BAB 1
PENDAHULUAN
BAB 2
PEMBAHASAN
kelamin serta perubahan fisik yang semakin nyata ini, remaja seringkali
megalami kesulitan dalam menyesuaikan diri denngan perubahan-
perubahan itu. Akibatnya tidak jarang mereka cenderung menyendiri
sehingga tidak jarang pula merasa terasing, kurang perhatian dari orang
lain, atau bahkan merasa tidak ada orang yang mau mempedulikannya.
Kontrol terhadap dirinya bertambah sulit dan mereka cepat marah dengan
cara-cara yang kurang wajar untuk meyakinkan dunia sekitarnya. Perilaku
seperti ini sesunguhnya terjadi karena adanya kecemasan terhadap dirinya
sendiri sehingga muncul dalam reaksi yang kadang-kadang tidak wajar.
3. Periode Remaja Tengah.
Tanggung jawab hidup yang harus semakin ditingkatkan oleh remaja untuk
dapat menuju kearah mampu memikul sendiri seringkali menimbulkan
masalah tersendiri bagi remaja. Karena tuntutan peningkatan tanggung
jawab ini tidak hanya datang dari orang tua atau anggota keluarganya
melainkan juga dari masyarakat sekitarnya, maka tidak jarang masyarkat
juga terbawa-bawa menjadi masalah bagi remaja. Melihat fenomena yang
sring terjadi dalam masyrakat yang seringkali juga menunjukkan adanya
kontradiksi dengan nilai-nilai moral yang mereka ketahui, maka tidak
jarang juga remaja mulai meragukan tentang apa yang disebut baik atau
buruk. Akibatnya, remaja seringkali ingin membentuk nilai-nilai mereka
sendiri yang mereka anggap benar, baik dan pantas untuk dikembangkan
dikalangan mereka sendiri. Lebih-lebih jika orang tua atau orang dewasa
sekitarnya ingin memaksakan nilai-nilainya agar dipatuhi oleh remaja
tanpa disertai dengan alasan yang masuk akal menurut mereka atau bahkan
orang tua atau orang dewasa menunjukkan prilaku yang tidak konsisten
dengan nilai-nilai yang dipaksakannya itu.
4. Periode Remaja Akhir
Selama periode ini remaja memandang dirinya sebagai orang dewasa dan
mulai mampu menunjukkan pemikiran, sikap, dan perilaku yang makin
dewasa. Oleh sebab itu, orang tua dan masyarakat mulai memberikan
kepercayaan yang selayaknya kepada mereka. Interaksi dengan orang tua
juga menjadi semakin bagus dan lancar karena mereka sudah semakin
8
didiknya. Oleh karena itu tidak jarang naka-anak lebih percaya, lebh
patuh, bahkak lebuh takut kepada guru ketimbang kepada orang
tuanya. Posisi gru semacam ini sangat startegis bila digunakan untuk
pengembangan emosi anak melalui penyampaiian niai-nilai luhur,
positif dan kontsruktif.
Dalam menuju pembaharuan para remaja sering terbentur pada nilai-
nilai yang tidak dapat mereka terima atau yang sama sekali
bertentengnan dengan nilai-nilai yang menarik bagi mereka. Pada saat
ini timbullah idealisme untuk mengubah lingkungannya. Idealisme
seperti ini tentunya tidak boleh diremehkan dengan anggaapan bahwa
semuanya akan muncul kalau mereka nanti sudah dewasa. Sebab,
idealisme yang dikecewakan dapat berkembang menjadi tingkah laku
emosional yang destruktif. Sebaliknya kalau remaja berhasil diberikan
penyaluran yang positif untuk mengembangkan idealismenya akan
sangat bermanfaat bagi pengembangan leih lanjut sampai mereka
memasuki masa dewasa.
Dengan kata lain, semakin baik kondisi emosi seseorang, maka semakin
baik pula prilaku yang dimunculkan oleh individu tetsebut.
2.5 Upaya Mengembangkan Emosi Remaja Dan Implikasinya Bagi Pendidikan
Upaya Mengembangkan Emosi Remaja Dan Implikasinya Bagi
Pendidikan dapat dilakukan. Intervensi pendidikan untuk mengembangkan
emosi remaja agar dapat berkembang kearah memiliki kecerdasan emosional,
salah satu diantaranya menggunakan intervensi yang dikemukakan oleh W.T
Grant Consortium, dalam Asrori (2005:113-114), tentang “ Unsur-unsur Aktif
Program Pencegahan”, yaitu sebagai berikut :
1. Pengembangan Keterampilan Emosional
Cara yang dapat dilakukan untuk mengembangkan keterampilan
emosional individu adalah :
a. Mengidentifikasi dan memberi nama-nama atau label-label perasaan.
b. Mengungkapkan perasaan.
c. Menilai intensitas perasaan
d. Mengelola perasaan.
e. Menunda pemuasan
f. Mengendalikan dorongan hati
g. Mengurangi stress
h. Memahami perbedaan antara perasaan dan tindakan.
