Tentang
Disusun Oleh:
Suci Melisa Fitri (2214070182)
DOSEN PENGAMPU:
Marta Suhendra, M.Pd
PEMBAHASAN
Salah satu periode dalam perkembangan adalah masa remaja. Kata remaja
(adolescence) berasal dari kata adolescere (Latin) yang berarti tumbuh ke arah
kematangan (Muss, 1968 dalam Sarwono, 2011: h.11). Istilah kematangan di sini
meliputi kematangan fisik maupun sosial-psikologis.
Pada tahun 1974, WHO memberikan definisi konseptual tentang remaja, yang
meliputi kriteria biologis, psikologis, dan sosial ekonomi. Menurut WHO (Sarwono,
2011), remaja adalah suatu masa dimana:
Masa remaja adalah masa datangnya pubertas(11-14) sampai usia sekitar 18 tahun,
masa transisi dari kanak-kanak ke dewasa. Ada sejumlah alasan untuk ini :
Beberapa kesulitan atau bahaya yang mungkin di alami kaum remaja, antara lain:
a. Keterlibatan dalam hubungan sosial pada masa remaja lebih mendalam dan secara
emosional lebih intim dibandingkan dengan pada masa kanak-kanak.
2
b. Jaringan sosial sangat luas, meliputi jumlah orang yang semakin banyak dan jenis
hubungan yang berbeda (misalnya dalam hubungan dengan teman sekolah untuk
menyelesaikan tugas kelompok, berinteraksi dengan pimpinan dalam cara yang
penuh penghormatan).
Pada masa remaja, krisis yang terjadi disebut sebagai krisis antara identitas
versus kekaburan identitas. Krisis menunjukkan perjuangan untuk memperoleh
keseimbangan antara mengembangkan identitas individu yang unik dengan “fitting-
in” (kekaburan peran tentang “siapa saya”, “apa yang akan dan harus saya lakukan
dan bagaimana caranya”, dan sebagainya). Jika remaja berhasil mengatasi krisis dan
memahami identitas dirinya, maka ia akan dengan mudah membagi “dirinya” dengan
orang lain dan mampu menyesuaikan diri (well-adjusted), dan pada akhirnya ia akan
dapat dengan bebas menjalin hubungan dengan orang lain tanpa kehilangan identitas
dirinya. Sebaliknya, jika remaja gagal mengatasi krisis, ia akan tidak yakin tentang
dirinya, sehingga akan terpisah dari hubungan sosial, atau bisa jadi justru
mengembangkan perasaan berlebih-lebihan tentang pentingnya dirinya dan kemudian
mengambil posisi sebagai ekstremis. Jika ia masuk pada kondisi ini, maka ia tidak
akan mampu menjadi orang dewasa yang matang secara emosi.
Perkembangan Emosi
Beberapa ciri perkembangan emosional pada masa remaja adalah: (Zeman, 2001)
o Memiliki kapasitas untuk mengembangkan hubungan jangka panjang, sehat,
dan berbalasan. Kemampuan ini akan diperoleh jika individu memiliki dasar
yang telah diperoleh dari perkembangan sebelumnya, yaitu trust, pengalaman
positif di masa lalu, dan pemahaman akan cinta.
o Memahami perasaan sendiri dan memiliki kemampuan untuk menganalisis
mengapa mereka merasakan perasaan dengan cara tertentu.
o Mulai mengurangi nilai tentang penampilan dan lebih menekankan pada nilai
kepribadian.
o Setelah memasuki masa remaja, individu memiliki kemampuan untuk
mengelola emosinya. Ia telah mengembangkan kosa kata yang banyak
sehingga dapat mendiskusikan, dan kemudian mempengaruhi keadaan
emosional dirinya maupun orang lain. Faktor lain yang berperan secara
signifikan dalam pengaturan emosi yang dilakukan remaja adalah
meningkatnya sensitivitas remaja terhadap evaluasi yang diberikan orang lain
Perilaku Berisiko
Depresi juga meningkatkan perilaku berisiko pada remaja. Tindakan tersebut seperti
mengemudi sembarangan atau ugal-ugalan, melakukan hubungan seks bebas, atau
terlibat dalam aktivitas ilegal. Konsekuensi dari tindakan ini sering kali dapat
menghancurkan sekaligus mengubah hidup remaja.
