DISUSUN OLEH:
KRISTIANTO JOHANNES
NIM : 23.3.1.1.2301
HARAPAN MALANG
2023
1
BAB 1
PENDAHULUAN
2
1.3. Tujuan Penulisan
3
BAB II
PEMBAHASAN
1
Syamssusabri, Muhammad, Konsep Dasar Pertumbuhan dan Perkembangan Peserta Didik,
Jurnal Perkembangan Peserta Didik , Volume 1, Nomor 1, Mei 2013: 1-8
2
__________, hlm 3
4
2.2. Pengertian remaja menurut para ahli
Kata remaja berasal dari kata “ adolensence “ dalam bahasa latin yang
mengandung arti : tumbuh atau menjadi dewasa.3 Arti yang lain masa
adolensence mencakup kematangan mental , emosional sosial dan fisik
( Hurlock, 1992 ). Beberapa ahli berusaha untuk mendefiniskan dan
menafsirkan masa remaja diantaranya yaitu :
2.2.1. Masa remaja merupakan suatu masa mencari hidup seksual yang
mempunyai bentuk yang definitif. Pendapat ini dikemukakan oleh
Sigmund Freud yang berfokus pada perkembangan remaja dari sisi
biologis atau perkembangan organ seksual dan keinginannya.
2.2.2. Masa remaja sebagai suatu masa pembentukan sikap – sikap
terhadap segala sesuatu yang dialami individu , dikemukakan oleh
Charlotte Buhler . Bahwa di masa remaja sedang mengalami proses
pembentukan sikap terutama remaja mulai dapat berpikir secara
logis, melakukan hipotesis terhadap situasi atau segala hal yang
dialami individu (dirinya atau orang lain )
2.2.3. Sementara Spranger berpendapat masa remaja sebagai masa
pertumbuhan dengan perubahan struktur kejiwaan yang
fundamental. Di masa remaja ini , ia sedang mengalami perubahan
– perubahan dalam jiwanya ( perasaan , pikiran dan
kehendak/kemauan ) secara mendasar . Karena di usia remaja,
sebagian besar karakter seseorang sudah mulai terbentuk secara
permanen ( fundamental )
2.2.4. Erikson berpendapat bahwa masa remaja adalah masa terjadinya
krisis identitas atau pencarian identitas diri. Kondisi inilah yang
seringkali menimbulkan berbagai konflik dalam diri remaja secara
personal maupun komunal.
2.2.5. Conger mengemukakan bahwa masa remaja merupakan masa yang
amat kritis yang mungkin dapat merupakan the best of time and the
worst of time . Situasi amat kritis menunjukkan situasi yang rawan
3
Ahyani, Latifah Nur , Astuti, Dwi, Buku Ajar Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja,
Universitas Muria Kudus, 2018, hlm 81
5
dan berbahaya apabila seorang remaja memperoleh pola asuh yang
salah dari orang tua atau lingkungan tempat dia bertumbuh.
Sebaliknya remaja akan menjadi pribadi unggul apabila berada
ditangan orang yang tepat , lingkungan bertumbuh yang baik .
4
https://www.sehatq.com/artikel/batasan-usia-remaja-dan-perubahannya-secara-fisik-dan-mental
6
2.3. Problematika yang dihadapi remaja di masa perkembangannya
Seorang remaja tidak bisa dimasukan dalam golongan anak tetapi juga
tidak bisa dimasukan dalam golongan dewasa atau tua. Kondisi inilah yang
seringkali menjadi problem tersendiri bagi orang dewasa yaitu orang tua
dan guru , karena mengalami kesulitan dalam memahami anak remaja
dengan problematika yang dihadapi.
Selain itu posisi remaja berada pada masa transisi ( peralihan ) antara anak-
anak dan dewasa dapat menyebabkan timbulnya berbagai problem dan
konflik yang terjadi dalam diri anak remaja. Di fase ini remaja mengalami
krisis identitas dan krisis jati diri ( Erikson ) di sisi yang lain berada
dalam kondisi yang amat kritis ( Conger ).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia , kata “ krisis” mengandung arti
keadaan , gawat, genting, kejadian atau dugaan yang mengancam secara
tidak terduga yang dapat mengganggu keberlangsungan individu. Krisis
identitas dan jati diri yang dialami remaja jika hal ini dibiarkan akan
berdampak buruk bagi masa depan remaja / keberlangsungan hidupnya di
masa depan. Seperti meningkatnya angka remaja putus sekolah , kenakalan
remaja : narkoba, free seks, kriminalitas remaja, perilaku vandalisme :
gangster, bullying. Keadaan ini akan mengganggu kesejahteraan
masyarakat dan kestabilan suatu bangsa.
Kata “ kritis “ berarti keadaan yang paling menentukan berhasil atau
gagalnya suatu usaha. Remaja bisa berada dalam keadaan the best time atau
the worst time (Conger ) apabila remaja tidak mendapatkan pendampingan
dan dibantu dalam mengatasi problematika hidupnya maka remaja akan
berada dalam kondisi yang terburuk dan makin terpuruk. Tetapi jika
seorang remaja mendapatkan pendampingan , asuhan , arahan yang tepat
dan terbaik maka ia akan bertumbuh menjadi pribadi yang dewasa dan
dapat mengatasi persoalan hidupnya dengan bijaksana. Selaras dengan
bunyi nats Alkitab :
Seperti anak-anak panah di tangan pahlawan, demikianlah anak-anak
pada masa muda. (Mazmur 127:4). Siapakah para pahlawan yang
dimaksud dalam nats Alkitab ini ? Mereka adalah orang – orang dewasa
7
yaitu orang tua, guru , rohaniwan yang berperan untuk mengasuh,
mendidik, mengarahkan anak muda ( remaja ) pada tujuan hidup yang
benar.
