Anda di halaman 1dari 11

DAMPAK BULLYING TERHADAP PESERTA DIDIK SMA

1
Dinda Aulia, 2Rosalinda Nababan

Dr. Junita Friska,S.Pd., M.Pd

Universitas Negeri Medan

ABSTRAK

Bullying (perundungan) adalah perilaku kekerasan yang agresif dan menimbulkan


permusuhan antara dua pihak (pelaku dan korban), serta berulang sebagai perilaku yang
negatif sehingga terjadi ketidakseimbangan kekuatan antar pihak tersebut. Bullying dapat
terjadi di berbagai kalangan, salah satunya remaja di sekolah. Secara global, diperkirakan 246
juta anak-anak dan remaja menjadi menjadi korban dengan berbagai bentuk tindakan setiap
tahunnya salah satunya Sekolah Menengah Atas (SMA) mengalami bullying (24,08% pada
laki-laki dan 17.40% pada perempuan). Penelitian ini bertujuan untuk memperlihatkan
hubungan antara bullying dengan mental pada peserta didik SMA. Adapun metode yang
digunakan yaitu penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan fenomenologis. Hasil
yang didapatkan dari penelitian yaitu tindakan bully masih marak terjadi dikalangan siswa
khususnya siswa SMA. Tindakan bully ini sangat mempengaruhi mental siswa yang menjadi
korban, banyak penelitian menyebutkan bhawa sebagian besar siswa yang melakukan
tindakan percobaan bunuh diri adalah mereka yang menjadi korban tindakan bully.

Kata kunci: Bullying, Peserta didik, SMA

ABSTRACT

Bullying is violent behavior that is aggressive and creates hostility between two
parties (perpetrators and victims), and is repeated as negative behavior resulting in an
imbalance of power between the parties. Bullying can occur in various circles, one of which
is teenagers at school. Globally, it is estimated that 246 million children and adolescents
become victims of various forms of action each year, one of which is high school (SMA)
experiencing bullying (24.08% for boys and 17.40% for girls). shows the relationship
between bullying and mentality in high school students. The method used is qualitative
research using a phenomenological approach. The results obtained from the study are that
bullying is still prevalent among students, especially high school students. This bullying act
greatly affects the mentality of students who are victims, many studies say that most students
who attempt suicide are those who are victims of bullying.

