Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

“PERKEMBANGAN MASA REMAJA”

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Perkembangan

Dosen pengampu: Lely Nur Azizah, S.Psi., M.Si

Disusun Oleh Kelompok 5:

1. Alin Nur Hidayah (1860308223243)


2. Desi Riska Sandra Devi (1860308223224)
3. Dhelia Kumala Amaliyanti (1860308223260)
4. Firlya Nada Antika (1860308223253)
5. Halimatus Sakdiyah (1860308223261)
6. Ilhamna Lestari (1860308223238)

PSIKOLOGI ISLAM 2A

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH

UIN SAYYID ALI RAHMATULLAH TULUNGAGUNG

MEI 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan jasmani dan rohani
sehingga kita masih tetap bisa menikmati indahnya alam ciptaan-Nya. Sholawat dan salam semoga
senantiasa tercurahkan kepada teladan kita Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita
jalan yang lurus berupa ajaran agama yang sempurna dan menjadi rahmat bagi seluruh alam.

Kami sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang menjadi tugas mata kuliah
Psikologi Perkembangan dengan judul “Perkembangan Masa Remaja”. Penulis mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang membantu menyelenggarakan makalah ini. Ucapan
terimakasih tidak lupa penulis sampaikan kepada :

1. Prof. Dr. Maftuhin, M.Ag. Selaku rektor UIN SATU Tulungagung yang telah memberi
kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu di UIN Sayyid Ali Rahmatullah
Tulungagung.
2. Dr. Ahmad Rizqon Khamami, Lc., M.A selaku dekan Fakultas Ushuluddin Adab dan
Dakwah.
3. Ibu Lely Nur Azizah, S.Psi., M.Si selaku dosen pengampu mata kuliah Psikologi
Perkembangan yang telah membimbing dan memberikan masukan-masukan kepada penulis,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
4. Civitas UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung. Yang telah memberikan izin dan fasilitas
kepada penulis untuk mencari dan mendapatkan tambahan pengetahuan dalam
menyelesaikan makalah ini.
5. Teman-teman PI 2A yang selalu mendukung penulis dalam pengerjaan makalah ini.

Dengan penuh harap, semoga jasa kebaikan mereka diterima Allah SWT dan tercatat sebagai
amal salih. Penulis sadar bahwa penyusunan makalah ini banyak terdapat kesalahan karena
keterbatasan penulis sebagai manusia biasa, untuk itu kritik dan saran sangat penulis harapkan demi
kesempatan penulis dalam menyelesaikan tugas-tugas dimasa datang. Semoga dengan adanya
makalah ini bisa bermanfaat kepada siapa saja yang membaca.

Tulungagung, 8 Mei 2023

ii
Penulis

DAFTAR ISI

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Remaja merupakan periode kritis peralihan dari anak menuju dewasa. Pada remaja
terjadi perubahan hormonal, fisik, psikologis maupun social yang berlangsung secara
sekuensial. Dari sekian untaian pertumbuhan dan perkembangan remaja, masa yang paling
sering menjadi perhatian adalah ketika masa pubertas datang. Jenjang pertumbuhan secara
jasmani tersebut dapat dipakai sebagai ciri pertumbuan remaja di tingkat awal yang akan
dilanjutkan dengan masa ketika remaja mengalami fase penyesuainan diri antar-pribadi dan
lingkungan social yang lebih luas.
Dalam makalah ini, penulis akan memapakarkan uraian seputar perkembangan
remaja mulai dari masa perkembangan sampai dengan aspek-aspek perkembangan remaja
baik tentang perubahan fisik, kognisi, social, dan harapan-harapan terhadap remaja. Karena
sejatinya, remaja adalah generasi penerus bangsa yang harus dirawat agar dapat membawa
kebaikan dan keharmonisan di masa mendatang.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan masa remaja?
2. Bagaimana periodesasi pada masa remaja?
3. Bagaimana ciri-ciri yang dialami pada masa remaja?
4. Apa saja aspek-aspek perkembangan masa remaja?
5. Bagaimana minat pada remaja?
6. Bagaimana bahaya yang dihadapi masa remaja?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi masa remaja.
2. Untuk mengetahui periodesasi masa remaja.
3. Mengetahui apa saja ciri-ciri yang dialami masa remaja.
4. Mengetahui aspek perkembangan masa remaja.
5. Mengetahui minat remaja.
6. Mengetahui bahaya yang dihadapi remaja.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Masa Remaja


