Anda di halaman 1dari 23

1

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masa Remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanakkanak dan masa dewasa, berlangsung antara usia 12 sampai 21 tahun. Masa remaja seringkali dihubungkan dengan mitos dan stereotip mengenai

penyimpangan dan tidakwajaran. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya teoriteori perkembangan yang membahas ketidakselarasan, gangguan emosi dan gangguan perilaku sebagai akibat dari tekanan-tekanan yang dialami remaja karena perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya maupun akibat perubahan lingkungan. Masa remaja ditandai dengan adanya berbagai perubahan, baik secara fisik maupun psikis, yang mungkin saja dapat menimbulkan problema atau masalah tertentu bagi si remaja. Sejalan dengan perubahan-perubahan yang terjadi dalam diri remaja, mereka juga dihadapkan pada tugas-tugas yang harus dipenuhi. Apabila tugas-tugas tersebut berhasil diselesaikan dengan baik, maka akan tercapai kepuasan, kebahagian dan penerimaan dari lingkungan. Keberhasilan individu memenuhi tugas-tugas itu juga akan menentukan keberhasilan individu memenuhi tugas-tugas perkembangan pada fase berikutnya. Apabila tidak disertai dengan upaya pemahaman diri dan pengarahan diri secara tepat dalam mencari solusi dan mengerjakan tugas-tugas yang diemban remaja, dapat menjurus pada berbagai tindakan kenakalan remaja dan kriminal. Kenakalan remaja dapat dikategorikan ke dalam perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial terjadi karena terdapat penyimpangan perilaku dari berbagai aturan-aturan sosial ataupun dari nilai dan norma social yang berlaku. Perilaku menyimpang dapat dianggap sebagai sumber masalah karena dapat membahayakan tegaknya sistem sosial. Penggunaan konsep perilaku menyimpang secara tersirat mengandung makna bahwa ada jalur baku yang harus ditempuh. Perilaku yang tidak melalui jalur tersebut berarti telah menyimpang.

Banyak faktor yang mendorong remaja melakukan berbagai kenakalan remaja, ada yang berasal dari dalam maupun dari luar. Faktor dari luar yang paling utama adalah Kondisi Keluarga. Untuk mengecilkan kenakalan remaja keluarga dituntut lebih peduli dalam perkembangan anak remajanya.

1.2. Rumusan Masalah Adapun yang menjadi rumusan masalah dari makalah ini adalah : 1. Bagaimana faktor ,karakteristik dan aspek-aspek yang mempengaruhi perkembangan? 2. Bagaimana problema yang dihadapi remaja dan faktor yang

mempengaruhinya? 3. Apa yang menyebabkan terjadinya kenakalan remaja dan faktor yang mempengaruhinya ?

1.3. Tujuan Adapun Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah 1. Untuk mengetahui faktor ,karakteristik dan aspek-aspek yang

mempengaruhi perkembangan. 2. Bagaimana problema yang dihadapi remaja dan faktor yang

mempengaruhinya. 3. Apa yang menyebabkan terjadinya kenakalan remaja dan faktor yang mempengaruhinya. 1.4 Manfaat Adapun Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah 1. Dapat digunakan sebagai bahan dalam mempelajari Perkembangan Remaja.. 2. Untuk menginformasikan pentingnya dalam mengontrol perkembangan remaja sehingga tidak terjadi kenakalan remaja. 3. Dapat dijadikan acuan bagi para calon guru dalam mempelajari perkembangan remaja.

BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Remaja Remaja dalam ilmu psikologis juga diperkenalkan dengan istilah lain, seperti puberteit, adolescence, dan youth. Dalam bahasa Indonesia sering pula dikaitkan pubertas atau remaja. Remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, berlangsung antara usia 12 sampai 21 tahun. Masa remaja terdiri dari masa remaja awal usia 12-15 tahun, masa remaja pertengahan usia 15-18 tahun, dan masa remaja akhir usia 18-21 tahun (Monks, et al. 2002). Masa remaja disebut juga sebagai periode perubahan, tingkat perubahan dalam sikap, dan perilaku selama masa remaja sejajar dengan perubahan fisik (Hurlock,2004). Masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakan dengan periode sebelum dan sesudahnya. Gunarsa (2001) menyatakan ciriciri tertentu yaitu: a) Masa remaja sebagai periode yang penting. b) Masa remaja sebagai periode peralihan. c) Masa remaja sebagai periode perubahan. d) Masa remaja sebagai periode bermasalah. e) Masa remaja sebagai masa mencari identitas. f) Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan. g) Masa remaja sebagai ambang masa dewasa. Gunarsa (2001) menyebutkan bahwa masa remaja sebagai masa peralihan dari masa anak ke masa dewasa, meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa. Semua aspek perkembangan dalam masa remaja secara global berlangsung antara umur 1221 tahun, dengan

pembagian usia 12-15 tahun adalah masa remaja awal, 15-18 tahun adalah masa remaja pertengahan, 18- 21 tahun adalah masa remaja akhi (Monks, et al. 2002). 2.2. Tahap perkembangan remaja Menurut tahap perkembangan, masa remaja dibagi menjadi tiga tahap yaitu : a. Masa remaja awal (12-15 tahun), dengan ciri khas antara lain: 1) Lebih dekat dengan teman sebaya 2) Ingin bebas

3) Lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berpikir 4) Abstrak b. Masa remaja tengah (15-18 tahun), dengan ciri khas antara lain 1) Mencari identitas diri 2) Timbulnya keinginan untuk kencan 3) Mempunyai rasa cinta yang mendalam 4) Mengembangkan kemampuan berpikir abstrak 5) Berkhayal tentang aktifitas seks c. Masa remaja akhir (18-21 tahun), dengan ciri khas antara lain 1) Pengungkapan identitas diri 2) Lebih selektif dalam mencari teman sebaya 3) Mempunyai citra jasmani dirinya 4) Dapat mewujudkan rasa cinta 5) Mampu berpikir abstrak 6) Perkembangan fisik

