Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

Psikologi Agama dan Kesehatan Mental

Dipresentasikan Dalam Mata Kuliah:

Perkembangan Jiwa Keagamaan Pada Usia Remaja

Logo

Oleh:

Annisa Aulia ( 119. 035)

SEMESTER VI

 
Dosen Pembimbing:

Drs. Hj. Yursilis, M.pd

YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM (YPI)

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH ( STIT)

PAYAKUMBUH

2022

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Allah swt, Kerena atas rahmat dan kurnia-Nya
berupa kesempatan dan pengetahuan  sehingga makalah ini bisa selesai pada waktunya.

Selanjutnya penulis mengucapkan terimakasih kepada teman-teman beserta dosen pembimbing


yang telah memberi bimbingan atas apa yang telah di berikan, penulis berharap dengan
mempresentasikan materi ini nantinya kita bisa menambah ilmu wawasan kita untuk masa yang
akan datang.
Namun terlepas dari itu,kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna,sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi
terciptanya  makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Payakumbuh,  Maret  2022

                         

                                                                                                            Pemakalah

 
 

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................

DAFTAR ISI...........................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................

 Latar Belakang.............................................................................................................

Rumusan Masalah.........................................................................................................

Tujuan...........................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................

 Pengertian Dakwah......................................................................................................

Ilmu Dakwah.................................................................................................................

 Unsur-unsur Dakwah....................................................................................................

BAB III PENUTUP.................................................................................................................

 Kesimpulan...................................................................................................................6
Saran..............................................................................................................................6

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam perkembangan jiwa kebaragamaan pada manusia yaitu dimulai pada usia kanak-kanak,
remaja, dewasa hingga lansia. Karna pada hakikat nya manusia sejak dari dalam kandungan ibunya
sudah mempunyai agama yang akan dianut anak tersebut lalu dilahirkan, dari masa kanak-kanak,
remaja, dewasa, hingga lansia.

Bagaimana dengan jiwa kebaragaam itu sendiri kita bisa melihat arti dari psikologi psikologi diartikan
secara umum merupakan sebagai ilmu yang mempelajari gejala jiwa manusia, mempelajari sikap,
tingkah laku manusia sebagai gambaran dari gejala-gejala kejiwaan yang berada dibelakang nya.
Karena jiwa itu sendiri bersifat abstrak, maka untuk mempelajari kehidupan kejiwaan manusia hanya
mungkin dilihat dari gejala yang tampak, yaitu pada sikap dan tingkah laku yang ditampilkan nya.
Selanjutnya agama menyangkut masalah yang berhubungan dengan kehidupan batin manusia.
Agama sebagai bentuk keyakinan, memang sulit diukur secara tepat dan rinci. Jadi psikologi agama
dengan demikian merupakan cabang psikologi meneliti dan mempelajari tingkah laku manusia dalam
hubungan dengan pengaruh keyakinan terhadap agama yang dianut nya serta dalam kaitanya
dengan perkembangan usia masing-masing. Upaya untuk mempelajari tingkah laku keagamaan
tersebut dilakukan melalui pendekatan psikologi.Pada kesempatan ini maka pemakalah membahas
perkembangan kejiwaan keberagamaan pada usia remaja yang mana penulis akan menyabarkan
kedalam bentuk makalah ini.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah nya yaitu:

1. Pengertian masa remaja

2. Sikap remaja terhadap agama

3.pengembangan jiwa ke agamaan remaja

C. Tujuan Penulis

Tujuan penulis terhadap makalah ini adalah untuk menambah wawasan mengenai bagaimana
perkembangan jiwa kebaragamaan pada usia remaja. Selain itu juga untuk memenuhi tugas
terstruktur oleh dosen pembimbing mata kuliah Psikologi Agama Dan Kesahatan Mental.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian masa remaja