Masa remaja merupakan peralihan antara masa kanak-kanak dengan masa
dewasa. Tidak mudah untuk mendefinisikan dengan tepat apa itu remaja karena banyak
perspektif yang dapat digunakan untuk mendefinisikan remaja.Tahap ini merupakan
bagian penting dari siklus perkembangan individu. Karena remaja menghadapi masa
“badai dan tekanan” psikologis. Maksudnya yaitu masa di mana terjadi perubahan besar
secara fisik, intelektual, dan emosional pada seseorang yang menyebabkan kesedihan dan
kebimbangan (konflik) pada dirinya sendiri.
Selama periode ini, individu mencapai pertumbuhan fisik maksimum dan juga
mencapai kematangan reproduksinya. Kedewasaan tersebut menyebabkan remaja
mempunyai rasa ketertarikan terhadap lawan jenisnya dan remaja akan berusaha untuk
memikat lawan jenisnya tersebut. Selain itu, periode ini juga melihat perkembangan
fungsi psikologis yang ditandai dengan peningkatan kekuatan mental, kemampuan
berfikir, kemampuan untuk memahami serta kemampuan untuk mengingat.
Menurut teori Piaget, remaja secara psikologis adalah usia ketika individu
menyatu dengan masyarakat dewasa, Usia ketika anak-anak tidak lagi merasa lebih
rendah dari orang tuanya, tetapi berada pada level yang sama. 1 Misalnya saat
memecahkan suatu masalah. Umumnya, fase transisi perkembangan pubertas ini dimulai
antara usia 12 dan 13 tahun dan berlanjut hingga remaja akhir atau awal dua puluhan.
Namun mengingat hal tersebut, di Indonesia batasan pemuda adalah 11 sampai 24 tahun
atau belum menikah dengan pertimbangan-pertimbangan nya sebagai berikut:
1. Usia 11 tahun adalah usia ketika tanda-tanda sekunder biasanya mulai muncul.
2. Dalam masyarakat, usia 11 tahun dianggap sebagai usia pubertas, baik menurut
agama maupun adat istiadat.
3. Batas usia 24 tahun adalah batas atas, mungkin untuk memberikan kesempatan bagi
mereka yang masih bergantung pada orang tua.

2
4. Dalam definisi ini, status perkawinan menentukan apakah seseorang masih remaja
atau tidak.
B. Periodesasi Masa Remaja
Masa remaja dapat dibagi menjadi beberapa fase, yaitu:
1. Pubertas pada usia 12-14 tahun.
Masa ini adalah transisi dari masa kanak-kanak akhir ke masa remaja awal. Pada
usia ini, anak mulai menarik kesimpulan dan mengolah informasi abstrak. Keadaan
ini membuat anak tersebut cenderung lebih percaya pada apa yang ada dalam
pikirannya. Ia menjadi anak yang cerdas yang tidak mau menerima pendapat atau
alasan rasional apapun. Mereka tidak takut untuk tidak mematuhi orang tua atau guru
mereka. Di sinilah peran nyata orang tua dan guru diperlukan. Mereka membutuhkan
orang yang dapat menuntun mereka menuju pematangan diri sepenuhnya.
Ciri-cirinya:
a. Anak tidak mau lagi diperlakukan sebagai anak-anak.
b. Anak menjadi kritis dan merindukan puja.
2. Pubertas 14-16 tahun atau bisa disebut sebagai masa remaja awal.
Ciri-cirinya:
a. Khawatir dan bingung dengan perubahan fisiknya.
b. Suka menyembunyikan isi hatinya.
c. Memperhatikan penampilan, seperti baju yang digunakan atau gaya rambut.
d. Sikapnya berubah-ubah.
e. Suka berkelompok dengan teman sebaya dan yang mempunyai pola pikir yang
sama.
f. Adanya perbedaan antara sikap seorang pemuda dan seorang gadis.
3. Akhir pubertas pada usia 17-18 tahun.
Masa ini adalah masa peralihan dari masa pubertas ke adolesen. Pada masa akhir
pubertas memungkinkan terjadinya krisis yang ditandai dengan kecenderungan
perilaku yang menyimpang. Menyadari kondisi tersebut, apabila tidak dibantu oleh
lingkungan yang positif dan mendukung, maka bisa memicu terjadinya berbagai
penyimpangan perilaku dan tindakan negatif yang bertentangan dengan aturan dan
norma masyarakat, yang sering kita disebut sebagai kenakalan remaja.

