancam korban ataupun pelaku
tidak segan–segan untuk melakukan kekerasan fisik kepada korban ataupun saksi
yang melihat atau mengetahuinya, agar perbuatan mereka tidak tercium maupun
terdeteksi oleh pihak luar. Dan penting setiap orang memahami tingkah laku yang
merupakan perilaku kekerasan (Pudji susilowati, 2008 dalam Utami Tri Lestari,
2013).
Kekerasan pada anak dapat berpengaruh pada kelainan psikis yang bisa
terjadi pada anak. Yang dimaksud kelainan psikis disini adalah kemampuan
bepikir (kecerdasan) seorang anak. Setiap anak tidak dapat dipungkiri memiliki
taraf kecerdasan (IQ) yang berbeda-beda (Dalyono M, 2005)
Kekerasan pada anak di dalam rumah tangga sering terjadi, antara lain
kekerasan yang melibatkan pihak ayah, ibu dan saudara yang lainnya. Selain itu,
kekerasan juga dapat timbul karena tekanan pada ekonomi karena
ketidakmampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarganya.
Sebagai orang tua, pendidikan yang utama dan pertama memegang peranan yang
paling penting, agar anak tidak terpengaruh pada lingkungan yang tidak baik yang
dapat memicu anak tersebut untuk melakukan tindakan kekerasan. Seperti yang
sampaikan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, model-model video game
kekerasan itu yang harus menjadi perhatian orang tua. Ada berbagai kemungkinan
penyebab kecenderungan terjadinya kekerasan pada anak. Pendidikan formal
orang tua yang cenderung rendah merupakan salah satu faktor yang dapat memicu
terjadinya kekerasan yang dialami anak. Di samping itu, kurangnya pengetahuan
dan wawasan yang berhubungan dengan pengasuhan, pertumbuhan, dan
perkembangan anak juga menyebabkan orang tua sering memperlakukan anak
secara salah. Harapan orang tua yang terlalu tinggi tanpa mengenal keterbatasan
anak dan pandangan orang tua bahwa anak adalah hak milik orang tua atau
merupakan aset ekonomi menyebabkan orang tua tidak mengetahui kebutuhan dan
kemampuan anak, sehingga orang tua selalu memaksakan kehendaknya terhadap
anak (Maryam, Siti. 2017).
Keluarga berpengaruh besar terhadap pola perkembangan anak, karena
keluarga merupakan tempat pertama dan tempat dimana anak lebih banyak
menghabiskan waktu di lingkungan keluarga. Cara didik yang diterapkan oleh
orang tua juga sangat berpengaruh terhadap sikap anak. Pola asuh yang cenderung
memanjakan juga membentuk sikap anak yang sudah terbiasa dengan apa yang
dia inginkan terpenuhi dan dengan pola kehidupan yang demikian si anak tidak
belajar untuk mengendalikan emosi dan tidak belajar untuk mengelola dirinya.
Dan pola orang tua yang emosianal akan membentuk persepktif pada anak bahwa
si anak kurang dikehendaki akan menimbulkan dampak psikologi pada anak
(Pudji susilowati, 2008 dalam Utami Tri Lestari, 2013).
Anak Indonesia pada usia 6-12 tahun paling sering mengalami kekerasan
seksual (33%) dan emosional (28,8%), dibandingkan dengan kekerasan yang
bersifat fisik (24,1%). Ruang kekerasan terhadap anak sebagian besar terjadi di
rumah (129 kasus), selanjutnya di jalanan (79 kasus), sekolah (10 kasus), lembaga
keagamaan (2 kasus), sektor perekonomian (21 kasus). Kekerasan seksual juga
terjadi tidak hanya di rumah (48,7%), tapi juga di tempat umum (6,1%), sekolah
(4,1%), tempat kerja (3,0%), lain-lain (0,4%) (Sochib, 2005).
Tindak kekerasan terhadap anak memang kerap terjadi. Lebih parah lagi
pelaku tindak kekerasan tersebut berasal dari keluarga korban sendiri, seperti
orang tua atau guru di sekolah. Rendahnya pendidikan dan perhatian orang tua
serta minimnya pengetahuan cara mendidik anak yang benar, akan berdampak
terhadap perilaku orang tua dalam memberikan pengasuhan kepada anak
(Maryam, Siti. 2017).
Kekerasan pada anak memiliki dampak yang sangat besar bagi
pertumbuhan dan perkembangannya. Dampak yang dapat terjadi secara langsung
adalah komplikasi yang serius seperti patah tulang, luka bakar, dan cacat menetap
dan bahkan dapat mengalami kematian. Dampak lain yang dapat terjadi adalah
kerusakan menetap susunan saraf dan dapat mengalami gangguan jiwa. Anak akan
lebih mudah mengalami gangguan mental seperti, gangguan kecemasan, depresi,
borderline personality dan gangguan mental lainnya. Anak korban kekerasan akan
mengalami gangguan perkembangan, IQ yang rendah, dan kemampuan kognitif
yang rendah (Radja D Rebeka. 2016).
Secara lebih terperinci, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui
Permendikbud No 82 Tahun 2014 tentang Pencegahan dan Penanggulangan
Tindak Kekerasan di Lingkungan Pendidikan, menjelaskan bentuk-bentuk
perbuatan yang termasuk kategori tindak kekerasan di lingkungan pendidikan,
yaitu:
1. Pelecehan, yaitu tindakan kekerasan secara fisik, psikis atau daring;
2. Perundungam yaitu tindakan mengganggu, mengusik terus-menerus, atau
menyusahkan;
3. Penganiayaan, yaitu tindakan yang sewenang-wenang seperti penyiksaan
dan penindasan;
4. Perkelahian, yaitu tindakan disertai adu kata-kata atau adu tenaga;
5. Perpeloncongan, yaitu tindakan pengenalan dan penghayatan situasi
lingkungan baru dengan mengendapkan (mengikis) tata pikiran yang
dimiliki sebelumnya;
6. Pemerasan, merupakan tindakan, perihal, cara, perbuatan memeras;
7. Pencabulan, merupakan tindakan, proses, cara, perbuatan keji dan kotor,
tidak senonoh, melanggar kesopanan dan kesusilaan;
8. Pemerkosaan, merupakan tindakan, proses, perbuatan, cara menundukan
dengan kekerasan, memaksa dengan kekerasan, dan/atau menggagahi
(Setiani Riris Eka, 2016)
PENUTUP
DAFTAR RUJUKAN
Oleh :
Dyah Kurnia Estika R B7 PGSD
ABSTRAK
Di Indonesia tingkat minat baca masih tergolong sangat rendah.
Keberadaan perpustakaan sekolah dinilai sangat penting. Namun, minimnya
perpustakaan yang ada di Indonesia menjadi salah satu penyebab rendahnya minat
baca. Oleh sebab itu, saya berharap agar pemerintah menyediakan perpustakaan
keliling di setiap daerah di Indonesia. Melalui program perpustakaan keliling
diharapkan semua masyarakat dapat membaca dimanapun mereka berada.
Perpustakaan keliling adalah perpustakaan yang bergerak dengan membawa
bahan pustaka untuk melayani masyarakat dari satu tempat ke tempat lain yang
belum terjangkau oleh perpustakaan umum.
PENDAHULUAN
Dalam kurikulum 2013 lalu, karakter membaca menjadi salah satu
karakter yang diutamakan dalam proses belajar mengajar di sekolah. Ada sebuah
pepatah yang mengatakan bahwa buku adalah jendela dunia. Hal ini memiliki arti
bahwa semakin banyak bahan bacaan yang dibaca dan dipahami maka semakin
banyak pula ilmu pengetahuan yang didapatkan. Namun kenyataannya, minat
baca masyarakat di Indonesia masih tergolong rendah. Hal ini dapat dilihat dari
beberapa hasil survei yang dilakukan oleh pihak-pihak yang berkompeten. Data
Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2006 memberitahukan bahwa masyarakat
Indonesia masih belum menjadikan kegiatan membaca sebagai sumber untuk
mendapatkan informasi. Masyarakat lebih memilih menonton televisi (85,9)
atau mendengarkan radio (40,3) daripada membaca (23,5). Studi Organization
for Economic Cooperation and Development (OECD) pada 2006 juga
menunjukkan bahwa kemampuan membaca anak-anak Indonesia baru mencapai
angka 392, jauh di bawah kemampuan rata-rata negara OECD yang ada diangka
492. Hasil survei Unesco juga menunjukkan bahwa Indonesia sebagai negara
dengan minat baca masyarakat palaing rendah di Asean. Kemudian berdasarkan
studi lima tahunan yang dikeluarkan oleh Progress In International Reading
Literacy Study (PIRLS) pada tahun 2006 yang melibatkan siswa sekolah dasar
(SD), hanya menempatkan Indonesia pada posisi 36 dari 46 negara yang dijadikan
sampel penelitian.
Sarana membaca yang berpengaruh besar pada kualitas siswa adalah
perpustakaan, khususnya perpustakaan di tingkat SD. Keberadaan perpustakaan
sekolah dinilai sangat penting. Pemerintah juga menilai perpustakaan penting,
seperti yang dinyatakan dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Nasional Pendidikan Bab XII Pasal 45 Ayat (1) “Setiap satuan pendidikan formal
dan nonformal menyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi keperluan
pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik,
kecerdasan intelektual, sosial, emosional, dan kejiwaan peserta didik”. Rendahnya
tingkat minat baca pada siswa sekolah dasar (SD) salah satunya dikarenakan oleh
minimnya perpustakaan sekolah. Minimnya perpustakaan sekolah dikarenakan
kurangnya pendanaan dan terbatasnya staf. Kendatipun sudah ada, perpustakaan
hanya sekedar pelengkap karena jumlah koleksi tidak bertambah. Oleh sebab itu,
saya berharap agar pemerintah menyediakan perpustakaan keliling di setiap
daerah di Indonesia. Sehingga semua masyarakat dapat membaca dimanapun
mereka berada.
HASIL TELAAH
Pengertian Membaca
Membaca merupakan proses untuk memperoleh pengertian dari kombinasi
beberapa huruf dan kata. Membaca adalah proses untuk mengenal kata dan
memadukan arti kata dalam kalimat dan struktur bacaan (Sulthoni, 2008 dalam
Basri, 2012).
Membaca merupakan kegiatan seseorang menggunakan pengamatan
melalui mata untuk memperoleh informasi yang terkandung dalam suatu bacaan
sehingga mendapatkan pengetahuan.
Oleh :
Rahayu Intan W B7 PGSD
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap orang tentunya menyukai hal-hal yang memiliki keunikan.
Keunikan tercipta dari adanya daya kreativitas yang dimiliki oleh
seseorang. “Kreativitas dapat diartikan sebagai kemampuan untuk berfikir
tentang sesuatu dengan suatu cara yang baru dan tidak biasa dan
menghasilkan penyelesaian yang unik terhadap berbagai persoalan”
(Semiawan, 1999: 89). Krativitas dan keunikan menjadi sasaran utama
dalam pembuatan usaha gelas dengan corak abstrak ini. Gelas yang
digunakan dalam produk ini adalah gelas keramik. Gelas keramik
merupakan bahan baku yang mudah didapatkan. Penggunaan gelas keramik
dapat memberikan kesan yang elegan pada suatu produk. Selain itu, gelas
keramik merupakan gelas yang banyak digunakan oleh masyarakat.
Dengan melihat dari aspek keindahan corak, keunikan bentuk serta warna
yang sangat menarik diharapkan dapat menarik perhatian para konsumen.
Bermula dari tampilan gelas keramik yang biasa-biasa saja, mendorong
saya untuk meningkatkan kreativitas dalam rangka memperindah gelas
keramik yang awalnya tampak biasa saja menjadi suatu produk yang
tampak elegan sekaligus unik. Tentunya dalam pembuatan produk ini saya
akan bermitra dengan pengrajin keramik sebagai pemasok bahan baku.
Sasaran pemasaran produk saya adalah, toko-toko penjual hiasan rumah
yang mempunyai konsep unik. Selain itu, pemasaran produk akan
dilakukan melalui online shop untuk mempermudah masyarakat dalam
menemukan produk. Produk saya tidak hanya bisa digunakan di rumah
saja, melainkan di art gallery, ruangan cafe maupun kantor yang memiliki
konsep unik.
Dewasa ini, banyak masyarakat yang menyukai hal-hal yang memiliki
keunikan. Misalnya saja ketika kita pergi ke Informa, Ace, ataupun Ikea
pasti kita menemukan produk-produk unik. Produk-produk unik tersebut
tentunya laris di pasaran meskipun harganya mahal. Oleh karena itu, saya
berpikir utuk menciptakan produk gelas keramik yang unik dengan harga
yang dapat dijangkau oleh masyarakat. Diharapkan produk saya nantinya
dapat bersaing di pasaran dan memiliki peminat dalam jumlah yang besar.
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak dicapai
adalah sebagai berikut:
1.3.1 Mendeskripsikan dan menjelaskan prospek usaha GERAK
ABSTRAK (Gelas Corak Abstrak.
1.3.2 Mendeskripsikan dan menjelakan cara pembuatan GERAK
ABSTRAK (Gelas Corak Abstrak).
1.3.3 Mendeskripsikan dan analisis pemasaran produk GERAK
ABSTRAK (Gelas Corak Abstrak).
BAB II
GAMBARAN UMUM MASYARAKAT SASARAN
Badan Pusat Statistik dalam berita yang dimuat oleh (Balai Besar
Keramik: 2017), mencatat “nilai ekspor produk keramik pada Mei 2017 US$
31,4 juta, atau naik 7,68% dibanding April 2017. Nilai ekspor keramik
periode Januari-Mei 2017 tercatat senilai US$ 148,06 juta atau naik 7,76%
dibanding periode Januari-Mei 2016 senilai US$ 137,4 juta”. Data tersebut
menunjukkan bahwa usaha gelas keramik merupakan prospek usaha yang
baik. Selain itu, dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa permintaan
masyarakat luar negeri akan barang-barang hasil industri keramik mengalami
peningkatan. Oleh karena itu, produk ini dibuat karena saya merasa bahwa
dengan adanya peningkatan akan permintaan barang-barang keramik tersebut
dapat menjadi peluang usaha yang menjanjikan.
Kebutuhan masyarakat akan barang-barang keramik yang semakin
meningkat, mendorong saya untuk membuat gelas keramik yang tampilan
awalnya biasa saja menjadi gelas keramik yang memiliki corak bervariasi dan
lebih menarik. Gelas keramik corak abstrak merupakan peluang bisnis yang
sangat menjanjikan, dikarenakan corak dan warna yang saya ciptakan serta
harga yang lebih terjangkau oleh masyarakat.
Ide ini muncul ketika saya melakukan pengamatan di tempat-tempat
seperti, Ikea, Ace, cafe-cafe, rumah dengan dekorasi artistik, art galery dan
tempat-tempat lainnya yang biasanya mencirikan keunikan. Gelas keramik
corak abstrak ini selain bisa dipakai sebagai wadah juga dapat digunakan
sebagai hiasan suatu ruangan. Produk dari usaha ini tentunya mengandung
nilai estetika yang tinggi. Dengan ditambahkan sentuhan kreativitas, produk
gelas keramik corak abstrak ini dapat membantu memenuhi kebutuhan
masyarakat akan hiasan unik untuk memperindah suatu ruangan dan untuk
memberikan kesan artistik pada ruangan.
Gelas keramik yang akan diproduksi dibuat dengan bentuk yang
berbeda dengan gelas-gelas keramik yang sudah ada sebelumnya. Untuk satu
corak, hanya akan dibuat beberapa gelas keramik saja. Sehingga akan tercipta
variasi corak gelas keramik yang beragam. Tujuannya adalah untuk
menciptakan produk limited edition yang dapat menarik minat masyarakat
untuk mengoleksi.
Gelas Keramik corak abstrak ini merupakan peluang usaha yang besar
utamanya di Kota Malang. Hal ini disebabkan di Kota Malang sendiri
terdapat Kampung Keramik Dinoyo yang banyak menjual dan memproduksi
gelas keramik. Tentunya hal tersebut dapat memudahkan saya untuk untuk
menjalankan usaha yang saya buat. Selain itu, juga memudahkan saya untuk
mendapatkan bahan baku berupa gelas keramik yang masih polos (belum ada
corak/hiasan). Oleh karena itu, dalam pembuatan produk ini, saya akan
bermitra dengan pengrajin keramik yang ada Kampung Keramik Dinoyo di
Kota Malang sebagai pemasok bahan baku gelas keramik. Pemberian corak
pada gelas keramik dilakukan secara manual untuk memberikan kesan hand
made yang unik. Karena pemberian corak dilakukan secara manual, maka
saya akan memanfaatkan sumber daya manusia usia produktif dalam
pengerjaan pemberian corak pada gelas keramik. Ini juga termasuk usaha
kecil saya untuk mengurangi jumlah pengangguran usia produktif di Kota
Malang.
Pemilihan target pasar didasarkan pada ketertarikan dan selera
masyarakat terhadap produk yang dihasilkan. Sasaran yang menjadi target
utama adalah masyarakat, wisatawan maupun kolektor barang-barang
keramik. Tempat penjualan atau pemasaran gelas keramik corak abstrak
dilakukan melalui online shop, market place seperti Shoppe dan Buka Lapak,
pameran UMKM dan CFD (Car Free Day). Alasan pemasaran produk
dilakukan secara online karena dewasa ini masyarakat sering mengakses
internet dan media sosial,sehingga pemasaran dengan menggunakan online
shop tentunya akan mempermudah masyarakat dalam menemukan produk.
2.1 Peluang Usaha
Untuk mengetahui peluang usaha yang akan dijalankan maka perlu
dilakukan analisis SWOT. Menurut Rangkuti (2013:19), “Analisis SWOT
diartikan sebagai analisa yang didasarkan pada logika yang dapat
memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun
secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan
ancaman (threats)”. Gelas keramik corak abstrak merupakan prospek usaha
yang baik. Adapun peluang usaha produk gelas keramik corak abstrak
(GERAK ABSTRAK) adalah sebagai berikut:
1. Strength (Kekuatan)
a. Corak pada gelas keramik yang bervariasi.
b. Harga produk yang lebih terjangkau.
2. Weakness (Kelemahan)
a. Produk yang masih baru dan belum dikenal oleh masyarakat.
b. Pemasaran produk yang belum terlalu mendukung.
3. Opportunity (Peluang/Kesempatan)
a. Terdapat produk yang sejenis dipasaran tetapi harga produk di pasaran
lebih mahal.
b. Masyarakat yang responsif terhadap adanya produk unik dan baru.
c. Kemudahan dalam mendapatkan bahan baku berupa gelas keramik.
4. Threat (Ancaman)
a. Memungkinkan terjadinya tindak plagiatisme.
b. Kendala dalam pemasaran di market shop.
METODE PELAKSANAAN
Adapun tahapan-tahapan dalam pelaksanaan kegiatan usaha gelas
keramik corak abstrak adalah sebagai berikut:
3.1 Tahap Pra Produksi
Tahapan produksi bertujuan untuk mematangkan konsep gelas
keramik corak abstrak yang telah dibuat sebelumnya. Adapun langkah-
langkahnya adalah sebagai berikut:
1. Melakukan Survei Pasar
Tujuannya adalah untuk mengetahui kondisi yang ada di pasar, minat
konsumen terhadap barang, serta perencanaan inovasi yang lebih
lanjut. Survei pasar pada usaha gelas keramik corak abstrak diawali
dengan mencari bahan baku gelas keramik polos.
2. Melakukan Studi Kelayakan terhadap Usaha
Tujuannya untuk mengetahui prospek yang menguntungkan serta
prospek jangka panjang dari suatu kegiatan yang akan dijalankan.
3. Melakukan Pengorganisasian
Tujuannya adalah untuk mempermudah dalam menjalankan usaha
sehingga kegiatan akan berjalan dengan lancar.
4. Melakukan Kerjasama dengan Mitra Usaha
Tujuannya adalah untuk mmpermudah tahap produksi nantinya.
Dalam usaha produksi gelas corak abstrak, nantinya saya akan
bermitra dengan pengrajin keramik yang ada di Kampung Keramik
Dinoyo Kota Malang sebagai pemasok bahan baku gelas keramik.
5. Melakukan Tahap Persiapan
Persiapan yang perlu dilakukan yaitu meliputi persiapan bahan dan
alat pembuatan gelas corak abstrak, pemilihan tempat dan persiapan
sarana maupun prasarana yang dapat menunjang proses produksi.
Bahan-Bahan yang disiapkan untuk pembuatan gelas keramik
corak abstrak adalah:
a. Gelas keramik polos
b. Air
c. Selotip bening
d. Cat spray (Pilox)
e. Cat kutek
f. Bak plastik
g. Stick Kayu
h. Air
6. Melakukan Tahap Pembuatan Sampel
Tujuan pembuatan sampel gelas keramik corak abstrak adalah
untuk menguji kualitas suatu produk sebelum nantinya diproduksi dan
dipasarkan dalam jumlah besar sehingga dapat menghindari terjadinya
kerugian.
BAB IV
BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
4.1 Anggaran Biaya
Adapun anggaran biaya untuk membuat gelas keramik corak abstrak
(GERAK ABSTRAK) tertera pada tabel di bawah ini sebagai berikut:
No Jenis Pengeluaran Biaya (Rp)
A Peralatan Penunjang 1.475.000,-
B Bahan Habis Pakai 467.000,-
C Lain-Lain 524.000,-
TOTAL (A+B+C) 2.466.000
Terbilang : Dua juta empat ratus enam puluh enam ribu
b. Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA
Nama SDN 1 Purworejo SMPN 2 Ngantang SMAN 1 Ngantang
Institusi Ngantang
Jurusan - - IPS
Tahun masuk- 2005-2011 2011-2014 2014-2017
Lulus
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar
dan dapat di pertanggungjawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari
ternyata apabila dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan , saya sanggup
menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah
satu persyaratan dalam pengajuan Program Kreaktivitas Mahasiswa Keirausahaan.
Malang, 05
Oktober 2018
Rahayu Intan
Wijayant
Lampiran 2 : Justifikasi Anggaran Biaya
1.3 Lain-Lain
2 Biaya - - - 200.000
Administrasi
4 Biaya - - - 300.000
Pendukung
Produksi
Jumlah 524.000
“SIKUCIL, SINGKONGKU CILIK”
USAHA SINGKONG SEBAGAI VARIASI MAKANAN BARU BAGI
MASYARAKAT
BIDANG KEGIATAN:
Oleh :
Sarbita Dwi Raja B7 PGSD
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
GAMBARAN UMUM RENCANA USAHA
“SIKUCIL” adalah usaha yang bergerak di bidang pangan, yang dibentuk berdasarkan
minat dan kegemaran pendirinya terhadap dunia kuliner. Pada awal terbentuk “SIKUCIL”
adalah akibat dari keresahan saya yang melihat banyaknya hasil bumi berupa singkong di
daerah pedesaan di Kecamatan Sumbermanjing Wetan Kabupaten Malang yang kurang
mendapat pengembangan, sehingga kurang menghasilkan pemasukan ekonomi bagi
pelaku usaha pertanian maupun usaha olahan pangan
Lokasi Produksi
Untuk proses produksi, pertama-tama akan diproduksi di Jalan Danau
Jempang I, Blok E2D No.4 RT 07/ RW 07, Kelurahan Lesanpuro,
Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang, Jawa Timur.
Persiapan
Pada tahap persiapan,yang pertama adalah persiapan alat dan bahan,
survey lokasi pemasaran, survey tingkat konsumtifitas masyarakat
terhadap makanan ringan, menjalin kerjasama dengan pemasok bahan
baku produk yaitu petani singkong.
Promosi dan Pemasaran
Pemasaran dilakukan selama progam kewirausahaan ini berlangsung, dan
cara-cara promosi yang digunakan adalah seperti yang sudah disebutkan
diatas.
Pelaporan Kegiata
TOTAL . Rp.2.434.000,-
DAFTAR PUSTAKA
https://faktualnews.co/2018/12/02/manfaat-singkong-bagi-kesehatan-manusia/110972/
(diakses pada 2/12/2018 21:23wib)
Balitkabi. 2005. Teknologi Produksi Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. Balai
Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. Malang. 36 hlm.
Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan RI. 1992. Daftar Komposisi Bahan Makanan.
Jakarta : Penebar Swadaya.
Muchtadi, Tien R. dan Sugiyono. 1992. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. Bogor : IPB.
Sosrosoedirdjo, R.S. 1993. Bercocok Tanam Ketela Pohon. Jakarta : CV. Yasaguna.
Lampiran
A. Identitas Diri
1. Nama Lengkap SARBITA DWI RAJA
3. Jabatan Mahasiswa
4. NIM 170151602697
6. E-mail sarbitadr@gmail.com
B. Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA
Semua data yang saya isi dan cantumkan adalah benar adanya dan dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari dijumpai ketidak
sesuaian dengan kenyataan yang ada sebenarnya, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenar-benarnya untuk memenuhi salah
satu persyaratan dalam pengajuan proposal PKM kewirausahaan “SIKUCIL,
SINGKONGKU CILIK”.
Malang, 29
November 2018
Pengusul
Sarbita Dwi
Raja
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
SURAT PERNYATAAN KETUA PELAKSANA
Yang betanda tangan dibawah ini :
Nama : Sarbita Dwi Raja
Nim : 170151602697
Program Studi : PGSD
Fakultas : Ilmu Pendidikan
Dengan ini menyatakan bahwa proposal Kreativitas Mahasiswa Kewirausahaan
saya dengan judul “SIKUCIL, SINGKONGKU CILIK”, sebagai variasi makanan terbaru
bagi masyarakat” Yang diusulkan untuk tahun anggaran 2019 bersifat orisinal dan belum
pernah dibiayai oleh lembaga atau sumber dana lain.
Bilamana di kemudian hari ditemukan ketidaksesuaian dengan pernyataan ini,
maka saya bersedia dituntut dengan proses sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan
mengembalikan seluruh biaya penelitian yang sudah diterima ke kas Negara.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya dan dengan sebenar-
benarnya.
Malang, 29 November
2018 Mengetahui,
Pembantu Rektor III, Ketua Pelaksana
Kegiatan,
BIDANG KEGIATAN:
PKM PENGABDIAN MASYARAKAT
Oleh :
Vicki Ferdiansyah B7 PGSD
BAB I
PENDAHULUAN
Bahan egrang sendiri adalah bambu, bambu merupakan salah satu jenis
rumput-rumputan yang termasuk kedalam famili Graminieae dan merupakan
bagian dari komoditas hasil hutan bukan kayu. Menurut Sulastiningsih et-al
(2005) dalam Arsad, E 2014 mengemukakan bahwa bambu sebagai salah satu
bahan baku yang mudah dibelah, dibentuk dan mudah pengerjaanya, disamping
itu harganya yang murah dibanding bahan baku kayu.
BAB II
GAMBARAN UMUM MASYARAKAT SASARAN
BAB III
METODE PELAKSANAAN
Jadi total dana yang dibutuhkan untuk kegiatan PKM-M ini sebesar
Rp4.260.000,00- (empat juta dua ratus enam puluh ribu rupiah)
No Bulan Agenda
Oleh :
Aisyah Rohmadian B7 PGSD
BAB I
PENDAHULUAN
Oleh karena itu tujuan penelitian ini ingin mengetahui pengaruh penggunaan
gadget terhadap hasil belajar dan sikap sosial anak sekolah dasar kelas tinggi di
Malang.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai dari proposal yaitu sebagai
berikut.
Gadget adalah sebuah istilah dalam bahasa inggris yang mengartikan sebuah
alat elektronik kecil dengan berbagai macam fungsi khusus. Gadget adalah suatu
istilah yang berasal dari bahasa inggris untuk merujuk pada suatu peranti atau alat
yang memiliki tujuan dan fungsi praktis spesifik yang berguna dan umumnya
diberikan terhadap sesuatu yang baru. Gadget dalam pengertian umum dianggap
sebagai suatu perangkat elektronik yang memiliki fungsi khusus pada setiap
perangkatnya. Contohnya: handphone, laptop, komputer, game dan yang lainnya
(Chusna, 2017). Gadget memiliki fungsi dan manfaat yang tergantung dengan
pemakainya. Fungsi dan manfaat gadget secara umum diantaranya:
a. Komunikasi
Pengetahauan manusia semakin luas dan maju. Jika zaman dahulu manusia
menggunakan ucapan atau berbicara langsung sebagai alat komunikasi, kemudian
berkembang melalui tulisan yang dikirimkan melalui pos. Sekarang zaman
globalisasi, handphone digunakan manusia sebagai alat berkomunikasi dengan
keuntungan lebih praktis, cepat, mudah dan lebih efisien.
b. Sosial
Fungsi gadget selain untuk alat berkomunikasi yaitu bisa untuk hubungan
sosial. Fitur dan aplikasi dalam gadget dapat digunakan untuk kita berbagi berita,
kabar, dan cerita. Sehingga dengan pemanfaatan tersebut dapat menambah teman
dan menjalin hubungan kerabat yang jauh tanpa harus menggunakan waktu yang
relatif lama untuk berbagi.
c. Pengetahuan
Teknologi Informasi (TI), atau dalam bahasa inggris dikenal dengan istilah
Information Technology (IT) adalah istilah umum untuk teknologi apa pun yang
membantu manusia dalam membuat, mengubah, menyimpan, mengomunikasikan
dan/atau menyebarkan informasi. IT menyatukan komputasi dan komunikasi
berkecepatan tinggi untuk data, suara, dan video. Contoh dari Information
technology tidak hanya berupa komputer pribadi saja, tetapi juga televisi dan
gadget (smartphone, handphone, tablet, note dan lain-lain). Pengolahan,
penyimpanan dan penyebaran vokal, informasi bergambar, teks dan numerik oleh
mikroelektronika berbasis kombinasi komputasi dan telekomunikasi.
Gadget merupakan sebuah istilah yang sering kita dengar terutama bagi
pengguna dan pencinta berbagai macam gadget namun ada banyak orang yang
masih belum mengetahui definisi gadget yang sebenarnya. Gadget adalah sebuah
istilah yang berasal dari bahasa inggris, yang artinya perangkat elektronik kecil
yang memiliki fungsi khusus (Winarno, 2009). Salah satu hal yang membedakan
gadget dengan perangkat elektronik lainya adalah unsur “kebaruan”. Artinya dari
hari ke hari gadget selalu muncul dengan menyajikan teknologi terbaru yang
membuat hidup manusia menjadi lebih praktis.
Adapun dampak positif dari penggunaan gadget terhadap anak yaitu sebagai
berikut.
a. Mempermudah komunikasi
Meskipun berbeda tempat dan berjarak yang sangat jauh, gadget dapat
mempermudah komunikasi dengan orang lain, dapat melalui sms, telepon atau
dengan semua aplikasi yang terdapat dalam gadget. Melalui gadget anak dapat
berkomunikasi dengan teman, orangtua ataupun saudaranya meskipun berbeda
tempat dan berjarak jauh.
b. Menambah pengetahuan
c. Menambah Teman
Salah satu aplikasi yang ada di gadget yaitu sosial media, dengan sosial
media anak dapat mudah menambah teman melalui jejaring sosial yang ada.
Awasan dari orangtua sangat diperlukan, jika anak tidak diawasi maka anak dapat
salah bergaul.
Adapun dampak positif lainnya yang mempengaruhi perkembangan
akademik dan sosial anak yaitu mampu membantu anak dalam mengatur
kecepatan bermainnya, mengolah strategi dalam permainan, dan membantu
meningkatkan kemampuan otak kanan anak.
Selain dampat postif tersebut, berikut ini beberapa dampak negatif dari
gadget terhadap perkembangan anak (Hastuti, 2012).