Masa remaja dikenal juga dengan sebutan masa transisi atau  masa peralihan dari kanak-kanak
menuju kedewasaan atau dapat juga dikatakan bahwa masa remaja perpanjangan masa kanak-
kanak menjelang masa dewasa( Daradjat:69).  Mereka tidak mau dikatakan kanak-kanak, tetapi juga
tidak mau dikatakan orang dewasa. Namun beberapa hal mereka masih menunjukan  ciri kenak-
kanakan nya, dalam kondisi yang lain juga dapat ciri kedewasaan walaupun tidak terlalu menonjol.
ciri-ciri yang menonjol pada  masa remaja ini adalah perubahan baik itu perubahan pola perilaku,
emosi, peran. Perubahan pada fisik pun juga berubah pada usia ini.1. Teori psikologi agama

menurut beberapa ahli :

1. Elizabeth B. Hurlock dalam Sururin dijelaskan bahwa masa remaja merupakan metode peralihan,
masa mencari identitas, usia bermasalah, masa yang tidak realistis dan sebagai masa penentuan
masa depan ( Sururin 2004). Dengan demikian masa remaja ini sangat membutuhkan bimbingan dan
perhatian serta komunikasi yang intens antara orang tua dan anak, sehingga diharapkan anak tidak
berperilaku menyimpang.

2. Masa remaja disebut juga sebagai masa pra pubertas (peural) dimana dimasa ini seorang anak
yang merasa remaja ingin berperilaku seperti orang dewasa, namun dirinya belum siap untuk
menjadi orang dewasa (Syaiful Hamali 2004). Usia remaja dibagi menjadi usia remaja awal dan akhir,
usia remaja awal berusia 13-16 th sedangkan remaja akhir rentang usia 17-21 th.

Sebagai generasi penerus remaja memiliki perasaan yang sangat penting dalam menentukan masa
agama dan juga bangsa sendiri. Oleh karena itu remaja santiasa diarahkan dan dibimbing dengan
sebaik-baik nya, sehingga nantinya bisa menjadi generasi yang unggul dan bisa melanjutkan cita-cita
dengan mental dan spiritwal.

B. Sikap remaja terhadap agama

Masa remaja adalah masa transisi dari kanak-kanak menuju dewasa, mereka masih perlu mendapat
bimbingan dan kontrol dari orang tua karena pada masa remaja ini menjadi masa yang sangat
rawan, sifat egoisme dan rasa ingin tahuan yang sangat tinggi menyebab kan tidak mempunyai
kotrol diri yang memadai. 

Pada masa ini mereka sering mencari perhatian dan pengakuan dari orang lain, karena pada hakikat
nya masa remaja ini merupakan masa dimana mereka sedang mencari identitas diri dan mencoba-
coba hal yang baru. 2 psikologi agama drs.djami’atul
Sikap remaja ini pada agama disimpulkan zakiyah Daradjat yaitu:

1. Percaya ikut-ikutan

Pada dasarnya kebanyakan remaja memeluk suatu agama adalah karena hasil didikan dan
keluarganya. Cara beragama yang ikut-ikutan ini merupakan lanjutan dan cara beragama dimasa
kanak-kanak. Kondisi semacam ini biasanya terjadi pada usia remaja pertama umur (13-16 th)
kemudian kepada cara-cara yang lebih kritis.

2. Percaya dengan kesadaran

setelah kegoncangan remaja yang pertama agak reda, yaitu lebih kurang usia 16 th, remaja mulai
cenderung untuk meninjau ulang cara-cara beragama dimasa kecil. Kepercayaan tanpa pengertian,
patuh dan tunduk kepada ajaran tanpa komentar atau alasan tidak lagi memuaskan mereka.