2.3.Karakteristik remaja Menurut Makmun (2003) karakteristik perilaku dan pribadi pada masa remaja terbagi ke dalam dua kelompok yaitu remaja awal (11-13 dan14-15 tahun) dan remaja akhir (14-16 dan 18-20 tahun) meliputi aspek: a) Fisik, laju perkembangan secara umum berlangsung pesat, proporsi ukuran tinggi, berat badan seringkali kurang seimbang dan munculnya ciri-ciri sekunder. b) Psikomotor, gerak-gerik tampak canggung dan kurang terkoordinasikan serta aktif dalam berbagai jenis cabang permainan. c) Bahasa, berkembangnya penggunaan bahasa sandi dan mulai tertarik mempelajari bahasa asing, menggemari literatur yang bernafaskan dan mengandung segi erotik, fantastik, dan estetik. d) Sosial, keinginan menyendiri dan bergaul dengan banyak teman tetapi bersifat temporer, serta adanya kebergantungan yang kuat kepada kelompok sebaya disertai semangat konformitas yang tinggi. e) Perilaku kognitif

Proses berfikir sudah mampu mengoperasikan kaidah-kaidah logika formal (asosiasi, diferensiasi, komparasi, kausalitas) yang bersifat abstrak, meskipun relatif terbatas,

Kecakapan dasar intelektual menjalani laju perkembangan yang terpesat,

Kecakapan

dasar

khusus

(bakat)

mulai

menujukkan

kecenderungan-kecenderungan yang lebih jelas. f) Moralitas y Adanya ambivalensi antara keinginan bebas dari dominasi pengaruh orang tua dengan kebutuhan dan bantuan dari orang tua. y Sikapnya dan cara berfikirnya yang kritis mulai menguji kaidahkaidah atau sistem nilai etis dengan kenyataannya dalam perilaku sehari-hari oleh para pendukungnya. y Mengidentifikasi dengan tokoh moralitas yang dipandang tepat dengan tipe idolanya. g) Perilaku Keagamaan y Mengenai eksistensi dan sifat kemurahan dan keadilan tuhan mulai dipertanyakan secara kritis dan skeptis. y y Masih mencari dan mencoba menemukan pegangan hidup. Penghayatan kehidupan keagamaan sehari-hari dilakukan atas pertimbangan adanya semacam tuntutan yang memaksa dari luar dirinya. h) Konatif, emosi, afektif, dan kepribadian 1) Lima kebutuhan dasar (fisiologis, rasa aman, kasih sayang, harga diri, dan aktualisasi diri) menunjukkan arah kecenderungannya. 2) Reaksi-reaksi dan ekspresi emosionalnya masih labil dan belum terkendali seperti pernyataan marah, gembira atau kesedihannya masih dapat berubah-ubah dan silih berganti. 3) Merupakan masa kritis dalam rangka menghadapi krisis

identitasnya yang sangat dipengaruhi oleh kondisi psikososialnya, yang akan membentuk kepribadiannnya.

4) Kecenderungan kecenderungan arah sikap nilai mulai tampak (teoritis, ekonomis, estetis, sosial, politis, dan religius), meski masih dalam taraf eksplorasi dan mencoba-coba. 2.4. Aspek-aspek perkembangan pada masa remaja Perkembangan fisik Masa remaja diawali dengan masa pubertas, yaitu masa terjadinya perubahan-perubahan fisik (meliputi penampilan fisik seperti bentuk tubuh dan proporsi tubuh) dan fungsi fisiologis (kematangan organ-organ seksual). Perubahan fisik yang terjadi pada masa pubertas ini merupakan peristiwa yang paling penting, berlangsung cepat, drastis, tidak beraturan dan terjadi pada sisitem reproduksi. Hormon-hormon mulai diproduksi dan mempengaruhi organ reproduksi untuk memulai siklus reproduksi serta mempengaruhi terjadinya perubahan tubuh. Perubahan tubuh ini disertai dengan perkembangan bertahap dari karakteristik seksual primer dan karakteristik seksual sekunder. Karakteristik seksual primer mencakup perkembangan organ-organ reproduksi, sedangkan karakteristik seksual sekunder mencakup perubahan dalam bentuk tubuh sesuai dengan jenis kelamin misalnya, pada remaja putri ditandai dengan menarche (menstruasi pertama), tumbuhnya rambut-rambut pubis, pembesaran buah dada, pinggul, sedangkan pada remaja putra mengalami pollutio (mimpi basah pertama), pembesaran suara, tumbuh rambut-rambut pubis, tumbuh rambut pada bagian tertentu seperti di dada, di kaki, kumis dan sebagainya. Sekitar dua tahun pertumbuhan berat dan tinggi badan mengikuti perkembangan kematangan seksual remaja. Anak remaja putri mulai mengalami pertumbuhan tubuh pada usia rata-rata 8-9 tahun, dan mengalami menarche ratarata pada usia 12 tahun. Pada anak remaja putra mulai menunjukan perubahan tubuh pada usia sekitar 10-11 tahun, sedangkan perubahan suara terjadi pada usia 13 tahun. Pada masa pubertas, hormon-hormon yang mulai berfungsi selain menyebabkan perubahan fisik/tubuh juga mempengaruhi dorongan seks remaja. Remaja mulai merasakan dengan jelas meningkatnya dorongan seks dalam dirinya, misalnya muncul ketertarikan dengan orang lain dan keinginan untuk mendapatkan kepuasan seksual.