2. Pengembangan Keterampilan Kognitif
a. Belajarlah melakukan dialog batin sebagai cara untuk menghadapi dan
mengatasi suatu masalah atau memperkuat perilaku diri sendiri.
b. Belajarlah membaca dan menafsirkan isyarat-isyarat sosial; misalnya:
mengenali pengaruh sosial terhadap perilaku dan melihat diri sendiri
dalam perspektif masyarakat yang lebih luas.
c. Belajarlah menggunakan langkah-langkah penyelesaian masalah dan
pengambilan keputusan; misalnya :mengendalikan dorongan hati,
menentukan sasaran, mengidentifikasi tindakan-tindakan alternatif,
dan memperhitungkan akibat-akibat yang mungkin timbul.
d. Belajarlah memahami sudut pandang orang lain (empati).
e. Belajarlah memahami sopan santun, yakni perilaku mana yang dapat
diterima dan mana yang tidak.
f. Belajarlah bersikap positif terhadap kehidupan.
g. Belajarlah mengembangkan kesadaran diri; misalnya mengembangkan
harapan-harapan yang realistis tentang diri sendiri.
3. Pengembangan Keterampilan Prilaku
13
dalam menghadapi orang-orang yang baru dalam situasi yang baru, dan
semua ini memerlukan proses belajar.
3. Kesenangan berkelompok. Hidup berkelompok teman sebaya merupakan
kebutuhan pada masa remaja. (Hurlock, 1980).
a. Kelompok temen dekat. Kelompok ini muncul pada masa remaja awal
atau puber yang terdiri dari dua atau tiga orang teman dekat dengan
jenis kelain yang sama. Dalam kelompok terjadi saling membantu
pemecahan masalah, berbagai rasa aman namun tidak jarang terjadi
pertengkaran, tapi mereka akan rukun kembali.
b. Kelompok kecil. Teman yang dipilih cenderung yang sama minat dan
sama pandangan dalam memahami permasalahan hidup.
c. Kelompok besar. Kelompok ini terbentuk sejalan dengn peningkatan
aktivitas remaja itu seperti kegiatan rekreasi, acara-acara kesenian,
olah raga, dll.
d. Kelompok terorganisasi. Merupakan kelompok pemuda yang
terorganisir oleh orang dewasa untuk tujuan pembinaan terhadap
remaja. Kegiatannya diarahkan kepada kegiatan yang bermanfaat bagi
perkembangan remaja itu sendiri maupun masyarakat.
e. Kelompok Geng. Kelompok ini beranggotakan remaja yang ditolak
atau tidak puas dalam kelompok terorganisasi, lalu menggabungkan
diri menjadi kelompok yang disebut geng.
remaja yang tidak dapat diterima secara sosial hingga terjadi tindakan
kriminal.
2. Penyebab
Ulah para remaja yang masih dalam tarap pencarian jati diri sering sekali
mengusik ketenangan orang lain. Kenakalan-kenakalan ringan yang
mengganggu ketentraman lingkungan sekitar seperti sering keluar malam
dan menghabiskan waktunya hanya untuk hura-hura seperti minum-
minuman keras, menggunakan obat-obatan terlarang, berkelahi, berjudi,
dan lain-lainnya itu akan merugikan dirinya sendiri, keluarga, dan orang
lain yang ada disekitarnya.
Cukup banyak faktor yang melatar belakangi terjadinya kenakalan remaja.
Berbagai faktor yang ada tersebut dapat dikelompokkan menjadi faktor
internal dan faktor eksternal. Berikut ini penjelasannya secara ringkas:
a. Faktor Internal
1) Krisis identitas
Perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja memungkinkan
terjadinya dua bentuk integrasi. Pertama, terbentuknya perasaan
akan konsistensi dalam kehidupannya. Kedua, tercapainya identitas
peran. Kenakalan remaja terjadi karena remaja gagal mencapai
masa integrasi kedua.
2) Kontrol diri yang lemah
Remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah
laku yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima akan
terseret pada perilaku 'nakal'. Begitupun bagi mereka yang telah
mengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun tidak bisa
mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah laku sesuai dengan
pengetahuannya.
b. Faktor Eksternal
1) Kurangnya perhatian dari orang tua, serta kurangnya kasih sayang
Keluarga merupakan unit sosial terkecil yang memberikan fondasi
primer bagi perkembangan anak. Sedangkan lingkungan sekitar
dan sekolah ikut memberikan nuansa pada perkembangan anak.
Karena itu baik-buruknya struktur keluarga dan masyarakat sekitar
memberikan pengaruh baik atau buruknya pertumbuhan
kepribadian anak.
