Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Cerdik:

Jurnal Pendidkan dan Pengajaran


Website: https://jurnalcerdik.ub.ac.id/index.php/jurnalcerdik/index
ISSN: 2809-414X

FENOMENA BULLYING DAN UPAYA PREVENTIF


UNTUK MEMINIMALISIR EKSES PSIKOLOGIS
BAGI PESERTA DIDIK
Dwi Rifiani
SMA Negeri 2 Malang
e-mail: wirifiani74@gmail.com

Abstrak
Dalam banyak kasus, umumnya fenomena bullying meninggalkan dampak psikologis yang cukup
membekas dan seolah menjadi mimpi buruk bagi kehidupan seseorang, terutama bagi korbannya terutama
bagi yang kurang memiliki penyesuaian sosial dengan baik dan yang agak lambat dalam beradaptasi
dengan lingkungannya. Dampak negatif yang dialami oleh seseorang yang pernah menjadi korban bullying
merupakan lokus utama dan menjadi aksentuasi serta akan dielaborasi lebih dalam oleh peneliti. Upaya
ini diharapkan bisa menjadi starting point untuk menentukan langkah preventif yang bisa dilakukan agar
aktifitas bullying dengan berbagai bentuknya, -sekalipun tidak bisa dihilangkan sama sekali dari muka
bumi ini- setidaknya bisa diminimalisir agar pelaku bullying berpikir ribuan kali tentang dampak
negatifnya jika ia melakukan hal tersebut-, dan peserta didik pada umumnya bisa menentukan langkah jitu
jika tindakan tersebut diindikasikan akan terjadi menimpanya. Setidaknya para pemegang kebijakan
mampu memberikan langkah-langkah strategis sebagai bentuk tanggung jawab orang dewasa terhadap
perkembangan psikologis dan akademis calon generasi bangsa.
Kata Kunci: Fenomena bullying, upaya preventif, dampak psikologis.

Abstract
In many cases, generally the phenomenon of bullying leaves a psychological impact that is quite lasting
and seems to be a nightmare for a person's life, especially for victims who do have social adjustments
and are unable to adapt well. The negative impact experienced by someone who has been a victim of
bullying is the main locus and becomes an accent and will be further elaborated by researchers. It is
hoped that this effort will become a starting point for determining preventive steps that can be taken so
that bullying in its various forms, even though it cannot be completely eliminated from the face of this
earth, can at least be minimized so that the perpetrators of bullying think thousands of times about the
negative impact if they do this. -, and students in general can determine the right steps if the action is
indicated to happen to them. At least the policy holders are able to provide appropriate steps as a form
of adult responsibility for the psychological and academic development of the future generation of the
nation.
Keywords: Bullying Phenomenon, Preventive Efforts, Psychological Impact.

PENDAHULUAN
Meningkatnya kekerasan terhadap anak di sekolah dari tahun ke tahun merupakan salah
satu akar permasalahan bullying. Sebagai salah satu bentuk kekerasan, perundungan atau yang
sering disebut dengan bullying adalah perilaku tidak menyenangkan baik verbal, fisik, ataupun
sosial di dunia nyata maupun di dunia maya yang berdampak buruk bagi anak baik fisik
maupun psikisnya. Menurut ahli psikologi, perundungan (bullying) merupakan perilaku agresi
yang dilakukan secara terus menerus dan berulang-ulang, terdapat kekuatan yang tidak
seimbang antara pelaku dan korbannya, serta memiliki tujuan untuk menyakiti dan
menimbulkan rasa tertekan bagi korbannya (Rigby, 2007). Fenomena perundungan seperti ini
terjadi pada semua tingkatan, mulai dari tingkat Sekolah Dasar hingga di tingkat Perguruan
Tinggi. Yayasan SEJIWA (2008) melakukan sebuah penelitian tentang perundungan di tiga