3
Ciri-cirinya:
a. Pertumbuhan fisik sudah mulai matang, namun kematangan psikologis belum
sepenuhnya tercapai.
b. Proses pematangan fisik remaja putri terjadi lebih awal dibandingkan remaja pria.
4. Masa remaja akhir usia 19-21 tahun.
Sigmund Freud menyebut masa remaja ini sebagai “edisi kedua dari situasi
oedipus” karena hubungan antara masa muda dan usia tua masih mengandung banyak
unsur yang kompleks dan belum terselesaikan. Dengan kata lain, banyak kontradiksi
antara konten psikologis yang saling bertentangan, terutama dalam hubungan antara
anak muda dengan orang tua dan objek cinta. Pada fase remaja ini terjadi pematangan
fungsi mental dan fisik yang bertahap dan teratur.
Ciri-cirinya:
1. Perhatiannya tertuju pada masalah yang realistis.
2. Mulai menyadari kenyataan.
3. Sikapnya terhadap kehidupan mulai menjadi lebih jelas.
4. Mulai menunjukkan bakat dan minat.
C. Ciri-ciri Masa Remaja
1. Status tidak menentu
Pada masa ini status anak remaja dalam masyarakat tidak dapat ditentukan atau
membingungkan. Pada suatu waktu dia diperlakukan seperti anak-anak, akan tetapi bila
ia berkelakuan seperti anak-anak tidak diperkenankan oleh sekelompok masyarakatnya.2
Dalam setiap periode peralihan, status individu tidaklah jelas dan terdapat
keraguan akan peran yang harus dilakukan. Pada masa ini, remaja bukan lagi seorang
anak dan juga bukan orang dewasa. Jika remaja berperilaku seperti anak-anak, ia akan
diajari untuk “bertindak sesuai umurnya”. Jika remaja berusaha berperilaku seperti orang
dewasa, ia seringkali dituduh “belum wakunya” dan dimarahi karena mencoba bertindak
seperti orang dewasa. Namun di lain pihak, status remaja yang tidak jelas ini juga
menguntungkan karena dapat memberi waktu kepada remaja untuk mencoba gaya hidup
yang berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai dan sifat yang paling sesuai bagi
dirinya.3
2
Elfi Yuliani Rohmah, Psikologi Perkembangan, (Ponorogo: STAIN Ponorogo Press) hal. 186
3
Elizabeth B. Hurlock, Development Psychology A Life-Span Approach, (Jakarta: Penerbit Erlangga) hal. 207

4
2. Emosional
Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja awal dikenal
sebagai masa storm & stress. Peningkatan emosional ini disebabkan oleh perubahan-
perubahan kondisik fisik dan bekerjanya hormon-hormon dalam tubuh yang terjadi pada
usia remaja awal. Dari segi kondisi social, peningkatan emosi ini merupakan tanda
bahwa remaja berada dalam kondisi baru yang berbeda dari masa sebelumnya. Pada masa
ini banyak tuntutan dan tekanan yang ditujukan pada remaja, misalnya mereka
diharapkan untuk tidak lagi bertingkah seperti anak-anak, mereka harus lebih mandiri,
dan bertanggung jawab.4
3. Pertumbuhan Fisik
Pertumbuhan fisik di usia remaja berkembang lebih pesat dibandingkan pada
masa kanak-kanak dan dewasa. Perubahan yang cepat secara fisik selalu beriringan
dengan kematangan seksual remaja. Terkadang perubahan ini membuat remaja merasa
tidak yakin akan diri dan kemampuan mereka sendiri. Perubahan fisik yang terjadi secara
cepat, baik perubahan internal seperti system sirkulasi, pencernaan, dan system respirasi
maupun perubahan eksternal seperti tinggi badan, berat badan,proporsi tubuh sangat
berpengaruh terhadap konsep diri remaja.5
4. Masa Remaja sebagai Usia Bermasalah
Setiap periode mempunyai masalahnya sendiri-sendiri, namun masalah masa remaja
sering menjadi masalah yang sulit diatasi baik oleh anak laki-laki maupun anak
perempuan. Terdapat 2 alasan bagi kesulitan tersebut, yaitu:
a. Sepanjang masa kanak-kanak, masalah anak-anak Sebagian diselesaikan oleh orang
tua dan guru-guru, sehingga kebanyakan remaja tidak berpengalaman dalam
mengatasi masalah.
b. Para remaja merasa dirinya mandiri, sehingga mereka ingin mengatasi masalahnya
sendiri, dan menolak bantuan dari orang tua dan guru-guru. Karena ketidak-mampuan
mereka untuk mengatasi sendiri masalahnya menurut cara yang mereka Yakini,
banyak remaja akhirnya menemukan bahwa penyelesaiannya tidak selalu sesuai
dengan harapan mereka.

