Anda di halaman 1dari 10

HUBUNGAN DUKUNGAN ORANGTUA DENGAN RESILIENSI

REMAJA DALAM MENGHADAPI PERILAKU BULLYING


DI SMPN 156 KRAMAT PULO GUNDUL
JAKARTA PUSAT TAHUN 2016

Deri Irmansyah1, Anita Apriliawati2


1
Ciputra Medical Center
2
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta
1
Email: dery.1993.di@gmail.com
Abstrak
Resiliensi sangat penting pada diri remaja terutama remaja yang mengalami perlakuan negatif yang
berulang kali dari temannya agar mampu keluar dari keadaan yang membuatnya tertekan. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hubungan dukungan orangtua dengan resiliensi remaja dalam menghadapi
perilaku bullying di SMPN 156 Kramat Pulo Gundul Jakarta Pusat. Metode penelitian yang digunakan
adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah
sebanyak 100 siswa/siswi. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini telah menggunakan teknik
non-probability sampling dengan metode purposive sampling dari populasi yang berjumlah total 324
siswa/ siswi. Uji statistik yang digunakan adalah uji statistik Chi square. Hasil penelitian ini didapatkan
ada hubungan yang signifikan dari dukungan orangtua dengan resiliensi remaja dalam menghadapi
perilaku bullying di SMPN 156 Kramat Pulo Gundul Jakarta Pusat dengan P Value = 0,036 (P Value
0,036 < α 0,05). Perlu adanya peran aktif orangtua untuk memberikan dukungan dan pengarahan dalam
menghadapi masalah bullying sehingga tidak menyebabkan menurunnya resiliensi remaja dalam
menghadapi masalah tersebut dan diharapkan tidak menganggu perkembangan masa remaja.

Kata kunci: bullying, remaja, dukungan orangtua, resiliensi.

PENDAHULUAN
Perkembangan zaman yang semakin lebih lemah disebut dengan bullying (Sejiwa,
berkembang dalam dunia pendidikan 2008).
membawa dampak perubahan diberbagai Bullying adalah suatu bentuk
aspek kehidupan. kekerasan anak (child abuse) dilakukan
Saat ini berbagai masalah tengah teman sebaya sehingga korban merasa
melingkupi dunia pendidikan di Indonesia. tertekan, trauma, dan tak berdaya. Salah satu
Kekerasan yang dilakukan tak hanya secara faktor penyebab terjadinya bullying adalah
fisik namun juga secara psikologis. iklim sekolah yang tidak kondusif.
Kekerasan seperti ini merupakan kekerasan Pengawasan yang kurang dari orang tua atau
yang dilakukan oleh pihak yang merasa diri guru pada saat jam istirahat, guru dan
lebih berkuasa atas pihak yang dianggap peserta didik yang tidak peduli akan
bullying, serta kondisi dan lingkungan yang