Kecanduan pada gadget akan membuat anak merasa mudah gelisah, bosan
dan marah ketika dia dipisahkan dengan gadget yang merupakan barang
kesukaannya. Ketika anak merasa nyaman bermain dengan gadget kesukaannya
anak akan lebih senang dan asik menyendiri dengan memainkan gadget tersebut.
Dampaknya anak akan mengalami kesulitan berinteraksi dengan dunia nyata,
masyarakat bahkan ke teman-temannya.
c. Introvert
a. Thurstone
b. Kimball Young
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa sikap adalah perilaku yang
kecenderungan individu untuk melakukan sebuah tindakan. Respon yang terjadi
dalam sikap merupakan respon yang konsisten. Sikap tercermin dari perilaku atau
perbuatan dari setiap individu, jika seseorang berperilaku buruk maka dapat
dikatakan bahwa sikapnya pun buruk, dan sebaliknya.
Selain ciri-ciri di atas ada beberapa ciri-ciri dari sikap (Ahmadi, 2009)
yaitu:
a. Sikap Dipelajari
b. Memiliki Kestabilan
Sikap bermula dari dipelajari, kemudian menjadi lebih tetap, kuat dan stabil
melalui pengalaman. Contohnya perasaan suka atau tidak suka terhadap makanan
tertentu yang sifatnya berulang-ulang atau memiliki frekuensi yang tinggi.
Sikap melibatkan hubungan antara seseorang dan orang lain dan juga antara
orang dan barang atau situasi. Jika seseorang merasa bahwa orang lain
menyenangkan, maka ia akan sangat berarti bagi dirinya.
Komponen kognisi dari sikap adalah berisi informasi yang faktual. Misalnya
obyek itu dirasakan menyenangkan atau tidak menyenangkan.
Contoh dari cara siswa menanggapi orang lain adalah cara siswa
berkomunikasi atau berbicara dan sikap tolong-menolong. Seorang ahli
mengungkapkan bahwa dengan berbahasa secara sopan atau santun, seseorang
mampu menjaga harkat dan martabat dirinya dan menghormati orang lain.
Menjaga harkat dan martabat diri adalah substansi dari kesopanan dan kesantunan,
sedangkan menghormati orang lain merupakan kewajiban setiap orang. Lickona
(2012) menyatakan bahwa sikap tolong-menolong dapat memberikan bimbingan
untuk berbuat kebaikan dengan hati. Ini dapat membantu seseorang dalam
menyelesaikan tanggung jawab terhadap etika yang berlaku secara luas.
Selain beberapa sikap yang telah disebutkan, cinta damai merupakan salah
satu sikap individu dalam menanggapi orang lain. Cinta damai merupakan sikap
dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa aman dan senang atas
kehadirannya. Contoh indikator di dalam kelas siswa SD adalah membiasakan
perilaku warga sekolah yang menjaga kedamaian, dan menjaga keselamatan
teman di kelas atau sekolah dari perbuatan jahil yang merusak.
a. Faktor Intern
Faktor intern merupakan faktor yang terdapat dalam diri manusia itu sendiri.
Faktor ini berupa daya pilih seseorang untuk menerima dan mengolah pengaruh-
pengaruh yang datang dari luar. Pilihan terhadap pengaruh dari luar biasanya
disesuaikan dengan sikap dan motif di dalam diri manusia itu sendiri. Misalnya
orang yang lapar akan lebih memperhatikan perangsang yang menghilangkan
lapar daripada perangsang-perangsang yang lain.
b. Faktor Ekstern
Faktor ekstern merupakan faktor yang terdapat di luar diri manusia. Faktor
ini berupa interaksi sosial di luar kelompok. Misalnya interaksi antara manusia
dengan hasil kebudayaan manusia, manusia dengan kelompok masyarakat. Sherif
(dalam Ahmadi, 2009) mengemukakan bahwa sikap itu dapat dibentuk dan diubah
apabila:
a. Media massa.
b. Kelompok sebaya.
c. Kelompok yang meliputi lembaga sekolah, lembaga keagamaan,
organisasi kerja, dan lainnya.
Oleh karena itu, lembaga sekolah memiliki tugas pula dalam membina
sikap. Ini erat kaitannya dengan tujuan pendidikan di sekolah maupun luar
sekolah adalah membawa, mempengaruhi, membimbing anak didik agar memiliki
sikap seperti yang diharapkan oleh masing-masing tujuan pendidikan. Dengan
demikian, sekolah memiliki tugas untuk mengembangkan dan membina sikap
anak didik menuju kepada sikap yang diharapkan (Ahmadi, 2009).
Salah satu hal yang bisa dikembangkan sekolah adalah adanya peraturan.
Hurlock (2000) mengemukakan bahwa orang tua, guru, dan orang lain yang
bertanggung jawab membimbing anak harus membantu anak belajar
menyesuaikan diri dengan pola yang disetujui. Ini dilakukan dengan membuat
peraturan yang ditentukan untuk tingkah laku sebagai panduan atau pedoman.
Peraturan berfungsi sebagai panduan atau pedoman perilaku anak dan sebagai
sumber motivasi untuk bertindak sesuai dengan harapan sosial.
Salah satu dari tiga faktor yang dikemukakan di atas adalah adanya
kelompok sebaya. Di sekolah siswa akan banyak bergaul dengan teman
sekelasnya atau teman sebayanya. Hal ini dapat menjadi pengaruh terhadap
perkembangan siswa. Hubungan dengan teman sebaya, terutama persahabatan,
memiliki sejumlah peran penting dalam perkembangan pribadi dan sosial anak.
Sejalan dengan (Izzaty, dkk, 2008) yang berpendapat bahwa teman sebaya pada
umumnya adalah teman bermain di luar sekolah atau teman sekolah. Pengaruh
teman sebaya sangat besar bagi arah perkembangan sosial anak baik yang bersifat
positif maupun negatif. Teman sebaya juga memberikan pelajaran bagaimana cara
bergaul dan berkembang di masyarakat.
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Populasi
1. IV 30
2. V 28
3. VI 30
Jumlah 88
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Jumlah sampel yang diambil adalah 24 orang dari jumlah
populasi. Teknik pengambilannya dilakukan secara sampling proporsional. Teknik
sampling proporsional adalah teknik sampel yang dihitung berdasarkan
perbandingan. Adapun cara pengambilan sampelnya:
𝑃𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠
𝑛= × 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑛𝑡𝑢𝑘𝑎𝑛
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖
30
Kelas IV: 𝑛 = 88 × 24 = 8,2
28
Kelas V: 𝑛 = 88 × 24 = 7,6
30
Kelas VI: 𝑛 = 88 × 24 = 8,2
1. Angket
2. Dokumentasi
Instrumen Penelitian
1. Angket
2. Ceklis Dokumentasi
Ceklis dokumentasi ini digunakan untuk memperoleh data dan dokumen
yang berkaitan dengan guru dan siswa baik itu berupa daftar kehadiran siswa, nilai
rapor, profil sekolah dan lain-lain. Dokumen ini digunakan untuk mengumpulkan
data mengenai variabel dependent hasil belajar dan sikap sosial anak.
Item
Variabel Indikator
Positif Negatif
Pemanfaatan gadget 5, 6, 7 8
Penggunaan
Aktif bermain gadget 9, 10, 11 12
Gadget
Interaksi sosial 13, 14, 15 16
2. Sering 4 2. Sering 2
3. Kadang-kadang 3 3. Kadang-kadang 3
4. Jarang 2 4. Jarang 4
1. Tahap Persiapan
2. Tahap Pelaksanaan
3. Tahap Akhir
Tahap akhir ini bertujuan untuk menganalisis data yang telah dikumpulkan
pada tahap pelaksanaan dan menyimpulkan kedalam bentuk tulisan yang disusun
secara konsisten, sistematis dan metodologis.
Data yang diperoleh dari sampel akan digunakan untuk menguji hipotesis.
Oleh karena itu, data perlu dianalisis. Teknik analisis data yang digunakan adalah
teknik analisis statistik deskriptif dan teknik analisis statistik inferensial.
Keterangan:
SD = Standar deviasi
Fi = Frekuensi untuk variabel
Xi = Tanda kelas interval
X = Rata-rata
n = Jumlah populasi
Keterangan:
N= Jumlah responden.
X= Skor rata-rata dari x.
Y= Skor rata-rata dari y.
∑ 𝑥 = Jumlah skor rata-rata dari x.
∑ 𝑦 = Jumlah skor rata-rata dari y.
b. Menggunakan teknik regresi sederhana untuk memprediksi apakah ada
pengaruh penggunaan gadget dengan hasil belajar dan sikap sosial anak.
Adapun rumus regresi sederhana sebagai berikut:
Y’ = a + b X
Keterangan:
Y’ = Nilai yang diprediksikan (dependent).
a = Konstanta atau bila harga X = 0.
b = Koefisien regresi.
X = Nilai variabel independent.
Nilai a dan b dapat dihitung dengan menggunakan rumus di bawah ini:
Menentukan nilai a dengan rumus:
(∑ 𝑦)(𝑥 2 ) − (∑ 𝑥) (∑ 𝑋𝑌)
𝑎= 2
𝑛(𝑥 2 ) − (∑ 𝑥)
Menentukan nilai b dengan rumus:
𝑛(∑ 𝑥𝑦) − (∑ 𝑥)(∑ 𝑦)
𝑏=
𝑛 ∑ 𝑥 2 − (∑ 𝑥)2
Keterangan:
n = jumlah sampel.
x = hasil variabel x independen.
y = hasil belajar y variabel dependen.
a = konstanta (nilai Y apabila X = 0).
b = koefisien regresi (nilai peningkatan atau penurunan).
c. Kesalahan baku
Sebelum dilanjutkan dengan pengujian hipotesis yang telah ditentukan
maka terlebih dahulu dicari kesalahan baku regresi b sebagai berikut:
1) Menentukan kesalahan baku regresi (SYX) dengan rumus:
∑ 𝑌 2 − 𝑎 ∑ 𝑌 − 𝑏 ∑ 𝑋𝑌
𝑆𝑒 = √
𝑛−2
Mappiare, Andi. 2006. Kamus Istilah Konseling dan Terapi. Jakarta: Rajawali
Pers.
Izzaty, Rita Eka, dkk. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: UNY
Press.
Oleh :
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam menggukana media, guru harus memilih media yang sesui dengan
materi. Salah satu bentuk media yang digunakan dengan memanfaatkan alam
sekitar seperti tumbuhan yang dikeringkan. Penggunaankliping tumbuhan kering
sebagai media pembelajaran untuk meningkatkan pemahaman materi dan juga
dapat menumbuhkan minat belajar siswa serta dapat membuat materi
pembelajaran yang diajarkan menjadi lebih kongkrit.
Berdasarkan uraian di atas, penggunaan kliping tumbuhan merupakan media
pembelajaran yang potensial terutama untuk memahami materi yang disampaikan,
agar siswa tidak hanya mengingat materi yang disampaikan oleh guru, tetapi
siswa juga bisa mempelajarai dan memahami apa yang dilihatnya secara nyata
atau kongkrit.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dalam pemanfaatan
tumbuhan sebagai media pembelajaran.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru
1) Menambah wawasan guru dalam pemanfaatan kliping tumbuhan kering
sebagai media pembelajaran.
2) Menambah kreativitas guru dalam memilih penggunaan media
pembelajaran kongkrit.
3) Guru dapat mengetahui pemanfaatan kliping tumbuhan kering sebagai
media pembelajaran dapat berpengaruh pada pembelajaran tumbuhan
hijau di kelas IV SD.
b. Bagi Siswa
1) Membantu pemahaman siswa terhadap mempelajari IPA pada materi
Tumbuhan Hijau.
2) Menambah minat belajar siswa dalam mempelajari IPA.
c. Bagi Peneliti
1) Menambah pengetahuan tentang pemanfaatan kliping tumbuhan kering
sebagai media pembelajaran kongkrit.
2) Menambah pengetahuan dan pengalaman pemanfaatan kliping
tumbuhan kering sebagai media pembelajaran sangat berpengaruh pada
peningkatan pemahaman siswa.
3)
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kliping
1. Pengertian Kliping
Kamus Bahasa Indonesia mencantumkan pengertian serupa
“kliping adalah guntingan-guntingan yang dianggap penting dari artikel,
surat kabar, majalah dan sebagainya, yang disusun (ditempel) dengan
sistem tertentu. (Waridah, 2017)
2. Tujuan Pembuatan Kliping
Tujuan pembuatan kliping menurut (Lasa,1994)
a. Menyimpan dan melestarikan kekayan intelektual manusia. Hasil
pemikiran, penemuan serta budaya manusia harus disimpan dan
dilestarikan dengan baik agar dapat dipelajari oleh generasi selanjutnya.
b. Menyebarluaskan gagasan, ide seorang kepada orang lain. Kliping
merupakan sarana penghubung suatu ide atau gagasan antara penulis
dan pembaca yang belum sempat membaca ide atau gagasan tersebut.
c. Merangkum beberapa pemikiran dalam suatu bidang. Kliping dapat
memuat guntingan-guntingan penting surat kabar yang dapat dipelajari
oleh seorang ahli dalam suati masalah.
d. Memupuk kreatifitas seseorang. Dibutuhkan kreatifitas dan jiwa seni
didalam menempel potongan-potongan surat kabar pada suatu lembar
kertas. Dalam mengatur tata letak kliping sangat dibutuhkan ketelitian
dan kecermatan.
e. Menunjang kegiatan intelektual. Dalam penyusunan karya intelektual
diperlukan informasi terbaru yang dimat dalam terbitan berkala, baik
berupa kumpulan artikel, berita, ulasan, tajuk, hasil wawancara, dan lain
sebagainya.
3. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Pembuatan Kliping
a. Ketersediaan bahan sumber.
Perpustakaan harus memfasilitasi ketersediaan surat kabar yang
akan dijadikan kliping. (Istiqoriyall & Ag, 2000.)
b. Subyek diseleksi sesuai tujuan atau kebutuhan lembaga dan minat calon
pemakai.
Seleksi subyek mempertimbangkan tingkat aktualitas dan
keakuratan informasi, yang antara lain ditunjukan oleh kompetensi
penulisnya.
c. Sistem penyusunan kliping.
Sedikitnya ada dua macam sistem penyusunan kliping (Lasa, 1994)
yaitu:
1. Sistem Ordnere
Yakni suatu sistem penyusunan artikel atau berita dalam suatu
susunan atau map yang terdiri dari satu subyek, di mana bahannya
diambil dari bermacam-macam judul surat kabar.
2. Sistem Evixse
Yaitu suatu sistem penyusunan kliping yang diambil dari suatu
judul surat kabar yang terbit dalam jangka waktu tertentu secara
kronologis. Subyeknya dapat bermacam-macam karena pada sistem
ini mementingkan urutan waktu.
d. Teknik Penempelan
Artikel yang telah dipilih lalu dipotong perkolom dan ditempelkan
dengan tegak atau miring secara konsisten pada kertas yang telah
digaris bagian atas, bawah, kiri, dan kanan dengan ukuran tertentu.
Penempelan dilakukan mulai dari kolom terakhir pada halaman
terakhir sehingga pada halaman pertama dapat diletakkan judul dengan
tata letak yang sistematis.
Penyambungan kolom dan pemenggalan kata sebaiknya tidak
kelihatan sambungannya. Gambar dan ilustrasi pada artikel perlu
diikutsertakan untuk memperjelas informasi.
e. Pencantuman data harus lengkap mencakup judul artikel atau surat
kabar, penulis, nama surat kabar, tanggal, bulan dan tahun.
B. Media Pembelajaran
1. Pengertian Media Pembelajaran
Menurut terminologinya, kata media berasal dari bahasa latin
“medium” yang artinya media atau perantara, sedangkan dalam bahasa
Arab media berasal dari kata “wasaaila” artinya perantara penyampaian
pesan dari orang yang mengirim pesan kepada orang yang menerima
pesan. (Sumiharsono & Hasanah, 2017)
Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang bersangkutan
dengan software dan hardware yang dapat digunakan untuk
menyampaikan isi materi ajar dari sumber pembelajaran ke peserta didik
(individu atau kelompok), yang dapat merangsang pikiran, perasaan,
perhatian, dan minat pembelajar sedemikian rupa sehingga proses
pembelajaran (di dalam/di luar kelas) menjadi lebih efektif. (Jalinus &
Ambiyar, 2016)
2. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran
Istilah media mla-mula dikenal dengan alat peraga, kemudian
dikenal dengan istilah audio visual aids (alat bantu pandang/dengar).
Selanjutnya disebut instructional materials (materi pembelajaran), dan
kini istilah yang lazim digunakan dalam dunia pendidikan nasional adalah
instructional media (media pendidikan atau media pembelajaran). Dalam
perkembangannya, sekarang muncul istilah e-learning. Huruf “e”
merupakan singkatan dari elektronik. Artinya media pembelajaran berupa
alat elektronik, meliputi CD multimedia interaktif sebagai bahan ajar
offline dan website sebagai bahan ajar online. (Sumiharsono & Hasanah,
2017)
Media pembelajaran memiliki manfaat sebagai berikut:
1. Memperjelas pesan agar tidak terlalu Verbalistis.
2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, tenaga, dan daya indera.
3. Menimbulkang gairah belajar, interaksi lebih langsung antara
murid dengan sumber belajar.
4. Membantu anak belajar mandiri sesuai denganbakat dan
kemampuan visual, Auditori, Kinestetiknya.
5. Memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman dan
menimbulkan persepsi yang sama.
Akan tetapi terdapat enam fungsi pokok media pembelajaran dalam
proses belajar mengajar antara lain: (Sumiharsono & Hasanah, 2017)
1. Penggunaan media pembelajaran dalam proses pembelajaran
memiliki fungsi tersendiri sebagai alat bantu untuk menciptakan
suasana belajar mengajar yang efektif.
2. Penggunaan media pembelajaran merupakan satu kesatuan dengan
bagian belajar dari keseluruhan situasi mengajar.
3. Media pembelajaran dalam pengajaran penggunaannya satu
kesatuan dengan tujuan dan isi pelajaran.
4. Media pembelajaran digunakan dalam pembelajaran bukan hanya
untuk alat hiburan atau hanya pelengkap saja.
5. Media pembelajaran dalam proses pembelajaran lebih
mengutamakan untuk mempercepat proses belajar mengajar dan
membantu siswa dalam meningkatkan pemahaman isis materi yang
disampaikan oleh guru.
6. Penggunaan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar
diutamakan untuk mempertinggi mutu belajar mengajar.
D. Tumbuhan Hijau
1. Fotosintesis
Tumbuhan hijau mempunyai zat hijau daun yang disebut klorofil.
Klorofil adalah zat warna hijau yang terdapat padadaun. Klorofil berguna
untuk menangkap cahaya matahari yang digunakan untuk proses fotosintesis.
Fotosintesis adalah proses pembuatan makanan oleh tumbuhan hijau dengan
bantuan sinar matahari. Selain klorofil, dalam proses fotosintesis, tumbuhan
hijau memerlukan air, karbon dioksida, dan sinar matahari.(Maryanto,2009)
Proses fotosintesis terjadi dengan bantuan cahaya matahari, air dan
karbon dioksida itu diolah menjadi zat tepung (karbohidrat) dan oksigen.
Reaksi fotosintesis dapat dituliskan sebagai berikut.
Proses fotosintesis pada tumbuhan pada gambar 2.1 berikut ini!
E. Tumbuhan
Struktur tumbuhan terdiri atas organ pokok yaitu akar, batang dan daun.
Bunga dan buah bukan merupakan organ pokok, karena tidak semua tumbuhan
memiliki bunga atau buah, bunga dan buah pun merupakan cabang yang berubah
bentuk dan tumbuh terbatas.
1. Akar
Pada akar terdapat jaringan penyusun pada bagian ujung akar, yaitu
jaringan epidermis, korteks, endodermis dan silinder pusat. Jaringan terluar
atau epidermis terdapat tonjolan yang merupakan perpanjangan dari epidermis
dengan perubahan fungsi sebagai tempat penyerapan air dan garam mineral
dari dalam tanah.
A. Jenis Penelitian
B. Tempat Penelitian
1. Wawancara
Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini yaitu wawancara
tidak terstruktur. Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang
bebas, peneliti tidak menggunkan pedoman wawancara yang telah
tersusun secara sistematis dan lengkap. Dengan metode wawancara ini
peneliti berusaha untuk mencari informasi mengenai pembelajaran di
Kelas IV dalam Muatan IPA Materi Tumbuhan Hijau kepada informan
yang berhubungan dalam proses pembelajaran tersebut. Dalam hal ini
peneliti akan mewawancarai beberapa informan yaitu:
1. Guru kelas IV SDN Bunulrejo 5.
2. Beberapa siswa kelas IV SDN Bunulrejo 5.
2. Dokumentasi
Dalam penelitian ini, teknik dokumentasi digunakan untuk
memperoleh gambaran tentang hasil kliping yang dibuat oleh guru kelas
IV SD sebagai media pembelajaran, serta suasana kegiatan pembelajaran
di kelas IV SD. Data-data tersebut didokumentasikan melalui foto
dokumentasi sehingga akan dapat diamati secara berkelanjutan untuk
mendudkung kesimpulan nantinya.
E. Analisis Data
G. Tahap-Tahap Penelitian
1. Tahap Persiapan
Untuk kelancaran pengumpulan data, sebelum pengambilan data
ditempuh langkah-langkah persipan sebagai berikut:
a. Studi Pustaka
e. Menyusun Instrumen
Fauziah, Nenden. 2009. Ilmu Pengetahuan Alam 2: untuk SMP/MTs Kelas VIII.
Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Istiqoriyall, L., & Ag, S. 2000. KLIPING DAN INDEKS SURAT KABAR :, 9.
Jalinus, Nizwardi & Ambiyar. 2016. Media dan Sumber Pembelajaran. Jakarta:
Kencana.
Maryanto & Purwanto. 2009. Ilmu Pengetahuan Alam 5 Untuk SD/MI Kelas 5.
Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Priyono, Amin. Martini, Kartini Tri & Amin, Choirul. 2009. Ilmu Pengetahuan
Alam Jilid 5 Untuk SD dan MI Kelas V. Jakarta: Pusat Perbukuan,
Departemen Pendidikan Nasional.
Tarwoko, Edi & Rukmiati, Yani Muharomah. 2009. Mengenal Alam Sekitar 5
Untuk Kelas V SD dan MI. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan
Nasional.
Oleh :
Ana Triana B7 PGSD
BAB I
PENDAHULUAN
1. Kegunaan Teoritis
Hasil penelitian dapat menambah wawasan tentang pendekatan
PAIKEM sebagai capaian hasil belajar siswa Sekolah Dasar
2. Kegunaan Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
a. Guru
Guru dapat lebih tau mengembangkan Literasi melalui Pendekatan
belajar PAIKEM.
b. Siswa
Diharapkan dengan mengembangkan Literasi melalui Pendekatan
PAIKEM sehingga adanya peningkatan membaca tulis dengan cara
yang menyenangkan dan siswa lebih termotivasi untuk belajar.
c. Kepala Sekolah
Diharapkan sebagai bahan masukan dalam upaya meningkatnya
Pembelajaran Siswa Sekolah Dasar.
d. Peneliti Lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan rujukan dan
menambah wawasan pengetahuan bagi peneliti
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
3.) Adanya kesempatan bagi siswa untuk menilai hasil karyanya sendiri.
Pembelajaran yang kreatif juga sebagai salah satu strategi yang medorong
siswa untuk lebih bebas mepelajari makna yang dia pelajari. Pembelajaran yang
kreatif juga sangat penting dalam rangka pembentukan generasi yang kreatif, yang
mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain. Kreatif
dimaksudkan juga agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga
memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa pembelajaran kreatif bisa juga
menggunakan media untuk anak lebih cepat memahami pelajaran dari pada hanya
menjelaskan teori.
Tabel 2.1 Kemampuan yang harus dikuasai guru (sumber: Amri. 2010)
a. Faktor yang ada pada diri orgnisme itu sendiri yang kita sebut faktor
individual, dan
b. Dan faktor yang ada diluar individu yang kita sebut faktor sosial. Yang
termasuk faktor individual antara lai: faktor kematangan/pertumbuhan,
kecerdasan, latihan, motivasi dan faktor pribadi. Sedangkan yang
termasuk faktor sosial antara lain faktor keluarga/keadaan rumah
tangga, gurur dan cara mengajarnya, alat-alat yang digunakan dalam
belajar-mengajar alat-alat yang dipergunakan dalam belajar mengajar,
lingkungan dan kesempatan yang tersedia, dan motivasi sosial.
(purwanto.1990).
Berikut faktor-faktornya
1. Kematangan/ pertumbuhan
Kita tidak dapat melatih anak-anak yang baru berumur 6 bulan
untuk belajar berjalan dikarenakan otot-otot dan tulangnya masih lemah,
jadi perlu watu pematangan sama halnya dengan belajar. Kita tidak dapat
mengajar ilmu pasti kepada anak kelas 3 sekolah dasaratau mengajar ilmu
filsafat kepada anak-anak yang baru duduk di bangku SMP. Semua
disebabkan pertumbuhan mentalnya belum matang.
2. Kecerdasan/ Intelegensi
3. Motivasi
4. Keluarga
Keluarga dalam kaitannya dengan belajar anak sangatlah
berpengaruh. Suasana dan keadaan keluarga yang bermacam-macam itu
mau tidak mau turut menentukan bagaimana dan sampai dimana belajar
dialami dan dicapai oleh anak-anak. Termasuk dalam keluarga ini turut
memegang peranan penting dalam motivasi anak.
5. Ala-alat pelajaran
Faktor guru dan cara mengajarnya, tidak dapat kita lepas dari ada
tidaknya dan cukup tidaknya alat-alat pelajaran yang tersedia di sekolah.
Sekolah yang memiliki alat-alat dan perlengkapan yang diperlukan untuk
belajar ditambah dengan cara mengajar yang baik dari guru-gurunya,
kecakapan guru dalam menggunakan alat-alat itu, akan mempermudah dan
mempercepat belajar anak-anak.
METODE PENELITIAN
Pada bab III disajikan (a) rancangan penelitian, (b) populasi dan sampel, (c)
variabel, (d),Teknik Pengumpulan Data
3.3 Variabel
Variabel Penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari
orang,obyek, atau keinginan yang mempunyai variasi tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya
(sugiono. 2014). Peneliti menggunakan, variabel bebas, variabel terikat
dan variabel kontrol. Variabel bebas pada penelitian ini,yaitu pembelajaran
dengan menggunakan Pendekatan PAIKEM pada kelas eksperimen dan
pembelajaran tanpa menggunakan Pendekatan PAIKEM pada kelas IV.
Variabel terikat, yakni peningkatan aktivitas belajar kelas IV tema 1
Indahnya Kebersamaan, subtema 3 Bersyukur Atas Keberagaman.
2) Lembar Observasi
Instrumen observasi digunakan untuk mengamati bagaimana cara
kerja Pendekatan PAIKEM terhadap keterlibatan aktivitas belajar siswa.
3) Dokumentasi
Dokumentasi digunakan sebagai pengamatan aktivitas belajar
siswa kelas IV SDN Sawojajar 2. Dokumentasi pada penelitian, berupa
foto kegiatan siswa pada saat menerima pendekatan PAIKEM dan yang
pada saat tidak menerima pendekatan PAIKEM.
4) Angket
Angket digunakan peneliti untuk mendapat data mengenai seberapa
jauh siswa lebih bisa menerima materi yang dipaparkan menggunakan
Pendekatan PAIKEM, dan bagaimana hasil belajar yang diperoleh siswa
dengan penerapan Pendekatan Paikem.
5) Tes
Instrumen tes pada penelitian ini merupakan instrumen penilaian
aktivitas siswa yang diberikan kepada kelas eksperimen dan kelas yang
tidak eksperimen (kontrol).
Amri sofan dan khoiru . 2010. Proses Pembelajaran Kreatif Dan Inovatif
Dalam Kelas. Jakarta: PT. Prestasi Pusat Karya.
Oleh :
Ayun Sundari B7 PGSD
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Guru
Sebagai masukan kepada pihak sekolah dan guru-guru serta calon guru
tentang pentingnya literasi membaca dan menulis untuk menumbuhkan minat
baca dan menambah khasanah ilmu pengetahuan bagi peserta didik.
2. Siswa
3. Penulis
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pembelajaran Membaca
B. Keterampilan Membaca
C. Pembelajaran menulis
D. Keterampilan Menulis
E. Hasil Belajar
Belajar adalah perubahan tingkah laku dyang cenderung baik sebab adanya
latihan dan pengalaman. Belajar pada dasarnya akan memberikan pengalaman
belajar pada peserta didik untuk memperoleh hasil atas belajar yang dilakukan.
Menurut Sgudjana (2018:8) hasil belajar merupakan “kemampuan yang dimiliki
siswa setelah menerima pengalama belajar”. Hasil belajar merupakan kemampuan
yang dicapai seseorang dalam usaha yang maksimal untuk menghasikan
pengetahuan-pengetahuan atau nilai-nilai kecakapan. Gagne berpendapat (dalam
Thobroni dan Mustafa, 2011) hasil belajar berupa hal-hal berikut: (1) informasi
verbal, (2) keterampila intelektual, (3) strategi kognitif, (4) keterampilan motoric
dan (5) Sikap. Informai verbal berupa kemampuan untuk mengungkapkan
pengetahuan dalam bentuk lisan maupun tulisan. Keterampilan intelektual yaitu
keterampilan berkaitan dengan mengategorisasi, menganalisis, dan perkembangan
yang berkaitan dengan aktivitas kognitif. Strategi kognitif meliputi penggunaan
konsep dalam pemecahan maslah. Keterampilan motoric berkaitan aktivitas
jasmani. Sikap brupa kemampuan menginternalisasi suatu penegtahuan dalam
perilaku.
Hasil belajar berhubungan langsung dengan proses pemebelajaran di
sekolah dan ditentukan oleh diri siswa, lingkungan sekolah dan lingkungan
masyarakat. Pelaksanan pembelajaran pembelajaran yang dirancang guru akan
berlangsung baik jika diri siswa dalam kondisi sehat rohani, jasmani serta
memiliki minat belajar. Selain minat penting bagi guru meyiapkan bahan
Pembelajaran yang sesuai dengan bakat siswa. Oleh karena itu guru harus
mengunakan model dan menggunakan media yang tepat. Selai guru, orang tua
juga mempengaruhi hasil belajar siswa. Orang tua harus membngun suasana
rumah yang tenang dan damai agar anak nyaman dan senang belajar, jika orang
tua berkecukupan dapat membuat ruang belajar yang dielngkapi kebutuhan belajar
siswa.
Proses belajar siswa ditentukan oleh banyak faktor. Slameto (2013: 54)
menggolongkan faktor-faktor yang memengaruhi belajar menjadi dua, faktor
internal dan eksternal. Hasil belajar siswa tidak terlepas dari kebiasaan yang
sering dia lakukan dalam aktivitas kesehariannya untuk mendukung proses
belajarnya. Dampak yang baik bagi hasil belajar siswa banyak dipengaruhi
aktivitas positif yang dilakukan siwa. Salah satu kebiasaan yang baik itu adalah
membaca dan menulis kembali isi bacaan.
