DISUSUN OLEH:
NPM : 206610049
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………….
DAFTAR ISI………………………………………………………………………
BAB I
A.latar Belakang…………………………………………………………………...3
B,Rumusan Masalah……………………………………………………………….5
C,Tujuan Masalah…………………………………………………………………5
BAB II
PENUTUP
A.Kesimpulan……………………………………………………………………..15
B.Saran…………………………………………………………………………….15
DAFTAR PUSTAKA
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
3
dalam pembentukan kepribadian anak. Hubungan orang tua-anak yang
salah sering merupakan sumber gangguan penyesuaian diri. Kegagalan
remaja dalam menyesuaikan diri terhadap perubahan yang terjadi,
akan menimbulkan 2 rasa rendah diri, dikucilkan dari pergaulan,
cenderung berperilaku asosial ataupun antisosial, bahkan lebih ekstrim
bisa menyebabkan gangguan jiwa (Maramis, 2005). Komunikasi orang
tua dan anak adalah suatu proses hubungan antara orang tua (ibu dan
ayah) dan anak yang merupakan jalinan yang mampu memberi rasa
aman bagi anak melalui suatu hubungan yang memungkinkan
keduanya untuk saling berkomunikasi sehingga adanya keterbukaan,
percaya diri dalam menghadapi dan memecahkan masalah (Gunarsa
dan Gunarsa, 2004). Pola asuh orang tua juga berpengaruh terhadap
perkembangan kepribadian anak. Kondisi keluarga yang harmonis,
saling terbuka, akrab, memberikan dampak yang positif terhadap
perkembangan remaja (Gunarsa, 2006). Berdasarkan hal-hal di atas,
penulis ingin mengetahui apakah keakraban yang terjalin antara orang
tua dengan anaknya; khususnya remaja putri dapat mempengaruhi
cepat-lambatnya usia menarche.
4
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
remaja berperilaku seperti anak-anak, ia akan diajari untuk
bertindak sesuai dengan umurnya. Kalau remaja berusaha
berperilaku sebagaimana orang dewasa, remaja seringkali dituduh
terlalu besar ukurannya dan dimarahi karena mencoba bertindak
seperti orang dewasa. Di lain pihak,status remaja yang tidak jelas
ini juga menguntungkan karena status memberi waktu kepadanya
untuk mencoba gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola
perilaku, nilai, dan sifat yang paling sesuai bagi dirinya.
c. Masa remaja sebagai periode perubahan Tingkat perubahan
dalam sikap dan perilaku selama masa remaja sejajar dengan
tingkat perubahan fisik. Selama awalmasa remaja, ketika
perubahan fisik terjadi dengan pesat, perubahan perilaku dan sikap
juga berlangsung pesat. Kalau perubahan fisik menurun, maka
perubahan sikap dan perilaku juga menurun.
d. Masa remaja sebagai usia bermasalah Setiap periode
perkembangan mempunyai masalahnya sendiri-sendiri, namun
masalah masa remaja sering menjadi persoalan yang sulit diatasi
baik oleh anak laki-laki maupun anak perempuan.
Ketidakmampuan mereka untuk mengatasi sendiri masalahnya
menurut cara yang mereka yakini, banyak remaja akhirnya
menemukan bahwa penyelesaiannya tidak selalu sesuai dengan
harapan mereka.
e. Masa remaja sebagai masa mencari identitas Pada tahun-tahun
awalmasa remaja, penyesuaian diri terhadap kelompokmasih tetap
penting bagi anak laki-laki dan perempuan. Lambat laun mereka
mulai mendambakan identitas diri dan tidak puas lagi dengan
menjadi sama dengan teman-teman dalam segala hal, seperti
sebelumnya. Status remaja yang mendua ini menimbulkan suatu
7
dilema yang menyebabkan remaja mengalami “krisis identitas”
atau masalah-masalah identitas ego pada remaja.
f. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan
Anggapan stereotip budaya bahwa remaja suka berbuat semaunya
sendiri, yang tidak dapat dipercaya dan cenderung berperilaku
merusak, menyebabkan orang dewasa yang harus membimbing
dan mengawasi kehidupan remaja yang takut bertanggung jawab
dan bersikap tidak simpatik terhadap perilaku remaja yang normal.
g. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik Masa remaja
cenderung memandang kehidupan melalui kacamata berwarna
merah jambu. Ia melihat dirinya sendiri dan orang lain
sebagaimana yang ia inginkan dan bukan sebagaimana adanya,
terlebih dalam hal harapan dan cita-cita. Harapan dan cita-cita
yang tidak realistik ini, tidak hanya bagi dirinya sendiri tetapi juga
bagi keluarga dan teman-temannya, menyebabkan meningginya
emosi yang merupakan ciri dari awal masa remaja. Remaja akan
sakit hati dan kecewa apabila orang lain mengecewakannya atau
kalau ia tidak berhasil mencapai tujuan yang telah ditetapkannya
sendiri.
h. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa Semakin
mendekatnya usia kematangan yang sah, para remaja menjadi
gelisah untuk meninggalkan stereotip belasan tahun dan untuk
memberikan kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa.