Indonesian Journal of Nursing Sciences and Practice | 8


justru menumbuhkan perilaku bullying di (mengejek) dan kekerasan fisik (memukul).
sekolah (Sejiwa, 2008). Gambaran kekerasan di SMP di tiga kota
Bullying juga merupakan masalah besar yaitu Yogya: 77,5% (mengakui ada
kesehatan publik yang patut mendapat kekerasan) dan 22,5% (mengakui tidak ada
perhatian. Orang-orang yang menjadi korban kekerasan); Surabaya: 59,8% (ada
bullying semasa kecil, kemungkinan besar kekerasan); Jakarta: 61,1% (ada kekerasan)
akan menderita depresi dan kurang percaya (Wiyani, 2012).
diri pada masa dewasa. Sementara pelaku Hasil wawancara yang didapatkan
bullying kemungkinan besar akan terlibat peneliti pada tanggal 02 Desember 2015 di
dalam tindak kriminal dikemudian hari SMPN 156 Kramat Pulo Gundul Jakarta
(Nusantara, 2008). Pusat pada guru bimbingan konseling
Bullying merupakan permasalahan didapatkan data bahwa di sekolah tersebut
yang sudah mendunia, tidak hanya di terjadi bullying. Guru bimbingan konseling
Indonesia saja, tetapi juga dinegara maju. mengatakan bahwa bullying yang sering
Prevalensi bullying diperkirakan 8 hingga terjadi yaitu bullying verbal seperti ejek-
50% di beberapa negara Jepang, Amerika mengejek, menjuluki, mencela dan
dan Jerman. Menurut National Mental mengkritik. Dari bullying yang terjadi, guru
Health and Education Centre (2006) kasus BK juga mengatakan bahwa tidak dapat
bullying di Jepang meningkat drastis dari menentukan secara pasti jumlah siswa yang
tahun ke tahun, jika pada tahun 2012 hanya mengalami bullying. Guru BK juga
terdapat 198,108 kasus, pada tahun 2013 lalu mengatakan ketika di-bully siswa-siswa
kasus bullying meningkat menjadi 70.000 tersebut terkadang ada yang menangis, siswa
kasus dan pada tahun ini, diprediksi kasus menjadi minder atau menjauhkan diri dari
bullying juga akan meningkat. temannya, bahkan ada yang terlibat
Di Indonesia sendiri, Penelitian pertengkaran sehingga orang tuanya harus
tentang bullying pernah dilakukan oleh dipanggil ke sekolah. Dari wawancara di
Yayasan Semai Jiwa Amini (Sejiwa) pada atas dapat disimpulkan bahwa sekolah
tahun 2008 tentang kekerasan bullying di tersebut mengalami bullying verbal.
tiga kota besar di Indonesia, yaitu Dampak bullying yang sangat
Yogyakarta, Surabaya, dan Jakarta mencatat memprihatinkan. Konsekuensi bullying bagi
terjadinya tingkat kekerasan sebesar 67,9% para korban, yaitu korban akan merasa
di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) depresi dan marah, ia marah terhadap dirinya
dan 66,1% di tingkat Sekolah Menengah sendiri, terhadap pelaku bullying, dan
Pertama (SMP). Kekerasan yang dilakukan terhadap orang-orang di sekitarnya. Hal
sesama siswa tercatat sebesar 41,2% untuk tersebut kemudian mulai mempengaruhi
tingkat SMP dan 43,7% untuk tingkat SMA prestasi akademiknya (Dirilevianti, 2010).
dengan kategori tertinggi kekerasan Bullying merupakan masalah yang
psikologis berupa pengucilan. Peringkat terjadi pada berbagai rentang usia terutama
kedua ditempati kekerasan verbal banyak dialami oleh remaja. Perilaku negatif