1
Jurnal Cerdik:
Jurnal Pendidkan dan Pengajaran
Website: https://jurnalcerdik.ub.ac.id/index.php/jurnalcerdik/index
ISSN: 2809-414X

kota besar di Indonesia, yaitu Malang, Yogyakarta, dan Jakarta menunjukkan terjadinya tingkat
kekerasan sebesar 67,9% pada tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) dan 66,1% pada tingkat
Sekolah Menengah Pertama (SMP). Penelitian Lembaga Pratista Indonesia terhadap siswa SD,
SMP, dan SMA di dua kecamatan di Malang menunjukkan semakin tinggi jenjang sekolah,
semakin tinggi persentase siswa yang mengalami perundungan dari teman di lingkungan
sekolah (Hartiningsih, 2009).
Dari pengamatan dan penelitian tentang kasus di atas, perundungan lebih banyak terjadi
pada siswa SMA. Siswa SMA termasuk ke dalam kelompok usia remaja. Pada masa ini
berlangsung sebagian besar perubahan fisiologis, sosial, dan psikologis dalam kehidupan.
Menurut Erikson masa remaja merupakan masa pencarian identitas dan makna dalam
kehidupan (dikutip dalam Santrock, 2012). Remaja yang memiliki makna atau tujuan hidup
akan dapat memecahkan masalah krisis identitas yang dihadapi selama periode ini. Hal yang
tidak kalah penting bagi remaja supaya dapat melewati krisis identitas adalah memiliki
kesejahteraan psikologis yang tinggi (Khan, Taghdisi, & Nourijelyani, 2015).
Dalam survei berskala besar menunjukkan bahwa bullying terjadi di seluruh dunia,
meskipun dapat melibatkan perilaku yang berbeda dan memiliki arti yang berbeda di berbagai
negara (James, 2014). Meskipun upaya pencegahan terus dilakukan, bullying seperti “budaya
kejahatan” yang terus beregenerasi dari masa ke masa sepanjang sejarah kehidupan manusia di
muka bumi. Penelitian Alana James menemukan sebagian besar anak-anak mengalami
bullying, baik sebagai saksi, korban, atau menjadi pengganggu. Temuan perilaku bullying di
Sekolah Dasar, dengan subjek penelitian 10 guru dan 40 siswa, Jan dan Husein menjelaskan
berbagai model, sebab, dan efek perilaku bullying yang dapat membantu formulasi dan
impelementasi berbagai strategi yang dapat mengurangi perilaku destruktif tersebut (Jan,
2015). Dugasa dan Babu tentang perilaku bullying pada Sekolah Menengah Pertama,
menemukan bahwa untuk pertama kali peserta didik memperoleh perlakuan bullying
berdampak pada peserta didik tidak dapat mengikuti materi dengan baik, tidak bisa belajar
dengan cerdas, dan merasa insecure dengan keamanan di lingkungan sekolah (Dugasa, 2022).
Sebagai gambaran saja perilaku bullying pada anak usia 14 – 17 tahun di Turki, siswa kelas 1
dan 2 sekolah menengah, 96,7% peserta didik melakukan bullying, baik sebagai pelaku
maupun korban (Dokgöz et al., 2013).
Budaya bullying seperti virus yang terus mengancam dunia pendidikan, bahkan di
sekolah berbasis keagamaan, di Australia, realitas bullying juga banyak terjadi. The Diocesan
Education Council telah mengeluarkan beberapa aturan yang diadaptasi dari nilai-nilai
keagamaan, seperti kebijakan tentang Sex Discrimination Act pada tahun 1974
(Commonwealth), Racial Discrimination Act pada tahun 1975 (Commonwealth). Pada tahun
1986 diterbitkan Australian Human Rights Commission Act (Commonwealth), dan pada tahun
2012 terbit Workplace Gender Equity Act (Commonwealth). Aturan Anti-Discrimination Act
terbit pada tahun 1991 (Qld), Disability Discrimination Act tahun 1992 (Commonwealth), dan
pada tahun 2018 mengeluarkan kebijakan tentang Addressing Student Bullying In Schools
Policy (Policy & Directive, 2018). Lebih mencengangkan, ditemukan bullying peserta didik
terhadap guru sebagai fenomena di perguruan tinggi, sebagaimana hasil survey terhadap 105
responden, dipilih dari tiga (3) departemen berbeda di Kota Olongapo pada tahun ajaran 2017-
2018 (Asio, 2019).