4
Yudrik Jahja, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Kencana) hal. 235
5
Yudrik Jahja, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Kencana) hal. 235

5
Ada beberapa masalah yang seringkali remaja hadapi, yaitu:

a. Masalah berhubungan dengan keadaan jasmaninya.


Remaja sudah mulai memikirkan penampilan dan bentuk badan yang mereka
idam-idamkan. Mereka selalu berusaha membanding-bandingkan dirinya dengan
gambar actor-aktris dalam film-film. Hal ini sangat mempengaruhi terhadap tingkah
laku remaja.6
Remaja yang kurang puas akan bentuk fisik yang mereka miliki cenderung
merasa tidak percaya diri dan mengalami kecemasan. Maka dari itu, menjaga pola
hidup sehat dari awal masa remaja sangatlah penting.
b. Masalah berhubungan dengan kebebasannya.
Seringkali orang tua bersikap tidak tega dan berujung terlelu mengekang anaknya
dalam hal memilih keputusan. Sehingga remaja seringkali tidak suka jika
kebebasannya dibatasi oleh orang tua dan akhirnya mereka mencari jalan sendiri
tanpa persetujuan dari orang tua.
Dalam rangka mencari identitas, remaja menginginkan kebebasan emosional dari
orang tua dan orang dewasa lainnya. Mereka ingin sekali diakui eksistensinya dengan
berbagai cara. Dalam hal ini orang tua harus memberikan kesempatan kepada anak
remaja untuk mengambil keputusan sendiri dan belajar bertanggung jawab atas
keputusannya.7
c. Masalah berhubungan dengan nilai-nilai.
Dalam pembentukan nilai-nilai yang akan dianutnya itu, anak remaja seringkali
bertentangan dengan orang tua, dan seringkali pula bahwa apa yang dikemukakan
oleh orang tua itulah yang benar. Akan tetapi mereka lebih puas jika mereka telah
mereka mendapatkan pengalaman sendiri.8
d. Masalah dengan hubungan lawan jenis.
Masa remaja selalu identic dengan kisah asmara antara lawan jenis. Perasaan-
perasaaan yang baru mereka rasakan di usia remaja membuat remaja sangat
bersemangat dalam menjalani hari-harinya. Namun di sisi lain, kecemasan akan

6
Elfi Yuliana Rohmah, Psikologi Perkembangan, (Ponorogo: STAIN Ponorogo Press) hal. 187
7
Ibid; hal. 187
8
Ibid, hal. 187

6
muncul jika remaja tidak mampu memenuhi ekspetasinya karena berbagai hal seperti
penampilan, rasa malu, dll.
Dengan begitu, remaja akan berpikir tentang bagaimana menghilangkan rasa malu,
menarik perhatian, dan mencari tahu bagaimana pergaulan antara wanita dan pria.
e. Masalah dengan hubungan masyarakat.
Suatu kebutuhan yang nyata sekali pada anak adalah dukungan dan persetujuan dari
teman-teman sebaya. Remaja ingin sekali menjadi popular dan disenangi di kalangan
teman-temannya. Dalam usahanya untuk membebaskan diri dari ketergantungan pada
orang tua, anak perlu bantuan dan dukungan kelompok sebaya, sehingga ia harus
mengikuti norma-norma kelompoknya. Jika hal ini tidak dilakukan secara harmonis,
maka dapat menimbulkan kesukaran pada dirinya.9
f. Masalah berhubungan dengan masa depan.
Remaja biasanya sangat banyak memikirkan masa depannya, khususnya yang
berhubungan dengan pemilihan dan persiapan masuk ke jenjang pendidikan yang
lebih tinggi. Remaja membutuhkan kesempatan untuk membuat keputusan mengenai
masa depannya sendiri disertai dengan bimbingan orang dewasa.10
g. Masalah berhubungan dengan kemampuan.
Remaja ingin berhasil mengerjakan sesuatu, dan untuk dapat memiliki rasa mampu
maka ia harus dapat berhasil menyelesaikan sesuatu. Remaja harus diberi cukup
kesempatan untuk menunjukkan kemampuannya dalam mengerjakan sesuatu. Jika
remaja dapat menghadapi persoalan-persoalannya tanpa terlalu banyak kesukaran dan
ketegangan, pada gilirannya dia akan mengembangkan rasa percaya diri dan mampu
menghadapi segala persoalan.11
5. Masa Remaja adalah Masa yang Kritis
Remaja dikatakan masa yang kritis karena dalam masa ini ditentukan apakah anak
dapat menghadapi persoalan-persoalannya dengan baik. Yang mana kemampuannya
tersebut dapat mempengaruhi jika ia telah dewasa kelak. Remaja yang sudah
dipersiapkan menghadapi persoalan-persoalan yang akan dia hadapi, serta telah