Indonesian Journal of Nursing Sciences and Practice | 9


tersebut berpeluang besar untuk ditiru karena Penelitian terkait tentang dukungan
perilaku ini kemungkinan besar banyak orangtua yaitu penelitian tentang hubungan
dilakukan oleh siswa terlebih remaja dukungan orangtua dengan konsep diri pada
(Novianti, 2008). remaja di SMAN 1 Manado oleh Durado,
Pada perkembangan psikososial Tololiu, Pangeman pada tahun (2013)
remaja, bullying merupakan hal yang terhadap 118 responden. Hasil analisis
menarik untuk dikaji yang disebabkan oleh menunjukkan nilai p= 0,026 yang
hubungan sosialnya di sekolah menyatakan bahwa ada hubungan yang
(Sutjinigningsih, 2010). Masa remaja signifikan antara dukungan orangtua
merupakan periode kehidupan yang penuh terhadap konsep diri remaja dimana semakin
dengan dinamika, dimana pada masa baik dukungan orangtua maka konsep diri
tersebut terjadi perkembangan dan remaja akan semakin positif. Pada penelitian
perubahan yang sangat pesat. Pada periode ini menyatakan bahwa keluarga sebagai
ini terdapat risiko tinggi terjadinya kelompok sosial terkecil dalam masyarakat,
kenakalan dan kekerasan pada remaja baik mempunyai peran penting dalam
sebagai korban maupun sebagai pelaku dari memberikan dukungan, curahan kasih
tindakan kekerasan (Djuwita, 2008). sayang, arahan, dan pengawasan kepada
Masa remaja merupakan masa yang anak agar ia tumbuh percaya diri.
sangat penting dan krisis (Djuwita, 2008). Dukungan orangtua merupakan
Pada masa-masa transisi, remaja justru sistem dukungan sosial yang terpenting
sangat membutuhkan bimbingan dari kedua dimasa remaja dibandingkan dengan sistem
orangtuanya. Remaja dituntut untuk dukungan sosial lainnya (Lee & Detels,
menentukan dan membedakan yang terbaik 2007). Dukungan orangtua dapat
dan yang buruk dalam kehidupannya. mempengaruhi jati diri seorang anak yang
Disinilah peran lingkungan sekitar sangat dapat meningkatkan kemampuannya dalam
diperlukan terutama orangtua sebagai beradaptasi terhadap suatu masalah yang
lingkungan terdekat diharapkan dapat mejadi disebut dengan resiliensi.
pembentuk jati diri, kepribadian dan Desmita (2012) adalah “The ability
kemampuan adaptasi yang tinggi dari adanya to persevere and adapt when thing go awry”
dukungan orangtua (Yuyun, 2011). artinya resiliensi merupakan suatu
Dukungan orangtua adalah dukungan kemampuan untuk bertahan dan beradaptasi
yang diberikan oleh orangtua kepada ketika menghadapi satu hal yang sulit.
anaknya baik secara emosional, Individu dituntut untuk cepat dalam
penghargaan, instrumental, informasi melakukan penyesuaian ketika mengalami
ataupun kelompok. Melalui dukungan masalah atau mendapatkan tekanan dalam
orangtua yang baik maka dapat membantu hidupnya.
tumbuhnya kemampuan penyesuaian diri Resiliensi dari orangtua adalah
pada remaja (Sochib, 2008). proses adaptasi dan coping dalam keluarga
sebagai sebuah unit fungsional. Resiliensi

Indonesian Journal of Nursing Sciences and Practice | 10


sangat penting pada diri remaja terutama Dari penjelasan diatas adanya
remaja yang mengalami perlakuan negatif masalah bullying yang menjadi masalah
yang berulang kali dari temannya agar yang sangat fenomena, dimana kejadian dan
mampu keluar dari keadaan yang akibat dari bullying disekolah yang
membuatnya tertekan (Rahmawati, 2009). kemungkinan berdampak pada remaja
Sejalan dengan bertambahnya usia, maka seperti pada masalah resiliensi remaja yaitu
terbuka juga kemungkinan berkembangnya berupa rendahnya kemampuan adaptasi
resiliensi individu (Sulistyaningsih, 2009). remaja dalam menghadapi masalah sehari-
Menurut Ramadhani & Handayani hari sehingga perlunya dukungan orangtua
(2012) dalam penelitian terhadap 37 remaja dalam meningkatkan resiliensi remaja
di Surabaya. Hasil penelitian menunjukkan tersebut yang kemudian diharapkan adanya
bahwa minoritas individu dengan resiliensi dukungan dari orangtua mampu menguatkan
rendah ketika menghadapi masalah bullying dan meningkatkan resiliensi remaja sehingga
dikarenakan kemampuan individu untuk terjadi pembentukan karakter remaja
menghadapi stress dan tekanan yang tersebut.
dialaminya tidak efektif dan kurangnya Tujuan dari penelitian ini adalah
kemampuan untuk mengatasi masalah untuk mengetahui hubungan dukungan
sehingga berpengaruh pada kepribadian orangtua dengan resiliensi remaja dalam
individu dan menjadi tidak resilien. menghadapi perilaku bullying di SMPN 156
Untuk mengatasi masalah bullying Kramat Pulo Gundul Jakarta Pusat tahun
kita sebagai tenaga yang bergerak dibidang 2016.
kesehatan dan sebagai orang yang
berpendidikan maka diharapkan kita bisa TINJAUAN PUSTAKA
membantu mengingatkan orangtua sebagai Konsep Bullying. Bullying adalah
lingkungan terdekat remaja ataupun guru perilaku agresif yang dilakukan secara
sebagai pendidik remaja untuk memberikan sengaja terjadi berulang-ulang untuk
dukungan dan pengarahan dalam menyerang seorang target atau korban yang
menghadapi masalah bullying tersebut lemah, mudah dihina dan tidak bisa
sehingga resiliensi remaja meningkat. membela diri sendiri (Fajrin, 2013). Bullying
Dalam mengatasi masalah yang juga didefinisikan sebagai kekerasan fisik
muncul akibat bullying dan dan psikologis jangka panjang yang
bullying merupakan masalah kesehatan dilakukan seseorang atau kelompok,
public perlu mendapatkan perhatian terhadap seseorang yang tidak mampu
sehingga remaja membutuhkan dukungan mempertahankan dirinya dalam situasi di
orang tua untuk meningkatkan resiliensinya mana ada hasrat untuk melukai atau
yang akan berdampak terhadap fondasi menakuti orang itu atau membuat dia
karakter remaja dan masa depannya yang tertekan (Wicaksana, 2008).
lebih berkualitas (Zainal, 2011). Konsep Remaja. Masa remaja
adalah masa transisi yang ditandai oleh

