Oleh:
Lituhayu Leilani
(20101157510020)
FAKULTAS PSIKOLOGI
PADANG 2022
HASIL WAWANCARA:
1. Menurut saudara, bagaimana perkembangan jiwa keagamaan pada anak dan remaja?
2. Menurut saudara, apa saja tahapan-tahapan perkembangan jiwa keagamaan pada anak dan
remaja?
3. Menurut saudara, apa saja sumber-sumber jiwa keagamaan?
4. Menurut saudara, apa saja sifat keagamaan pada anak dan remaja?
Narasumber 1:
1. Perkembangan jiwa kegamaan ini pada anak dan remaja dapat kita kontrol melalui
lingkungan dimana ia bergaul.
2. Ada masa dimana anak dan remaja mempertanyakan keagamaannya, dan ada masa ia
mengerti dengan baik dan mulai menerapkannya di kehidupan sehari-hari
3. Untuk agama islam kita memilki Al-Qur’an dan hadits
4. Menurut saya, sifatnya yaitu antara mempercayai agama nya sendiri atau masih ragu akan
agama yang ia pegang
Narasumber 2:
1. Jiwa keagamaan pada anak dan remaja berkembang ketika ia sudah mulai mempelajari apa itu
agama dan bagaimana peran agama dalam kehidupannya
2. Pada anak, anak-anak mungkin hanya dapat memahami dan mengerti mengenai agama dari
keluarganya sedangnkan untuk remaja, ia dapat memahami mengenai agama dari sekolah
maupun lingkungannya
3. Sumber jiwa keagamaan seseorang itu berbeda-beda, ada yang dari dalam dirinya sendiri dan
ada yang dari luar atau lingkungannya
4. Sifat keagamaan pada ada biasanya lebih menekankan pada berkata jujur dari kecil,
sedangkan pada anak remaja, sifat keagamaannya yaitu sudah mulai mengetahui apa yang
dilarang Allah dan menjauhi larangannya, seperti menjauhi zina,mabuk,dll.
TEORINYA:
Kesemuanya itu tidak dapat dipenuhi secara sekaligus melainkan melalui pentahapan.
Demikian juga perkembangan agama pada diri anak. Timbulnya Agama Pada Anak Menurut beberapa
ahli anak dilahirkan bukanlah sebagai makhluk yang religious. Adapula yang berpendapat sebaliknya
bahwa anak sejak dilahirkan telah membawa fitrah keagamaan. Fitrah itu baru berfungsi di kemudian
hari melalui proses bimbingan dan latihan setelah berada pada tahap kematangan. Masalah tersebut
marilah kita kemukakan beberapa teori mengenai pertumbuhan agama pada anak itu antara lain :
Berkaitan dengan masalah ini, Imam Bawani membagi fase perkembangan agama pada masa
anak menjadi empat bagian, yaitu:
a) Fase dalam kandungan
Untuk memahami perkembangan agama pada masa ini sangatlah sulit, apalagi yang
berhubungan dengan psikis ruhani. Meski demikian perlu dicatat bahwa perkembangan agama
bermula sejak Allah meniupkan ruh pada bayi, tepatnya ketika terjadinya perjanjian manusia
atas tuhannya.
b) Fase bayi
Pada fase kedua ini juga belum banyak diketahui perkembangan agama pada seorang
anak.Namun isyarat pengenalan ajaran agama banyak ditemukan dalam hadis, seperti
memperdengarkan adzan dan iqamah saat kelahiran anak.
c) Fase kanak- kanak
Masa ketiga tersebut merupakan saat yang tepat untuk menanamkan nilai keagamaan.Pada fase
ini anak sudah mulai bergaul dengan dunia luar. Banyak hal yang ia saksikan ketika
berhubungan dengan orang-orang orang disekelilingnya. Dalam pergaulan inilah ia mengenal
Tuhan melalui ucapan- ucapan orang disekelilingnya. Ia melihat perilaku orang yang
mengungkapkan rasa kagumnya pada Tuhan. Anak pada usia kanak- kanak belum mempunyai
pemahaman dalam melaksanakan ajaran Islam, akan tetapi disinilah peran orang tua dalam
memperkenalkan dan membiasakan anak dalam melakukan tindakan- tindakan agama
sekalipun sifatnya hanya meniru.
d) Masa anak sekolah
Seiring dengan perkembangan aspek- aspek jiwa lainnya, perkembangan agama juga
menunjukkan perkembangan yang semakin realistis.Hal ini berkaitan dengan perkembangan
intelektualitasnya yang semakin berkembang.
Menurut W. Starbuck (dalam Jalaluddin, 2016:65) perkembangan agama yang terjadi pada
remaja terjadi dalam beberapa aspek, antara lain :
Perkembangan moral yang baik akan mendukung dalam pengembangan jiwa agama
pada diri remaja. Pernyataan tersebut dapat dipahami bahwa moral bisa mengendalikan
tingkah laku anak yang beranjak dewasa. Sehingga remaja tidak melakukan hal-hal
yang merugikan dan bertentangan dengan kehendak dan pandangan masyarakat.
