Anda di halaman 1dari 7

Mengurangi Kenakalan Remaja Menerapkan Teknik Konseling

Behavioral pada Peserta Didik di SMA

Nama Penulis:
Sari Nurhardini

Universitas Negeri Padang


Email : sarinurhardini@gmail.com

Abstrak : kenakalan anak sekolahmerupakan sebuah fenomena yang terjadi di tahap perkembangan masa remaja.
Fenomena yang terjadi yakni perilaku yang menyimpang dari etika yang berlaku dimasyarakat umpamanya tidak
hadir, bullying,mengisap rokok, minum minuman keras, berbohon, dan lain-lain. Segala perilaku dikerjakan oleh
remaja atas dasar berkeinginan coba-coba dan sanga dominan diberi pengaruh oleh unsur lingkungan. Kenakalan
anak sekolah mencerminkan remaja kesusahan untuk menemukan jati diri sehingga mengalami krisis identitas.
Peneliti berkeinginan mengurangi kenakalan remaja mengaplikasikan pendekatan konseling behavioral. Alasan
penerapan konseling ini merupakan sebab konseling behavioral ialah konseling yang merupakan perpaduan Antara
pendekatan dalam psikoterapi cognitive therapy dan behaviour therapy. Tipe penelitian yang diterapkan ialah
dengan menerapkan penelitian eksperimen. Kenalakan remaja sering terlibat dalam sebuah pergaulan remaja yang
tidak baik, adanya orang tua sebaiknya bisa mengontral kegiatan anak tetapi dengan cara yang benar dan anak pun
tidak terpaksa dalam melakukannya, dengan adanya kegiatan disekolah atau les, didukung anak mau atau tidaknya
dalam mengikuti kegitan tersebut tanpa beban dalam pikiran anak. Kesimpulannya ialah kenakalan remaja SMA
bisa dikurangi melewati konseling pendekatan behavioral.

Kata kunci: kenakalan anak sekolah atau remaja; konseling behavioral

Pendahuluan
Era digitalisasi saat ini ini sangat berdampak kepada beraneka segi didalam kehidupan, keliru satunya
adalah perilaku. Perilaku manusia condong tergoda ada keinginan untuk mengidentifikasi atau menyontoh apa yang
dilihatnya. Permasalahan muncul bilamana tayangan atau suatu hal yang dilihatnya adalah suatu hal yang tidak
pantas atau tidak cocok bersama dengan fase perkembangannya. Contoh seorang remaja jalankan pertalian seksual
diluar nikah sampai hamil dan berjalan upaya pembunuhan. Seperti moment yang dikutip dari

Harian tribun Jogja, pada tahun 2018, di Banyumas seorang siswi SMA berinisial NM hamil diluar nikah,
sesudah itu berusaha untuk membunuh bayinya bersama dengan gunting di kamar mandi tempat tinggal sakit.
Peristiwa di sarana merdeka.com tahun 2018, seorang remaja yang kalah judi tega mengambil barang punya
tetangga dan membunuhnya yang berjalan di Boyolali. Kenakalan remaja ini condong mengarah ke tindak
kriminalitas dan memaksa remaja berhadapan bersama dengan hukum. Perilaku yang selayaknya tidak layak
dijalankan oleh anak remaja, saat ini ini justru sering dijalankan oleh remaja. Peningkatan tingkat kenakalan remaja
menurut tindak pidana dewasa ini sering diliput oleh media. Kenakalan remaja sebenarnya sebuah fenomena yang
berjalan di langkah pertumbuhan era remaja. Fenomena yang berjalan merupakan perilaku yang menyimpang
berasal dari norma yang berlaku dimasyarakat seumpama membolos, bullying, merokok, minum minuman keras,
berbohong, dan lain-lain. Semua perilaku dijalankan oleh remaja atas basic idamkan coba-coba dan sanga dominan
tergoda oleh segi lingkungan.

Remaja diharapkan dapat untuk mengembangkan kekuatan dan menemukan jati diri lewat kegiatan-
kegiatan yang positif. Masa remaja merupakan era emas untuk membentuk suatu kepribadian individu yang
pengaruhi era dewasa nantinya. Seorang remaja studi untuk menemukan identas diri yang membedakan satu
individu bersama dengan individu lainnya, mencoba untuk mengambil peran orang dewasa sebagai wujud
pertumbuhan diri. Namun seringkali keinginan untuk jadi dewasa dan menemukan identitas diri tidak berjalan
lancar, melainkan sering berjalan penyimpangan dan kegagalan sehingga mengakibatkan permasalahan.

