Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH PSIKOLOGI PERKEMBANGAN

Disusun untuk Memenuhi Tugas Assasment Psikologi Perkembangan pada remaja

Disusun Oleh :
Nama : Nunuk Suaibah
Nim : P1337434433369
Kelas : Sarjana Terapan Kelas Kendal

PROGRAM SARJANA TERAPAN JURUSAN KEBIDANAN


POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
TAHUN 2023
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut Santrock (2003) bahwa remaja (adolescene) diartikan sebagai
masa perkembangan transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa yang
mencakup perubahan biologis, kognitif, sosial emosional. Sedangkan menurut
Rumini dan Sundari (2004) remaja adalah peralihan dari masa anak-anak dengan
masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek atau fungsi untuk
memasuki masa dewasa.
Masa remaja adalah masa datangnya pubertas 11-14 tahun sampai usia
sekitar 18 tahun yang merupakan masa transisi dari kanak-kanak ke dewasa. Masa
ini hampir selalu merupakan masa-masa sulit bagi remaja maupun orang tuanya.
Masa perkembangan itu merupakan suatu tugas yang muncul pada periode
tertentu dalam rentang kehidupan individu, yang apabila tugas itu dapat berhasil
di tuntaskan akan membawa kebahagiaan dan kesuksesan dalam menuntaskan
tugas-tugas berikutnya, sementara apabila gagal, maka akan menyebabkan ketidak
bahagiaan pada diri individu yang bersangkutan, menimbulkan penolakan
masyarakat, dan kesulitan-kesulitan dalam menyelesaikan tugas-tugas berikutnya
(Monks, 2003).
Permasalahan yang sering muncul sering kali disebabkan ketidaktahuan
para orang tua dan pendidik tentang berbagai tuntutan psikologi ini, sehingga
perilaku mereka seringkali tidak mampu mengarahkan remaja menuju
perkembangan mereka. Bahkan tidak jarang orang tua dan pendidik mengambil
sikap yang tidak sejalan dari yang seharusnya diharapkan, sehingga semakin
mengacaukan perkembangan diri para remaja tersebut. Dengan demikian di
harapkan para orang tua dan pendidik dapat memberikan motivasi yang tepat
untuk mendorong remaja menuju pada kepenuhan dirinya (Stice dan Whitenton,
2002).
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari remaja?
2. Apa saja ciri-ciri pada remaja?
3. Apa saja tahap-tahap pada perkembangan remaja?
4. Faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan remaja?
5. Apa saja perubahan fisik dan pisikologis pada masa remaja?
6. Apa saja tugas – tugas perkembangan pada masa remaja?
7. Apa saja permasalahan pada masa remaja?
8. Bagaimana cara mengatasi masalah pada remaja?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari remaja.
2. Untuk mengetahui ciri-ciri pada remaja.
3. Untuk mengetahui tahap-tahap pada perkembangan remaja.
4. Untuk mengetahui Faktor – faktor yang mempengaruhi perkembangan remaja.
5. Untuk mengetahui perubahan fisik dan pisikologis pada masa remaja.
6. Untuk mengetahui tugas – tugas perkembangan pada masa remaja.
7. Untuk mengetahui permasalahan pada masa remaja.
8. Untuk mengetahui cara mengatasi masalah pada remaja.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Remaja
Istilah remaja berasal dari kata latin yaitu “adolescere”(kata
bendanya,adolescentia yang berarti Remaja)yang berarti tumbu/tumbuh menjadi
dewasa.
Istilah remaja,seperti yang dipergunakan saat ini,mempunyai arti yang
sangat luas mencakup kematangan mental,emosional,sosial dan fisik pandangan
ini di ungkapkan oleh Tiaget.
1. Menurut Rumini dan Sundari (2004), remaja adalah peralihan dari masa anak
dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek atau fungsi
untuk memasuki masa dewasa. Masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun
sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi
pria.
2. Menurut Santrock (2003), masa remaja diartikan sebagai masa perkembangan
transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis,
kognitif, dan sosial-emosional.
3. Menurut Pardede (2002), masa remaja merupakan suatu fase perkembangan yang
dinamis dalam kehidupan seorang individu.
B. Ciri-ciri Remaja
Ciri-ciri Remaja adalah sebagai berikut:
1. Pemekaran diri sendiri (extension of the self)
Ditandai dengan kemampuan seorang untuk menganggap orang atau hal lain
sebagai bagian dari diri sendiri juga. Perasaan egoisme (mementingkan diri
sendiri) berkurang sebaliknya tumbuh perasaan ikut memiliki, salah satu tanda
yang khas adalah tumbuhnya kemampuan untuk mencintai orang lain dan alam
sekitarnya. Kemampuan untuk bertenggang rasa dengan orang yang dicintainya
untuk ikut merasakan penderitaan yang dialami oleh orang yang dicintainya, ciri
lain adalah berkembangnya ego ideal berupa cita-cita, idola dan sebagainya yang
menggambarkan wujud ego (diri sendiri) di masa depan (Hurlock, 2002).
2. Kemampuan untuk melihat diri sendiri secara obyektif (self objectivication)
Ditandai dengan kemampuan untuk mempunyai wawasan tentang diri sendiri