3. Percaya tapi agak ragu

Kebimbangan remaja terhadap agama berbeda satu sama lainya, sesuai dengan kepribadian mereka
masing-masing. Ada yang mengalami kebimbangan ringan, yang dengan cepat dapat diatasi dan ada
yang sangat besar, sampai kepada berpindah agama. Kebimbangan dan kegoncangan keyakinan
yang terjadi sesudah perkembangan kecerdasan selesai itu, tidak dapat di pandang sebagai kejadian
yang berdiri sendiri, tetapi berhubungan dengan segala pengalaman dan proses pendidikan yang
dilalui nya sejak kecil. Kecenderungan ini umumnya terjadi usia sekitar (17-20 th).

4. Tidak percaya pada tuhan

Salah satu perkembangan yang mungkin terjadi pada masa remaja adalah tidak mempercayai
adanya tuhan. Perembangan ini sebenarnya memiliki akar atau sumber pada masa kecilnya. Apabila
seorang anak merasa tertekan akan kekuasaan orang tua kepadanya, maka ia telah memendam
sesuatu tantangan terhadap kekuasaan orang tua, dan selanjutnya kekuasaan terhadap siapapun.
Setelah usia remaja telah dicapainya, tantangann itu akan terekspresi kedalam bentuk menentang
tuhan bahkan menentang wujudnya. Ketidak percayaan yang sungguh-sungguh ini tidak terjadi
sebelum umur 20 th. 3psikologi agama drs.djami’atul

 
 

C. Perkembangan jiwa keagamaan pada remaja

Perkembangan rasa remaja dalam pembagian tahap perkembangan manusia, maka masa remaja
menduduki tahap progresif. Dalam pembagian yang agak terurai masa remaja mencangkup masa
juvenilitas (odolescantium), pubertas, dan nubilitas.

Sejalan dengan perkembangan jasmank dan rohaninya, maka agama pada para remaja turut di
pengaruhi perkembangan itu. Maksudnya penghayatan para remaja terhadap ajaran agama dan
tidak keagamaan yang tampak pada para remaja banyak berkaitan dengan faktor perkembangan
tersebut.

Perkembangan agama pada para remaja ditandai oleh beberapa faktor perkembangan rohani dan
jasmaninya. Perkembangan itu antara lain menurut W. Starbuck adalah:

A. Pertumbuhan pikiran dan mental

 Ide dasar keyakinan beragama yang di terima remaja dari masa kekanak-kanakan sudah tidak begitu
menarik bagi mereka. Sifat kritis terhadap ajaran agama mulai timbul. Selain masalah agama mereka
pun sudah tertarik pada masalah kebudayaan, sosial, ekonomi, dan norma-norma kehidupan
lainnya.

B. Perkembangan perasaan

Berbagai perasaan telah berkembang pada masa remaja. Perasaan sosial, etis, dan estesis
mendorong remaja untuk menghayati perikehidupan yang terbiasa dalam lingkungannya. Kehidupan
religius akan cenderung mendorong dirinya lebih dekat ke arah hidup religius pula. Sebalik nya bagi
remaja yang kurang mendapat pendidikan dan siraman ajaran agama akan lebih mudah didominasi
dorongan seksual. Masa remaja merupakan masa kematangan seksual. Dorongan oleh perasaan
ingin tahu dan perasaan penasaran, remaja lebih mudah terperosok kearah tindakan seksual negatif.

C. Pertimbangan sosial

Corak keagamaan para remaja juga ditandai oleh adanya pertimbangan sosial. Dalam kehidupan
beragama mereka timbul konflik antara pertimbangan moral dan material. Remaja sangat binggung
menentukan pilihan itu. Karena kehidupan duniawi lebih di pengaruhi kepentingan akan materi,
maka para remaja lebih cenderung jiwa nya untuk bersikap materialis.

D. Pengembangan moral

Perkembangan moral para remaja bertitik tolak dari rasa berdosa dan usaha untuk mencari proteksi.
Tipe moral yang juga terlihat pada para remaja juga mencangkupi:

1. Self-directive

2. Adaptive

3. Submissive

4. Unadjusted

5. Deviant

E. Sikap dan minat

Sikap dan minat remaja terhadap masalah keagamaan boleh dikatan sangat kecil dan hal ini
tergantung dari kebiasaan masa kecil serta lingkungan agama yang mempengaruhi mereka (besar
kecil minatnya).