Stanley (dalam santrock, 2002) perlihatkan bahwa era remaja penuh bersama dengan pergolakan dan
konflik dan juga buaian keadaan hati. Karena remaja beranggap dirinya udah dapat mandiri, dan berkeinginan untuk
memecahkan masalahnya sendiri cocok bersama dengan keyakinan diri dan menampik pertolongan orang lain. Masa
remaja penuh bersama dengan kekuatan dan motivasi untuk menuju kedewasaan, yang mejadi persoalan adalah
bagaimana seorang remaja ini menyalurkan kekuatan dan semangatnya untuk suatu hal hal yang positif.

Kenakalan remaja keliru satu wujud moment di mana periode remaja tidak digunakan sebaik barangkali
untuk menolong pencarian identitas diri lewat hal yang positif. Perilaku yang beresiko mengakibatkan persoalan
yang dapat mencegah pertumbuhan kedewasaan sering dialami remaja. Kenakalan remaja mencerminkan remaja
dapat masalah dalam menemukan jati diri sehingga mengalami krisis identitas. Erickson didalam yusuf (dalam
Yusuf, 2016) “perlihatkan bahwa tugas utama remaja adalah muncul berasal dari krisis identitas untuk dapt jadi
orang dewasa yang menyadari dirinya secara utuh dan menyadari peranannya di masyarakat”. Krisis identitas jadi
tantangan remaja untuk diselesaikan, remaja dikatakan dapat muncul berasal dari identitas seumpama dapat
selesaikan tiga perkara yaitu pilihan pekerjaan, adopsi nilai yang diyakini, pertumbuhan identitas seksual yang
memuaskan. Remaja udah dapat menemukan identitas diri seumpama remaja dapat mempunyai pemahaman dan
beradaptasi terhadap dirinya dan peranannya di masyarakat.

Siswa SMA pada biasanya berusia pada 16 sampai 19 tahun, umur berikut masuk didalam kategori remaja.
“Batas usia remaja adalah rentang usia 13-21 th. yang terbagi mejadi remaja awal (13-17 tahun), dan remaja akhir
(18-21 tahun)”(Hurlock, 2002). Mayoritas kenakalan remaja berlangsung terhadap remaja di bawah usia 21 tahun,
dan angka tertinggi tingkat kenakalan remaja terhadap usia 15-18 tahun. Pada umur berikut remaja tetap duduk di
sekolah menengah pertama atau atas. Dengan kata lain, siswa SMP/SMA sering jalankan penimpangan perilaku baik
pas berada di sekolah maupu di lingkungan masyarakat(Kartono, 1992).

Peneliti idamkan kurangi kenakalan remaja menggunakan pendekatan konseling behavioral. Alasan
penggunaan konseling ini adalah dikarenakan konseling behavioral adalah konseling yang merupakan perpaduan
pada pendekatan didalam psikoterapi cognitive therapy dan behaviour therapy. Terapi kognitif berfokus pada
pikiran, memfasilitasi individu belajar

mengenali dan merubah cara berfikir sehingga jadi lebih terarah. Sementara terapi tingkah laku arahnya
membangun hubungan terhadap keadaan persoalan bersama dengan bersama dengan kebiasaan-kebiasaan mereaksi
masalah. Individu studi merubah perilaku, menenangkan anggapan dan tubuh sampai merasa lebih baik, berpikir
lebih realistik dan menolong memilih keputusan yang pas (Corey, 2013a). Intinya konseling behavioral merupakan
konseling yang berfokus pada pergantian perilaku. Jadi didalam penelitian ini diharapkan kenakalan remaja siswa
sma dapat dikurangi. Tujuan penelitian ini untuk menyadari bahwa kenakalan remaja dapat dikurangi bersama
dengan layanan konseling behavioral. Hipotesis penelitian ini yakni konseling behavioral mampu mengurangi
tingkat kenakalan remaja (juneville deliquency) siswa SMA.

Di dalam kenakalan anak remaja dalam bahasa inggris dikenal bersama dengan bersama dengan arti
juvenile delinquency merupakan gejala patologis sosial terhadap remaja yang disebabkan oleh satu wujud
pengabaian sosial. Akibatnya, mereka mengembangkan wujud perilaku yang menyimpang(Kartono, 1992).
Kenakalan remaja didefinisikan sebagai suatu perilaku yang dijalankan oleh remaja bersama dengan melewatkan
nilai-nilai sosial yang berlaku dimasyarakat. “Kenakalan remaja merupakan kecenderungan jalankan tindakan
pelanggaran norma yang dijalankan oleh remaja yang dapat mencegah pertumbuhan dirinya dan merugikan orang
lain”(Sumiati, Nurhaeni, & Aryani, 2009).