(self insight) dan kemampuan untuk menangkap humor (sense of humor) termasuk
yang menjadikan dirinya sendiri sebagai sasaran. Dia tidak marah jika dikritik
pada saaat-saat yang yang diperlukan ia dapat melepaskan diri dari dirinya sendiri
dan meninjau dirinya sendiri sebagai orang luar (Hurlock, 2002).
3. Memiliki falsafah hidup tertentu (unifying philosophy of life)
Hal itu dapat dilakukan tanpa perlu merumuskannnya dan
mengucapkankannya dalam kata-kata. Ia tahu kedudukannnya dalam masyarakat
ia paham bagaimana seharusnya ia bertingkah laku orang seperti ini tidak lagi
mudah terpengaruh dan pendapatnya serta sikap sikapnya cukup jelas dan tegas
(Chaplin, 2004).
C. Tahap – tahap Perkembangan Remaja
Tahap-tahap perkembangan remaja menurut Stevenson (2002) adalah sebagai
berikut:
1. Periode masa pra pubertas usia 12-18 tahun
Masa pra pubertas merupakan masa peralihan dari akhir masa kanak-kanak ke
masa awal pubertas. Ciri-cirinya:
a. Anak tidak suka diperlakukan seperti anak kecil lagi
b. Anak mulai bersikap kritis
2. Masa pubertas usia 14-16 tahun merupakan masa remaja awal. Ciri-cirinya:
a. Mulai cemas dan bingung tentang perubahan fisiknya
b. Memperhatikan penampilan
c. Sikapnya tidak menentu/plin-plan
d. Suka berkelompok dengan teman sebaya dan senasib
3. Masa akhir pubertas usia 17-18 tahun merupakan peralihan dari masa pubertas ke
masa adolesen. Ciri-cirinya:
a. Pertumbuhan fisik sudah mulai matang tetapi kedewasaan psikologisnya belum
tercapai sepenuhnya
b. Proses kedewasaan jasmaniah pada remaja putri lebih awal dari remaja pria.
4. Periode remaja adolesen usia 19-21 tahun merupakan masa akhir Remaja.
Beberapa sifat penting pada masa ini adalah:
a. Perhatiannya tertutup pada hal-hal realistis
b. Mulai menyadari akan realitas
c. Sikapnya mulai jelas tentang hidup
d. Mulai nampak bakat dan minatnya
D. Aspek-aspek Perkembangan Remaja
1. Perkembangan fisik
Menurut Papalia dan Olds (2001), yang dimaksud dengan perkembangan
fisik adalah perubahan-perubahan pada tubuh, otak, kapasitas sensoris dan
ketrampilan motorik. Perubahan pada tubuh ditandai dengan pertambahan tinggi
dan berat tubuh, pertumbuhan tulang dan otot, dan kematangan organ seksual dan
fungsi reproduksi. Perubahan fisik otak sehingga strukturnya semakin sempurna
meningkatkan kemampuan kognitif.
2. Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif adalah perubahan kemampuan mental seperti belajar,
memori, menalar, berpikir, dan bahasa. Piaget mengemukakan bahwa pada masa
remaja terjadi kematangan kognitif, yaitu interaksi dari struktur otak yang telah
sempurna dan lingkungan sosial yang semakin luas untuk eksperimentasi
memungkinkan remaja untuk berpikir abstrak. Piaget menyebut tahap
perkembangan kognitif ini sebagai tahap operasi formal (Papalia & Olds, 2001).
3. Perkembangan kepribadian dan sosial
Menurut Papalia & Olds (2001) yang dimaksud dengan perkembangan
kepribadian adalah perubahan cara individu berhubungan dengan dunia dan
menyatakan emosi secara unik sedangkan perkembangan sosial berarti perubahan
dalam berhubungan dengan orang lain. Perkembangan kepribadian yang penting
pada masa remaja adalah pencarian identitas diri. Yang dimaksud dengan
pencarian identitas diri adalah proses menjadi seorang yang unik dengan peran
yang penting dalam hidup (Erikson dalam Papalia & Olds, 2001).
E. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Remaja
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan remaja adalah sebagai berikut:
1. Faktor Pribadi
Setiap anak berkepribadian khusus. Keadaan khusus pada anak bisa menjadi
sumber munculnya berbagai perilaku menyimpang. Keadaan khusus ini adalah
keadaan konstitusi, potensi, bakat, atau sifat dasar pada anak yang kemudian
melalui proses perkembangan, kematangan, atau perangsangan dari lingkungan,
menjadi aktual, muncul, atau berfungsi (Lester, 2004).
Sehubungan dengan masalah pelajaran ini, perasaan-perasaan tertekan dan
beban yang tidak sanggup dihadapi juga dapat timbul karena berbagai hal yang
lain seperti berikut ini:
a. Tuntutan dari pihak orang tua terhadap prestasi anak yang sebenarnya melebihi
kemampuan dasar yang dimiliki anak.
b. Tuntutan terhadap anak agar ia bisa memperlihatkan prestasi-prestasi seperti yang
diharapkan orang tua.
c. Tekanan dari orang tua agar anak mengikuti berbagai kegiatan, baik yang
berhubungan dengan pelajaran-pelajaran sekolah maupun kegiatan-kegiatan lain
yang berhubungan dengan pengembangan bakat dan minat.
d. Kekecewaan pada anak karena tidak berhasil memasuki sekolah atau jurusan yang
dikehendaki dan yang tidak dinetralisasikan dengan baik oleh orang tua.
Kekecewaan yang berlanjut pada penilaian bahwa harga dirinya tidak perlu
dipertahankan karena orang tua tidak mencintainya lagi.
Dari uraian di atas, dijelaskan bahwa masalah yang berkaitan dengan
masalah sekolah, masalah belajar, prestasi, dan potensi (bakat) bisa menjadi