18
BAB III
PENUTUP
3.1 kesimpulan
Setiap remaja memiliki sosial emosional berbeda tergantung peran
orang tua, lingkungan serta masyarakat dalam siklus hidup remaja,
perngertian Perkembangan sosial-emosional remaja adalah suatu perubahan
progresif organisme dalam konteks ini adalah remaja awal yang telah
mengalami masa pubertas, mulai berpikir tentang sekitar atau sekelilingnya
(konteks sosial) dan mengekspresikan emosinya baik dalam tingkah laku atau
tidak.Perkembangan sosial-emosional lebih mengarah pada hubungan
seseorang dengan orang lain. Hubungan ini berkembang karena adanya
dorongan rasa ingin tahu terhadap segala sesuatu yang ada di dunia
sekitarnya. Hal ini diartikan sebagai cara-cara individu bereaksi terhadap
orang-orang di sekitarnya dan bagaimana pengaruh terhadap dirinya, dari
pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa perkembangan emoisonal remaja
berubah seiring siklus hidup remaja itu sendiri. Di usia remaja pendidikan
menjadi sangat penting untuk membekali remaja ke kehidupan yang lebih
lanjut, biasanya di usia ini pemberontakan sering terjadi, sehingga jika
orangtua menerapkan pola asuh yang salah maka remaja bisa terjerumus
dalam bahaya dunia luar. Kenakalan remaja marak terjadi dikalangan
pergaulan remaja karena danyak factor internal maupun eksternal yang
melandasinya.
3.2 Saran
Perkembangan social emosional pada anak harus dipantau dengan berpacu
pada siklus hidup remaja, karena remaja adalah masa kritis seorang dimana
banyak faktor-faktor yang masuk baik positif maupun negative, sehingga kita
sebagai tenaga kesehatan harus paham dengan tentang siklus hidup remaja
dan perkembangan sisoal emosional pada remaja.
26
DAFTAR PUSTAKA
Kartini Kartono, Kenakalan Remaja, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1998).
27
LAMPIRAN
1. Penanya Shofiatul
Pertanyaan :
Salah satu penyebab kenakalan remaja adalah krisis identitas. Tolong di
jelaskan!
2. Penanya Wedha
Pertanyaan :
Ada beberapa faktor yg mempengaruhi perkembangan emosi remaja, salah
satunya perubahan jasmani. Apa maksud perubahan itu menpengaruhi
emosi remaja?
Jawaban:
Pada taraf permulaan pertumbuhan ini hanya terbatas pada bagian-bagian
tertentu saja yang mengakibatkan postur tubuh menjadi tidak seimbang.
Ketidakseimbangan tubuh ini sering mempunyai akibat yang tidak terduga
28
Jawaban:
Pengaruh budaya barat serta pergaulan dengan teman sebayanya yang
sering mempengaruhinya untuk mencoba dan akhirnya malah terjerumus
ke dalamnya. Lingkungan adalah faktor yang paling mempengaruhi
perilaku dan watak remaja. Jika dia hidup dan berkembang di lingkungan
yang buruk, moralnya pun akan seperti itu adanya. Sebaliknya jika ia
berada di lingkungan yang baik maka ia akan menjadi baik pula.
4. Penanya Maharani
Pertanyaan:
Bagaimana cara mencegah dan mengurangi kenalan remaja agar remaja
menjadi remaja yang berkualitas?
5. Penanya Diyan
Pertanyaan:
Pada ppt tersebut pandangan luar murapakan salah satu faktor eksternal
yang dapat mempengaruhi perkembangan emosi remaja. Jelaskan
pandangan luar seperti apa yang dimaksud?
30
g. Mengurangi stress
h. Memahami perbedaan antara perasaan dan tindakan.
menekankan bahwa orangtua menjadi figur lekat yang penting dan sebagai
sistem pendukung saat remaja mengeksplorasi dunia sosial yang lebih luas
dan kompleks.Dukungan dari orangtua dapat dirasakan bila remaja
memiliki hubungan emosional yang kuat dengan orangtua. Hubungan
emosional tentu tidak terbentuk begitu saja melainkan sudah terbentuk dari
awal masa bayi yang terjadi antara anak dengan pengasuhnya atau figur
lekatnya.
8. Penanya Shinta N.
Pertanyaan:
Krisis kasih sayang dari orang tua dapat menimbulkan kenakalan remaja.
Apa yang menyebabkan hal trrsebut bisa terjadi?
9. Penanya Nadya
Pertanyaan:
Jelaskan peran bidan dalam memberikan pengertian kepada orang tua
mengenai perubahan emosional pada masa remaja!
a. Tindakan Preventif
b. Tindakan Represif
Sebagai contoh,remaja harus mentaati peraturan dan tata cara yang berlaku
dalam keluarga. Disamping itu perlu adanya semacam hukuman yang
dibuat oleh orangtua terhadap pelanggaran tata tertib dan tata cara
keluarga. Pelaksanaan tata tertib harus dilakukan dengan konsisten. Setiap
pelanggaran yang sama harus dikenakan sanksi yang sama. Sedangkan hak
dan kewajiban anggota keluarga mengalami perubahan sesuai dengan
perkembangan dan umur.