“Bentuk kenakalan remaja menjadi empat yaitu: kenakalan remaja terisolir, kenakalan remaja neurotik,
kenakalan remaja psikotik, kenakalan remaja defek moral”(Kartono, 1992). Penelitian ini wujud kenakalan remaja
yang bakal diteliti merupakan kenakalan remaja terisolir, dikarenakan fenomena yang sering berjalan di sekolah.
Kenakalan yang relatif didalam kategori ringan atau sedang seumpama perilaku merokok, membolos, jalankan
bullying, geng motor, dan lain-lain. Faktor yang pengaruhi kenakalan remaja diantaranya: perselisihan atau konflik
orang tua maupun bagian keluarga, perceraian, sikap perlakuan orang tua yang tidak baik pada anak, penjualan alat-
alat kontrasepsi yang tidak cukup terkontrol, hidup menganggur, tidak cukup dapat menggunakan pas luang,
pergaulan negatif, beredarnya film bajakan dan bacaan porno, kehidupan moralitas masyarakat yang tidak baik,
diperjual belikannya miras dan obat terlarang, kehidupan ekonomi keluarga yang kurang(Yusuf, 2016). Terapi
tingkah laku adalah penerapan aneka raga, tehnik dan prosedur yang berakar pada beraneka teori perihal belajar
(Corey, 2013b). pengobatan ini menyertakan penerapan yang sistematis prinsip-prinsip belajar pada pengubahan
tingkah laku ke arah cara-cara yang lebih adaptif. Alasan penggunaan konseling ini adalah bersama dengan
menggunakan konseling behavioral, bakal pengaruhi pola pikir siswa untuk tidak jalankan perilaku yang mencegah
proses studi di kelas. Perilaku itu bakal merugikan diri dan termasuk orang lain. Jika pola pikir siswa dapat diubah
untuk tidak melakukan tingkah laku kenakalan remaja, setelah itu dapat berpengaruh kepada tingkah laku siswa
untuk melakukan tindakan yang mendukung sistem studi mengajar.

Karakteristik konseling behavioral adalah pemusatan perhatian apada tingkah laku yang keluar dan
spesifik, kecermatan dan penguraian tujuan-tujuan treatment, perumusan prosedur treatment yang khusus yang
cocok dengan dengan masalah, penafsiran obyektif atas hasil- hasil terapi. ”Maka penentuan konseling behavioral
sangat pas dan cocok bersama dengan perilaku kenakalan remaja yang sering dijalankan oleh siswa Sekolah
Menengah Atas” (Corey, 2013b).

Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah bersama gunakan penelitian eksperimen. Penelitian ini sengaja
memberikan perlakuan agar menimbulkan sesuatu kejadian atau keadaan, lantas diteliti bagaimana akibatnya. Dalam
perihal ini peneliti inginkan mengurangi

kenakalan remaja lewat layanan konseling behavioral, lantas peneliti inginkan memahami bagaimana
penurunan tingkan kenakalan remaja sehabis diberikan perlakuan. Desain penelitian dalam penelitian ini yang
digunakan adalah pre test dan post test group. Variabel terikat yakni kenakalan remaja, sednagka variabel bebas
yakni konseling behavioral. Rancangan penelitian cocok bersama tahapan konseling behavioral yaitu lewat langkah
asesment, goal setting, technique implementation, evaluaition- termination dan terakhir feed back. Alasan peneliti
merujuk apada beberapa langkah selanjutnya adalah diakui paling runtut dan gampang untuk dilaksanakan.
Konseling dilaksanakan sebanyak 2 kali di masing-masing konseli bersama dengan mengimplementasikan tehnik
kontrak perilaku sebagai bentuk komitmen konseli untuk mempengaruhi perilakunya.