Selama masa remaja, perubahan tubuh ini akan semakin mencapai keseimbangan yang sifatnya individual. Di akhir masa remaja, ukuran tubuh remaja sudah mencapai bentuk akhirnya dan sistem reproduksi sudah mencapai kematangan secara fisiologis, sebelum akhirnya nanti mengalami penurunan fungsi pada saat awal masa lanjut usia. Sebagai akibat proses kematangan sistem reproduksi ini, seorang remaja sudah dapat menjalankan fungsi prokreasinya, artinya sudah dapat mempunyai keturunan. Meskipun demikian, hal ini tidak berarti bahwa remaja sudah mampu bereproduksi dengan aman secara fisik. Perkembangan Kognitif Menurut Piaget (dalam Santrock, 2001), seorang remaja termotivasi untuk memahami dunia karena perilaku adaptasi secara biologis mereka. Dalam pandangan Piaget, remaja secara aktif membangun dunia kognitif mereka, di mana informasi yang didapatkan tidak langsung diterima begitu saja ke dalam skema kognitif mereka. Remaja sudah mampu membedakan antara hal-hal atau ide-ide yang lebih penting dibanding ide lainnya, lalu remaja juga

menghubungkan ide-ide tersebut. Seorang remaja tidak saja mengorganisasikan apa yang dialami dan diamati, tetapi remaja mampu mengolah cara berpikir mereka sehingga memunculkan suatu ide baru. Perkembangan kognitif adalah perubahan kemampuan mental seperti belajar, memori, menalar, berpikir, dan bahasa. Piaget (dalam Papalia & Olds, 2001) mengemukakan bahwa pada masa remaja terjadi kematangan kognitif, yaitu interaksi dari struktur otak yang telah sempurna dan lingkungan sosial yang semakin luas untuk eksperimentasi memungkinkan remaja untuk berpikir abstrak. Piaget menyebut tahap perkembangan kognitif ini sebagai tahap operasi formal (dalam Papalia & Olds, 2001). Tahap formal operations adalah suatu tahap dimana seseorang sudah mampu berpikir secara abstrak. Seorang remaja tidak lagi terbatas pada hal-hal yang aktual, serta pengalaman yang benar-benar terjadi. Dengan mencapai tahap operasi formal remaja dapat berpikir dengan fleksibel dan kompleks. Seorang remaja mampu menemukan alternatif jawaban atau penjelasan tentang suatu hal. Berbeda dengan seorang anak yang baru mencapai tahap operasi konkret yang hanya mampu memikirkan satu penjelasan untuk suatu hal. Hal ini

memungkinkan remaja berpikir secara hipotetis. Remaja sudah mampu memikirkan suatu situasi yang masih berupa rencana atau suatu bayangan (Santrock, 2001). Remaja dapat memahami bahwa tindakan yang dilakukan pada saat ini dapat memiliki efek pada masa yang akan datang. Dengan demikian, seorang remaja mampu memperkirakan konsekuensi dari tindakannya, termasuk adanya kemungkinan yang dapat membahayakan dirinya.

Pada tahap ini, remaja juga sudah mulai mampu berspekulasi tentang sesuatu, dimana mereka sudah mulai membayangkan sesuatu yang diinginkan di masa depan. Perkembangan kognitif yang terjadi pada remaja juga dapat dilihat dari kemampuan seorang remaja untuk berpikir lebih logis. Remaja sudah mulai mempunyai pola berpikir sebagai peneliti, dimana mereka mampu membuat suatu perencanaan untuk mencapai suatu tujuan di masa depan (Santrock, 2001). Salah satu bagian perkembangan kognitif masa kanak-kanak yang belum sepenuhnya ditinggalkan oleh remaja adalah kecenderungan cara berpikir egosentrisme (Piaget dalam Papalia & Olds, 2001). Yang dimaksud dengan egosentrisme di sini adalah ketidakmampuan melihat suatu hal dari sudut pandang orang lain (Papalia dan Olds, 2001). Perkembangan Psikis Remaja Ketika memasuki masa pubertas, setiap anak telah mempunyai sistem kepribadian yang merupakan pembentukan dari perkembangan selama ini. Di luar sistem kepribadian anak seperti perkembangan ilmu pengetahuan dan informasi, pengaruh media massa, keluarga, sekolah, teman sebaya, budaya, agama, nilai dan norma masyarakat tidak dapat diabaikan dalam proses pembentukan kepribadian tersebut. Pada masa remaja, seringkali berbagai faktor penunjang ini dapat saling mendukung dan dapat saling berbenturan nilai. Perkembangan Sosial remaja Perubahan sosial seperti adanya kecenderungan anak-anak pra-remaja untuk berperilaku sebagaimana yang ditunjukan remaja membuat penganut aliran kontemporer memasukan mereka dalam kategori remaja. Adanya peningkatan kecenderungan para remaja untuk melanjutkan sekolah atau mengikuti pelatihan kerja (magang) setamat SLTA, membuat individu yang berusia 19 hingga 22 tahun juga dimasukan dalam golongan remaja, dengan pertimbangan bahwa

pembentukan identitas diri remaja masih terus berlangsung sepanjang rentang usia tersebut. Perkembangan perilaku seksual remaja Perkembangan fisik termasuk organ seksual yaitu terjadinya kematangan serta peningkatan kadar hormon reproduksi atau hormon seks baik pada laki-laki maupun pada perempuan yang akan menyebabkan perubahan perilaku seksual remaja secara keseluruhan. Pada kehidupan psikologis remaja, perkembangan organ seksual mempunyai pengaruh kuat dalam minat remaja terhadap lawan jenis. Terjadinya peningkatan perhatian remaja terhadap lawan jenis sangat dipengaruhi oleh faktor perubahan-perubahan fisik selama periode pubertas (Santrock, 2003). Remaja perempuan lebih memperlihatkan bentuk tubuh yang menarik bagi remaja laki-laki, demikian pula remaja pria tubuhnya menjadi lebih kekar yang menarik bagi remaja perempuan (Rumini dan Sundari, 2004). Pada masa remaja rasa ingin tahu terhadap masalah seksual sangat penting dalam pembentukan hubungan yang lebih matang dengan lawan jenis.