Berpakaian dan bertindak seperti orang dewasa ternyata belumlah
cukup. Oleh karena itu, remaja mulai memusatkan diri pada
perilaku yang dihubungkan dengan status dewasa, yaitu merokok,
minum minuman keras, menggunakan obatobatan, dan terlibat
dalam perbuatan seks bebas yang cukup meresahkan. Mereka
8
menganggap bahwa perilaku yang seperti ini akan memberikan
citra yang sesuai dengan yang diharapkan mereka
9
remaja ditunjukkan oleh tingkah laku antisosial, yang dipengaruhi oleh
faktor lingkungan keluarga si remaja. Faktor lingkungan keluarga ini
timbulnya perubahan pada diri remaja. Perubahan dari anak-anak menuju
ke dewasa yaitu pada remaja, menimbulkan beberapa kekhawatiran pada
dirinya. Seperti fase transisi, perilaku antisosial, perilaku menyimpang bisa
dikatakan sebagai suatu konsep diri yang mengalami perubahan. Konsep diri
yang berubah-ubah dialami remaja awal dapat terjadi tiap waktu dan situasi
pada diri remaja. Yang menjadikan berubahnya konsep diri yang terjadi
pada remaja adalah lingkungan pertama yang sejak pertama kalinya remaja
hidup di lingkungan terdekat yaitu lingkungan keluarga termasuk di
dalamnya adalah orang tua. Perubahan-perubahan konsep diri tersebut
adalah perubahan diri remaja yang berkaitan dengan identitas diri Karena
mengalami perubahan, maka identitas diri inilah yang perlu dibentuk oleh
remaja awal adalah kepercayaan diri. Dimana hal tersebut sesuai yang
dikemukakan oleh Hurlock (2004) bahwa pada awal remaja individu
umumnya kehilangan rasa percaya diri. Dan menurut Monks, F.J., dkk
(2006), bahwa awal remaja yaitu usia remaja awal (12-15 tahun). Dengan
demikian telah terjadi pada remaja awal yaitu dimana konsep diri yang
mengalami perubahan. Konsep diri yang berubah terjadi pada remaja
sehingga menimbulkan kekhawatiran identitas diri yang dimilikinya. Oleh
sebab itu, kepercayaan diri diperlukan bagi remaja awal untuk membentuk
identitas diri yang positif. Dan, kepercayaan diri itu penting bagi remaja
awal karena merupakan suatu perkembangan kepribadian. Yang dimaksud
dengan perkembangan kepribadian menurut Erikson (dalam Papalia dan
Olds, 2001) adalah perkembangan kepribadian yang penting pada masa
remaja adalah pencarian identitas diri. Pencarian identitas diri merupakan
sesuatu yang sedang atau yang akan dibangun oleh remaja awal terhadap
dirinya, positif atau negatif. Jika identitas diri yang positif, maka remaja
memiliki kepercayaan diri sedangkan apabila identitas diri yang negatif
10
maka remaja awal tidak memiliki kepercayaan diri. Remaja awal banyak
yang mengalami ketidakpercayaan diri maupun rendah kepercayaan dirinya.
Ditandai adanya sikap pesimis, merasa tidak mampu, penilaian negatif
terhadap dirinya. Terkait hal tersebut, Maslow (dalam Mochamad, N., 2005)
mengemukakan bahwa kepercayaan diri diawali oleh konsep diri.
Kepercayaan diri yang rendah merupakan suatu umpan balik dari konsep
diri negatif. Konsep diri negatif adalah awal terjadinya, kepercayaan diri
yang rendah. Sehingga diri individu khususnya remaja awal, kurang
mengenali dan memahami dan tidak rasional serta penerimaan pengalaman
yang diterima juga negatif. Remaja awal akan menilai bahwa dirinya negatif,
tidak mampu, tidak yakin akan dirinya, menilai dirinya tidak mampu
merencanakan serta kurang dan/atau tidak bertanggung jawab atas
keputusan yang diambil. Reaksi individu terhadap seseorang ataupun
terhadap suatu peristiwa, dipengaruhi oleh cara berpikirnya. Individu
remaja awal dengan rasa percaya diri yang lemah, cenderung mempersepsi
segala sesuatu dari sisi negatif.
C. PERUBAHAN YANG TERJADI PADA MASA REMAJA
Masa remaja adalah masa di mana perilaku kaum remaja ingin
mencoba hal-hal baru bahkan yang didorong oleh rangsangan seksual.
Pentingnya mengetahui perubahan fisik masing-masing remaja agar
mereka tidak terjerumus dalam hubungan seks pranikah dengan segala
akibatnya.
11
Perubahan fisik pada remaja terjadi karena pertumbuhan fisik
termasuk pertumbuhan organ-organ reproduksi (organ seksual)
menuju kematangan. Perubahan ini dapat dilihat dari tanda-randa seks
primer dan seks sekunder.
12
anemia, kemandulan, dan kematian karena pendarahan atau keracunan
kehamilan. Dampak lainnya depresi, hilang kesempatan melanjutkan
pendidikan dan melahirkan bayi kurang sehat.Akibat buruk itu tidak
hanya berdampak pada pasangan, tapi juga orang tua, keluarga, dan
masyarakat. Sehingga, perlu pembinaan kesehatan reproduksi remaja
untuk memberikan informasi dan pengetahuan yang berhubungan
dengan perilaku hidup sehat bagi remaja. Dengan pengetahuan yang
memadai tentang perubahan fisik, dan akibat melakukan seks
pranikah, para remaja diharapkan mampu memelihara kesehatan
dirinya agar dapat memasuki masa kehidupan berkeluarga dengan
reproduksi yang sehat.
13
Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab
kehidupan keluarga.
Hal senada diungkapkan oleh Zulkifli (2005: 76) tentang tugas
perkembangan remaja adalah :
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Makalah ini masih memiliki berbagai jenis kekurangan kritik dan saran
yang sifaatnya membangun penulis sangat harapkan.
15
DAFTAR PUSTAKA
https://www.slideshare.net/firlitanurulkharisma/makalah-perkembangan-remaja
https://aprileopgsd.wordpress.com/2014/01/26/makalah-masa-perkembangan-remaja/
https://leriansumiwi18100.home.blog/2018/12/13/contoh-makalah-psikologi-
perkembangan-masa-remaja/
16