Anda di halaman 1dari 35

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan sosial-emosional remaja adalah suatu perubahan
progresif organisme dalam konteks ini adalah remaja awal yang telah
mengalami masa pubertas, mulai berpikir tentang sekitar atau sekelilingnya
(konteks sosial) dan mengekspresikan emosinya baik dalam tingkah laku atau
tidak.Perkembangan sosial-emosional lebih mengarah pada hubungan
seseorang dengan orang lain. Hubungan ini berkembang karena adanya
dorongan rasa ingin tahu terhadap segala sesuatu yang ada di dunia sekitarnya.
Hal ini diartikan sebagai cara-cara individu bereaksi terhadap orang-orang di
sekitarnya dan bagaimana pengaruh terhadap dirinya (Affandi, 2011: 22).
Berdasarkan tahapan perkembangan individu dari masa bayi hingga
masa tua akhir menurut Erickson, masa remaja dibagi menjadi tiga tahapan
yakni masa remaja awal, masa remaja pertengahan, dan masa remaja akhir.
Adapun kriteria usia masa remaja awal pada perempuan yaitu 13-15 tahun dan
pada laki-laki yaitu 15-17 tahun. Kriteria usia masa remaja pertengahan pada
perempuan yaitu 15-18 tahun dan pada laki-laki yaitu 17-19 tahun. Sedangkan
kriteria masa remaja akhir pada perempuan yaitu 18-21 tahun dan pada laki-
laki 19-21 tahun (Thalib, 2010).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian perkembangan sosial-emosional pada remaja?
2. Apa saja tugas perkembangan pada remaja?
3. Bagaiaman karakteristik emosi remaja?
4. Apa saja pengaruh emosi terhadap perilaku individu?
5. Bagaimana Upaya untuk Mengembangkan Emosi Remaja Dan
Implikasinya Bagi Pendidikan?
6. Bagaimana Tingkah laku sosial pada priode remaja?
7. Bagaimana hubungan remaja dengan orangtuanya
8. Bagaimana Kenakalan Remaja?

1.3 Tujuan Pembahasan


1. Menjelaskan pengertian perkembangan sosial-emosional pada remaja
2. Menjelaskan tugas perkembangan remaja.
3. Menjelaskan karakteristik emosi remaja.
2

4. Menjelaskan pengaruh emosi terhadap perilaku individu.


5. Menjelaskan Upaya untuk Mengembangkan Emosi Remaja Dan
Implikasinya Bagi Pendidikan
6. Menjelaskan Tingkah laku sosial pada priode remaja
7. Menjelaskan hubungan remaja dengan orangtuanya
8. Mengetahui tentang Kenakalan Remaja
3

BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Perkembangan Sosial-Emosional pada Remaja


Perkembangan sosial-emosional berasal dari tiga suku kata, yakni
“perkembangan, sosial, dan emosional. Menurut kamus psikologi,
“perkembangan (development)” berarti perubahan yang berkesinambung-an
dan progresif dalam organisme, dari lahir sampai mati. Perkembangan juga
berarti perubahan dalam bentuk dan dalam integrasi dari bagian-bagian
jasmaniah ke dalam bagian-bagian fungsional.selain itu dapat berarti
kedewasaan, atau kemunculan pola-pola asasi dari tingkah laku yang
tidak dipelajari (Chaplin, 2008; 134).
Sosial adalah segala sesuatu berkenaan dengan masyarakat; suka
memperhatikan kepentingan umum, suka menolong, menderma, dan
sebagainya. Sosial juga berarti menyinggung relasi di antara dua atau
lebih individu. Istilah ini mencakup banyak pengertian, dan digunakan
untuk mencirikan sekelompok fungsi, kebiasaan, karakteristik, ciri, dan
seterusnya yang diperoleh dalam satu konteks sosial (Chaplin, 2008;
469).
Sedangkan emosional berkaitan dengan ekspresi emosional,
atau dengan perubahan-perubahan yang mendalam yang menyertai emosi;
mencirikan individu yang mudahterangsang untuk menampilkan tingkah laku
emosional (Chaplin, 2008; 165).
Perkembangan sosial-emosional remaja adalah suatu perubahan
progresif organisme dalam konteks ini adalah remaja awal yang telah
mengalami masa pubertas, mulai berpikir tentang sekitar atau sekelilingnya
(konteks sosial) dan mengekspresikan emosinya baik dalam tingkah laku atau
tidak.Perkembangan sosial-emosional lebih mengarah pada hubungan
seseorang dengan orang lain. Hubungan ini berkembang karena adanya
dorongan rasa ingin tahu terhadap segala sesuatu yang ada di dunia sekitarnya.
Hal ini diartikan sebagai cara-cara individu bereaksi terhadap orang-orang di
sekitarnya dan bagaimana pengaruh terhadap dirinya (Affandi, 2011: 22).
4

Menurut Rice (dalam Gunarsa, 2004), masa remaja adalah masa


peralihan, ketika individu tumbuh dari masa anak-anak menjadi individu yang
memiliki kematangan. Pada masa tersebut, ada dua hal penting menyebabkan
remaja melakukan pengendalian diri. Dua hal tersebut adalah, pertama, hal
yang bersifat eksternal, yaitu adanya perubahan lingkungan, dan kedua adalah
hal yang bersifat internal, yaitu karakteristik di dalam diri remaja yang
membuat remaja relatif lebih bergejolak dibandingkan dengan masa
perkembangan lainnya (storm and stress period).
Pada 1974, WHO (World Health Organization) memberikan
definisi tentang remaja yang lebih bersifat konseptual. Dalam definisi tersebut
dikemukakan tiga kriteria, yaitu biologis, psikologis, dan sosial ekonomi,
sehingga secara lengkap definisi tersebut berbunyi sebagai berikut. Remaja
adalah suatu masa di mana:
1. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda
seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.
2. Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari
kanak-kanak menjadi dewasa.
3. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada
keadaan yang relatif lebih mandiri (Muangman dalam Sarwono, 2010).

2.2 Tugas Perkembangan Remaja


Hurlock (1980) menjelaskan bahwa semua tugas perkembangan
pada masa remaja dipusatkan pada pusaka penanggulangan sikap dan pola
perilaku yang kekanak-kanakan dan mengadakan persiapan untuk menghadapi
masa dewasa. Tugas-tugas tersebut antara lain:
1. Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya
baik pria maupun wanita.
2. Mencapai peran sosial pria, dan wanita.
3. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif.
4. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab.
5. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa
lainnya.
6. Mempersiapkan karir ekonomi.
7. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga.
8. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk
berperilaku mengembangkan ideologi.
5

Ali & Asrori (2006) menambahkan bahwa tugas perkembangan


masa remaja difokuskan pada upaya meninggalkan sikap dan perilaku
kekanak-kanakan serta berusaha untuk mencapai kemampuan bersikap dan
berperilaku secara dewasa. Hurlock (dalam Ali & Asrori, 2006) juga
menambahkan bahwa tugas-tugas perkembangan masa remaja adalah
berusaha:

1. Mampu menerima keadaan fisiknya


2. Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa
3. Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang
berlainan jenis
4. Mencapai kemandirian emosional
5. Mencapai kemandirian ekonomi
6. Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat
diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat
7. Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan orang
tua
8. Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan untuk
memasuki dunia dewasa.
9. Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan
10. Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan
keluarga.

Kay (Jahja, 2012) mengemukakan tugas-tugas perkembangan remaja adalah


sebagai berikut:

1. Menerima fisiknya sendiri berikut keragaman kualitasnya.


2. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua atau figur-figur yang
mempunyai otoritas.
3. Mengembangkan keterampilan komunikasi interpersonal dan belajar
bergaul dengan teman sebaya atau orang lain, baik secara individual
maupun kolompok.
4. Menemukan manusia model yang dijadikan identitasnya.
5. Menerima dirinya sendiri dan memiliki kepercayaan terhadap
kemampuannya sendiri.
6. Memperkuat self-control (kemampuan mengendalikan diri) atas dasar
skala nilai, psinsip-psinsip, atau falsafah hidup. (Weltan-schauung).
6

7. Mampu meninggalkan reaksi dan penyesuaian diri (sikap/perilaku)


kekanak-kanakan.

