Anda di halaman 1dari 5

Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang

atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui


upaya pengajaran dan pelatihan, (Umar, 2010). Mendidik dan mengajar
adalah proses memanusiakan manusia, sehingga harus
memerdekakan manusia dan segala aspek kehidupan baik secara fisik,
mental , jasmani dan rohani, (Dewantara, 1962). Menurut (UU RI No. 20,
2003) pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan Negara. Menurut (Dewantara, 2009)
menjelaskan tentang pengertian pendidikan yaitu: Pendidikan yaitu
tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya,
pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada
anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota
masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-
tingginya. Adanya pendidikan maka seseorang mampu
mengembangkan potensi dirinya agar dapat menyelesaikan suatu
permasalahan dalam kehidupan di kemudian hari dengan bekal ilmu
dan keterampilan yang sudah di dapatkan melalui proses pendidikan,
(Sujana, 2019) Pendidikan karakter penting ditanamkan bagi siswa
untuk membentuk seseorang menjadi pribadi yang baik (Tsauri, 2015).
Dari beberapa pengertian pendidikan menurut ahli tersebut maka
dapat disimpulkan bahwa Pendidikan adalah Bimbingan atau
pertolongan yang diberikan oleh orang dewasa kepada perkembangan
anak untuk mencapai kedewasaannya dengan tujuan agar anak cukup
cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri tidak dengan bantuan
orang lain.

Bullying merupakan kata dari bahasa inggris yang memiliki arti dalam
bahasa Indonesia yakni, penindasan/risak. Secara umum, bullying
merupakan suatu tindak kekerasan atau penindasan kepada seseorang
secara disengaja olah suatu individu maupun kelompok dengan tujuan
untuk membuat korban tersakiti dan takut serta dilakukan secara terus
menerus. Menurut Schott (2014), bullying merupakan tindakan kasar
atau agresif kepada seseorang baik secara fisik maupun verbal yang
dilakukan oleh seseorang atau kelompok yang merasa mereka lebih
kuat dibandingkan kekuatan korban yang ditindasnya. Bullying telah
digolongkan ke dalam enam jenis, yaitu: 1. Penindasan secara kontak
langsung Penindasan ini dilakukan dengan cara memukul, mendorong,
mencubit, mengigit, mencakar, serta melakukan pemerasan dan
merusak barang yang dimiliki oleh orang lain.

Manusia disebut sebagai makhluk sosial karena di dalam suatu


kehidupan selalu ada proses interaksi antar sesama manusia. Setiap
masing-masing individu memiliki konflik yang berbeda-beda, mulai dari
konflik dalam proses interaksi, konflik kekerasan baik kekerasan secara
verbal maupun non verbal. Menurut Priyatna (2010), bullying
merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh pelaku dengan unsur
kesengajaan terhadap korban. Sejalan dengan pendapat Olweus (2005)
yang mengemukakan bahwa bullying merupakan suatu perilaku agresif
yang dilakukan dengan sengaja oleh si pelaku baik 1 orang atau lebih
dengan kurun waktu yang cukup lama kepada korban yang tidak dapat
melindungi dirinya sendiri. Di zaman sekarang ini, perilaku bullying
sudah tidak asing muncul di lingkungan sekitar kita. Perilaku bullying
dapat menyebabkan perkembangan remaja di bidang akademik
maupun non akademik menjadi terganggu. Pada bidang akademik
contohnya yakni pada saat proses belajar mengajar korban dari
perilaku bullying cenderung enggan bergaul dengan sesama, sehingga
korban jadi lebih pasif pada saat proses diskusi.

Manusia disebut sebagai makhluk sosial karena di dalam suatu


kehidupan selalu ada proses interaksi antar sesama manusia. Setiap
masing-masing individu memiliki konflik yang berbeda-beda, mulai dari
konflik dalam proses interaksi, konflik kekerasan baik kekerasan secara
verbal maupun non verbal. Menurut Priyatna (2010), bullying
merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh pelaku dengan unsur
kesengajaan terhadap korban. Sejalan dengan pendapat Olweus (2005)
yang mengemukakan bahwa bullying merupakan suatu perilaku agresif
yang dilakukan dengan sengaja oleh si pelaku baik 1 orang atau lebih
dengan kurun waktu yang cukup lama kepada korban yang tidak dapat
melindungi dirinya sendiri. Di zaman sekarang ini, perilaku bullying
sudah tidak asing muncul di lingkungan sekitar kita. Perilaku bullying
dapat menyebabkan perkembangan remaja di bidang akademik
maupun non akademik menjadi terganggu. Pada bidang akademik
contohnya yakni pada saat proses belajar mengajar korban dari
perilaku bullying cenderung enggan bergaul dengan sesama, sehingga
korban jadi lebih pasif pada saat proses diskusi.