Seperti halnya dengan semua periode yang penting selama rentang kehidupan,
masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakannya dengan periode sebelum
dan sesudahnya. Ciri-ciri tersebut akan diterangkan secara singkat di bawah ini.
Pada periode remaja, baik akibat langsung maupun akibat jangka panjang tetap
penting. Ada periode yang penting karena akibat fisik dan ada lagi karena akibat
psikologis. Pada periode remaja kedua-duanya sama-sama penting.
Dalam setiap periode peralihan, status individu tidaklah jelas dan terdapat
keraguan akan peran yang harus dilakukan. Pada masa ini, remaja bukan lagi seorang
anak dan juga bukan orang dewasa. Kalau remaja berperilaku seperti anak-anak, iya akan
diajari untuk “bertindak sesuai umurnya”.
Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja sejajar dengan tingkat
perubahan fisik.
D. Minat dan Perubahan Moral Remaja
MINAT REMAJA
Dalam kebudayaan Amerika saat ini tidak ada minat ini minat remaja yang bersifat
universal adapun sebabnya adalah minat remaja bergantung pada seks. Inteligensi,
lingkungan mana ia hidup, kesempatan untuk mengembangkan minat, minat teman
sebaya, status dalam kelompok sosial, kemampuan bawaan, minat keluarga, dan banyak
faktor lain. Karena anak perempuan diharapkan berperilaku feminin dan anak laki-laki
diharapkan makulin, tidaklah mengherankan bahwa minat anak perempuan sangat
berbeda dari minat anak laki-laki selama masa remaja.
Dalam masa remaja, minat yang dibawa dari masa kanak-kanak cenderung berkurang
dan diganti oleh minat yang lebih matang. Juga karena tanggung yang lebih besar yang
harus dipikul oleh masa remaja yang lebih tua dan berkurangnya waktu yang dapat
digunakan sesuka hati, maka remaja yang lebih besar terpaksa harus membatasi
minatnya, terutama di bidang rekreasi.
Meskipun terdapat banyak ragam minat, namun ada minat tertentu yang hampir
universal dalam kebudayaan Amerika masa kini sekalipun terdapat perbedaan satu bagian
daerah ke bagian ini dan perbedaan kelas sosial di dalam tiap-tiap bidang minat. Semua
remaja muda sedikit banyak memiliki minat dan ia juga memiliki minat-minat khusus
tertentu yang terdiri dari berbagai kategori, yang terpenting di antaranya adalah minat
rekreasi, minat sosial, minat pribadi, minat pada pendidikan, minat pada pekerjaan, minat
pada agama dan minat pada simbol status.
Minat Rekreasi
Selama masa-masa remaja, remaja cenderung menghentikan aktivitas rekreasi yang
menuntut banyak pengorbanan tenaga dan berhenti dari perkembangan kesukaan akan
rekreasi yang di dalamnya ia bertindak sebagai pengamat yang pasif. Pada awal masa
remaja, aktivitas permainan dari tahun-tahun sebelumnya beralih dan diganti dengan
bentuk rekreasi yang baru dan lebih matang. Berangsur-angsur bentuk permainan yang ke
kanak-kanakan menghilang dan menjelang awal masa remaja pola rekreasi individual
hampir sama dengan pola akhir masa remaja dan awal masa dewasa.
Banyaknya rekreasi yang dikuti remaja juga sangat dipengaruhi Oleh derajat
kepopulerannya. Karena banyak jenis rekreasi yang memerlukan partisipasi kelompok
sebaya, maka remaja yang tidak mempunyai klik dan yang mempunyai sedikit teman
terpaksa memusatkan perhatian pada bentuk rekreasi yang bisa dilakukan sendiri saja.
kotak 8-4 menguraikan beberapa bentuk rekreasi yang digemari remaja. bandingkan
dengan kegiatan-kegiatan bermain pada awal masa akhir masa kanak-kanak.