Indonesian Journal of Nursing Sciences and Practice | 11


adanya perubahan fisik, emosi dan psikis. sampel dengan cara memilih sampel diantara
Menurut WHO, yang disebut remaja adalah populasi sesuai dengan yang dikehendaki
mereka yang berada pada tahap transisi peneliti (tujuan/masalah dalam penelitian)
antara masa kanak-kanak dan dewasa. (Nursalam, 2014).
Batasan usia remaja menurut WHO adalah Adapun beberapa kriteria inklusi dari
12 sampai 24 tahun. Menurut Depkes RI penelitian ini adalah; Remaja kelas VIII &
adalah antara 10 sampai 19 tahun dan belum IX di SMPN 156 Kramat Pulo Gundul
kawin (Romauli, 2009). Jakarta Pusat, orangtua/wali remaja kelas
Konsep Resiliensi. Resiliensi VIII & IX di SMPN 156 Kramat Pulo
menurut Desmita (2012) Resiliensi adalah Gundul Jakarta Pusat, remaja kelas VIII dan
“The ability to persevere and adapt when IX yang pernah mengalami, melakukan dan
thing go awry” yang artinya resiliensi melihat kejadian bullying.
merupakan suatu kemampuan untuk Alat pengumpulan data pada penelitian
bertahan dan beradaptasi ketika ada masalah ini adalah dukungan orangtua diukur
bullying. mengunakan SPS (Social Provisions Scale),
Konsep Dukungan Sosial yang sudah teruji valid dengan sensitivitas
Orangtua. Dukungan sosial orangtua yaitu reliabilitas sebesar 0,967 (Fibrianti, 2009).
suatu dukungan atau pemberian yang Skala dukungan orangtua dikembangkan
diberikan orangtua kepada anaknya baik itu dari 6 aspek. Setiap komponen skor
berupa informasi verbal atau non-verbal memiliki rentang nilai 1–4. Semakin tinggi
sehingga individu merasa dirinya dan nilai yang diperoleh maka semakin baik
diperhatikan dan dihargai di lingkungan dukungan sosial orangtua (Fibrianti, 2009).
sekitar. Sedangkan untuk kuesioner Resiliensi
diukur menggunakan Connor-Davidson
METODE Resilience Scale (CD-RISC), Skala tersebut
Desain penelitian yang digunakan berdasarkan 5 aspek yang kemudian Ke-5
dalam penelitian ini adalah desain penelitian aspek tersebut diturunkan menjadi 25 item
deskriptif analitik dengan pendekatan cross dengan menggunakan skala model Likert
sectional. Dengan studi ini, kedua variabel dalam rentang antara 1-4. Pemberian skor
dalam penelitian ini diobservasi dalam satu bergerak dari rentang nilai satu (SS) sampai
waktu yang sama dan tanpa adanya dengan empat (STS) untuk item
intervensi sehingga pada penelitian ini unfavourable (khususnya nomor 9, 15 &
didapatkan hubungan dukungan orangtua 18), sedangkan untuk item-item fovourable
dengan resiliensi remaja dalam menghadapi skor bergerak dari nilai empat (SS) sampai
perilaku bullying di SMPN 156 Kramat Pulo dengan satu (STS). Skor yang tinggi
Gundul Jakarta Pusat tahun 2016. menunjukkan tingginya tingkat resiliensi
Teknik pengambilan sampel pada dan skor yang rendah menunjukkan
penelitian ini menggunakan teknik Non- rendahnya tingkat resiliensi berdasarkan dari
Probability Sampling dengan metode
Purposive Sampling yaitu tehnik penetapan

