Anda di halaman 1dari 6

Hubungan antara Keluarga, Teman Sebaya, dan Tingkat Kontrol Diri

dengan Kenakalan Remaja


Ahmad Yasir Ibrahim, Hayfa Aliya Zahra, Siti Rizkiyo Ikhsan, Mochamad Whilky Rizkyanfi

Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia Jl. Dr. Setiabudi No.229, Isola,
Kec. Sukasari, Kota Bandung, Jawa Barat 40154

Abstrak
Masa remaja adalah masa yang lebih sering dikenal sebagai masa ketika individu mencari jati
diri sehingga akan melakukan segala hal yang menurutnya sesuai dengan dirinya, bahkan hal
negatif sekalipun yang dapat menjerumuskan mereka terhadap kenakalan remaja. Dengan
menggunakan metode kuantitatif melalui survei google form serta studi literatur, penulis
meneliti keterkaitan lingkungan sekitar remaja terhadap kemampuan mereka dalam mengontrol
diri. Dapat disimpulkan bahwa lingkungan sekitar baik lingkungan keluarga maupun
lingkungan masyarakat dan sekolah menjadi faktor penting dalam perkembangan kontrol emosi
pada remaja.

Kata Kunci: Kenakalan Remaja, Psikologi Perkembangan, Emosi, Remaja

Abstract
Adolescence is a period that is more commonly known as a period when individuals are looking
for identity so that they will do everything until they find what they think suits them, even
negative things that can lead them into juvenile delinquency. By using a quantitative method
through a Google form survey and literature study, writers examine the relationship between the
environment around adolescents and their ability to control themselves. It can be concluded that
the external environment, both the family environment and the community and school
environment, is an important factor in the development of emotional control in adolescents.

Keywords: Juvenile Delinquency, Developmental Psychology, Emotion, Adolescence

PENDAHULUAN

Masa remaja banyak disebut sebagai masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa.
Dimasa inilah individu mulai penasaran akan banyak hal, mencoba segala sesuatu yang
menurutnya menarik bahkan tak segan-segan melakukan tindakan yang menyimpang norma
masyarakat.

Juvenile Delinquency atau kenakalan remaja merupakan tindakan menyimpang yang


dilakukan oleh beberapa remaja. Menurut lensa remaja, sikap menyimpang yang mereka
lakukan adalah yang biasa-biasa saja, bahkan beberapa diantara mereka menganggapnya sebagai
sebuah kebanggaan. Kenakalan remaja ini sering dilakukan dengan alasan sebagai pencarian jati
diri mereka selama masa transisi menuju dewasa, akan tetapi tindakan negatif ini tidak dapat
dianggap sepele dan sangat memprihatinkan serta meresahkan masyarakat di Indonesia.
Disebut meresahkan masyarakat, dikarenakan kenakalan remaja saat ini sudah
menyentuh ranah tindak kriminalitas, sehingga secara yuridis menyalahi ketentuan-ketentuan
hukum pidana. Sebagai contoh, kenakalan remaja bisa dimulai dari membuang sampah
sembarangan sampai melakukan aktivitas pembunuhan.

Ketika di posisi transisi menuju dewasa, seseorang akan mengalami perubahan dalam
segi fisik dan mentalnya, sehingga sangat wajar jika remaja mulai merasakan gejolak emosi
yang berlebihan dan rasa ingin tahu yang tinggi dalam berbagai hal, karena faktor tersebut,
remaja rentan melakukan sesuatu yang dianggap nakal, sehingga kemampuan kontrol diri
seseorang tentu sangat penting dalam sikapnya di kehidupan sehari-hari. Walaupun faktor yang
dialami remaja merupakan faktor alami, tapi tentu saja tindak negatif tidak bisa ditolerir begitu
saja, oleh karena itulah peran lingkungan keluarga dan teman sebaya sangatlah penting dalam
membentuk kepribadian remaja tersebut.

Namun sangat disayangkan, tidak semua keluarga dapat memaklumi dan membantu
remaja dalam membentuk kepribadian yang baik, justru malah menyebabkan remaja tersebut
semakin bersikap nakal. Sebagai contoh, keluarga yang lebih memilih melakukan pola asuh
otoriter sehingga anak tidak dapat berkembang secara bebas dan baik, berbanding terbalik
dengan keluarga yang memilih melakukan pola asuh otoritatif, sehingga anak dapat
mengeksplor banyak hal namun mengetahui batasan yang baik dalam melakukan sesuatu. Selain
itu, faktor teman sebaya pun juga berpengaruh besar dalam pembentukan kepribadian individu
remaja, remaja yang memiliki teman suportif dalam kegiatan positif tentunya akan memiliki
sikap yang positif juga, begitupun sebaliknya.

Mencermati fenomena kenakalan remaja ini, penulis melakukan kajian dari berbagai
sumber yang berkaitan dengan kenakalan remaja, dan melakukan metode survei melalui google
form. Adapun tujuan tulisan ini adalah untuk mengetahui seberapa pentingnya hubungan
keluarga, teman sebaya, dan kontrol diri terhadap kenakalan remaja, sehingga masyarakat dapat
menanggulangi kasus kenakalan remaja.

METODE PENELITIAN
Studi Literatur adalah cara untuk menyelesaikan persoalan dengan menelusuri
sumber-sumber tulisan yang pernah dibuat sebelumnya. Dengan kata lain, istilah Studi
Literatur ini juga sangat familiar dengan sebutan studi pustaka. Dalam sebuah penelitian
yang akan dijalankan, tentunya seorang peneliti harus memiliki wawasan yang luas terkait
objek yang akan diteliti. Jika tidak, maka dapat dipastikan dalam presentasi yang besar
bahwa penelitian tersebut akan gagal. Sumber-sumber yang diteliti pun tidak boleh
sembarangan. Sebab tidak semua hasil penelitian bisa dijadikan acuan.

Metode Survei
Metode kuantitatif yang digunakan itu dengan cara analisis data melalui kuisioner.
Dari hasil penelitian yang dilakukan, terdapat 22 mahasiswa UPI yang berusia 18 hingga 20
tahun yang telah mengisi survei dari google form yang telah dibuat.

PEMBAHASAN DAN HASIL

Pembahasan

Menurut Jensen kenakalan remaja terbagi menjadi empat jenis yaitu, kenakalan yang
menimbulkan korban fisik, kenakalan yang menimbulkan korban materi, kenakalan yang tidak
menimbulkan korban, dan kenakalan yang melawan status. Sebagai contoh, dimana remaja
mulai berani melawan dan membantah perintah orangtuanya, keluar malam tanpa seizin orang
tua, melakukan balapan liar di sekitar lingkungannya, menggunakan narkotika, melakukan aksi
pencurian atau perampokan, atau bahkan berkelahi dengan seseorang sehingga menimbulkan
korban jiwa. (Jensen dalam Sarwono, 2001).

Faktor yang mempengaruhi kenakalan remaja ini tentunya tidak sedikit, akan tetapi ada
tiga faktor utama yang sangat menyebabkan terjadinya kenakalan remaja, yaitu lingkungan
keluarga, lingkungan teman sebaya, dan kurangnya kontrol emosi seseorang.

Lingkungan Keluarga dan Teman Sebaya

Semakin baik pendukung lingkungan suatu individu maka semakin baik pula sikap dan
sifat individu tersebut, sehingga jika remaja dibesarkan di lingkungan keluarga yang baik dan
penuh kasih sayang serta memiliki teman-teman yang memberikan pengaruh positif, maka
remaja tersebut akan tumbuh menjadi remaja tingkat kenakalannya rendah. Begitupun
sebaliknya, remaja yang tumbuh dari keluarga yang kurang akan relasi romantic antar anggota
keluarga serta memiliki lingkungan teman sebaya yang kurang baik atau bahkan memberi energi
negatif, maka semakin tinggi tingkat kenakalan remaja tersebut.

Pada masa remaja, wajar sekali jika seseorang mulai memiliki kelompok temannya
masing-masing, sifat idealisme dan rasa keinginan untuk mencari identitas diri sedang
gencar-gencarnya mulai terbentuk dengan emosi yang labil. Peran orangtua sangatlah penting
pada fase ini, dimana mereka harus membantu mengawasi dan menuntun anak-anaknya agar
tidak salah pergaulan. Akan tetapi peran orangtua tidak akan bisa terlaksana dengan baik jika
terdapat permasalahan di lingkungan keluarga tersebut, sebagai contoh, adanya pertikaian dalam
keluarga maupun perceraian. Kehidupan kedisiplinan keluarga pun menjadi patokan dalam
keberhasilan lingkungan keluarga dalam menjalankan fungsi sosialnya, keluarga yang menaati
aturan dan kewajibannya, maka akan berpengaruh terhadap sikap disiplin dan norma anak
kedepannya.

Kontrol Emosi

Seorang remaja tidak lagi dapat disebut sebagai anak-anak, akan tetapi masih belum
cukup pantas disebut sebagai orang dewasa, sehingga kasus emosi remaja yang belum stabil
tentu hal yang alamiah dan santa diwajarkan. Akan tetapi seseorang tentu perlu mengatur
emosinya agar dapat bertahan di kehidupannya sehari-hari. Kata mengatur emosi disini, tidak
diartikan sebagai pengeliminasian emosi ataupun penekanan emosi moral, akan tetapi dimana
seorang remaja belajar untuk mengatur mengekspresikan emosinya dan mulai beradaptasi
dengan lingkungan agar individu dapat diterima oleh kelompok sosialnya dan mengurangi
tindakan buruk yang tidak diinginkan.

Remaja yang memiliki kekuatan ego yang rendah, tidak mudah mengatur rasa sabarnya,
dan impulsif, cenderung memiliki kontrol diri yang rendah. Hal ini bisa berdampak dengan
respon masyarakat terhadap individu tersebut dan tentunya kelompok pertemanan yang akan dia
dapatkan.

Hasil

Setelah melakukan survei melalui google form, penulis mendapatkan hasil bahwa, dari
22 remaja yang mengisi kuesioner, hanya satu yang memiliki hubungan keluarga yang kurang
baik. 22 remaja memiliki hubungan teman sebaya yang baik, dan dalam mengontrol emosinya,
ada beberapa yang cukup pintar tapia dan ada juga yang kurang. Hasil survei menyatakan
bahwa, sebagian remaja telah melakukan kenakalan remaja yang melanggar status, seperti bolos
sekolah/kuliah dan pulang larut malam tanpa sepengetahuan orang tua, dan untuk jenis
kenakalan remaja seperti kenakalan yang membahayakan diri sendiri, kenakalan yang
menimbulkan korban materi, serta kenakalan yang menimbulkan korban jiwa, memiliki respon
yang sangat sedikit bahkan nol persen. Sehingga dapat disimpulkan bahwa jenis kenakalan
remaja yang melawan status, tidak begitu dipengaruhi oleh lingkungan keluarga dan teman
sebayanya, akan tetapi lebih berpengaruh terhadap kontrol diri individu akan kesadaran bahwa
tindakannya tidak bisa dibenarkan.

KESIMPULAN
Berdasarkan survei yang telah dilakukan dan hasil yang didapat, penulis telah
menarik kesimpulan terkait lingkungan sekitarnya seperti lingkungan keluarga dan
lingkungan teman sebayanya. Dapat disimpulkan bahwa apabila lingkungan keluarga dan
teman sebayanya dapat dijadikan faktor dalam mempengaruhi kestabilan emosi terhadap
remaja. Ketika lingkungan di sekitarnya dipenuhi hal-hal yang positif, kemungkinan besar
emosi yang dimiliki pun akan stabil dan mudah dikendalikan. Sebaliknya, apabila
lingkungan sekitarnya cenderung memberikan aura negatif maka anak akan cenderung
kesulitan dalam mengontrol emosinya sehingga tidak stabil.

DAFTAR PUSTAKA

Muawanah, L., & Pratikto, H. (2016). KEMATANGAN EMOSI, KONSEP DIRI DAN
KENAKALAN REMAJA. Jurnal Psikologi Tabularasa, 7(1), 490 – 500
doi:https://doi.org/10.26905/jpt.v7i1.202

Karlina, L. (2020). FENOMENA TERJADINYA KENAKALAN REMAJA. JURNAL


EDUKASI NONFORMAL, 1(1), 147 – 158. Retrieved from
https://ummaspul.e-journal.id/JENFOL/article/view/434

Muh. Rusli, Dan Tanzil, Wa Ode Amanah. "Hubungan Kenakalan Remaja dengan
Fungsi Sosial Keluarga." Jurnal Neo Societal, 1(1), Jan. 2016,
doi:10.33772/jns.v1i1.3369.

https://an-nur.ac.id/kenakalan-remaja-pengertian-jenis-penyebab-dan-cara-mengatasinya
/

Anda mungkin juga menyukai