F. Ibadah

D. Jiwa Keagamaan Pada Masa Remaja


Sebelum membicarakan agama pada remaja, kiranya lebih baik kita

ketahui apa yang dimaksud dengan remaja, umur berapa seorang itu

dipandang remaja. Dalam menjawab pertanyaan ini ahli jiwa tidak

sependapat karena memang dalam kenyataan hidup, umur permulaan dan

berakhirnya masa remaja itu berbeda dari seorang kepada yang lainnya,

bergantung kepada masing-masing individu dan masyarakat dimana

individu itu hidup. Para ahli jiwa juga tidak mempunyai kata sepakat

tentang berapa lamanya masa remaja tersebut. Mereka hanya sepakat

dalam menentukan permulaan masa remaja yaitu dengan dimulainya

kegongcangan yang ditandai dengan datangnya haid (menstruasi) pertama

bagi wanita dan mimpi pada pria. Kejadian yang menentukan ini tidak

sama antara satu anak dengan lainnya, ada yang mulai 12 tahun dan ada

pula sesudah 13 tahun dan ada pula yang sampai 15 tahun. Sejalan dengan

perkembangan jasmani dan rohaninya maka agama pada remaja turut

dipengaruhi oleh perkembangan itu. Maksudnya penghayatan para remaja

terhadap ajaran agama dan tindak keagamaan yang tampak pada para
remaja banyak berkaitan dengan faktor perkembangan tersebut (Mubarak,

2014).

Remaja dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari bahasa

Latin adolescare yang artinya „tumbuh atau tumbuh untuk mencapai

kematangan‟. Bangsa primitif dan orang-orang purbakala memandang

masa puber dan masa remaja tidak berbeda dengan periode lain dan rentan

kehidupan. Anak dianggap sudah dewasa apabila sudah mampu

mengadakan reproduksi. Istilah adolescence sesungguhnya memiliki arti

yang luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik

(Hurlock, 2001). Sedangkan secara fisikologis mengatakan remaja adalah suatu usia dimana individu
menjadi terinteraksi ke dalam masyarakat

dewasa, suatu usia dimana anak tidak merasa bahwa dirinya berada di

bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama, atau paling

tidak sejajar. Masa remaja adalah masa peralihan, yang ditempuh oleh seseorang

dari kanak-kanak menuju remaja. Masa remaja juga dapat dikatakan

perpanjangan masa kanak-kanak sebelum mencapai dewasa. Masa remaja


adalah masa yang penuh kegoncangan jiwa, masa berada dalam peralihan

atau di atas jembatan goyang yang menghubungkan antara masa kanak-

kanak yang penuh kebergantungan dengan masa dewasa yang matang.

Dikatakan juga masa remaja adalah masa yang seolah-olah tidak memiliki

tempat yang jelas, ia tidak termasuk golongan anak juga tidak termasuk

golongan dewasa. Karena remaja belumlah mampu menguasai fungsi fisik

maupun psikisnya, oleh karena itu masa remaja biasa kita dengar sebagai

masa transisi atau masa peralihan.

Masa remaja merupakan periode dimana individualisme semakin

menampakkan wujudnya, pada masa tersebut memungkinkan mereka

untuk menerima tanggung jawab atas perilaku mereka sendiri dan menjadi

sadar terlibat pada perkara hal, keinginan, cita-cita yang mereka pillih.

Masa muda merupakan tahap yang penting dalam pertumbuhan religius.


Perkembangan jiwa keagamaan remaja ini dalam tiga tahap (Jalaludin,

2012), yaitu:

1. Masa Pra-Remaja (usia 13-16 tahun)

Perkembangan jiwa agama pada masa ini bersifat berurutan

mengikuti sikap keberagamaan orang-orang yang ada disekitarnya.