Jadi menurut Clark, ekspresi dari pertentangan antara Death-urge dan life-urge merupakan
sumber kejiwaan agama dalam diri manusia.
c) Dzakiah Darajat
Menurut Dzakiyah, manusia memiliki 6 kebutuhan:
Kebutuhan akan rasa kasih sayang.
Kebutuhan akan rasa aman.
Kebutuhan akan harga diri.
Kebutuhan akan rasa bebas
Kebutuhan akan rasa sukses
Kebutuhan akan rasa ingin tahu
Jadi menurut Dzakiyah, gabungan dari ke-6 kebutuhan tersebut menyebabkan orang
memerlukan agama, karena melalui agama kebutuhan tersebut dapat disalurkan.
d) W.H Thomas
Yang menjadi sumber kejiwaan agama adalah empat macam keinginan dasar dalam jiwa
manusia, yaitu:
Keinginan untuk keselamatan
Keinginan untuk mendapat penghargaan
Keinginan untuk ditanggapi.
Keinginan untuk pengetahuan atau pengalaman baru.
Surga terletak di langit dan untuk tempat orang yang baik. Anak menganggap bahwa Tuhan
dapat melihat segala perbuatannya langsung ke rumah-rumah mereka sebagai layaknya
orang mengintai. Pada anak yang berusia 6 tahun menurut penelitian Praff, pandangan anak
tentang Tuhan adalah sebagai berikut :
Tuhan mempunyai wajah seperti manusia, telinganya lebar dan besar. Tuhan tidak
makan tetapi hanya minum embun.
Konsep ke Tuhanan yang demikian itu mereka bentuk sendiri berdasarkan fantasi
masing-masing.
4) Verbalis dan Ritualis
Dari kenyataan yang kita alami ternyata kehidupan agama pada anak-anak sebagian besar
tumbuh mula-mula secara verbal (ucapan). Mereka menghapal secara verbal kalimat-
kalimat keagamaan dan selain itu pula dari amaliah yang mereka laksanakan berdasarkan
pengalaman menurut tuntutan yang diajarkan kepada mereka. Sepintas lalu hal tersebut
kurang ada hubungannya dengan perkembangan agama pada anak di masa selanjutnya
tetapi menurut penyelidikan hal itu sangat besar pengaruhnya terhadap kehidupan agama
anak itu di usia dewasanya. Bukti menunjukkan bahwa banyak orang dewasa yang taat
karena pengaruh ajaran dan praktek keagamaan yang dilaksanakan pada masa anak-anak
mereka. Sebaliknya belajar agama di usia dewasa banyak mengalami kesuburan. Latihan-
latihan bersifat verbalis dan upacara keagamaan yang bersifat ritualis (praktek) merupakan
hal yang berarti dan merupakan salah satu cirri dari tingkat perkembangan agama pada
anak-anak.
5) Imitatif
Dalam kehidupan sehari-hari dapat kita saksikan bahwa tindak keagamaan yang dilakukan
oleh anak-anak pada dasarnya diperoleh dari meniru. Berdoa dan sholat misalnya mereka
laksanakan karena hasil melihat perbuatan di lingkungan, baik berupa pembiasaan ataupun
pengajaran yang intensif. Pada ahli jiwa menganggap, bahwa dalam segala hal anak
merupakan peniru yang ulung. Sifat peniru ini merupakan modal yang positif dalam
pendidikan keagamaan pada anak.
6) Rasa heran
Rasa heran dan kagum merupakan tanda dan sifat keagamaan terakhir pada anak. Berada
dengan rasa kagum yang ada pada orang dewasa, maka rasa kagum pada anak ini belum
bersifat kritis dan kreatif. Mereka hanya kagum terhadap keindahan lahiriayah saja. Hal ini
merupakan langkah pertama dari kenyataan kebutuhan anak akan dorongan untuk utuk
mengenal sesuatu yang baru (new experience). Rasa kagum mereka dapat di salurkan
melalui cerita-cerita yang menimbulkan rasa takjub.
Jadi secara umum dapat dikatakan remaja yang sikap keberagamaannya masih percaya
ikut-ikutan dalam kelaksanakan ibadah dan ajaran agama sekedar hanya mengikuti
suasana lingkungan dimana dia hidup.
Semua kondisi itu mendorong remaja untuk lebih memikirkan dirinya sendiri, ingin
mengambil tempat dan menonjol dalam masyarakat, perhatiannya pada ilmu
pengetahuan, agama dan masalah sosial semakin bertambah.
Wati, R. (2016). Memahami Perkembangan Jiwa Keagamaan Pada Anak Dan Remaja.
FOKUS Jurnal Kajian Keislaman dan Kemasyarakatan, 1(1), 19-32.
Atikah, Siti.(2014). Sifat-sifat Agama Pada Anak.Diakses pada 30 Maret 2022, dari
https://sitiatikah239.wordpress.com/2014/06/09/sifat-sifat-agama-pada-anak/