198
Jurnal Cerdik: Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, Volume 2, No. 2, Juni 2023.

Di Indonesia, Dwipayanti dan Indrawati, dengan responden 176 orang, kriteria inklusi
anak Sekolah Dasar yang sedang duduk di kelas 4, 5, 6, dan korban bullying di Kabupaten
Bandung, menemukan hubungan negatif antara tindakan bullying dengan prestasi belajar siswa
korban bullying pada tingkat Sekolah Dasar, seperti kesulitan bergaul, merasa takut datang ke
sekolah sehingga absensi mereka tinggi, dan tertinggal pelajaran (Indrawati, 2014). Temuan
ini didukung Muliasari, dengan menggunakan Studi Kasus di MI Ma’arif Cekok Babadan,
Ponorogo. Muliasari menemukan beberapa bentuk perilaku bullying verbal berupa memfitnah
korban dan orang tua korban, mengejek, mengancam, dan berkata kotor. Muliasari juga
menemukan bentuk bullying fisik, seperti memukul, mengambil barang, dan mencubit
(Muliasari, 2019).
Terhadap anak remaja usia 15 – 18 tahun yang menjadi korban bullying fisik, verbal
atau psikologis, ditemukan bahwa bullying yang sering terjadi berupa bullying verbal dan fisik.
Remaja korban bullying merupakan remaja yang memiliki perilaku yang menonjol dari teman-
teman yang lain, dan memiliki nilai akademik yang kurang, pendiam, dan takut kepada pelaku.
Perlakuan bullying memberikan dampak psikologis pada korban seperti timbul perasaan kesal,
sedih, tidak percaya diri, tidak nyaman, tidak konsentrasi belajar di kelas (Ikhsani, 2015).
Hal ini mendukung temuan Sulisrudatin yang menyoroti pewartaan yang
menggambarkan seakan-akan bullying hanya di dunia pendidikan. Sebenarnya bullying juga
bisa terjadi dalam keluarga, dan dunia kerja. Bahkan, di dunia anak jalanan, anak-anak
seringkali di-bully oleh preman-preman yang lebih senior dan kekar perawakannya. Artinya,
bullying sudah menjadi masalah yang serius. Sementara tindak pencegahan sejak dini melalui
pendidikan moral, penerapan hidup bersama yang penuh kekeluargaan dan tanggung jawab,
serta penataan hukum semestinya dapat menjadi langkah preventif yang efektif untuk
mengurangi tindak bullying di semua kalangan masyarakat. Tindak penyelesaian bullying
melalui jalur hukum tentu merupakan alternatif terakhir dan dibutuhkan kerjasama serta
dilaksanakan secara terus-menerus oleh semua pihak tanpa terkecuali, mulai dari diri sendiri,
keluarga, masyarakat, dan negara (Sulisrudatin, 2015).
Dengan menggunakan metode dan pendekatan yang berbeda, artikel ini merupakan
hasil pembacaan fenomena bullying di Sekolah Menengah Atas dan upaya sekolah
meminimalisasi efek psikologis terhadap peserta didik. Lokus pembahasan masalah ini
difokuskan peneliti di Sekolah Menengah Atas Negeri 2 (SMANDA) Kota Malang.

METODE
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang dilakukan dengan mengamati
fenomena yang banyak terjadi di masyarakat, dikaitkan dengan teori-teori yang telah ada
sebagai hasil penelitian terdahulu dan akan dijelaskan dalam bentuk deskriptif naratif yang
bertujuan untuk mengatahui dampak psikologis yang dialami oleh korban. Dalam memahami
fenomena sosial ini, di samping dilakukan dengan menggunakan pendekatan content analysis,
penelitian juga dilakukan dengan memotret gambaran holistik terhadap kejadian-kejadian
bullying dan lebih jauh menelusuri sebab-sebab seseorang melakukan tindakan bullying dan
faktor-faktor seseorang menjadi korban bullying serta upaya konkret untuk proses healing dari
musibah tersebut.
Adapun data yang digunakan ialah dengan menggunakan data sekunder yang diambil
berdasarkan buku-buku, jurnal, serta internet yang dapat dipertanggungjawabkan
Jurnal Cerdik: Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, Volume 2, No. 2, Juni 2023.