9
Ibid, hal. 188
10
Ibid, hal. 188
11
Ibid, hal. 189

7
dipersiapkan peranan yang akan dihadapinya di masa yang akan datang, umumnya lebih
berhasil daripada anak yang senantiasa dilindungi.12
Remaja yang selalu dilindungi akan mengalami kesukaran ketika ia mulai
menghadapi tahap perkembangan selanjutnya. Ia akan kebingungan untuk mencari
identitas dirinya ketika dewasa dan hal ini tentunya menghambat proses perkembangan di
masa mendatang seperti kecemasan akan jati diri, kecemasan dalam pekerjaan, dan
kecemasan dalam hubungan sosialnya.
D. Aspek-aspek Perkembangan Remaja
1. Perkembangan Seksualitas Remaja
Perkembangannya dibagi menjadi 2 ciri, yaitu ciri-ciri seks primer dan ciri-ciri seks
sekunder.
a. Ciri-ciri Seks Primer
Pada pria intinya adalah pada testis, testis pada usia remaja akan mengalami
percepatan pertumbuhan dan mengalami kematangan pada usia 20 atau 21 tahun.
Sebenarnya testis pada pria sudah ada sejak lahir namun masih 10% dari ukuran
matangnya. Setelah testis tumbuh, penis mulai bertambah panjang dan ukurannya
pun menjadi lebih besar dan dengan kematangan organ seks tersebut, memungkinkan
remaja pria (sekitar usia 14 – 15 tahun) mengalami “mimpi basah” (mimpi
berhubungan seksual).
Sedangkan pada remaja wanita, kematangan organ – organ seksnya ditandai
dengan tumbuhnya rahim, vagina, ovarium secara cepat. Ovarium menghasilkan ova
(sel telur) dan mengeluarkan hormon – hormon yang diperlukan untuk kehamilan
akan tetapi ketika tidak dibuahi oleh sperma, hormon – hormon tersebut akan
menempel di dinding rahim bersamaan dengan darah yang akhirnya akan luruh dan
peristiwa tersebut disebut sebagai menstruasi yang dialami wanita mulai usia 9 tahun.
Menstruasi awal sering disertai dengan sakit kepala, sakit punggung, dan kadang –
kadang kejang, serta merasa lelah, depresi dan mudah tersinggung.
b. Ciri-ciri Seks Sekunder
Wanita:
1) Tumbuh rambut di sekitar kemaluan dan ketiak

12
Ibid, hal. 189

8
2) Payudara membesar
3) Pinggul membesar dan melebar

Pria:

1) Tumbuh rambut di sekitar kemaluan dan ketiak


2) Suara memberat
3) Tumbuh jakun
4) Tumbuh kumis
2. Perkembangan kognitif intelektual
Ditinjau dari perkembangan kognitif Piaget, masa remaja sudah mencapai tahap
operasi formal (operasi = kegiatan – kegiatan mental tentang berbagai gagasan). Remaja,
secara mental telah dapat berpikir logis tentang berbagai gagasan yang abstrak
(mumayyiz dalam Islam).
Sementara proses pertumbuhan otak mencapai kesempurnaannya mulai usia 12-
20 tahun. Pada usia 16 tahun, berat otak menyamai orang dewasa yaitu satu setengah kilo
gram. Pada masa ini syaraf lobus frontalus sangat berfungsi untuk kognitif remaja, yaitu
kemampuan merumuskan perencanaan strategis, atau mengambil keputusan dan ini terus
berkembang sampai usia 20 tahun. (Sigelman & Shaffer, 1995)
Pada periode konkret remaja mengartikan sistem keadilan secara lebih abstrak,
yaitu sebagai suatu aspek kepedulian pemerintah terhadap hak-hak warga masyarakat
yang mempunyai interes yang beragam (sigelman&Shaffer, 1995).
Implikasi pendidikan dari periode berpikir operasi formal ini adalah perlunya
disiapkan program pendidikan atau bimbingan yang memfasilitasi perkembangan berpikir
remaja contoh: (1) penggunaan metode mengajar yang mendorong anak untuk aktif
bertanya dan berpendapat; dan (2) melakukan dialog, diskusi, atau curah pendapat (brain
storming) dengan remaja, tentang masalah-masalah sosial atau berbagai aspek kehidupan.
3. Perkembangan Emosi
Masa remaja merupakan puncak emosionalitas, yaitu perkembangan emosi yang
tinggi. Pertumbuhan fisik terutama organ-organ seksual mempengaruhi berkembangnya
emosi atau perasaan-perasaan dan dorongan baru yang dialami, seperti perasaan cinta,
rindu, dan keinginan untuk mengenal lebih intim dengan lawan jenis. Perkembangan