sumber timbulnya berbagai tekanan dan frustrasi. Hal tersebut dapat
mengakibatkan reaksi-reaksi perilaku nakal atau penyalahgunaan obat terlarang
(Libert, 2003).
2. Faktor Keluarga
Keluarga adalah unit sosial yang paling kecil dalam masyarakat. Lingkungan
keluarga berperan besar karena merekalah yang langsung atau tidak langsung
terus-menerus berhubungan dengan anak, memberikan perangsangan (stimulasi)
melalui berbagai corak komunikasi antara orang tua dengan anak (Prawirosudirjo,
2003).
3. Lingkungan Sosial dan Dinamika Perubahannya
Lingkungan sosial dengan berbagai ciri khusus yang menyertainya
memegang peranan besar terhadap munculnya corak dan gambaran kepribadian
pada anak. Kesenjangan antara norma, ukuran, patokan dalam keluarga dengan
lingkungannya perlu diperkecil agar tidak timbul keadaan timpang atau serba
tidak menentu, suatu kondisi yang memudahkan munculnya perilaku tanpa
kendali, yakni penyimpangan dari berbagai aturan yang ada. (Ellis, 2001).
Lingkungan pergaulan anak adalah sesuatu yang harus dimasuki karena di
lingkungan tersebut seorang anak bisa terpengaruh ciri kepribadiannya, tentunya
diharapkan terpengaruh oleh hal-hal yang baik. Di samping itu, lingkungan
pergaulan adalah sesuatu kebutuhan dalam pengembangan diri untuk hidup
bermasyarakat. Karena itu, lingkungan sosial sewajarnya menjadi perhatian kita
semua, agar bisa menjadi lingkungan yang baik, yang bisa meredam dorongan-
dorongan negatif atau patologis pada anak maupun remaja (Santrock, 2002).
F. Perubahan Fisik dan Psikologis pada Remaja
Perubahan fisik dan psikologis pada remaja menurut Prawirosudirjo (2003)
sebagai berikut:
1. Perubahan Fisik
a. Perubahan fisik pada wanita remaja antara lain:
1) Pertumbuhan fisik lebih menonjol, tinggi dan besar badannya
2) Kulit menjadi lebih halus
3) Buah dada (payudara) membesar
4) Timbunan lemak pada bagian badan tertentu lebih banyak: pinggul, pantat,
sekitar dada, sekitar pinggang tampak kecil atau ramping
5) Suara meninggi satu oktaf
6) Tumbuh rambut pada bagian tubuh tertentu, sekitar kemaluan dan ketiak
b. Perubahan fisik pada laki-laki Remaja
1) Testil membesar
2) Tumbuh rambut pada bagian tertentu, kumis, janggut, sekitar dada, ketiak dan
sekitar kemaluan.
3) Suara menurun satu oktaf lebih rendah nadanya
4) Mimpi basah
2. Perubahan psikologis pada remaja
a. Perubahan psikologi pada wanita remaja
1) Pasif dan menerima
2) Cenderung menerima perlindungan
3) Minatnya tertuju pada hal yang sifatnya emosional dan kongkrit
4) Berusaha mengikuti dan mengenang orang lain
5) Sifatnya subyektif
b. Perubahan psikologi pada laki-laki remaja
1) Aktif memberi
2) Cenderung memberikan perlindungan
3) Minatnya tertuju pada hal-hal yang bersifat interaktual abstrak
4) Berusaha memutuskan sendiri dan ikut bicara
5) Sifatnya objektik
G. Tugas-tugas Perkembangan pada Masa Remaja
Menurut Hurlock (Dalam Ali, 2002), tugas-tugas perkembangan masa remaja,
yaitu:
1. Mampu menerima keadaan fisiknya
2. Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa
3. Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang berlainan jenis
4. Mencapai kemandirian emosional
5. Mencapai kemandirian ekonomi
6. Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat diperlukan
untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat
7. Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan orang tua
8. Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan untuk
memasuki dunia dewasa
9. Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan
10. Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan keluarga
H. Permasalahan pada Masa Remaja
Permasalahan pada masa remaja menurut Stevenson (2002) adalah sebagai
berikut:
1. Masalah dengan keluarga
Kebanyakan anak yang dalam masa remaja pasti menginginkan masa remaja
mereka ingin sempurna dan di perhatikan oleh keluarga terutama pada ayah dan
ibu. Tapi bagi sebagian mereka yang masa remajanya ingin sempurna harus
meninggalkan sedih di hati karena harus menghabiskan masa remaja mereka di
jalanan bergabung dengan mereka yang masa remajanya kurang beruntung, itu
semua terjadi karena pertengkaran yang terjadi pada orang tua dan melibatkan
anak – anak mereka yang tidak seharusnya terlibat, karena kalau orang tua
melibatkan masalah mereka kepada anaknya bisa membuat anak tersebut berpikir
yang harusnya belum dia pikirkan dan bisa membuat dia menjadi depresi.
2. Masalah percintaan
Dalam masa remaja ini kita bisa mengenal yang namanya cinta biarpun yang
di bilang itu cinta monyet, tapi gara – gara cinta bisa merusak masa remaja kita
apa lagi kalau kita semua sudah mengenal free sex (seks bebas). Dalam kalangan
remaja tidak mungkin tidak tahu yang namanya cinta, tapi inilah masalah yang
sering terjadi di saat kita hanyut dengan cinta. Kita bisa saja melakukan apa saja
untuk sampai – sampai kita bisa melupakan keluarga kita sendiri.
3. Masalah lingkungan