Populasi yang dimaksudkan adalah seluruh siswa SMA . Jumlah sampel dalam penelitian ini jumlah sampel
dibatasi sejumlah 4 siswa. Teknik pegumpulan knowledge lewat penyebaran angkt tertutup bersama rating scale,
diuji lewat uji validitas bersama tehnik korelasi product moment. Uji reliabilitas bersama bersama rumus alpha. Uji
hipotesis gunakan rumus wilcoxon match pairs test. Karena dalam penelitian ini digunakan untuk menguji
signifikasi hipotesis komparatif 2 sampel yang berkorelasi dan datanya bersifat ordinal dan sampelnya tidak normal
( kurang berasal dari 30). Analisis knowledge gunakan analisis deskripif berasal dari hasil kandungan tingkat pre test
dan post tes yang diperbandingkan.

Hasil dan pembahasan


Berdasarkan hasil pre tes diketahui bahwa berasal dari 50 siswa terkandung 14 siswa yang punya kenakalan remaja
dalam tingkat tengah dan 36 siswa masuk syarat-syarat rendah. Bila diprosentase maka 28% kenakalan siswa
terhadap kategori tengah dan 72% masuk dalam syarat-syarat rendah. Penelitian ini diperlukan kepada 4 siswa yang
memiliki tingkat kenakalan remaja yang tertinggi, sebab pas untuk memberikan perlakuan bersama sarana konseling
individual bersama sebagian kali pertemuan. Hasil pre test dapat diketahui keadaan kenakalan remaja terhadap tiap
sub variable.

Tabel 1. Hasil pre test kenakalan remaja tiap sub variable

No Indikator Persentase (%) Kriteria

1 Perilaku amoral 63,34 Sedang

2 Perilaku asosial 60,81 Sedang

3 Pelanggaran hukum 47,50 Sedang

Rata-rata 57,21 Sedang

Dari hasil perhitungan selanjutnya diketahui bahwa indikator dalam angket punya skor yang tidak serupa tetapi
dalam syarat-syarat yang saya yaitu sedang. Rata-rata skor presentase sebesar 57,21% bersama syarat-syarat sedang.
Hal ini menunjukkkan bahwa tabiat kenakalan remaja (juneville deliquency) tetap berjalan di lingkungam SMA.
Kondisi responden tetap sering melakukan kegiatan kenakalan remaja di sekolah. Berikut ini keadaan tiap respoden
penelitian:

Tabel 2. Hasil pre test responden

No Nama Persentase Kriteria

1 Ds 52,82 Sedang

2 Ikf 54,36 Sedang

3 Aan 54,36 Sedang

4 Ap 55,38 Sedang

Rata-rata 54,23 Sedang

Tabel 2. Menunjukkan bahwa responden punya kenakalan remaja dalam syarat-syarat sedang, bersama nilai
kandungan yang beragam. Meskipun dalam syarat-syarat sedang, kenakalan remaja wajib diberikan usaha intervensi
agar tidak terus menerus dan mengarah kepada tindakan kriminal dan pelanggaran hukum.

Dalam subuah kenakalan anak remaja yang sesudah diberikan sarana konseling pendekatan behavioral mengalami
pergantian di asing-masing responden. Berikut hasil perbandingan keadaan awal dan keadaan akhir kenakalan
remaja:

Tabel 3. Perbandingan hasil pre test dan post test

No Nama Kondisi awal Kondisi akhir Beda (%)


Persentase Kriteria Persentase Kriteria

1 Ds 52,82 Sedang 30,42 Rendah 22,4

2 Ikf 54,36 Sedang 32,46 Rendah 21,9

3 Aan 54,36 Sedang 34,24 Rendah 20,12

4 Ap 55,38 Sedang 31,20 Rendah 24,18

Rata-rata 54,23 Sedang 32,08 Rendah 22,15

Tabel 3. Berarti bahwa kenakalan remaja mengalami penurunan prosentase sesudah diberikan fasilitas konseling
pendekatan behavioral. Rata-rata penurunan sebesar 22,15 dan semua responden punyai beberapa syarat rendah
sesudah diberikan treatment.

Deksripsi umum tentang responden terkait bersama kenakalan remaja yang dilakukan yaitu rutinitas
membolos, merokok, menyebabkan kerusakan barang punya teman, terlibat perkelahian antar siswa, mnegkonsumsi
minuman keras, dan rutinitas menghabiskan saat muncul tempat tinggal bersama rekan hingga larut malam.
Responden lebih dari satu besar melaksanakan tindakan kenakalan remaja secara berkelompok atau bersama-sama.
Hal ini cocok bersama dengan cii-ciri era remaja yaitu belum dapat mengontrol perilakunya dan condong berbentuk
impulsif, dan inginkan mennjukkan eksistesinya bersama dengan cara-cara yang kurang tepat.