Kegiatan membaca tak pernah lepas dari proses belajar. Dari membaca dan
menulis segala informasi dan pengetahuan akan didapatkan siswa. Dengn senang
membaca dan menulis wawasannya akan bertambah luas serta ilmu akan meyebar
luas.Hal itu juga memengaruhi proses belajarnya. Seperti disebutkan Farr (dalam
Dalman,2014: 5), “reading is the heart of education”, yang artinya membaca
adalah jantung pendidikan. Semakin sering seorang siswa membaca, maka
pengetahuandan wawasan yang dimilikinya akan semakin luas.Siswa yang minat
bacanya tinggi, maka pengetahuannya juga tinggi, dan hasil belajarnya akan
bertambah dengan baik. Begitu pula sebaliknya, jika minat baca rendah, maka
pengetahuan yang dimiliki sedikit, hal tersebut akan berpengaruh terhadap hasil
belajar siswa. Oleh karena itu, kegiatan membaca dan menulis perlu dibudayakan
sejak dini
pada siswa, karena hal itudapat mendukung proses belajar siswa.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
B. Kehadiran Peneliti
C. Kancah Penelitian
D. Subjek Penelitian
1) Teknik angket
Angket diberikan kepada siswa, orang tua
2) Teknik tes,
Tes dilakukan untuk mengukur kemampuan dan prestasi siswa dalam mata
pelajaran bahasa Indonesia pada siswa kelas IV SDN Wonokoyo 2
Malang.
3) Teknik analisis
Teknik analisi data digunakan untuk mengukur pengaruh variable X
terhadap variabel Y dengan memanfaatkan nilai-nilai pada hasil tes bahasa
Indonesia. Teknik yang digunakan adalah korelasi product moment.
P= F : n X 100 %
Nilai =-----------------------------X
100
DAFTAR RUJUKAN
Mulyati, Yeni. 2004. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi.
Jakarta: Universitas Terbuka
Suhardi, Dkk. 2017. Materi Pendukung Literasi Baca Tulis. Jakarta: Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Oleh :
Charin Dwi Lestari B7 PGSD
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan, masalah yang ingin
peneliti angkat dalam penelitian ini, dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Bagaimana pemanfaatan barang bekas sebagai media pembelajaran
siswa SD kelas tinggi dalam mata pelajaran Matematika?
2. Bagaimanakah keefektifan media pembelajaran dari barang bekas
terhadap siswa SD dalam mata pelajaran Matematika?
C. Tujuan penelitian
Bertolak dari rumusan masalah yang telah dikemukakan, tujuan
penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi tetang media
pembelajaran dari barang bekas yang digunakan di SD. Sehubungan
dengan itu, tujuan penelitian secara khusus dirumuskan sebagai berikut:
1. Untuk mendeskripsikan pemanfaatan barang bekas sebagai media
pembelajaran siswa SD kelas tinggi dalam mata pelajaran
Matematika.
2. Untuk menganalisis keefektifan media pembelajaran dari barang
bekas terhadap siswa SD dalam mata pelajaran Matematika.
D. Manfaat penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian tersebut diatas, maka hasil penelitian ini
diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1. Manfaat teoritis
Secara teoritis manfaat penelitian ini adalah untuk
memperoleh gambaran mengenai pemanfaatan barang bekas
sebegai media pembelajaran dalam beberapa mata pelajaran serta
kelebihan dan kekurangannya.
2. Manfaat praktis
a. Bagi Jurusan Kependidikan Sekolah Dasar dan Prasekolah
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan materi tambahan
untuk perkuliahan dan memberi tambahan dokumentasi
topik-topik skripsi pendidikan sekolah dasar pada
khususnya, serta dapat dikembangkan untuk penelitian
lebih lanjut.
b. Bagi Sekolah
Dimanfaatkan untuk bahan pertimbangan pengajar dan
peserta didik untuk motivasi kedepan agar lebih maju.
c. Bagi Guru
Dengan adanya penelitian ini diharapkan pengajar dapat
memiliki inovasi dalam membuat media pemebelajaran.
d. Bagi Peneliti
Dengan adanya penelitian ini diharapkan peneliti dapat
mengetahui dan memperoleh tambahan ilmu pengetahuan
dan pengalaman dari permasalahan yang dihadapi selama
penelitian.
e. Bagi Pihak Lain
Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan sebagai
tambahan pengetahuan dan bahan pertimbangan untuk
penelitian selanjutnya.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom
action research). Penelitian Tindakan Kelas (PTK), merupakan upaya yang
dilakukan guru untuk meningkatkan kualitas peran dan tangung jawab
guru dalam pengelolaan pembelajaran. Pemilihan metode penelitian
tindakan kelas didasari untuk menemukan kelemahan-kelemahan dalam
proses pembelajaran, kemudian merencanakan untuk proses perbaikan
sesuai pembelajaran dan diakhiri dengan proses refleksi.
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa SD kelas tinggi. Pemilihan siwa
SD kelas tinggi didasari karena dalam pembelajaran mereka mulai
dikenalkan lebih dalam dengan materi geometri dan pengukuran.
C. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah sekolah dasar yang ada di sekitar
lingkungan peneliti.
D. Langkah-langkah Penelitian
Dalam (Mahmud & Priatna, 2008) model PTK yang mudah untuk
dilakukan adalah PTK model siklus. Model ini dikenalkan oleh Kemmis
dan McTaggart dari Deakin University, Australia. Model ini terdiri dari
empat komponen, yaitu:
1. Rencana: Rencana tindakan apa yang akan dilakukan untuk
memperbaiki, meningkatkan, atau mengubah perilaku dan sikap
sebagai solusi.
2. Tindakan: Apa yang dilakukan oleh guru atau peneliti sebagai
upaya perbaikan, peningkatan, atau perubahan yang diinginkan.
3. Observasi: Mengamati atas hasil atau dampak dari tindakan yang
dilaksanakan atau dikenakan terhadap siswa.
4. Refleksi: Peneliti mengkaji, melihat, dan mempertimbangkan atas
hasil atau dampak dari tindakan dari berbagai kriteria. Berdasarkan
hasil refleksi ini, peneliti (guru) dapat melakukan revisi perbaikan
terhadap rencana awal.
Dari langkah-langkah tersebut kita dapat mengetahui
kelemahan-kelemahan dalam proses pembelajaran. Dalam tahap
refleksi, peneliti dapat mengakaji ulang penelitian dan diterapkan
kembali kepada subjek setelah terjadi perbaika.n
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pemanfaatan barang bekas sebagai
media pembelajaran matematika siswa SD, digunakan 2 teknik yaitu
teknik non-tes berupa observasi, wawancara dan dokumentasi dan teknik
tes berupa tes pemahaman konsep geometri dan pengukuran.
Teknik non-tes dapat yang diuraikan sebagai berikut:
1. Metode Observasi
Hal yang akan diobservasi dalam penelitian ini adalah
proses pembelajaran matematika terutama geometri dan
pengukuran yang diajarkan kepada siswa SD kelas tinggi. Dalam
teknik observasi memungkinkan penulis untuk mencatat masalah-
masalah terkait pada waktu kejadian. Dengan demikian data yang
dimiliki langsung terkait dengan apa yang terjadi.
2. Metode Wawancara
Dalam metode wawancara penulis akan mendapatkan data
yang berasal dari informan-informan yang terkait dengan
permasalahan yang diteliti. Dalam hal ini peneliti mewawancara :
1) Kepala Sekolah SD
2) Guru SD Kelas 5
3. Metode Dokumentasi
Data dalam metode dokumentasi diperoleh dari hasil
kegiatan anak dengan melihat lembaran kegiatan berupa portofolio
dan catatan anekdot.
F. Analisis Data Penelitian
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara kuantitatif
dimana data dalam bentuk angka-angka dan dengan menggunakan
perhitungan statistik untuk menganalisis suatu hipotesis pada penelitian.
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan
lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat
diinformasikan kepada orang lain (Bodgan dalam Sugiyono, 2013).
Kedua adalah analisis data yang dilakukan melalui tiga tahap,
yakni (a) reduksi data, (b) sajian data, (c) penarikan kesimpulan atau
verifikasi.
Daftar Rujukan
Hanafi, S. H., & Sujarwo, S. (2015). Upaya meningkatkan kreativitas anak dengan
memanfaatkan media barang bekas di TK Kota Bima. JPPM (Jurnal Pendidikan
Dan Pemberdayaan Masyarakat), 2(2), 215–225.
Susilana, R., Si, M., & Riyana, C. (2008). Media Pembelajaran: Hakikat,
Pengembangan, Pemanfaatan, dan Penilaian. CV. Wacana Prima.
Oleh :
Dwi Ayu Nur A B7 PGSD
BAB I
PENDAHULUAN
Masalah yang kedua didapatkan pada siswa yakni pada saat guru
menerangkan pembelajaran IPS di kelas siswa tidak terlalu banyak yang
memperhatikan dan tidak terfokuskan akan pembelajarannya. Dimana
pembelajaran IPS mengajarkan tentang “Keberagaman Suku dan Budaya
Setempat”.
Masalah ketiga didapatkan pada guru yakni pada saat guru menerangkan
pembelajaran IPS terkadang tidak sesuai dengan kurikulum yang telah ditetapkan
oleh sekolah. Hal ini disebabkan karena terdapat siswa yang tidak mudah
memahami apa yang telah dijelaskan oleh guru di kelas.
B. Rumusan Masalah
D. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Praktis
1) Bagi siswa
Dari hasil penelitain ini nantinya siswa akan memperoleh penerimaan dan
pemahaman sakan semakin mudah dan cepat terhadap materi yang dipelajari
dalam kelas dalam pembelajaran tematik.
2) Bagi Guru
Dari hasil penelitian ini nantinya guru akan memperoleh model
pembelajaran yang mudah dalam menjelaskan atau proses pembelajaran Pkn
di kelas, sehingga hasil belajar siswa akan meningkat.
3) Bagi sekolah
Dari hasil penelitian ini nantinya pihak sekolah dan lainnya akan
memperoleh salah satu kebijakan dalam pembelajaran Pkn di sekolah secara
efektif dan efisien dengan model pembelajaran kooperatif
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Pada bab ini, akan disampaikan kajian pustaka yang berkaitan dengan
penelitian dan pengembangan yang akan dilakukan. Pada bab ini dijabarkan
kajian teori tentang : a) pembelajaran b) pembelajaran IPS c) model
pembelajaran kooperatif TGT
A. Pembelajaran
1. Pengertian Pembelajaran
“Instruction atau pembelajaran adalah sistem yang bertujuan untuk
membantu proses mengingkatkan belajar siswa dalam kelas, yang berisi
serangkaian tentang peristiwa yang telah dirancang atau disusun sedemikian
rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa”
menurut Gagne dan Briggs (Dalam Lefudin, 2014:13). Sependapat dengan
para ahli Dimyati dan Mudjiono (Dalam Lefudin, 2014:13) menyatakan
bahwa “Pembelajaran adalah kegiatan yang dilaksanakan oleh guru secara
terprogram dalam desain instruksional, agar membuat siswa belajar secara
aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar”. Begitu juga
menurut UUSPN No. 20 tahun 2003 menyebutkan bahwa “Pembelajaran
adalah proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dalam sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar” (Dalam Lefudin, 2014:13-14).
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, peneliti dapat menyimpulkan
bahwa pembelajaran adalah suatu kegiatan yang telah disusun atau dirancang
oleh pendidik untuk meningkatkan proses belajar siswa di dalam kelas.
2. Komponen – Komponen Pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran merupakan hasil integrasi dari beberapa
komponen yang dimiliki fungsi tersendiri dengan maksud agar ketercapaian
tujuan pembelajaran dapat terpenuhi. Masing – masing komponen tersebut
membentuk sebuah integrasi atau satu kesatuan yang utuh. (Dalam Rusman
2017:88).
a. Tujuan pembelajaran adalah untuk meningkatkan kecerdansaan peserta
didik, meningkatkan pengetahuan pada peserta didik serta meningkatkan
keterampilan untuk hidup mandiri.
b. Sumber belajar adalah segala bentuk yang ada di luar diri seseorang
yang bisa digunakan untuk membuat atau memudahkan siswa dalam
proses belajar.
c. Strategi pembelajaran adalah tipe pendekatan yang spesifik untuk
menyampaikan informasi dan kegiatan yang mendukung penyelesaian
tujuan khusus.
d. Media pembelajaran merupakan salah satu alat untuk membantu
meningkatkan proses belajar mengajar di dalam kelas dan mempertinggi
proses interaksi guru dengan siswa.
e. Evaluasi pembelajaran merupakan alat untuk menilai pencapaian tujuan
– tujuan yang telah ditentukan serta menilai proses pelaksanaan
mengajar secara keseluruhan.
3. Ciri – Ciri Pembelajaran Yang Efektif
Menurut Eggen dan Kuachak ( Dalam Lefudin, 2014:13 ) menjelaskan
bahwa ada enam ciri pembelajaran yang efektif, yaitu :
1. Siswa berperan sebagai pengkaji yang aktif terhadap lingkungannya.
2. Guru menyediakan materi sebagai fokus berpikir dan berinteraksi
dalam pembelajaran di kelas.
3. Aktivitas yang dilakukan oleh siswa sepenuhnya didasarkan pada
pengkajian.
4. Guru secara aktif terlibat dalam pemberian petunjuk dan tuntunan
kepada siswa dalam proses pembelajaran.
5. Orientasi pembelajaran penguasai isi pelajaran dan pengembangan
keterampilan berpikir.
6. Guru menggunakan metode mengajar yang bervariasi sesuai dengan
tujuan dan gaya mengajar guru agar siswa tertarik dan mudah
memahami materi yang disajikan.
B. Pembelajaran IPS SD
1. Pengertian Pembelajaran IPS
“IPS tidak lain adalah pelajaran yang mempelajari kehidupan sosial yang
kajiannya mengintegrasikan bidang – bidang ilmu sosial dan humamiora.
Kajian dalam IPS sangat meluas melalui berbagai macam pendekatan –
pendekatan pembelajaran” menurut Sumaatmadja (Dalam Yulia, 2016:6).
Pendapat lain menyatakan bahwa IPS merupakan bagian dari kurikulum
sekolah yang diturunkan dari berbagai cabang – cabang ilmu sosial, menurut
Dendiknas (Dalam Yulia, 2016:17).
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, peneliti dapat menyimpulkan
bahwa IPS adalah mata pelajaran yang mengkaji dari berbagai cabang –
cabang ilmu sosial mulai dari geografi, ekonomi, sejarah dan ilmu sosial
lainnya dengn menggunakan pendekatan pembelajaran yang berbeda – beda.
2. Pembelajaran IPS SD
Pembelajaran IPS ini pada intinya harus diajrkan tidak hanya mentransfer
ilmunya saja, tetapi harus sampai pada tahap operasional sesuai dengan peran
peserta didik saat ini dan di masa mendatang. (Dalam Susanto, 2016:7-8).
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan
kelas (PTK). PTK adalah penelitian yang bertujuan untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran di kelas yang dilakukan secara bersiklus. Dalam
menggunakan Pendekaan PTK ini, peneliti sebagai guru untuk digunakan
sebagai acuan. Setelah melakukan penelitian, sebagai guru harus mampu
membuat inovasi belajar,dimana akan terjadinya perubahan-perubahan apa
saja yang dialami oleh setiap masing-masing siswa dalam proses
perkembangan belajar itu. Setiap siswa mempunyai potensi yang berbeda-
beda, maka dari itu sebagai guru harus bisa merencanakan kegiatan
pembelajaran yang ada di kelas,sehingga siswa dapat menemukan makna apa
yang disampaikan dalam pembelajaran dan membuat siswa mampu
menguasai materi yang telah disampaikan.
2. Jenis Penelitian
Jenis Penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan
kualitatif, yaitu sebuah metode penelitian yang bertujuan untuk mengetahui
penerapam model pembelajaran kontekstual yang berupa penggambaran fakta
yang sesuai dengan data yang didapat. Dalam penelitian ini, peneliti sebagai
guru dan melaksanakan langsung penelitian tindakan kelas.
3. Data Penelitian
Dalam proses penilaian kehadiran peneliti sangat dibutuhkan agar peniliti
mendapatkan pelaksanaan-pelaksanaan yang dilakukan di dalam kelas mulai
dari perencanaan tindakan penelitian,pelaksanaan pembelajaran di
kelas,pengumpulan data,penganalisis saat melakukan penelitian, dan
melaporkan hasil penelitian yang telah dilakukan.
4. Kancah Penelitian
Kancah Penelitian yang dipilih dalam penelitian ini adalah SDN
Gadang 02 Kota Malang .Dalam penelitian ini peneliti melakukan penelitian
di kelas tinggi salah satunya pada kelas V SD. Jika dilihat dari hasil belajar
seluruh siswa di kelas V SDN Gadang 02 terdapat 19 siswa dimana setiap
siswanya terdapat 9 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan. Pada saat
dilakukan pembelajaran terdapat satu orang siswa perempuan yang tidak
selesai-selesai mengerjakan soal yang telah diberikan pada saat itu.
5. Subyek dalam Penelitian
Subyek dalam Penelitian ini adalah siswa Kelas V SDN Gadang 02
yang berjumlah 19 siswa, terdiri atas 9 siswa laki-laki dan 10 siswa
perempuan. Siswa di kelas ini dipilih sebagai subjek penelitian karena
ditemukan permasalahan-permasalahan seperti yang telah dipaparkan pada
latar belakang. Pembelajaran yang dijadikan sebagai bahan penelitian adalah
pembelajaran IPS dengan materi “Keberagaman Suku dan Budaya Setempat”.
6. Analisis Data Penelitian
Adapun data dan sumber data yang akan dikumpulkan dalam penelitian
yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Data tentang pembelajaran IPS dengan materi “Keberagaman Suku dan
Budaya Setempat” dengan model pembelajaran kooperatif TGT yang
memiliki langkah – langkah sebagai berikut: a) Menyampaikan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai oleh siswa; b) Menyajikan materi yang akan
diberikan kepada siswa; c) Melakukan tanya jawab dengan mengkaitkan
kehidupan nyata siswa dengan lingkungan tempat tinggal siswa; d) Membagi
siswa menajadi beberapa kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 4
orang; e) Membagikan LKK kepada masing-masing kelompok; f) Guru
memberi arahan/intruksi cara mengerjakan soal dan siswa diminta untuk
mendiskusikan dan mengerjakan LKK yang telah diberikan oleh guru; g)
Guru meminta perwakilan kelompok untuk menyampaikan hasil diskusi
kelompok didepan kelas; Guru menjukkan gambar tentang gaya dan gerak; h)
Siswa mengerjakan LKS sesuai petunjuk guru, karena LKS yang diberikan
berhubungan dengan LKS yang dikerjakan oleh siswa; i) Perwakilan siswa
menampilkan jawabannya didepan kelas; j) Guru memberikan penguatan
setiap jawaban dari LKS agar siswa dapat memperoleh tambahan ilmu yang
baru; k) Penutup. Kegiatan penelitian tersebut diakukan dengan sumber data
dari RPP yang dibuat oleh peneliti dan pelaksanaan pembelajaran itu sendiri
untuk mengetahui hasil data secara langsung.
2. Pengumpulan data tentang tugas yang diberikan berupa Lembar Kegiatan
Kelompok (LKK) dan. Kegiatan penelitian tersebut dilakukan dengan sumber
data adalah siswa secara keseluruhan.
3. Pengumpulan data tentang hasil belajar siswa dalam melaksanakan
pembelajaran IPS pada materi keragaman suku dan budaya setempat dengan
penggunaan model pembelajaran kooperatif TGT yaitu dalam pembelajaran
model ini siswa memainkan berbagai permainan dengan anggota tim lain
untuk memperoleh poin bagi kelompoknya. Model pembelajaran kooperatif
tipe TGT dapat digunakan dalam berbagai mata pelajaran dari ilmu sosial
hingga bahasa karen mempermudah siswa dalam memahami pelajaran atau
materi yang di sampaikan oleh guru.
Rosdakarya.
2017. Yogyakarta:Deepublish.
Grafindo.
Oleh :
Endah Meilina B7 PGSD
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam era globalisasi ini diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang
mampu berkompetisi dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Penguasaan ilmu pengetahuandan teknologi sangat ditentukan oleh penguasaan
ilmu sains (IPA). Teknologi tak dapat berkembang tanpa dukungan ilmu sains.
Oleh karena itu, penguasaan ilmu sains harus diupayakan melalui peningkatan
mutu pendidikan dan pengajaran ilmu sains mulai dari SD sampai perguruan
tinggi.
Salah satu hal yang diperlukan guru adalah memahami apa yang harus
disampaikan dengan metode seperti apa, yaitu dengan cara memilih metode
pembelajaran yang tepat. Dengan kata lain, (Hamdani, 2011 : 83) menyebutkan
banyaknya macam metode pembelajaran, seperti ceramah, eksperimen, karya
wisata, resitasi, dan lain-lain, menggunakan metode eksperimen adalah metode
yang tepat karena mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa.
sebagai berikut:
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
dan perkembangan ilmu pendidikan, khususnya bagi sekolah, guru, siswa dan
peneliti lain.
memungkinkan bagi dirinya untuk memperoleh hasil belajar yang sangat berguna
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Metode
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, metode adalah cara teratur yang
digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang
dikehendaki; cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu
kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.
2.1.2 Pembelajaran
Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru
sedemikian rupa sehingga siswa memperoleh berbagai pengalaman dan dengan
pengalaman itu, tingkah laku siswa bertambah, baik kuantitas maupun
kualitasnya. Tingkah laku ini meliputi pengetahuan, keterampilan, dan nilai atau
norma yang berfungsi sebagai pengendali sikap dan perilaku (Hamdani, 2011:47).
2.1.4 Energi
METODOLOGI PENELITIAN
a Studi Literatur
Studi literatur ini ditujukan untuk mendapatkan teori-teori yang akan
dijadikan sebagai landasan dari penelitian ini dan mencari referensi teori yang
relefan dengan kasus atau permasalahan yang ditemukan. Studi ini meliputi
tentang pemahaman teori, konsep dan metode yang cocok untuk membentuk
kerangka berfikir yang logis dan lebih terarah. Literatur ini berupa buku, karya-
karya ilmiah, jurnal dan melalui artikel di internet yang berhubungan dengan
penulisan skrips
b Observasi
Observasi ini dilakukan untuk memperoleh data yang berkaitan dengan
skripsi dengan wawancara, mapun angket dengan metode kuantitatif maupun
kualitatif.
3.3 Diagram Alur Penelitian
START
Persiapan,Study
Literature,observasi,
`
Pengambilan data awal
Tidak
Sesuai
Tujuan ?
Ya
Pembuatan Laporan
Finish
DAFTAR RUJUKAN
Buku Pedoman Guru Tema 2 “Selalu Berhemat Energi” Kelas 4 (Buku Tematik
Terpadu Kurikulum 2013 Rev 2017, Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, 2017)
Suardi, Moh. 2018. Belajar dan Pembelajaran. Suardi, Moh. 2018. Belajar dan
Pembelajaran. Yogyakarta: Deepublish.
Sujana, Atep. 2014. Dasar-dasar Ipa: Konsep dan Aplikasinya. Bandung: UPI
PRESS
Oleh :
Evangelista Ramadhanty B7 PGSD
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran merupakan suatu usaha atau proses untuk membantu
siswa agar mampu belajar dengan maksimal (Susanto, 2016). Dengan
demikian dapat dipahami bahwa proses pembelajaran harus dirancang
semaksimal mungkin agar siswa dapat menerima materi dengan baik. Oleh
karena itu, pendidik atau guru harus mampu merancang strategi/ pendekatan/
model/ metode pembelajaran yang tepat untuk diterapkan dalam proses belajar
mengajar.
Pembelajaran yang optimal khususnya di tingkat Sekolah Dasar
haruslah memiliki suasana belajar yang menyenangkan dan cenderung
berpusat pada keaktifan siswa. Sehingga, siswa lebih termotivasi dan memiliki
minat yang besar dalam belajar. Dalam hal tersebut, guru harus mampu lebih
kreatif dan inovatif dalam mengembangkan dan memanfaatkan segala media
yang dapat digunakan untuk proses belajar mengajar khususnya pada
pembelajaran IPA.
IPA merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari mengenai alam
semesta beserta isinya, serta peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalamnya yang
dikembangkan oleh para akhli melalui serangkaian proses ilmiah yang
diakukan secara teliti dan hati-hati (Sujana, 2014). Pembelajaran IPA di
Sekolah Dasar berfungsi agar siswa SD mampu menguasai konsep dan
manfaat IPA dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, guru harus mampu
merancang model pembelajaran yang sederhana namun memiliki makna bagi
siswa. Dengan pemanfaatan media pembelajaran di mata pelajaran IPA, proses
belajar mengajar akan lebih bermakna daripada dengan menggunakan metode
ceramah. Karena dengan media pembelajaran siswa dapat terlibat langsung
dalam pembelajaran dan lebih menguasai konsep-konsep IPA.
Pada kelas 5 SD siswa mulai mempelajari lebih detail materi tentang
anatomi tumbuhan. Pada materi ini siswa masih kesulitan dalam memahami
materi jika tidak disertai dengan media-media yang dapat menunjang proses
pembelajaran. Terkadang guru juga sudah menyajikan media pembelajaran
seperti contohnya dalam bentuk gambar, namun beberapa siswa terkadang
masih kesulitan memahami materi karena media yang digunakan kurang
konkret.
Selain itu, kendala yang timbul dalam pemanfaatan media
pembelajaran adalah kurangnya fasilitas memadai yang ada di sekolah.
Umumnya fasilitas yang kurang memadai akan menyebabkan siswa kesulitan
dalam menerima materi dan meningkatkan hasil belajarnya. Dalam hal itu,
lingkungan di sekitar sekolah sangat berperan penting dan dapat dimanfaatkan
sebagai media pembelajaran IPA, karena siswa dapat dihadapkan langsung
dengan situasi dan keadaan yang ada. Kegiatan pembelajaran di luar kelas
juga mampu meningkatkan minat belajar siswa dan kegiatan belajar juga akan
lebih bermakna sebab bahan-bahan yang dapat dipelajari lebih kaya serta lebih
faktual. Salah satu obyek yang dapat digunakan sebagai media pembelajaran
di lingkungan sekitar sekolah adalah taman sekolah. Dengan menggunakan
media pemanfaatan taman sekolah pada pembelajaran IPA untuk materi
anatomi tumbuhan, siswa diharapkan lebih mampu memahami materi karena
bahan-bahan yang dipelajari lebih konkret dan siswa dapat melihat secara
langsung bentuk, jenis, dan fungsi bagian dari macam-macam tumbuhan yang
ada di sekitarnya. Selain itu, siswa juga diharapkan lebih aktif dan kreatif
dalam melaksanakan kegiatan belajar, serta mampu mengubah perilaku siswa
kearah yang lebih baik, seperti guru mengajak siswa atau mengajarkan siswa
pentingnya merawat dan menjaga tumbuhan dengan baik.
Berdasarkan latar belakang di atas penulis perlu membuat penelitian
lebih lanjut untuk mengetahui keadaan lebih lanjut dengan judul
“Pemanfaatan Taman Sekolah sebagai Media Pembelajaran IPA Materi
Anatomi Tumbuhan untuk Meningkatkan Minat Belajar Siswa SD Kelas
V”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalahnya
adalah:
1. Bagaimana proses pembelajaran dengan menggunakan taman sekolah
sebagai media pembelajaran IPA untuk siswa SD kelas V?
2. Apakah pemanfaatan taman sekolah sebagai media pembelajaran IPA
dapat meningkatkan minat belajar siswa?
C. Kegunaan Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian diatas maka hasil penelitian ini
diharapkan berguna:
1. Untuk menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan
penelitian
2. Dapat memberikan informasi tentang pemanfaatan lingkungan sebagai
media dalam pembelajaran IPA.
3. Dapat digunakan sebagai referensi untuk diterapkan pada saat mengajar.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
BAB III
METODE PENELITIAN
D. TeknikiAnalisisiData
Berdasarkan data yang didapatkan, penelitianiiniimenggunakan teknik
analisis dataikualitatif. Pendekatan kualitatif adalah proses meneliti suatu riset
yang bersifat deskriptif dan umumnya menggunakan analisis.
Dalam penelitian ini, peneliti akan datang langsung ke lapangan untuk
mengikuti situasiiyangiterjadiiselama proses pembelajaran kelas 5 pada mata
pelajaran IPA materi anatomi tumbuhan. Peneliti sekaligus mengumpulkan
data, setelah itu data akan dibaca,idipahami danidibuat sebuah ringkasan.
Setelah semua terkumpul, data dianalisis kembali secara intensif. Dengan
teknik analisis data kualitatif, peneliti menyajikan data tanpa merumuskan
hipotesis.
E. Tahap-Tahap Penelitian
1. Tahap Perencanaan
Pada tahap perencanaan, peneliti akan menyusun rumusan masalah,
tujuan dan membuat rencana tindakan termasuk didalamnya instrumen
penelitian.
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian
Tahap ini berisikan:
a. Pengumpulan data yang dilakukan berupa:
1) Observasiilangsungidanipengambilan data langsungidiilapangan
2) Wawancara dengan guru kelas 5
3) Menelaahiteoriiyangirelevan
b. Mengidentifikasikan Data
Data yang telah terkumpul dari observasi dan wawancara akan
diidentifikasi untuk mempermudah peneliti ketika menganalisa agar
sesuai dengan tujuan yang diinginkan
3. Tahap Akhir Penelitian
Tahap ini berisikan:
a. Penyajian data berbentuk deskripsi
b. Analisa data agar sesuai dengan tujuan awal
DAFTAR RUJUKAN
Oleh :
Hesti Putri N B7 PGSD
BAB I
PENDAHULUAN
1.4 Manfaat
Tulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut.
1.4.1 Bagi Siswa
Untuk menarik minat belajar siswa di dalam kelas dengan menggunakan
model examples non examples. Model ini dapat membantu siswa memahami
materi yang disampaikan oleh guru karena siswa dapat mengamati dan
menganalisis materi pelajaran melalui gambar yang diberikan oleh guru. Dengan
mempelajari suatu pengetahuan dan mencari jawaban atas sesuatu yang belum
dipahami, maka siswa akan mudah menghafal materi pembelajaran yang ada
disekolah dengan dukungan dari pengetahuan yang telah diperoleh setelah
menganalisis dan mengamati suatu materi pembelajaran.
1.4.2 Bagi Guru
Untuk melihat seberapa jauh kemampuan siswa dalam berimajinasi dan
berkreativitas dalam memberikan pendapat berupa hasil analisis sebuah materi
pembelajaran. Setelah itu dapat dilihat capaian belajar yang diperoleh siswa. Dari
capaian belajar tersebut guru dapat menyimpulkan apakah model pembelajaran
examples non examples efektif untuk siswa sekolah dasar.
1.4.3 Bagi Penulis
Untuk memahami model examples non examples yang diberikan kepada
siswa dalam beberapa mata pelajaran seperti salah satu misalnya pada mata
pelajaran IPA. Dengan mengamati pemberian model examples non examples
kepada siswa penulis akan memahami bagaimana penerapan sebuah model
pembelajaran dalam sebuah kelas. Dan dapat menerapkan hasil pemahamannya
dalam dunia kerja.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Tercapainya tujuan
Keefektifan
Penerapan Model pembelajaran sebagai
Penerapan
Pembelajaran hasil dari Keefektifan
Exampes Non Penerapan Model
Examples Menarik Pembelajaran dalam
Minat Belajar Menarik Minat Belajar
Siswa
BAB III
METODE PENELITIAN
Sistematika.
Olivia, Femi. 2007. Membantu Anak Punya Ingatan Super. Jakarta: PT Gramedia.
Oleh :
Juni Nur Annisa B7 PGSD
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dibahas pada
penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:
a. Mengapa brainstorming digunakan sebagai metode pembelajaran yang
berpotensi meningkatkan kemampuan berpikir kritis?
b. Bagaimana tahapan metode brainstorming agar dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis siswa SD kelas VI?
c. Bagaimana peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa setelah
diterapkan metode brainstorming?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini memiliki tujuan
sebagai berikut:
a. Mengaitkan metode brainstorming yang berpotensi meningkatkan
kemampuan berpikir kritis.
b. Menelaah tahapan metode brainstorming agar dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis siswa SD kelas VI.
c. Menyimpulkan peningkatan kemampuan berpikir kritis setelah
diterapkan metode brainstorming.
D. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi banyak pihak. Adapun
kegunaan penelitian ini adalah,
1. Bagi guru yang bersangkutan
Kegunaan penelitian ini bagi guru yang bersangkutan adalah,
a. Dapat digunakan untuk memperoleh informasi mengenai metode
brainstorming dan bagaimana menciptakan pola pikir kritis.
b. Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pelaksanaan
pembelajaran selanjutnya.
2. Bagi guru lain
Kegunaan penelitian ini bagi guru lain adalah,
a. Sebagai tambahan informasi mengenai metode pembelajaran
brainstorming.
b. Sebagai bahan diskusi mengenai metode pembelajaran.
3. Bagi sekolah
Kegunaan penelitian ini bagi pihak sekolah antara lain,
a. Dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam menerapkan metode
pembelajaran.
E. Definisi Operasional
Untuk menyamakan persepsi dalam memahami istilah maka pada bagian
ini dijelaskan beberapa istilah sebagai acuan di dalam penelitian.
B. BERPIKIR KRITIS
Berpikir adalah proses menghubungkan pengetahuan yang sudah dimiliki.
Berpikir kritis adalah pemikiran yang menuntut upaya keras untuk memeriksa
setiap keyakinan atau pengetahuan asumtif berdasarkan bukti pendukungnya dan
kesimpulan-kesimpulan lanjutan yang diakibatkannya (Glaser dalam Fisher,
2009). Berpikir kritis merupakan proses memecahkan masalah dalam bentuk
simpulan dengan mengumpulkan, mengkategorikan, menganalisa, dan
mengevaluasi informasi ataupun bukti. (Amir, 2015)
Langkah-langkah berpikir kritis menurut Facione (dalam Amir, 2015)
terdapat lima tahap, yaitu Identify, Define, Enumerate, Analyze, List, Self-correct
(IDEALS).
1. Identify, adalah proses menemukan ide pokok permasalahan yang
dihadapi.
2. Define, menentukan fakta-fakta yang membatasi masalah, fakta-fakta
yang dimaksud apa saja yang diketahui, ditanya pada soal, serta
informasi yang diperlukan atau tidak.
3. Enumerate, menentukan atau mendaftar pilihan-pilihan jawaban yang
mungkin secara masuk akal.
4. Analyze, menganalisis pilihan jawaban apa yang terbaik untuk
diambil sebagai satu pilihan.
5. List, menyebutkan alasan yang tepat mengapa pilihan jawaban yang
dipilih adalah terbaik.
6. Self-correct, mengecek kembali secara menyeluruh apakah ada
tindakan yang terlewati.
Berpikir kritis pada umumnya berkaitan dengan pikiran yang
mengevaluasi kebenaran, kemungkinan, reliabilitas klaim-klaim (Fisher, 2009).
Seringkali pikiran kritis dianggap sebagai sesuatu yang negatif dikarenakan
pendapat yang terlontar hasil pemikiran tersebut secara tajam mengkritik gagasan
lain, nyatanya hal tersebut tidaklah benar. Dengan adanya kritikan yang tajam
tersebut membuat kita juga semakin berhati-hati saat membuat gagasan karena
terdapat kemungkinan-kemungkinan lain mengenai satu hal. Dalam hal berpikir
kritis seseorang yang memiliki keterampilan untuk itu akan tahu kapan ia
menggunakan keterampilan itu dalam situasi yang tepat.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisi (A) pendekatan penelitian dan jenis penelitian, (B) kehadiran
peneliti, (C) lokasi penelitian dan waktu penelitian, (D) sumber data, (E) teknik
pengumpulan data, dan (F) analisis data, (G) pengecekan keabsahan data, dan (H)
tahap-tahap penelitian. Berikut merupakan penjabaran dari bab metodologi
penelitian
B. KEHADIRAN PENELITI
Kehadiran peneliti sangat dibutuhkan karena peneliti akan melaksanakan
eksperimen semu dan mengumpulkan data melalui eksperimen semu, observasi
dan tes.
F. ANALISIS DATA
Analisis data pada penelitian ini adalah analisis data kualitatif berbentuk
deskriptif kualitatif, di mana data kualitatif adalah data yang memuat
kecenderungan–kecenderungan tanpa ada proses penghitungan numerik dan
penyajian data dengan menggambarkan hasil eksperimen dalam bentuk paragraf.
Data dipaparkan secara apa adanya untuk mendapatkan suatu gambaran yang
jelas, dan data yang ada tanpa melalui proses perhitungan numerik (Timotius,
2017 dan Sugiarto, 2015)
Oleh :
Lailatus Sa’adah B7 PGSD
BAB 1
PENDAHULUAN
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
b. Komunikatif
Van Voorhis (2004) menyatakan, “Homework is also serves
communicative function and may require parent-teacher, parent-child or
peer interactions”. Dari apa yang telah dikatakan oleh Van Voorhis diatas
dapat diambil kesimpulan bahwa Pekerjaan rumah itu bersifat
komunikatif, karena dengan adanya pekerjaan rumah tercipta suatu
komunikasi yang baik antara orangtua dengan guru, orang tua dengan
siswa, dan siswa dengan siswa.
c. Politik
Dengan pekerjaan rumah ini, secara tidak langsung memberikan kode
kepada para orangtua bahwasannya sekolah memiliki mutu yang baik dalam
bidang akademik.
c. Individu pada setiap kelas itu berbeda, oleh karena itu guru kesulitan
dalam memberikan tugas kepada siswa yang sesuai dnegan perbedaan
yangada pada setiap individu.
d. Pekerjaan rumah yang biasa-biasa saja atau monoton akan membuat siswa
nya bosan dan malas untuk mengerjakannya, oleh karena itu seorang guru
hars kreatif dlaam memberikan pekerjaan rumah, agar siswa tertarik untuk
mengerjakan.
1. Informasi Verbal
Ialah tingkat pengetahuan yang dimiliki seseorang yang dapat diungkapkan
dengan menggunakan blisan maupun tertulis.
2. Kemahiran Intelektual
Menunjuk pada “knowing how” yaitu suatu kemampuan yang ada
hubungannya dengan dirinya sendiri dan lingkungan hidup.
4. Sikap
Yaitu suatu tindakan seseorang terhadap sesuatu yang ada.
5. Keterampilan motorik
Yaitu seseorang yang mampu melakukan suatu rangkaian gerak-gerik
jasmani dalam urutan tertentu dengan mengadakan koordinasi antara gerak-gerik
berbagai anggota badan secara terpadu.
BAB III
METODE
3.1 Rancangan Penelitian
Metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk memperoleh data
dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Ada empat kata kunci yang harus
diperhatikan yaitu: cara ilmiah, data, tujuan dan manfaat (Sugiyono (2016:3).
3.1.1 Populasi
Populasi merupakan daerah generalisasi yang terdiri atas: obyek atau
subyek yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
peneliti dengan tujuan untuk dipelajari dan kemudian dapat ditarik
kesimpulan (Sugiyono, 2013: 80).
Dari jenjang kelas I sampai kelas VI, peneliti akan menggunakan
populasi kelas VI Sekolah Dasar untuk mengetahui pengaruh yang
signifikan dari pekerjaan rumah. Karena,di kelas VI inilah banyak waktu
yang terpotong oleh ujian-ujian sehingga kurang seimbang dengan materi
yang ada.
3.1.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut/ Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin
mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan
dana, tenaga dan waktu. Maka dapat menggunakan sampel yang diambil
dari populasi (Sugiyono, 2013:81).
Sampel yang digunakan oleh peneliti adalah 2 kelompok yang
berbeda. Kelompok berbeda disebut dengan kelompok eksperimen dan
kelompok control. Kelompok eksperimen adalah kelompok yang natinya
akan diberi pekerjaan rumah da yang satunya lagi adalh kelompok control
yaitu kelompok yang tidak diberikann pekerjaan rumah. Jadi engan begitu
dapat diketahui engaruh tidaknya suatu pekerjaan rumah.
Bahri, Syaiful dan Aswan Zain. (2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
Rineka Cipta.
Widayati, Ani. 2004. Metode Mengajar Sebagai Strategi Dalam Mencapai Tujuan
Belajar Mengajar. Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol.3 No.1:
66-70
ANALISIS PENDEKATAN MANAJEMEN KELAS OLEH GURU DALAM
PEMBELAJARAN TEMATIK DI KELAS 1 SEKOLAH DASAR
Oleh :
Mufida Nur Aziza B7 PGSD
BAB I
PENDAHULUAN
b. Secara Praktis
2) Bagi Program PGSD
Hasil penelitian dapat memberikan masukan tambahan dalam dunia
pengetahuan dan teknologi. Hasil dapat digunakan dalam melaksanakan
penelitian serupa agar menambah wawasan yang lebih mendalam
3) Bagi peneliti
Sebagai sumber informasi dalam hal penelitiandan memberikan
pengalaman praktik pendidikan saat menjadi seorang guru kelas.
4) Bagi sekolah dan guru kelas
Dapat dijadikan sebagai bahan kajian atau informasi serta acuan
dalam menyusun program pendidikan dan pengajaran yang lebih berkualitas.
5) Bagi peneliti lain
Peneliti lain dapat memanfaatkan penelitian ini untuk menambah
wawasan tentang manajemen kelas dan sebagai bahan kajian bagi mahasiswa
atau pihak lain yang ingin mengadakan penelitian yang lebih mendalam
terhadap objek yang sama.
1.5 RUANG LINGKUP DAN BATASAN MASALAH
Penelitian yang dilakukan mempunyai ruang lingkup dan batasan masalah.
Hal ini bertujuan agar terdapat kesinambungan dan memliki fokus permasalahan
yang tidak terlalu luas. Ruang lingkup dan batasan masalah ini sebagai berikut:
1. Ruang Lingkup
1). Penelitian ini dilakukan di kelas IA di SDN Kasin Kota Malang.
2). Banyaknya siswa yaitu 32 anak yang terdiri atas 21siswa perempuan dan
11siswa laki-laki.
3). Penelitian dilakukansaat semester ganjil bulan Oktober – November tahun
ajaran 2018/2019.
2. Batasan Masalah
1). Fokus penelitianya yakni perencanaan dan pelaksanaan pendekatan manajemen
kelas oleh guru SDN Kasin Kota Malang dalam pembelajaran tematik.
Banyaknya guru yaitu 1 orang
2). Pendekatan kelas meliputi pendekatan pengubahan tingkah laku, pendekatan
iklim sosio-emosional, pendekatan proses kelompok, pendekatan otoriter
(kekuasaan), pendekatan intimidasi (ancaman), pendekatan permisif
(kebebasan), pendekatan buku resep, pendekatan intruksional (pengajaran),
pendekatan ekletik, dan pendekatan analitik prulalistik.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
j. Pendekatan pluralistik
Pendekatan pluralistik dapat diartikan mengelola kelas dengan menggunakan
jenis-jenis pendekatan yang ada dengan mempertimbangkan pendekatan tersebut
memiliki dalam menciptakan keadaan kondusif kegiatan pembelajaran di kelas.
Guru bebas dalam memilih ataupun menggabungkan jenis-jenis pendekatan yang
ada sehingga terciptanya kegiatan yang bisa mencapai tujuan pembelajaran
BAB III
METODE PENELITIAN
2. Wawancara (Interview)
Metodeiinterviewimemiliki artian suatuipercakapan, tanya-jawabilisaniantara
duaiorang atauilebih yang secaraifisik berhadapan dan mengarah pada masalah
tertentu. Wawancara dilakukan dengan dua pihak, yaitu pewawancara dan
narasumber yang diwawancarai. Dari wawancara akan didapatkan
respon/jawaban/keterangan dari narasumber, keterangan inilah yang akan
dikumpulkan sehingga diperolehlah data yang akan menunjang penelitian. Peneliti
akan menggunakan wawancara untuk memperoleh informasi dari guru kelas IA
SDN Kasin.
3. Dokumentasi
Metode dokumentasi digunakan peneliti untuk memperoleh data tentang latar
belakang SDN Kasin Malang, meliputiisejarahisingkatiberdirinyaisekolah, visi-
misiidanitujuanisekolah, strukturiorganisasiisekolah, keadaaniguru danistaf
sekolah,ikeadaan siswa-siswiisekolah, danikeadaanisaranaiprasaranaisekolah.
3.6 TEKNIKiANALISISiDATA
Analisis data merupakan metode dalam menganalisa data yangidiperoleh dari
penelitian. Menganalisisidata adalahisuatu langkahiyang kritis dalamimeneliti.
Penelitiimemastikan pola yang akan digunakan berdasarkan data yang
dikumpulkan, pola analisis statistik atau analisis non-statistik (Herwanto, 2015)
Berdasarkan data yang didapatkan, penelitianiiniimenggunakan
deskriptifikualitatif. Menurut Rudi Hermanto (2015), deskriptifiadalah data yang
telah terkumpul, kemudian peneliti menyusun dan mengklasifikasikan.
Selanjutnya menganalisa dan menginterpretasikan dengan kata-kata sesuai
penggambaran objek penelitian, sehingga didapatkan gambaran jawaban dari
pertanyaan yang telahidirumuskan.
Berdasarkan pendapat diatas, analisis data kualitatif adalah proses menyusun,
mengkategorikan data, dan mengintegrasikan hasil data yang diperoleh dengan
sumber lain untuk mengetahui kebenaran maknanya.
Dalam penelitian ini, peneliti akan datang langsung ke lapangan untuk
mengikuti situasiiyangiterjadiiselama proses pembelajaran kelas IA. Peneliti
sekaligus mengumpulkan data, setelah itu data akan dibaca,idipahami danidibuat
sebuah ringkasan. Setelah semua terkumpul, data dianalisis kembali secara
intensif. Maka, dengan metode deskriptif kualitatif, peneliti menyajikan data tanpa
merumuskan hipotesis.
b. Mengidentifikasikan Data
Data yang telah terkumpul dari observasi dan wawancara akan diidentidikasi
untuk mempermudah peneliti ketika menganalisa agar sesuai dengan tujuan yang
diinginkan
Pratiwi, Yuli. 2017. Pengaruh Manajemen Kelas Terhadap Hasil Belajar Siswa di
Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Pedamaran Ogan Komering Ilir.
Skripsi tidak diterbitkan. Palembang : Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Raden Fatah
Sugiarto, Eko. 2015. Menyusun Proposal Penelitian Kualitatif: Skripsi dan Tesis.
Yogyakarta: Suaka Media.
Surakhmad,iWinarno.i1994. PengantariPenelitianiIlmiah. Bandung: iTarsito.
Oleh :
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara kerja media pembelajaran papan pecahan senilai di
kelas 4 SD?
2. Bagaimana cara mengukur pemahaman siswa setelah menggunakan
media pembelajaran tersebut?
C. Tujuan penelitian
1. Agar siswa bisa memahami cara kerja media papan pecahan senilai
dan mempermudah belajar siswa.
2. Agar guru bisa menilai bagaimana perkembangan siswa setelah
menggunakan media papan pecahan senilai tersebut.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada
banyak pihak. Adapun kegunaan tersebut sebagai berikut.
1. Kegunaan bagi guru yang bersangkutan
Penelitian ini memiliki kegunaan bagi guru yang bersangkutan
antara lain :
a. Untuk mempermudah proses pembelajaran
b. Untuk mengefektifkan proses pembelajaran
c. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh media pembelajaran
kepada siswa
2. Kegunaan bagi guru lain
Selain untuk guru yang bersangkutan, penelitian ini juga memiliki
kegunaan untuk guru lain yaitu :
a. Sebagai bahan acuan dalam membuat media pembelajaran di
sekolah
b. Sebagai tambahan informasi untuk mengembangkan pembelajaran
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori
1. Pecahan
a. Pengertian Pecahan
𝑎
Menurut Muklis (2017), pecahan adalah bilangan yang berbentuk 𝑏
1 1 7
dengan a disebut pembilang dan b disebut penyebut. Misalnya 2, 5, 12,
9
dan 20. Namun, lebih dari itubentuk pecahan tersebut dapat diubah ke
Contoh :
10
1. Menyederhanakan 25
Alternatif penyelesaian
Menyederhanakan pecahan bisa dengan membagi beruntun dengan
cara berikut.
Caranya :
Kalikan pembilang dan penyebut dengan bilangan yang sama.
2 2𝑥2 4
=
3 3𝑥2
=6
2 2𝑥3 6
= =9
3 3𝑥3
2 2𝑥4 8
= 3𝑥4 = 12
3
2 4 6 8
Jadi, tiga pecahan yang senilai dengan 3 adalah 6, 9, dan 12
5
2) Tentukan tiga pecahan yang senilai dengan .
8
Caranya :
Kalikan pembilang dan penyebut dengan bilangan yang sama.
5 5𝑥2 10
= 8𝑥2 = 16
8
5 5𝑥5 25
= 8𝑥5 = 40
8
5 5𝑥7 35
8
= 8𝑥7 = 56
5 10 25 35
Jadi, tiga pecahan yang senilai dengan 8 adalah 16, 40, dan 56
2. Media Pembelajaran
a. Pengertian Media Pembelajaran
Media merupakan kata yang berasal dari bahasa Latin
medius, yang secara harafiah berarti “tengah”, “perantara” atau
“pengantar” (Arsyad, 2002; Sadiman, dkk., 1990). Oleh karena
itu, media dapat diartikan sebagai perantara. Media dapat berupa
sesuatu bahan (software) atau alat (hardware). Adapun menurut
Gerlach & Ely (dalam Arsyad, 2002), bahwa media jika dipahami
secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang
membangun kondisi, yang menyebabkan siswa mampu
memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa guru, temana sebaya, fasilitas sekolah,
lingkungan sekolah, dan lain-lain merupakan media bagi siswa
dalam belajar.
b. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran
Sadiman, dkk. (1990) menyampaikan fungsi media (media
pendidikan) secara umum, sebagai berikut :
i. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat
visual;
ii. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indra.
iii. Meningkatkan kegairahan belajar, contohnya yaitu
biasanya siswa akan lebih semangat belajar jika terdapat
media konkret dari materi yang mereka pelajari.
iv. Memberikan rangsangan yang sama, dapat menyamakan
pengalaman dan persepsi siswa terhadap isi pelajaran
Selain fungsi-fungsi sebagaimana telah diuraikan diatas,
media pembelajaran ini juga memiliki manfaat sebagai berikut:
a. Membuat konkrit konsep-konsep yang abstrak. Jadi
konsep-konsep yang bersifat abstrak menurut siswa itu
bisa menjadi lebih konkret dengan media pembelajaran
b. Bisa menampilkan segala hal tanpa bersifat
membahayakan, misalnya bisa mengetahui ikan hiu dari
gambar yang dibawa guru tanpa harus melihat ikan hiu
secara langsung.
c. Dapat menampilkan materi tanpa bingung memikirkan
bentuk dan ukuran.
d. Memperlihatkan gerakan yang cepat dan lambat tanpa
kesulitan.
e. Menumbuhkan motivasi belajar siswa karena mengajar
akan lebih menarik perhatian mereka.
f. Makna bahan pengajaran akan menjadi lebih jelas
sehingga dapat dipahami siswa dan memungkinkan
terjadinya penguasaan serta pencapaian tujuan pengajaran.
g. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata
didasarkan atas komunikasi verbal.
h. Siswa lebih banyak melakukan aktivitas selama kegiatan
belajar, tidak hanya mendengarkan tetapi juga mengamati,
mendemonstrasikan, melakukan langsung, dan
memerankan.
Berdasarkan beberapa fungsu media pembelajaran yang
dikemukakan di atas, maka dapat disimpilkan bahwa
penggunaan media dalam kegiatan belajar mengajar memiliki
pengaruh yang besar terhadap alat-alat indera. Penggunaan
media pembelajaran juga berdampak pada pemahaman dan
pengetahuan siswa. Pebelajar yang belajar lewat
mendengarkan saja akan berbeda tingkat pemahaman dan
lamanya “ingatan” bertahan, dibandingkan dengan pebelajar
yang belajar lewat melihat atau sekaligus mendengarkan dan
melihat.
c. Klasifikasi Media Pembelajaran
Sejalan dengan perkembangan teknologi, Arsyad (2002)
mengklasifikasikan media atas empat kelompok yaitu:
1. Media hasil teknologi cetak
2. Media hasil teknologi audiovisual
3. Media hasil teknologi berbasis komputer
4. Media hasil teknologi cetak dan komputer
Seels dan Glasgow (dalam Arsyad, 2002) membagi media ke
dalam dua kelompok besar, yaitu:
1. Media tradisional
2. Media teknologi mutakhir
Dari beberapa pengelompokan media diatas, tampaknya
hingga saat ini belum terdapat suatu kesepakatan tentang
klasifikasi (sistem taksonomi) media yang baku. Dengan kata
lain, belum ada taksonomi media yang berlaku umum dan
mencakup segala aspeknya, terutama untuk suatu sistem
instruksional (pembelajaran).
BAB III
METODOLOGI
D. Sumber Data
Data yang diperoleh untuk penelitian ini bersumber dari
wawancara guru dan observasi langsung yang dilaksanakan di kelas 4
SDN Blimbing 2.
DAFTAR RUJUKAN
Approach). Deepublish.
Karya.
Widyastuti, dkk. (2015). Ragam Model Pembelajaran di Sekolah Dasar (Edisi ke-
2). UPI Sumedang Press.
PENINGKATAN HASIL BELAJAR PADA SISWA KELAS 5
SEMESTER GENAP MENGGUNAKAN METODE
GABUNGAN RESITASI & TANYA JAWAB TEMA 8 SUB
TEMA 2 PEMBELAJARAN 3
Oleh:
Muhammad Irfan A B7 PGSD
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Pendidikan adalah alat yang dapat digunakan untuk meningkatkan
sumberdaya manusia.Pendidikan adalah investasi dalam pengembangan
sumberdaya manusia dimana peningkatan keahlian dan kemampuan dapat
menjadi salahsatu faktor pendukung dalam menjalani kehidupan.Oleh karena itu
pendidikan perlu di perbaiki dan kembangkan karena pendidikan yang berkualitas
dapat meningkatkan kualitas suatu bangsa.
Penelitian ini dilakukan pada kelas 5 sekolah dasar atas dasar dari teori
perkembangan kognitiv jean piaget pada tehap operasional formal yang dalam
(Susanto,2013.77) dijelaskan bahwa ada tahap ini anak sudah masuk usia remaja
dan mampu menggunakan dua macam kemampuan kognitif baik bersamaan
maupun bergantian.Misalnya merumuskan suatu gagasan atau pernyataan dan
menggunakan prinsip-prinsip abstrak .
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Agar semua kegiatan belajar siswa dapat berjalan dengan lancar dan
mendapat hasil yang baik maka kegiatan tersebut harus dibantu dengan berbagai
metode pembelajaran.Penggunaan metode pembelajaran dimaksudkan untuk
melaksanakan rencana yang sudah disusun dalam bentuk nyata, praktis, dan
efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran (Rofa’ah,2016).Dalam kegiatan
pembelajaran terdapat banyak metode yang dapat digunakan diantaranya adalah
metode resitasi/penugasan dan metode tanya jawab. Metode Resitasi adalah
sebuah cara penyampaian materi yang dilakukan dengan cara memberi tugas
tertentu kepada siswa untuk mengerjakan tugas tersebut diluar jam
pelajaran.Pelaksanaan tugasnya bisa dirumah, perpustakaan dll, dan hasilnya
dapat dipertanggung jawabkan (Darmadi,2017.194).
Kelemahannya adalah :
kelebihannya adalah :
1. kelas menjadi lebih aktif karena banyak melakukan komnikasi antara murid
dengan guru maupun sebaliknya melalui pertanyaan dan tanggapan,
2. guru dapat mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman siswa terhadap materi
yang akan atau telah disampaikan
2. Tahap pra-operasional (2-7 tahun) pada tahap ini kemampuan kognitiv anak
masih terbatas, mereka biasanya meniru perilaku orang lain untuk dipelajari.Anak
mulai dapat menggunakan kata-kata dengan tepat dan rasa ingin tahu anak jga
tinggi.Oleh karena itu alangkah baiknya pada tahap ini orang tua atau guru
memberikan contoh yang baik.
3. Tahap operasional konkret (7-11 tahun) pada tahap ini anak sudah mampu
mengurutkan dan mengklasifikasikan benda-benda,anak juga mampu melihat
sesuatu dari sudut pandang orang lain.
4. Tahap operasional formal (11-15 tahun) anak sudah masuk usia remaja mampu
berfikir abstrak dan mampu menggunakan dua macam kemampuan kognitif baik
bersamaan maupun bergantian, anak juga memiliki kemampuan menalar yang
baik.Misalnya merumuskan suatu gagasan atau pernyataan dan menggunakan
prinsip-prinsip abstrak .
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
2.Pelaksanaan (acting)
3.Pengamatan (observing)
4.Refleksi (reflecting)
Pada penelitian kali ini hanya digunakan sampai tahap ketiga yakni tahap
pengamatan.
3.1.1 Planing
1. Setting Penelitian
a. Tempat Penelitian
b. Waktu Penelitian
c. Siklus PTK
PTK ini dilakukan melalui dua siklus untuk melihat peningkatan hasil belajar
pada tema 8 sub tema 2 pembelajaran 3
2. Subjek Penelitian
Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas V semester genap SDN…,
satu kelas terdiri dari… siswa, terdiri dari… siswa laki-laki dan … siswa
perempuan.Penelitian dilakukan pada kelas V dikarenakan pada kelas V siswa
sudah mampu berfikir abstrak sehingga diharapkan mampu melaksanakan
penugasan melalui metode resitasi dengan baik.
3.1.2 Acting
Pelaksanaan dilakukan
3.1.3 Observing
Metode lain yang juga digunakan dalah obeservasi, metode ini digunakan
dengan cara terjun langsung di lapangan untuk melakukan pengamatan yang
dilakukan saat kegiatan pembelajaran berlangsung dan setelah tugas terselesaikan
oleh siswa, sehingga apa yang dipelajari siswa dapat dipantau secara
langsung.Dijelaskan oleh Ali(2014) metode observasi adalah tekni pengumpulan
data yang dilakukan melalui pengamatan secara cermat dan teliti.Penggunaan
metode observasi dimaksudkan agar peneliti melihat lagsung atau mengamati
langsung jalannya penelitian bukan hanya mendapa data dari orang lain.
Oleh :
BAB I
PENDAHULUAN
Kata disiplin adalah sebuah kata yang tidak asing dalam kehidupan sehari-
hari. Kata ini sudah memasyarakat. Entah di Sekolah, di kantor, di rumah, atau
dalam bepergian dan sebagainya. Disiplin adalah suatu tata tertib yang dapat
mengatur tatanan kehidupan pribadi dan kelompok. Disiplin sebagai upaya
mengendalikan diri dan sikap mental individu atau masyarakat dalam
mengembangkan kepatuhan dan ketaatan terhadap peraturan dan tata tertib
berdasarkan dorongan dan kesadaran yang muncul dari dalam hatinya (Tu’u,
2004:32).
Disiplin merupakan kunci sukses bagi kegiatan belajar siswa di sekolah,
karena dengan disiplin maka setiap siswa akan menciptakan rasa nyaman serta
aman belajar bagi dirinya sendiri, sekaligus bagi siswa lain yang berada di
lingkungan sekolah. Disiplin tentu tidak akan muncul begitu saja pada diri siswa
tanpa didasari dengan penegakan peraturan yang efektif oleh pihak guru sekolah,
melalui penegakan peraturan yang berupa tata tertib sekolah secara baik dan
benar.
Menurut T. Raka Joni (1996) bahwa pembelajaran terpadu/tematik
merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa secara
individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep
serta prinsip keilmuan secara holistik, bermakna, dan autentik.
Hasil observasi yang peneliti lakukan saat tanggal 23 Juli 2018, tentang
kedisiplinan siswa pada proses pembelajaran kelas 2 di SDN Kiduldalem 2
Malang sangat beraneka ragam. Pelanggaran yang dilakukan oleh siswa di SDN
Kiduldalem 2 Malang terhadap peraturan yang berupa tata tertib sekolah beraneka
ragam seperti siswa menyontek, berkelahi, tidak menggunakan atribut sekolah
dengan lengkap, membuang sampah sembarangan, terlambat datang ke sekolah
dan lain-lain. Perilaku menyimpang siswa seperti halnya yang telah disebutkan
tidak lain adalah hasil dari kurangnya sikap disiplin siswa di sekolah dan
penegakan peraturan yang bisa dikatakan mungkin kurang efektif. Hal tersebut
mengakibatkan terjadinya berbagai macam pelanggaran terhadap peraturan dan
tata tertib yang berlaku di sekolah yang tentunya itu akan sangat mempengaruhi
kenyamanan dan keamanan siswa dalam belajar baik bagi si pelanggar maupun
bagi siswa lain yang berada di lingkungan sekolah. Berdasarkan pemaparan
tersebut penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang
kedisiplinan siswa di sekolah yang dilakukan di SD Negeri Kiduldalem 2 Malang
dalam kegiatan sehari-hari di sekolah, maka penulis melakukan penelitian dengan
judul “ Analisis Sikap Disiplin Siswa Pada Proses Pembelajaran Tematik
Sekolah Dasar Kelas 2”
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah ditemukan maka
permasalahan secara umum penelitian ini adalah:
1. Bagaimana sikap disiplin siswa pada proses pembelajaran tematik kelas 2
di SDN Kiduldalem 2 Malang?
2. Apa yang mempengaruhi sikap disiplin siswa pada proses pembelajaran
tematik kelas 2 di SDN Kiduldalem 2 Malang ?
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.Macam-macam Disiplin
Menurut Hadisubrata (dalam Tu’u 2004:44) mengatakan bahwa disiplin ada 3
macam yaitu :
1. Disiplin otorian
Dalam disiplin otorian, peraturan dibuat sangat ketat dan rinci. Orang yang
melaksanakan disiplin ini di minta untuk menaati peraturan yang berlaku di
tempat tersebut. Apabila gagal dalam melakukannya maka akan mendapat sanksi
atau hukuman berat,dan apabila sudah mematuhi peraturan maka sudah dianggap
sudah melakukan kewajiban.
2. Disiplin permisif
Dalam disiplin ini seseorang dibiarkan bertindak sesuai keinginannya.
Kemudian dibebaskan untuk mengambil keputusan sendiri dan bertindak sesuai
dengan keputusan yang diambilnya. Yang melanggar peraturan tidak akan di beri
sanksi. Dampak dari disiplin ini akan kebingungan dan bimbang karena tidak
mengetahuimana yang dilarang dan tidak dilarang.
3. Disiplin demokratis
Pendekatan disiplin demokratis dilakukan untuk membantu anak-anak
dalam memahami mengapa diharapkan menaati peraturan yang ada. Disiplin ini
menekankan pada aspek edukatif atau pembelajaran bukan hukuman. Hukuman
diberikan pada seseorang yang melanggar atau menolak tata tertib. Tetapi untuk
hukuman digunakan mengoreksi,menyadarkan dan mendidik. Bagi yang berhasil
mematuhi peraturan akan diberi penghargaan atau pujian. Disiplin ini bertujuan
untuk kesadaran dan tanggng jawab seseorang.