Key words: Bullying, Students, Senior High School


PENDAHULUAN menjadi 93 orang.
Perilaku bullying di Indonesia Besarnya angka pelaku bullying
belum mendapatkan perhatian resmi dari dibandingkan angka korban bullying
pemerintah, sebagian besar sekolah maupun merupakan indikator bahwa bullying
perguruan tinggi belum memberikan dilakukan oleh beberapa orang dengan
kebijakan prosedur mengatasi kasus korban yang tidak sebanding dengan
bullying, padahal menurut hasil survei Plan kelompok yang melakukan bullying.
Indonesia dan penelitian yang di lakukan Bullying tidak sekedar mencermati pelaku
oleh yayasan SEJIWA di 3 kota besar di bullying dan korbannya Schott (2014).
Indonesia yaitu Jakarta, Yogyakarta dan Fenomena bullying tidak hanya dilihat dari
Surabaya pada tahun 2008 lalu, 66,1% sudut pandang individu pelaku dan korban,
pelajar SMP dan SMA 67,9% menyatakan tetapi hal itu lebih menitikberatkan pada
tindakan bullying pernah terjadi di sekolah aspek sosial yang melatarbelakangi
tersebut. Menurut Simbolon (2005) , survei fenomena tersebut terjadi (Schott, 2014).
yang di lakukan Departemen pendidikan Iklim sosial sering menjadi indikator
menyebutkan bahwa terdapat 24.898 beberapa fenomena yang muncul di
tindakan bullying di sekolah, dari jumlah masyarakat. Termasuk bullying, korban
tersebut 12.307 khasus terjadi di perguruan mengalami kekerasan karena dianggap di
tinggi swasta, pada tahun 2006 di indonesia luar lingkaran sosial pelaku bullying.
terdapat 247 kasus kekerasan fisik (29
kasus terjadi di sekolah), 426 kasus Karena poin bullying terletak pada
kekerasan seksual (67 kasus di sekolah) dan fenomena sosial, Olweus (1999)
561 kekerasan psikis (96 kasus terjadi di mendefinisikan bullying sebagai masalah
sekolah). Muhammad (2009) menyebutkan psikososial dengan menghina dan
Bahkan pada bulan januari sampai juni merendahkan orang lain secara berulang-
2007, Komisi perlindungan anak mendapat ulang dengan dampak negatif terhadap
laporan 326 kasus bullying yang terjadi di pelaku dan korban bullying di mana pelaku
wilayah Jabodetabek, angka ini mempunyai kekuatan yang lebih
menunjukan telah terjadi peningkatan kasus dibandingkan korban. Mengacu pada
bullying yang sangat besar. definisi bullying menurut Olweus (1999),
Schott (2014) memetakan tiga poin yang
Komisi Perlindungan Anak terdapat pada definisi tersebut. Diantaranya
Indonesia (KPAI, 2016) mengidentifikasi adalah terkait bullying sebagai tindakan
kasus yang mengacu pada klaster agresi individu, bullying sebagai kekerasan
perlindungan anak dari tahun 2011-2016. sosial, dan bullying sebagai dinamika
KPAI menyebutkan angka korban bullying kelompok disfungsional Schott (2014).
di atas 50 sejak 2011-2016. Terakhir, pada Bullying merupakan tindakan agresif, baik
tahun 2016 angka korban mencapai 81. secara fisik maupun verbal, yang dilakukan
Angka tersebut ditemukan pada kasus oleh individu (Schott, 2014). Tindakan
bullying yang terjadi di lingkungan sekolah. tersebut dilakukan secara berulang kali, dan
Untuk angka pelaku bullying, KPAI (2016) terdapat perbedaan kekuatan antara pelaku
menemukan jumlah di atas 40 orang. Pada dan korban (Schott, 2014). Perbedaan
tahun 2016, jumlah pelaku bullying di kekuatan dalam hal ini merujuk pada
lingkungan sekolah mengalami kenaikan
sebuah persepsi terhadap kapasitas fisik dan Bullying sendiri merupakan perbuatan agresi
mental (Schott, 2014). Selain itu, perbedaan atau manipulasi yang disadari dan bertujuan,
kekuatan juga terdapat pada jumlah pelaku yang dilakukan oleh satu atau lebih orang
dan korban (Schott, 2014). terhadap satu atau sekelompok orang
lainnya. Dimana pelaku sengaja menyakiti
Puspitaningrum (2011), orang lain, baik secara fisik maupun
mengemukakan korban bullying dapat psikologis untuk mendapatkan kepuasan
mengalami efek prilaku dalam jangka karena merasa lebih berkuasa, sehingga
panjang dan janga pendek. Dalam jangka