kebenarannya. Hasil dari penelitian ini menjelaskan terkait dampak psikologis yang
ditimbulkan dari adanya tindakan bullying dibedakan menjadi dampak jangka pendek serta
dampak jangka panjang. Sebagai ilustrasi bagi pembaca sebagaimana dijelaskan oleh seorang
psikolog anak Rumah Sakit Pondok Indah-Puri Indah dalam Jurnal Balita dan Anak, 2 Agustus
2019) bahwa dampak jangka pendek bullying adalah timbulnya rasa sakit baik secara fisik
maupun emosional. Secara fisik, ada kemungkinan anak mengalami cedera fisik baik cedera
ringan maupun cedera parah dan bisa berdampak pada cacat. Secara psikis anak yang menjadi
korban bullying akan merasa syok, traumatik, selalu merasa cemas jika bertemu dengan pelaku
bullying. Korban bullying akan merasa takut dan selalu dihantui kekhawatiran untuk datang
di tempat terjadinya bullying dan ada kecenderungan ia lebih menghindari tempat tersebut.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil
Bullying sebagai fenomena sosial yang mungkin terjadi di semua lini kehidupan dan
meninggalkan ekses psikologis yang memprihatikan inilah yang menggerakkan para praktisi
pendidikan menyusun langkah-langkah konkret yang diharapkan bisa dijadikan sebagai acuan
dalam meminimalisir dampak negatif tersebut. Dari hasil pengamatan peneliti ada beberapa
jenis bentuk perilaku yang masuk dalam kategori bullying yang juga banyak dipaparkan oleh
beberapa psikolog berkaitan dengan perilaku ini. Jenis-jenis bentuk tindakan bullying
sebagaimana dituturkan oleh Anna Surti Ariani, seorang Psikolog anak dalam media online “
Kumparan” tanggal 24 April 2018, ada 4 macam, yaitu:

Bullying secara fisik


Tindakan bullying secara fisik melibatkan aktifitas fisik antar pelaku dan korban. Dan
tindakannya bisa terlihat secara kasat mata. Misalnya dipukul, ditendang, diludahi, didorong,
merusak barang hingga melakukan tindakan lain yang terus berulang hingga merugikan secara
fisik,

Bullying secara verbal


Selanjutnya adalah bullying secara verbal. Biasanya bentuk bullying yang satu ini tak
kasat mata, namun dampaknya bisa dirasakan oleh hati, seperti diolok-olok dengan sebutan
yang dianggap tidak pantas diucapkan, diejek, dicela, dihina, hingga diteror. Bentuk hinaannya
juga bermaca-macam, termasuk dalam kategori ini adalah body shaming yaitu memberi
komentar negatif terhadap seseorang yang memiliki bentuk fisik tidak pada umumnya, seperti
penyebutan untuk orang gemuk dengan sebutan si Gendut, penyebutan untuk orang kurus
dengan sebutan si Kerempeng, sebutan untuk orang yang jalannya tidak normal dengan sebutan
si pincang dan sebagainya. Bullying dengan tipe ini sangat mudah diidentifikasi, karena
nampak dan terdengar secara fisik bisa direspon langsung oleh indra penglihatan maupn indra
pendengaran orang secara umum. Tidak hanya terbatas pada tampilan seputar fisik, tapi bisa
merambah ke isu seputar SARA, etnis, status ekonomi, hingga orientasi seksual

Bullying secara sosial


Aktifitas membicarakan kejelekan orang lain baik kejelekan itu memang benar-benar
terjadi maupun baru sebatas asumsi yang belum jelas benar dan salahnya. Apalagi lebih jauh
Jurnal Cerdik: Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, Volume 2, No. 2, Juni 2023.

menyebarkan rumor atau gosip, sehingga orang lain terprovokasi untuk menjauhi dan
mengucilkannya. Tindakan seperti ini merupakan tindakan bullying sosial.

Cyberbullying
Dari ketiga bentuk bullying di atas, bullying yang satu ini menjadi bullying yang paling
marak dilakukan akhir-akhir ini. Kemajuan teknologi dan informasi menjadi faktor
berkembangnya bullying jenis ini. Bentuk tindakan bullying jenis ini seperti memberikan
komentar kasar yang bisa menjatuhkan orang lain, mengancam, hingga menyakiti dengan kata-
kata yang ditulis di internet atau media sosial.