Indonesian Journal of Nursing Sciences and Practice | 12


skala resiliensi yang disusun oleh Connor orangtua 41,84 tahun (95% CI: 40,52-43,16).
dan Davidson (Yu dan Zhang, 2007). Dengan standar deviasi usia orangtua 6,628
Analisis univariat dilakukan untuk tahun. Usia termuda 30 tahun dan usia tertua
memperoleh gambaran distribusi dan 65 tahun.
presentasi dari tiap variable. Analisa bivariat
berungsi untuk mengetahui hubungan Tabel 2.
dukungan orangtua dengan resiliensi remaja Distribusi Frekuensi Responden
dalam menghadapi perilaku bullying dengan Berdasarkan Jenis Kelamin Remaja dan
menggunakan uji statistic Chi-Square. Orangtua di SMPN 156 Kramat Pulo
Gundul Jakarta Pusat 2016
HASIL
Analisa univariat menjelaskan secara Frekuensi
Variabel Kategori n (%)
deskriptif mengenai variabel-variabel
Jenis kelamin Laki-laki 42 42 %
penelitian yang terdiri dari karakteristik remaja Perempuan 58 58 %
responden seperti usia dan jenis kelamin.
Pada penelitian ini menggunakan responden
Jenis kelamin Laki-laki 31 31 %
remaja dan orangtua, maka karakteristik data orangtua Perempuan 69 69 %
demografi dari responden dalam penelitian
ini yaitu usia remaja, usia orangtua, jenis
kelamin remaja dan jenis kelamin orangtua. Berdasarkan data pada tabel 2 diatas
menunujukkan bahwa frekuensi responden
terbanyak yaitu remaja berjenis kelamin
Tabel 1. perempuan sejumlah 58 responden dengan
Distribusi Frekuensi Responden frekuensi 58% dan orangtua berjenis
Berdasarkan Usia Remaja & Usia Orangtua kelamin perempuan sejumlah 69 responden
di SMPN 156 Kramat Pulo Gundul Jakarta dengan frekuensi 69%.
Pusat tahun 2016
Tabel 3.
Variabel Mean SD Min- 95% CI Distribusi Frekuensi Responden
Max Berdasarkan Dukungan Orangtua dan
Usia 13,83 0,753 13-15 13,68-
Resiliensi Remaja dalam Menghadapi
remaja 13,98
Usia 41,84 6,628 30-65 40,52- Perilaku Bullying di SMPN 156 Kramat
orangtua 43,16 Pulo Gundul Jakarta Pusat 2016
Frekuensi
Berdasarkan tabel 1 diatas Variabel Kategorik n (%)
didapatkan hasil analisis rata-rata usia Dukungan Kurang 63 63 %
remaja adalah 13,83 tahun (95% CI: 13,68- orangtua
Baik 37 37 %
13,98). Dengan standar deviasi usia remaja Resiliensi dalam Rendah 73 73 %
menghadapi Tinggi 27 27 %
0,753 tahun. Usia termuda 13 tahun dan usia
perilaku
tertua 15 tahun. Sedangkan rata-rata usia bullying