3. Perlunya Disiplin
Disiplin diperlukan oleh siapa pun dan dimana pun. Hal itu disebabkan
dimana pun seseorang berada, disana selalu ada peraturan atau tata tertib. Jadi
manusia mustahil hidup tanpa disiplin. Manusia memerlukan disiplin dalam
hidupnya dimana pun berada. Tulus Tu’u (2004:37) mengatakan “disiplin
berperan penting dalam membetuk individu yang berciri keunggulan”. Disiplin itu
penting karena alasan berikut ini:
1) Dengan disiplin yang muncul karena kesadaran diri, siswa berhasil dalam
belajarnya. Sebaliknya, siswa yang kerap kali melanggar ketentuan sekolah pada
umumnya terhambat optimalisasi potensi dan prestasinya.
2) Tanpa disiplin yang baik, suasana sekolah dan juga kelas, menjadi kurang
kondusif bagi kegiatan pembelajaran. Secara positif, disiplin memberi dukungan
lingkungan yang tenang dan tertib bagi proses pembelajaran.
3) Orang tua senantiasa berharap di sekolah anak anak dibiasakan dengan norma-
norma, nilai kehidupan dan disiplin. Dengan demikian, anak-anak dapat menjadi
individu yang tertib, teratur dan disiplin.
4) Disiplin merupakan jalan bagi siswa untuk sukses dalam belajar dan kelak
ketika bekerja. Kesadaran pentingnya norma, aturan, kepatuhan dan ketaatan
merupakan prasyarat kesuksesan seseorang.
Saat proses pembelajaran di kelas kedisplinan yang terjadi yaitu pada saat
istirahat jam 12 siang mereka makan bersama di dalam dengan bekal yang peserta
didik dibawa dari rumah sendiri-sendiri,ada juga yang tidak membawa bekal maka
mereka membeli kue di kantin untuk makan bersama-sama. Beberapa peserta
didik tidak memperhatikan saat guru menjelaskan pembelajaran tetapi malah
bermain sendiri, ada juga yang berbicara sendiri dengan temannya,kemudian guru
hanya memberi teguran saja, sehingga banyak siswa yang tidak memahami materi
pelajaran yang sedang diajarkan. Peserta didik dalam proses pembelajaran, ada
yang masih belum mengerti dengan materi maka dia akan bertanya. Pada siswa
kelas 2 masih belum melaksanakan disiplin dengan tepat karena mereka masih
dalam tahap anak-anak yang masih banyak bermain dan belum bisa konsentrasi
penuh pada pelajaran. Di SDN Kiduldalem 2 pada kelas 2 telah dilaksanakan
pembiasaan sholat dhuhur bersama dan mengaji setiap hari selasa, namun masih
ada beberapa siswa yang masih butuh pengawasan dan pantauan dari guru karena
kurangnya kesadaran diri dalam melaksanakan ibadah.
Menurut Unaradjan (2003:27) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi dan
pembentukan disiplin diri ada dua yaitu ;
1. Faktor ekstern.
Antara lain keadaan keluarga yang merupakan tempat utama pembinaan
disiplin yang sangat penting, keadaan sekolah yang dimaksudkan adalah ada
tidaknya sarana-sarana yang diperlukan bagi kelancaran proses belajar mengajar
disekolah seperti aspek pada guru mempengaruhi disiplin diri disekolah, keadaan
masyarakat yang turut menentukan berhasil tidaknya pembinaan dan pendidikan
disiplin diri.
2. Faktor intern
yaitu keadaan fisik yang sangat mempengaruhi seseorang dalam
menerapkan disiplin, keadaan psikis karena hanya orang-orang yang sehat secara
psikis dapat mengahayati norma-norma yang ada dalam masyarakat dan keluarga.
Tu’u Tulus,2004, Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa, Jakarta :
PT.Gramedia Widia Sarana Indonesia.
Hasnawati, 2000, Pengaruh Disiplin dalam Proses Belajar Mengajar Terhadap
Prestasi Siswa Bidang Studi Pendidikan Agama Islam di SLTP Negeri 3
RetehKec. Reteh Kab. Inhil-RIAU (tidak dipublikasikan)
Mudzakir, Ahmad, dan Joko Sutrisno, 1997, Psikologi Pendidikan, Bandung : CV.
Pustaka Setia.
Unaradjan, Dolet, 2003, Manajemen Disiplin, Jakarta : PT. Gramedia Widia
Sarana Indonesia.
Hurlock, Elizabeth, 1980, Psikologi Perkembangan, Jakarta : Erlangga.
Raka Joni, T. (1996). Pembelajaran Terpadu. Jakarta:Depdikbud.
Kadir, dan Hanun Asrohah,2015,Pembelajaran Tematik, Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada
Fogarty, Robbin.1991.How Integrated the curricula.Palatine,Illionis:IRI/Skylight
Plublishing,Inc.
Herry, Asep Hernawan. 2009.Pengembangan Model Pembelajaran Tematik Di
Kelas Awal Sekolah Dasar.Bandung. Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Pendidikan Indonesia.
Muhadjir, Noeng.1998 Metodologi Penelitian Kualitatif, Edisi IV. Yogyakarta:
Rake Sarasin.
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI METODE
PEMBIASAAN DI KELAS 5 SDN KAUMAN 3 MALANG
Oleh :
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
BAB III
METODE PENELITIAN
Kelas : 5 (lima)
Hari Ke-
Lampiran 2
B. Pedoman Pertanyaan
1. Bagaimana perilaku siswa sebelum penelitian dilakukan baik terhadap
guru maupun atar siswa?
2. Bagaimana anda mengatasi hal tersebut?
3. Apakah hal tersebut menganggu proses pembelajaran?
4. Bagaimana perilaku siswa saat/setelah penelitian dilaksanakan?
5. Menurut anda apakah pendidikan karakter itu penting?
6. Apakah metode pembiasaan pendidikan karakter akan tetap anda lakukan
diluar penelitian? Mengapa?
DAFTAR RUJUKAN
Maulana , dkk . (2015). Ragam Model Pembelajaran di Sekolah Dasar (Edisi ke-
Prenada Media.
87.
Communication.
Oleh :
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
BAB III
METODE PENELITIAN
Arief, Armai. 2002. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pembelajaran Agama Islam.
Jakarta: Ciputat Press
Aqib, Zainal. 2009. Belajar dan Pembelajaran di Taman Kanak-kanak. Bandung:
Yrama Widya
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Purwanto, Ngalim. 1995. Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya
Sidharto, Suryati dan Rita Eka Izzaty. 2007. Social Skill Untuk Anak Usia Dini:
Pengembangan Kebiasaan Positif. Yogyakarta: Tiara Wacana
Suardi, Edi. 2005. Pedagogik 2. Bandung: Angkasa
Syah, Muhibbin. 2000. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya
Kadarwati, Ani dan Ibadullah Malawi. 2017. Pembelajaran Tematik (Konsep dan
Aplikasi). Magetan: CV AE MEDIA GRAFIKA
https://books.google.co.id/books?id=tq9yDwAAQBAJ&pg=PA63&dq=kele
bihan+dan+kekurangan+pembelajaran+tematik&hl=id&sa=X&ved=0ahUK
EwifovOpheveAhURUI8KHRORDf0Q6AEINTAC#v=onepage&q=kelebih
an%20dan%20kekurangan%20pembelajaran%20tematik&f=false
EFEKTIVITAS PENERAPAN METODE CONTEKSTUAL
TEACHING AND LEARNING (CTL) DALAM
MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN KELAS RENDAH
Oleh :
BAB I
PENDAHULUAN
Seorang guru tidak boleh menggunakan metode yang monoton, dimana hal
ini akan membuat peserta didik menjadi mudah bosan terhadap apa saja yang
disampaikan oleh pendidik dan kurang mengerti bahkan menyulitkan para
peserta didik untuk memahami apa saja yang telah disampaikan. Dengan
metode yang tepat dan efisien ini diharapkan mampu mencapai hasil yang
optimal. Di samping itu seorang guru juga harus mengetahui karakteristik
peserta didik, kemampuan, minta, kebiasaan belajar, pengetahuan awal peserta
didik (Djamarah, 2000: 11)
B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang di atas maka dapat disimpulkan rumusan
masalah, sebagai berikut:
1. Bagaimana penerapan metode Contekstual Teaching and Learning
pada materi norma dan aturan di kelas tiga.
2. Bagaimana motivasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa kelas
tiga
3. Bagaimana pembelajaran sebelum menggunakan metode Contekstual
Teaching and Learning CTL dalam meningkatkan motivasi belajar
siswa di kelas tiga
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mendeskripsikan penerapan metode Contekstual Taching and
Larning.
2. Untuk mendeskripsikan bagaimana motivasi belajar pendidikan
kewarganegaraan siswa kelas III
4. Untuk menganalisis bagaimana motivasi belajar siswa sebelum
dilakukan penerapan metode Contekstual Teaching and Learning CTL
dalam meningkatkan motivasi belajar siswa di kelas III
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peserta didik
Manfaat yang didapat oleh peserta didik umumnya mereka akan
termotivasi untuk mengikuti pembelajaran khususnya pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan, para peserta didik dapat dengan mudah
memahami materi yang disampaikan oleh pendidik, dan peserta didik
mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar dalam
kehidupan sehari – hari.
2. Bagi Pendidik
Manfaat yang diterima oleh pendidik yaitu dapat membantu
menyampaikan materi kepada peserta didik dengan lebih efektif dan
efisien, mempermudah pendidik untuk dapat mencapai standar belajar,
serta membantu pendidik dalam menyelesaikan masalah – masalah dalam
kegiatan belajar mengajar.
3. Bagi Lembaga yang Terkait (Sekolah)
Manfaat yang diperoleh lembaga terkait, khususnya sekolah antara
lain prestasi dan motivasi para peserta didik menjadi lebih baik dan
meningkat, pembelajaran di kelas khususnya Pendidikan
Kewarganegaraan menjadi lebih aktif, dan meningkatkan mutu sekolah.
BAB II
KAJIAN TEORI
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Beberapa alasan mengapa rancangan penelitian ini menggunakan
tindakan di kelas : (1) penelitian tindakan kelas sangat efektif untuk
menjadikan guru menjadi lebih tanggap terhadap pembelajarannya di kelas,
(2) penelitian tindakan kelas dapat meningkatkan kerja para guru atau
pendidik, (3) guru dapat memperbaiki kegiatan apa yang terjadi di kelas, (4)
pelaksanaan penelitian tindakan kelas tidak mengganggu guru dalam
menjalankan tugasnya sebagaimana kewajibannya dan, (5) guru akan menjadi
lebih kreatif karena diharuskan berinovasi dengan apa yang sesuai dengan
bahan ajar yang dipakai.
Rancangan penelitian dibutuhkan untuk memudahkan kegiatan penelitian.
Dalam penelitian ini peneliti berusaha semaksimalmungkin untuk
mendapatkan informasi yang lengkap seputar penggunaan Metode Contekstual
Teaching and Learning. Tahapannya adalah:
1. Perencanaan
Dalam kegiatan ini peneliti dan guru membuat persiapan yang meliputi:
a. Merumuskan jadwal untuk melaksanakan tindakan.
b. Menyusun persiapan mengajar yang berhubungan dengan penelitian.
c. Membuat petunjuk observasi.
d. Menyediakan perangkat pembelajaran dan merumuskan tes untuk
mengetahui sejauh mana peserta didik tersebut memahami materi
tersebut.
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah upaya mewujudkan rencana dengan melakukan
pengarahan, bimbingan, dan komunikasi termasuk koordinasi (Samsul
Ramli,Fahrurrazi. 2014 : 7). Pada kegiatan pelaksanaan ini peneliti
melakukan beberapa langkah, yakni: melakukan observasi terhadap
masalah, menyusun rumusan pembelajaran, melaksanakan kegiatan
pembelajaran dan melaksanakan evaluasi dengan ulangan harian.
3. Observasi
Observasi adalah segala kegiatan pengamatan pada suatu obyek
atau orang yang lain (Freddy Rangkuti. 1997 : 42). Observasi dilaksanakan
untuk memperoleh data tentang bagaimanakah keberhasilan metode
Contekstual Teaching and Laerning ini pada kegiatan belajar mengajar di
kelas III dalam materi norma dan aturan. Kemudian untuk menyimpulkan
bagaimanakah hasilnya peneliti melakukan evaluasi terhadap observasi
yang telah dilakukan.
Djamarah, S.B. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta
: Rineka Cipta
Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP – UPI. 2007. Ilmu dan Aplikasi
Pendidikan. PT Imperial Bhakti Utama
M.H Prof. Dr. Rachmad Baro, S.H. 2016. Penelitian Hukum Non-Doktrinal
Penggunaan Metode & Teknik Penelitian Sosial di Bidang Hukum.
Yogyakarta : Deepublish.
Oleh :
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian dalam hal ini menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut
Strauss dan Corbin dalam Sugiyono penelitian kualitatif adalah penelitian
yang tidak dapat dicapai dengan cara kuantifikasi (Sugiyono, 2015).
3.2 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian di Sekolah Dasar Negeri Purwantoro 2. Alamat Sekolah
Dasar Negeri Purwantoro 2 di Jl. Cipunegara No. 58, Purwantoro,
Blimbing, Kota Malang, Jawa Timur.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan pada pengumpulan data ini
adalah observasi, wawancara, dan angket.
Observasi adalah teknik atau pendekatan untuk mendapatkan data primer
dengan mengamati langsung objek data,sebagai pengamatan dan
pencatatan dengan sistematis atas fenomena-fenomena yang diteliti.
Wawancara dalah tanya jawab peneliti dengan narasumber.
Angket adalah suatu cara pengumpulan data dengan mengedarkan suatu
daftar pertanyaan berupa formulir, diajukan secara tertulis kepada subyek
penelitian untuk mendapatkan tanggapan, informasi dan jawaban.
3.4 Teknik Analisis Data
Analisis data proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang
diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dengan cara
mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke unit-unit,
melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola-pola, memilih mana yang
penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga
mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain. Pada penelitian ini
menggunakan teknik analisis isi. Analisis isi adalah suatu teknik membuat
kesimpulan dengan cara mengidentifikasi karakteristik-karakteristik pesan
tertentu secara obyektif dan sistematis. Sebagai suatu teknik penelitian,
analisis isi mencakup prosedur-prosedur khusus untuk pemerosesan dalam
data ilmiah dengan tujuan memberikan pengetahuan, membuka wawasan
baru, dan menyajikan fakta.
DAFTAR RUJUKAN
Kurniawan, Syamsul. 2013. Pendidikan Karakter: Konsepsi & Implemenatsinya
Secara Terpadu di Lingkungan Keluarga, Sekolah, Perguruan Tinggi, dan
Masyarakat. Yogyakarta: Ar-ruzz Media.
Koesoema, Dony. 2007. Pendidikan Karakter. Jakarta: Grasindo.
Prastowo, Andi. 2017. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Tematik Terpadu. Jakarta: Fajar Interpratama Mandiri.
Rosidatun. 2018. Model Implementasi Pendidikan Karakter. Gresik: Caramedia
Communication.
Rusman. 2017. Belajar Dan Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kharisma Putra Utama.
Sugiyono. 2015. Metodologi Peneletian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.
Yaumi, Muhammad. 2014. Pendidikan Karakter: Landasan, Pilar, dan
Implementasi. Jakarta: Prenadamedia.
Anshory, I., Saputra, S. Y., & Amelia, D. J. (n.d.). Pembelajran Tematik Integratif
35–46
https://journal.uny.ac.id/index.php/jpe/article/viewFile/2721/2271
Oleh :
Nurlia Ni’matur R B7 PGSD
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pembelajaran merupakan proses interaksi antara guru dan siswa yang
bertujuan untuk memberikaan ilmu yang dimiliki oleh guru kepada siswa.
Guru harus melakukan perubahan serta perbaikan dalam pembelajaran
supaya terjadi peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dapat diawali
dengan mengembangkan kemampuan guru dalam membuat model
pembelajaran.
Dari hasil pengamatan magang I di SDN Purwantoro 3 Malang bahwa
saat menyampaikan materi guru masih menggunakan model pembelajaran
konvensional (ceramah, tanya jawab, penugasan) dibuktikan dengan guru
kelas 3 SDN Purwantoro 3 Malang sering mengunakan metode
pemeblajaran ceramah, tanya jawab maupun penugasan kepada siswa.
Permasalahan tersebut membuat guru jarang meminta siswa untuk
melakukan kerja kelompok sehingga kurang tercipta interaksi antara guru
dengan siswa dan siswa dengan siswa.
Salah satu solusi yang dapat digunakan yaitu mengunakan
pembelajaran kooperatif . Pembelajaran kooperatif adalah model
pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk
belajar sama dengan memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai
tujuan belajar (Sugiyanto, 2010). Model pembelajaran kooperatif salah
satu jenisnya adalah model pembelajaran Numbered Head Together.
Model pembelajaan Numbered Head Together memiliki beberapa
kelebihan diantaranya mampu mengaktifkan siswa secara kelompok
maupun individu. Selain itu, siswa dapat meningkatkan kerja sama antar
anggota kelompok. Siswa dituntut untuk berani menyampaikan hasil
kerjanya dan memberi tanggapan terhadap hasil kerja kelompok lain.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas peneliti membuat rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran menggunakan model
Numbered Head Together di kelas III SD?
2. Bagaimanakah hasil belajar siswa sebelum menggunakan model
Numbered Head Together di pelajaran pengukuran waktu pada kelas III
SD?
3. Bagaimanakah hasil belajar siswa setelah menggunakan model
Numbered Head Together di pelajaran pengukuran waktu pada kelas III
SD?
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran menggunakan model
Numbered Head Together di kelas III SD.
2. Menganalisis hasil belajar siswa sebelum menggunakan model
Numbered Head Together di pelajaran pengukuran waktu pada kelas III
SD.
3. Menganalisis hasil belajar siswa setelah menggunakan model
Numbered Head Together di pelajaran pengukuran waktu pada kelas III
SD.
D. HIPOTESIS TINDAKAN
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu jika model
Numbered Head Together diterapkan pada pembelajaran pengukuran waktu
maka hasil belajar siswa akan meningkat.
E. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Bagi Guru, penelitian ini bisa menambah wawasan dalam
melaksanakan pembelajaran yang kreatif dan inovatif melalui
penggunaan model pembelajaran Numbered Head Together maupun
model pembelajaran lainnya yang sesuai dengan materi ajar sehingga
bisa meningkatkan semangat belajar siswa.
2. Manfaat Bagi Kepala Sekolah, dengan adanya penelitian ini bisa
memberikan alternatif bagi di sekolah untuk menerapkan model
pembelajaran yang kreatif dan inovatif maka hal ini bisa menaikkan
mutu sekolah dan menaikkan prestasi sekolah.
3. Manfaat Bagi Peneliti Lain, penelitian ini bisa dijadikan rujukan dan
bahan perbandingan dalam melakukan penelitian.
G. DEFINISI OPERASIONAL
Definisi operasional pada penelitian ini merupakan penggunaan istilah
yang menjadi fokus peneliti dalam melakukan proses penelitian. Sebagai
berikut, definisi operasional yang digunakan yaitu:
1. Model Pembelajaran Numbered Head Together
Model pembelajaran Numbered Head Together adalah model
pembelajaran kooperatif yang mengacu pada belajar secara kelompok
oleh siswa kelas III SD, siswa di bagi menjadi beberapa kelompok yang
masing-masing beranggota 5 siswa, masing-masing anggota kelompok
mendapatkan nomor kepala yang berbeda, setiap anggota kelompok
mengerjakan LKK, masing-masing siswa mengerjakan soal sesuai
dengan nomor kepala, selanjutnya diskusikan ke anggota lainya, setelah
diskusi kelompok selesai guru memanggil salah satu nomor untuk
mempresentasikan hasil kerjanya dan anggota kelompok lain yang
bernomor sama memberikan tanggapan.
2. Pembelajaran Matematika
Pembelajaran matematika adalah pembelajaran yang melibatkan
pengembangan pola pikir dan logika yang diciptakan oleh guru dengan
menggunakan metode yang memudahkan siswa dalam melaksanakan
kegiatan belajar. Pembelajaran matematika pada materi perngukuran
waktu akan diajarkan dengan model pembelajaran Numbered Head
Together dan media kalender dan jam.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. PEMBELAJARAN MATEMATIKA
1. Hakikat Matematika
Matematika berasal dari bahasa Yunani mathein atau manthein
yang artinya mempelajari. Pengertian ini juga selaras dengan kata
Sansekerta yaitu medha atau madya yang artinya kepandaian, ketahuan
atau intelegensi (Nasution dalam Subarinah, 2006). Marematika
merupakan ilmu pengetahuan mengenai menghitung dan melogika.
Menurut Subarinah (2006) menjelaskan mengenai pembelajaran
matematika bahwa pembelajaran matematika (utamanya di Sekolah
Dasar) dilaksanakan berdasarkan temuan-temuan ahli jiwa tentang
pentingnya memhami tingkat berpikir siswa. Jadi, dalam pembelajaran
Matematika siswa diharapkam untuk aktif dan dapat bekerja sama dengan
temannya dalam menyelesaikan masalah. Pembelajaran matematika di SD
terdapat pada kelas 1 sampai dengan 6, pada kelas 3 SD pembelajaran
matematika terdapat materi bilangan dan geometri dan pengukuran.
Sedangkan dalam materi geometri dan pengukuran memiliki sub materi
berupa pengukuran dan bangun datar.
2. Pengukuran Waktu
Salah satu materi yang diajarkan pada pelajaran matematika yaitu
materi pengukuran waktu. Pengukuran waktu diajarkan di sekolah dasar
supaya siswa mengerti dan memahami satuan waktu yang sering
digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Pengukuran waktu digunakan
untuk mengetahui lamanya sesuatu berlangsung. Seiring dengan
berjalannya waktu, orang membuat patokan yang dinamakan kalender
(penanggalan) dan juga jam. Ada beberapa istilah dalam pengukuran
waktu antara lain, detik, menit, jam, hari, bulan, tahun.
Satuan waktu antara lain jam, menit, detik, hari, minggu, bulan dan
tahun. Hubungan antara satuan waktu tersebut adalah sebagai berikut
(Masitcoh, 2009) :
1 menit 60 detik
1 jam 60 menit
1 jam 3.600 detik
1 hari 24 jam
1 minggu 7 hari
1 bulan 4 minggu
1 bulan 30 hari
1 tahun 12 bulan
1 tahun = 52 minggu
1 tahun =365 hari
1 windu 8 tahun
1 dasawarsa 10 tahun
1 abad 100 tahun
B. KEHADIRAN PENELITI
Kehadiran peneliti yang pertama yaitu untuk wawancara dengan guru
kelas untuk merancang RPP. Kehadiran peneliti selanjutya yaitu pada saat
pelaksanaan penelitian dan selajutnya melengkapi data penelitian.
Pada penelitian ini, peneliti bertindak sebagai pelaksana tindakan,
observer pada kegiatan pra tindakan, pewawancara pada siswa dan guru,
pendokumentasi kegiatan penelitian. Selama proses pembelajaran di kelas,
peneliti bekerja sama dengan guru kelas III SD, dan kepla sekolah di SD
tersebut.
DI SDN PURWANTORO 6
Oleh :
BAB I
PENDAHULUAN
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan konteks maslah yang telah dijelaskan di atas maka fokus
masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana pengelolaan perpustakaan di SDN Purwantoro 6 ?
2. Bagaimana minat baca siswa di SDN Purwantoro 6 ?
3. Bagaimanakah pengelolaan perpustakaan sebagai lingkungan sumber
belajar untuk meningkatkan minat baca siswa di SD Purwantoro 6 ?
C. Kegunaan Penelitian
1. Bagi Guru
a. Agar dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dalam kelas
dengan menggunakan fasilitas atau sarana sekolah yaitu
perpustakaan yang telah diperbaruhi agar menjadi lebih baik.
b. Agar dapat memotivasi siswa untuk selalu membaca dan
memanfaatkan fasilitas perpustakaan
2. Bagi Kepala Sekolah
a. Agar dapat selalu memberikan inovasi terhadap perkembangan
sarana sekolah terutama perpustakaan yang merupakan sumber
belajar bagi siswa
b. Agar dapat meningkatkan kualitas kependidikan antara tenaga
guru, proses dalam pembelajaran dan hasil yang diperoleh melalui
model pengelolaan perpustakaan
3. Bagi Siswa
a. Agar dapat meningkatkan kualitas siswa secara pribadi melalui
pemanfaatan perpustakaan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Pengelolaan
1. Pengertian Pengelolaan
Pengelolaan merupakan terjemahan dari kata “management”,
istilah inggris tersebut lalu di Indonesia menjadi manajemen.
Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur,
pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan
dari fungsi-fungsi manajemen. Sutarno NS (2006) mendefinisikan
pengelolaan atau manajemen adalah hal-hal yang berhubungan dengan
teknis operasional. Dimulai dari perencanaan atas selururh kegiatan,
termasuk peralatan, waktu, sumber daya manusia, biaya dan lain
sebagainya. Kemudian kegiatan pelaksanaan yang ahrus dikendalikan,
diarahkan, dan diorganisasikan dengan mengerahkan seluruh kekuatan
dan potensi yang tersedia.
Dalam Kamus Bahasa Indonesia lengkap disebutkan bahwa
pengelolaan adalah proses atau cara perbuatan mengelola atau proses
melakukan kegiatan tertentu dengan menggerakkan tenaga orang lain,
proses yang membantu merumuskan kebijaksanaan dan tujuan
organisasi atau proses yang memberikan pengawasan pada semua hal
yang terlibat dalam pelaksanaan kebijaksanaan dan pencapai tujuan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pengelolaan (manajemen) adalah
suatu cara atau proses yang dimulai dari perencanaan,
pengorganisasian, pengawasan dan evaluasi untuk mencapai suatu
tujuan yang telah ditentukan agar berjalan efektif dan efisien.
2. Fungsi-Fungsi Pengelolaan
Fungsi- fungsi pengelolaan menurut Sutarno NS (2006: 93) dapat
dijabarkan sebagai berikut :
1. Perencanaan (Planning)
Perencanaa adalah rangkaian penghitungan dan penentuan
tentang apa yang akan dijalankan dalam rangka mencapai suatu
tujuan tertentu. Setiap rencana mengandung 3 ciri khas yakni:
a. Selalu mengenai masa depan, berdimensi waktu kedepan
b. Selalu mengandung kegiatan-kegiatan tertentu dan bertujuan
yang akan dilakukan
c. Meski ada alasan, sebab, motif atau landasan, baik personal,
organisasi atau kedua-duanya.
2. Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian memiliki fungsi yang dijalankan oleh
semua manager dari semua tingkatan termasuk administrator.
Pengorganisasian dijalankan dalam 3 tahap, yakni:
a. Structuring, yaitu pennetuan struktur kerjasamanya
b. Staffing, yaitu penentuan dan pemilihan orang-orang dengan
setepat-tepatnya
c. Fungsionalising, yakni penentuan tugas dan fungsi masing-
masing orang dan unit.
Pengorgaisasian adalah suatu bentuk kerja sama antara sekelompok
orang, berdasarkan suatu perjanjian untuk bekerjasama untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Setiap bentuk mesti
mmepunyai konfigurasi tertentu yang disebabkan oleh suatu
struktur atau kerangka.
3. Pergerakan (Actuating)
Pergerakan atau juga biasa didefinisikan sebagai segala
tindakan untuk menggerakkan orang-orang dalam suatu organisasi,
agar dengan kemauan dengan penuh berusaha mencapai tujuan
organisasi dengan berlandaskan pada perencanaan dan
pengorganisasian.
4. Pengawasan (Controlling)
Pengawasan merupakan pemeriksaan apakah semua yang
terjadi sesuai dengan rencana yang ditetapkan, intruksi yang
dikeluarkan sesuai dengan prinsip yang telah ditetapkan.
B. Perpustakaan Sekolah
a. Pengertian Perpustakaan
Perpustakaan berasal dari kata dasar pustaka. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia, pustaka artinya kitab, buku. Dalam bahasa
Inggris dikenal dengan library. Istilah ini berasal dari kata librer atau
libri, yang artinya buku. Dari kata latin tersebut terbentuk istilah
librarius, tentang buku. Dalam bahasa asing lainnya perpustakaan
disebut bibliotheca (Belanda), yang juga berasal dari bahasa Yunani
biblia yang artinya tentang buku, kitab.
Perpustakaan menurut Bafadal (2015:3) adalah suatu unit kerja dari
suatu badan atau Lembaga yang mengelola bahan-bahan pustaka, baik
berupa buku-buku maupun bukan berupa buku (non book material)
yang diatur secara sistematis menurut aturan tertentu sehingga dapat
digunakan sebagai sumber informasi oleh setiap pemakainya.
Perpustakaan merupakan tempat penyimpanan informasi serta
pengetahuan, ilmu sejarah, filsafat bahkan penemuan serta pemikiran
masa lalu.
Dengan demikian, batasan istilah perpustakaan adalah sebuah
ruangan, bagian sebuah gedung, ataupun gedung itu sendiri yang
digunakan untuk menyimpan buku dan terbitan lainnya yang biasa
disimpan menurut tata susunan tertentu.
b. Perpustakaan Sekolah
Sebelum mendefinisikan perpustakaan sekolah, sebaiknya terlebih
dahulu memahami arti atau definisi perpustakaan, sebab kata “sekolah”
pada istilah perpustakaan “perpustakaan sekolah” merupakan dasar
memahami perpustakaan sekolah. Perpustakaan sekolah merupakan
merupakan bagian dari perpustakaan secara umum. Sutarno (2006:39-
40) menyatakan bahwa perpustakaan sekolah merupakan salah satu
sarana, fasilitas penyelenggaraan pendidikan, dan merupakan
komponen pendidikan yang penting.
Perpustakaan sekolah sebagai salah satu sarana pendidikan
penunjang kegiatan belajar siswa memegang peranan yang sangat
penting dalam memacu tercapainya tujuan pendidikan di sekolah.
Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU No.2 Tahun
1989), sarana penunjang proses kegiatan belajar mengajar dinamakan
“sumber daya pendidikan”. Apabila disimak pasal yang menyangkut
eksistensi perpustakaan yaitu pasal 35, disebutkan bahwa “Setiap
satuan pendidikan jalur pendidikan sekolah yang diselenggarakan oleh
pemerintah maupun masyarakat harus menyediakan sumber belajar”.
Pada penjelasan selanjutnya dinyatakan diantara lain: “Pendidikan
tidak mungkin terselenggara dengan baik bila para tenaga
kependidikan maupun para peserta didik tidak didukung oleh sumber
belajar yang diperlukan untuk penyelenggaraan kegiatan belajar
mengajar yang bersangkutan. Salah satu sumber belajar yang amat
penting, tetapi bukan satu-satunya adalah perpustakaan.
Jika dikaitkan dengan proses belajar mengajar di sekolah,
perpustakaan sekolah memberikan sumbangan yang sangat berharga
dalam upaya meningkatkan aktivitas siswa serta meningkatkan kualitas
pendidikan dan pengajaran. Melalui penyediaan perpustakaan, siswa
dapat berinteraksi dan terlibat langsung baik secara fisik maupun
mental dalam proses belajar. Perpustakaan sekolah merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari program sekolah secara keseluruhan,
dimana bersama-sama dengan komponen pendidikan lainnya turut
menentukan keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran. Melalui
perpustakaan siswa dapat mendidik dirinya secara berkesinambungan.
Mbulu (1992:89) menyatakan bahwa perpustakaan sekolah sangat
diperlukan keberadaannya dengan pertimbangan bahwa:
a. Perpustakaan sekolah merupakan sumber belajar di lingkungan
sekolah.
b. Perpustakaan sekolah merupakan salah satu komponen sistem
pengajaran.
c. Perpustakaan sekolah merupakan sumber untuk menunjang
kualitas pendidikan dan pengajaran.