Latar belakang penyebab kenakalan remaja yang dilakukan oleh responden bervariasi, misalnya, ds
melakukan tindakan kenakalan remaja menyebabkan kerusakan barang punya rekan dan terlibat perselisihan
disebabkan gara-gara tabiat impulsif dan kurang perhatian berasal dari orang tua. berprofesi orang tua Ds yang
merupakan seorang pedagang di ibukota Jakarta, dia dirumah bersama saudara dan kakek dan juga nenek.
Sedangkan IKF sering melakukan rutinitas merokok dan terlibat perkelahian antar siswa dilatar belakangi gara-gara
lingkungan sekitarnya yang kurang memberikan semisal tabiat yang tepat. Sementara aan sering membolos secara
berurutan dalam satu periode waktu, jikalau dalam satu minggu mengaku dulu membolos selama 5 hari berurutan
tanpa keterangan. Responden dulu mengakui bahwa kegiatan yang dilakukan saat membolos yaitu bermain game
online dan berjalan-jalan ke luar kota gunakan kendaraan sendiri padahal belum punya surat ijin mengemudi.
Sedangkan ap sering membolos, merokok, dan sering ke luar tempat tinggal larut malam dal selanjutnya dilatar
belakangi oleh perhatian orang tua yang kurang, gara-gara orang tua sibuk bekerja dan lokasi kerja orang tua yang
jauh agar tabiat anak tidak terkontrol.

Tahap assesment memberikan usaha untuk membina jalinan baik bersama responden dan membahas asal
mula munculnya permasalahan. Dalam mengidentifikasi kasus dan menyadarkan bahwa responden dulu melakukan
tindakan kenakalan remaja. Langkah setelah itu adalah goal setting, informasi yang didapatkan berasal dari cara
asessment lantas dianalisis dan digunakan sebagai landasan untuk menyusun obyek yang idamkan dicapai dalam
kegiatan konseling. Tujuan dalam kegiatan konseling tentu saja untuk mengurangi tindak kenakalan remaja, dan
konselor berkomitmen untuk menopang responden muncul berasal dari permasalahannya. Tahap technique
implementation, yaitu menentukan strategi yang digunakan untuk mencapai tujuan atau pergantian tingkah laku.
Peneliti mengimbuhkan lembar kontrak perilaku kepada responden supaya responden terhitung punya prinsip
bersama dengan untuk merubah atau mengurangi tindak kenakalan remaja. Tahap evaluasi, peneliti cobalah untuk
menilai pertumbuhan masalah responden. Respoden diberikan kesempatan untuk cobalah merubah perilakunya dan
bertanggung jawab atas ketetapan yang diambilnya.

Hal selanjutnya tunjukkan bahwa konseling behavioral dapat mengurangi kenakalan remaja cocok bersama
hasil langkah evaluasi. “Berdasarkan karakteristik konseling behavioral, menurut corey konseling behavioral punya
cii-ciri yang memusatkan perhatian kepada tabiat yang muncul dan spesifik, detil dalam merumuskan tujuan
konseling, langkah konseling yang tertentu terhadap masalah, dan evaluasi yang obyektif berasal dari hasil
konseling”(Corey, 2013b). Bentuk kenakalan remaja yang dilakukan oleh responden merupakan persoalan perlaku
yang muncul atau tertentu dan dapat diamati. Peneliti termasuk coba untuk merumuskan tujuan dan juga kiat untuk
mempengaruhi tabiat kenakalan remaja.

Keberhasilan penurunan intensitas tindak kenakalan remaja termasuk di dukung bersama cii-ciri responden
yang memahami bahwa dirinya punya rutinitas yang kurang adaptif dan tidak cocok bersama harapan masyarakat.
Kesadaran responden dan orientasi untuk dapat menyelesaikan masalah menjadi modal yang benar-benar berharga
bagi responden untuk dapat mempengaruhi perilakunya menjadi lebih adaptif.

Tugas pertumbuhan remaja menurut havighurst diantaranya yaitu “mengharapkan dan mencapai tabiat
sosial yang bertanggung jawab baik sebagai pria maupun wanita dan mendapatkan perangkat nilai dan sistem etika
sebagai pegangan berperilaku”. Turunya intensitas tabiat kenakalan remaja didorong bersama pengondisian
lingkungan sekolah dan daerah tinggal yang mampu menambahkan umpama siswa didalam berperilaku sesuai
bersama norma di masyarakat. Kenakalan remaja sebagai wujud siswa mengeksplorasi kebolehan didalam
memerankan sesuai gender dan melacak identitas diri bersama cara mengidentifikasi tabiat di sekitarnya.
Penyesuaian tabiat remaja mesti sistem untuk beroleh perangkat nilai yang dipercayai oleh masyarakat.