Dalam masa remaja, penampilan anak berubah, sebagai hasil peristiwa


pubertas yang hormonal, mereka mengambil bentuk tubuh orang dewasa.
Pikiran mereka juga berubah; mereka lebih dapat berpikir secara abstrak
dan hipotesis. Perasaan mereka berubah terhadap hampir segala hal.
Semua bidang cakupan perkembangan sebagai seorang remaja
menghadapi tugas utama mereka: membangun identitas –termasuk
identitas seksual- yang akan terus mereka bawa sampai masa dewasa
(Papalia, Old, & Feldman; 2008).

2.3 Karakteristik Emosi Remaja


Masa remaja merupakan peralihan antara masa anak-anak ke masa
dewasa. Pada masa ini remaja megalami perkembangan mencapai
perkembngan fisik, mental, social dan emosional. Masa ini biasanya dirasakan
sebagai masa yang sulit, baik bagi remaja sendiri maupun bagi keluarga dan
lingkungannya.
Menurut Asrori (2005:105), secara garis besar, masa remaja beserta
karakteristik emosinya dapat dibagi ke dalam empat periode, yaitu: periode
pra-remaja, remaja awal, remaja tengah, dan remaja akhir. Adapun
karakteristik untuk setiap periode:
1. Periode Pra-remaja
Selama periode ini terjadi gejala yang hamper sama antara remaja pria
maupun wanita. Perubahan fisik belum begitu tampak jelas, tetapi pada
remaja putrid biasanya memperlihatkan penambahan berat badan yang
cepat sehingga mereka merasa kegemukan. Gerakan-gerakan mereka
mulai menjadi kaku. Perubahan ini disertai sifat kepekaan terhadap
rangsang-rangsang dari luar, responnya biasanya berlebihan sehingga
mereka mudah tersinggung dan cengeng, tetapi juga cepat merasa senang
atau bahkan meledak-ledak.
2. Periode Remaja Awal
Selama periode ini perkembangan gejala fisik yang semakin tampak jelas
adalah perubahan fungsi alat-alat kelamin. Karena perubahan alat-alat
7

kelamin serta perubahan fisik yang semakin nyata ini, remaja seringkali
megalami kesulitan dalam menyesuaikan diri denngan perubahan-
perubahan itu. Akibatnya tidak jarang mereka cenderung menyendiri
sehingga tidak jarang pula merasa terasing, kurang perhatian dari orang
lain, atau bahkan merasa tidak ada orang yang mau mempedulikannya.
Kontrol terhadap dirinya bertambah sulit dan mereka cepat marah dengan
cara-cara yang kurang wajar untuk meyakinkan dunia sekitarnya. Perilaku
seperti ini sesunguhnya terjadi karena adanya kecemasan terhadap dirinya
sendiri sehingga muncul dalam reaksi yang kadang-kadang tidak wajar.
3. Periode Remaja Tengah.
Tanggung jawab hidup yang harus semakin ditingkatkan oleh remaja untuk
dapat menuju kearah mampu memikul sendiri seringkali menimbulkan
masalah tersendiri bagi remaja. Karena tuntutan peningkatan tanggung
jawab ini tidak hanya datang dari orang tua atau anggota keluarganya
melainkan juga dari masyarakat sekitarnya, maka tidak jarang masyarkat
juga terbawa-bawa menjadi masalah bagi remaja. Melihat fenomena yang
sring terjadi dalam masyrakat yang seringkali juga menunjukkan adanya
kontradiksi dengan nilai-nilai moral yang mereka ketahui, maka tidak
jarang juga remaja mulai meragukan tentang apa yang disebut baik atau
buruk. Akibatnya, remaja seringkali ingin membentuk nilai-nilai mereka
sendiri yang mereka anggap benar, baik dan pantas untuk dikembangkan
dikalangan mereka sendiri. Lebih-lebih jika orang tua atau orang dewasa
sekitarnya ingin memaksakan nilai-nilainya agar dipatuhi oleh remaja
tanpa disertai dengan alasan yang masuk akal menurut mereka atau bahkan
orang tua atau orang dewasa menunjukkan prilaku yang tidak konsisten
dengan nilai-nilai yang dipaksakannya itu.
4. Periode Remaja Akhir
Selama periode ini remaja memandang dirinya sebagai orang dewasa dan
mulai mampu menunjukkan pemikiran, sikap, dan perilaku yang makin
dewasa. Oleh sebab itu, orang tua dan masyarakat mulai memberikan
kepercayaan yang selayaknya kepada mereka. Interaksi dengan orang tua
juga menjadi semakin bagus dan lancar karena mereka sudah semakin
8

memiliki kebebasan yang relative terkendali dan emosinya pun mulai


stabil. Pilihan arah hidup sudah semakin jelas dan mulai mampu
mangambil pilihan serta keputusan tentang arah hidupnya secara lebbih
bijaksana meskipun belum bias secara penuh. Mereka juga mulai memilih
cara-cara hidup yang dapat dipertanggungjawabkan terhadap dirinya
sendiri, orang tua, dan masyarakat.
Perkembagan emosi seseorang pada umunya tampak jelas pada
perubahan tingkah lakunya, perkembngan emosi remaja juga demikian
halnya. Menurut Mohammad Asrori (2005), ada sejumlah factor yang
mempengaruhi perkembngan emosi remaja, yaitu sebagai berikut :
a. Perubahan Jasmani
Perubahan jasmani yang ditunjukkan dengan adanya pertumbuhan
yang sangat cepat dari anggota tubuh. Pada taraf permulaan
pertumbuhan ini hanya terbatas pada bagian-bagian tertentu saja yang
mengakibatkan postur tubuh menjadi tidak seimbang.
Ketidakseimbangan tubuh ini sering mempunyai akibat yang tidak
terduga pada perkembangan emosi remaja. Tidak setiap remaja dapat
menerima perubahan kondisi tubuh seperti itu, lebih-lebih jika
perubahan tersebut menyangkut perubahan kulit yang manjadi kasar
dan penuh jerawat. Hormon-hormon tertentu mulai berfungsi sejalan
dengan perkembangan alat kelaminnya sehingga dapat menyebabkan
rangsangan didalam tubuh remaja dan seringkali menimbulkan
masalah dalam perkembangan emosinya.
b. Perubahan Pola Interaksi dengan Orang Tua
Pola asuh orang tua terhadap anak, termasuk remaja, sangat bervariasi.
Ada yang pola asuhnya menurut apa yang dianggap terbaik oleh
dirinya sendiri saja sehingga ada yang bersaifat otoriter, memanjakan
anak, acuh tak acuh, tetapi ada juga yang dengan penuh cinta kasih.
Perbedaan pola asuh orang tua yang seperti ini dapat berpengaruh
terhadap perbedaan perkembangan emosi remaja. Cara memberikan
hukuman mislnya, kalau dulu anak dipukul karena nakal, pada remaja
cara semacam itu justru dapat menimbulkan ketegangan yang lebih
berat antara remaja dengan orang tuanya.
9

Pemberontakan terhadap orang tua menunjukkan bahwa mereka berada


dalam konflik dan ingin melepaskan diri dari pengawasan orang tua.
Mereka tidak merasa puas kalau tidak pernah sama sekali
menunjukkan perlawanan terhadap orang tua karena ingin
menunjukkan seberapa jauh dirinya telah berhasil menjadi orang yang
lebih dewasa. Jika mereka berhasil dalam perlawanan terhadap orang
tua sehingga menjadi marah, mereka pun belum merasa puas karena
orang tua tidak menunjukkan pengertian yang mereka inginkan.
Keadaan semacam ini sangat berpengaruh terhadap perkembaangan
emosi remaja.
c. Perubahan Interaksi denganTeman Sebaya
Remaja seringkali membangun interaksi sesama teman sebayanya
secara khas dengan cara berkumpul untuk melakukan aktivitas
bersama dengan membentuk semacam geng. Interaksi antar anggota
dalam suatu kelompok geng biasanya sangat intens serta memiliki
kohesivitas dan solidaritas sangat tinggi. Pembentukan kelompok
dalam bentuk geng seperti ini sebaiknya diusahakan terjadi pada masa
remaja awal saja karena biasanya bertujuan positif, yaitu untuk
memenuhi minat mereka bersama. Usahakan dapat menghindarkan
membentuk kelompok secara geng itu ketika sudah memasuki masa
remaja tengah atau remaja akhir. Pada masa ini para anggotanya
biasanya membutuhkan teman-teman untuk melawan otoritas atau
melakukan perbuatan yang tidak baik atau bahkan kejahatan bersama.
Faktor yang sering menimbulkan masalah emosi pada masa ini adalah
hubungan cinta dengan lawan jenis. Pada masa remaja tengah,
biasanya remaja benar-benar mulai jatuh cinta dengan teman lawan
jenisnya. Gejala ini sebenarnya sehat bagi remaja, tetapi tidak jarang
juga menimbulkan konflik atau gangguan emosi pada remaja jika tidak
diikuti bimbingan dari orang tua atau orang lebih dewasa. Oleh sebab
itu, tidak jarang orang tua justru merasa tidak gembira atau bahkan
cemas ketika anak remajanya jatuh cinta. Gangguan emosional yang
mendalam dapat terjadi ketika cinta remaja tidak terjawab atau karena
10