Lingkungan sangat berperan penting dalam masa remaja karena lingkungan


sanga mempengaruhi masa pertumbuhan remaja. Jika lingkungan yang ditempati
baik maka berdampak positif terhadap remaja itu dan sebaliknya, Jika lingkungan
yang di tempati itu buruk, maka berdampak negatif bagi perkembangan remaja.
Maka dari itu kita harus bisa menentukan mana yang baik dan yang buruk.
Cara Mengatasi Masalah Remaja
Cara mengatasi masalah remaja menurut Stevenson (2002) adalah sebagai berikut:
Masalah Keluarga
Dalam permasalahan remaja orang tua sangat berperan penting terhadap perkembangan psikologi
seorang anak, sehingga orang tua harus lebih memperhatikan perilaku seorang anak. Jadi, sebagai
orang tua kita harus lebih terbuka terhadap masalah-masalah yang ada pada keluarga, agar tercipta
kenyamanan dan keharmonisan dalam keluarga.
Masalah Percintaan
Dalam masalah percintaan remaja harus mengetahui batasan-batasan dalam berpacaran, agar tidak
terjerumus dalam pergaulan bebas (free seks). Oleh sebab itu remaja di harapkan lebih
mendekatkan diri kepada-Nya.
Masalah Lingkungan
Dalam masalah lingkungan, remaja harus bisa membatasi pergaulan dan bisa memilih mana
pergaulan yang positif dan negatif. Karena, lingkungan juga berperan penting terhadap perubahan
perkembangan remaja.
DAFTAR PUSTAKA

Crow, 2004, Educational Psychology, American Book Company, New York.