Kenakalan remaja berjalan disebabkan oleh sebagian faktor diantaranya keadaan keluarga yang broken
home, kurang perhatian dan kasih sayang orang tua, status sosial ekonomi orang tua rendah, keadaan keluarga yang
tidak tepat(Dariyo, 2004). Secara keseluruhan dapat diinterpretasikan bahwa tindak kenakalan remaja dimulai
bersama tidak terpenuhinya kebutuhan psikologis anak saat berada di lingkungan keluarga. Kondisi keluarga benar-
benar berperan bagi tabiat anak, keluarga yang kondusif dan komunikatif antar anggota keluarga memberikan
kenyamanan bagi anak untuk mengidentifikasi tabiat yang cocok dan sebaliknya. Namun bukan artinya kenakalan
remaja hanya ditentukan faktor keluarga saja, melainkan lingkungan sekolah dan pergaulan siswa termasuk berperan
mempengaruhi perilaku.

Kesesuaian tehnik pendekatan konseling bersama masalah siswa dapat memberikan service konseling lebih
efisien dan efisien. Karena tiap pendekatan konseling punya karakteristik yang berbeda-beda, oleh gara-gara itu
wajib perhatikan keunggulan pendekatan dan disesuaikan bersama masalah siswa. Dalam peelitian ini pendekatan
behavioral lebih mengedepankan terhadap tabiat yang tertentu dan nampak, maka cocok bersama bentuk kenakalan
remaja yang dapat dilihat dan diberikan pergantian tabiat yang lebih sesuai.

Simpulan dan Saran


Menurut hasil perhitungan perbandingan poin pretest dan posttest, rata-rata responden mengalami
penurunan kenakalan remaja sebesar 22,15%. Hal ini tunjukkan bahwa konseling behavioral bisa mengurangi
tingkat kenakalan remaja. Meski uji

wilcoxon didapatkan z kalkulasi sebesar -1.82, gara-gara skor ini adalah poin absolut supaya isyarat negatif
tidak diperhitungkan. Ketika poin z kalkulasi menjadi 1.82, setelah itu nilai z kalkulasi ini dibandingkan bersama
poin z tabel bersama taraf kekeliruan 0.05. poin z tabel bersama taraf kesalahan 0.05 ialah sebesar 0 dibandingi z
kalkulasi bersama z tabel yakni 1.82 lebih besar berasal dari 0 karenanya z kalkulasi lebih besar berasal dari z tabel.
Oleh gara-gara itu hipotesis diterima. Rangkuman dari penelitian ini tabiat (juneville deliquency) kenakalan remaja
SMA dapat dikurangi bersama konseling pendekatan behavioral.

Saran bagi peneliti selanjutnya, adalah untuk lebih menspesifikkan tabiat bentuk kenakalan remaja. Agar
tabiat lebih tertentu dan cocok bersama fenomena di sekolah dan ikuti pertumbuhan situasi sulit remaja dikala ini.

Daftar Pustaka

Corey, G. (2013a). Teori dan Praktek. Konseling dan Psikoterapi. Bandung: Refika Aditama.
Corey, G. (2013b). Theory and practice of counseling and psychotherapy. Theory and Practice of Counseling and
Psychotherapy 5th Ed. https://doi.org/10.1016/0022- 3999(94)90123-6

Dariyo, A. (2004). Psikologi perkembangan remaja. Bogor: Ghalia Indonesia.


Hurlock, E. B. (2002). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta:
Erlangga.

Kartono, K. (1992). Patologi sosial 2 kenakalan remaja. Jakarta, Rajawali Pers. Latipun. (2014).
Psikologi Konseling. Malang: UPT. Penerbit UMM.

Santrock, J. W. (2002). Life span development: Perkembangan masa hidup. Jakarta: Erlangga, 31.

Sumiati, D., Nurhaeni, H., & Aryani, R. (2009). Kesehatan Jiwa Remaja dan Konseling.
Jakarta: Trans Info Media, 88–92.

Winkel, W. S., & Hastuti, M. M. S. (2005). Bimbingan dan konseling di institusi pendidikan.

Media Abadi.
Yusuf, S. (2016). Psikologi Perkembangan. Bandung: Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai