Masa remaja merupakan masa yang penting dalam proses pertumbuhan dan perkembangan
seseorang karena masa remaja merupakan masa transisi yang menjadi jembatan dari masa
anak-anak menuju masa dewasa. Masa remaja dimulai sekitar usia 10 hingga 13 tahun dan
berakhir pada sekitar usia 18 hingga 22 tahun (Santrock, 2007). Piaget (dalam Hurlock, 1994)
menyatakan bahwa secara psikologis, masa remaja adalah usia waktu individu berintegrasi
dengan masyarakat dewasa, usia dimana remaja tersebut tidak lagi merasa di bawah tingkat
orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-
kurangnya dalam masalah hak.
Pada saat ini, remaja banyak dihadapkan pada problema. Remaja dan problemanya,
merupakan akibat dari kemajuan zaman. Problema itu biasanya berhubungan dengan
keluarga dan sekolah, bergandengan pula dengan cara pemilihan jenis pekerjaan dan
kesempatan kerja serta hubungan dengan orang lain dan keadaan kesehatan (Daradjat, 1978).
Dalam masa ini, remaja cenderung mengalami kesulitan melepaskan diri dari ketergantungan
orangtua, persoalan seks, pergaulan dengan jenis seks lain dan merencanakan hari depan.
Dalam menghadapi masalah ini remaja merasakan suasana, rasa yang tidak nyaman, tidak
tenang, khawatir, kesepian, kecemasan karena mereka tidak di mengerti oleh orang lain atau
merasa tidak puas dan kecewa, sehingga mereka membutuhkan seseorang tempat
mencurahkan isi hatinya dan seseorang yang dapat menghayati dan memahami. Remaja
cenderung merasa orangtuanya tidak lagi mengerti dirinya, perasaan ingin mandiri sehingga
ia melepaskan diri dari orangtua dan mengarahkan perhatiannya pada lingkungan sosial di
luar keluarga. Dalam proses ini dan penyelesaian tugas perkembangannya, terdapat
kemungkinan-kemungkinan gagalnya remaja dalam melakukan hal tersebut.
Ketidakmampuan remaja dalam mengatasi konflik berkepanjangan akibat kurangnya
kemampuan dalam mengendalikan emosi menyebabkan timbul perasaan gagal yang
mengarah pada frustrasi yang merupakan pemicu munculnya perilaku agresif (Azhar, 2012).
Inilah yang menjadi dasar dari adanya kenakalan remaja.
(R. Kusumanto Setyonegoro, 2017) kenakalan remaja adalah tingkah laku individu yang
bertentangan dengan syarat-syarat dan pendapat umum yang dianggap pantas dan baik, oleh
karena itu sesuatu lingkungan masyarakat yang berkebudayaan tertentu. Apabila individu itu
masih anak-anak maka sering tingkah laku serupa itu. (Jakarta, RajaGrafindo Persada 2017),
hlm 6 Menurut Sahetapy mengenai masalah kenakalan remaja adalah masalah kenakalan
anak menyangkut pelanggaran norma masyarakat. Pelanggaran norma merupakan salah satu
bentuk tingkah laku manusia. Tingkah laku seseorang ditentukan oleh sikapnya (attitude)
dalam menghadapi suatu situasi tertentu.
Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan kenakalan remaja. Menurut Willis (2005),
kenakalan remaja disebabkan oleh empat faktor yaitu; faktor yang ada dalam diri anak
sendiri, faktor yang berasal dari lingkungan keluarga, faktor yang berasal dari lingkungan
masyarakat, dan yang terakhir yaitu faktor yang bersumber dari sekolah. Selain itu, Kartono
(1985) menyebutkan faktor-faktor yang menyebabkan kenakalan remaja yaitu kurangnya
kasih sayang dari orangtua, kurangnya pengawasan dari orangtua, pergaulan teman yang
tidak sebaya, peran dari iptek yang berdampak negatif, tidak adanya bimbingan kepribadian
dari sekolah, dasar-dasar agama yang kurang baik, tidak ada media penyalur bakat dan
hobinya, kebebasan yang berlebihan serta adanya masalah yang di pendam.
Menurut Martin Luther (Rakhmawati, 2015), keluarga adalah agen yang paling penting
dalam menentukan pendidikan anak. Jika orang tua dapat memberikan contoh dan teladan
yang baik bagi anak-anaknya, maka sikap anak tidak jauh beda dari orang tuanya. Demikian
sebaliknya, apabila orang tua tidak dapat memberikan contoh dan teladan yang baik, maka
orang tua tidak bisa berharap banyak anak-anaknya akan menjadi lebih baik dan sesuai
dengan keinginan orang tua.
Penelitian mengenai peran keluarga oleh Agustin, dkk (2015) menyimpulkan bahwa orang
tua merupakan panutan bagi anak-anaknya. Orang tua juga harus membuka diri terhadap
perkembangan zaman dan teknologi saat ini. Anak-anak memiliki pemikiran yang kritis
terhadap sesuatu yang baru. Pertanyaan yang terlontar dari mulut anak seorang anak
sebaiknya dijawab dengan jujur dan dapat memuaskan hati anak. Pendidikan moral dan
kejujuran bagi anak berawal dari keluarga, melalui orangtua. Hal ini dapat membentuk
karakter anak di masa depan. Selain itu Pratiwi (2017) juga melalukan penelitian mengenai
peran keluarga terhadap kenakalan remaja dengan hasil bahwa orangtua memiliki beberapa
peran dalam mencegah kenakalan remaja antara lain sebagai pendidik, sebagai pendorong,
sebagai panutan, sebagai pengawas, sebagai teman sekaligus sahabat, sebagai konselor, dll.
Kenakalan remaja berasal dari beberepa faktor, dari hasil penelitian dapat disimpulkan dari
faktor diri sendiri, fakror rumah tangga atau keluarga, faktor dari masyarakat dan faktor dari
lingkungan masyarakat
Penelitian oleh Mursafitri, Herlina dan Safri (2015) dengan judul Hubungan Fungsi Afektif
Keluarga Dengan Perilaku Kenakalan Remaja mendapatkan hasil bahwa 170 responden
dalam penelitian tersebut memiliki fungsi afektif keluarga yang tidak memadai, 105
responden memiliki perilaku kenakalan remaja yang lebih tinggi (30,5%) dan 65 responden
memiliki perilaku kenakalan remaja yang lebih rendah (19,1%). Sehingga dapat disimpulkan
bahwa ada hubungan yang signifikan antara fungsi afektif keluarga dengan perilaku
kenakalan remaja.
Dalam hal ini, peneliti melakukan wawancara singkat terhadap salah satu guru Bimbingan
Konseling yang ada di SMAN 2 Tasikmalaya mengenai perilaku kenakalan remaja yang
dilakukan oleh siswa-siswi SMAN 2 Tasikmakaya. Perilaku tersebut seperti mencontek saat
ujian, membolos sekolah, tidak berpakaian sesuai aturan, merokok di lingkungan sekolah,
melompat pagar sekolah dan berkelahi. Perilaku kenakalan tersebut merupakan bawaan dari
situasi dan kondisi di dalam keluarga yang tidak menyenangkan, pola pengasuhan yang
kemungkinan salah, kurang berperannya orangtua dalam mendidik dan membimbing anak
saat berada lingkungan keluarga, kurangnya komunikasi yang berkualitas, kurangnya kasih
sayang, orang tua yang terlalu sibuk dengan pekerjaannya, kurangnya contoh yang baik dari
orang tua, adanya keluarga yang broken home yang hal-hal tersebut diatas termasuk peran
dan fungsi keluarga namun tidak berjalan baik
Masalah
2. apakah ada pengaruh peranan keluarga terhadap kenakalan remaja pada siswa-siswi
SMAN 2 Tasikmlaya?
Tujuan
1. Untuk mengetahui peranan keluarga dalam kenakalan remaja pada siswa-siswi SMAN 2
Tasikmlaya
2. untuk mengetahui apakah ada pengaruh peranan keluarga terhadap kenakalan remaja pada
siswa-siswi SMAN 2 Tasikmlaya
Manfaat
1.
Tinjauan pustaka
1. remaja
Pengertian
Masa remaja adalah masa peralihan dimana perubahan secara fisik dan psikologis dari masa
kanak-kanak ke masa dewasa (Hurlock, 2003). Perubahan psikologis yang terjadi pada
remaja meliputi intelektual, kehidupan emosi, dan kehidupan sosial. Perubahan fisik
mencakup organ seksual yaitu alat-alat reproduksi sudah mencapai kematangan dan mulai
berfungsi dengan baik (Sarwono, 2006).
2.1.2 Ciri-ciri Masa Remaja Masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakan
dengan periode sebelum dan sesudahnya. Ciri-ciri remaja menurut Hurlock (2003), antara
lain: 1. Masa remaja sebagai periode yang penting yaitu perubahan-perubahan yang dialami
masa remaja akan memberikan dampak langsung pada individu yang bersangkutan dan akan
mempengaruhi perkembangan selanjutnya
2. Masa remaja sebagai periode pelatihan. Disini berarti perkembangan masa kanak-kanak
lagi dan belum dapat dianggap sebagai orang dewasa. Status remaja tidak jelas, keadaan ini
memberi waktu padanya untuk mencoba gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola
perilaku, nilai dan sifat yang paling sesuai dengan dirinya.
3. Masa remaja sebagai periode perubahan, yaitu perubahan pada emosi perubahan tubuh,
minat dan peran (menjadi dewasa yang mandiri), perubahan pada nilai-nilai yang dianut,
serta keinginan akan kebebasan.
4. Masa remaja sebagai masa mencari identitas diri yang dicari remaja berupa usaha untuk
menjelaskan siapa dirinya dan apa peranannya dalam masyarakat.
5. Masa remaja sebagai masa yang menimbulkan ketakutan. Dikatakan demikian karena sulit
diatur, cenderung berperilaku yang kurang baik. Hal ini yang membuat banyak orang tua
menjadi takut.
6. Masa remaja adalah masa yang tidak realistik. Remaja cenderung memandang kehidupan
dari kaca mata berwarna merah jambu, melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana
yang diinginkan dan bukan sebagaimana adanya terlebih dalam cita-cita.
7. Masa remaja sebagai masa dewasa. Remaja mengalami kebingungan atau kesulitan di
dalam usaha meninggalkan kebiasaan pada usia sebelumnya dan di dalam memberikan
kesan bahwa mereka hampir atau sudah dewasa, yaitu dengan merokok, minum-minuman
keras, menggunakan obat-obatan dan terlibat dalam perilaku seks. Mereka menganggap
bahwa perilaku ini akan memberikan citra yang mereka inginkan. Disimpulkan adanya
perubahan fisik maupun psikis pada diri remaja, kecenderungan remaja akan mengalami
masalah dalam penyesuaian diri dengan lingkungan. Hal ini diharapkan agar remaja dapat
menjalani tugas perkembangan dengan baik-baik dan penuh tanggung jawab.
Keluarga yang merupakan bagian dari masyarakat sesungguhnya mempunyai peranan yang sangat
penting dalam membentuk budaya dan perilaku sehat. Dari keluargalah pendidikan kepada individu
dimulai, tatanan masyarakat yang baik diciptakan, budaya dan perilaku sehat dapat lebih
dini ditanamkan. Oleh karena itu, keluarga mempunyai posisi yang strategis untuk dijadikan sebagai
unit pelayanan kesehatan karena masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan dan saling
mempengaruhi antar anggota keluarga, yang pada akhirnya juga akanmempengaruhi juga keluarga
dan masyarakat yang ada disekitarnya.Banyak ahli menguraikan pengertian keluarga sesuai
denganperkembangan sosial masyarakat. Berikut ini definisi keluarga menurutbeberapa ahli dalam
(Jhonson R, 2010)
Raisner
Keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri dan dua orang ataulebih masing-masing mempunyai
hubungan kekerabatan yangterdiri dari bapak, ibu, kakak, dan nenek.
Duval
Menguraikan bahwa keluarga adalah sekumpulan orang denganikatan perkawinan, kelahiran dan
adopsi yang bertujuan untukmenciptakan, mempertahankan budaya dan
meningkatkanperkembangan fisik, mental, emosional serta sosial dari setiapanggota keluarga.
Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwakarakteristik keluarga adalah sebagai
berikut:.
Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah,perkawinan atau adopsi.
Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah merekatetap memperhatikan satu sama
lain.
Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masingmempunyai peran sosial yaitu
suami, istri, anak, kakak dan adik.
Mempunyai tujuan yaitu menciptakan dan mempertahankan budaya,meningkatkan perkembangan
fisik, psikologis, dan sosial anggota
Fungsi[sunting | sunting sumber]
Fungsi yang dijalankan keluarga adalah:
Bentuk keluarga
Ada dua macam bentuk keluarga dilihat dari bagaimana keputusan diambil, yaitu berdasarkan
lokasi dan berdasarkan pola otoritas
Berdasarkan lokasiAdat utrolokal, yaitu adat yang memberi kebebasan kepada sepasang
suami istri untuk memilih tempat tinggal, baik itu di sekitar kediaman kaum kerabat suami
ataupun di sekitar kediamanan kaum kerabat istri;
Adat virilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri diharuskan menetap
di sekitar pusat kediaman kaum kerabat suami;
Adat uxurilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri harus tinggal di
sekitar kediaman kaum kerabat istri;
Adat bilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri dapat tinggal di
sekitar pusat kediaman kerabat suami pada masa tertentu, dan di sekitar pusat kediaman
kaum kerabat istri pada masa tertentu pula (bergantian);
Adat neolokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri dapat menempati
tempat yang baru, dalam arti kata tidak berkelompok bersama kaum kerabat suami maupun
istri;
Adat avunkulokal, yaitu adat yang mengharuskan sepasang suami istri untuk menetap di
sekitar tempat kediaman saudara laki-laki ibu (avunculus) dari pihak suami;
Adat natalokal, yaitu adat yang menentukan bahwa suami dan istri masing-masing hidup
terpisah, dan masing-masing dari mereka juga tinggal di sekitar pusat kaum kerabatnya
sendiri .
Berdasarkan pola otoritas
Patriarkal, yakni otoritas di dalam keluarga dimiliki oleh laki-laki (laki-laki tertua, umumnya
ayah)
Matriarkal, yakni otoritas di dalam keluarga dimiliki oleh perempuan (perempuan tertua,
umumnya ibu)
Equalitarian, yakni suami dan istri berbagi otoritas secara seimbang
Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi sosial yang
diberikan.(Marilyn. M. Friedman, 1998 dalam Festy, 2010). Keluarga adalah lembaga yang
pertama kali mengajarkan individu (melalui contoh yang diberikan orang tua) bagaimana
individu mengeksplorasi emosinya. Imitasi anak pada orang tua akan menentukan reaksi
potensial yang akan mereka gunakan untuk mengungkapkan emosinya (Hurlock, 1978).
Kehidupan keluarga merupakan tempat anak belajar pertama kali dalam mempelajari emosi,
berupa bagaimana mengenal emosi, merasakan emosi, menanggapi situasi yang
menimbulkan emosi serta mengungkapkan emosi.
a. Kelas sosial. Fungsi kehidupan keluarga dalam hubungannya dengan peran keluarga
dipengaruhi oleh tuntutan dan kepentingan yang ada pada keluarga tersebut.
terbeban pada orang dan keluarga. Setiap keluarga membentuk kekuatannya sendiri dan
mudah dipengaruhi.
c. Model-model peran. Dengan menganalisa model peran dari anggota keluarga, maka akan
berhadapan dengan keluarga pasti mempengaruhi fungsi peran mereka dan situasi ini
e. Tahap siklus kehidupan keluarga. Dalam siklus kehidupan setiap keluarga terdapat tahap-
tahap yang dapat diprediksi, dimana peran individu dalam sebuah keluarga akan
mengalami perubahan melalui berbagai cara yang berlangusng dalam siklus kehidupan
keluarga
tersebut.
f. Latar belakang keluarga. Latar belakang sangat berkaitan dalam memahami perilaku
sistim nilai dan peran anggota keluarga karena dapat mempengaruhi dan membatasi
tindkana individual, keluarga sosial (Marilyn. M. Friedman, 1998 dalam Festy, 2010).
Berbagai peranan yang terdapat didalam keluarga menurut Effendy (1998), adalah sebagai
berikut :
a. Peranan ayah : Ayah sebagai suami dari istri dan anak – anak, berperanan sebagai pencari
nafkah, pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai
anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.
b. Peranan ibu : Sebagai istri dan ibu dari anak – anaknya. Ibu mempunyai peranan untuk
mengurus rumah tangga sebagai pengasuh dan pendidik anak – anaknya, pelindung dan
sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat
dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperanan sebagai pencari nafkah
c. Peranan anak : Anak – anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat
A. Kenakalan Remaja
Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang
mengalami perkembangan semua aspek atau fungsi untuk memasuki masa dewasa (Rumini
& Sundari, 2004).
Label kenakalan remaja (juvenile deliquent) diterapkan pada remaja yang melanggar
hukum atau terlibat dalam perilaku yang dianggap ilegal. Dalam Sudarsono (2004)
mengatakan bahwa kenakalan remaja secara luas adalah perbuatan atau pelanggaran atau
kejahatan yang dilakukan oleh remaja yang bersifat melawan hukum, anti sosial, anti susila,
dan menyalahi norma-norma agama.
Menurut Kartono (2006), kenakalan remaja adalah gejala sakit (patologis) secara sosial pada
anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh satu pengabaian sosial, sehingga anak remaja
mengembangkan bentuk tingkah laku menyimpang. Willis (2005) menyatakan bahwa
kenakalan remaja yaitu kelainan tingkah laku, perbuatan remaja yang bersifat asosial bahkan
anti sosial, agama serta ketentuan hukum yang berlaku dalam masyarakat . M. Gold dan J.
Petronio (Sarwono, 2012) mendefinisikan kenakalan remaja adalah tindakan oleh seseorang
yang belum dewasa yang sengaja melanggar hukum dan yang diketahui oleh anak itu sendiri
bahwa jika perbuatannya itu sempat diketahui oleh petugas hukum ia bisa dikenai hukuman.
Berdasarkan beberapa pendapat tokoh diatas, dapat disimpulkan bahwa kenakalan remaja
adalah perilaku menyimpang yang dilakukan oleh remaja yang bersifat anti sosial, melanggar
hukum serta mengabaikan norma-norma sosial di lingkungannya.
Aspek kenakalan remaja menurut Jensen (1985, dalam Sarwono, 2006) bahwa ada empat
aspek kenakalan remaja, yaitu:
a. Kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain, contohnya : perkelahian,
c. Kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban di pihak orang lain, misalnya :
d. Kenakalan yang melawan status, misalnya mengingkari status anak sebagai pelajar
a. Kenakalan biasa, seperti suka berkelahi, suka keluyuran, membolos sekolah, pergi dari
b. Kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan seperti mengendarai mobil
pemerkosaan dll.
Faktor-faktor kenakalan remaja menurut Kartono (1985) adalah kurangnya kasih sayang dari
orangtua, kurangnya pengawasan dari orangtua, pergaulan teman yang tidak sebaya,
peranan dari iptek yang berdampak negatif, tidak adanya bimbingan kepribadian dari
sekolah, dasar-dasar agama yang kurang baik, tidak ada media penyalur bakat dan hobinya,
kebebasan yang berlebihan serta adanya masalah yang di pendam.
Menurut Santrock (1996) ada beberapa faktor yang mempengaruhi kenakalan remaja :
a. Identitas. Menurut teori perkembangan yang di jelaskan oleh Erikson (dalam Santrock,
mengembangkan kontrol diri yang cukup dalam hal tingkah laku. Beberapa anak gagal
dalammengembangkan kontrol diri yang esensial yang sudah dimiliki orang lain selama
proses pertumbuhan.
c. Usia. Munculnya tingkah laku anti sosial di usia dini berhubungan dengan penyerangan
serius nantinya dimasa remaja, namun demikian tidak semua anak yang bertingkah laku
d. Jenis Kelamin. Remaja laki-laki lebih banyak melakukan tingkah laku anti sosial daripada
perempuan. Menurut catatan kepolisian yang dikutip dari Kartono (2006) pada
umumnya jumlah remaja laki-laki yang melakukan kejahatan dalam kelompok gang
e. Harapan Terhadap Pendidikan dan Nilai-nilai di Sekolah. Remaja yang menjadi pelaku
remaja. Kurangnya dukungan keluarga seperti kurangnya perhatian orang tua terhadap
aktivitas anak, kurangnya penerapan disiplin yang efektif, kurangnya kasih sayang orang
h. Kelas Sosial Ekonomi. Ada kecenderungan bahwa pelaku kenakalan lebih banyak berasal
dari kelas sosial ekonomi yang lebih rendah dengan perbandingan dengan jumlah remaja
nakal di antara daerah perkampungan miskin yang rawan dengan daerah yang memiliki
i. Kualitas Lingkungan Sekitar Tempat Tinggal. Komunitas juga dapat berperanan serta
a. Faktor pribadi.
Setiap anak memiliki kepribadian khusus. Keadaan khusus pada anak, bisa menajdi sumber
munculnya berbagai perilaku menyimpang.
b. Faktor keluarga.
Orang tua menjadi faktor penting dalam menanamkan dasar kepribadian yang ikut
menentukan corak dan gambaran kepribadian seseorang setelah dewasa. Jadi gambaran
kepribadian seseorang yang terlihat dan diperlihatkan banyak ditentukan oleh keadaan dan
proses-proses yang ada dan terjadi sebelumnya, jelasnya apa yang dialami dalam lingkungan
keluarganya.
Lingkungan sosial dengan berbagai ciri khususnya memegang peranan besar terhadap
munculnya corak dan gambaran kepribadian pada anak.
lingkungannya perlu diperkecil agar tidak timbul keadaan timpang atau serba tidak menentu,
suatu kondisi yang memudahkan munculnya perilaku tanpa kendali, yakni penyimpangan
METODELOGI PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan melalui internet, yaitu dengan menggunakan layanan Google Form
pada hari Sabtu, 26 Oktober 2019 pukul 19.00 hingga hari Minggu, 27 Oktober 2019 pukul
19.00.
B. Metode Penelitian
- Subjek Penelitian
sampling). Sampel ini diambil dari siswa-siswi SMAN 2 Tasikmalaya. Jumlah siswa-
sebanyak 63 siswa/siswi.
Peneliti memilih teknik pengambilan sampel ini berdasarkan pertimbangan atas segi
Teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan adalah dengan survei yaitu
rangka untuk memperoleh data, peneliti membuat kuesioner tertutup ini dibuat
- Pendekatan Penelitian
penelitian ini akan berupa data angka-angka. Ini memudahkan peneliti untuk
- Jenis Penelitian