Matangnya fungsi-fungsi seksual maka timbul pula dorongan-dorongan dan keinginan-keinginan untuk pemuasan seksual. Sebagian besar dari remaja biasanya sudah mengembangkan perilaku seksualnya dengan lawan jenis dalam bentuk pacaran atau percintaan. Bila ada kesempatan para remaja melakukan sentuhan fisik, mengadakan pertemuan untuk bercumbu bahkan kadang-kadang remaja tersebut mencari kesempatan untuk melakukan hubungan seksual (Pangkahila dalam Soetjiningsih, 2004). Meskipun fungsi seksual remaja perempuan lebih cepat matang dari pada remaja laki-laki, tetapi pada perkembangannya remaja laki-laki lebih aktif secara seksual dari pada remaja perempuan. Banyak ahli berpendapat hal ini dikarenakan adanya perbedaan sosialisasi seksual antara remaja perempuan dan remaja lakilaki. Bahkan hubungan seks sebelum menikah dianggap benar apabila orangorang yang terlibat saling mencintai ataupun saling terikat. Mereka sering merasionalisasikan tingkah laku seksual mereka dengan mengatakan pada diri mereka sendiri bahwa mereka terhanyut cinta. Sejumlah peneliti menemukan bahwa remaja perempuan, lebih daripada remaja laki-laki, mengatakan bahwa

10

alasan utama mereka aktif secara seksual adalah karena jatuh cinta (Santrock, 2003). 2.5. Permasalahan Remaja Masa remaja ditandai dengan adanya berbagai perubahan, baik secara fisik maupun psikis, yang mungkin saja dapat menimbulkan problema atau masalah tertentu bagi si remaja. Apabila tidak disertai dengan upaya pemahaman diri dan pengarahan diri secara tepat, bahkan dapat menjurus pada berbagai tindakan kenakalan remaja dan kriminal. Permasalahan yang mungkin timbul pada masa remaja diantaranya : Problema berkaitan dengan perkembangan fisik dan motorik. Pada masa remaja ditandai dengan adanya pertumbuhan fisik yang cepat. Keadaan fisik pada masa remaja dipandang sebagai suatu hal yang penting, namun ketika keadaan fisik tidak sesuai dengan harapannya (ketidaksesuaian antara body image dengan self picture) dapat menimbulkan rasa tidak puas dan kurang percaya diri. Begitu juga, perkembangan fisik yang tidak proporsional. Kematangan organ reproduksi pada masa remaja membutuhkan upaya pemuasan dan jika tidak terbimbing oleh norma-norma dapat menjurus pada penyimpangan perilaku seksual. Problema berkaitan dengan perkembangan kognitif dan bahasa. Pada masa remaja awal ditandai dengan perkembangan kemampuan intelektual yang pesat. Namun ketika, si remaja tidak mendapatkan kesempatan pengembangan kemampuan intelektual, terutama melalui pendidikan di sekolah, maka boleh jadi potensi intelektualnya tidak akan berkembang optimal. Begitu juga masa remaja, terutama remaja awal merupakan masa terbaik untuk mengenal dan mendalami bahasa asing. Namun dikarenakan keterbatasan kesempatan dan sarana dan pra sarana, menyebabkan si remaja kesulitan untuk menguasai bahasa asing. Tidak bisa dipungkiri, dalam era globalisasi sekarang ini, penguasaan bahasa asing merupakan hal yang penting untuk menunjang kesuksesan hidup dan karier seseorang. Namun dengan adanya hambatan dalam pengembangan ketidakmampuan berbahasa asing tentunya akan sedikit-banyak berpengaruh terhadap kesuksesan hidup dan kariernya. Terhambatnya perkembangan kognitif

11

dan bahasa dapat berakibat pula pada aspek emosional, sosial, dan aspek-aspek perilaku dan kepribadian lainnya. Problema berkaitan dengan perkembangan perilaku sosial, moralitas dan keagamaan. Masa remaja disebut pula sebagai masa social hunger (kehausan sosial), yang ditandai dengan adanya keinginan untuk bergaul dan diterima di lingkungan kelompok sebayanya (peer group). Penolakan dari peer group dapat menimbulkan frustrasi dan menjadikan dia sebagai isolated dan merasa rendah diri. Namun sebaliknya apabila remaja dapat diterima oleh rekan sebayanya dan bahkan menjadi idola tentunya ia akan merasa bangga dan memiliki kehormatan dalam dirinya. Problema perilaku sosial remaja tidak hanya terjadi dengan kelompok sebayanya, namun juga dapat terjadi dengan orang tua dan dewasa lainnya, termasuk dengan guru di sekolah. Hal ini disebabkan pada masa remaja, khususnya remaja awal akan ditandai adanya keinginan yang ambivalen, di satu sisi adanya keinginan untuk melepaskan ketergantungan dan dapat menentukan pilihannya sendiri, namun di sisi lain dia masih membutuhkan orang tua, terutama secara ekonomis. Sejalan dengan pertumbuhan organ reproduksi, hubungan sosial yang dikembangkan pada masa remaja ditandai pula dengan adanya keinginan untuk menjalin hubungan khusus dengan lain jenis dan jika tidak terbimbing dapat menjurus tindakan penyimpangan perilaku sosial dan perilaku seksual. Pada masa remaja juga ditandai dengan adanya keinginan untuk mencoba-coba dan menguji kemapanan norma yang ada, jika tidak terbimbing, mungkin saja akan berkembang menjadi konflik nilai dalam dirinya maupun dengan lingkungannya. Problema emosional. Masa remaja disebut juga masa untuk menemukan identitas diri (self identity). Usaha pencarian identitas pun, banyak dilakukan dengan menunjukkan perilaku coba-coba, perilaku imitasi atau identifikasi. Ketika remaja gagal menemukan identitas dirinya, dia akan mengalami krisis identitas atau identity confusion, sehingga mungkin saja akan terbentuk sistem kepribadian yang bukan menggambarkan keadaan diri yang sebenarnya. Reaksi-reaksi dan ekspresi emosional yang masih labil dan belum terkendali pada masa remaja dapat berkaitan dengan perkembangan kepribadian, dan