Dari sekian banyak fenomena yang terjadi, sekolah sebagai entitas pencetak akhlak
mulia memiliki tanggung jawab dan peran strategis dalam memberikan kontribusi berupa
tindakan preventif maupun tindak lanjut penanganan jika langkah-langkah pencegahan sudah
dilakukan, namun masih juga kejadian tersebut muncul di permukaan.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menanggulangi Perudungan/Bullying
adalah lewat penyuluhan, penguatan komunitas, dan program tepat guna di dunia pendidikan
seperti yang pernah dilakukan oleh Setyorini (2019) dalam penelitian yang berjudul
“Menurunkan Perilaku Pelaku Perundungan Verbal Melalui Teknik Role Play Pada Siswa SMP
Kristen 02 Salatiga”. Mayasari (2019) dalam penelitiannya yang berjudul “Tindak
Perundungan di Sekolah Dasar dan Upaya Mengatasinya”. Wahida (2020) dalam penelitian
yang berjudul “Harga Diri dan Perundungan Siber pada Remaja”. Dari kesemua penelitian
tersebut para peneliti menyimpulkan dan memberi saran bahwa perlu adanya kegiatan
penyuluhan, penguatan komunitas, dan program tepat guna dalam rangka menanggulangi
perundungan/bullying di kalangan pelajar.
Penelitian tentang bullying yang dilakukan oleh Okoiye, Anayochi dan Onah (2015)
menunjukkan hasil perundungan baik yang berupa cyber-bullying maupun yang berbentuk
fisik memiliki dampak negatif pada kesejahteraan psikologis remaja. Kondisi kesejahteraan
psikologis yang terganggu menyebabkan perilaku negatif yaitu perilaku menghindar (Hutzell
& Payne, 2012), anti sosial, kecemasan, depresi, dan gangguan panik ketika dewasa
(Copeland, Dieter, Adrian & Costello, 2013), perasaan marah, frustasi, dan dendam (Okoiye,
dkk 2015). Program yang dilaksanakan diharapkan mampu meningkatkan proses pemanfaan
yang terbukti dapat menurunkan kasus korban yang menjadi pelaku perudungan (Hui, Tsang
& Law, 2011).
Program ini juga diharapkan mampu mengurangi perasaan marah pada remaja yang
mengalami perundungan di sekolah (Watson, dkk 2015). Terhindar dari keingingan untuk
menghindar dari pelaku dan pikiran ingin membalas dendam (Malone, dkk 2011). Sehingga
pada titik lebih lanjut program ini dapat diharapkan sebagai upaya penyesuaian sosial yang
baik sehingga ada perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah adanya program
yang dilaksankan.
Untuk mengetahui lebih konkret upaya preventif yang pernah dilakukan di lembaga
pendidikan, sebagaimana diamati oleh peneliti –yang memfokuskan lokus pengamatannya di
SMA Negeri 2 Malang- bahwa Pencegahan Perundungan/Bullying ini merupakan salah satu
kegiatan yang didasarkan Surat Keputusan Kepala SMA Negeri 2 Malang Nomor
Jurnal Cerdik: Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, Volume 2, No. 2, Juni 2023.

800/1187/101.6.10.2/2022 yang bertujuan untuk Pencegahan Perundungan/Bullying peserta