pemutusan hubungan cinta dari satu fihak sehingga dapat


menimbulkan kecemasan bagi orang tua dan bagi remaja itu sendiri.
d. Perubahan pandangan Luar
Faktor pentingyang dapat mempengaruhi perkembanngan emosi
remaja selainh perubahan-perubahan yang terjadi dalam diri remaja itu
sendiri adalah pandangan dunia luar dirinya. Ada sejumlah perubahan
pandangan dunia luar yang dapat menyebabkan konflik-konflik
emosional dalam diri remaja, yaitu Sikap dunia luar terhadap remaja
yang tidak konsisten. Kadang-kadang mereka dianggap sudah dewasa,
tetapi mereka tidak mendapat kebebasan penuh atau peran yang wajar
sebagaimana orang dewasa. Seringkali mereka masih dianggap anak
kecil sehingga berakibat timbulnya kejengkelan pada diri remaja.
Kejengkelan yang mendalam dapat berubah menjadi tingkah laku
emosional. Dunia luar atau masyarakat masih menerapkan nilai-nilai
yang berbeda untuk remaja laki-laki dan perempuan. Kalau remaja
laki-laki memiliki teman banyak perempuan, mereka mendapat
predikat “ popular “ dan mendatangkan kebanggaan. Sebaliknya
apabila remaja putri mempunyai banyak teman laki-laki sering
dianggap tidak baik atau bahkan mendapat predikat yang kurang baik
juga. Penerapan nilai yang berbeda semacam ini jika tidak disertai
dengan pemberian pengertian secara bijaksana dapat menyebabkan
remaja bertingkah laku emosional.
Seringkali kekosongan remaja dimanfaatkan oleh fihak luar yang tidak
bertanggung jawab yaitu dengan cara melibatkan remaja tersebut ke
dalam kegiatan-kegiatan yang merusak dirinya dan melanggar nilai-
nilai moral; seperti : penyalahgunaaan obat terlarang, minum-minuman
keras, atau tindak kriminal dan kekerasan. Perlakuan dunia luar
semacam ini akan sangat merugikan bagi perkembangan emosi remaja.
e. Perubahan Interaksi dengan sekolah
Pada masa anak-anak, sebelum menginjak remaja, sekolah merupakan
suatu tempat pendidikan yang amat diidealkan oleh mereka. Para guru
merupakan tokoh yang sangat penting dalam kehidupan karena selain
tokohintelektual, guru juga merupakan tokoh otoritas bagi para peserta
11

didiknya. Oleh karena itu tidak jarang naka-anak lebih percaya, lebh
patuh, bahkak lebuh takut kepada guru ketimbang kepada orang
tuanya. Posisi gru semacam ini sangat startegis bila digunakan untuk
pengembangan emosi anak melalui penyampaiian niai-nilai luhur,
positif dan kontsruktif.
Dalam menuju pembaharuan para remaja sering terbentur pada nilai-
nilai yang tidak dapat mereka terima atau yang sama sekali
bertentengnan dengan nilai-nilai yang menarik bagi mereka. Pada saat
ini timbullah idealisme untuk mengubah lingkungannya. Idealisme
seperti ini tentunya tidak boleh diremehkan dengan anggaapan bahwa
semuanya akan muncul kalau mereka nanti sudah dewasa. Sebab,
idealisme yang dikecewakan dapat berkembang menjadi tingkah laku
emosional yang destruktif. Sebaliknya kalau remaja berhasil diberikan
penyaluran yang positif untuk mengembangkan idealismenya akan
sangat bermanfaat bagi pengembangan leih lanjut sampai mereka
memasuki masa dewasa.

2.4 Pengaruh Emosi Terhadap Perilaku Individu


Emosi sangat berpengaruh bagi kita khusunya remaja dalam kehidupan
pergaulannya, baik yang tampak langsung berupa tingkahlaku maupun yang
tersembunyi. Menurut Djawad Dahlan (2007:115), ada beberapa pengaruh
emosi terhadap prilaku individu diantaranya sebagai berikut :
1. Memperkuat semangat, apabila orang merasa senang atau puas atas hasil
yang dicapai.
2. Melemahkan semangat, apabila timbul rasa kecewa karena kegagalan dan
sebagai puncak dari keadaan ini ialah timbulnya rasa putus asa (frustasi).
3. Menghambat atau mengganggu konsentrasi belajar, apabila sedang
mengalami ketegangan emosi dan biasa juga menimbulkan sikap gugup
(nervous)
4. Terganggunya penyesuiaan sosial, apabila terjadi rasa cemburu dan iri hati

5. Suasana emosional yang diterima dan dialami individu semasa kecilnya


akan mempengaruhi sikapnya di kemudian hari, baik terhadap dirinya
sendiri maupun terhadap orang lain.
12

Dengan kata lain, semakin baik kondisi emosi seseorang, maka semakin
baik pula prilaku yang dimunculkan oleh individu tetsebut.
2.5 Upaya Mengembangkan Emosi Remaja Dan Implikasinya Bagi Pendidikan
Upaya Mengembangkan Emosi Remaja Dan Implikasinya Bagi
Pendidikan dapat dilakukan. Intervensi pendidikan untuk mengembangkan
emosi remaja agar dapat berkembang kearah memiliki kecerdasan emosional,
salah satu diantaranya menggunakan intervensi yang dikemukakan oleh W.T
Grant Consortium, dalam Asrori (2005:113-114), tentang “ Unsur-unsur Aktif
Program Pencegahan”, yaitu sebagai berikut :
1. Pengembangan Keterampilan Emosional
Cara yang dapat dilakukan untuk mengembangkan keterampilan
emosional individu adalah :
a. Mengidentifikasi dan memberi nama-nama atau label-label perasaan.
b. Mengungkapkan perasaan.
c. Menilai intensitas perasaan
d. Mengelola perasaan.
e. Menunda pemuasan
f. Mengendalikan dorongan hati
g. Mengurangi stress
h. Memahami perbedaan antara perasaan dan tindakan.
2. Pengembangan Keterampilan Kognitif
a. Belajarlah melakukan dialog batin sebagai cara untuk menghadapi dan
mengatasi suatu masalah atau memperkuat perilaku diri sendiri.
b. Belajarlah membaca dan menafsirkan isyarat-isyarat sosial; misalnya:
mengenali pengaruh sosial terhadap perilaku dan melihat diri sendiri
dalam perspektif masyarakat yang lebih luas.
c. Belajarlah menggunakan langkah-langkah penyelesaian masalah dan
pengambilan keputusan; misalnya :mengendalikan dorongan hati,
menentukan sasaran, mengidentifikasi tindakan-tindakan alternatif,
dan memperhitungkan akibat-akibat yang mungkin timbul.
d. Belajarlah memahami sudut pandang orang lain (empati).
e. Belajarlah memahami sopan santun, yakni perilaku mana yang dapat
diterima dan mana yang tidak.
f. Belajarlah bersikap positif terhadap kehidupan.
g. Belajarlah mengembangkan kesadaran diri; misalnya mengembangkan
harapan-harapan yang realistis tentang diri sendiri.
3. Pengembangan Keterampilan Prilaku
13

Cara yang dapat dilakukan untuk mengembangkan keterampilan perilaku


individu adalah :
a. Belajar keterampilan komunikasi non-verbal;misalnya:
berkomunukasi melalui hubungan pandangan mata, ekspresi wajah,
gerak-gerik, posisi tubuh, dan sejenisnya.
b. Belajarlah keterampilan komunikasi verbal; misalnya: mengajukan
permintaan-permintaan dengan jelas, mendeskripsikan sesuatu kepada
orang lain derngan jelas, menanggapi kritik secara efektif, menolak
pengaruh negative, mendengarkan orang lain, ikut serta dalam
kelompok-kelompok kegiatan positif yang banyak menggunakan
komunikasi verbal dan sejenisnya.

2.6 Tingkah laku sosial pada priode remaja


Menurut Hurlock, 1980 ada berbagai macam kekhususan tingkah laku
social remaja yang penting untuk dipahami, yaitu :
1. Ketertarikan terhadap lawan jenis. Hal ini merupakan suatu perubahan
hubungn social yang menonjol pada periode remaja. Ketertarikan
terhadap lawan jenis dapat dilihat dari kegembiraan dalam kelompok
anggota yang yang kelompok anggotanya heterogan, yaitu terdiri dari
pria dan wanita yang sebelumnya remaja menyukai berkelompok dengan
anggota kelompok yang homogen, yaitu terdiri wanita sama wanita pria
sama pria. Adda beberapa criteria yang harus dimiliki remaja untuk dapat
menjadi popular diantaranya penampilan fisik yang menarik ( pria
dengan bentuk tubuh gagah dan wanita dengan wajah yang menawan dan
tubuh yang seimbang, sikap yang tenang namun periang, dan penuh
perhatian)
2. Kemandirian bertingkah laku social. Tingkah laku lainnya yang
berkembang pada priode remaja adalah tingkah laku social yang mandiri,
artinya remaja memilih dan menentukan sendiri dengan siapa dia akan
berteman. Karena remaja berusaha mandiri dalam bersosialisasi maka
diharpkan remaja dapat mengambil keputusan tingkah laku yang tepat
14

dalam menghadapi orang-orang yang baru dalam situasi yang baru, dan
semua ini memerlukan proses belajar.
3. Kesenangan berkelompok. Hidup berkelompok teman sebaya merupakan
kebutuhan pada masa remaja. (Hurlock, 1980).
a. Kelompok temen dekat. Kelompok ini muncul pada masa remaja awal
atau puber yang terdiri dari dua atau tiga orang teman dekat dengan
jenis kelain yang sama. Dalam kelompok terjadi saling membantu
pemecahan masalah, berbagai rasa aman namun tidak jarang terjadi
pertengkaran, tapi mereka akan rukun kembali.
b. Kelompok kecil. Teman yang dipilih cenderung yang sama minat dan
sama pandangan dalam memahami permasalahan hidup.
c. Kelompok besar. Kelompok ini terbentuk sejalan dengn peningkatan
aktivitas remaja itu seperti kegiatan rekreasi, acara-acara kesenian,
olah raga, dll.
d. Kelompok terorganisasi. Merupakan kelompok pemuda yang
terorganisir oleh orang dewasa untuk tujuan pembinaan terhadap
remaja. Kegiatannya diarahkan kepada kegiatan yang bermanfaat bagi
perkembangan remaja itu sendiri maupun masyarakat.
e. Kelompok Geng. Kelompok ini beranggotakan remaja yang ditolak
atau tidak puas dalam kelompok terorganisasi, lalu menggabungkan
diri menjadi kelompok yang disebut geng.

2.7 Hubungan Remaja dengan Orangtuanya


1. Pengawasan Orang Tua
Menurut gauvain & Parke (dalam Santrock 2012:443). Aspek kunci
dari peran manajerial parenting di masa remaja adalah secara efektif
mengawasi perkembangan remaja. Pengawasan mencangkup mengawasi
pilihan remaja seperti aktivitas, teman-temannya, serta pendidikan mereka.
Kurangnya pengawasan orang tua cenderung berakibat timbulnya
kenakalan remaja.
2. Otonomi dan Kelekatan
Pada permulaan remaja, rata-rata individu tidak memiliki
pengetahuan untuk membuat keputusan yang tepat atau matang di semua
15

bidang kehidupan. Ketika remaja didorong untuk meraih otonomi, orang


dewasa yang bijaksana akan mengurangi kendali dalam bidang-bidang di
mana remaja dapat mengambil keputusan yang masuk akal. Orang dewasa
tetap membimbing mereka untuk mengambil keputusan di bidang-bidang
dimana pengetahuan remaja masih terbatas. Secara bertahap, remaja
memperoleh kemampuan untuk mengambil keputusan yang matang secara
mandiri.
Menurut Steinberg dan Lerner (dalam Dewi & Valentina, 2013:182)
“Kemandirian merupakan kemampuan individu untuk bertingkah laku
secara seorang diri dan merupakan bagian dari pencapaian otonomi diri
pada remaja”.Nguyen (dalam Dewi & Valentina, 2013:182) “Proses
perkembangan kemandirian memiliki dampak pada kehidupan remaja
termasuk proses perubahan hubungan orangtua anak.” Perbedaan gender
turut memberi ciri pada perolehan otonomi. Remaja laki-laki lebih
dibiarkan mandiri dibandingkan remaja perempuan.
Hair, dkk (dalam Santrock, 2012:444) berpendapat bahwa meskipun
remaja beranjak kearah kemandirian, mereka masih perlu menjalin relasi
dengan keluarganya. Orangtua terkadang masih ingin memegang kendali
atas kehidupan anak sepenuhnya padahal di satu sisi remaja ingin
mendapat kebebasan untuk dapat menjadi pribadi yang lebih mandiri dan
bertanggung jawab.
Ainsworth (dalam Dewi & Valentina, 2013:183), kelekatan memberi
sumbangan terhadap perkembangan manusia sepanjang hidupnya melalui
dukungan emosional dan rasa kedekatan, dalam hal ini adalah dari
orangtua terhadap remaja. Jadi ketika remaja belajar untuk menjalin
hubungan dengan orang diluar keluarganya, dukungan dari keluarga akan
memampukan remaja untuk lebih percaya diri dan terbuka terhadap orang
lain.
3. Konflik Orang Tua-Remaja
Remaja juga masih merupakan bagian dari sebuah keluarga. Sistem
dalam keluarga membantu dan membentuk remaja untuk lebih memahami
16

siapa dirinya. Allen (dalam Santrock, 2012:445) menyebutkan orangtua


memainkan peranan penting dalam perkembangan remaja. Konflik yang
terjadi sehari-hari antara orangtua dan remaja menjadi sebuah ciri
hubungan yang positif, saat perselisihan kecil dan negosiasi yang terjadi
dapat memfasilitasi transisi dari remaja yang bergantung pada orangtua
menjadi individu yang mandiri.
Sullivan, 1980 (dalam Santrock, 2012:445) mengatakan
bahwa konflik dengan orang tua sering kali meningkat diremaja awal,
kemudian menurun ketika remaja mencapai usia 17 hingga 20 tahun.
Relasi orang tua dengan anak remajanya menjadi lebi positif ketika remaja
meninggalkan rumah untuk berkuliah dibandingkan jika mereka masih
tinggal di rumah bersama orang tua.
Hubungan orangtua-remaja diungkapkan oleh Santrock (2012:445-
446) dalam bentuk model lama dan model baru. Model lama menunjukkan
ketika beranjak dewasa, remaja memisahkan diri dari orangtua dan masuk
ke dunia kemandirian yang terpisah dari orangtua. Selain itu, model lama
juga menunjukkan bahwa konflik yang terjadi antara orangtua-remaja
sangat kuat dan penuh tekanan. Berbeda dengan model lama, model baru
menekankan bahwa orangtua menjadi figur lekat yang penting dan sebagai
sistem pendukung saat remaja mengeksplorasi dunia sosial yang lebih luas
dan kompleks.Dukungan dari orangtua dapat dirasakan bila remaja
memiliki hubungan emosional yang kuat dengan orangtua. Hubungan
emosional tentu tidak terbentuk begitu saja melainkan sudah terbentuk dari
awal masa bayi yang terjadi antara anak dengan pengasuhnya atau figur
lekatnya.