8
2.4.3. Problem yang berkaitan dengan perilaku sosial, moralitas dan
keagamaan .
Rasa kehausan sosial ( social hunger ) dalam diri remaja nampak
dari keinginannya untuk dapat diterima di lingkungan sosial
pergaulan teman sebayanya ( peer group). Sering terjadi remaja
menjadi frustasi bahkan depresi karena merasa tidak diterima /
mengalami penolakan dari teman sebaya. Akibatnya seorang remaja
menjadi minder/ rendah diri , merasa dirinya tidak berharga.
Karena remaja ingin dapat diterima oleh lingkungan teman
sebayanya , sekelompok remaja yang tidak memiliki bekal moralitas
yang baik dari keluarga serta tidak memiliki fondasi keagamaan
yang kuat akhirnya terjerumus dalam pergaulan buruk yang
merugikan dirinya dan masa depannya. Disinilah pentingnya peran
orang tua , guru bahkan rohaniwan untuk membekali anak remaja
dengan standar moralitas yang benar sesuai dengan keyakinan yang
dianutnya. Dalam iman Kristen , gereja memiliki peran penting
untuk mendidik, membentuk remaja Kristen sebagai remaja tampil
berbeda , tidak menjadi sama /serupa dengan dunia ini yaitu remaja
yang melakukan kehendak Allah , apa yang baik, yang berkenan
pada Allah dan yang sempurna ( Roma 12 : 2 )
9
kepribadian yang di tiru (idola ) sehingga remaja makin minder ,
tidak percaya akan kemampuan dirinya karena melihat dirinya tidak
sebaik dengan figur tokoh yang diidam-idamkan.
Solusi bagi remaja yang sedang mengalami krisis identitas adalah:
Remaja perlu ditunjukkan contoh nyata dari kisah orang - orang (
tokoh inspirasional ) yang semula mereka bukanlah apa-apa ( zero)
namun berkat ketekunan, kerja keras , cara memandang dan menilai
dirinya yang benar maka mereka menjadi orang - orang yang sukses
dalam kehidupannya ( hero ) . Remaja perlu disadarkan siapakah
dirinya yang sebenarnya dihadapan Tuhan sang Pencipta. Allah
tidak pernah menciptakan manusia tanpa potensi /kemampuan
dalam dirinya. Tidak perlu minder dengan kondisi dirinya saat ini,
selama remaja mau untuk berjuang lebih keras, tidak mudah
menyerah dan tekun pasti akan membuahkan hasil yang nyata.
10
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari makalah yang telah dikemukakan penulis disampaikan kesimpulan
sebagai berikut :
a. Remaja mengalami fase pertumbuhan dan perkembangan menuju
kedewasaan menjadi pribadi yang lebih baik , matang secara fisik ,
kognitif, kepribadian, sosial emosional .
b. Di fase transisi ( peralihan ) dari anak-anak menuju kedewasaan seringkali
menimbulkan berbagai macam problematika. Yang dapat bersumber dari
dirinya sendiri maupun lingkungan tempat bertumbuh.
c. Di fase perkembangan remaja yang sedang mengalami krisis (darurat )
dan kritis ( menentukan hasil ) diperlukan peran dari orang dewasa yaitu
orang tua , guru bahkan rohaniwan untuk memberikan pola asuh, pola didik
, pendampingan yang tepat terhadap remaja yang masih labil .
3.2. Saran
Janganlah kita cenderung untuk menyalahkan remaja yang sedang
menjalani fase perubahan ( transisi ) dengan dengan segala
problematikanya . Kita harus bijaksana dalam menyingkapi dan
memahami problematika yang terjadi dalam diri seorang remaja. Orang
tua dan para pendidik seharusnya memahami problematika dalam diri
seorang remaja dan mengetahui alternatif pemecahan permasalahan dalam
diri remaja sesuai dengan masa perkembangan diri remaja.
11
DAFTAR RUJUKAN
Astuti. (2018). Buku Ajar Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. In Universitas muria
Kudus. January 2019.
Falentini, F. Y., Taufik, T., & Mudjiran, M. (2013). Usaha Yang Dilakukan Siswa Dalam
Menentukan Arah Pilihan Karir Dan Hambatan-Hambatan Yang Ditemui.
Konselor, 2(1), 310–316. https://doi.org/10.24036/02013211266-0-00
Khotimah, K., Doriza, S., & Devi Artanti, G. (2015). Perbedaan Kemandirian Remaja
Berdasarkan Status Pekerjaan Ibu. Jurnal FamilyEdu, 1(2), 100–120.
Lestarina, E., Karimah, H., Febrianti, N., Ranny, R., & Herlina, D. (2017). Perilaku
Konsumtif di Kalangan Remaja. JRTI (Jurnal Riset Tindakan Indonesia), 2(2), 1–
6. https://doi.org/10.29210/3003210000
12
Wibowo, S. (2021). Konsep Dasar Pertumbuhan dan Perkembangan. Jurnal Perkembangan
https://www.sehatq.com/artikel/batasan-usia-remaja-dan-perubahannya-secara-fisik-dan-
mental, diakses pada 21 Desember 2023, jam 21.00 WIB
13