Data statistik untuk orang yang menderita gangguan mental di dunia


mencapai angka 450 juta orang dengan angka kejadian terbanyak di
India (4,5%) (Ritchie, Hannah dan Roser, 2018). Pada tahun 2017,
hampir 27,3 juta orang di Indonesia mengalami masalah mental.
Datatersebut berdasarkan survei Global Health Data Exchange dalam
Lembaga Bantuan Hukum Masyarakat (2021) 1 . Negara Indonesia
memiliki masalah mental diantaranya masalah kecemasan, kepribadian
psikotik (halusinasi) dan masalah stres pasca trauma 2 . Masalah stres
pasca trauma yang menjadi fokus pembahasan adalah masalah
bullying. Prevalensi bullying tertinggi diamati di wilayah besar di Asia
Barat yaitu sebanyak 45,1% dan untuk terendah ada diBenua lainnya,
tepatnya di Eropa dengan prevalensi sebanyak 8,4% 3 . World Health
Organization atau WHO melakukan penelitian dan didapatkan adanya
korban bullying berdasarkan rentang usia dari 13 sampai 17 tahun di
wilayah Asia Tenggaradan Asia Selatan di negara seperti Bhutan,
Indonesia, Maldives, Myanmar, Thailand, Nepal, Timor Leste, Sri Lanka,
Bangladesh, dan India. Hasilnya terdapat dampak dari korban bullying
yang berakibat pada kesehatan mental korban, yaitu sebesar 33,02%
angka untuk kecemasan, sebesar 30,09 % angka untuk percobaan
bunuh diri, dan sebesar 32, 96%keinginan untuk menyendiri angka
untuk sepanjang tahun 2014 sampai tahun 2016 28 .
Kekerasan merupakan suatu hal yang paling banyak ditakuti oleh
manusia. Baik kekerasan langsung maupun tidak langsung, baik
kekerasan verbal maupun non verbal. Bentuk kekerasan yang paling
sering terjadi di sekolah adalah bullying. Menurut penelitian yang
dilakukan oleh pemerintah pada 2009, hampir separuh anak-anak di
Inggris (46 persen) berkata mereka pernah di-bully. Bullying tidak
memilih usia atau jenis kelamin korban. Biasanya yang menjadi korban
pada umumnya adalah anak yang lemah, pemalu, pendiam, dan special
(cacat, tertutup, pandai, cantik, atau punya ciri tubuh tertentu), yang
dapat menjadi bahan ejekan. Di Indonesia sendiri, kasus bullying di
sekolah sudah merajalela. Baik di tingkat sekolah dasar, menengah,
sampai perguruan tinggi. Dari 2011 hingga Agustus 2014, KPAI
mencatat 369 pengaduan terkait masalah tersebut. Jumlah itu sekitar
25% dari total pengaduan di bidang pendidikan sebanyak 1.480 kasus.
Bullying yang disebut KPAI sebagai bentuk kekerasan di sekolah,
mengalahkan tawuran pelajar, diskriminasi pendidikan, ataupun aduan
pungutan liar.1 Hal ini sangat menyedihkan mengingat anak
seharusnya mendapatkan keamanan dan kenyamanan dilingkungan
bermainnya. Menurut Undang-Undang Perlindungan Anak No. 23
Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak Bab III Mengenai Hak Dan
Kewajiban Anak, mengatakan bahwa setiap anak berhak untuk dapat
hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai
dengan harkat dan martabat kemanusiaan serta mendapat
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.2 Selain itu, Komisi
Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) juga merilis data bahwa kasus
bullying ditemukan sekitar 87,6 % dimana korban laki-laki lebih banyak
dari perempuan dan perilaku bullying lebih rentan terjadi pada usia
remaja awal.

Dalam beberapa tahun terakhir, fenomena school bullying atau


bullying mulai mendapat perhatian peneliti, pendidik, organisasi
perlindungan, dan tokoh masyarakat. Pelopornya adalah Profesor
Olweus dari University of Bergen yang sejak 1970-an di Skandinavia
mulai memikirkan secara serius tentang fenomena bullying di sekolah.
Maraknya bullying pada anak –anak saat ini mulai terjadi. Bullying tidak
hanya terjadi pada anak usia remaja. Saat ini anak usia Sekolah Dasar
(SD) sudah mulai mengenal bullying. Secara tidak disadari, mereka
melakukan tindakan bullying kepada teman sebaya ataupun teman
sekelas. Tindakan yang mereka lakukan biasanya yaitu, mengejek
teman, menjauhi teman, mengancam, bahkan melakukan tindakan fisik
seperti memukul dengan tangan. Salah satu kasus kematian akibat
bullying adalah kematian anak remaja usia 13 tahun berinisial FK yang
melakukan aksi bunuh diri pada 15 Juli 2005. Kematian siswi Sekolah
Dasar ini dipicu oleh rasa minder dan frustasi karena sering diejek
sebagai anak tukang bubur oleh teman-teman sekolahnya. Bullying
muncul akibat adanya pelanggaran yang disertai dengan
penghukuman, terutama fisik, akibat buruknya sistem dan kebijakan
pendidikan yang berlaku, yaitu muatan kurikulum yang hanya
mengandalkan aspek kognitif dan mengabaikan pendidikan dengan
kemampuan efektif. Lingkungan sekolah dan keluarga menjadi salah
satu faktor yang paling berpengaruh terhadap tindakan bullying yang
dilakukan oleh anak.

Anda mungkin juga menyukai