Hurlock, 2002, Developmental Psychology, McGraw Hill Book Company, Inc.,
New York.
Liebert., 2003, Development Psychology, Prentice Hall, Inc., New York.
Piaget, 2001, The Construction of Reality in the Child, Translated by Margaret
Cook, Inc., New York.
Prawirosudirjo, 2003, Menginjak Masa Remaja, Bhratara Karya Aksara, Jakarta.
Chaplin J.P, 2004, Dictionary of Psychologi, Dell Publishing Co, Inc., New
York.
Ellis, 2001, Studies in the Psychologie of Sex, Rancom House, New York.
Payne, 2002, Conception of Feminity, Brit. J.M. Psychologie, New York.
Stevenson, 2002, Psychologie des Jungmadchens, Quella dan Meyer,
Heidelburg.
Hurlock, Elizabeth B. 1980. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan
Sepanjang Rentang Kehidupan. Erlangga, Jakarta
MAKALAH PSIKOLOGI PERKEMBANGAN

Disusun untuk Memenuhi Tugas Psikologi Perkembangan pada Lansia

Disusun Oleh :
Nama : Nunuk Suaibah
Nim : P1337434433369
Kelas : Sarjana Terapan Kelas Kendal

PROGRAM SARJANA TERAPAN JURUSAN KEBIDANAN


POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
TAHUN 2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap manusia pasti mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan

mulai dari bayi sampai menjadi tua. Masa tua merupakan masa hidup manusia

yang terakhir, pada masa ini seseorang mengalami kemunduran fisik, mental

dan sosial sedikit demi sedikit sehingga tidak dapat melakukan tugasnya

sehari-hari lagi. Lansia banyak menghadapi berbagai masalah kesehatan yang

perlu penanganan segera dan terintegrasi.

Lansia atau lanjut usia adalah periode dimana manusia telah mencapai

kematangan ukuran dan fungsi. Selain itu lansia juga masa dimana seseorang

akan mengalami kemunduran seiring dengan berjalannya waktu. Ada beberapa

pendapat mengenai usia seseorang dianggap memasuki masa lansia, yaitu ada

yang menetapkan pada umur 60 tahun, 65 tahun, dan ada juga yang 70 tahun.

Santrock (2012:224) mengemukakan bahwa usia 65 tahun merupakan usia

penuaan bagi yang berlangsung secara nyata dan seseorang itu telah disebut

lansia. Menurut ilmu gerontologi orang yang berusia lebih dari 65 tahun dibagi

menjadi 3 kelompok: usia tua awal, yaitu mereka yang berusia antara 64

hingga 74 tahun; usia tua menengah yaitu mereka yang berusia antara 75

hingga 84 tahun; dan usia akhir yaitu mereka yang berusia ditas 85 tahun.

Kesehatan masing-masing berbeda dalam berbagai cara (Davison, Neale, dan

Kring, 2014:743).
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis merumuskan masalah

sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan lansia?

2. Bagaimana permasalahan psikologi lansia?

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dalam makalah ini sebagai

berikut :

1. Untuk mengetahui pengertian dari lansia.

2. Untuk mengetahui permasalahan psikologi lansia.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian lansia

Masa lanjut usia adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang.

Masa ini dimulai dari umur enam puluh tahun sampai meninggal, yang ditandai

dengan adanya perubahan yang bersifat fisik dan psikologis yang semakin

menurun. Proses menua (lansia) adalah proses alami yang disertai adanya

penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu

sama lain. Menurut Hurlock (2002), tahap terakhir dalam perkembangan ini

dibagi menjadi usia lanjut dini yang berkisar antara usia enam puluh sampai

tujuh puluh tahun dan usia lanjut yang dimulai pada usia tujuh puluh tahun

hingga akhir kehidupan seseorang. Orangtua muda atau usia tua (usia 65

hingga 74 tahun) dan orangtua yang tua atau usia tua akhir (75 tahun atau

lebih) dan orang tua lanjut (85 tahun atau lebih) dari orang-orang dewasa lanjut

yang lebih muda.

J.W. Santrock (Santrock, 2002:190) mengemukakan bahwa ada dua

pandangan tentang definisi orang lanjut usia atau lansia, yaitu menurut

pandangan orang barat dan orang Indonesia. Pandangan orang barat yang

tergolong orang lanjut usia atau lansia adalah orang yang sudah berumur 65

tahun keatas, dimana usia ini akan membedakan seseorang masih dewasa atau

sudah lanjut. Sedangkan pandangan orang Indonesia, lansia adalah orang yang

berumur lebih dari 60 tahun. Lebih dari 60 tahun karena pada umunya di

3
Indonesia dipakai sebagai usia maksimal kerja dan mulai tampaknya ciri-ciri

ketuaan.