Minat Sosial
Minat yang bersifat sosial bergantung pada kesempatan yang diperoleh remaja untuk
mengembangkan minat tersebut pada kepopulerannya dalam kelompok. Seorang remaja
yang status sesiokonomis keluarganya rendah, misalnya, mempunyai sedikit kesempatan
untuk mengembangkan minat pada peserta pesta-pesta dan dansa dibanding dengan
remaja dengan latar belakang keluarganya yang lebih baik. Begitu pula, remaja yang
tidak populer akan mempunyai minat sosial yang terbatas. Namun demikian, ada
beberapa minat sosial ter tentu yang hampir bersifat universal di antara remaja Amerika
saat ini, tujuh di antaranya diuraikan da-lam Kotak 8-5.
Minat-minat Pribadi
Minat pada diri sendiri merupakan minat yang Terkuat di kalangan kawula muda.
Adapun sebab-sebab nya adalah bahwa mereka sadar bahwa dukungan Sosial sangat
besar dipengaruhi oleh penampilan Diri dan mengetahui bahwa kelompok sosial menilai
dirinya benda-benda yang dimiliki. Berdasarkan haknya uang yang keanggotaan sosial
dan kemandirian, sekolah, Ini adalah ”simbol status” yang wibawa remaja di antara
teman-teman sebaya dan memperbesar kesempatan untuk memperoleh dukungan sosial
yang lebih besar.
Bila prestasi yang baik diharapkan memberi kepuasan bagi remaja, maka
prestasi itu mencakup bidang-bidang yang penting bagi kelompok sebaya dapat
menimbulkan harga diri dalam pandangan kelompok sebaya. Misalnya, kalau teman-
teman menaruh minat pada keberhasilan akademis, maka nilai-nilai akademis yang
tinggi akan merupakan prestasi yang memuaskan. Tetapi sebaliknya, bila prestasi
tidak dihubungkan dengan nilai akademis yang baik melainkan dengan keberhasilan
dalam atletik maka prestasi akademis tidak memuaskan bagi remaja (129,167).
Para remaja cenderung bercita-cita tinggi yang tidak realistis. Oleh karena itu,
mereka sering kali tidak memperoleh kepuasan dari prestasi. Dengan prestasi yang
sama mereka akan memperoleh kepuasan bila cita-cita mereka lebih realistis. Kalau
mereka gagal mencapai apa yang diinginkan, maka apa yang mereka capai tidak
mendatangkan ke-puasan.
Keinginan yang kuat untuk mandiri berkembang pada awal masa remaja dan
mencapai puncaknya menjelang periode ini berakhir. Ini menimbulkan banyak dengan
orang tua dan orang-rang dewasa lainnya mengikuti kehendak orang Maka tua
dibandingkan dengan anak laki-laki, mereka Para remaja dapat membebaskan diri
dari yang Mencapai sasaran/tujuan, biasanya pertentang Yang terjadi jarang dibarengi
sikap memberontak (8,49).
Minat Pendidikan
Pada umumnya remaja muda suka mengeluh tentang sekolah dan tentang larangan-
larangan, pekerjaan rumah, kursus-kursus wajib, makanan di kantin, dan cara pengelolaan
sekolah. Mereka bersikap kritis terhadap guru-guru dan cara guru mengajar.Ini sudah
merupakan “mode,” Remaja muda yang ingin menjadi populer di antara mengajar teman-
teman sebaya harus menghindari kesan bahwa ia “pandai.” Hal ini terutama berlaku bagi
remaja perempuan karena hanya sedikit wibawa yang dihubungkan dengan prestasi
akademik dibandingkan dengan remaja laki-laki. Meskipun demikian, sebagian besar
remaja muda dapat menyesuaikan di dengan baik di sekolah, baik dengan masalah-mas-
lah akademik maupun sosial dan diam-diam mereka menyukainya.