Perpustakaan sekolah sebagai laboratorium belajar yang
memungkinkan peserta didik dapat mempertajam dan memperluas
kemampuan untuk membaca, menulis, berpikir dan berkomunikasi.
5. Penyajian Data
Pada riset kualitatif, penyajian data lebih banyak berupa kata-kata
yang merupakan hasil penelitian. Jika terdapat data lain selain data
objek yang diteliti maka dapat ditambahkan gambar, dkumen, diagram,
denah, model atau metafora. Suryono, dkk (2011) menjelaskan bahwa
bentuk penyajian data tidak terbatas batasan baku, sebagaimana
karakteristik penelitian kualitatif yang fleksibel, jadi penajian data
sangat dipengaruhi oleh kemampuan peneliti dalam merangkai kata-
kata sehingga terbentuk kalimat yang mewakili hasil penelitian.
DAFTAR RUJUKAN
Mbulu, Joseph dan Suhartono. 2004. Pengembangan Bahan Ajar. Malang: Elang
Mas
Oleh :
BAB I
PENDAHULUAN
BAB III
METODOLOGI
Oleh :
Savira Iranti P B7 PGSD
BAB I
PENDAHULUAN
2.1. Belajar
1. Pengertian Belajar
Menurut Thursan (2005:1), belajar merupakan suatu proses
perubahan dalam manusia yang ditampakkan dalam peningkatan kualitas dan
kuantitas tingkah laku seperti peningkatan sikap, pengetahuan, pemahaman,
keterampilan, kebiasaan, dan daya piker. Sedangkan menurut Arsyad
(2013:1), belajar ialah suatu proses yang terjadi pada seseorang secara
kompleks di sepanjang hidupnya. Belajar terjadi karena adanya interaksi
antara seseorangdengan lingkungannya. Seseorang dapat dikatakan belajar
apabila terjadi perubahan tingkah laku dalam dirinya.
Belajar sebagai suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam
interaksi individu dengan sumber belajarnya, yang menghasilkan sejumlah
perubahan. Perubahan-perubahan itu bersifat tetap yang meliputi perubahan
pengetahuan atau pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. (Wingkel, 2004:
1)
Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada
diri seseorang yang ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan
pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan,
kemampuan dan aspek lain yang ada pada diri individu.
Belajar adalah berubah. Dalam hal ini yang dimaksudkan belajar berarti
usaha mengubah tingkah laku. Jadi belajar akan membawa suatu perubahan
pada individu-individu yang belajar. Perubahan tidak hanya berkaitan
dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan,
keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, dan penyesuaian
diri (Sardiman, 2006: 21)
Dari berbagai pendapat tentang pengertian belajar, dapat disimpulkan bahwa
belajar merupakan usaha perubahan tingkah laku seseorang atau individu
yang terjadi secara sadar, intensional, positif, aktif, efektif dan fungsional
karena interaksi dengan lingkungan sekitarnya, yang mengarah kepada
tingkah laku yang lebih baik yang tidak ditentukan oleh unsur-unsur turunan
genetik, tetapi lebih banyak ditentukan oleh faktor-faktor eksternal baik
melalui latihan atau pengalaman yang berlaku dalam waktu yang cukup
lama.
2. Pembelajaran
Secara umum, pembelajaran merupakan suatu proses perubahan, yaitu
perubahan dalam perilaku sebagai dari hasil interaksi antara dirinya dengan
lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Sedangkan secara
lengkap pengertian pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan oleh
individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya. (FIP-UPI. 2007: 73)
Menurut konsep komunikasi, pembelajaran adalah proses komunikasi fungsional
antara peserta didik dengan guru, dan peserta didik dengan peserta didik, dalam
rangka perubahan sikap dan pola pikir yang akan menjadi kebiasaan bagi peserta
didik yang bersangkutan. Erman Suherman, juga menyatakan bahwa
pembelajaran adalah proses pendidikan dalam lingkup persekolahan, sehingga arti
proses pembelajaran adalah proses sosialisasi individu peserta didik dengan
lingkungan sekolah, seperti guru dan teman sesama peserta didik. (Suherman,
2001: 9)
Pembelajaran merupakan proses yang mengandung serangkaian tindakan
guru dan peserta didik atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung
dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Pembelajaran
merupakan suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi,
material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi
mencapai tujuan pembelajaran.15 Pembelajaran didefinisikan sebagai suatu
sistem atau proses membelajarkan subyek didik yang direncanakan atau
didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar subyek didik
dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.
Pembelajaran pada dasarnya adalah proses kegiatan guru yang ditujukan pada
peserta didik dalam menyampaikan pesan berupa pengetahuan, sikap dan
ketrampilan serta membimbing dan melatih peserta didik agar belajar, dengan
demikian guru harus menciptakan suatu kondisi lingkungan yang memungkinkan
terjadinya proses belajar. Guru melakukan kegiatan pembelajaran atau
mengajarkan peserta didik, sedang peserta didik melakukan kegiatan belajar.
Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang meliputi unsur-unsur manusia,
material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk
mencapai tujuan pembelajaran.
Adapun ciri-ciri pembelajaran sebagai berikut :
pembelajaran.
Menurut Erman (2003:24) peta konsep ada empat macam, yaitu pohon
jaringan (network tree), rantai kejadian (event chains), peta konsep siklus (cycle
concept map), dan peta konsep laba-laba (spider concept map).
a. Pohon Jaringan (network tree)
Ide-ide pokok dibuat dalam persegi empat, sedangkan beberapa kata yang lain
dituliskan pada garis-garis penghubung. Garis-garis pada peta konsep menunjukan
hubungan antara ide-ide itu. Kata-kata yang ditulis pada garis memberikan
hubungan antara konsep-konsep. Pada saat mengkonstruksi suatu pohon jaringan,
tulislah topik itu dan daftarlah konsep-konsep utama yang berkaitan dengan
konsep itu. Periksalah daftar dan mulai menempatkan ide-ide atau konsep-
konsep dalam sususnan yang berkaitan itu dari konsep utama dan berikan
hubungannya pada garis-garis itu. Pohon jaringan cocok digunakan untuk
memvisualisasikan hal-hal berikut:
1. menunjukan sebab akibat
2. suatu hirarki
3. prosedur yang bercabang
4. istilah yang berkaitan yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan-
hubungan
Hewan vertebrata yang dibahas dalam artikel ini yaitu pisces (ikan), aves
(burung), reptil, amfibi (katak), dan mamalia. Ciri khas hewan vertebrata yaitu
memiliki tulang dalam atau endoskeleton yang berfungsi untuk menopang berat
badan hewan tersebut. Otot dan tulang hewan saling menempel membuat struktur
endoskeleton. Dimana bentuk tulang dalam (rangka dalam) masing-masing hewan
vertebrata tersebut berbeda-beda antara hewan yang satu dengan hewan yang lain.
1) Sistem Gerak Ikan
Sirip ikan terdiri dari sepasang sirip yang berada di kanan maupun di kiri dan sirip
ekornya. Sirip-sirip ini bermanfaat bagi ikan agar bisa bergerak ke depan dengan
mudah. Selain itu ada lagi sirip tengah, yaitu sirip yang terletak di atas tubuh ikan.
Ikan yang hanya menggunakan sirip tengah dan sirip pasangan biasanya tidak
dapat berenang secepat ikan yang memanfaatkan sirip pasangan dan sirip ekornya.
Contoh ikan jenis ini yaitu ikan yang hidup di terumbu karang (ikan yang tidak
dapat bergerak cepat).
Karakteristik Rangka
Beberapa ikan yang habitatnya di air tawar maupun di air laut memiliki bentuk
tubuh yang unik, sebagian besar berwujud mirip torpedo. Ada juga yang
mengatakan bentuk tubuh ikan berbentuk streamline. Ternyata bentuk ikan yang
mirip torpedo (streamline) tersebut memudahkan ikan dalam melakukan
maneuver berbelok ke kanan dan ke kiri lebih cepat dan praktis saat berada di air
tanpa mengalami hambatan atau gesekan dengan air. Pada saat ikan bergerak di
dalam air, terdapat gelembung – gelembung udara yang naik ke permukaan air.
Maksud dan tujuan ikan melakukan ini yaitu agar ikan memudahkan ikan
mengatur saat ikan ingin naik ke permukaan air atau saat menyelam ke dasar
sungai atau laut.
2) Sistem Gerak Burung
Cara bergerak hewan yang ada di udara berbeda dengan cara bergerak hewan
yang ada di dalam air. Hewan udara contohnya yaitu burung. Burung dapat
terbang bebas di udara karena memiliki sayap dan rangka tulang yang
mendukung. Setiap burung memiliki cara terbang yang berbeda antara yang satu
dengan yang lain. Pada umumnya bentuk tubuh burung – burung memiliki bentuk
tubuh yang unik. Burung – burung dapat terbang karena bentuk tubuhnya
memiliki gaya angkat yang lebih besar, sehingga dapat melepaskan dari dari
pengaruh gaya gravitasi bumi.
Karakteristik Rangka
Bentuk sayap burung memiliki susunan rangka yang kuat namun ringan. Selain itu
burung juga diperkuat oleh tulang dada dan otot – otot yang solid dan kekar saat
menahan terpaan angin yang kencang pada waktu sedang terbang di udara.
Kontruksinya tulang sayap yang kuat dan ringan memberikan gaya angkat yang
cukup besar bagi burung saat akan terbang.
Bentuk sayap burung seperti airfoil. Bentuk ini menyebabkan udara yang
mengalir di bawah sayap burung mengalir lebih lambat daripada udara yang
mengalir di atas sayap burung. Pada waktu burung akan terbang yaitu dengan
mengepakkan sayapnya, maka udara akan mengalir ke bagian bawah yang
menghasilkan gaya angkat sehingga burung dapat terangkat ke udara atau terbang.
3) Sistem Gerak Amphibia
Contoh dari Amphibia yaitu kodok atau katak. Kontruksi tulang katak yaitu terdiri
dari tulang badan, tulang anggota gerak dan tulang tengkorak (tulang kepala).
Amfibi memiliki sendi baik itu di lutut, bahu, siku, pinggul, pergelangan kaki dan
tangan. Sendi ini memudahkan hewan amfibi seperti katak untuk melompat.
Karakteristik Rangka
Selain itu bentuk tulang kepala katak berukuran kecil dan hanya memiliki sedikit
tulang. Hal ini menyebabkan tulang kepala katak sangat ringan namun kuat.
Selain itu postur badan katak juga ditopang oleh tulang belakang yang dapat
menahan berat tubuh bagian belakang dan bagian depan katak.
Katak memiki kaki yang sangat panjang dan otot-otot yang kekar dan solid. Agar
katak mudah saat berenang, kaki katak memiliki selaput renang. Selaput renang
ini sangat berguna bagi katak saat sedang berenang di dalam air. Dengan adanya
selaput renang, katak dapat bergerak lincah di dalam air.
4) Sistem Gerak Reptil
Hewan yang termasuk dalam kategori reptil yaitu kadal, kura-kura, ular, buaya,
dan sebagainya. Contohnya ular. Ular bergerak dengan cara merayap atau melata
baik di atas tanah, air maupun pada saat berenang di air.
Karakteristik Rangka
Bentuk tulang ular yaitu terdiri dari tulang tengkorak, tulang badan, dan tulang
ekor. Pada tulang badan, terdiri dari ratusan buah ruas-ruas tulang belakang.
Sedangkan pada tulang rusuk ular terhubung dengan tulang belakang dibalut
dengan otot-otot yang lentur dan kuat. Dengan bentuk tubuh dan banyaknya ruas-
ruas tulang belakang inilah yang menyebabkan ular bergerak dengan cara meliuk-
liukan badannya ke kanan dan ke kiri dengan cepat.
5) Sistem Gerak Mamalia
Contoh dari hewan mamalia yaitu banteng, paus, kucing, anjing, sapi, kerbau, dan
sebagainya. Mamalia hidup di berbagai jenis habitat, ada yang hidup di air, di
darat dan di udara. Salah satu contoh mamalia yang hidup di darah yaitu kuda.
Karakteristik Rangka
Kuda memiliki tulang-tulang kokoh dan kuat untuk menopang tubuhnya. Otot-
ototnya yang elastis dan kuat yang terhubung dengan tulang-tulangnya,
menyebabkan kuda dapat berlari sangat kencang dibandingkan mamalia yang lain.
Pada saat kuda bergerak, maka kaki kuda paling belakang memberikan dorongan
agar kuda dapat maju ke arah depan. Kencang atau lambatnya kuda berlari
tergantung pada kuat atau lemahnya saat kaki belakang memberikan gerakan pada
kaki belakangnya. (Kurniasih. 2018: 38)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
5.1. Simpulan
Berdasrkan hasil penelitian dan pembahasan tentang Pemanfaatan Metode Peta
Konsep Terhadap Berpikir Kreatif Siswa Kelas V Sekolah Dasar Pada
Pembelajaran IPA Materi Sistem Gerak Manusia dan Hewan, menunjukkan
bahwa:
Terdapat pengaruh pada metode pembelajaran peta konsep terhadap berpikir
kreatif siswa dalam memahami materi.
5.2. Saran
Untuk para pendidik hendaklah menggunakan metode yang dapat menarik minat
dan ketertarikan dalam proses pembelajaran, sehingga siswa dapat lebih
menikmati dan menyerap pembelajaran dengan baik sehingga tercipta
pembelajaran yang efektif dan menyenangkan. Tidak terlalu bertumpu pada salah
satu metode yang mungkin siswa sendiri merasa tidak tertarik dan malas pada
proses pembelajaran
DAFTAR RUJUKAN
Arsyad, Azhar. 2013. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Cambell. 2002. Biologi Edisi Lima. Jakarta: Erlangga
Djamarah, Syaiful Bahri & Zain Aswan. 2002. Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta: Rineka Cipta
Erman, Suherman, dkk. 2003. Peta Konsep Untuk Mempermudah
Konsep Sulit dalam Pembelajran. Bandung: JICA
Fidyawati, Vicky. 2009. Kemampuan Berfikir Kreatif Siswa pada
Pembelajaran Matematika dengan tugas pengajuan soal (Problem
Posing). Surabaya: UNESA
Hakim, Thursan. 2005. Belajar Secara Efektif. Jakarta: Puspa Swara
Kurniasih, Tjitjih. 2018. Sistem Organ Manusia. Yogyakarta: Deepublish
Mulyasa. 2008. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT
Rosdakarya
Sardiman. 2006. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT.
Grasindo Pusada
Sugiarto, Iwan. 2004. Mengoptimalkan Daya Kerja Otak Dengan Berfikir Holistik
dan Kreatif. Jakarta: Gramedia Pustaka Umum
Suharsimi, Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik edisi
VI. Jakarta:
Suherman, Erman, dkk. 2001. Strategi Belajar Kontemporer. Bandung:
JICA
Sumiharsono, Rudi & Hisbiyatul Hasanah. 2017. Media Pembelajaran. Jember:
Pustaka Abadi
Tawil, Muh. & Liliasari. 2013. Berpikir Kompleks dan Implementasinya
dalam Pembelajaran IPA. Makassar: Universitas Negeri Semarang
Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI. 2007. Ilmu dan Aplikasi
Pendidikan. Bandung: PT Imperial Bhakti Utama
Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif:
Konsep, Landasan, dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Wingkel, W.S. 2004. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi
PENGGUNAAN SURAT KABAR PENDIDIKAN SEBAGAI SUMBER
BELAJAR BAHASA INDONESIA MATERI GAGASAN UTAMA UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMBELAJARAN MEMBACA
PEMAHAMAN SISWA KELAS V SD
Ole :
Shimania Risma P B7 PGSD
BAB I
PENDAHULUAN
b. Pelaksanaan
Langkah-langkah pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus ini adalah
sebagai berikut:
1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Memotivasi siswa terlibat dalam
aktivitas pembelajaran.
2. Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar
dalam proses pembelajaran.
3. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai untuk
mendapatkn penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, dan
pemecahan masalah.
4. Guru membantu siswa untuk memecahkan masalah dan membantu mereka
berbagi tugas dengan temannya.
5. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap hasil
kerja mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
c. Pengamatan
Pada tahap ini guru melakukan pengamatan dengan menggunakan lembar
observasi untuk mengetahui:
1. Keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar-mengajar.
2. Kesulitan-kesulitan yang dialami oleh siswa selama mengikuti pembelajaran.
3. Tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari.
d. Refleksi
Pada tahap ini peneliti mengumpulkan data baik dari kegiatan observasi,
jurnal pembelajaran, catatan lapangan maupun dari hasil evaluasi. Data-data
tersebut selanjutnya dianalisis dan didiskusikan untuk mengetahui seberapa jauh
tingkat keberhasilan dan tingkat kegagalan KBM. Tahap ini cukup penting sebagai
dasar untuk menentukan langkah-langkah pada pelaksanaan siklus kedua.
Siklus II
Siklus ini merupakan kelanjutan dari siklus I, dengan melanjutkan materi
yang telah ditetapkan dan dipersiapkan dalam rencana pembelajaran. Selain itu,
hasil diskusi pertama dianalisis baik dari segi proses maupun hasil belajar siswa
agar diketahui proses mana yang masih perlu diperbaiki. Demikian juga dengan
tingkat membaca pemahaman siswa sebelum dan sesudah digunakannya media
surat kabar sebagai sumber belajar.
Pada siklus ini guru melakukan tindakan dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
a. Rencana
Hasil analisis pertama tersebut direfleksikan pada siklus kedua. Dengan
demikian kegiatan pemebalajaran pada siklus kedua ini membahas materi yang
sama, tetspi bacaan yang digunakan adalah bacaan dari surat kabar. Langkah-
langkahnya seperti yang diterapkan pada siklus pertama tetapi dengan
memperbaiki berbagai kekurangan yang ada pada siklus pertama.
Refleksi ini menghasilkan rencana perbaikan pembelajaran Bahasa
Indonesia dengan menggunakan media surat kabar, sebagai berikut:
1. Mempersiapkan rencana pembelajaran dengan materi tentang membaca
pemahaman untuk menentukan kata-kata sulit dan artinya serta gagasan utama
dari sebuah bacaan.
2. Mempersiapkan media sumber belajar yang mendukung materi yang sedang
dipelajari
3. Semua siswa mengumpulkan informasi sesuai dengan tugas yang diberikan.
b. Pelaksanaan
Langkah-langkah pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus kedua
adalah sebagai berikut:
1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Memotivasi siswa terlibat dalam
aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
2. Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas beljar
berhubungan dengan materi pembelajaran.
3. Guru memberikan lembar kerja sebagai panduan pemecahan masalah
4. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi sesuai dengan tugas
yaitu menemukan kata-kata sulit dan artinya serta menemukan gagasan utama
dari bacaan.
5. Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan masalah yang
sesuai dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya.
6. Guru bersam siswa melakukan diskusi kelas untuk membahas materi.
7. Guru memberikan pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji
pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian kelas.
8. Pada akhir pelajaran guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau
evaluasi terhadap diskusi mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
c. Pengamatan
Pada tahap ini guru melakukan pengamatan dengan menggunakan lembar
observasi dengan tujuan:
1. Mengetahui keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar-mengajar
2. Mengetahui kesulitan-kesulitan yang dialami oleh siswa selama mengikuti
pembelajaran
3. Mengukur tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari.
4. Mengetahui perubahan hasil belajar siswa dengan dilaksanakan evaluasi.
d. Refleksi
Jika data yang diperoleh melalui pengamatan dan hasil pengerjaan soal
evaluasi belum menunjukkan hasil yang memuaskan, maka langkah berikutnya
adalah mencari penyebab kegagalan tersebut sekaligus mencari alternatif
pemecahan masalah atas masalah yang dihadapi oleh siswa maupun guru. Jika
siklus kedua mengalami keberhasilan maka pelajaran dapat dilanjutkan sesuai
dengan rencana yang telah ditetapkan.
3. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah siswa-siswi kelas V di salah satu SDN Kota Batu
Tahun Pelajaran 2011-2012 pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan materi
membaca pemahaman untuk menentukan gagasan utama bacaan. Dengan jumlah
siswa 23 anak terdiri 12 siswa laki-laki dan 11 siswa anak perempuan, dengan
kemampuan yang sangat heterogen.
Arsyad, Azhar. 2004. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Brown, JW. 1983. AV Intructional Technology Media and Methods. Sixth Edotion.
New York: Mc Grow Hill. Inc
Gerlach & Ely. 2006. Theaching and Media A Systematic Approach. New Jersey:
Prentice Hall. Ins
Rubin, K. H., Price, J. M., & DeRosier, M. E. 1995. Peer Relationship, Child
Development, and Adjustment. Canada: A Developmental
Psychopathology Perspective.
Rustaman, N. 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung: PT. Imperial Bhakti
Utama
Oleh :
Soviyana Dimyati B7 PGSD
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan yang diteliti adalah :
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian berfungsi untuk mengarahkan kemana penelitian akan
dikerjakan. Adapun tujuan penelitian sebagai berikut :
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah perlunya pemberian reward
dengan motivasi siswa dalam belajar, meningkatkan keaktifan siswa, dan
meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran tema 5 subtema 1 kelas
5 skolah dasar.
2. Manfaat Praktis
Bagi siswa
Hasil penelitian ini akan memberikan efek positif bagi siswa untuk
meningkatkan motivasi dan hasil belajar pada pembelajaran tema 5
subtema 1 kelas 5 sekolah dasar.
Bagi guru
Hasil penelitian ini bermanfaat bagi guru agar lebih mengetahui
hubungan pemberian reward dengan motivasi belajar siswa pada
pembelajaran tema 5 subtema 1 kelas 5 sekolah dasar.
Bagi penulis
Bagi penulis, dapat menambah pengetauan tentang hubungan pemberian
reward dengan motivasi belajar agar suatu saat dapat menerapkan dalam
pembelajaran tema 5 subtema 1 kelas 5 dengan baik dan benar.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2. Pengertian Reward
Reward berasal dari bahasa Inggris yang artinya hadiah, ganjaran,
penghargaan atau imbalan. Reward sebagai alat pendidikan diberikan ketika
siswa melakukan sesuatu yang baik. Menurut Bahri (2008:182) reward
(hadiah) adalah memberikan kenang-kenangan atau cenderamta kepada orang
lain sebagai penghargaan. Hadiah yang diberikan kepada orang lain berupa apa
saja, tergantung dari keinginan pemberi.
Menurut Slameto (2010:171) reward merupakan suatu penghargaan
sebagai hadiah yang diberikan guru kepada siswa yang sudah berperilaku baik
dan sudah berhasil melaksanakan tugas dari guru dengan baik pula. Purwanto
(2011:182) mengatakan reward digunakan untuk mendidik anak-anak/siswa
supaya anak/siswa merasa senang karena perbuatan atau pekerjaannya
mendapat penghargaan. Sejalan dengan itu Hamalik (2009:184) mengatakan
bahwa reward memiliki tujuan untuk membangkitkan atau mengemban minat.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa segala sesuatu
yang berupa penghargaan yang menyenangkan perasaan seseorang yang
diberikan kepada siswa karena telah berlaku baik atau telah berhasil
melaksanakan tugas dengan baik adalah reward.
a. Macam-macam reward
Macam-macam reward dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu reward
berupa pujian (penghormatan, pujian, ucapan, dan gerakan tubuh) dan
berupa benda (hadiah, memberi angka, dan tanda penghargaan).
b. Tujuan pemberian reward
Purwanto (2002:182) menjelaskan tujuan pemberian reward adalah
mendidik siswa supaya merasa senang karena perbuatan atau pekerjaannya
mendapatkan penghargaan. Selain itu, tujuan pemberian reward digunakan
untuk meingkatkan kemauan belajar siswa agar prestasi belajar siswa yang
dicapai semakin baik dan tinggi. Dengan memberikan reward, guru dapat
membentuk motivasi belajar yang tinggi dan kemauan belajar yang keras
dalam diri siswa.
Menurut penelitian Endah (2015) tujuan dari pemberian reward yaitu
untuk meningkatkan motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik, dalam artian
siswa harus melakukan suatu perbuatan yang timbul dari kesadaran siswa
itu sendiri. Adanya pemberian reward juga di harapkan dapat membangun
suatu hubungan yang positif antara guru dan siswa, karena reward adalah
bagian dari rasa kasih sayang seorang guru kepada siswanya.
METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian jenis kuantitatif. Penelitian jenis
kuantitaif bertujuan untuk menekankan aspek pengukuran secara objektif
terhadap fenomena sosial, untuk melakukan pengukuran peneliti harus
menjabarkan beberapa komponen masalah, variabel dan indikator. Pada intinya
tujuan penelitian kuantitatif yaitu untuk mengembangkan penelitian
menggunakan model-model matematis, dan teori-teori yang berkaitan
penelitian.
2. Tempat Penelitian
Tempat yang dipilih peneliti dalam penelitian ini adalah Sekolah Dasar
Negeri 02 Gadang Kota Malang. Dalam penelitian ini peneliti melakukan
penelitian di kelas 5 pada semester 1. Jika dilihat dari seluruh siswa di kelas 5
Sekolah Dasar Negeri 02 terdapat 28 siswa yang terdiri dari 15 siswa laki-laki
dan 13 siswa perempuan. Alasan memilih tempat penelitian di sekolah ini
dikarenakan guru kelas 5 di sekolah ini menerapkan metode pembelajaran
pemberian reward, sehingga pengaruhnya terhadap siswa yaitu menjadi aktif,
bersemangat dan termotivasi belajar pada saat pembelajaran tematik tema 5
subtema 1 berlangsung.
7. Tahap-tahap Penelitian
Prosedur pengambilan data merupakan tahap-tahap penelitian yang akan
dilakukan peneliti sehingga terkumpul data akhir laporan.
a. Tahap Persiapan
Untuk kelancaran pengumpulan data, sebelum pengambilan data
ditempuh langkah-langkah persipan sebagai berikut:
Studi Pustaka
Studi pustaka merupakan kajian teoritis untuk menunjang penulisan
peneliti dalam penulisan skripsi. Studi pustaka juga digunakan sebagai
rujukan untuk memperkuat tulisan dalam penelitian skripsi.
Mengurus Surat Izin Penelitian
Perizinan dilakukan kepada dosen pembimbing dengan penulisan skripsi
ini. Selanjutnya, perizinan kepada Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP)
UM yang ditujukan kepada Sekolah Dasar Negeri 02 Gadang untuk
melakukan penelitian sesuai jadwal yang sudah ditentukan oleh peneliti.
Menyusun Metode Penelitian
Penyusunan metode penelitian dengan cara merancang kegiatan
penelitian yang sudah direncanakan. Penyusunan metode penelitian ini
dapat digunakan untuk mendapatkan data, mengumpulkan data dan
selanjutnya dapat digunakan untuk menganalisis data.
Menyusun Instrumen
Dalam penelitian ini tidak menggunakan instrumen penelitian secara
sistematis. Penelitian ini menggunakan teknik kuantitatif korelasi.
b. Tahap Pelaksanaan Pengambilan Data
Pengambilan data dilakukan pada saat pembelajaran tematik tema 5
subtema 1 di kelas 5 dengan cara memberikan kuesioner untuk siswa dan
guru kelas 5 dan beberapa siswa kelas 5, serta pengambilan gambar
dokumentasi saat kegiatan pembelajaran berlangsung.
c. Tahap Akhir Penelitian
Pada tahapakhir penelitian ini berisikan:
Penyajian data berbentuk kuantitatif korelatif.
Analisis data agar sesuai dengan tujuan awal.
Daftar Rujukan
Ahmadi, Abu & Widodo Supriyono. 1991. Psikologi Belajar. Jakarta : PT. Rineka
Cipta.
B.Uno, Hamzah. 2008. Teori Motivasi dan Pengukuranny. Jakarta : Bumi Aksara
Oleh :
Titah Putri M B7 PGSD
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu hal penting bagi kemajuan suatu
bangsa. Pendidikan memiliki fungsi untuk mengembangkan sumber daya manusia
dalam berbagai aspek bidang kehidupan sehingga mampu menjadi manusia yang
mandiri dan bertanggung jawab. pendidikan juga memiliki fungsi untuk
menghantarkan peserta didik menjadi manusia yang unggul dalam pengetahuan,
sikap, dan ketrampilan. Hal ini sesuai dengan UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa.
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab”.
Pendidikan yang baik dan bermutu tidak lepas dari sistem Pendidikan
yang tertata dengan baik pula. Dalam menggapai tujuan Pendidikan tersebut, tentu
tidak lepas dari kurikulum Pendidikan. Kurikulum merupakan wadah yang
menentukan arah Pendidikan (Fadlillah, 2014:13). Sejalan dengan UU Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan kurikulum
adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan Pendidikan tertentu.
Penerapan kurikulum di Indonesia telah mengalami berbagai upaya
inovasi pengembangan. Dari tahun 1947 hingga sekarang tercatat kurang lebih
sebelas macam kurikulum yang pernah diberlakukan. Yaitu pada tahun 1947,
1964, 1968, 1973, 1975, 1984, 1994, 1999, 2004, 2006 dan sekarang Kurikulum
2013 (Widyastono,2015:54). Kurikulum yang diberlakukan hingga saat ini adalah
kurikulum 2013 dan KTSP. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang
dirancang untuk mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap
spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan
intelektual dan psikomotorik (Permendikbud Nomor 70 Tahun 2013).
Penerapan kurikulum 2013 berbeda dengan kurikulum-kurikulum
sebelumnya. Jika pada kurikulum-kurikulum sebelumnya masih terpetak-petak
pada suatu mata pelajaran, pada kurikulum 2013 pembelajaran yang dilakukan
adalah tematik integratif. Pembelajaran juga dilaksanakan dengan pendekatan
saintifik. Menurut Rusman (2015:139) pembelajaran tematik terpadu adalah
pembelajaran yang menggabungkan berbagai macam muatan pelajaran yang
diintegrasikan dan dikemas dalam bentuk tema-tema. Tema merupakan wadah
yang ditujukan untuk mengenalkan peserta didik tentang konsep-konsep yang
akan dibelajarkan secara menyeluruh. Tematik diberikan kepada peserta didik
dengan maksud untuk menyatukan konten atau isi sehingga pembelajaran lebih
mudah dipahami, bermakna dan juga sarat akan nilai-nilai.
Sejak diberlakukannya kurikulum 2013 pada tahun ajaran 2013/2014
hingga sekarang telah mengalami perbaikan dan juga menuai pro-kontra di
kalangan guru dan juga masyarakat. Kurang lebih lima tahun pelaksanaan
kurikulum 2013 di dunia pendidikan nasional namun implementasinya belum
maksimal sesuai yang diharapkan. Seperti di Kecamatan Ngrayun Kabupaten
Ponorogo misalnya, dari satu kecamatan ada beberapa Sekolah yang belum
menerapkan kurikulum 2013 secara menyeluruh, yaitu SDN Selur 3, SDN Selur 5,
SDN Ngrayun 1, SDN Ngrayun 2, SDN Ngrayun 3, SDN Ngrayun 4, SDN
Ngrayun 5, SDN Cepoko 2, SDN Cepoko 3, SDN Cepoko 4, SDN Cepoko 5
(Sumber: Data Siswa UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Ngrayun)
Namun demikian, penerapan Kurikulum 2013 juga telah dilaksanakan
hampir merata diberbagai wilayah, misalnya di Kota Malang. Pelaksanaan
Kurikulum 2013 yang telah berjalan sekitar 5 tahun menimbulkan berbagai
macam tanggapan positif dan juga negatif di kalangan guru. Di SDN Purwantoro
4 Malang, penerapan Kurikulum 2013 telah berjalan di semua kelasnya, mulai
dari kelas I hingga kelas VI. Dari hasil wawancara terhadap guru SDN
Purwantoro 4 Malang, ditemukan beberapa tanggapan mengenai kekurangan
pelaksanaan Kurikulum 2013. Seperti yang dikemukakan oleh wali kelas I SDN
Purwantoro 4 yang mengatakan bahwa.