didik di SMA Negeri 2 Malang.
Berdasarkan paparan-paparan di atas, perlu adanya upaya Pencegahan Perundungan/Bullying
di Lingkungan SMAN 2 Malang yaitu dengan melalui beberapa tahapan yang dijelaskan secara
rinci berikut ini.
Rincian pelaksanaan program Pencegahan Perundungan/Bullying adalah sebagai
berikut:
1. Tahap Perencanaan, yaitu tahap pendataan dan penyusunanan rencana program yang akan
diterapkan. Hal ini meliputi proses Pembuatan Perencanaan Kepanitian, Penetapan Surat
Keputusan oleh Kepala Sekolah, Pembuatan Proposal, Pembuatan Prosedur Penjamin
Mutu, Lobbying Pemateri, Pengajuan Surat Perizinan, Persiapan Hari dan Tempat
Kegiatan. Pada proses perencanaan, Kepala Sekolah mengeluarkan Surat Keputusan
dengan membentuk susunan Tim Satuan Tugas (Satgas) pencegahan bullying. Tim inilah
yang diberikan amanat untuk melaksanakan dan mengambil kebijakan berkaitan dengan
segala sesuatu yang berkaitan dengan tindakan bullying di sekolah
2. Tahap Pelaksanaan yaitu tahap sosialisasi dan upaya pencegahan, penanggulangan, dan
sanksi. Sosialisasi dilaksanakan berupa apel pagi yang menghadirkan pihak Lembaga
Perlindungan Anak untuk memberikan pemahaman dan penguatan terhadap siswa terkait
tema yang diangkat dalam program. Upaya pencegahan, penanggulangan dilakukan lewat
kontrol terstruktur yang dilaksanakan dengan melibatkan berbagai elemen di SMAN 2
Malang. Sanksi dilaksanakan apabila kedapatan ada siswa yang melanggar terkait tema
yang diangkat dalam program. Pada akhir program ketika pelaporan dilakukan, lingkungan
SMAN 2 Malang diharapkan telah tercipta kebiasaan resiliensi terhadap
Perundungan/Bullying.
3. Tahap Pelaporan, yaitu tahap pertanggungjawaban kegiatan yang dituangkan dalam
bentuk laporan tertulis serta refleksi hasil kegiatan yang dilaksanakan. Pada forum refleksi
ini akan diisi dengan diskusi tentang program yang telah dilaksanakan diiringi dengan
pemaparan penangan kasus yang telah dilaksanakan. Program ini difungsikan sebagai
media penguatan yang ditujukan untuk pertimbangan pembuatan program pada tahun
selanjutnya (Wiyanto, 2022).

Pencegahan Perundungan/Bullying bagi Peserta Didik lewat Penyuluhan, Penguatan


Komunitas, dan Program Tepat Guna ini bertujuan untuk 1) memberi pemahaman kepada siswa
tentang dampak Perudungan dan cara menghindarinya, 2) memberikan pemahaman kepada
siswa tentang pentingnya menjaga diri agar tidak bersinggungan dengan perilaku yang
mengarah ke perundungan/bullying, dan 3) membiasakan siswa untuk menjauhi perudungan
lewat penanggulangan dan sanksi. Adapun pencegahan Perundungan/BullyingPeserta Didik
ini bermanfaat untuk 1) warga SMAN 2 Malang, sebagai progam yang bertujuan untuk
melindungi, pencegahan, penanggulangan, dan sanksi terhadap tindak Kekerasan Seksual, 2)
bagi dinas Pendidikan dan Kebudayaan setempat, sebagai contoh kegiatan best practice tentang
Pencegahan Perundungan/BullyingPeserta Didik di lingkungan sekolah, dan 3) masyarakat
luas, sebagai sarana mengurangi kemungkinan adanya tindakan bullying.
Jurnal Cerdik: Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, Volume 2, No. 2, Juni 2023.

Konsep kegiatan Program Pencegahan Perundungan/Bullying di SMAN 2 Malang


diharapkan menjadi contoh aplikatif untuk mencegah Pencegahan Perundungan/Bullying di
lingkungan sekolah yang lain, mengingat tentang Pencegahan Perundungan/Bullying
khususnya di SMAN 2 Malang, relatif jarang dilakukan. Kegiatan ini merupakan salah satu
bentuk implementasi nilai yang diamanatkan oleh Undang-Undang No.19 Tahun 2016.
Pencegahan bullying dilakukan sebagai tindakan/cara/proses yang direalisasikan agar
seseorang atau sekelompok orang tidak melakukan tindak kekerasan di lingkungan satuan
pendidikan, yang pelaksanaannya melibatkan pihak sekolah yang terkait, orangtua/wali.