2.8 Kenakalan Remaja


1. Pengertian
Kenakalan remaja meliputi semua perilaku yang menyimpang dari norma-
norma hukum pidana yang dilakukan oleh remaja. Perilaku tersebut akan
merugikan dirinya sendiri dan orang-orang di sekitarnya. Menurut
Santrock Kenakalan remaja merupakan kumpulan dari berbagai perilaku
17

remaja yang tidak dapat diterima secara sosial hingga terjadi tindakan
kriminal.
2. Penyebab
Ulah para remaja yang masih dalam tarap pencarian jati diri sering sekali
mengusik ketenangan orang lain. Kenakalan-kenakalan ringan yang
mengganggu ketentraman lingkungan sekitar seperti sering keluar malam
dan menghabiskan waktunya hanya untuk hura-hura seperti minum-
minuman keras, menggunakan obat-obatan terlarang, berkelahi, berjudi,
dan lain-lainnya itu akan merugikan dirinya sendiri, keluarga, dan orang
lain yang ada disekitarnya.
Cukup banyak faktor yang melatar belakangi terjadinya kenakalan remaja.
Berbagai faktor yang ada tersebut dapat dikelompokkan menjadi faktor
internal dan faktor eksternal. Berikut ini penjelasannya secara ringkas:
a. Faktor Internal
1) Krisis identitas
Perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja memungkinkan
terjadinya dua bentuk integrasi. Pertama, terbentuknya perasaan
akan konsistensi dalam kehidupannya. Kedua, tercapainya identitas
peran. Kenakalan remaja terjadi karena remaja gagal mencapai
masa integrasi kedua.
2) Kontrol diri yang lemah
Remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah
laku yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima akan
terseret pada perilaku 'nakal'. Begitupun bagi mereka yang telah
mengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun tidak bisa
mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah laku sesuai dengan
pengetahuannya.
b. Faktor Eksternal
1) Kurangnya perhatian dari orang tua, serta kurangnya kasih sayang
Keluarga merupakan unit sosial terkecil yang memberikan fondasi
primer bagi perkembangan anak. Sedangkan lingkungan sekitar
dan sekolah ikut memberikan nuansa pada perkembangan anak.
Karena itu baik-buruknya struktur keluarga dan masyarakat sekitar
memberikan pengaruh baik atau buruknya pertumbuhan
kepribadian anak.
18

Keadaan lingkungan keluarga yang menjadi sebab timbulnya


kenakalan remaja seperti keluarga yang broken-home, rumah
tangga yang berantakan disebabkan oleh kematian ayah atau
ibunya, keluarga yang diliputi konflik keras, ekonomi keluarga
yang kurang, semua itu merupakan sumber yang subur untuk
memunculkan delinkuensi remaja.
2) Minimnya pemahaman tentang keagamaan
Dalam kehidupan berkeluarga, kurangnya pembinaan agama juga
menjadi salah satu faktor terjadinya kenakalan remaja. Dalam
pembinaan moral, agama mempunyai peranan yang sangat penting
karena nilai-nilai moral yang datangnya dari agama tetap tidak
berubah karena perubahan waktu dan tempat. Pembinaan moral
ataupun agama bagi remaja melalui rumah tangga perlu dilakukan
sejak kecil sesuai dengan umurnya karena setiap anak yang
dilahirkan belum mengerti mana yang benar dan mana yang salah,
juga belum mengerti mana batas-batas ketentuan moral dalam
lingkungannya. Karena itu pembinaan moral pada permulaannya
dilakukan di rumah tangga dengan latihan-latihan, nasehat-nasehat
yang dipandang baik.
Maka pembinaan moral harus dimulai dari orang tua melalui
teladan yang baik berupa hal-hal yang mengarah kepada perbuatan
positif, karena apa yang diperolehdalam rumah tangga remaja akan
dibawa ke lingkungan masyarakat. Oleh karena itu pembinaan
moral dan agama dalam keluarga penting sekali bagi remaja untuk
menyelamatkan mereka dari kenakalan dan merupakan cara untuk
mempersiapkan hari depan generasi yang akan datang, sebab
kesalahan dalam pembinaan moral akan berakibat negatif terhadap
remaja itu sendiri. Pemahaman tentang agama sebaiknya dilakukan
semenjak kecil, yaitu melalui kedua orang tua dengan cara
memberikan pembinaan moral dan bimbingan tentang keagamaan,
agar nantinya setelah mereka remaja bisa memilah baik buruk
perbuatan yang ingin mereka lakukan sesuatu di setiap harinya.
19

Kondisi masyarakat sekarang yang sudah begitu mengagungkan


ilmu pengetahuan mengakibatkan kaidah-kaidah moral dan tata
susilayang dipegang teguh oleh orang-orang dahulu menjadi
tertinggal di belakang. Dalam masyarakat yang telah terlalu jauh
dari agama, kemerosotan moral orang dewasa sudah lumrah terjadi.
Kemerosotan moral, tingkah laku dan perbuatan –perbuatan orang
dewasa yang tidak baik menjadi contoh atau tauladan bagi anak-
anak dan remaja sehingga berdampak timbulnya kenakalan remaja.
3) Pengaruh dari lingkungan sekitar
Pengaruh budaya barat serta pergaulan dengan teman sebayanya
yang sering mempengaruhinya untuk mencoba dan akhirnya malah
terjerumus ke dalamnya. Lingkungan adalah faktor yang paling
mempengaruhi perilaku dan watak remaja. Jika dia hidup dan
berkembang di lingkungan yang buruk, moralnya pun akan seperti
itu adanya. Sebaliknya jika ia berada di lingkungan yang baik
maka ia akan menjadi baik pula.
Di dalam kehidupan bermasyarakat, remaja sering melakukan
keonaran dan mengganggu ketentraman masyarakat karena
terpengaruh dengan budaya barat atau pergaulan dengan teman
sebayanya yang sering mempengaruhi untuk mencoba.
Sebagaimana diketahui bahwa para remaja umumnya sangat
senang dengan gaya hidup yang baru tanpa melihat faktor
negatifnya, karena anggapan ketinggalan zaman jika tidak
mengikutinya.
4) Tempat pendidikan
Tempat pendidikan, dalam hal ini yang lebih spesifiknya adalah
berupa lembaga pendidikan atau sekolah. Kenakalan remaja ini
sering terjadi ketika anak berada di sekolah dan jam pelajaran yang
kosong. Belum lama ini bahkan kita telah melihat di media adanya
kekerasan antar pelajar yang terjadi di sekolahnya sendiri. Ini
adalah bukti bahwa sekolah juga bertanggung jawab atas kenakalan
dan dekadensi moral yang terjadi di negeri ini.
3. Akibat
20

Akibat-akibat yang ditimbulkan oleh kenakalan remaja antara lain:


a. Bagi diri remaja itu sendiri
Akibat dari kenakalan yang dilakukan oleh remaja akan berdampak
bagi dirinya sendiri dan sangat merugikan baik fisik dan mental,
walaupun perbuatan itu dapat memberikan suatu kenikmatan akan
tetapi itu semua hanya kenikmatan sesaat saja. Dampak bagi fisik yaitu
seringnya terserang berbagai penyakit karena gaya hidup yang tidak
teratur.
Sedangkan dampak bagi mental yaitu kenakalan remaja tersebut akan
mengantarnya kepada mental-mental yang lembek, berfikir tidak stabil
dan kepribadiannya akan terus menyimpang dari segi moral yang pada
akhirnya akan menyalahi aturan etika dan estetika. Dan hal itu kan
terus berlangsung selama remaja tersebut tidak memiliki orang yang
membimbing dan mengarahkan.
b. Bagi keluarga
Anak merupakan penerus keluarga yang nantinyadapat menjadi tulang
punggung keluarga apabila orang tuanya tidak mampu lagi bekerja.
Apabila remaja selaku anak dalam keluarga berkelakuan menyimpang
dari ajaran agama, akan berakibat terjadi ketidakharmonisan di dalam
kekuarga dan putusnya komunikasi antara orang tua dan anak.
Tentunya hal ini sangat tidak baik karena dapat mengakibatkan remaja
sering keluar malam dan jarang pulang serta menghabiskan waktunya
bersama teman-temannya untuk bersenang-senang dengan jalan
minum-minuman keras atau mengkonsumsinarkoba. Pada akhirnya
keluarga akan merasa malu dan kecewa atas apa yang telah dilakukan
oleh remaja. Padahal kesemuanya itu dilakukan remaja hanya untuk
melampiaskan rasa kekecewaannya terhadap apa yang terjadi dalam
keluarganya.
c. Bagi lingkungan masyarakat
Apabila remaja berbuat kesalahan dalam kehidupan masyarakat,
dampaknya akan buruk bagi dirinya dan keluarga. Masyarakat akan
menganggap bahwa remaja itu adalah tipe orang yang sering membuat
keonaran, mabuk-mabukan ataupun mengganggu ketentraman
21