target biasanya adalah orang yang lebih
waktu pendek, mereka akan merasa depresi, lemah dan tidak cukup memiliki dukungan
kehilangan keinginan untuk sekolah dan sosial untuk melawan (Sullivan, 2010), yang
akhirnya menghindari sekolah itu sendiri, melibatkan kekuatan dan kekuasaan yang
sedangkan jangka panjang adalah adanya tidak seimbang, sehingga korbannya berada
kecendrungan menganggap dirinya rendah dalam keadaan tidak mampu
dalam jangka waku yang cukup lama. mempertahankan diri secara efektif untuk
Akibatnya korban bullying sulit untuk melawan tindakan negatif yang diterima
menyesuaikan diri pada suatu lingkungan korban (Krahe, 2005). Sehingga bullying
yang buruk, bahkan cenderung bersikap merupakan problem yang dampaknya harus
emosi negatif mudah marah, tidak nyaman ditanggung oleh semua pihak (Priyatna,
dengan lingkungan sekitarnya sehingga 2010) baik itu pelaku, korban, ataupun dia
tidak ada kemampuan untuk menghadapi yang menyaksikan tindakan bullying
Tindakan bullying sering terjadi di tersebut.
sekolahsekolah terutama pada jenjang
tingkat SMA atau remaja awal, dimana Menurut Olweus (1999)
banyak terjadi tindakan bullying seperti mendefinisikan bullying sebagai masalah
kekerasan verbal, seksual bahkan fisik, psikososial dengan menghina dan
karena pada masa ini remaja mengalami merendahkan orang lain secara berulang-
puncak emosionalitasnya yang merupakan ulang dengan dampak negatif terhadap
perkembangan emosi yang tinggi, remaja pelaku dan korban bullying di mana pelaku
tidak hanya mengejar kepuasan fisik saja mempunyai kekuatan yang lebih
tetapi meningkat kepada tekanan psikologis dibandingkan korban.
(rasa di terima dan di hargai) (Nindya dan
Margaretha, 2012). Faktor Internal dan Faktor Eksternal
yang Menyebabkan Bullying
TINJAUAN PUSTAKA
Bullying yang marak terjadi
dilatarbelakangi oleh beberapa faktor. Rosen
Pengertian Bullying et al. (2017) menjelaskan beberapa faktor
yang menyebabkan bullying dalam bukunya,
Secara umum bullying merupakan
diantaranya adalah faktor internal dan
perilaku negatif seseorang atau lebih kepada
eksternal. Faktor internal yang menyebabkan
korban yang dilakukan secara berulang-
ulang, terjadi dari waktu ke waktu dengan bullying adalah faktor temperamental dan
cara menyakiti fisik maupun mental faktor psikologi terhadap intensitas
(Prasetyo, 2011). Menurut Djuwita (2010) melakukan tindakan agresi (Rosen et al.,
2017). Pelaku bersikap impulsif dan
minimnya kemampuan regulasi diri (Rosen Bentuk Perilaku Bullying terhadap
et al., 2017). Apabila mereka melakukan Peserta Didik di SMA
tindakan kekerasan, mereka tidak merasa
bersalah ataupun berempati terhadap korban. Secara umum terdapat tiga bentuk
Demikian, individu yang melakukan perilaku bullying yang terjadi terhadap
peserta didik di sekolah. Tiga bentuk
tindakan bullying memiliki kemampuan
perilaku bullying yang dimaksud tersebut
sosial yang rendah (Rosen et al., 2017).
adalah:
Selanjutnya, Menesini et al. (2013)
1). bentuk fisik,
meneliti terkait aspek moral pada perilaku
dan tindakan bullying. Penelitian bertujuan 2). bentuk verbal,
menguji peran perilaku tidak bermoral
terhadap keterlibatan dalam bullying. Hasil 3). bentuk psikologis.
penelitian menunjukkan bahwa moral
Tindakan bullying dapat dibagi
berperan pada tindakan pelaku bullying.
menjadi tiga kategori, yaitu bullying fisik,
Faktor eksternal yang bullying verbal dan bullying mental atau
mengakibatkan tindakan bullying ialah pola psikologis (Nusantara, 2008). Bullying fisik
asuh orang tua (Lereya et al., 2013). Hal itu terjadi ketika seseorang secara fisik
meliputi meliputi bagaimana orang tua dirugikan melalui tindakan, bullying verbal
melakukan kekerasan kepada mereka dan adalah bullying yang dilakukan dengan
pola asuh dengan kontrol yang rendah mengancam, melakukan panggilan bernada
dengan kehangatan yang tinggi,mengamati seksual, dan menyebarkan desas desus palsu