Besarnya minat remaja. Sangat dipengaruhi oleh minat mereka pada peker Terhadap
pendidikan Jan. Kalau remaja mengharapkan pekerjaan yang Menuntut pendidikan tinggi
dianggap sebagai batu loncatan. Maka pendidikan akan Lebih menaruh minat pada
pelajaran-pelajaran yang nantinya akan berguna dalam Biasanya remaja Yang dipilihnya.
Seperti remaja bidang pekerjaan dan kehidupan sosial muda, remaja yang berhasil dalam
tugas-tugaskan batu loncatan sama dengan pentingnya banyak faktor yang
mempengaruhi sikap tugas-remaja yang lebih besar pada pendidikan.
Ada tiga macam remaja yang tidak berminat pada pendidikan dan biasanya
membenci sekolah pertama, remaja yang orang tuanya memiliki cita-cita yang tidak
realistik terhadap prestasi akademik, atletik atau prestasi sosial yang terus menerus
mendesak untuk mencapai sasaran yang dikehendaki (82).Jenis kedua adalah remaja yang
kurang diterima oleh teman-teman sekelas, yang merasa tidak mengalami kegembiraan
sebagaimana dialami teman-teman sekelas dalam pelbagai ke giatanekstra kurikuler
(11).Ketiga adalah remaja yang matang lebih awal yang merasa fisiknya jauh lebih besar
dibandingkan teman-teman sekelasnya dan karena penampilannya lebih tua dari usia
yang sesungguhnya,seringkali diharapkan berprestasi lebih baik di atas kemampuannya
(33).
Para remaja yang kurang berminat pada pendidikan biasanya menunjukkan ketidak
senangan ini dalam cara-cara berikut. Mereka menjadi orang yang berprestasi rendah,
bekerja di bawah kemam-puannya dalam setiap mata pelajaran atau dalam mata pelajaran
yang tidak disukai. Ada yang membolos dan berusaha memperoleh izin dari orang tua
untuk berhenti sekolah sebelum waktunya. Ada yang berhenti sekolah setelah duduk di
kelas terakhir tanpa merasa perlu untuk memperoleh ijazah. Hal ini terutama sering
terjadi pada remaja yang matang lebih awal, yang tidak hanya memandang sekolah
sebagai sesuatu yang tidak menyenangkan tetapi juga sebagai pengalaman yang
merendahkan.
Pada akhir masa remaja, minat pada karier sering kali menjadi sumber pikiran. Seperti
diterang kan oleh Thomasbahwa,pada saat tersebut remaja belajar membedakan antara
pilihan pekerjaan yang lebih disukai dan pekerjaan yang dicita-citakan (158).Remaja
yang lebih tua lebih memikirkan apa yang akan dilakukan dan apa yang mampu
dilakukan. Semakin mereka mendengar dan membicarakan berbagai jenis pekerjaan,
semakin ia kurang yakin mengenai apa yang akan dilakukan Remaja juga memikirkan
cara untuk memperoleh pekerjaan yang diinginkan.
Remaja yang lebih tua mulai menyadari betapa besar dan tingginya biaya hidup
dan betapa kecilnya penghasilan seseorang yang baru selesai sekolah. Oleh karena itu,
remaja Selanjutnya berusaha mendekati masalah karier dengan sikap yang lebih praktis
dan lebih realistik dibandingkan dengan ketika ia masih lebih muda. Selama masa kanak-
kanak dan awal masa remaja, banyak anak laki-laki dan perempuan menilai pelbagai
macam jenis pekerjaan, seperti hukum dan kedokteran, sesuai dengan stereotip yang
disajikan dalam media massa. Menjelang dewasa, remaja mulai menilai pekerjaan-
pekerjaan tersebut menurut kemampuan, waktu dan biaya yang diperlu-kan untuk
mengikuti latihan yang diperlukan da-lam suatu pekerjaan. Meskipun martabat masih
merupakan faktor penting dalam memilih pekerjaan, namun remaja yang lebih tua lebih
memikirkan tentang otonomi, kekuasaan, dan rasa aman yang diberikan oleh pekerjaan
(115).