9
emosinya bersifat negatif dan temperamental (mudah tersinggung/marah, mudah sedih
dan murung) sedangkan remaja akhir sudah mampu mengendalikan emosinya.
4. Perkembangan sosial
Pada masa remaja berkembang “social cognition”, yaitu kemampuan untuk
memahami orang lain. Pemahamannya ini, mendorong remaja untuk menjalin hubungan
sosial yang lebih akrab dengan teman sebaya, baik melalui jalinan persahabatan maupun
percintaan (pacaran).
Pada masa ini juga berkembang sikap “conformity”, yaitu kecenderungan untuk
menyerah atau mengikuti opini, pendapat, nilai, kebiasaan, kegemaran, (hobby) atau
keinginan orang lain. Apabila kelompok teman sebaya yang diikuti menampilkan sikap
dan perilaku secara moral atau keagamaan, maka kemungkinan besar remaja itu akan
menampilkan pribadinya yang baik, sebaliknya apabila kelompoknya menampilkan sikap
malasuai atau melecehkan moral seperti mengonsumsi narkotika, ectasy, shabu-shabu,
minuman keras dan bahkan free sex maka remaja itu akan menampilkan pribadi yang
seperti itu pula.
5. Perkembangan Moral
Pada masa ini muncul dorongan untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang
dapat dinilai baik oleh orang lain. Remaja berperilaku bukan hanya untuk memenuhi
kepuasan fisiknya, tetapi psikologis (rasa puas dengan adanya penerimaan dan penilaian
positif orang lain tentang perbuatannya).
Keragaman tingkat moral remaja disebabkan oleh faktor penentunya yang
beragam, salah satu faktor penentunya adalah orang tua. Menurut Adam dan Gullotta
(183: 172-173) terdapat beberapa hasil penelitian yang menunjukkan bahwa orang tua
mempengaruhi moral remaja, yaitu sebagai berikut.
1) Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat moral remaja dengan tingkat
moral orang tua (Haan, Langer & Kohlberg, 1976).
2) Ibu-ibu remaja remaja yang tidak nakal mempunyai skor yang lebih tinggi dalam
tahapan nalar moralnya daripada ibu-ibu yang anaknya nakal (Hudgins &
Prentice, 1973).
3) Terdapat dua faktor yang dapat meningkatkan perkembangan moral remaja, yaitu
(a) orang tua mendorong anak untuk berdiskusi secara demokratik, dan (b) orang

10
tua yang menerapkan disiplin terhadap anak dengan teknik berpikir induktif
(Parikh, 1980)
6. Perkembangan Kepribadian
Kepribadian merupakan sistem yang dinamis dari sifat, sikap dan kebiasaan yang
menghasilkan tingkat konsistensi respons individu yang beragam (pikunas, 1976). Masa
remaja merupakan saat berkembangnya identity (jati diri). Perkembangan “identity”
merupakan isu sentral pada masa remaja yang memberikan dasar bagi masa dewasa.
Erikson meyakini bahwa perkembangan identitas pada masa remaja berkaitan erat dengan
komitmennya terhadap okupasi masa depan, peran-peran masa dewasa dan sistem
keyakinan pribadi (Nancy J. Coba, 1992: 75). Apabila remaja gagal mengintegrasikan
aspek-aspek dan pilihan atau merasa tidak mampu memilih, malah dia akan mengalami
kebingungan (confiusion).
Dalam mengolaborasikan teori Erikson tentang identity remaja, James Marcia
dkk. Mengemukakan bahwa ada empat alternatif bagi remaja dalam menguji diri yaitu
sebagai berikut.
1) “Identity Achievement” yang berarti bahwa setelah remaja memahami yang
realistik, malah dia harus membuat pilihan dan berperilaku sesuai dengan
pilihannya
2) “Identity Foreclosure” yang berarti menerima pilihan orangtua tanpa
mempertimbangkan pilihan-pilihan.
3) “Identity Diffusion” yang berarti kebingungan tentang siapa dirinya, dan mau apa
dalam hidupnya.
4) “Memoratorium” berarti penundaan dalam pembentukan atau terjadinya Kris
pembentukan identitas diri.