masyarakat. Mereka dianggap anggota masyarakat yang memiliki


moral rusak, dan pandangan masyarakat tentang sikap remaja tersebut
akan jelek. Untuk merubah semuanya menjadi normal kembali
membutuhkan waktu yang lama dan hati yang penuh keikhlasan.
4. Penanganan
Dari berbagai faktor dan permasalahan yang terjadi di kalangan remaja
masa kini sebagaimana telah disebutkan di atas, maka tentunya ada
beberapa solusi yang tepat dalam pembinaan dan perbaikan remaja masa
kini. Kenakalan remaja dalam bentuk apapun mempunyai akibat yang
negatif baik bagi masyarakat umum maupun bagi diri remaja itu sendiri.
Tindakan penanggulangan kenakalan remaja dapat dibagi dalam:
a. Tindakan Preventif
Usaha pencegahan timbulnya kenakalan remaja secara umum dapat
dilakukan melalui cara berikut:
1) Mengenal dan mengetahui ciri umum dan khas remaja.
2) Mengetahui kesulitan-kesulitan yang secara umum dialami oleh
para remaja. Kesulitan-kesulitan mana saja yang biasanya menjadi
sebab timbulnya pelampiasan dalam bentuk kenakalan.

Usaha pembinaan remaja dapat dilakukan melalui:


1) Menguatkan sikap mental remaja supaya mampu menyelesaikan
persoalan yang dihadapinya.
2) Memberikan pendidikan bukan hanya dalam penambahan
pengetahuan dan keterampilan melainkan pendidikan mental dan
pribadi melalui pengajaran agama, budi pekerti dan etiket.
3) Menyediakan sarana-sarana dan menciptakan suasana yang optimal
demi perkembangan pribadi yang wajar.
4) Memberikan wejangan secara umum dengan harapan dapat
bermanfaat.
5) Memperkuat motivasi atau dorongan untuk bertingkah laku baik
dan merangsang hubungan sosial yang baik.
6) Mengadakan kelompok diskusi dengan memberikan kesempatan
mengemukakan pandangan dan pendapat para remaja dan
memberikan pengarahan yang positif.
22

7) Memperbaiki keadaan lingkungan sekitar, keadaan sosial keluarga


maupun masyarakat di mana banyak terjadi kenakalan remaja.
Sebagaimana disebut di atas, bahwa keluarga juga mempunyai
andil dalam membentuk pribadi seorang remaja. Jadi untuk memulai
perbaikan, maka harus mulai dari diri sendiri dan keluarga. Mulailah
perbaikan dari sikap yang paling sederhana, seperti selalu berkata
jujur meski dalam gurauan, membaca doa setiap melakukan hal-hal
kecil, memberikan bimbingan agama yang baik kepada anak dan
masih banyak hal lagi yang bisa dilakukan oleh keluarga. Memang
tidak mudah melakukan dan membentuk keluarga yang baik, tetapi
semua itu bisa dilakukan dengan pembinaan yang perlahan dan sabar.
Dengan usaha pembinaan yang terarah, para remaja akan
mengembangkan diri dengan baik sehingga keseimbangan diri yang
serasi antara aspek rasio dan aspek emosi akan dicapai. Pikiran yang
sehat akan mengarahkan para remaja kepada perbuatan yang pantas,
sopan dan bertanggung jawab yang diperlukan dalam menyelesaikan
kesulitan atau persoalan masing-masing.Usaha pencegahankenakalan
remaja secara khusus dilakukan oleh para pendidik terhadap kelainan
tingkah laku para remaja. Pendidikan mental di sekolah dilakukan
oleh guru, guru pembimbing dan psikolog sekolah bersama dengan
para pendidik lainnya. Usaha pendidik harus diarahkan terhadap
remaja dengan mengamati, memberikan perhatian khusus dan
mengawasi setiap penyimpangan tingkah laku remaja di rumah dan di
sekolah.
Sekolah adalah lembaga pendidikan formal yang memiliki
pengaruh kuat terhadap perkembangan remaja. Ada banyakhal yang
bisa dilakukan pihak sekolah untuk memulai perbaikan remaja, di
antaranya melakukan program “monitoring” pembinaan remaja
melalui kegiatan-kegiatan keagamaan, kegiatan ekstrakurikuler yang
ada di sekolah dan penyelenggaraan berbagai kegiatan positif bagi
remaja.
b. Tindakan Represif
23

Usaha menindak pelanggaran norma-norma sosial dan moral dapat


dilakukan dengan mengadakan hukuman terhadap setiap perbuatan
pelanggaran. Dengan adanya sanksi tegas pelaku kenakalan remaja
tersebut, diharapkan agar nantinya si pelaku tersebut “jera” dan tidak
berbuat hal yang menyimpang lagi. Oleh karena itu, tindak lanjut harus
ditegakkan melalui pidana atau hukuman secara langsung bagi yang
melakukan kriminalitas tanpa pandang bulu.
Sebagai contoh,remaja harus mentaati peraturan dan tata cara yang
berlaku dalam keluarga. Disamping itu perlu adanya semacam
hukuman yang dibuat oleh orangtua terhadap pelanggaran tata tertib
dan tata cara keluarga. Pelaksanaan tata tertib harus dilakukan dengan
konsisten. Setiap pelanggaran yang sama harus dikenakan sanksi yang
sama. Sedangkan hak dan kewajiban anggota keluarga mengalami
perubahan sesuai dengan perkembangan dan umur.
Di lingkungan sekolah, kepala sekolahlah yang berwenang dalam
pelaksanan hukuman terhadap pelanggaran tata tertib sekolah. Dalam
beberapa hal, guru juga berhak bertindak. Akan tetapi hukuman yang
berat seperti skorsing maupun pengeluaran dari sekolah merupakan
wewenang kepala sekolah. Guru dan staf pembimbing bertugas
menyampaikan data mengenai pelanggaran dan kemungkinan-
kemungkinan pelanggaran maupun akibatnya. Pada umumnya
tindakan represif diberikan dalam bentuk memberikan peringatan
secara lisan maupun tertulis kepada pelajar dan orang tua, melakukan
pengawasan khusus oleh kepala sekolahdan tim guru atau pembimbing
dan melarang bersekolah untuk sementara waktu (skors) atau
seterusnya tergantung dari jenis pelanggaran tata tertib sekolah.
c. Tindakan Kuratif dan Rehabilitasi
Tindakan ini dilakukan setelah tindakan pencegahan lainnya
dilaksanakan dan dianggap perlu mengubah tingkah laku pelanggar
remaja itu dengan memberikan pendidikan lagi. Pendidikan diulangi
melalui pembinaan secara khusus yang sering ditangani oleh suatu
lembaga khusus maupun perorangan yang ahli dalam bidang ini.
24

Solusi internal bagi seorang remaja dalam mengendalikan kenakalan


remaja antara lain:
1) Kegagalan mencapai identitas peran dan lemahnya kontrol diri bisa
dicegah atau diatasi dengan prinsip keteladanan. Remaja harus bisa
mendapatkan sebanyak mungkin figur orang-orang dewasa yang
telah melampaui masa remajanya dengan baik juga mereka yang
berhasil memperbaiki diri setelah sebelumnya gagal pada tahap ini.
2) Adanya motivasi dari keluarga, guru, teman sebaya untuk
melakukan point pertama.
3) Remaja menyalurkan energinya dalam berbagai kegiatan positif,
seperti berolahraga, melukis, mengikuti event perlombaan, dan
penyaluran hobi.
4) Remaja pandai memilih teman dan lingkungan yang baik serta
orangtua memberi arahan dengan siapa dan di komunitas mana
remaja harus bergaul.
5) Remaja membentuk ketahanan diri agar tidak mudah terpengaruh
jika ternyata teman sebaya atau komunitas yang ada tidak sesuai
denganharapan.
25

BAB III
PENUTUP

3.1 kesimpulan
Setiap remaja memiliki sosial emosional berbeda tergantung peran
orang tua, lingkungan serta masyarakat dalam siklus hidup remaja,
perngertian Perkembangan sosial-emosional remaja adalah suatu perubahan
progresif organisme dalam konteks ini adalah remaja awal yang telah
mengalami masa pubertas, mulai berpikir tentang sekitar atau sekelilingnya
(konteks sosial) dan mengekspresikan emosinya baik dalam tingkah laku atau
tidak.Perkembangan sosial-emosional lebih mengarah pada hubungan
seseorang dengan orang lain. Hubungan ini berkembang karena adanya
dorongan rasa ingin tahu terhadap segala sesuatu yang ada di dunia
sekitarnya. Hal ini diartikan sebagai cara-cara individu bereaksi terhadap
orang-orang di sekitarnya dan bagaimana pengaruh terhadap dirinya, dari
pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa perkembangan emoisonal remaja
berubah seiring siklus hidup remaja itu sendiri. Di usia remaja pendidikan
menjadi sangat penting untuk membekali remaja ke kehidupan yang lebih
lanjut, biasanya di usia ini pemberontakan sering terjadi, sehingga jika
orangtua menerapkan pola asuh yang salah maka remaja bisa terjerumus
dalam bahaya dunia luar. Kenakalan remaja marak terjadi dikalangan
pergaulan remaja karena danyak factor internal maupun eksternal yang
melandasinya.