Karena sikap terhadap pekerjaan lambat laun menjadi lebih realistik, sebagian besar
remaja sering mengubah pandangannya tentang penjajakan ”dan mungkin bekerja
sambilan sesudah sekolah atau melakukan pekerjaan musim panas dalam bidang yang
diminati sebagai karier sepanjang hidup. Pengalaman kerja akan memberikan informasi
lebih banyak sehingga dapat dijadikan dasar dalam membuat keputusan akhir mengenai
karier.
Banyak anak mulai meragukan konsep dan keyakinan akan religiusnya pada masa
kanak-kanak dan oleh karena itu, periode remaja disebut sebagai periode keraguan
religius. Namun, Wagner berpendapat bahwa apa yang sering ditafsirkan sebagai
“keraguan religius” kenyataannya merupakan tanya-jawab religius. Menurut
Wagner(170):
Banyak remaja menyelidiki agama sebagai suatu ‘sumber dari rangsangan emosional
dan intelektual. Para pemuda ingin mempelajari agama berdasarkan pengertian
intelektual dan tidak ingin menerima-Nya secara begitu saja. Mereka meragukan agama
bukan karena ingin menjadi agnostik atau atbeis, melainkan karena mereka ingin
menerima agama sebagai sesuatu yang bermakna-berdasarkan keinginan mereka untuk
mandiri dan bebas menentukan keputusan-keputusan mereka sendiri.
Ketahui misalnya, remaja memiliki mobil sendiri segera setelah memperoleh tanda
resmi untuk mengendarai mobil; kalau keluarga memiliki rumah yang besar dalam
lingkungan yang elite dan kalau dapat membelanjakan uang tanpa harus bekerja, hal-hal
ini dapat menyatakan status sosial ekonomi yang tinggi. Anak laki-laki yang tergabung
dalam tim sekolah, Dalam olah raga yang bergengsi seperti baseball atau sepak bola,
menyatakan bahwa dirinya termasuk orang yang penting dalam kelompok sekolah (41).
Karena berkembang atau hampir menjadi dewasa mempunya arti yang besar bagi semua
remaja Amerika saat ini, maka setiap jenis simbol status yang baru populer di antara
merek ini dikenal sebagai melibatkan diri dalam kenikmatan-kenikmatan yaitu bentuk
Orang remaja melibatkan diri dalam kegiatan ini karena mereka masih “terlalu muda.
Kenikmatan tabu yang paling umum dilakukan remaja Amerika untuk melambangkan
status hampir dewasa dan untuk mengidentifikasikan diri dengan Kelompok sebaya
adalah hubungan seks sebelum menikah merokok. Minum minuman keras, dan
penggunaan berbagai macam obat-obatan.
Merokok sering kali dimulai di sekolah menengah pertama, bahkan sebelumnya. Pada
saat anak duduk di sekolah menengah atas, merokok merupakan kegiatan yang meluas
dalam berbagai kegiatan sosial dan juga di daerah-daerah terlarang, seperti di halaman
sekolah. Remaja merasa dirinya harus lebih banyak menyesuaikan diri dengan norma-
norma kelompok sebaya daripada norma-norma orang dewasa atau penguasa lembaga
bila memang Ingin diidentifikasikan dengan kelompok sebaya dan tidak mau lagi
dianggap anak-anak melainkan hampir dewasa (134).
Gunakan jenis-jenis obat yang berbeda dan hubungan usia dengan pertama kali
minum anggur atau bir, minuman keras atau tembakau. Penelitian mengenai apa yang
membuat remaja mulai menggunakan obat-obatan menunjukkan Bahwa ada beberapa
alasan lain di samping nilai Simbol status obat-obatan. Banyak remaja terdorong untuk
membebaskan diri seolah, karena keinginan untuk menambah dukungan sosial
kelompoknya dengan jalan menyesuaikan diri dengan pola perilaku yang ditetapkan oleh
pemimpin, atau karena ingin untuk berpetualang (78,88,146). Bahwa banyak remaja
terdorong, untuk menggunakan obat-obat disebabkan rasa bosan ditunjukkan oleh
kenyataan bahwa penggunaan obat lebih banyak di pinggiran kota-kota dari pada di kota.