Dari berbagai penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa lanjut usia

merupakan periode di mana seorang individu telah mencapai kemasakan dalam

proses kehidupan, serta telah menunjukan kemunduran fungsi organ tubuh

sejalan dengan waktu, tahapan ini dapat mulai dari usia 55 tahun sampai

meninggal. Tetapi bagi orang lain, periode ini adalah permulaan kemunduran.

Usia tua dipandang sebagai masa kemunduran, masa kelemahan manusiawi

dan sosial sangat tersebar luas dewasa ini. Pandangan ini tidak

memperhitungkan bahwa kelompok lanjut usia bukanlah kelompok orang yang

homogen . Usia tua dialami dengan cara yang berbeda-beda.

B. Masalah Psikologi Lansia

1. Demensia

a. Pengertian dimensia

Davison, Neale, dan Kring (2014:742) mengemukakan bahwa dimensia

merupakan istilah yang umum digunakan untuk menjelaskan kemunduran

intelektual hingga ketitik melemahkan fungsi sosial dan pekerjaan. Liftiah

(2009:218) mengemukakan bahwa demensia merupakan gangguan kognitif,

meliputi berkurangnya ingatan secara bertahap, ketidakmampuan mempelajari

informasi baru, kemampuan berkomunikasi, berpendapat, dan koordinasi

motorik. Sunberk, Winebarge, dan Taplin (2007:304) mengemukakan bahwa

demensia merupakan gangguan kompeks yang mencakup beberapa entitas


penyakit yang khas. Dimensia ditandai dengan berkurangnya fungsi kognitif

sehingga mempengaruhi kegiatan sehari hari.

b. Penyebab demensia

Sunberk, Winebarge, dan Taplin (2007:304) mengemukakan bahwa

dimensia disebabkan oleh perubahan pada otak yang tidak dapat dipulihkan

meliputi penyakit dan kematian jaringan otak. Papalia dan Feldman

(2014:242) mengemukakan bahwa dimensia timbul disebabkan oleh penyebab

fisiologis. Penyebab fisiologis utama dimensia yaitu penyakit alzheimer dan

parkinson.

c. Gejala dimensia

Davison, Neale, dan Kring (2014:743) mengemukakan bahwa simtom

utama penyakit demenisa yaitu kesulitan dalam mengingat banyak hal dan

peristiwa baru. Dimensia mengakibatkan penderitanya mengalami kesulitan

dalam memahami pemikiran abstrak, dan gangguan emosi menjadi hal umum,

termasuk simtom depresi, afek datar, dan ledakan emosional secara berkala.

Davison, Neale, dan Kring (2014:743) mengemukakan bahwa individu yang

menderita demensia memiliki kemungkinan gangguan pola bicara yang

membingungkan. Meskipun sistem motorik tetap berfungsi namun penderita

demensia mengalami kesulitan berbagai aktivitas motorik, seperti mengosok

gigi, melambaikan tangan, dan berpakaian. Davison, Neale, dan Kring

(2014:743) mengemukakan bahwa lebih dari 50 persen penderita demensia

mengalami delusi dan halusinasi.


2. Alzheimer

a. Pengertian alzheimer

Davison, Neale, dan Kring (2014:743) mengemukan bahwa alzheimer

merupakan pengklasifikasian paling umum dari dimensia. Davison, Neale, dan

Kring (2014:743) mengemukakan bahwa alzheimer istilah untuk rusaknya

jaringan otak yang tidak dapat diperbaiki. Sunberk, Winebarge, dan Taplin

(2007:304) mengemukakan bahwa penyakit alzheimer disebabkan oleh

perubahan besar pada otak yaitu pembentukan daerah yang mengeras pada

bagian otak. Plak merupakan bagian yang mengeras pada otak. Letak dari plak

mempengaruhi gejala yang muncul. Davison, Neale, dan Kring (2014:743)

mengemukakan bahwa penyakit alzheimer lebih umum terjadi pada

perempuan. Papalia dan Feldman (2014:242) mengemukakan bahwa penyakit

alzheimer secara perlahan merampas kecerdasan, keawasan, dan bahkan

kemampuan penderitanya untuk mengontrol fungsi tubuh mereka dan pada

akhirnya menyebabkan kematian.

b. Gejala alzheimer

Papalia dan Feldman (2014:243) mengemukakan bahwa gejala klasik dari

alzheimer berupa kerusakan memori, kemunduran bahasa, kekurangan dalam

pemrosesan visual dan ruangan. Salah satu gejala yang paling jelas adalah

ketidakmampuan mengingat kejadian baru atau memproses informasi baru.