Indonesian Journal of Nursing Sciences and Practice | 13


Berdasarkan data pada tabel 3 dapat menghadapi perilaku bullying responden
dilihat bahwa data distribusi frekuensi terbanyak yaitu dengan resiliensi rendah
responden terbanyak yaitu dukungan sejumlah 73 responden dengan frekuensi
orangtua kurang menunjukkan dukungan 73%.
sebesar 63 responden dengan frekuensi 63%
dan berdasarkan resiliensi remaja dalam

Tabel 4.
Distribusi Hubungan Dukungan Orangtua dengan Resiliensi Remaja dalam Menghadapi
Perilaku Bullying di SMPN 156 Kramat Pulo Gundul Jakarta Pusat 2016

Resiliensi Remaja
Dukungan Rendah Tinggi Total OR 95% CI p-value
Orangtua n % n % n %
Kurang 41 65,1% 22 34,9% 63 100%
Baik 32 86,5% 5 13,5% 37 100% 0,291 0,099-0,854 0,036

Total 73 73,0% 27 27,0% 100 100%

Analisa bivariat dalam penelitian ini dukungan orangtua kurang dan memiliki
akan mendeskripsikan hubungan antara dua resiliensi rendah berjumlah 41 responden
variabel yaitu untuk mengetahui hubungan dengan frekuensi 65,1%.
dukunga orangtua dengan resiliensi remaja Hasil uji statistic diperoleh p value=
dalam menghadapi perilaku bullying di 0,036 (p value 0,036 < α 0,05), maka dapat
SMPN 156 Kramat Pulo Gundul Jakarta disimpulkan ada hubungan yang signifikan
Pusat tahun 2016. Hasil penelitian ini telah antara dukungan orangtua dengan resiliensi
disajikan dalam bentuk tabel data distribusi. remaja dalam menghadapi perilaku bullying
Uji statistic yang digunakan adalah uji Chi- di SMPN 156 Kramat Pulo Gundul Jakarta
square, karena hubungan antara dua variabel Pusat tahun 2016. Hasil analisis diperoleh
dalam penelitian ini yaitu kategorik- nilai OR = 0,291 artinya remaja yang
kategorik. Hasil uji penelitian ini dukungan orang tuanya kurang mempunyai
menggunakan tingkat kemaknaan 5% yaitu peluang 0,291 kali untuk memiliki tingkat
0,05. resiliensi yang rendah dibanding remaja
Berdasarkan data pada tabel 4, hasil yang dukungan orangtuanya baik.
analisis hubungan dukungan orangtua
dengan resiliensi remaja dalam menghadapi KESIMPULAN
perilaku bullying di SMPN 156 Kramat Pulo Dari hasil penelitian terhadap
Gundul Jakarta Pusat 2016 menunjukkan dukungan orangtua dengan resiliensi remaja
bahwa responden terbanyak yaitu dengan dalam menghadapi perilaku bullying di