Secara singkat, perkembangan jiwa agama anak-anak remaja di usia

ini, yaitu: (1) ibadah mereka karena dipengaruhi oleh keluarga, teman,

lingkungan, dan peraturan sekolah. Belum muncul dari kesadaranmereka secara mandiri. (2)
kegiatan keagamaan lebih banyak

dipengaruhi oleh kondisi emosional dan pengaruh luar diri.

2. Masa Remaja Awal (usia 16-18 tahun)

Perkembangan jiwa agama pada usia ini adalah menerima ajaran

dan perilaku agama dengan dilandasi kepercayaan yang semakin

mantap. Kemantapan jiwa agama pada diri mereka disebabkan oleh

beberapa hal, yaitu: (1) Timbulnya kesadaran untuk melihat pada

dirinya sendiri. Dengan semakin matangnya organ fisik, psikis, dan


pikiran maka remaja semakin banyak merenungkan dirinya sendiri,

baik kekurangan maupun kelebihannya, serta persiapan-persiapan

masa depannya. Kesadaran ini akan mengarahkan mereka untuk

berpikir secara mendalam tentang ajaran dan perilaku agamanya.

(2) Timbulnya keinginan untuk tampil di depan umum (sosial) guna

menunjukkan eksistensi diri dan belajar mengambil peran-peran

sosial. Termasuk dalam bidang keagamaan, remaja di usia ini

termotivasi untuk terlibat secara aktif, misalnya terlibat dalam

kegiatan remaja Masjid, mengajar di Taman Pendidikan Al-Qur‟an

(TPA) dan sebagainya.

Keterlibatan mereka dalam kegiatan keagamaan bukan sekedar

mencari pahala atau menebus dosa, namun lebih disebabkan karena

keinginan yang kuat untuk mendapatkan pengakuan dari lingkungan

sekitarnya, dimana pengakuan tersebut penting untuk membangun

kepercayaan diri dan kepuasan batin mereka. (3) Dengan semakin

mantapnya jiwa keagamaan di usia ini dan dibarengi dengan


kedalaman ilmu agama, maka remaja akan semakin berusaha

meninggalkan segala bentuk bid‟ah dan khurafat dalam beragama,

seperti datang ke dukun, belajar ilmu kebal, atau memakai jimat.

Mereka akan cenderung pada kegiatan keberagamaan yang bersifat

formal (Thaib, 2015). Namun sebaliknya pada remaja yang kurang

mendalam ilmu agamanya dan kurang matang jiwa keagamaannya,

mereka akan cenderung memilih hal-hal negative yang bertentangan

dengan syari‟at agama, misalnya dengan mendatangi dukun, atau

memakai jimat untuk kekebalan tubuh. Perilaku yang tidak rasionalini mereka pilih sebagai salah
satu upaya untuk mendapat pengakuan

dari orang-orang disekitarnya agar mereka dianggap hebat dan

memiliki kelebihan.

3. Masa Remaja Akhir (usia 18-21 tahun)

Perkembangan jiwa agama pada usia ini ibarat grafik yang bukan

semakin naik justru semakin menurun apabila dibandingkan dengan

masa sebelumnya. Jiwa agama remaja akhir semakin menurun


dipengaruhi oleh dorongan seksual yang kuat dari dalam diri mereka

dan belum ada kesempatan untuk menyalurkannya ditambah dengan

rasionalisasi ajaran agama yang semakin kuat serta realitas kehidupan

masyarakat sekitarnya yang sering bertentangan dengan norma-norma

agama. Kondisi tersebut menyebabkan jiwa agama yang sudah

dipupuk sejak kecil akan mengalami penurunan. Terkait dengan

masalah ini, Dr. Al-Malighy dalam salah satu laporan hasil

penelitianya menemukan keraguan remaja dalam beragama cenderung

terjadi pada usia 17-20 tahun. Beberapa karakteristik perkembangan

jiwa keagamaan remaja akhir;