Gejala lain yang cenderung muncul diawal penyakit yaitu gangguan

kepribadian secara cepat menjadi kaku, apatis, egosentris, dan kontrol emosi

yang terganggu.
Papalia dan Feldman (2014:243) mengemukakan bahwa semakin banyak

gejala yang mengikuti seperti mudah tersinggung, cemas, depresi, delusi,

delirium, dan berkeliaran, mengakibatkan kerusakan pada ingatan jangka

panjang, penilaian, konsentrasi, dan orientasi serta gangguan bicara. Individu

yang mengalami alzheimer mengalami kesulitan melakukan aktivitas rutin

dikehidupan sehari-hari. Cummings (Papalia dan Feldman, 2014:244)

mengemukakan bahwa pada akhirnya individu tidak bisa memahami atau

menggunakan bahasa, tidak mengenali anggota keluarga, tidak bisa makan

tanpa bantuan, tidak bisa mengatur kapan buang air, dan kehikangan

kemampuan untuk berjalan, duduk dan menelan makanan padat. Kematian

biasanya datang sekitar 8 samapai 10 tahun setelah gejala muncul.

c. Penyebab alzheimer

Papalia dan Feldman (2014:244) mengemukakan bahwa penyebab utama

perkembangan penyakit alzheimer yaitu kekusustan neurofibriler (massa

neuron mati yang terpelintir) dan sejumlah lilin plak amiloid (jaringan yang

tidak berfungsi). Otak manusia tidak dapat membersihkan plak karena plak

tersebut tidak dapat larut. Lama kelamaan jaringan tersebut akan mengeras /

membaur dan menghancurkan neuron disekitarnya.

3. Gangguan anxitas

a. Pengertian anxietas

Liftiah (2009:63) mengemukakan bahwa anxietas merupakan perasaan

khawatir yang tidak nyata, tidak masuk akal, tidak sesuai, yang berlangsung

intens, atas dasar prinsip yang terjadi dan nyata. Davidson dan Neale (Liftiah,
2009:63) mengemukakan bahwa anxietas juga dapat diartikan sebagai kondisi

mood yang negatif yang ditandai dengan simtom simptom tubuh, ketegangan

fisik, dan keakutan terhadap kejadian yang akan datang.

b. Penyebab anxietas

Anxietas pada individu berusia lansia merupakan kecemasan yang

umumnya khawatir pada munculnya berbagai macam penyakit dan mengalami

kelemahan fisik dan khawatir tidak mampu berperan penting sehingga akan

tersingkir dari kehidupan sosial. Davison, Neale, dan Kring (2014:764)

mengemukakan bahwa masalah kecemasan lansia sering kali dihubungkan

dengan penyakit medis.orang orang yang mengidap demensia seperti alzheimer

mungkin mencerminkan kecemasan yang timbul akibat kebingungan dan

frustasi saat mereka tidak mampu melakukan hal yang tampak kecil seperti

memakai jaket.

4. Parkinson

Santrock (2012:197) mengemukakan bahwa parkinson merupakan penyakit

kronis dan progresif yang ditandai oleh gemetar pada otot, gerakan yang

melambat, kelumpuhan sebagian wajah. Papalia dan Feldman (2014:242)

mengemukakan parkinson merupakan penyakit yang melibatkan degenerasi

neurologis yang progresif, ditandai dengan tremor, kekakuan, pergerakan

lambat dan postur tubuh yang tidak stabil.

Penyakit parkinson ditangani dengan memberikan obat yang meningkatkan

dopamin kepada penderita yang berada ditahap awal penyakit, dan L-dopa,

yang dapat diubah menjadi dopamin oleh otak. Penanganan lainnya yaitu
dengan menstimulasi otak secara mendalam yang mencakup implantasi

elektroda di dalam otak. Elektroda tersebut di stimulasi oleh alat yang mirip

alat pacu jantung (Santrock, 2012:198)

5. Delirium

Davison, Neale, dan Kring (2014:752) mengemukakan bahwa delirium

merupakan penggambaran untuk kondisi kaburnya kesadarana. Individu yang

menderita delirium kadang secara mendadak mengalami kesulitan untuk

berkonsentrasi dan memusatkan perhatian serta tidak mampu mempertahankan

alur pemikiran yang teratur dan terarah. Liftiah (2009:219) mengemukakan

bahwa delirium merupakan keadaan kebingungan mental yang mengakibatkan

penderitanya sulit berkonsentrasi dan berbicara secara jelas dan masuk akal.