Mekanisme Pelaksanaan Kegiatan Pencegahan Perudungan/Bullying


Upaya Pencegahan Perudungan/Bullying
a. Perencanaan proses Pencegahan Perundungan/Bullying meliputi sosialisasi tata tertib,
pengecekan berkala dalam rangka untuk melindungi peserta didik dari
Perundungan/Bullying.
b. Langkah pertama upaya penciptaan yaitu kegiatan sosialisasi di awal tahun pelajaran
kepada kelas X, XI, dan XII. Kegiatan sosialisasi bekerja sama dengan dinas terkait.
c. Menggencarkan gerakan kampanye anti bullying melalui poster-poster yang berisi
gerakan anti bullying dan menyelipkan nilai-nilai moral agar perilaku bullying tidak
menjadi budaya dan
d. Semaksimal mungkin semua elemen sekolah mampu memberikan teladan yang baik
serta menginternalisasikan ke dalam jiwa sanubari peserta didik bahwa perilaku
bullying merupakan bentuk karakter tidak terpuji dan harus dihindari.

Penanganan Kasus Perudungan/Bullying


a. Pelaksanaan proses Perudungan/Bullying dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang
telah direncanakan. Kegiatan ini diawali dengan pembuatan langkah-langkah
penanganan sesuai dengan kondisi kasus yang terjadi dan pihak-pihak yang
dilibatkan dalam kasus penyimpangan yang terjadi.
b. Pelaku kasus Perudungan/Bullying diberikan pembinaan oleh wali kelas, tatibsi, dan
BK. Setelah diberikan pembinaan, pelaku akan dipantau secara intensif oleh tim
kesiswaan. Hasil pemantauan menjadi dasar tim kesiswaan untuk melakukan tindak
lanjut. Jika pelaku berubah menjadi lebih baik maka pelaku bisa mengikuti KBM
seperti biasa. Jika pelaku belum menunjukan perubahan signifikan yang lebih baik
maka diadakan studi kasus dengan melibatkan tim kesiswaan bersama orang tua.
Hasil studi kasus akan menentukan tindak lanjut tim kesiswaan mengambil tindakan.
Setelah dilaksanakan studi kasus, pelaku akan dilakukan pemantauan intensif, jika
tidak ada perubahan menjadi lebih baik, maka pelaku akan dikembalikan kepada
orang tua. Sedangkan jika pelaku berubah menjadi lebih baik maka pelaku dapat
mengikuti KBM seperti biasa.
Jurnal Cerdik: Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, Volume 2, No. 2, Juni 2023.

SIMPULAN
Program Pencegahan Perundungan/Bullying dalam bentuk pencegahan,
penanggulangan, dan sanksi terhadap perilaku tindak Perudungan/Bullying diharapkan
menjadi landas tumpu penguatan terciptanya lingkungan SMAN 2 Malang yang menjunjung
tinggi semangat sekolah tanpa Perundungan. Hasil program ini menjadi bentuk aplikatif dari
Pencegahan Perundungan/Bullying di lingkungan sekolah, mengingat sekolah sebagai salah
satu laboratorium pencetak generasi penerus Indonesia. Perudungan dapat dianggap sebagai
upaya mencederai semangat perjuangan yang telah digelorakan oleh para pendiri bangsa. Pada
satu titik penyalahgunaan ini juga dapat menggangu persatuan dan kesatuan Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Asio, J. M. R. (2019). Students bullying teachers : Understanding and behavior of college