Indonesian Journal of Nursing Sciences and Practice | 14


SMPN 156 Kramat Pulo Gundul Jakarta keperawatan khususnya keperawatan anak
Pusat tahun 2016 maka dapat ditarik untuk dapat memberikan kajian lebih lanjut
kesimpulan sebagai berikut: mengenai pentingnya memperhatikan
1. Karakteristik responden berdasarkan dukungan orangtua dengan resiliensi remaja
frekuensi terbanyak umumnya remaja dalam menghadapi perilaku bullying dalam
usia 14 tahun dan orangtua usia 36 penatalaksanaan keperawatan.
tahun, dengan jenis kelamin terbanyak Aplikatif. Diharapkan hasil
perempuan baik pada remaja maupun penelitian ini dapat dijadikan sebagai
orangtua. masukan bagi perawat untuk membantu
2. Didapatkan gambaran karakteristik meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan
responden berdasarkan variabel disamping melakukan tugasnya sehari-hari
dukungan orangtua menunjukkan sebagai pemberi layanan asuhan
frekuensi terbanyak pada dukungan keperawatan, juga untuk meningkatkan
orangtua yang kurang. perannya sebagai edukator yang dapat
3. Didapatkan juga gambaran karakteristik memberikan pengetahuan dari bahayanya
responden berdasarkan variabel dampak bullying serta edukasi mengenai
resiliensi remaja dalam menghadapi pentingnya dukungan orangtua dengan
perilaku bullying menunjukkan resiliensi remaja dalam menghadapi perilaku
frekuensi terbanyak dengan resiliensi bullying.
rendah. Peneliti. Diharapkan pada penelitian
4. Terdapat hubungan yang signifikan berikutnya dalam prosedur pengumpulan
antara dukungan orangtua dengan data peneliti dapat bekerja sama tidak hanya
resiliensi remaja dalam menghadapi dengan pihak sekolah tapi juga dapat bekerja
perilaku bullying di SMPN 156 Kramat sama dengan masyarakat langsung khusunya
Pulo Gundul Jakarta Pusat tahun 2016 orangtua dari siswa/siswi sehingga peneliti
dengan P Value = 0,036 (P Value 0,036 tidak mengalami kesulitan dalam menemui
< α 0,05). responden.
Diharapkan untuk penelitian
SARAN selanjutnya peneliti dapat menggunakan
Berdasarkan hasil penelitian yang bahasa yang bisa dipahami oleh responden
telah dilakukan oleh peneliti dan adanya di setiap point-point pertanyaan sehingga
keterbatasan serta kekurangan dalam tidak menyulitkan peneliti untuk
penelitian, maka peneliti ingin memberikan menjelaskan kembali maksud dari
saran-saran sebagai berikut: pertanyaan tersebut.
Keilmuan. Diharapkan penelitian ini Diharapkan penelitian ini dapat
dapat menjadi masukan bagi mahasiswa/i menjadi rujukan bagi peneliti selanjutnya,
Institusi Pendidikan Program Studi yang berhubungan dengan resiliensi yaitu
Keperawatan FIK UMJ dalam proses variabel hubungan dukungan moral dengan
pembelajaran dan pengembangan Ilmu