Individu yang menderita deirium tidak mungkin dapat terlibat dalam

percakapan karena perhatian mereka yang tidak dapat terfokus pada satu hal

dan pikirannya terpecah-pecah. Pada kondisi parah, cara berbicara menjadi

parah dan tidak karuan. Delisah dan bingung, penderita delirium dapat

mengalami disorientasi waktu, tempat, dan kadang diri yaitu mereka tidak

dapat mengetahui dengan pasti hari apa sekarang dan dimana mereka sekarang

(Davison, Neale, dan Kring, 2014:753). Penderita delirium sering mengalami

gangguan perseptual dengan menganggap bedara dalam rumah bukan dalam

rumah sakit. Halusinasi umum terjadi, namun delusi tidak selalu terjadi dan

cenderung berubah ubah, tidak terlalu nyata, dan singkat.


6. Hipokonriasis

Siegler dan Costa (Davison, Neale, dan Kring, 2014:774) mengemukakan

bahwa secara luas hipokondriasis sangat umum terjadi dalam populasi lansia.

Lansia dapat mengalami berbagai macam masalah fisik, diantaranya sakit pada

kaki dan punggung, pencernaan yang buruk, sembelit, sesak napas dan

keinginan yang amat sangat.secara kelompok para lansia cenderung kurang

melaporkan simpom somatik yang ia derita, sekali lagi mungkin karena

permasalahan kekhawatiran.

Davison, Neale, dan Kring (2014:774) mengemukakan bahwa para ahli

klinis setuju bahwa secara umum tidak ada gunanya meyakinkan orang yang

bersangkutan bahwa ia sehat karena orang tersebut tidak peduli dengan hasil

tes laboratorium yang negatif atau pendapat otoritatif dari berbagai sumber

resmi. Cara yang dapat dilakukan adalah dengan mengajaknya berjalanmjalan

dan membantunya mengalihkan pikirnnya dari rasa sakit. Pengalihan aktivitas

dapat membuat para individu bekerja lebih baik terlepas dari penyakitnya dan

lebih memperoleh kepuasan.

7. Gangguan tidur

Davison, Neale, dan Kring (2014:774) mengemukakan bahwa insomnia

merupakan gangguan yang umum terjadi pada lansia. Miles dan Dement

(Davison, Neale, dan Kring, 2014:774) mengemukakan bahwa masalah tidur

yang paling sering dialami oleh lansia adaah sering terjaga pada malam hari,

sering terbangun pada dini hari, sulit untuk tidur, dan rasa lelah yang amat

sangat di siang hari. Waktu tidur lansia agak singkat dan sering terputus secara
spontan. Selain itu lansia membutuhkan waktu yang lebih lama untuk dapat

tertidur setelah mereka terbangun.

Gangguan tidur pada lansia disebabkan oleh penyakit, obat-obatan, kafein,

stres, kecemasan, depresi, kurang beraktivitas, dan kebiasaan tidur yang buruk.

Prinz dan Raskin (Davison, Neale, dan Kring, 2014:775) mengemukakan

bahwa rasa sakit terutama arthritis merupakan penyebab utama gangguan tidur

pada lansia. Penanganan insomnia pada lansia dapat melalui pemberian obat

obatan, namun obat-obatan juga memiliki efek samping berupa

ketergantungan. Davison, Neale, dan Kring (2014:776) mengemukakan bahwa

penggunaan obat tidur secara terus menerus dapat mengakibatkan

berkurangnya kefektifitasan obat dan bahkan mengakibatkan tidur cenderung

terputus putus dan terganggunya tidur dalam kondisi REM.


BAB III

PENUTUP

Lansia merupakan fase kemasakan fungsi sekaligus kemunduran pada manusia.

Berbagai macam permaslahan mulai berdatangan terutama dalam aspek

psikologis. Setiap lansia memiliki permasalahan yang berbeda sehingga

penanggulangannya juga berbeda. Perhatian yang lebih dibutuhkan oleh lansia

sebagai motivasi untuk tetap aktif dan memiliki gairah hidup.

12
DAFTAR PUSTAKA

Davison, G. C., Neale, J. M., Kring A. M. (2014). Psikologi abnormal (9th ed.). Depok: Kharisma Putra
Utama.

Hurlock, E. B. (2002). Psikologi Perkembangan. (5th ed.). Erlanga: Jakarta.

Litfiah (2009). Psikologi abnormal. Semarang: Widya Karya.

Santrock, J. W. (2012). Perkembangan masa hidup. Indonesia: PT Gelora Aksara Pratama

Sunberk, N. D., Winebarge, A. A., Taplin, J. R. (2007). Psikologi klinis (4th ed.). Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.

Anda mungkin juga menyukai