perilaku dan tindakan kekerasan pengamatan atau jahat serta bullying mental atau
termasuk bagaimana orang tua melakukan psikologi adalah tindakan yang dilakukan
agresi terhadap orang lain atau ketika mereka dengan mengabaikan orang lain, mengisolasi
melihat orang lain melakukan tindakan dan membuat peserta didik lain tidak
tersebut kemudian mereka melakukan menyukai seseorang.
tindakan agresi yang mereka amati, pengaruh
Dampak Bullying terhadap Peserta Didik
teman terbentuk ketika lingkaran pertemanan
di SMA
umumnya menyesuaikan dengan karakter
yang sama sehingga mereka akan menjalin Dampak tindakan bullying tidak
pertemanan dengan teman dengan individu hanya pada korban, tetapi dampak tersebut
agresif yang kemudian berimplikasi terhadap juga mengenai pelaku bullying dan korban-
perilaku anti-sosial, pemaparan informasi pelaku bullying. Penelitian yang dilakukan
melalui media, film yang menunjukkan oleh Skrzypiec et al. (2012) menghasilkan
tindakan agresif juga menjadi model untuk pemahaman bahwa dampak negatif bullying
melakukan tindakan bullying, dan dirasakan oleh korban, pelaku, korban-
mendengarkan lagu dengan lirik yang pelaku bullying. Penelitian tersebut
mengindikasikan terhadap tindakan agresif, menggunakan alat ukur Strengths and
serta bermain video games (Rosen et al., Difficulties Questionnaire (SDQ, Goodman,
2017). Demikian, lingkungan sosial 1997 dalam Skrzypiec et al., 2012). Korban,
merupakan faktor yang mendasari individu pelaku, korban-pelaku bullying mengalami
dalam melakukan tindakan kekerasan.
gangguan kesehatan mental (Skrzypiec et al., adalah lingkungan sekolah (Modecki et al.,
2012). 2014). Bahkan, penelitian yang dilakukan
oleh Cornell et al. (2013) menemukan bahwa
Sebagaimana telah disebutkan bullying merupakan prediktor untuk tingkat
sebelumnya bahwa pelaku bullying prestasi akademik dan putus sekolah siswa
mempunyai intensitas empati yang minim Sekolah Menengah Atas (SMA).
dalam fenomena interaksi sosial. Skrzypiec
et al. (2012) menyebutkan bahwa mereka Apabila penelitian Cornell et al.
mengalami permasalahan perilaku abnormal, (2013) dilakukan pada siswa SMA, partisipan
hiperaktif, dan pro-sosial ketika terlibat penelitian Takizawa et al. (2014) berusia 7,
dalam proses interaksi sosial. Baik empati 11, 16, 23, 33, 42, 45, dan 50 tahun yang
maupun perilaku abnormal, perilaku berjalan selama 50 tahun sejak tahun 1958.
hiperaktif, dan pro-sosial sangat berkaitan Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa
dengan respon pelaku ketika dirinya terlibat bullying yang terjadi pada anak-anak
dengan lingkungan sosial sekitar. Berbeda mengakibatkan tingginya tingkat depresi,
dengan korban-pelaku, tingkat gangguan kecemasan, dan bunuh diri ketika dewasa
kesehatan mental mereka lebih besar (Takizawa et al., 2014). Tidak hanya itu,
dibandingkan pelaku dan korban bullying. mereka bahkan mengalami permasalahan
dalam hubungan sosial, kondisi ekonomi
Mereka adalah individu yang
yang memburuk, dan rendahnya well-being
melakukan tindakan bullying, namun mereka ketika menginjak usia 50 tahun (Takizawa et
juga menjadi korban bullying (Slee & al., 2014; Slee & Skrzypiec, 2016).
Skrzypiec, 2016). Mereka mengalami Demikian, bullying berdampak pada
permasalahan pro-sosial, hiperaktif, dan rendahnya tingkat hubungan sosial korban,
perilaku (Skrzypiec et al., 2012). Untuk kesehatan mental dan fisik, dan persoalan
korban bullying, penelitian Skrzypiec et al. ekonomi (Takizawa et al., 2014).
(2012) menjelaskan bahwa mereka berada
pada rating antara pelaku dan korban-pelaku Prevensi dan Intervensi terhadap
bullying. Mereka mempunyai masalah Fenomena Bullying di Sekolah
dengan kesehatan mental, terutama gejala
Pengembangan program
emosional (Skrzypiec et al., 2012). Hal yang
pencegahan dan intervensi yang efektif
sering ditemukan adalah mereka sering
dalam mengurangi perilaku bullying,
terisolasi secara sosial, tidak mempunyai
diperlukan suatu pendekatan yang