Adapun sebabnya adalah bahwa sebagian besar remaja mengeluh tidak ada yang da-Pat
dikerjakan di pinggiran kota, dan akhirnya melarikan diri ke dalam penggunaan obat-
obatan terlarang, merokok, dan minum minuman keras atau menjadi pemabuk hampir
semua remaja pernah menggunakan obat karena rasa ingin tahu atau ingin menyesuaikan
diri dengan pola perilaku yang populer di lingkungannya. Tetapi ada tipe remaja tertentu
yang Lebih dari sekedar mencoba saja menggunakan obat mereka adalah remaja yang
tidak puas dengan kondisi rumahnya masing-masing;Peroleh dukungan sosial dari
kelompok besar di sekolah; dan yang mempunyai banyak masalah, namun tidak mampu
mengatasinya secara memuaskan (71).
PERUBAHAN MORAL
Salah satu tugas perkembangan penting yang haru dikuasai remaja adalah
mempelajari apa yang diharapkan oleh kelompok dari padanya dan kemudian mau
membentuk perilakunya agar sesuai dengan harapan sosial tanpa terus dibimbing,
diawasi, didorong, dan diancam hukuman seperti yang dialami waktu anak-anak. Remaja
diharapkan mengganti konsep-konsep moral yang berlaku khusus di masa kanak-kanak
dengan prinsip moral yang berlaku umum dan merumuskannya ke dalam kode moral
yang akan berfungsi sebagai pedoman bagi perilakunya. Tidak kalah Pentingnya,
sekarang remaja harus mengendalikan Perilakunya sendiri. Yang sebelumnya menjadi
tanggung jawab orang tua dan guru .Mitchell telah meringkaskan lima perubahan dasar
dalam moral yang harus dilakukan oleh remaja Pada masa remaja, laki-laki dan
perempuan-perempuan telah mencapai apa yang oleh Piaget disebut tahap pelaksanaan
formal dalam kemampuan kognitif. Sekarang remaja mampu mempertimbangkan semua
kemungkinan untuk menyelesaikan suatu masalah dam mempertanggungjawabkan
berdasarkan berdasarkan suatu hipotesis atau proposisi. Jadi ia dapat memandang
masalahnya dari beberapa sudut pandang dan menyelesaikan dengan mengambil banyak
faktor sebagai dasar pertimbangan (121).
Ada dua kondisi yang membuat penggantian konsep moral khusus Ke dalam konsep
yang berlaku umum tentang benar dan salah yang lebih sulit dari pada yang seharusnya.
Pertama, Kurangnya Bimbingan dalam mempelajari bagaimana membuat konsep khusus
berlaku umum. Dengan percaya saja bahwa remaja telah mempelajari pokok tentang
benar dan salah, orang tua dan guru yang menekankan dalam usaha pembinaan remaja
untuk melihat hubungan antara prinsip khusus yang dipelajari sebelumnya dengan prinsip
umum yang penting untuk mengendalikan perilaku dalam Kehidupan orang dewasa.
Hanya dalam bidang baru dalam perilaku, seperti hubungan dengan anggota lawan jenis,
orang dewasa merasa perlu memberikan pendidikan moral lebih lanjut (92.)