a. Percaya terhadap kebenaran agama tetapi penuh keraguan dan

kebimbangan

b. Keyakinan dalam beragama lebih dipengaruhi oleh faktor rasioanl

daripada emosional

c. Pada masa ini mereka merasa mendapatkan kesempatan untuk


mengkritik, menerima, atau menolak ajaran agama yang sudah

diterima sejak kecil.

Pada usia akhir remaja, seseorang cenderung

semakin tidak percaya sama sekali (mengalami peralihan) terhadap

Tuhan maupun ajaran agama yang diyakini sebelumnya. Hal itu

ditandai dengan:

a. Mengingkari terhadap Tuhan dan ingin mencoba mencari

kepercayaan lain, tetapi hati kecilnya menolak dan masih percaya

pada Tuhan yang sudah diyakini sebelumnya.b. Jika pada usia sebelumnya, remaja tidak
mendapatkan pondasi

agama yang kuat maka bisa mengarah pada perilaku atheis

(menafikan Tuhan)

Perkembangan Jiwa Pada Masa Remaja

Masa remaja dimulai sejak usia 13 sampai dengan 21 tahun. Terkait

tentang fase perkembangan jiwa masa remaja, maka para ahli psikologi berbeda

pendapat, ada yang mengatakan terbagi dalam empat fase, ada yang tiga fase,
dan ada juga yang membagi tiga fase. Adapun yang membagi empat fase sebagai

berikut:Masa Pra-Remaja/ Masa Puber (usia 13-16 tahun)

Pada masa ini, remaja memasuki masa goncang yang disebabkan oleh

pertumbuhan fisik dan perkembangan psikis yang terjadi secara ekstrim dan

tidak seimbang. Pada masa kanak-kanak perkembangan dan pertumbuhan

terjadi secara biasa-biasa saja, namun pada masa pra-remaja, seorang anak akan

mengalami perubahan yang tidak seimbang dan terjadi dengan sangat cepat.

Percepatan perubahan memang bisa jadi tidak sama antara anak yang satu

dengan yang lain. Ada anak yang mengalami perubahan dengan sangat cepat,

sehingga ia tampak lebih cepat besar dibandingkan dengan teman-teman

seusianya. Kondisi seperti ini biasanya akan berpengaruh terhadap kepercayaan

diri seorang anak remaja.

Adapun sifat-sifat remaja yang terkait dengan fase-fase perkembangan

jiwanya adalah:

a. Sifat negatif masa puber pada anak perempuan:

1) Mudah gelisah dan bingung


2) Kurang suka bekerja (suka bermalas-malasan)

3) Sensitive (mudah jengkel dan marah)

4) Pemurung dan kurang bergembira

5) Perasaan mudah berubah (antara senang dan sedih)

b. Sifat negatif masa puber pada anak laki-laki:

1) Mudah lelah

2) Malas beraktivitas (bekerja)

3) Sukar tidur dan bersantai-santai

4) Sering merasa pesimis dan rendah diri

5) Perasaan mudah berubah (antara gelisah dan gembira)

Menurut ahli psikologi, sifat negatif yang terjadi pada masa pra-remaja

ini dipengaruhi oleh pertumbuhan fungsi-fungsi kelenjar biologis yang pesat,

seperti datangnya haid bagi anak perempuan dan mimpi basah bagi anak laki-lki

2. Masa Remaja Awal (usia 16-18 tahun)

Pada masa ini, anak telah mendekati kesempurnaan baik secara fisik
maupun intelektual. Yang berarti bahwa, tubuh dengan semua anggotanya telah

dapat berfungsi secara baik, dan kecerdasan dapat dikatakan telah maksimal

perkembangannya. Akibat pertumbuhan fisik dan perkembangan intelektual danpsikisnya itu, maka
pengetahuan remaja berkembang pesat. Berbagai disipin

ilmu yang dia pelajari dapat diserap dengan baik dan akan mudah untuk dia

cerna menjadi bentuk konsep pemahaman baru yang akan disimpan didalam

ingatan jangka panjangnya.