“Pelaksanaan Kurikulum 2013 masih menemui bebrapa kendala. Guru
mengalami kesulitan mengenai pembagian waktu, selain itu guru juga
sedikit kesulitan dalam mempersiapkan media pembelajaran, selain itu
guru belum maksimal dalam penggunaan media pembelajaran”
Selain paparan di atas kendala yang biasa dialami oleh guru yaitu
sulitnya melaksanakan pembelajaran sesuai dengn RPP yang telah direncanakan
karena adanya situasi diluar dugaan yang mengakibatkan waktu terbagi, yang
seharusnya pembelajaran selesai dalam sehari menjadikan lebih dari sehari.
Dalam hal ini guru biasanya memberikan tugas untuk mengerjakan secara mandiri
pada buku siswa di rumah, atau memberikan latihan soal kepada siswa.
Sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hanifah (2015:60)
dengan judul “Analisis Implementasi Kurikulum 2013 pada kelas V SDN
Panggungrejo 04 Kecamatan Kepanjen Kabupaten Malang” mengungkapkan
bahwa, beberapa kendala yang dialami guru yaitu : (1) banyaknya RPP yang harus
dibuat; (2) banyaknya penilaian yang harus dilakukan; (3) sulit melakukan
pembelajaran sesuai RPP; (4) sulit melakukan penilaian sikap; dan (5) sulit dalam
merekapitulasi nilai.
Hal tersebut diperkuat oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Arri
(2016:56) dengan judul “Implementasi Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar”
mengungkap bahwa, guru masih mengalami kendala diantaranya: (1) alokasi
waktu yang direncanakan tidak sesuai dengan apa yang telah direncakan, (2)
kegiatan penutup tidak sepenuhnya sama dengan apa yang telah direncanakan, (3)
masih ada guru yang merasa kebingungan dalam melaksanakan penilaian, (4) guru
belum sepenuhnya melakukan penilaian yang sesuai Kurikulum 2013.
Berdasarkan paparan di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti
penerapan atau implementasi Kurikulum 2013. Adapun judul yang diambil oleh
peneliti yaitu “Analisis Implementasi Kurikulum 2013 pada Kelas IV Semester
Genap Tahun Ajaran 2018/2019 SDN Purwantoro 4 Kecamatan Blimbing Kota
Malang”. Alasan peneliti memilih kelas tinggi sebagai objek penelitian
dikarenakan peneliti ingin mengetahui penerapan Kurikulum 2013 pada kelas IV
yang sedang mengalami transisi. Hal ini sejalan dengan pendapat Thalib
(2017:26) yang menyatakan bahwa, anak-anak pada era transisi lingkungan
keluarga dan pergaulan jika anak-anak tersebut memperoleh rangsangan
intelektual yang memadai maka mereka akan menjadi lebih produktif dan sukses
mengembangkan potensinya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, maka permasalahn yang dibahas
dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.
1. Bagaiamanakah perencanaan pembelajaran di kelas IV Semester Genap tahun
2018/2019 SDN Purwantoro 4 Kecamatan Blimbing Kota Malang?
2. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran di kelas IV Semester Genap tahun
2018/2019 SDN Purwantoro 4 Kecamatan Blimbing Kota Malang?
3. Bagaimanakah penilaian hasil belajar di kelas IV Semester Genap tahun
2018/2019 SDN Purwantoro 4 Kecamatan Blimbing Kota Malang?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk menganalisis implementasi kurikulum 2013 pada siswa kelas IV
Semester Genap tahun 2018/2019 SDN Purwantoro 4 Kecamatan Blimbing
Kota Malang
2. Mendeskripsikan perencanaan pembelajaran sesuai kurikulum 2013 pada
siswa kelas IV Semester Genap tahun 2018/2019 SDN Purwantoro 4
Kecamatan Blimbing Kota Malang
3. Mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran sesuai kurikulum 2013 pada
siswa kelas IV Semester Genap tahun 2018/2019 SDN Purwantoro 4
Kecamatan Blimbing Kota Malang
4. Mendeskripsikan penilaian hasil belajar sesuai kurikulum 2013 pada siswa
kelas IV Semester Genap tahun 2018/2019 SDN Purwantoro 4 Kecamatan
Blimbing Kota Malang
D. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk banyak pihak. Adapun
kegunaan tersebut antara lain sebagai berikut.
1. Kegunaan bagi Guru yang Bersangkutan
Penelitian ini memiliki beberapa kegunaan bagi guru yasng
bersangkutan. Kegunaan tesebut meliputi.
a. Dapat digunakan sebagai evaluasi untuk perbaikan pembelajaran
b. Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pelaksanaan
pembelajaran selanjutnya.
2. Kegunaan bagi Guru Lain
Selain memiliki kegunaan untuk guru yang bersangkutan, penelitian ini
juga memiliki beberapa kegunaan untuk guru lain. Kegunaan tersebut meliputi.
a. Dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam meningkatkan pembelajaran
yang dilaksanakan.
b. Sebagai tambahan informasi dan pengetahuan tentang pembelajaran
Pendidikan Karakter.
3. Kegunaan bagi Sekolah
a. Dapat dijadikan sebagai informasi tentang bagaimana kendala dalam
implementasi Pendidikan Karakter.
b. Dapat dijadikan sumbangan pemikiran dalam menemukan solusi-solusi untuk
pemecahan masalah yang berkaitan dengan kendala implementasi Pendidikan
Karakter.
4. Kegunaan bagi Peneliti Lain
a. Dapat menambah informasi dan pengetahuan tentang pembelajaran
Pendidikan Karakter
b. Dapat digunakan sebagai referensi dan pembanding dalam penelitian
selanjutnya.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Implementasi Kurikulum 2013
Kurikukulum merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan
Pendidikan, sekaligus sebagai pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran.
Menurut UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
“Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan Pendidikan tertentu”.
Kurikulum harus bersifat dinamis, artinya kurikulum selalu mengalami
perubahan sesuai dengan perkembangan zaman. Hal ini sejalan dengan pendapat
Hidayat (2015:12) yang mengungkapkan bahwa, kurikulum sebagai salah satu
instrumental input dalam mencapai tujuan Pendidikan nasional dikembangkan
secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi dalam
masyarakat.
Implementasi kurikulum dalam dunia Pendidikan di Indonesia telah
mengalami berbagai upaya inovasi. Dari tahun 1947 hingga sekarang tercatat
kurang lebih sepuluh macam kurikulum yang pernah diberlakukan. Yaitu pada
tahun 1947, 1952, 1964, 1957, 1984, 1994, 2004, 2006, dan Kurikulum 2013.
Pengembangan Kurikulum 2013 ini merupakan upaya peningkatan mutu
Pendidikan untuk menghasilkan lulusan-lulusan berkualitas yang memiliki
kompetensi sikap, keterampiln, dan pengetahuan sesuai standar nasional yang
telah disepakati (Fadlillah, 2014:17)
Pembelajaran yang diterapkan pada Kurikulum 2013 adalah dengan
pembelajaran tematik. Artinya, beberapa mata pelajaran diintegrasikan dan
dipadukan ke dalam tema-tema atau subtema. Tema pada Kurikulum 2013 juga
menjadi sarana untuk penguatan sikap, keterampilan dan pengetahuan yang
terintegrasi. Hal ini sejalan dengan pendapat Majid (2014:80) bahwa,
pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema
untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan
pengalaman bermakna terhadap siswa.
Implementasi atau pelaksanaan Kurikulum 2013 meliputi tiga aspek,
yaitu aspek perencanaan, aspek pelaksanaan dan aspek evaluasi atau penilaian.
Ketiga aspek tersebut akan dijabarkan pada pembahasan berikut.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono, 2013:81). Arikunto (2014:174) menjelaskan sampel
adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Sampel yang digunakan dalam
penilitian meliputi siswa dan guru sebagai objek penelitian.
a) Sampel Siswa
Pengambilan sampel pada siswa dalam penelitian ini menggunakan
probability sampling. Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel
yang memberikan peluang yang sama bagi setiap anggota populasi untuk dipilih
menjadi anggota sampel (Sugiyono, 2010:82). Teknik sampel yang digunakan
Simple Random Sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dari populasi yang
dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata dalam populasi tersebut
(Sugiyono, 2013:82).
Dalam menentukan ukuran sampel yang digunakan, sebaiknya tidak terlalu
sedikit dari jumlah populasi. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Sukmadinata
(2009:260) yang mengatakan bahwa, ada kecenderungan semakin besar ukuran
sampel akan semakin mewakili populasi, karena keterwakilan populasi akan
sangat menentukan kebenaran kesimpulan dari hasil penelitian
Pada penelitian ini, peneliti mengambil sampel keseluruhan dari populasi
yaitu sebanyak 34 siswa.
b) Sampel Guru
Pengambilan sampel pada guru dalam penelitian ini menggunakan
nonprobability sampling. Nonprobability sampling adalah teknik pengambilan
sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau
anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono, 2010:84). Teknik
sampel yang digunakan sampling jenuh, yaitu teknik penentuan sampel bila
semua anggota populasi digunakan sebagai sampel (Arikunto, 2014:85). Sehingga
pengambilan sampel pada populasi guru yaitu mengambil seluruh populasi
sejumlah 1 guru.
C. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu instrumen atau sarana penelitian yang
harus dibuat terlebih dahulu sebelum peneliti melakukan pengumpulan data di
lapangan. Instrumen yang dimaksud adalah alat ukur yang dipergunakan untuk
mengukur penelitian yang dilakukan. Menurut Sugiyono (2013:102) instrumen
penelitian adalah suatu alat yang dipergunakan untuk mengukur fenomena alam
atau sosial yang diamati. Lebih spesifik fenomena ini disebut variabel penelitian.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket dan dokumentasi.
1. Angket
Angket atau kuesioner digunakan untuk pengambilan data yang berkaitan
dengan Implementasi Kurikulum 2013. Sugiyono (2013:142) menjelaskan bahwa,
kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk
dijawab.
Arikunto (2014:195) menjelaskan bahwa, kuesioner dibedakan dalam
beberapa jenis tergantung dari sudut pandangnya, (1) dipandang dari cara
menjawab, maka ada kuesioner terbuka dan kuesioner tertutup; (2) dipandang dari
jawaban yang diberikan, maka ada kuesioner langsung dan kuesioner tidak
langsung; (3) dipandang dari bentuknya, maka ada kuesioner pilihan ganda,
kuesioner isian, check list, dan rating-scale.
Untuk memudahkan dalam menyusun instrumen penelitian, maka perlu
digunakan matrik pengembangan instrumen atau kisi-kisi instrumen. Dalam
menyusun kisi-kisi instrumen, peneliti perlu menyusun variabel-variabel
penelitian yang ditetapkan untuk diteliti. Dari variabel-variabel tersebut diberikan
definisi operasionalnya, selanjutnya ditentukan indikator yang akan diukur.
Indikator tersebut kemudian dijabarkan menjadi butir-butir pertanyaan atau
pernyataan. Butir-butir pernyataan atau pertanyaan tersebut yang nantinya akan
dijadikan angket (Sugiyono, 2013:103).
a) Angket untuk Guru
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Tertutup Implementasi Kurikulum 2013 Untuk Guru
No. Jmlh
Variabel Sub Variabel Indikator
Item butir
Implementasi Perencanaan SILABUS
Kurikulum Pembelajaran Mengembangkan silabus sesuai rambu- 1, 2, 3
2013 rambu pada Permendikbud No. 22 tahun
2016 tentang Standar Proses Pendidikan
Dasar dan Menengah.
Pengembangan silabus secara mandiri 4
RPP
a. Menyusun RPP sesuai rambu-rambu 5, 6
pada Permendikbud No. 22 tahun 2016 7, 8
tentang Standar Proses Pendidikan 9, 10
Dasar dan Menengah secara mandiri.
b. Memperhatikan perbedaan individu 11, 12
peserta didik. 13 14,
Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Angket Terbuka Implementasi Kurikulum 2013 Untuk Guru
No. Jml.
Variabel Sub Variabel Indikator
Item Butir
Implementasi Perencanaan Masalah yang dialami 1 1
Kurikulum 2013 Pembelajaran Solusi yang dilakukan 1
Pelaksanaan Masalah yang dialami 2 1
Pembelajaran Solusi yang dilakukan 1
Penilaian Hasil Masalah yang dialami 3 1
Belajar Solusi yang dilakukan 1
Program Masalah yang dialami 4 1
Pengayaan Solusi yang dilakukan 1
Program Masalah yang dialami 5 1
Remedial Solusi yang dilakukan 1
Total Butir Soal 10
Terdapat dua jenis kuesioner atau angket yang diterapkan sebagai teknik
pengambilan data untuk guru. Yaitu angket terbuka dan angket tertutup. Angket
terbuka atau juga dapat disebut isian, merupakan angket yang memberikan
kesempatan bagi responden untuk mengungkapkan suatu pendapat dari fenomena
secara lebih bebas sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman responden. Sejalan
dengan pendapat Sugiyono (2013:143), dengan adanya kuesioner terbuka
diharapkan responden dapat menuliskan jawabannya dalam bentuk uraian tentang
suatu hal.
Dalam angket tertutup, pernyataan-pernyataan yang diberikan sudah
disertai alternatif jawaban dan responden tinggal memberi tanda centang (√) pada
jawaban yang paling sesuai sehingga menggunakan angket tertutup dengan
rating-scale. Angket tertutup artinya jawaban sudah disediakan sehingga
responden tinggal memilih. Angket berbentuk rating-scale artinya sebuah
pernyataan diikuti oleh kolom-kolom yang menunjukkan tingkatan-tingkatan
skala, misalkan mulai dari sangat setuju sampai ke sangat tidak setuju (Arikunto,
2014:195). Data yang telah diperoleh dari penyebaran angket selanjutnya diubah
menjadi data kuantitatif melalui pemberian skor pada tiap-tiap jawaban dengan
menggunakan skala Likert.
Sarjono dan julianita (2011:6) menjelaskan skala Likert adalah skala yang
digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau
sekelompok orang terhadap suatu kejadian atau keadaan sosial. Pilihan jawaban
dalam angket (kuesioner) tersebut akan bervariasi tergantung dari pernyataan yang
diajukan. Dalam penelitian ini angket tentang implemenrtasi Kurikulum 2013
menggunakan 4 pilihan jawaban sebagai berikut : (1) selalu; (2) sering; (3)
kadang-kadang; (4) tidak pernah.
Berikut salah satu contoh skala Likert yang akan digunakan dalam
penelitian ini menurut Sugiyono (2013:93) : (1) Selalu diberi skor 4, (2) Sering
diberi skor 3; (3) kadang-kadang diberi skor 2; (4) tidak pernah diberi skor 1.
Berikut teknik skoring pada setiap item pertanyaan.
Tabel 3.4 Teknik Skoring Angket Implementasi Kurikulum 2013
Alternatif Jawaban
Skor
Pernyataan Positif
Selalu 4
Sering 3
Kadang-Kadang 2
Tidak Pernah 1
b) Angket untuk siswa
Instrumen penelitian yang dikembangkan untuk pengambilan data terkait
implementasi Kurikulum 2013 pada siswa merupakan angket tertutup yang
berbentuk rating-scale . Adapun kisi-kisinya dijabarkan sebagai berikut.
Tabel 3.5 Kisi-kisi Instrumen Angket Tertutup Implementasi Kurikulum 2013 Untuk Siswa
No. Jmlh
Variabel Sub Variabel Indikator
Item butir
Pelaksanaan Kegiatan Pendahuluan
Implementasi Pembelajaran a. Menyiapkan siswa secara fisik dan 1
Kurikulum psikis.
2013 b. Menyampaikan cakupan materi dan 2
penjelasan uraian kegiatan.
c. Memotivasi belajar siswa secara 3
kontekstual sesuai manfaat dan aplikasi
materi pelajaran.
d. Mengajukan pertanyaan yang 4
mengaitkan pengetahuan sebelumnya
dengan materi yang akan dipelajari.
Kegiatan Inti
14
e. Pembelajaran yang disesuaikan dengan 5, 6
karakteristik siswa dan mata pelajaran
secara interaktif, berkelompok ataupun
individual.
f. Penggunaan karakteristik pembelajaran 7
yang disesuaikan dengan karakteristik
kompetensi dan jenjang pendidikan
antara lain karakteristik sikap,
pengetahuan, dan keterampilan.
g. Pemanfaatan sumber belajar/ media 8, 9
pembelajaran
h. Pemantauan kemajuan belajar siswa 10
Kegiatan Penutup
i. Melakukan refleksi untuk mengevaluasi 11,
seluruh rangkaian aktivitas pembelajaran 12
untuk selanjutnya secara bersama
menemukan manfaat langsung maupun
tidak langsung dari hasil pembelajaran
yang telah berlangsung.
j. Menginformasikan rencana kegiatan 13
pembelajaran untuk pertemuan
berikutnya.
k. Melakukan kegiatan tindak lanjut dalam 14
bentuk pemberian tugas baik tugas
individual maupun kelompok
2. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa atau kejadian yang telah berlalu.
Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang
berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, agenda, dan sebagainya
(Arikunto, 2014:274). Sejalan dengan pendapat Sugiyono (2013:240) yang
mengatakan bahwa, dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, dan karya-karya
menumental dari seseorang. Dokumen yang dijadikan sebagai sumber data dalam
penelitian ini yaitu, dokumen silabus, dokumen rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) dan dokumen peniliaan hasil belajar siswa.
D. Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan upaya yang dilakukan untuk menghimpun
data yang diperlukan dalam penelitian dalam rangka mencapai tujuan penelitian.
Teknik yang dilakukan dalam pengumpulan data penelitian ini yaitu teknik angket
atau kuesioner dan dokumentasi. Adapun langkah-langkah yang digunakan dalam
pengumpulan data adalah sebagai berikut.
1. Tahap persiapan, langkah yang dilakukan dalam tahap ini yaitu menyusun
instrumen penelitian yaitu angket, mengurus surat izin untuk melakukan
penelitian, mengurus surat rekomendasi dari Dinas Pedidikan Kota Malang
yang ditujukan kepada SDN Purwantoro 4 Kecamatan Blimbing Kota
Malang, mengobservasi sekolah, melakukan uji validitas pada instrumen
penelitian.
2. Tahap pelaksanaan, langkah yang dilakukan dalam tahap ini yaitu peneliti
mendatangi SDN Purwantoro 4 Kecamatan Blimbing Kota Malang untuk
mengambil data yang diperlukan dengan menyebarkan angket kepada guru
kelas IV dan siswa kelas IV yang dijadikan subyek penelitian. Selain
menyebar angket, peneliti juga meminta dokumen berupa dokumen silabus,
dokumen RPP dan dokumen penilaian pada semester genap tahun ajaran
2018/2019.
3. Tahap pengolahan, langkah yang dilakukan dalam tahap ini yaitu pengolahan
dan analisis data. Pada tahap ini data yang sudah terkumpul dari tahap kedua
yang berupa angket dan dokumen akan diolah oleh peneliti sehingga data
tersebut siap untuk dianalisis sesuai dengan analisis yang digunakan.
E. Analisis Data
Setelah data yang dibutuhkan terkumpul, langkah selanjutnya yang perlu
dilakukan yaitu mengolah dan menganalisis data. Adapun lagkah-langkah yang
dilakukan untuk pengolahan dan analasis data sebagai berikut.
1. Persiapan
Pada tahap ini, hal yang perlu dilakukan yaitu mengecek kelengkapan data
dari angket dan dokumen yang telah terkumpul. Adapun data yang perlu dicek
antara lain, kelengkapan identitas, kelengkapan isi angket dan kelengkapan isi
data (Arikunto, 2014:278). Selain itu kelengkapan yang perlu dicek dalam
dokumen antara lain, kelengkapan dokumen silabus, dokumen RPP, dan dokumen
penilaian.
2. Penskoran
Penskoran instrumen angket dilakukan dengan cara memberikan skor
terhadap butir-butir pernyataan dalam angket. Angket tertutup dalam penelitian ini
menggunakan skala Likert. Skala Likert yang digunakan terdiri dari 4 tingkatan.
Keempat tingkatan tersebut yaitu, selalu (SL), sering (SR), kadang-kadang (KD),
dan tidak pernah (TP) dengan skala 1 sampai dengan 4. Jika responden menjawab
selalu (SL), maka akan diberi skor 4. Jika responden menjawab sering (SR), maka
akan diberi skor 3. Jika responden menjawab kadang-kadang (KD), maka akan
diberi skor 2. Jika responden menjawab tidak pernah (TP), maka akan diberi skor
1.
Penskoran instrumen dokumen dilakukan dengan mengecek kelengkapan
kompenen dokumen, mulai dari komponen silabus, komponen RPP, dan
komponen pada dokumen penilaian. Setiap komponen yang ada diberi nilai satu.
Sedangkan komponen yang tidak tercantum diberi skor 0.
3. Tabulasi
Setelah jawaban diberi skor, langkah selanjutnya yaitu melakukan tabulasi
data. Skor jawaban dimasukkan ke dalam tabel agar mudah dalam membaca
maupun memahaminya. Persentase digunakan untuk menganalisis data dari
angket dan dokumen terkait dengan skor perencanaan pembelajaran, pelaksanaan
pembelajaran, dan penilaian hasil belajar. Rumus yang dikembangkan sebagai
berikut.
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑟𝑒𝑠𝑝𝑜𝑛𝑑𝑒𝑛
Persentase = x 100%
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙
Oleh :
Tri Eka W B7 PGSD
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan mempunyai peranan penting bagi manusia terutama dalam
menghadapi tantangan kehidupan. Pendidikan diartikan sebagai usaha manusia
(individu pendidik) untuk memfasilitasi perkembangan pribadi individu (subjek
didik) kea rah perkembangan optimal yang memiliki nilai-nilai pribadi seperti
dicita-citakan oleh masyarakat bangsa di mana subjek didik itu hidup. Dalam UU
RI No. 20 Bab II Pasal 3 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
dijelaskan bahwa:
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman,
dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat
berilmu, cakap kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang
demokratis dan bertanggungjawab.
Pernyataan di atas menjelaskan bahwa pendidikan diperoleh melalui suatu
usaha dan proses yang terencana untuk menciptakan suasana pembelajaran yang
aktif sehingga siswa dapat mengembangkan potensi dirinya. Dalam
pengembangan potensi siswa diperlukan seorang pendidik yang bisa menjalin
interaksi yang baik dengan siswanya sehingga proses pembelajaran berjalan
dengan lancar. Peran dari guru dalam interaksi tersebut sebagai pengajar atau
pendidik sedangkan siswa berperan sebagai individu yang belajar, keterpaduan
tersebut mengacu pada tujuan pembelajaran.
Mutu pendidikan dikatakan baik apabila Kriteria Ketentuan Minimum
(KKM) satuan pendidikan tidak terlalu kecil dan siswa bisa menjalankan proses
pembelajaran dengan baik sehingga prestasi belajarnya pun baik. Namun, pada
kenyataannya tidak semua siswa bisa mengikuti pelajaran dengan baik dan
memperoleh prestasi belajar yang baik. Keberhasilan seseorang dalam mencapai
prestasi belajar tidak akan terlepas dari berbagai faktor yang mempengaruhinya,
baik itu faktor yang menunjang maupun yang bersifat menghambat. Faktor-faktor
yang memengaruhi hasil belajar dibedakan menjadi dua yaitu faktor internal dan
faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa,
seperti: disiplin belajar, kondisi fisiologis dan kondisi psikologi. Sedangkan
faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa, seperti: faktor
lingkungan, keluarga, dan alat instrumen. Faktor internal memegang peran
penting dalam mencapai prestasi belajar salah satunya yaitu disiplin belajar.
Menurut Gunarsa dalam Yuliantika (2017), disiplin belajar merupakan
ketaatan dan kepatuhan terhadap peraturan tertulis maupun yang tidak tertulis
dalam proses perubahan tingkah laku yang menetap akibat dari praktik yang
berupa pengalaman mengamati, membaca, menirukan, mencoba sesuatu,
mendengarkan, serta mengikuti arahan. Disiplin belajar bagi siswa diartikan lebih
khusus sebagai tindakan yang menunjukkan ketaatan dan kepatuhan terhadap
aturan, baik tertulis maupun tidak tertulis dalam kegiatan mencari pengetahuan
dan kecakapan baru. Namun, saat ini masih terdapat beberapa siswa yang belum
dapat menerapkan disiplin belajar dalam kelas. Masih ada siswa yang tidak
memperhatikan penjelasan guru secara seksama, serta masih banyak siswa yang
mengumpulkan tugas tidak tepat waktu bahkan mencontoh tugas temannya. Hal
ini disebabkan untuk belajar dengan sungguh-sungguh tidaklah mudah, karena
butuh kesadaran diri mengenai pentingnya pendidikan.
Berdasarkan uraian di atas, diketahui bahwa tingkat kedisplinan belajar siswa
dapat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Sehingga diperoleh hubungan
antara disiplin belajar dengan prestasi belajar siswa yaitu semakin tinggi disiplin
belajara siswa, maka semakin baik pula prestasi belajar siswa. Begitupun
sebaliknya.
Berdasarkan hasil observasi terhadap siswa kelas 5 di SDN SDN Kiduldalem
1 Malang, diketahui bahwa masih terdapat permasalahan mengenai disiplin
belajar seperti: siswa datang ke sekolah tidak tepat waktu dan kurang
memperhatikan penjelasan materi yang disampaikan guru saat proses
pembelajaran berlangsung. Oleh karena itu, tujuan dalam penelitian ini adalah (1)
untuk menganalisis tingkat disiplin belajar siswa di kelas 5 SDN Kiduldalem 1
Malang, dan (2) untuk menganalisis pengaruh disiplin belajar di sekolah terhadap
prestasi belajar matematika siswa kelas 5 SDN Kiduldalem 1 Malang.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas, dapat ditarik rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Seberapa besar tingkat disiplin belajar siswa di kelas 5 SDN Kiduldalem 1
Malang?
2. Adakah pengaruh disiplin belajar di sekolah terhadap prestasi belajar
matematika siswa kelas 5 SDN Kiduldalem 1 Malang.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah (1) untuk menganalisis tingkat disiplin belajar
siswa di kelas 5 SDN Kiduldalem 1 Malang, dan (2) untuk menganalisis
pengaruh disiplin belajar di sekolah terhadap prestasi belajar matematika siswa
kelas 5 SDN Kiduldalem 1 Malang.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki manfaat antara lain:
1. Untuk menambah wawasan bagi pendidik pentingnya disiplin belajar di
sekolah terhadap prestasi belajar matematika siswa kelas 5 SDN Kiduldalem
1 Malang sehingga pendidik lebih termotivasi untuk menciptakan
pembelajaran yang lebih kondusif.
2. Untuk menambah wawasan bagi pendidik pentingnya disiplin belajar di
sekolah terhadap prestasi belajar matematika siswa kelas 5 SDN Kiduldalem
1 Malang karena peran orangtua juga berpengaruh terhadap kebiasaan siswa.
3. Untuk menambah pengetahuan bagi siswa tentang pentingnya disipilin belajar
di sekolah terhadap prestasi belajar matematika siswa kelas 5 SDN
Kiduldalem 1 Malang.
4. Untuk menambah pengetahuan bagi peneliti tentang pentingnya disipilin
belajar di sekolah terhadap prestasi belajar matematika siswa kelas 5 SDN
Kiduldalem 1 Malang.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Disiplin
Menurut N.A. Ametembun dalam Damardi (2017) disiplin dapat diartikan
secara etimologi maupun terminology. Secara etimologis, istilah disiplin berasal
dari bahasa Inggris “discipline” yang artinya pengikut atau penganut. Sedangkan
secara terminologis istilah disiplin mengandung arti sebagai keadaan tertib di
mana para pengikut itu tunduk dengan senang hati pada ajaran-ajaran para
pemimpinnya.
Menurut Zainal Aqib dalam Yuliantika (2017), disiplin adalah satu aspek
kehidupan yang mesti diwujudkan dalam masyarakat. Oleh karena itu siswa
hendaklah mendapat perhatian dari semua pihak yang ada di sekolah maupun di
luar sekolah. Perhatian yang diberikan kepada siswa diharapkan menumbuhkan
sikap disiplin siswa utamanya dalam belajar karena siswa merasa diawasi.
Perilaku disiplin sangatlah diperlukan oleh siapapun, dimanapun dan
kapanpun, begitu juga siswa yang harus disiplin dalam mentaati tata tertib
sekolah, ketaatan dalam belajar, disiplin dalam mengerjakan tugas dan disiplin
dalam belajar di rumah sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Berikut
pendapat mengenai pentingnya disiplin, antara lain:
1. Memberi dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak menyimpang.
2. Membantu siswa memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan
lingkungan.
3. Menjadi cara untuk menyelesaikan tuntutan yang ingin ditunjukan siswa
terhadap lingkungannya.
4. Untuk mengatur keseimbangan keinginan individu satu dengan individu lain.
5. Menjauhkan siswa melakukan hal-hal yang dilarang sekolah.
6. Mendorong siswa melakukan hal-hal yang baik dan benar.
7. Siswa belajar hidup dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik, positif, dan
bermanfaat bagi diri sendiri dan lingkungannya.
8. Kebiasaan yang baik itu menyebabkan ketenangan jiwa dan lingkungannya,
Rachman dalam Tu’u dalam Ardiansyah (2013).
Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa disiplin adalah sikap
menaati peraturan dan tata tertib yang sudah ditentukan. Sikap disiplin harus
dimiliki oleh setiap individu dimana pun, kapan pun dan dalam kondisi apa pun.
Sikap disiplin diperlukan karena dengan disiplin maka setiap individu bisa
mengerjakan pekerjaan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
2.2 Pengertian Belajar
Kata atau istilah belajar bukanlah sesuatu yang baru, sudah sangat dikenal
secara luas, namun dalam pembahasan belajar ini masing-masing ahli memiliki
pemahaman dan definisi yang berbeda-beda walaupun secara praktis masing-
masing kita sudah sangat memahami apa yang dimaksud belajar tersebut. Oleh
karena itu, untuk menghindari pemahaman yang beragam tersebut, berikut akan
dikemukakan berbagai definisi belajar menurut para ahli, Susanto (2016).
Menurut R. Gagne dalam Susanto (2016), belajar dapat didefiniskan sebagai
suatu proses di mana suatu orgasme berubah perilakunya sebagai akibat
pengalaman. Bagi Gagne, belajar dimaknai sebagai suatu proses untuk
memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan , kebiasaan, dan tingkah
laku. Selanjutnya, Gagne dalam teorinya yang disebut The domains of learning,
menyimpulkan bahwa segala sesuatu yang dipelajari oleh manusia dapat dibagi
menjadi lima kategori, yaitu:
1. Keterampilan motoris (motor skill); adalah keterampilan yang diperlihatkan
dari berbagai gerakan badan, misalnya menulis, menendang bola, bertepuk
tangan, berlari, dan loncat.
2. Informasi verbal; informasi ini sangat dipengaruhi oleh kemampuan otak atau
intelegensi seseorang, misalnya seseorang dapat memahami sesuatu dengan
berbicara, menulis, menggambar, dan sebagainya yang berupa simbol yang
tampak (verbal).
3. Kemampuan intelektual; selain menggunakan simbol verbal, manusia juga
mampu melakukan interaksi dengan dunia luar melalui kemampuan
intelektualnya, misalnya mampu membedakan warna, bentuk, dan ukuran.
4. Strategi kognitif; Gagne menyebutnya sebagai organisasi keterampilan yang
internal (internal organized skill), yang sangat diperlukan untuk belajar
mengingat dan berpikir.