12

berdampak pada kehidupan pribadi maupun sosialnya. Dia menjadi sering merasa tertekan dan bermuram durja atau justru dia menjadi orang yang berperilaku agresif. Pertengkaran dan perkelahian seringkali terjadi akibat dari ketidakstabilan emosinya. Selain yang telah dipaparkan di atas, tentunya masih banyak problema keremajaan lainnya. Timbulnya problema remaja dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik internal maupun eksternal. Agar remaja dapat terhindar dari berbagai kesulitan dan problema kiranya diperlukan kearifan dari semua pihak. (http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/31/masalah-pada-masa-remaja/)

2.6.Tugas-Tugas Perkembangan Remaja Pada usia tersebut, tugas-tugas perkembangan yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut: 1. Mencapai hubungan yang baru dan lebih masak dengan teman sebaya baik sesama jenis maupun lawan jenis 2. Mencapai peran sosial maskulin dan feminin 3. Menerima keadaan fisik dan dapat mempergunakannya secara efektif 4. Mencapai kemandirian secara emosional dari orangtua dan orang dewasa lainnya 5. Mencapai kepastian untuk mandiri secara ekonomi 6. Memilih pekerjaan dan mempersiapkan diri untuk bekerja 7. Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan dan kehidupan keluarga 8. Mengembangkan kemampuan dan konsep-konsep intelektual untuk tercapainya kompetensi sebagai warga negara 9. Menginginkan dan mencapai perilaku yang dapat

dipertanggungjawabkan secara sosial 10. Memperoleh rangkaian sistem nilai dan etika sebagai pedoman perilaku (Havighurst dalam Hurlock, 1973).

Tugas-tugas perkembangan pada masa remaja yang disertai oleh berkembangnya kapasitas intelektual, stres dan harapan-harapan baru yang

13

dialami remaja membuat mereka mudah mengalami gangguan baik berupa gangguan pikiran, perasaan maupun gangguan perilaku. Stres, kesedihan, kecemasan, kesepian, keraguan pada diri remaja membuat mereka mengambil resiko dengan melakukan kenakalan (Fuhrmann, 1990). Tugas Tugas Perkembangan memiliki tiga macam tujuan yang sangat bermanfaat bagi individu dalam menyelesaikan tugas perkembangan yaitu sebagai berikut : 1. Sebagai petunjuk bagi individu untuk mengetahui apa yang diharapkan masyarakat dari mereka pada usia-usia tertentu 2. Memberikan motivasi kepada setiap individu ,untuk melakukan apa yang diharapkan oleh kelompok sosial pada usia tertentu sepanjang

kehidupannya. 3. Menunjukkan kepada setiap individu tentang apa yang mereka hadapi dan tindakan apa yang diharapkan dari mereka jika nantinya akan memasuki tingkat perkembangan selanjutnya. (Tim Dosen.2011:74) Menurut Hurlock (1973) ada beberapa masalah yang dialami remaja dalam memenuhi tugas-tugas tersebut, yaitu: 1. Masalah pribadi, yaitu masalah-masalah yang berhubungan dengan situasi dan kondisi di rumah, sekolah, kondisi fisik, penampilan, emosi, penyesuaian sosial, tugas dan nilai-nilai. 2. Masalah khas remaja, yaitu masalah yang timbul akibat status yang tidak jelas pada remaja, seperti masalah pencapaian kemandirian,

kesalahpahaman atau penilaian berdasarkan stereotip yang keliru, adanya hak-hak yang lebih besar dan lebih sedikit kewajiban dibebankan oleh orangtua. Elkind dan Postman (dalam Fuhrmann, 1990) menyebutkan tentang fenomena akhir abad duapuluh, yaitu berkembangnya kesamaan perlakuan dan harapan terhadap anak-anak dan orang dewasa. Anak-anak masa kini mengalami banjir stres yang datang dari perubahan sosial yang cepat dan membingungkan serta harapan masyarakat yang menginginkan mereka melakukan peran dewasa sebelum mereka masak secara psikologis untuk menghadapinya. Tekanan-tekanan

14

tersebut menimbulkan akibat seperti kegagalan di sekolah, penyalahgunaan obatobatan, depresi dan bunuh diri, keluhan-keluhan somatik dan kesedihan yang kronis. Bellak (dalam Fuhrmann, 1990) secara khusus membahas pengaruh tekanan media terhadap perkembangan remaja. Menurutnya, remaja masa kini dihadapkan pada lingkungan dimana segala sesuatu berubah sangat cepat. Mereka dibanjiri oleh informasi yang terlalu banyak dan terlalu cepat untuk diserap dan dimengerti. Semuanya terus bertumpuk hingga mencapai apa yang disebut information overload. Akibatnya timbul perasaan terasing, keputusasaan, absurditas, problem identitas dan masalah-masalah yang berhubungan dengan benturan budaya.