3.2 Saran
Perkembangan social emosional pada anak harus dipantau dengan berpacu
pada siklus hidup remaja, karena remaja adalah masa kritis seorang dimana
banyak faktor-faktor yang masuk baik positif maupun negative, sehingga kita
sebagai tenaga kesehatan harus paham dengan tentang siklus hidup remaja
dan perkembangan sisoal emosional pada remaja.
26

DAFTAR PUSTAKA

Asrori, 2005. Perkembangan Peserta Didik. Malang: Wineka Media.


Ali, M. & Asrori, M. 2004. Psikologi Remaja, Perkembangan Peserta Didik.
Jakarta: Bumi Aksara.

Dahlan, M. D. 2007. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung:


Remaja Rosdakarya.
Dewi, A. A. A, & Valentina, T. D. (2012). Hubungan Kelekatan Orantua-Remaja
dengan Kemandirian pada Remaja di Smkn 1 Denpasar. Jurnal
Psikologi Udayana, 1(1): 181-189.
Hurlock & Elizabeth, B. 1980. Developmental Phsychology. New York: McGraw-
Hill Book Company

Kartini Kartono, Kenakalan Remaja, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1998).
27

LAMPIRAN

1. Penanya Shofiatul
Pertanyaan :
Salah satu penyebab kenakalan remaja adalah krisis identitas. Tolong di
jelaskan!

Dijawab oleh Abidah


Jawaban:
Identity vs Role Confusion ( Identitas vs Kebingungan Peran, 12-18 tahun)
Pada tahap ini seorang anak remaja akan mencoba banyak hal untuk
mengetahui jati diri mereka sebenarnya, dan biasanya anak akan mencari
teman yang memiliki kesamaan dengan dirinya untuk melewati hal
tersebut.
Jika anak dapat menjalani berbagai peran baru dengan positif dan
dukungan orang tua, maka identitas yang positif juga akan tercapai. Akan
tetapi jika anak kurang mendapat bimbingan dan mendapat banyak
penolakan dari orang tua terkait berbagai peranannya, maka ia bisa jadi
akan mengalami kebingungan identitas serta ketidak yakinan terhadap
hasrat serta kepercayaan dirinya

2. Penanya Wedha
Pertanyaan :
Ada beberapa faktor yg mempengaruhi perkembangan emosi remaja, salah
satunya perubahan jasmani. Apa maksud perubahan itu menpengaruhi
emosi remaja?

Dijawab oleh Septi

Jawaban:
Pada taraf permulaan pertumbuhan ini hanya terbatas pada bagian-bagian
tertentu saja yang mengakibatkan postur tubuh menjadi tidak seimbang.
Ketidakseimbangan tubuh ini sering mempunyai akibat yang tidak terduga
28

pada perkembangan emosi remaja. Tidak setiap remaja dapat menerima


perubahan kondisi tubuh seperti itu, lebih-lebih jika perubahan tersebut
menyangkut perubahan kulit yang manjadi kasar dan penuh jerawat.
Hormon-hormon tertentu mulai berfungsi sejalan dengan perkembangan
alat kelaminnya sehingga dapat menyebabkan rangsangan didalam tubuh
remaja dan seringkali menimbulkan masalah dalam perkembangan
emosinya.
3. Penanya Pravita
Pertanyaan:
Dari faktor eksternal yg menyebabkan terjadinya kenakalan remaja salah
satunya adalah pengaruh dari lingkungan sekitar. Menurut kelompok anda
seberapa besar pengaruh hal tersebut terhadap remaja?

Dijawab oleh Cintya

Jawaban:
Pengaruh budaya barat serta pergaulan dengan teman sebayanya yang
sering mempengaruhinya untuk mencoba dan akhirnya malah terjerumus
ke dalamnya. Lingkungan adalah faktor yang paling mempengaruhi
perilaku dan watak remaja. Jika dia hidup dan berkembang di lingkungan
yang buruk, moralnya pun akan seperti itu adanya. Sebaliknya jika ia
berada di lingkungan yang baik maka ia akan menjadi baik pula.

Di dalam kehidupan bermasyarakat, remaja sering melakukan keonaran


dan mengganggu ketentraman masyarakat karena terpengaruh dengan
budaya barat atau pergaulan dengan teman sebayanya yang sering
mempengaruhi untuk mencoba. Sebagaimana diketahui bahwa para remaja
umumnya sangat senang dengan gaya hidup yang baru tanpa melihat
faktor negatifnya, karena anggapan ketinggalan zaman jika tidak
mengikutinya.
29

4. Penanya Maharani
Pertanyaan:
Bagaimana cara mencegah dan mengurangi kenalan remaja agar remaja
menjadi remaja yang berkualitas?

Dijawab oleh Hayyu


Jawaban:
Kenakalan remaja merupakan gejala patologi pada kaum remaja yang
diakibatkan karena bentuk pengabaian social sehingga memunculkan
bentuk perilaku-perilaku menyimpang.
Cara mencegah dan mengatasinya yaitu:
a. Pembekalan agama yang cukup dimulai sejak dini.
b. Kegagalan dalam menghadapi identitas peran serta lemahnya control
diri dapat dicegah dan diatasi melalui prinsip keteladanan.
c. Lingkungan pergaulan yang tepat dan baik sehingga tidak mudah
terpengaruhi oleh pengaruh-pengaruh buruk yang diberikan teman-
teman seumuran.
d. Kondisi keluarga yang harmonis.
e. Peran orang tua dalam memberikan kasih sayang serta perhatian dalam
hal apapun.
f. Pengawasan orang tua namun tidak bersifat mengekang.
g. Pengawasan bersifat intensif yang perlu dilakukan adalah pada media
elektronik, laptop, dll.

5. Penanya Diyan
Pertanyaan:
Pada ppt tersebut pandangan luar murapakan salah satu faktor eksternal
yang dapat mempengaruhi perkembangan emosi remaja. Jelaskan
pandangan luar seperti apa yang dimaksud?
30

Dijawab oleh Quratul Aini


Jawaban:
Pengaruh budaya barat serta pergaulan dengan teman sebayanya yang
sering mempengaruhinya untuk mencoba dan akhirnya malah terjerumus
ke dalamnya. Lingkungan adalah faktor yang paling mempengaruhi
perilaku dan watak remaja. Jika dia hidup dan berkembang di lingkungan
yang buruk, moralnya pun akan seperti itu adanya. Sebaliknya jika ia
berada di lingkungan yang baik maka ia akan menjadi baik pula.

Di dalam kehidupan bermasyarakat, remaja sering melakukan keonaran


dan mengganggu ketentraman masyarakat karena terpengaruh dengan
budaya barat atau pergaulan dengan teman sebayanya yang sering
mempengaruhi untuk mencoba. Sebagaimana diketahui bahwa para remaja
umumnya sangat senang dengan gaya hidup yang baru tanpa melihat
faktor negatifnya, karena anggapan ketinggalan zaman jika tidak
mengikutinya.

6. Penanya Putri Amalia


Pertanyaan:

Apa saja cara yang dapat dilakukan untuk mengembangkan ketrampilan


emosional pada remaja?
Dijawab oleh Selma
Jawaban:
Cara yang dapat dilakukan untuk mengembangkan keterampilan
emosional individu adalah :

a. Mengidentifikasi dan memberi nama-nama atau label-label perasaan.


b. Mengungkapkan perasaan.
c. Menilai intensitas perasaan
d. Mengelola perasaan.
e. Menunda pemuasan
f. Mengendalikan dorongan hati
31

g. Mengurangi stress
h. Memahami perbedaan antara perasaan dan tindakan.