5. Sikap (atitude); sikap merupakan faktor penting dalam belajar, karena tanpa
kemampuan ini belajar tak akan berhasil dengan baik. Sikap seseorang dalam
belajar akan sangat memengaruhi hasil yang diperoleh dari belajar tersebut.
Sikap akan sangat tergantung pada pendirian, kepribadian, dan keyakinannya,
tidak dapat dipelajari atau dipaksakan, tetapi perlu kesadaran diri yang penuh.
Menurut E.R. Hilgard dalam Susanto (2016), belajar adalah suatu perubahan
kegiatan interaksi terhadap lingkungan. Perubahan kegiatan yang dimaksud
mencakup pengetahuan, kecakapan, tingkah laku, dan ini diperoleh melalui
latihan (pengalaman). Adapun pengertian belajar menurut W.S. Winkel dalam
Susanto (2016) adalah suatu aktivitas mental yang berlangsung dalam interaksi
aktif antara seseorang dengan lingkungan, dan menghasilkan perubahan-
perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap yang
bersifat relatif konstan dan berbekas.
Dari beberapa pengertian belajar di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
belajar adalah suatu aktivitas yang dialkukan seseorang dengan sengaja dalam
keadaan sadar untuk memperoleh suatu konsep, pemahaman, atau pengetahuan
baru sehingga memungkinkan seseorang terjadinya perubahan perilaku yang
relatif tetap baik dalam berpikir, merasa, maupun dalam bertindak, Susanto
(2016). Sedangkan menurut penulis belajar adalah suatu proses berpikir untuk
menambah pengetahuan dan keterampilan dari yang tidak tahu menjadi tahu,
tidak bisa menjadi bisa untuk mencapai tujuan tertentu yang ditandai dengan
perubahan tingkah laku yang relatif lama melalui latihan dan pengalaman.
2.3 Pengertian Disiplin Belajar
Menurut Gunarsa dalam Yuliantika (2017), disiplin belajar adalah ketaatan
dan kepatuhan terhadap peraturan tertulis maupun yang tidak tertulis dalam
proses perubahan tingkah laku yang menetap akibat dari praktik yang berupa
pengalaman mengamati, membaca, menirukan, mencoba sesuatu, mendengarkan,
serta mengikuti arahan. Disiplin belajar bagi siswa diartikan lebih khusus sebagai
tindakan yang menunjukkan ketaatan dan kepatuhan terhadap aturan, baik tertulis
maupun tidak tertulis dalam kegiatan mencari pengetahuan dan kecakapan baru.
Disiplin belajar merupakan kesadaran untuk melakukan sesuatu pekerjaan
dengan tertib dan teratur sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku dengan
penuh tanggung jawab tanpa paksaan dari siapapun”, Fathurrohman, Pupuh dan
Sutikno, M.Sobry dalam Sari dan Hady (2017). Arikunto dalam Sari dan Hady
(2017) mengemukakan macam-macam disiplin belajar ditunjukkan oleh beberapa
perilaku yaitu, mentaati tata tertib sekolah, perilaku kedisiplinan di dalam kelas,
disiplin dalam menepati jadwal belajar, dan belajar secara teratur.
Berdasarkan pengertian dari para ahli di atas, penulis menyimpulkan bahwa
disiplin belajar adalah suatu usaha atau tindakan yang dilakukan oleh siswa untuk
mematuhi peraturan yang ada dalam praktik mencari pengetahuan, keterampilan,
nilai-nilai dan sikap untuk mencapai prestasi belajar yang baik. Disiplin belajar
bisa dilakukan di sekolah maupun di rumah. Dalam pelaksanaan disiplin belajar
siswa, orang tua dan pendidik bisa mendampingi untuk memberi motivasi belajar
serta menerapkan reinforcement positive and negative sehingga siswa bisa
meningkatkan kedisiplinan belajarnya.
Menurut Gunarsa dalam Melvin dan Surdin (2017) disiplin belajar meliputi:
(1)Taat, terdiri dari disiplin terhadap jam pelajaran, (2) Tanggung jawab, terdiri
dari kepatuhan terhadap jam pelajaran dan kepatuhan terhadap aturan sekolah, (3)
Komitmen, terdiri dari kesetiaan terhadap materi pelajaran, (4) Efektif, terdiri
dari keteraturan penggunaan waktu, dan (5) Kerja sama, terdiri dari ketertiban
dalam proses pembelajaran. Menurut Syafrudin dalam jurnal edukasi (2005)
membagi indikator disiplin belajar menjadi empat, yaitu: (1) Ketaatan terhadap
waktu belajar, (2) Ketaatan terhadap tugas-tugas pelajaran, (3) Ketaatan terhadap
penggunaan fasilitas belajar, dan (4) Ketaatan menggunakan waktu datang dan
waktu pulang. Sedangkan indikator disiplin belajar menurut penulis yaitu: (1)
disiplin terhadap peraturan yang ditetapkan di sekolah, (2) disiplin terhadap
peraturan yang ditetapkan di dalam kelas, dan (3) disiplin belajar di sekolah, dan
(4) disiplin belajar di rumah.
Untuk dapat memenuhi indikator disiplin belajar, maka ada beberapa hal yang
harus dilakukan oleh pendidik, diantaranya:
a. Pendidik hendaknya menjadi model bagi siswa. Artinya pendidik hendaknya
berperilaku yang mencerminkan nilai-nilai karakter bagi siswa, seperti
berperilaku jujur, disiplin, dan optimis dalam menyelesaikan persoalan
sehari-hari.
b. Pendidik hendaknya memahami dan menghargai perbedaan yang dimiliki
setiap siswa, misalnya: perbedaan kemampuan intelegensi siswa.
c. Pendidik memberikan bimbingan kepada siswa seperti memberikan
informasi tentang cara belajar dan memberi nasehat kepada siswa yang
bermasalah.
2.4 Pengertian Prestasi Belajar
Mutu pendidikan berkaitan erat dengan prestasi belajar. Menurut Winkel
dalam Agustina dan Hamdu (2011) “prestasi belajar adalah suatu bukti
keberhasilan belajar atau kemampuan seorang siswa dalam melakukan kegiatan
belajar sesuai dengan bobot yang dicapainya“, Mawarsih, dkk. (2013). Siswa
akan merasa bangga dan senang apabila prestasi yang diraihnya baik.
Di sekolah bentuk konkret prestasi belajar adalah nilai rapor yang diberikan
kepada siswa ketika akhir semester atau akhir program belajar. Menurut
Suryabrata dalam Mawarsih, dkk. (2013) “rapor merupakan perumusan terakhir
yang diberikan oleh guru mengenai kemajuan atau hasil belajar murid-muridnya
selama masa tertentu”.
Dengan demikian dapat diartikan bahwa prestasi belajar adalah hasil belajar
yang dicapai siswa setelah proses pembelajaran, yang dinyatakan dengan nilai
atau angka sesuai dengan batas ketuntasan minimum yang telah ditetapkan
sekolah dalam bentuk rapor, Mawarsih, dkk. (2013). Sedangkan prestasi belajar
menurut penulis adalah hasil belajar siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran
yang ditulis dalam bentuk nilai.
Keberhasilan seseorang dalam mencapai prestasi belajar tidak akan terlepas
dari berbagai faktor yang mempengaruhinya, baik itu faktor yang menunjang
maupun yang bersifat menghambat. Faktor-faktor yang memengaruhi hasil
belajar dibedakan menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa, seperti:
a. disiplin belajar; adalah disiplin diri yang menjadi prasyarat utama untuk
mencapai keberhasilan belajar, Susanto (2018).
b. kondisi fisiologis (keadaan fisik siswa); masalah kesehatan dapat
mempengaruhi sikap. Keadaan panca indera yang sehat, tubuh yang sehat,
makan yang cukup memungkinkan siswa belajar dengan tenang. Kesehatan
pendidik dan anak didik akan membantu terlaksananya ketertiban dan suasana
belajar yang tenang di dalam kelas, yang pada gilirannya meningkatkan hasil
yang dicapai, Sumantri (2010).
c. kondisi psikologi; tingkat kecerdasan, bakat, minat serta motivasi menjadikan
siswa untuk bisa mendapatkan hasil belajar yang baik.
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa, seperti:
a. Faktor lingkungan; siswa akan mudah terpengaruh dengan lingkungan
sekitarnya. Oleh karena itu perlu diciptakan lingkungan positif untuk
menunjang pembelajaran siswa seperti adanya hubungan harmonis antar
teman sebaya, pembelajaran dikaitkan dengan budaya yang ada di lingkungan
sekitas siswa.
b. Keluarga; keluarga merupakan lingkungan utama bagi siswa dalam proses
belajar. Keadaan yang ada dalam keluarga sangat berpengaruh bagi siswa
seperti suasana rumah, cara orang tua mendidik dan memberi motivasi
belajar, serta keadaan ekonomi keluarga.
c. Alat instrumen; alat instrumen merupakan salah satu faktor yang bisa
mempengaruhi hasil belajar siswa seperti pelaksanaan kurikulum,
keprofesionalan pendidik serta penyediaan sarana dan prasarana.
Sedangkan, Gunarsa dalam Melvin dan Surdin (2017) menyatakan bahwa
salah satu faktor yang menyebabkan tinggi rendahnya hasil belajar siswa adalah
disiplin belajar. Rendahnya hasil belajar merupakan kegagalan dalam belajar,
sebaliknya tingginya hasil belajar menunjukkan keberhasilan proses belajar
mengajar. Untuk mendapatkan hasil belajar yang baik dibutuhkan disiplin
belajar. Hasil belajar yang baik akan dicapai bila disiplin belajar juga tinggi,
begitu pun sebaliknya.
Oleh karena itu, sangat penting bagi siswa dan pendidik untuk menanamkan
sikap disiplin belajar untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Selain itu, peran
orangtua juga diperlukan demi terbentuknya kebiasaan siswa untuk belajar. Jadi
jika siswa sudah terbiasa untuk belajar, maka untuk memperoleh prestasi belajar
yang baik akan lebih mudah.
2.5 Pengertian Matematika
Menurut James dalam kamus matematikanya menyatakan bahwa
“Matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran dan
konsep-konsep berhubungan lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi ke
dalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis dan goemetri. Matematika dikenal
sebagai ilmu dedukatif, karena setiap metode yang digunakan dalam mencari
kebenaran adalah dengan menggunakan metode deduktif, sedang dalam ilmu
alam menggunakan metode induktif atau eksprimen, Hasratuddin (2014). Adanya
pelajaran matematika bertujuan agar siswa dapat memecahkan permasalahan
sehari-hari yang berhubungan dengan matematika.
Namun, hampir semua siswa beranggapan bahwa matematika merupakan
salah satu pelajaran yang sangat sulit dan membosankan karena terlalu banyak
rumus yang harus diingat. Oleh karena itu, hampir semua siswa yang tidak
menyukai pelajaran matematika memperoleh prestasi belajar yang kurang baik.
Sebenarnya banyak faktor yang mempengaruhi ketidaksenangan siswa
terhadap pelajaran matematika yaitu faktor internal (berasal dari dalam diri
siswa) seperti rendahnya disiplin belajar terhadap pelajaran matematika sehingga
menyebabkan siswa sulit memahami materi dari pelajaran matematika, dan faktor
eksternal (berasal dari luar diri siswa) seperti cara guru menjelaskan mengenai
materi matematika yang kurang tepat sehingga tidak menimbulkan ketertarikan
terhadap siswa untuk mempelajarinya.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil yaitu pada 8 September
2018 sampai 4 Oktober 2018
2. Tempat penelitian
Tempat yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah SDN Kiduldalem
1 Malang yang terletak di Jalan Majapahit, RT/RW 4/2, Dusun
Kiduldalem, Desa/ Kelurahan Kiduldalem, Kecamatan Klojen, Kota
Malang. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas 5 tahun ajaran
2018/2019.
3.2 Jenis dan Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian causal comparatif atau hubungan sebab
akibat dengan pendekatan ex post facto, karena peneliti bermaksud untuk
menganalisis pengaruh variabel bebas dan variable terikat dari data populasi yang
diperoleh kemudian diinterpretasikan.
3.3 Populasi Penelitian
Menurut Sugiyono (2014), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri
dari objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari yang kemudian ditarik kesimpulannya.
Berdasarkan definisi tersebut maka populasi dalam penelitian ini adalah siswa
kelas 5 SDN Kiduldalem 1 Malang semester ganjil tahun ajaran 2018/2019
sebanyak 54 siswa yang terbagi menjadi dua kelas yaitu 5A sebanyak 28 siswa
dan 5B sebanyak 26 siswa.
3.4 Desain Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pengaruh disiplin belajar di
sekolah terhadap prestasi belajar siswa. Oleh karena itu, peneliti menggunakan
angket yang berisi hal-hal mengenai disiplin belajar untuk diberikan kepada 54
siswa, kemudian mengolah data tersebut dengan melihat hasil belajar siswa yang
telah diperoleh sebelumnya seperti nilai PH dan UTS.
3.5 Instrumen Penelitian
Menurut Supardi (2011), instrumen penelitian adalah suatu alat yang
digunakan oleh peneliti untuk mengukur fenomena alam atau gejala sosial.
Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur nilai variabel yang diteliti.
Dalam memudahkan penelitian ini, maka peneliti menggunakan angket sebagai
instrumen penelitian untuk memperoleh data mengenai disiplin belajar siswa.
Angket yang dijadikan sebagai instrumen penelitian berisikan pertanyaan-
pertanyaan ataupun pernyataan yang harus dijawab oleh 54 siswa kelas 5.
3.6 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data
adalah dengan melakukan angket, dokumentasi, dan observasi. Angket
(kuesioner) merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden
untuk wajib dijawab. Pemberian angket bertujuan untuk mendapatkan data
tentang disiplin belajar.
Dokumentasi adalah proses pengumpulan data dengan mengambil foto dari
data-data siswa kelas 5 SDN Kiduldalem 1 Malang yang sudah ada sebelumnya
seperti transkip, buku jurnal harian, rapor, dll. Dokumentasi bertujuan untuk
mengetahui histori capaian belajar siswa sehingga peneliti dapat membandingkan
hasil tes yang diperoleh dengan catatan hasil capaian belajar siswa sebelumnya.
Menurut Sugiyono (2014) teknik pengumpulan data dengan observasi
digunakan bila, penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja,
gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar. Dalam hal
ini, observasi dilakukan untuk mengetahui secara langsung sebesar apa tingkat
disiplin belajar siswa kelas 5 di SDN Kiduldalem 1 Malang.
3.7 Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis kuantitatif berupa
statistik deskriptif dan deskriptif korelasional. Analisis statistik deskriptif adalah
statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan
atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa
bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.
Analisis ini hanya berupa akumulasi data dasar dalam bentuk deskripsi semata
dalam arti tidak mencari atau menerangkan saling hubungan, menguji hipotesis,
membuat ramalan, atau melakukan penarikan kesimpulan. Analisis ini digunakan
untuk menganalisis seberapa besar tingkat disiplin belajar siswa kelas 5 SDN
Kiduldalem 1 Malang. Teknik analisis statistik deskriptif dalam penelitian ini
akan menggunakan penyajian data dalam bentuk tabel atau distribusi frekuensi
dan penyajian data dalam bentuk visual seperti diagram batang dan diagram
lingkaran agar diketahui apakah disiplin belajar siswa termasuk dalam kategori
rendah atau tinggi.
Sementara itu, untuk menganalisis adanya pengaruh disiplin belajar di
sekolah terhadap prestasi belajar matematika siswa kelas 5 SDN Kiduldalem 1
Malang peneliti menggunakan analisis deskriptif korelasional. Analisis deskriptif
korelasional adalah analisis statistik yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya
pengaruh antara dua atau beberapa variabel tanpa ada upaya untuk mengetahui variabel
tersebut sehingga tidak terdapat manipulasi variabel.
DAFTAR RUJUKAN
Ardiansyah, Hanif. 2013. Skripsi: Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Disiplin
Belajar Siswa Kelas Xii Jurusan Administrasi Pekantoran Di Smk Nu 01
Kendal Tahun Pelajaran 2012/2013. (Online)
http://lib.unnes.ac.id/19237/1/7101408269.pdf [diakses, 8 Oktober 2018]
Darmadi. 2017. Pengembangan Model dan Metode Pembelajaran dalam
Dinamika Belajar Siswa. Yogyakarta:Deepublish (Online)
https://books.google.co.id/books?id=MfomDwAAQBAJ&dq=pengertian
+disiplin+belajar&hl=id&source=gbs_navlinks_s [diakses 8 Oktober
2018]
Hamdi, Asep Saepul., & E. Bahruddin. 2015.Metode Penelitian Kuantitatif
Aplikasi dalam Pendidikan. Yogyakarta:Deepublish, (Online)
https://books.google.co.id/books?id=nhwaCgAAQBAJ&printsec=frontco
ver&dq=pengertian+data+penelitian+deskriptif+kualitatif&hl=id&sa=X
&ved=0ahUKEwjfkrKviqneAhVCpI8KHWoRDzsQ6AEILjAB#v=onep
age&q=pengertian%20data%20penelitian%20deskriptif%20kualitatif&f=
false [diakses 28 Oktober 2018]
Hasratuddin. 2014. Pembelajaran Matematika Sekarang dan yang akan Datang
Berbasis Karakter. Jurnal Didaktik Matematika ISSN: 2355-4185.
Mawarsih, Siska Eko., dkk. 2013. Pengaruh Perhatian Orang Tua dan Motivasi
Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa SMA Negeri Jumapolo. JUPE
UNS, Vol. 1,No. 3, Hal 1 S/D 13. (Online)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/ekonomi/article/view/2549/1806
[diakses 7 Oktober 2018]
Melvin, Tria & Surdin. 2017. Hubungan Antara Disiplin Belajar Di Sekolah
Dengan Hasil Belajar Geografi Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 10
Kendari. Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 April
2017.
Sari, Bella Puspita & Hady Siti Hadijah. 2017. Meningkatkan Disiplin Belajar
Siswa Melalui Manajemen Kelas (Improving Students’ Learning
Discipline Through Classroom Management. Jurnal Pendidikan
Manajemen Perkantoran Vol.1_No.1_Hal. 124-131_JULI 2017.
Syafruddin. 2005. Hubungan antara Disiplin Belajar dan Perhatian Orang Tua
dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia SMA PGRI Sungguminasa
Kabupaten Gowa. Jurnal Edukasi. No. 2. Hal 79 –85. FIP. Universitas
Negeri Makasar.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif. Kualitatif. R&D.
Bandung:Alfabeta.
Sumantri, Bambang. 2010. Pengaruh Disiplin Belajar Terhadap Prestasi Belajar
Siswa Kelas Xi Smk PGRI 4 Ngawi Tahun Pelajaran 2009/2010 .Media
Prestasi Vol.. Vi No. 3 Edisi Desember 2010. (Online)
http://jurnal.stkipngawi.ac.id/index.php/mp/article/view/53/pdf_25
[diakses 7 Oktober 2018]
Supardi. (2011). Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa.
Jakarta:Gramedia Widiasarana.
Susanto, Ahmad. 2018. Bimbingan dan Konseling di Sekolah: Konsep, Teori, dan
Aplikasinya. Jakarta:Kencana (Online)
https://books.google.co.id/books?id=TuNiDwAAQBAJ&pg=PA119&dq
=pengertian+disiplin+belajar&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwik7NrxyfTd
AhUHSY8KHdbfDFYQ6AEIMTAC#v=onepage&q=pengertian%20disi
plin%20belajar&f=false [diakses 7 Oktober 2018]
Susanto, Ahmad. 2016. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar.
Jakarta:Kencana (Online)
https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=IeVNDwAAQBAJ&oi=
fnd&pg=PA1&dq=pengertian+belajar&ots=U5Rd5g3tga&sig=KfZbLjcq
K2it1qJ3pgn7kWSCRVw&redir_esc=y#v=onepage&q=pengertian%20b
elajar&f=false [diakses 7 Oktober 2018]
Suwendra, I Wayan. 2018. Metodologi Penelitian Kualitatif dalam Ilmu Sosial,
Pendidikan Kebudayaan dan Keagamaan. Bali:Nilackra, (Online)
https://books.google.co.id/books?id=8iJtDwAAQBAJ&pg=PA74&dq=p
engertian+analisis+data&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwin_tnboaneAhWJ
RY8KHa1mDtEQ6AEIKDAA#v=onepage&q=pengertian%20analisis%
20data&f=false [diakses 28 Oktober 2018]
Yuliantika, Siska. 2017. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Disiplin
Belajar Siswa Kelas X, Xi, Dan Xii Di Sma Bhakti Yasa Singaraja Tahun
Pelajaran 2016/2017. E-Journal Jurusan Pendidikan Ekonomi Vol: 9 No:
1 Tahun: 2017.
STUDI KASUS TENTANG ANALISIS DAMPAK LATAR BELAKANG
KELUARGA “BROKEN HOME” TERHADAP PERFORMA BELAJAR
SISWA KELAS 1 SD NEGERI WONOKOYO 01 KOTA MALANG TAHUN
PELAJARAN 2018/2019
Oleh :
Yuliani Budi L B7 PGSD
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Siswa sekolah dasar merupakan generasi-generasi yang akan berperan
aktif di masa yang akan datang. Masa depan bangsa sangat ditentukan dari
generasi penerusnya. Pendidikan merupakan salah satu pendorong majunya
generasi penerus yang akan lebih baik dari sebelumnya. Sehingga pendidikan
sangat berperan penting dalam mengembangkan potensi siswa dan membangun
karakter siswa agar menjadi generasi maju di masa depan.
Lingkungan anak yang pertama adalah keluarga. Salah satu pendidikan
yang harus diajarkan di keluarga adalah membaca, menulis, dan berhitung. Agar
anak dapat menjadi generasi yang unggul keluarga juga harus mendorong seorang
anak untuk berkembang, baik dalam bidang pengetahuan dan teknologi. Dengan
adanya dorongan dari keluarga akan menciptakan penerus bangsa yang unggul
baik dalam bidang akademik maupun non akademik. Begitu juga sebaliknya,
apabila keluarga tidak mendorong seorang anak untuk menjadi generasi unggul
maka kedepannya tidak ada penerus bangsa yang akan membawa perubahan di
masa depan
Menurut Somadoyo (2011:13), membaca bukan menghafal kata demi
kata atau kalimat demi kalimat yang terdapat dalam bacaan, yang lebih penting
dalam proses membaca adalah menangkap pesan, informasi, fakta, atau ide
pokok bacaan yang baik.
Menurut Hernowo (2006:33), terdapat 2 manfaat dari membaca yaitu
manfaat umum dan manfaat khusus. Manfaat umum dari membaca adalah dapat
belajar dari pengalaman orang lain. Sedangkan manfaat khusus dari membaca
buku adalah bahwa orang yang rajin membaca buku dapat terhindar dari
kerusakan jaringan otak di masa tua. Selain 2 manfaat diatas terdapat manfaat
lain dari membaca salah satunya adalah menggali potensi diri anak.
Anak usia sekolah yang tidak memiliki keterampilan membaca, akan
mengalami banyak kesulitan dalam proses belajar mengajar pada kelas-kelas
berikutnya. Maka dari itu, anak harus belajar membaca agar dia dapat belajar.
Belajar tidak hanya dilakukan di sekolah saja melainkan keluarga juga harus
melatih dirumah. Dengan adanya latihan yang diberikan oleh kedua orang tua
maka anak semakin hari akan terbiasa belajar membaca. Tetapi sebaliknya
apabila kedua orang tua sibuk dalam hal pekerjaannya ataupun anak tersebut
kurang perhatian dari kedua orang tuanya karena masalah keluarga “Broken
Home” maka yang harus dilakukan yaitu guru ekstra keras dalam mengajarkan
ketinggalan yang terjadi.
Dari hasil observasi peneliti di lapangan menunjukkan bahwa banyak
anak usia sekolah yang tidak mampu dalam hal membaca. Seperti yang terjadi
pada siswa kelas I SDN Wonokoyo 1 Kota Malang, keterampilan membaca pada
siswa kelas I SDN Wonokoyo 1 Kota Malang ini masih kurang. Kurangnya
keterampilan siswa dalam membaca dapat dilihat dari kegiatan pembelajaran di
kelas, ketika mata pelajaran IPA dengan materi “Mengenal Anggota Tubuh”
banyak siswa yang tidak dapat menyebutkan dan memasangkan nama dan bagian
anggota tubuh. siswa mengalami kesulitan dalam mengeja, membedakan huruf-
huruf yang hampir sama, dan membunyikan nama anggota tubuh. Dengan kata
lain masih ada siswa yang belum bisa membaca dengan lancar. (Umi Kulsum,
2018)
Permasalahan membaca ini timbul karena latar belakang yang berbeda-
beda. Ada yang berasal dari lingkungan keluarga, ada yang berasal dari
lingkungan sekolah, serta rendahnya minat siswa dalam belajar membaca karena
malas atau masih senang bermain. Ada orangtua yang sibuk dengan
pekerjaannya, sehingga tidak memiliki waktu luang untuk belajar bersama
anaknya. Seperti pengakuan dari salah satu siswa kelas I, bahwa ibunya sibuk
bekerja sehingga ketika di rumah, dia hanya bermain dengan neneknya.
Sedangkan ayahnya tidak tinggal serumah dengan siswa tersebut. Siswa kurang
memiliki keterampilan membaca juga dikarenakan semangat belajarnya yang
rendah dan tidak ada dorongan dari orang tua.
Dalam penelitian ini, saya mengambil satu faktor penghambat
kemampuan membaca yang berasal dari lingkungan keluarga. Dimana keluarga
yang dimaskud dalam hal ini yaitu keluarga yang tidak lengkap atau bisa disebut
juga dengan istilah “broken home”.
Siswa yang mengalami kondisi seperti ini biasanya sering mengalami
depresi, kurang kuatnya daya ingat yang disebabkan karena siswa tersebut
sering melamun saat proses pembelajaran. Dampak yang ditimbulkan dari
adanya keluarga yang tidak utuh dapat mempengaruhi performa belajar anak.
Keluarga yang tidak harmonis juga mengakibatkan dampak negatif dalam
keluarga itu sendiri.
Banyak dampak yang muncul pada seorang anak yang mengalami “broken
home” kondisi ini dapat menimbulkan dampak negatif yang sangat besar
terutama bagi minat belajar sebagai seorang siswa karena tidak sanggup
menerima kenyataan yang terjadi dalam keluarganya yang disebabkan
kurangnya perhatian dan kasih sayang dari keluarga yang terpecah belah.
Tetapi sebaliknya dampak positif dari anak yang mengalami broken home,
yaitu anak dari keluarga tidak harmonis justru minat belajarnya semakin tinggi,
dengan tujuan akan membuktikan bahwa anak yang berasal dari keluarga
broken home bisa lebih baik dibandingkan dengan anak yang bukan berasal
dari keluarga broken home selain itu juga memiliki minat belajar yang tinggi
sehingga performa belajar di sekolah tidak terganggu.
Berdasarkan permasalahan di atas, maka perlu diadakan penelitian yang berjudul
“STUDI KASUS TENTANG ANALISIS DAMPAK LATAR BELAKANG
KELUARGA “BROKEN HOME” TERHADAP PERFORMA BELAJAR
SISWA KELAS 1 SD NEGERI WONOKOYO 01 KOTA MALANG TAHUN
PELAJARAN 2018/201
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana cara mengatasi dampak keluarga “Broken Home” pada
sebagian siswa kelas 1 SD NEGERI WONOKOYO 01 KOTA
MALANG TAHUN PELAJARAN 2018/2019 ?
2. Bagaimana perbandingan performa belajar yang terjadi antara
anak dari keluarga “Broken Home” dan juga anak dari
keluarga yang tidak “Broken Home”pada siswa kelas 1 SD
NEGERI WONOKOYO 01 KOTA MALANG TAHUN
PELAJARAN 2018/2019 ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka kegunaan penelitian ini
adalah untuk mengatasi dampak keluarga “Broken Home” dan mengetahui
seberapa besar perbedaan hasil performa belajar yang terjadi antara anak dari
keluarga “Broken Home” dan juga anak dari keluarga yang tidak “Broken
Home” pada siswa kelas 1 SD NEGERI WONOKOYO 01 KOTA
MALANG TAHUN PELAJARAN 2018/2019.
D. Manfaat Penelitian
Secara umum, manfaat dari hasil penelitian ini adalah memberikan
sumbangan ide dalam mengatasi siswa dengan latar belakang keluarga “Broken
Home” dan dapat mengukur perbedaan hasil performa belajar antara siswa dengan
latar belakang keluarga utuh dan siswa dengan latar belakang keluarga “Broken
Home”
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
A. Lokasi Penelitian
Dalam penelitian proposal skripsi ini penulis melakukan
penelitian di SD NEGERI WONOKOYO 01 KOTA MALANG.
Sekolah ini terletak di ujung Kota Malang dengan mayoritas penduduk
keluarga dengan tingkat pendidikan yang rendah.
B. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara
terencana dan sistematis untuk mendapatkan jawaban pemecahan
masalah terhadap performa belajar anak kelas 1 dengan latar belakang
keluarga “Broken Home”. Jenis penelitian ini adalah penelitian studi
kasus.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia studi kasus merupakan
pendekatan untuk meneliti gejala sosial dengan menganalisis satu
kasus secara mendalam dan utuh.
C. Metode Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data peneliti menggunakan 3 cara sebagai
berikut :
1. Dokumen Analisis
Dokumen analisis dalam penilitian ini yaitu dilihat dari
data Kartu Keluarga siswa kelas 1 SD NEGERI WONOKOYO
01 KOTA MALANG TAHUN AJARAN 2018/2019. Dalam
Kartu Keluarga yang dikumpulkan terdapat ±50% siwa dengan
latar belakang keluarga “Broken Home”.
2. Angket
Angket merupakan pentanyaan tertulis yang digunakan
untuk memperoleh informasi dari responden tentang keluarga dan
siswa kelas 1 SD NEGERI WONOKOYO 01 KOTA MALANG
TAHUN AJARAN 2018/2019. Dalam angket tersebut tedapat
pertanyaan seputar keseharian siswa kelas 1 baik di rumah maupun
di sekolah. Keseharian berupa kegiatan mulai pagi bagun tidur
sampai malam tidur lagi, kebiasaan di rumah maupun di sekolah.
3. Wawancara
Dalam metode wawancara yang dilakukan peneliti.
Wawancara ditujukan kepada siswa kelas 1 dan juga guru SD
NEGERI WNOKOYO 01 KOTA MALANG TAHUN AJARAN
2018/2019. Wawancara kepada siswa meliputi materi yang telah
diperoleh dalam semeter 1 dan juga bagaimana cara siswa belajar
di rumah dan juga keseharian di rumah. Sedangkan wawancara
yang ditujukan kepada guru meliputi latar belakang siswa kelas 1
dan juga keseharian siswa di dalam kelas pada saat proses belajar
mengajar.
DAFTAR RUJUKAN
Dhieni, Mengikat Makna: Kiat-Kiat Ampuh Untuk Melejitkan Kemauan
Plus Kemampuan Membaca dan Menulis Buku. Bandung: Penerbit Kaifa,
2007 hlm 5-3
Kamus Besar Bahasa Indonesia
Kulsum. Umi S.Pd melalui wawancara guru kelas 1 SD Negeri
Wonokoyo 01 Kota Malang
Olivia & Ariani, Bagaimana Meningkatkan Kemampuan Membaca.
CV.Sinar Baru:Bandung 2009 hlm. xii
Somadoyo.Samsu , Straregi dan Teknik Pembelajaran Membaca,
(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), 13.
Sudirman N., dkk., Ilmu Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosda Karya,
1992), 4.