Selain itu, anak-anak remaja sedang berusaha untuk mencapai

peningkatan dan kesempurnaan pribadinya, karena mereka juga ingin

mengembangkan agama, mengikuti perkembangan dan alur jiwanya yang sedang

tumbuh pesat itu. Cara mereka menerima dan menanggapi pengetahuan agama

berbeda dengan masa sebelumnya. Mereka menginginkan agar agama mampu

menyelesaikan kegoncangan yang terjadi didalam diri maupun lingkungannya.

Adapun cirri-ciri remaja awal, yatiu:

a. Sifat remaja awal perempuan:

1) Pasif dan lebih suka menerima apaadanya


2) Suka mendapatkan perlindungan

3) Pasif tetapi suka mengagumi idolanya

4) Tertarik pada hal-hal yang konkrit dan emosional

5) Berusaha menuruti dan menyenangkan pihak lain

b. Sifat remaja awal pada laki-laki:

1) Aktif dan suka memberi

2) Suka memberi perlindungan

3) Aktif meniru pribadi pujaannya

4) Tertarik pada hal yang abstrak dan intelektual

5) Berusaha menampakkan diri mampu dan bergengsi

Pada masa remaja awal ini sudah tampak jelas tanda-tanda secara fisik

dan sifat-sifat kejiwaan antar lawan jenis. Bagi remaja perempuan, pertumbuhan

fisik hampir mendekati sempurna, yaitu ditandai dengan ciri-ciri: membesarnya

payudara dan bagian pinggul serta berfungsinya semua bagian-bagian tubuh.

Dan dari sisi psikis, sudah tampak sifat sebagai wanita, yaitu ditandai dengan
cirri-ciri: munculnya rasa malu, sangat sensitif terhadap berbagai perlakuan darilawan jenisnya,
seperti pujian, pemberian hadiah, pertolongan, maupun

perlindungan secara umum. Demikian juga bagi remaja laki-laki, pertumbuhan

fisiknya juga hampir mendekati sempurna, yaitu ditandai dengan cirri-ciri:

membesarnya pita suara, berfungsinya kelenjar testis, tumbuhnya bulu-bulu

rambut dalam beberapa bagian tubuh, misalnya kumis, ketiak maupun disekitar

kemaluan. Demikian juga secara psikis juga sudah berkembang sifat-sifat

kejantanannya, seperti: memiliki keberanian dan ego diri, suka member hadiah,

pertolongan dan perlindungan khususnya pada lawan jenisnya.

Disamping itu perbedaan karakteristik pribadi sesuai dengan

perkembangan sejak awal hingga masa tersebut sudah mulai tampak. Sehingga

para orangtua dan guru semakin mudah membedakan perbedaan karakteristik

pada setiap anak. Hal ini berbeda dengan anak-anak, dimana perbedaan pada

masing-masing anak belum begitu tampak. Menurut Hurlock (1998), sifat atau

karakteristik remaja awal dapat dikelompokkan kedalam delapan tipe, yaitu: (1)

tipe intelektual, (2) tipe yang kalem, (3) tipe perenung, (4) tipe pemuja, (5) tipe
ragu-ragu, (6) tipe sok bisa/ egoistis, (7) tipe kesadaran, dan (8) tipe brutal.

Perbedaan karakteristik antara remaja tersebut akan terus berkembang

sehingga menjadi kepribadian yang mengintegrasi didalam dirinya setelah

mereka dewasa. Untuk itu, dengan memahami perbedaan karakteristik pada

setiap remaja, maka akan memudahkan orangtua dan guru dalam memberikan

bimbingan dan pembinaan sesuai dengan karakteristik masing-masing remaja.