teman dekat atau sahabat, dan tidak memiliki
komprehensif mencakup seluruh sistem,
hubungan baik dengan orang tua (Rosen et
termasuk orang tua, teman sebaya,
al., 2017).
pendidik, konselor sekolah, administrator
Korban bullying juga mengalami sekolah, dan warga sekolah.
kekerasan fisik, untuk bullying yang bersifat
Pertama, sekolah harus melakukan
kekerasan secara fisik. Tindakan kekerasan
asesmen (Kowalski & Morgan, 2017).
secara fisik dan verbal yang mereka terima
Dalam hal ini, sekolah dapat memberikan
sering menjadi faktor trauma untuk jangka
kuesioner singkat kepada siswa untuk
pendek dan jangka panjang. Trauma
memengaruhi terhadap penyesuaian diri mengetahui kecenderungan siapa yang
mengalami bullying. Siswa dari jenis
dengan lingkungan, yaitu dalam hal ini
kelamin dan tingkat kelas tertentu dapat apa yang mereka ketahui tentang kebijakan
diidentifikasi sebagai pelaku dan / atau sekolah tentang bullying, bagaimana siswa
korban. Selain itu, “upaya efektif untuk melaporkan bullying, dan bagaimana
mencegah dan mengatasi bullying mereka seharusnya menanggapi dengan
membutuhkan perhatian terhadap faktor- baik dalam situasi bullying yang mereka
faktor individu yang dapat berkontribusi terima. Ini dapat memberikan siswa
pada kemungkinan bullying, seperti kesempatan untuk terlibat dalam dialog
karakteristik, dan tantangan anak-anak dan terbuka di lingkungan yang aman. Selain
remaja, serta faktor dalam ekologi sosial itu, dapat membantu para siswa untuk
individu, termasuk keluarga anak, sekolah, mengenali perilaku bullying yang
kelompok sebaya, dan komunitas” (Limber sebenarnya.
et al., 2016). Setiap anak memiliki
pengalaman sosial yang unik, lebih lanjut Orang tua sering kali diabaikan dan
tidak diikutsertakan dalam program
menandakan kebutuhan untuk perhatian
penanggulangan terhadap bullying seperti
individual. Antara lain, keterlibatan siswa
ini, seharusnya mereka perlu terlibat aktif
dalam jenis-jenis bullying lainnya (sebagai
(Simon & Olson, 2014). Siswa yang melihat
pelaku, maupun korban), status sosial di
bahwa orang tua mereka secara aktif terlibat
sekolah, tingkat kelas, dan sebagainya
dalam upaya penanggulangan bullying di
adalah variabel yang relevan.
sekolah mereka, akan lebih cenderung
Titik awal yang baik untuk diskusi mendekati orang tua mereka sebagai titik
mengenai bullying dan kesejahteraan digital kontak pertama dalam peristiwa yang
adalah di dalam kelas. Program pencegahan terjadi di dalam bullying itu sendiri.
dan intervensi terhadap bullying yang
paling efektif bukanlah yang berhasil METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan jenis
mengundang seorang pembicara yang
penelitian kualitatif dengan menggunakan
berpengetahuan luas untuk sebuah
pendekatan fenomenologis. Pendekatan
pertemuan para siswa tentang bullying.
fenomenologi merupakan pandangan
Rancangan seperti ini sering berfikir yang berfokus pada pengalaman-
digunakan di sekolah-sekolah, tetapi tidak pengalaman subjektif, peneliti dalam
secara efektif memberikan perhatian dan pandangan fenomenologi berusaha
memfokuskan di tiap tingkatan kelas yang memahami arti peristiwa dan kaitannya
ada. Meskipun informasi yang diberikan terhadap orang yang berada dalam situasi
oleh pembicara itu bermanfaat, program tertentu (Moleong, 2014). Penelitian
yang paling efektif adalah program yang kualitatif ini dipilih karena lebih sensitif
waktu kelasnya dikhususkan untuk diskusi dan adaptif terhadap peran dan berbagai
dan kegiatan tentang bullying (Limber, pengaruh yang timbul, disamping itu
Kowalski, & Agatston, 2014a). Situasi peneliti akan mencoba menggali,
dapat disajikan kepada siswa dan siswa mengeksplorasi atau mengembangkan
diminta untuk mengidentifikasi apakah pengetahuan bagaimana pengetahuan yang
situasinya tersebut mengandung unsur diketahui.
bullying atau tidak, Dalam diskusi kelas ini,
Selain itu,penelitian tersebut juga
siswa dapat diberikan pertanyaan mengenai