2.7 Kenakalan Remaja Pada dasarnya kenakalan remaja menunjuk pada suatu bentuk perilaku remaja yang tidak sesuai dengan norma-norma yang hidup di dalam masyarakatnya. Kartini Kartono (1988 : 93) mengatakan remaja yang nakal itu disebut pula sebagai anak cacat sosial. Mereka menderita cacat mental disebabkan oleh pengaruh sosial yang ada ditengah masyarakat, sehingga perilaku mereka dinilai oleh masyarakat sebagai suatu kelainan dan disebut kenakalan. Dalam Bakolak inpres no: 6 / 1977 buku pedoman 8, dikatakan bahwa kenakalan remaja adalah kelainan tingkah laku / tindakan remaja yang bersifat anti sosial, melanggar norma sosial, agama serta ketentuan hukum yang berlaku dalam masyarakat. Definisi kenakalan remaja menurut para ahli o Kartono, ilmuwan sosiologi Kenakalan Remaja atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah juvenile delinquency merupakan gejala patologis sosial pada remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial. Akibatnya, mereka

mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang. o Santrock Kenakalan remaja merupakan kumpulan dari berbagai perilaku remaja yang tidak dapat diterima secara sosial hingga terjadi tindakan kriminal.

15

Singgih D. Gumarso (1988 : 19), mengatakan dari segi hukum kenakalan remaja digolongkan dalam dua kelompok yang berkaitan dengan norma-norma hukum yaitu : (1) kenakalan yang bersifat amoral dan sosial serta tidak diantar dalam undang-undang sehingga tidak dapat atau sulit digolongkan sebagai pelanggaran hukum ; (2) kenakalan yang bersifat melanggar hukum dengan penyelesaian sesuai dengan undang-undang dan hukum yang berlaku sama dengan perbuatan melanggar hukum bila dilakukan orang dewasa. Menurut bentuknya, Sunarwiyati S (1985) membagi kenakalan remaja kedalam tiga tingkatan ; (1) kenakalan biasa, seperti suka berkelahi, suka keluyuran, membolos sekolah, pergi dari rumah tanpa pamit (2) kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan seperti mengendarai mobil tanpa SIM, mengambil barang orang tua tanpa izin (3) kenakalan khusus seperti penyalahgunaan narkotika, hubungan seks diluar nikah, pemerkosaan dll.

Penyebab terjadinya kenakalan remaja Perilaku nakal remaja bisa disebabkan oleh faktor dari remaja itu sendiri (internal) maupun faktor dari luar (eksternal). Faktor internal: 1. Krisis identitas Perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja memungkinkan terjadinya dua bentuk integrasi. Pertama, terbentuknya perasaan akan konsistensi dalam kehidupannya. Kedua, tercapainya identitas peran. Kenakalan ramaja terjadi karena remaja gagal mencapai masa integrasi kedua. 2. Kontrol diri yang lemah Remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima akan terseret pada perilaku nakal. Begitupun bagi mereka yang telah mengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun tidak bisa mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah laku sesuai dengan pengetahuannya.

16

Faktor eksternal: o Keluarga Dalam berbagai penelitian yang telah dilakukan, dikemukakan bahwa anak/remaja yang dibesarkan dalam lingkungan sosial keluarga yang tidak baik/disharmoni keluarga, maka resiko anak untuk mengalami gangguan kepribadian menjadi berkepribadian antisosial dan berperilaku menyimpang lebih besar dibandingkan dengan anak/remaja yang dibesarkan dalam keluarga sehat/harmonis (sakinah). Kriteria keluarga yang tidak sehat tersebut menurut para ahli, antara lain: a. Keluarga tidak utuh (broken home by death, separation, divorce) b. Kesibukan orangtua, ketidakberadaan dan ketidakbersamaan orang tua dan anak di rumah c. Hubungan interpersonal antar anggota keluarga (ayah-ibu-anak) yang tidak baik (buruk) d. Substitusi ungkapan kasih sayang orangtua kepada anak, dalam bentuk materi daripada kejiwaan (psikologis).

Selain daripada kondisi keluarga tersebut di atas, berikut adalah rincian kondisi keluarga yang merupakan sumber stres pada anak dan remaja, yaitu: a. Hubungan buruk atau dingin antara ayah dan ibu b. Terdapatnya gangguan fisik atau mental dalam keluarga c. Cara pendidikan anak yang berbeda oleh kedua orangtua atau oleh kakek/nenek d. Sikap orangtua yang dingin dan acuh tak acuh terhadap anak e. Sikap orangtua yang kasar dan keras kepada anak f. Campur tangan atau perhatian yang berlebih dari orangtua terhadap anak g. Orang tua yang jarang di rumah atau terdapatnya isteri lain h. Sikap atau kontrol yang tidak konsisiten, kontrol yang tidak cukup i. j. Kurang stimuli kongnitif atau sosial Lain-lain, menjadi anak angkat, dirawat di rumah sakit, kehilangan orang tua, dan lain sebagainya.