3. Masa Remaja Akhir (usia 18-21 tahun)

Pertumbuhan fisik remaja akhir sudah bisa dikatakan sempurna,

terutama pertumbuhan tinggi badan. Jadi misalnya ada anak remaja yang pada

usia ini tinggi badannya mencapai 160 cm, maka kemungkinan besar sampai dia

tua nanti tinggi badannya 160 cm. Namun untuk berat badan masih mungkin

akan mengalami perubahan, yaitu bisa bertambah atau berkurang berat

badannya, karena berat badan ini sangat dipengaruhi oleh makanan, suplemengizi, kondisi pikiran,
dan tingkat aktivitas seseorang. Sedangkan perkembangan

psikis akan terus mengalami perubahan, diantara cirri-ciri psikis remaja akhir:

1) Mulai menemukan identitas dirinya secara pasti


2) Mampu menentukan cita-cita hidupnya secara lebih realistis

3) Mampu mengarahkan garis atau jalan hidupnya

4) Mulai dapat memikul tanggungjawabnya

5) Mampu mengatur norma-norma untuk dirinya sendiri

6) Mulai bisa beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya secra fleksibel, baik

dengan orang yang lebih tua maupun dengan anak yang lebih muda

Satu hal yang perlu diketahui, bahwa pada masa remaja akhir juga

mengalami guncangan yang hebat. Namun berbeda dengan guncangan yang

terjadi pada masa remaja awal, dimana pada masa remaja awal keguncangan

disebabkan ketidak seimbangan antara pertumbuhan fisik dengan

perkembangan psikis. Pada masa remaja akhir, guncangan disebabkan karena

ketidak seimbangan antara nilai-nilai yang sudah ditemukan dan dianutnya

dengan realitas kehidupan di sekelilingnya. Pikiran dan perasaan dalam diri

remaja akhir sudah mulai saling berinteraksi dan seimbang, namun sering kali

pikiran dan perasaannya kurang sinkron dengan kondisi lingkungannya. Hal ini

menyebabkan kegelisahan dalam diri mereka.


Hal-hal yang sering menjadi penyebab kegelisahan dan goncangan pada

diri remaja akhir adalah perbedaan dan ketidak serasian yang terjadi dalam

keluarga, sekolah, dan masyarakat. Selain itu juga, ketidak sesuaian antara nilai-

nilai akhlak yang dipelajari dengan perilaku orang-orang disekitarnya juga

menjadi pemicu keguncangan dalam diri mereka. Dan kegelisahan ini akan

semakin meningkat apabila pertentangan antara nilai dengan perilaku nyata itu

terlihat pada orangtua, guru, pimpinan, atau tokoh-tokoh agama yang selama ini

mereka hormati dan turuti nasehatnya. Sasaran utama akan kekecewaan mereka

akan ditunjukan terutama kepada tokoh-tokoh agama, karena merekamengharapkan tokoh


agamalah yang harus menjaga dan memperbaiki akhlak

masyarakat.

Disamping itu, kegoncangan jiwa mereka diakibatkan oleh dorongan

seks yang semakin kuat, yang kadang-kadang timbul karena keinginan untuk

mengikuti arus dorongan nafsu tersebut, akan tetapi mereka takut

melakukannya karena tidak berani melanggar ketentuan agama sementara dilain

pihak, dia melihat banyak orang yang berani melanggarnya. Berbagai


pertentangan antara nilai-nilai yang dianut serta realitas perilaku masyarakat

yang banyak melanggar nilai-nilai tersebut maupun dorongan seks yang kuat

maka seringkali menggiring para remaja untuk melampiaskan beban

kejiwaannya tersebut mengarah pada tindak kenakalan atau kriminalitas

Anda mungkin juga menyukai