menggunakan metode kajian literatur.
Kajian literatur melibatkan literatur yang melakukan hal yang dilakukan, dan
diperoleh secara daring, yang terdiri dari merendahkan diri. Namun dari 20
artikel jurnal/penelitian dan buku. Analisis responden banyak yang menjawab
terhadap literatur bertujuan untuk mengejek ataupun menghina, baik itu fisik
menjawab lima pertanyaan penelitian yang atau hal lainnya. Penelitian mengatakan
telah dirumuskan sebelumnya. Hal itu bahwa bentuk bullying yang dilakukan
dimaksudkan untuk mengetahui isu terkini siswa pada umumnya sebatas mengejek
dan perkembangan teori bullying dan ataupun menghina, namun hal tersebut tetap
literature tersebut merupakan pokok teori memberi dampak bagi si korban baiik itu
dalam kajian bullying. secara fisik ataupun mental. Hal ini berarti
tindakan-tindakan yang dilakukan siswa ini
menggambarkan bahwa siswa yang
HASIL DAN PEMBAHASAN
mrmbully tersebut merasa bahwa dirinya
Berdasarkan pengisian angket lebih baik daripada korban bullyannya,
google form yang kami terima,adapun terlihat dari berbagai jawaban responden.
hasilnya sebagai berikut: Hal tersebut tentu saja tidak dapat dibiarkan
Dari pertanyaan pertama ini terus menerus, mungkin bagi siswa yang
diperoleh hasil 80% siswa pernah dibully membully itu suatu hal bercandaan atau
yang artinya 16 siswa pernah dibully dan 4 sekedar teguran tapi bagi si korban jika hal
lainnya tidak. Hal ini berarti bahwa tersebut seringkali dilakukan dan siswa lain
pembullyan di kalangan siswa tingkat SMA yang melihat atau mendengar ikut serta
masih marak bahkan tidak memandang ataupun menertawakan, maka itu menjadi
perempuan ataupun laki-laki. suatu bentuk tindakan bully.
Dari pertanyaan kedua ini 20% Dari pertanyaan keempat ini
siswa menjawab Ya, artinya 4 dari 20 diperoleh hasil 75% persen siswa
responden pernah melakukan tindak menjawab Ya, artinya 15 dari 20
bullying dan 16 lainnya tidak yang artinya responden menjawab bahwa orang yang
16 siswa tersebut adalah korban dari melakukan tindakan bully ataupun orang
tindakan bully. Sangat disayangkan bahwa yang membully mereka adalah teman
siswa-siswa tersebut melakukan tindakan dekat atau orang yang mereka kenal dan 5
bully, padahal pada dasarnya tugas dan siswa lainnya menjawab tidak. Hal ini
kewajiban mereka adalah belajar. Namun menunjukkan bahwa siswa yang
yang paling memprihatinkan adalah banyak membully ataupun dibully adalah mereka
penelitian yang menyatakan bahwa yang masih teman dekatnya, bisa saja
sebagian besar mereka yang membully teman satu kelas atau teman sekolah
adalah mereka yang memiliki kekurangan ataupun teman sepermainan.
dalam pergaulan dimana mereka butuh Pertanyaan kelima ini diperoleh
reaksi dari si korban agar orang lain yang jawaban yang beragam dari 20 responden.
menyaksikan hal tersebut menjadikan Rata-rata jawaban dari responden yaitu
hiburan. mereka tidak mengetahui pasti alasan
Pertanyaan kegita ini jawaban mengapa melakukan tindakan bully
yang kami terima beragam mulai dari ataupun dibully. Namun yang menjadi
mengejak, menghina fisik, dituduh menarik adalah kebanyakan siswa
melakukan tindakan bully karna emosi banyak responden menjawab Ya, artinya
yang tidak dapat dikontrol. Hal tersebut tindakan bully yang mereka lakukan
mungkin saja terjadi pada siswa yang ataupun terima mempengaruhi mental
memiliki masalah yang tidak dapat mereka. Sebagi siswa ini sangat
diselesaikan ataupun siswa yang mungkin berpengaruh bagi kegiatan belajar
merasa tersaingi ataupun iri. mereka. Namun tak sedikit siswa juga
Dari berbagai bentuk jawaban merasa bahwa tindakan bully tersebut
responden dapat disimpulkan bahwa tidak mempengaruhi mental mereka.
tindakan bully ini bisa saja terjadi secara Penelitian menyatakan bahwa banyak
disengaja atapun tidak, dan mereka yang siswa SMA melakukan tindakan ingin
melakukan secara sengaja merasa bahwa bunuh diri karena merasa tertekan sebagi