17

Sebagaimana telah disebutkan di muka, maka anak/remaja yang dibesarkan dalam keluarga sebagaimana diuraikan di atas, maka resiko untuk berkepribadian anti sosial dan berperilaku menyimpang lebih besar dibandingkan dengan anak/maja yang dibesarkan dalam keluarga yang sehat/harmonis (sakinah). o Sekolah (Pendidikan) Kondisi sekolah yang tidak baik dapat menganggu proses belajar mengajar anak didik, yang pada gilirannya dapat memberikan peluang pada anak didik untuk berperilaku menyimpang. Kondisi sekolah yang tidak baik tersebut, antara lain; a. Sarana dan prasarana sekolah yang tidak memadai b. Kuantitas dan kualitas tenaga guru yang tidak memadai c. Kualitas dan kuantitas tenaga non guru yang tidak memadai d. Kesejahteraan guru yang tidak memadai e. Kurikilum sekolah yang sering berganti-ganti, muatan agama/budi pekerti yang kurang f. Lokasi sekolah di daerah rawan, dan lain sebagainya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap remaja terhadap pendidikan Menurut Hurlock (1980), terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi sikap remaja terhadap pendidikan, yaitu : a) Sikap teman sebaya apakah mereka berorientasi untuk melanjutkan kuliah atau berorientasi kerja. b) Sikap orang tua apakah orang tua menialai bahwa sekolah

merupakan sarana peningkatan status sosialnya atau hanya sekedar tuntutan untuk menyekolahkan saja. c) Tingkatan, yang menunjukkan kesuksesan atau kegagalan remaja secara akademis. d) Relevansi atau nilai praktis dari bermacam-macam pelajaran. e) Sikap terhadap guru, pegawai administrasi, kebijakan-kebijakan

akademik dan disiplin. f) Sukses dalam kegiatan ekstrakurikuler

18

g) Derajat penerimaan sosial oleh teman sekelasnya.

Tipe-tipe remaja yang memiliki sedikit minat dalam pendidikan 1. Remaja yang orang tuanya memiliki aspirasi yang tidak realistis terhadap prestasi akademis, olah raga dan sosial sehingga memaksa anakanaknya untuk meraih target yang ditentukan mereka. 2. Remaja yang kurang diterima oleh teman sekelas dan mereka yang merasa kehilangan kesenangan seperti teman-temannya dalam kegiatan ekstrakulikuler. 3. Remaja yang matang lebih awal dan merasa lebih mencolok dibandingkan teman sekelasnya, sehingga seringkali diharapkan untuk bisa

melakukan tugas-tugas akademis melebihi dari kemampuannya.

o Kondisi Lingkungan Sosial Faktor kondisi lingkungan sosial yang tidak sehat atau rawan, dapat merupakan faktor yang kondusif bagi anak/remaja untuk berperilaku

menyimpang. Faktor kutub masyarakat ini dapat dibagi dalam 2 bagian, yaitu pertama, faktor kerawanan masyarakat dan kedua, faktor daerah rawan (gangguan kamtibmas). Kriteria dari kedua faktor tersebut, antara lain: a. Faktor Kerawanan Masyarakat (Lingkungan) 1) Tempat-tempat hiburan yang buka hingga larut malambahkan sampai dini hari 2) Peredaran alkohol, narkotika, obat-obatan terlarang lainnya 3) Pengangguran 4) Anak-anak putus sekolah/anak jalanan 5) Wanita tuna susila (wts) 6) Beredarnya bacaan, tontonan, TV, Majalah, dan lain-lain yang sifatnya pornografis dan kekerasan 7) Perumahan kumuh dan padat 8) Pencemaran lingkungan 9) Tindak kekerasan dan kriminalitas 10) Kesenjangan sosial

19

b. Daerah Rawan (Gangguan Kantibmas) 1) Penyalahgunaan alkohol, narkotika dan zat aditif lainnya 2) Perkelahian perorangan atau berkelompok/massal 3) Kebut-kebutan 4) Pencurian, perampasan, penodongan, pengompasan, perampokan 5) Perkosaan 6) Pembunuhan 7) Tindak kekerasan lainnya 8) Pengrusakan 9) Coret-coret dan lain sebagainya

2.8 Pembahasan dan Solusi Setiap Manusia yang berkembang pasti akan melewati masa

perkembangan remaja. Masa remaja merupakan masa peralihan ke masa Dewasa. Banyak Problema yang dihadapi oleh Remaja dan Tugas Tugas perkembangan remaja tersebut.Apabila Seorang Remaja tidak dapat mencari solusi ,menyesuaikan diri dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangannya maka yang menjadi akibatnya adalah timbulnya stress,dan masalah kepribadian lainnya yang akhirnya membuat kenakalan Remaja. Berdasarkan Teori yang telah dijelaskan di atas berikut ini fakta di lapangan mengenai kenakalan yang terjadi pada Remaja yaitu : Fakta mengejutkan diungkapkan Kepala Badan Koordinasi Keluarga berencana Nasional (BKKBN) Sugiri Syarief.Data yang dimilikinya menunjukkan sejak 2010 ini diketahui sebanyak 50 persen remaja perempuan di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tanggerang, dan Bekasi (Jabodetabek) sudah tidak perawan karena melakukan hubungan seks pra nikah.Remaja putri ini mengaku sudah pernah melakukan hubungan suami istri diluar nikah. Bahkan, tidak sedikit diantaranya hamil di luar nikah.