Indonesian Journal of Nursing Sciences and Practice | 15


resiliensi remaja atau variabel pengaruh perilaku bullying pada remaja di
lingkungan terhadap resiliensi remaja. SMK PGRI semarang. Semarang:
Orang tua. Untuk orangtua UMS.
diharapkan dapat mengetahui tentang Fibrianti, I., D. (2009). Hubungan antara
dampak bullying dan pentingnya peran aktif dukungan orangtua dengan
orangtua sebagai lingkungan terdekat remaja prokrastinasi akademik dalam
untuk memberikan dukungan dan menyelesaikan skripsi pada
pengarahan dalam menghadapi masalah mahasiswa Fakultas Psikologi
bullying sehingga tidak menyebabkan Universitas Diponegoro Semarang.
menurunnya resiliensi remaja dalam Semarang: UNDIP.
menghadapi masalah tersebut dan Lee H., & Detels (2007). Readiness for Self-
diharapkan tidak menganggu perkembangan Directed Learning and The Cultural
masa remaja. Values of Individualism/Collectivism
Among American And South Korean
DAFTAR PUSTAKA College Students Seeking Teacher
Connor, K., M., & Davidson, J., R., T. Certification in Agriculture. Texas
(2003). “Development of a new A; University Press.
resilience scale: the connor- National Center for Education Statistics.
davidson resilience scale (CD- (2007). Student Reports of Bullying
RISC)”. Depression Traumatic and Cyber-Bullying Results from the
Stress. 16, 487-494. School Crime Supplement of the
Desmita. (2012). Psikologi perkembangan. National Crime Victimization. U.S
Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Departement of Education.
Dirilevianti (2010). Pelaksanaan program NMHEC (National Mental Health and
antibullying teacher empowerment. Education Centre). (2006).
Skripsi: Jakarta. UI. Interprofessional Collaboration in
Djuwita. (2008). Bullying: Kekerasan Maternity Care. NHMRC: Canberra
terselubung di sekolah. Novianti, (2008). Fenomena kekerasan di
http://www.anakku.net. Diunduh lingkungan pendidikan. Vol. 13. No.
pada tanggal 20 Nopember 2015, 2: 324-338.: Jurnal Pemikiran
pukul 13.00 WIB. Alternatif Pendidikan.
Durado, A., A., Tololiu, T., A., & Nursalam. (2014). Metodologi penelitian
Pangemanan, D., H., C. (2013). ilmu keperawatan: Pendekatan
Hubungan dukungan orangtua Praktis Edisi 3. Jakarta: Salemba
dengan konsep diri pada remaja Di Medika.
SMAN 1 Manado. Manado: Nusantara, A. (2008). Mengatasi Kekerasan
Universitas Sam Ratulangi. di Sekolah dan Lingkungan Sekitar
Fajrin, A., N. (2013). Hubugan antara Anak. Jakarta: Grasindo.
tingkat pengetahuan dengan

Indonesian Journal of Nursing Sciences and Practice | 16


Rahmawati, (2009). Pengaruh iklim sekolah Wiyani, N. A. (2012). Save our children
terhadap resiliensi siswa korban from school bullying. Jogjakarta:
kekerasan (bullying) di sekolah ArRuzz Media.
dasar kelurahan pegangsaan Yu & Zhang (2007). Study of glucose ester
Jakarta pusat. Jakarta: FIP UNJ. synthesis by immobilized lipase from
Ramadhani & Handayani (2012). Pengaruh candida sp. Catalysis
peer group support dan self esteem Communications Volume 9. Issue 6.
terhadap resillience pada siswa Pages 1369 -1374.
SMAN Tambun Utara Bekasi. Jurnal Yuyun, (2011). Masalah kesehatan mental
Soul. Vol. 6 No 1. Hal. 50-65. remaja di era globalisasi.
Romauli. (2009). Kesehatan reproduksi. Zainal. (2011). Pengaruh pelatihan
Yogyakarta: Nuha Medika. resiliensi terhadap perilaku asertif
SEJIWA. (2008). Bullying; mengatasi pada remaja. Jurnal Psikologi. Vol.4
kekerasan di sekolah dan No. 2, Hal.130-136.
lingkungan sekitar anak. Jakarta: PT
Grasindo.
Sochib. (2008). Pola asuh orangtua.
Jakarta: Rineka Cipta.
Sutjiningningsih, S., W. (2010). Tumbuh
kembang remaja dan
permasalahannya. Jakarta: CV
Sagung Seto.
Sulistyaningsih, W. (2009). Pengaruh
pelatihan resiliensi dan penyuluhan
untuk menurunkan trauma
psikologis dan meningkatkan empati
pada guru di kabupaten aceh
selatan. Yogjakarta: Fakultas
Psikologi Universitas Gadjah Mada.
Werner. (2005). Resilience and research:
past, present, and future. Linking
context to practice and policy.
Plenum Publisher, New York.
World Health Organization, 2010. The
World Health Report - Health
Systems Financing: The Path To
Universal Coverage.
Wicaksana. (2008). Mereka bilang aku sakit
jiwa. Yogjakarta: Kanisius.

Indonesian Journal of Nursing Sciences and Practice | 17

Anda mungkin juga menyukai