Anda di halaman 1dari 2

Nama: Fadliatun Mutmainnah

NIM: 20100119034

Kelas: PAI B 2019

Mata Kuliah: Psikologi Agama

RESUME

“Perkembangan Jiwa Agama pada Anak-anak”

Perkembangan jiwa beragama pada anak-anak umumnya adalah perkembangan yang


masih awal, tetapi sebenarnya sebelum masa anak- anak pun seorang anak telah mendapatkan

sebuah pendidikan tentang keagamaan, yaitu dalam kandungan, masa pranatal dan masa bayi.

Ada beberapa tahapan perkembangan keagaamaan Anak yaitu:

a. The Fairy Tale Stage (tahap dongeng)

Tahap ini dimulai pada anak berusia 3-6 tahun. Pada tahap ini pemahaman anak tentang

konsep Tuhan lebih banyak dipengaruhi oleh fantasi dan emosi. Kehidupan pada masa ini

banyak dipengaruhi oleh kehidupan fantasi hingga dalam menanggapi agama pun anak masih

menggunakan konsep fantasi yang diliputi oleh dongeng yang tidak masuk akal. Contoh dari

perkembangan pada tingkat dongeng ini adalah menceritakan kartun dongeng yang bersifat

mendidik ke arah yang bersifat untuk mengenal Tuhan dengan cara yang menyenangkan

sehingga dapat dipahami dengan mudah

b. The Realistic Stage (tahap kenyataan)

Tingkatan ini dimulai pada usia 7-12 tahun dan pada umumnya anak pada usia ini telah

pergi ke sekolah sehingga wawasan pengetahuan baru bisa didapatkan melalui pengajaran guru

maupun pengalaman berteman. Pada masa ini ide ketuhanan anak sudah mencerminkan konsep-

konsep yang berdasarkan pada kenyataan (realistis). Konsep ini timbul melalui lembaga-lembaga
keagamaan dan pengajaran agama dari orang dewasa lainnya. Ide pemahaman keagamaan pada

masa ini atas dorongan emosional, hingga merekabisa melahirkan konsep Tuhan yang formalis.

c. The Individual Stage (tahap individu)

Anak pada tingkat ini memiliki kepekaan emosi yang paling tinggi sejalan dengan

perkembangan mereka. Orang tua juga memiliki pengaruh dalam hal ini dengan kesesuaian

prinsip ekplorasi yang dimiliki anak sehingga dengan mudah anak menerima ajaran dari orang

dewasa. Perkembangan agama pada anak terjadi melalui pengalaman hidupnya sejak kecil juga

dari keluarga, di sekolah, dan di masyarakat. Semakin banyak pengalaman yang bersifat agama,
maka akan banyak unsur agama.

1. Bentuk dan sifat agama pada diri anak dapat dibagi atas: Unreflective (tidak mendalam),

Egosentris, Anthromorphis, Verbalis dan ritualis, Imitatif, dan Rasa heran.

2. Faktor keagamaan seorang anak muncul karena dipengaruhi oleh dua hal yaitu internal

dan eksternal (Syah, 2002).

a. Faktor internal, yaitu sebagai berikut:

 Hereditas

 Tingkat usia

b. Faktor eksternal, yaitu sebagai berikut:

 Pendidikan keluarga

 Lingkungan sekolah

 Lingkungan masyarakat

Anda mungkin juga menyukai