"Dari data yang kita himpun dari 100 remaja, dimana 51 remaja perempuannya sudah tidak lagi perawan," jelas Sugiri kepada sejumlah media

20

dalam Grand Final Kontes Rap dalam memperingati Hari AIDS sedunia di lapangan parkir IRTI monas, Minggu (28/11/2010) Sugiri juga mencetuskan bahwa selain di kawasan Jabodetabek , hal serupa juga melanda beberapa wilayah lain di Indonesia. Dirincikannya, di Surabaya yang mencapai 54 persen, 52 persen di Medan serta Bandung yang mencapai 47 persen. Data ini dikumpulkan selama kurun waktu 2010 saja. Lebih dahsyat lagi terjadi di Yogyakarta. Pihaknya menemukan dari hasil peneletian di Yogya kurun waktu 2010 setidaknya tercatat sebanyak 37 persen dari 1.160 mahasiswi di kota Gudeg tersebut menerima gelar MBA (marrige by accident) alias menikah akibat hamil maupun kehamilan di luar nikah. Seks pra nikah ini masih diakui sebagai pemicu semakin banyaknya kasus HIV/AIDS. Data dari Kemenkes pada pertengahan 2010, bahwa jumlah kasus HIV/AIDS di Indonesia mencapai 21.770 kasus AIDS positif dan 47.157 kasus HIV positif dengan prosentase pengidap usia 20-29 tahun (48,1 persen) dan usia 30-39 tahun (30,9 persen). Kasus penularan HIV/AIDS terbanyak heteroseksual (49,3 persen) dan IDU atau jarum suntik (40.4 persen). Sedangkan, jumlah pengguna narkoba di Indonesia saat ini mencapai 3,2 juta jiwa, 75 persen diantaranya atau 2,5 juta jiwa adalah remaja. tribunnews Hal ini sesuai dengan teori yang merupakan kenakalan remaja khusus ,tapi faktanya sungguh tidak dapat diduga berdasarkan pernyataan teori belaka. Kenakala Remaja Justru sangat beragam dan dipicu oleh berbagai faktor. Berikut ini solusi dari permasalahan di atas : o Perlunya kasih sayang dan perhatian dari orang tua dalam hal apapun. o Adanya pengawasan dari orang tua yang tidak mengekang. contohnya: kita boleh saja membiarkan dia melakukan apa saja yang masih sewajarnya, dan apabila menurut pengawasan kita dia telah melewati batas yang sewajarnya, kita sebagai orangtua perlu memberitahu dia dampak dan akibat yang harus ditanggungnya bila dia terus melakukan hal yang sudah melewati batas tersebut. o Biarkanlah dia bergaul dengan teman yang sebaya, yang hanya beda umur 2 atau 3 tahun baik lebih tua darinya. Karena apabila kita membiarkan dia bergaul dengan teman main yang sangat tidak sebaya dengannya, yang

21

gaya hidupnya sudah pasti berbeda, maka dia pun bisa terbawa gaya hidup yang mungkin seharusnya belum perlu dia jalani. o Pengawasan yang perlu dan intensif terhadap media komunikasi seperti tv, internet, radio, handphone, dll. o Perlunya bimbingan kepribadian di sekolah, karena disanalah tempat anak lebih banyak menghabiskan waktunya selain di rumah. o Perlunya pembelanjaran agama yang dilakukan sejak dini, seperti beribadah dan mengunjungi tempat ibadah sesuai dengan iman kepercayaannya. o Kita perlu mendukung hobi yang dia inginkan selama itu masih positif untuk dia. Jangan pernah kita mencegah hobinya maupun kesempatan dia mengembangkan bakat yang dia sukai selama bersifat Positif. Karena dengan melarangnya dapat menggangu kepribadian dan kepercayaan dirinya. o Anda sebagai orang tua harus menjadi tempat CURHAT yang nyaman untuk anak anda, sehingga anda dapat membimbing dia ketika ia sedang menghadapi masalah.

22

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan Adapun Kesimpulan dari dari makalah ini adalah : 1. Masa Remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanakkanak dan masa dewasa, berlangsung antara usia 12 sampai 21 tahun. Masa remaja seringkali dihubungkan dengan mitos dan stereotip mengenai penyimpangan dan tidakwajaran. 2. Terdapat problem dalam masa remaja yang cenderung menghambat remaja dalam perkembangannya dan mempunyai tugas-tugas yang harus diselesaikan.Apabila tidak dihadapi dengan baik maka remaja akan cenderung berbuat kenakalan-kenakalan. 3. Kenakalan remaja merupakan kumpulan dari berbagai perilaku remaja yang tidak dapat diterima secara sosial hingga terjadi tindakan kriminal. Terdapat berbagai macam kenakalan remaja dan faktor yang

mempengaruhinya. 3.2 Saran Adapun saran pemakalah : 1. Dapat dijadikan rujukan mengenai pembelajaran Perkembangan Peserta didik 2. Sebagai bahan dalam mempelajari perkembangan remaja dan

permasalahannya.

23

DAFTAR PUSTAKA
Andi Mappiare.1982.Psikologi Remaja.Surabaya : Usaha Nasional Atkinson & Atkinson. 1998. Pengantar Psikologi, edisi kesebelas. Batam : Interaksara. Crain, William. 1992. Theories of Development : Concept and Applications , third edition. New Jersey :Prentice-Hall, Inc. Hurlock, Elizabeth. B. 1980. Developmental Psychology A life-Span

Approach, fifth edition. New Delhi :Tata McGraw-Hill Publishing Company Ltd. Hall, Lindzey & Campbell. 1998. Theories of Personality, forthh edition. New York : John Wiley & Sons, Inc. http://www.depsos.go.id/Balatbang/Puslitbang%20UKS/2004/Masngudin.htm ( diakses Minggu,11 Desember 2011) http://1.bp.blogspot.com/-zoeDC5Esw5g/TZml5Z8kTOI/ Desember 2011) http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/31/masalah-pada-masa-remaja/( diakses Minggu,11 Desember 2011) Santrock, Jhon W .2003.Psychology Education. Sofia Retnowat.2011.Makalah Remaja dan Permasalahnnya Fakultas psikologi UGM (online) ( diakses Minggu,11 Desember 2011) Tim Pengajar. 2011.Perkembangan Peserta Didik. Medan: FIP UNIMED ( diakses Minggu,11

Anda mungkin juga menyukai