students from a higher education institution Research Article Students bullying teachers :
Understanding and behavior of college students from a higher education institution.
Journal of Pedagogical Research, 3(2), 10–20. https://doi.org/10.33902/JPR.2019254157
Catherine Lewis. (2015). High School Students ’ Experiences of Bullying and Victimization
and the Association With School Health. Journal of School Health, 85(5), 318–326.
Dokgözb, N. Türkmen. ; H., AKGÖZc, ; Semra, & POLAT, ; Bülent ERENd ; Pınar VURALe;
Oğuz. (2013). Bullying among High School Students. Maedica A Journal of Clinical
Medicine, 8 No 2(March 2014), 143–152.
https://www.researchgate.net/publication/259474519
Dugasa, A. (2022). Causes of Bullying Among Students and Its Academic Effects : The Case
of Two Secondary Schools of Adola Administrative Town ( grade ten in focus). YMER ||
ISSN : 0044-0477, 21(12), 616–631. http://ymerdigital.com
Flavin, M. (2012). Disruptive technologies in higher education. Research in Learning
Technology, 20(SUPPL), 102–111. https://doi.org/10.3402/rlt.v20i0.19184
Hawkins, L. (2013). Content Analysis: Principles and Practices. Human Capital Office
Learning Center, July, 61.
Huang, Y., & Chou, C. (2010). Computers in Human Behavior An analysis of multiple factors
of cyberbullying among junior high school students in Taiwan. 26, 1581–1583.
https://doi.org/10.1016/j.chb.2010.06.005
Ikhsani, L. N. (2015). STUDI FENOMENOLOGI : DINAMIKA PSIKOLOGIS KORBAN
BULLYING PADA REMAJA. Fakultas Psikologi UMS.
Indrawati, I. A. S. D. K. R. (2014). Hubungan Antara Tindakan Bullying dengan Prestasi
Belajar Anak Korban Bullying pada Tingkat Sekolah Dasar Ida Ayu Surya Dwipayanti
dan Komang Rahayu Indrawati. Psikologi, Program Studi Kedokteran, Fakultas
Udayana, Universitas, 1(2), 251–260.
James, A. (2014). School bullying School bullying PhD Researcher ( Goldsmiths , University
of London , NSPCC ). NSPCC, February 2010. www.nspcc.org.uk/inform
Jan, M. S. A. (2015). Bullying in Elementary Schools : Its Causes and Effects on Students.
Journal of Education and Practice, 6(19), 43–57.
Lewis, J. E. V. K. P. M. K. E. B. M. (2004). BULLYING AT SCHOOL :
RECOMMENDATIONS FOR TEACHERS AND PARENTS. Practical
Jurnal Cerdik: Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, Volume 2, No. 2, Juni 2023.

Recommendations and Interventions. http://www.preventschoolviolence.org


Livshin, A. (2011). Learning about Social Capital in a Nonprofit and Philanthropy
Management Class. International Journal for the Scholarship of Teaching and Learning,
5(2). https://doi.org/10.20429/ijsotl.2011.050211
Margitics, F., & Vass, V. (2022). THE CHARACTERISTICS OF STUDENTS WHO.
International Journal of Education and Psychology in the Community IJEPC, 12(1 & 2),
131–146.
Muliasari, N. A. (2019). Dampak Perilaku Bullying Terhadap Kesehatan Mental Anak (Studi
Kasus di MI Ma’arif Cekok Babadan Ponorogo) (Issue November). Fakultas Tarbiyah
dan Ilmu Keguruan IAIN Ponorogo.
Policy, S. O. F., & Directive, P. (2018). ADDRESSING STUDENT BULLYING IN. Diocesan
Education Council, 1–2.
Rusteholz, G., & Mediavilla, M. (2021). Impact of Bullying on Academic Performance : A Case
Study for the (Issue February). Institut d’Economia de Barcelona Facultat d’Economia i
Empresa Universitat de Barcelona. https://doi.org/10.2139/ssrn.3785919
School, T. O. to O. (2022). Bullying and Harassment Policies Brightmont. Brighmont
Academy, 1–7. https://www.stopbullying.gov/resources/get-help-
now.%0AReprisal/retaliationhttps://www.brightmontacademy.com
Schreier, M. (2014). Qualitative Content Analysis. The SAGE Handbook of Qualitative Data
Analysis, 170–183. https://doi.org/10.4135/9781446282243.n12
Sulisrudatin, N. (2015). KASUS BULLYING DALAM KALANGAN PELAJAR ( SUATU
TINJAUAN KRIMINOLOGI ). Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara – Fakultas Hukum
Universitas Suryadarma, 5(2), 57–70.
Viuni, I. (2019). A CASE STUDY OF SCHOOL BULLYING: VERBAL BULLYING AND ITS
IMPACT ON THE STUDENTS ACADEMIC ACHIEVEMENT. Faculty of Teacher
Training and Education, UMSU.
Wiyanto, Candra Ari, Program Kerja Pencegahan Perundungan/ Bullying, SMA Negeri 2
Malang, 2022

Anda mungkin juga menyukai