dengan membully mereka dapat korban bully temannya sendiri. Hal ini
melampiaskan rasa kekesalan mereka membuktikaj bahwa tindakan bully
ataupun menghibur diri mereka. Sedangkan tersebut sanagt berdampak bagi mental
untuk yang tidak disengaja, mungkin siswa. Tak banyak yang tahu bahwa
tindakan tersebut masih batas wajar bagi mereka yang dibully mungkin merasa
mereka yang membully, namun bagi siswa baik-baik saja di depan teman-teman
yang menerima tindakan bully tersebut lainnya namun bagi korban hal tersebut
merasa itu salah dan tidak pantas dilakukan sangat mengusik mentalnya karena sudah
sebagai teman dekat. sakit hati dan terus kepikiran dan tidak
Pertanyaan keenam ini juga bisa melakukan perlawanan sehingga
diperoleh jawaban responden yang banyak siswa khususnya siswa SMA
beragam, dan rata-rata responden banyak melakukan tindakan percobaan
menjawab diam ataupun tidak melawan. bunuh diri.
Namun ada beberapa responden yang Sementara untuk pertanyaan
menjawab melawan dan juga bersyukur. kedelapan, didapatkan hasil data tersebut
Hal ini membuktikan bahwa mereka yang diperoleh hasil 75% siswa menjawab
menerima tindakan bully ini merasa bahwa tidak, artinya 15 dari 20 siswa tidak
apa yang mereka terima tidak pantas untuk memberitahu kepada orangtua mereka
dilawan yang artinya mereka diam saja jika tentang tindakan bully yang mereka
dibully. Namun hal ini akan membuat lakukan ataupun terima.
mereka yang membully akan melakukan Sedangkan pertanyaan
tindakan bully tersebut secara terus kesembilan, hasil yang diperoleh, 5 dari 20
menerus. Melawan ataupun membalas siswa yang menjawab Ya mengatakan
mereka yang membully juga perlu, namun bahwa orangtua mereka memberikan
dalam batas wajar dan tidak menimbulkan mereka saran ataupun arahan dan bahkan
keributan dan alangkah lebih baik jika diam saja. Hal ini membuktikan bahwa
mereka yang melakukan tindakan bully dan masih banyak orangtua siswa yang tahu
mereka sebagai korban membicarakan jika anakanya pernah dibully ataupun
ataupun mendiskusikan secara baik-baik membully namun tetap diam. Sebagai
apa tujuan ataupun motivasi siswa tersebut orangtua, harusnya memperhatikan
melakukan bully. anaknya yang menjadi korban dan
Dari pertanyaan ketujuh ini memberi teguran ataupun hukuman jika
anaknya melakukan tindakan bully karena
hal tersebut salah. Banyak para orangtua besar siswa yang melakukan tindakan
menganggap bahwa tindakan bully yang percobaan bunuh diri adalah mereka yang
dilakukan anaknya masih batas wajar menjadi korban tindakan bully. Sangat
ataupun hanya sebagai bahan candaan, disayangkan jika tindakan bully ini masih
namun mereka tidak tahu bahwa yang saja dianggap remeh baik itu bagi siswa itu
dilakukan anaknya tersebut salah karena sendiri atapun orangtua. Namun tak sedikit
mempengaruhi mental anak lain yang dengan adanya tindakan bully ini dapat
menjadi korban. dijadikan motivasi bagi siswa yang
Terakhir untuk pertanyaan menerimanya ataupun yang melakukannya.
kesepuluh, data diperoleh hasil bahwa
85% siswa menjawab Ya, artinya 17 siswa SARAN
mengatakan bahwa tindakan bully yang Tindakan bully bukan merupakan
mereka lakukan ataupun terima bisa tindakan wajar jika mempengaruhi mental
dijadikan motivasi. Jika tindakan bully siswa yang menerimanya. Sebagai siswa
masih batas wajar mungkin bisa memberi haruslah memperhatikan apakah tindakan
motivasi yang positif, misalnya siswa yang yang dilakukan tersebut baik dilakukan atau
memiliki berat badan yang berlebih tidak agar tidak terjadinya tindakan bully.
dibully oleh temannya maka ia merasa Sebagai guru dan orangtua hendaknya
termotivasi untuk menurunkan berat memperhatikan perilaku ataupun tindakan
badannya dan bagi siswa yang membully anak didiknya baik disekolah ataupun
juga akan merasa bahwa tindakan yang dirumah, karena hanya orangtua yang dapat
dilakukannya memberi perubahan bagi memberikan arahan dan teguran bagi anak
siswa yang dibullynya. didiknya.

KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA

Dari hasil pengataman yang kami Kusumasari,dkk.(2019). Bullying di


lakukan yaitu berupa pengisian kuisioner Sekolah: Pengertian, Dampak,
melalui media google form dapat kami Pembagian dan Cara
simpulkan bahwa tindakan bully masih Menanggulanginya. Pedagogia
marak terjadi dikalangan siswa khususnya Jurnal Ilmu Pendidikan. 17 (01)
siswa SMA. Target ataupun korban dari :55-66.
tindakan bully juga tidak memandang baik
Link:http://ejournal.upi.edu/index.php/peda
itu perempuan ataupun laki-laki dan pada
gogia
umumnya adalah orang yang mereka kenal
dan bahkan teman dekat mereka sendiri. Amnda,Viola.,dkk.(2020). Bentuk Dan
Bentuk tindakan yang dilakukan juga Dampak Perilaku Bullying
beragam salah satunya menghina fisik dan Terhadap Peserta Didik. Jurnal
merendahkan diri serta tujuan ataupun alasan Kepemimpinan Dan Kepengurusan
mereka juga beragam baik itu hanya sebagai Sekolah. 5(1):19-32.
bahan camdaan ataupun sekedar hiburan. Link:https://ejurnal.stkip-
Tindakan bully ini sangat mempengaruhi pessel.ac.id/index.php/kp
mental siswa yang menjadi korban, banyak
penelitian menyebutkan bhawa sebagian
Darwin., Mubin.F., Hidayati.E.( 2014).
Pengalaman Siswa Yang
Mendapatkan Bullying Di Sma N
15 Semarang . Jurnal Keperawatan
Komunitas . 2 (1): 1-6.

Prasetyo,Ahmad.(2011).Bullying di
Sekolah dan Dampaknya bagi
Masa Depan Anak.Jurnal
Pendidikan Islam. 4(1):19-26.

Anda mungkin juga menyukai