7. Penanya Putri Amanda


Pertanyaan:

Bagaimana peran orang tua dalam perkembangan sosio emosional pada


remaja?

Dijawab oleh Tenny


Jawaban:
Konflik Orang Tua-Remaja
Remaja juga masih merupakan bagian dari sebuah keluarga. Sistem dalam
keluarga membantu dan membentuk remaja untuk lebih memahami siapa
dirinya. Allen (dalam Santrock, 2012:445) menyebutkan orangtua
memainkan peranan penting dalam perkembangan remaja. Konflik yang
terjadi sehari-hari antara orangtua dan remaja menjadi sebuah ciri
hubungan yang positif, saat perselisihan kecil dan negosiasi yang terjadi
dapat memfasilitasi transisi dari remaja yang bergantung pada orangtua
menjadi individu yang mandiri.
Sullivan, 1980 (dalam Santrock, 2012:445) mengatakan bahwa konflik
dengan orang tua sering kali meningkat diremaja awal, kemudian menurun
ketika remaja mencapai usia 17 hingga 20 tahun. Relasi orang tua dengan
anak remajanya menjadi lebi positif ketika remaja meninggalkan rumah
untuk berkuliah dibandingkan jika mereka masih tinggal di rumah bersama
orang tua.
Hubungan orangtua-remaja diungkapkan oleh Santrock (2012:445-446)
dalam bentuk model lama dan model baru. Model lama menunjukkan
ketika beranjak dewasa, remaja memisahkan diri dari orangtua dan masuk
ke dunia kemandirian yang terpisah dari orangtua. Selain itu, model lama
juga menunjukkan bahwa konflik yang terjadi antara orangtua-remaja
sangat kuat dan penuh tekanan. Berbeda dengan model lama, model baru
32

menekankan bahwa orangtua menjadi figur lekat yang penting dan sebagai
sistem pendukung saat remaja mengeksplorasi dunia sosial yang lebih luas
dan kompleks.Dukungan dari orangtua dapat dirasakan bila remaja
memiliki hubungan emosional yang kuat dengan orangtua. Hubungan
emosional tentu tidak terbentuk begitu saja melainkan sudah terbentuk dari
awal masa bayi yang terjadi antara anak dengan pengasuhnya atau figur
lekatnya.

8. Penanya Shinta N.
Pertanyaan:
Krisis kasih sayang dari orang tua dapat menimbulkan kenakalan remaja.
Apa yang menyebabkan hal trrsebut bisa terjadi?

Dijawab oleh Aurora


Jawaban:
Keluarga merupakan unit sosial terkecil yang memberikan fondasi primer
bagi perkembangan anak. Sedangkan lingkungan sekitar dan sekolah ikut
memberikan nuansa pada perkembangan anak. Karena itu baik-buruknya
struktur keluarga dan masyarakat sekitar memberikan pengaruh baik atau
buruknya pertumbuhan kepribadian anak.

Keadaan lingkungan keluarga yang menjadi sebab timbulnya kenakalan


remaja seperti keluarga yang broken-home, rumah tangga yang berantakan
disebabkan oleh kematian ayah atau ibunya, keluarga yang diliputi konflik
keras, ekonomi keluarga yang kurang, semua itu merupakan sumber yang
subur untuk memunculkan delinkuensi remaja.
33

9. Penanya Nadya
Pertanyaan:
Jelaskan peran bidan dalam memberikan pengertian kepada orang tua
mengenai perubahan emosional pada masa remaja!

Dijawab oleh Eldiya


Jawaban:
Bidan memberikan penjelasan pada orang tua bahwa masa remaja adalah
masa kritis dimana banyak menerima informasi baik maupun buruk. Jika
orang tua tidak berperan dalam pola kehidupan anaknya maka informasi
yang diserap akan mempengaruhi emosi remaja tersebut sehingga orang
tua harus tau faktor eksternal maupun internal penyebab perubahan
emosional pada remaja. Sehingga orang tua dapat memantau
perkembangan emosional anak remaja tersebut agar tidak terjerumus kea
rah yang salah.
10. Penanya Devi Indah
Pertanyaan:

Jelaskan mengenai berbagai cara dalam menangani kasus kenakalan


remaja!
Dijawab oleh Laela
Jawaban:
Tindakan penanggulangan kenakalan remaja dapat dibagi dalam:

a. Tindakan Preventif

Usaha pencegahan timbulnya kenakalan remaja secara umum dapat


dilakukan melalui cara berikut:

Mengenal dan mengetahui ciri umum dan khas remaja.

Mengetahui kesulitan-kesulitan yang secara umum dialami oleh para


remaja. Kesulitan-kesulitan mana saja yang biasanya menjadi sebab
timbulnya pelampiasan dalam bentuk kenakalan.
34

Usaha pembinaan remaja dapat dilakukan melalui:

Menguatkan sikap mental remaja supaya mampu menyelesaikan persoalan


yang dihadapinya.

Memberikan pendidikan bukan hanya dalam penambahan pengetahuan


dan keterampilan melainkan pendidikan mental dan pribadi melalui
pengajaran agama, budi pekerti dan etiket.

Menyediakan sarana-sarana dan menciptakan suasana yang optimal demi


perkembangan pribadi yang wajar.

Memberikan wejangan secara umum dengan harapan dapat bermanfaat.

Memperkuat motivasi atau dorongan untuk bertingkah laku baik dan


merangsang hubungan sosial yang baik.

Mengadakan kelompok diskusi dengan memberikan kesempatan


mengemukakan pandangan dan pendapat para remaja dan memberikan
pengarahan yang positif.

Memperbaiki keadaan lingkungan sekitar, keadaan sosial keluarga maupun


masyarakat di mana banyak terjadi kenakalan remaja.

b. Tindakan Represif

Usaha menindak pelanggaran norma-norma sosial dan moral dapat


dilakukan dengan mengadakan hukuman terhadap setiap perbuatan
pelanggaran. Dengan adanya sanksi tegas pelaku kenakalan remaja
tersebut, diharapkan agar nantinya si pelaku tersebut “jera” dan tidak
berbuat hal yang menyimpang lagi. Oleh karena itu, tindak lanjut harus
ditegakkan melalui pidana atau hukuman secara langsung bagi yang
melakukan kriminalitas tanpa pandang bulu.
35

Sebagai contoh,remaja harus mentaati peraturan dan tata cara yang berlaku
dalam keluarga. Disamping itu perlu adanya semacam hukuman yang
dibuat oleh orangtua terhadap pelanggaran tata tertib dan tata cara
keluarga. Pelaksanaan tata tertib harus dilakukan dengan konsisten. Setiap
pelanggaran yang sama harus dikenakan sanksi yang sama. Sedangkan hak
dan kewajiban anggota keluarga mengalami perubahan sesuai dengan
perkembangan dan umur.

Di lingkungan sekolah, kepala sekolahlah yang berwenang dalam


pelaksanan hukuman terhadap pelanggaran tata tertib sekolah. Dalam
beberapa hal, guru juga berhak bertindak. Akan tetapi hukuman yang berat
seperti skorsing maupun pengeluaran dari sekolah merupakan wewenang
kepala sekolah. Guru dan staf pembimbing bertugas menyampaikan data
mengenai pelanggaran dan kemungkinan-kemungkinan pelanggaran
maupun akibatnya. Pada umumnya tindakan represif diberikan dalam
bentuk memberikan peringatan secara lisan maupun tertulis kepada pelajar
dan orang tua, melakukan pengawasan khusus oleh kepala sekolahdan tim
guru atau pembimbing dan melarang bersekolah untuk sementara waktu
(skors) atau seterusnya tergantung dari jenis pelanggaran tata tertib
sekolah.

c. Tindakan Kuratif dan Rehabilitasi

Tindakan ini dilakukan setelah tindakan pencegahan lainnya dilaksanakan


dan dianggap perlu mengubah tingkah laku pelanggar remaja itu dengan
memberikan pendidikan lagi. Pendidikan diulangi melalui pembinaan
secara khusus yang sering ditangani oleh suatu lembaga khusus maupun
perorangan yang ahli dalam bidang ini.

Anda mungkin juga menyukai