Perkembangan identitas ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, di antaranya sebagai


berikut.

1) Iklim keluarga, yaitu yang berkaitan dengan interaksi sosial antaranggota


keluarga, apabila hubungannya hangat, harmonis, serta perlakuan orang tua
positif, malah remaja akan mampu mengembangkan identitasnya secara

11
realistik dan stabil. Namun, jika sebaliknya, maka remaja akan mengalami
kebingungan, konflik atau frustasi.
2) Tokoh idola, yaitu orang-orang yang dipersepsikan oleh remaja sebagai figur
yang memiliki posisi dimasyarakat, seperti para penyanyi, selebritis, bintang
film, bahkan pejuang atau pahlawan.
3) Peluang pengembangan diri, yaitu kesempatan untuk melihat ke depan dan
menguji dirinya dalam setting (adegan) kehidupan yang beragam.
7. Perkembangan Kesadaran Beragama
Pemikiran remaja tentang Tuhan berbeda dengan pemikiran anak. Maka seiring
dengan mulainya remaja menanyakan atau mempermasalahkan sumber-sumber otoritas
kehidupan, seperti pertanyaan “Apakah Tuhan Maha Kuasa? Mengapa masih terjadi
penderitaan dan kejahatan di dunia ini?”
Untuk memperoleh kejelasan tentang kesadaran beragama remaja ini, dapat
disimak dalam uraian berikut.
1) Masa Remaja Awal (sekitar usia 13-16 tahun)
Pada masa ini terjadi pertumbuhan jasmani yang cepat, sehingga memungkinkan
terjadinya kegoncangan emosi, kecemasan, dan kekhawatiran. Kepercayaan
kepada Tuhan kadang-kadang sangat kuat, akan tetapi kadang-kadang menjadi
kurang.penghayatan rohaninyacenderung skeptis(was-was) sehingga muncul
keengganan dan kemalasan untuk melakukan kegiatan spiritual.
2) Masa Remaja Akhir (sekitar usia (usia 17-21 tahun)
Secara Psikologis, masa ini merupakan permulaan masa dewasa, emosinya mulai
stabil dan pemikirannya mulai matang(kritis). Dalam kehidupan beragama, remaja
sudah mulai melibatkan diri untuk melakukan kegiatan keagamaan. Remaja sudah
dapat membedakan agama sebagai ajaran dengan manusia sebagai penganutnya.
E. Minat Remaja
Minat adalah sebuah keadaan ketika seseorang menaruh perhatian terhadap sesuatu
yang disertai rasa ingin tau, memiliki, mempelajari, dan membuktikan. Minat mempunyai
beberapa ciri-ciri sebagai berikut (Hurlock, 1990):
a. Minat tumbuh bersamaan dengan perkembangan fisik dan mental.

12
Minat mengalami perubahan ketika fisik dan mental juga berubah. Misalnya,
perubahan minat karena bertambahnya usia.
b. Minat bergantung pada persiapan dan kesempatan belajar.
Ketika seseorang memiliki kesiapan secara fisik dan mental untuk belajar
maka minat akan mengalami peningkatan. Selain itu minat seseorang bergantung
pada kesempatan belajar. Misalnya, ketika lingkungan sesorang terbatas pada rumah,
maka minat mereka juga tumbuh di rumah.
c. Perkembangan minat terbatas.
Perkembangan minat dapat mempunyai keterbatasan yang bisa disebabkan
oleh keadaan fisik yang tidak memungkinkan. Misalnya, seseorang yang mengalami
cacat fisik tidak memiliki minat dalam bidang olahraga seperti teman sebayanya yang
tumbuh dengan normal.
d. Minat dipengaruhi budaya.
Minat seseorang akan lemah jika tidak mendapatkan kesempatan untuk
menekuninya karena dianggap tidak seuai oleh kelompok suatu budaya.
e. Minat berbobot emosional.
Minat memiliki hubungan dengan sebuah perasan, jika suatu objek dianggap sebagai
sesuatu yang sangat berharga sehingga timbul perasaan senang dan akhirnya
diminati.
f. Minat dan egosentris.
Minat berbobot egosentris terjadi apabila seseorang mempunyai
kecenderungan untuk memiliki sesuatu baik terhadap manusia maupun barang.
Pada masa remaja minat yang ada pada masa anak-anak mengalami penurunan dan
diganti oleh beberapa minat baru yang lebih matang. Tanggungjawab yang dimiliki seorang
remaja semakin bertambah dan berkurangnya waktu yang dapat digunakan sesuka hati,
sehingga para remaja membatasi minatnya terutama pada bidang rekreasi. Berikut beberapa
kategori minat yang paling penting pada masa remaja (Krori, 2011):
1. Minat rekreasi
2. Minat pribadi
3. Minat sosial
4. Minat pendidikan