Kondisi kedua yang membuat sulitnya pergantian konsep moral yang berlaku khusus
dengan konsep moral yang berlaku umum berhubungan dengan jenis disiplin yang
diterapkan di rumah dan di sekolah. Karena orang tua dan guru mengasumsikan bahwa
remaja mengetahui apa yang benar maka penekanan kedisiplinan hanya terletak pada
pemberian hukuman pada perilaku salah yang dianggap sengaja dilakukan. Penjelasan
mengenai alasan salah tidaknya suatu perilaku jarang ditekankan dan bahkan jarang
memberi ganjaran bagi remaja yang berperi laku benar (20,80)
Ketika memasuki masa remaja, Anak-anak tidak lagi begitu saja menerima kode
moral dari orang tua, guru, bahkan teman-teman sebaya. Sekarang ia sendiri ingin
membentuk kode moral sendiri berdasarkan konsep tentang benar dan salah yang telah
diubah dan diperbaikinya agar sesuai dengan tingkat perkembangan yang lebih matang
dan yang telah dilengkapi dengan hukum-hukum dan peraturan-peraturan yang dipelajari
dari orang tua dan gurunya. Beberapa remaja bahkan melengkapi kode moral mereka
dengan pengetahuan yang diperoleh dari pelajaran agama (90).
Pembentukan kode moral terasa sulit bagi remaja karena ketidak konsistenan dalam
konsep benar dan salah yang ditemukannya dalam kehidupan sehari-hari. Ketidak
konsistenan membuat remaja bingung dan terhalang dalam proses pembentukan kode
moral yang tidak hanya memuaskan tetapi akan membimbingnya untuk memperoleh
dukungan sosial. Lambat atau cepat sebagian besar remaja mengerti, misalnya, bahwa
teman-teman dari latar belakang sosial ekonomi, agama atau ras yang berbeda
mempunyai kode yang berbeda tentang benar dan salah; bahwa kode orang menyadari
tua dan gurunya sering kali lebih ketat dari pada Kode teman-teman sebaya; dan
sekalipun terdapat perincian peran seks tradisional yang disetujui tetapi masih tetap ada
“standar ganda’’ yang jauh lebih lunak bagi laki-laki dari pada perempuan.
Bagi anak-anak yang lebih besar berbohong merupakan hal yang buruk, namun bagi
banyak remaja “berbohong sosial atau berbohong untuk menghindari kemungkinan
menyakitkan hati orang-orang lain kadang-kadang dibenarkan. Keraguan semacam ini
juga jelas dalam sikap terhadap masalah mencontek, pada waktu remaja duduk di sekolah
menengah atas atau pendidikan tinggi. Karena hal ini sudah agak umum, remaja
menganggap bahwa teman-teman akan memautkan perilaku ini, dan membenarkan
perbuatan mencontek bila selalu ditekan untuk mencapai nilai yang baik agar dapat
diterima di sekolah tinggi dan yang akan menunjang keberhasilan dalam kehidupan sosial
dan ekonomi di masa-masa mendatang. Dengan meningkat minat pada lawan jenis,
remaja menemukan bahwa pola perilaku tertentu bagi laki-aki tidak hanya dibenarkan
tetapi juga dihargai meskipun sangat tidak dibenarkan bila dilakukan. Lagi-lagi anak-
anak yang lebih besar berbohong merupakan hal yang buruk, namun bagi banyak remaja
“berbohong sosial atau berbohong untuk menghindari kemungkinan menyakitkan hati
orang-orang lain kadang-kadang dibenarkan. Keraguan semacam ini juga jelas dalam
sikap terhadap masalah mencontek, pada waktu remaja duduk di sekolah menengah atas
atau pendidikan tinggi. Karena hal ini sudah agak umum, remaja menganggap bahwa
teman-teman akan memanfaatkan perilaku ini, dan membenarkan perbuatan mencontek
bila selalu ditekan untuk mencapai nilai yang baik agar dapat diterima di sekolah tinggi
dan yang akan menunjang keberhasilan dalam kehidupan sosial dan ekonomi di masa-
masa mendatang. Dengan meningkat minat pada lawan jenis, remaja menemukan bahwa
pola perilaku tertentu bagi laki-aki tidak hanya dibenarkan tetapi juga dihargai meskipun
sangat tidak dibenarkan bila dilakukan perempuan.
DAFTAR PUSTAKA
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PSIKOLOGI/196605162000122-HERLINA/
PERKEMBANGAN%20MASA%20REMAJA.pdf (diakses 8 September 2022)