13
5. Minat vokasional
6. Minat religius
7. Minat dalam simbol status.
F. Bahaya Masa Remaja
Bahaya yang dihadapi remaja tak lain karena adanya ketidaksesuaian antara harapan
dengan realita yang mereka inginkan. Ada dua jenis bahaya yang di alami remaja yaitu,
bahaya fisik dan bahaya psikologis. Walaupun bahaya fisik tidak sepenting bahaya
psikologis, namun bahaya fisik tetaplah penting. Bahaya fisik penting karena reaksi-reaksi
psikologisnya. Misalnya kegemukan. Memiliki badan yang gemuk tidak akan mempengaruhi
perilaku remaja dan penyesuaian socialnya di masyarakat. Namun hal ini berbahaya karena
dapat mengakibatkan sikap yang kurang baik dari teman-teman sebayanya dan berujung pada
kasus pembuly-an.
1. Bahaya Fisik
a. Kematian, meskipun jumlah kematian akibat kecelakaan mobil meningkat, kematian
akibat lebih jarang terjadi pada remaja dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
b. Bunuh diri, kasus bunuh diri meningkat di kalangan remaja yang disebabkan oleh
depresi akibat masalah keluarga, hubungan asmar, pertemanan, dan masalah-masalah
di sekolah.
c. Cacat fisik, ada cacat fisik yang tidak ada obatnya, mungkin disebabkan oleh
kecelakaan, atau karena cedera fisik atau psikologis sejak lahir.
d. Kecanggungan dan kekakuan, jika perkembangan keterampilan dan kemampuan
motorik tidak sama dengan teman, remaja tidak dapat berpartisipasi dalam
permainan dan olahraga yang berperan penting dalam kehidupan sosialnya.
2. Bahaya Psikologis
Bahaya psikologi pada remaja muncul karena kegagalan dalam menjalankan peralihan
psikologis ke arah kematangan. Berikut beberapa bidang ketidakmatangan yang sering
membuat remaja cemas
a. Perilaku social, ketidakmatangan yang dialami remaja dimanifestikan dalam perilaku
social yaitu remaja lebih memilih kelompok yang kekanak-kanakan dan kegiatan
social dengan teman sebaya sesame jenis namun ia juga kurang mendapat dukungan
dari teman sebayanya.

14
b. Perilaku seksual, ketidakmatangan paling terlihat di bidang seksualitas. Mereka yang
tidak berpacaran akan dianggap tidak pantas oleh teman sebayanya, dan hal tersebut
menimbulkan diskriminasi oleh teman sebaya.
c. Perilaku moral, anak-anak dari keluarga kaya lebih menunjukkan ketidakmatangan
moral yang nyata dibandingkan dengan remaja yang dibesarkan di lingkungan yang
tidak menguntungkan, yang seharusnya mengarah pada sikap anti-social tetapi
mengikuti aturan.
d. Hubungan keluarga, ketidakmatangan dalam hubungan keluarga memanifestasikan
dirinya dalam pertengkaran dengan anggota keluarga, kritik terus-menerus atau
meremehkan penampilan atau perilaku anggota keluarga. Hal ini seringkali terjadi di
awal-awal masa remaja dan biasanya hubungan keluarga berada pada titik terendah.
Remaja yang hubungan keluarganya kurang baik juga dapat mengembangkan
hubungan yang buruk dengan orang-orang di luar rumah. meskipun semua hubungan
kadang-kadang mengalami masa tegang, namun orang yang selalu mengalami
kesulitan dalam bergaul dengan orang lain dianggap tidak matang dan kurang
menyenangkan. Hal ini menghambat penyesuaian social yang baik.13

13

15

Anda mungkin juga menyukai