Anda di halaman 1dari 4

Nama: Fadliatun Mutmainnah

NIM: 20100119034

Kelas: PAI B 2019

Mata Kuliah: Psikologi Agama

RESUME

“KAJIAN KONSEP PSIKOLOGI AGAMA”

A. Pengertian Psikologi Agama

Psikologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang

gejala-gejala kejiwaan, atau tingkah laku yang nyata. Obyek kajian psikologi adalah tingkah laku

(perilaku) nyata yang dapat diobservasi secara langsung, bukan sesuatu yang bersifat ruhaniah

(kejiwaan) dan abstrak. Oleh karena itu obyek kajian psikologi bersifat obyektif empiris.

Agama secara harfiah adalah (Sanskerta, a = tidak; gama = kacau) artinya tidak kacau;

atau adanya keteraturan dan peraturan untuk mencapai arah atau tujuan tertentu. Religio dari

religere dalam bahasa latin, artinya mengembalikan ikatan, memperhatikan dengan saksama; jadi

agama adalah tindakan manusia untuk mengembalikan ikatan atau memulihkan hubungannya

dengan Ilahi.
Jadi, psikologi agama adalah ilmu yang mempelajari psikis manusia dalam kaitanya

dengan manifestasi keagamaannya, yaitu kesadaran agama (religious consciousness) dan

pengalaman agama (religious experience) (Zakiah Daradjat: 1970, 3). Kesadaran agama, hadir

dalam pikiran dan dapat dikaji dengan introspeksi. Pengalaman agama, perasaan yang hadir

dalam keyakinan sebagai buah dari amal keagamaan semisal melazimkan zikir, shalat, doa, dan

sebagainya. Jadi, obyek studinya dapat berupa: (1) Gejala-gejala psikis manusia yang berkaitan

dengan tingkah laku keagamaan; dan (2) Proses hubungan antara psikis manusia dan tingkah

laku keagamaannya

B. Sejarah Perkembangan Psikologi Agama


1. Perkembangan di Barat

Perkembangan Psikologi Agama di barat mengalami pasang surut. Bersamaan dengan

perkembangan psikologi modern, pada tahun 1890-an, psikologi berkemang pesat. Tetapi pada

tahun 1930- 1950 Psikologi Agama mengalami penurunan. Setelah itu meningkat lagi, bahkan

berkembang pesat pada tahun 1970 sampai sekarang. Menurut Thouless, sejak terbitnya buku

The Varietes of Religion Experience tahun 1903, sebagai kumpulan kuliah William James di

empat Universitas di Skotlandia, maka langkah awal kajian Psikologi Agama mulai diakui oleh

para ahli psikologi dan dalam jangka waktu tiga puluh tahun kemudian, banyak buku-buku lain
diterbitkan dengan konsep-konsep yang serupa. Di antara buku-buku tersebut adalah The

Psychology of Religion karangan Edwind Diller Starbuck, yang mendahului karangan Wlilliam

James. Buku E. D. Starbuck yang terbit tahun 1899 ini kemudian disusul sejumlah buku lainnya

seperti The Spiritual Life oleh George Albert Coe, tahun 1900, kemudian The Belief in God and

Immortality (1921) oleh H. J. Leubadan oleh Robert H. Thouless dengan judul An Introduction

on thr Psycology of Religion tahun 1923 serta R.A. Nicholson yang khususnya mempelajari

mengenai aliran Sufisme dalam Islam dengan bukunya Studies in Islamic mysticism, tahun 1921.

2. Perkembangan di Timur

Didunia Timur, khususnya diwilayah-wilayah kekuasaan Islam, tulisan-tulisan yang

memuat kajian tentang hal serupa belum sempat dimasukkan. Padahal, tulisan Muhammad Ishaq

ibn Yasar diabad ke-7 masehi berjudul Al-Siyar wa al-Maghazi memuat berbagai fragmen dari

biografi Nabi Muhammad SAW, ataupun Risalah Hayy Ibn Yaqzan fi Asrar al-Hikmat al-

Masyriqiyyat yang juga ditulis oleh Abu Bark Muhammad ibn Abd Al-Malin ibn Tufai (1106-

1185 M) juga memuat masalah yang erat kaitannya dengan materi psikologi agama.

3. Perkembangan di Indonesia

Adapun ditanah air perkembangan Psikologi Agama dipelopori oleh tokoh-tokoh yang

memiliki latar belakang profesi ilmuwan, agamawan, dan bidang kedokteran. di antara karya-

karya awal yang berkaitan dengan Psikologi Agama adalah buku Agama dan Kesehatan

Badan/Jiwa (1965), tulisan H. Aulia. Kemudian Tahun 1975, Djam’an menulis buku Islam dan
Psikosomatik. Nici Syukur Lister, menulis buku Pengalaman dan Motivasi Beragama: Pengantar

Psikologi Agama.

C. Objek Kajian Psikologi Agama

Yang menjadi objek kajian psikologi adalah pertama kesadaran beragama (relegious

counsciousness) yaitu bagian pengakuan dan kesaksian atau segi yang hadir (terasa) dalam

pikiran dan dapat terlihat dari gejalanya melalui instrospeksi. Ada tiga aspek di dalam kesadaran

beragama yaitu: pengetahuan, pengakuan dan pengamalan.

Kedua, pengalaman agama (relegious experience) adalah unsur pengakuan dan kesadaran
beragama, yaitu perasaan membawa kepada keyakinan yang dihasilkan oleh tindakan (amaliah).

Atau lebih jelasnya bisa kita katakan perasaan yang muncul dalam diri manusia setelah

menjalankan ajaran agama. Pengalaman beragama disebut juga pengalaman spiritual,

pengalaman suci, atau pengalaman mistik.

Untuk itu yang menjadi objek dan lapangan psikologi agama adalah menyangkut gejala-

gejala kejiwaan dalam kaitannya pada realisasi keagamaan (amaliah) dan mekanisme antara

keduannya. Dengan kata lain, meminjam istilah Zakiah Daradjat, psikologi agama membahas

tentang kesadaran agama (religious counciousness) dan pengalaman agama (religious

experience).

D. Manfaat Psikologi Agama

Ada tiga manfaat dalam mengkaji psikologi agama, yaitu:

1. Manfaat secara teoritis, yaitu:

a. Mengkaji tentang perilaku-perilaku jiwa keagamaan;

b. Mengakomodasi dan mengembangkan pemikiran-pemikiran perilaku kegamaan.

2. Manfaat secara praktis, yaitu: dapat memahami perilaku-perilaku keagamaan yang

didukung oleh motif-motif tertentu. Sehingga kita dapat membimbing orang yang

berperilaku keagamaan tersebut.


3. Manfaat secara normatif, yaitu: dapat melihat perilaku keagamaan secara

proporsional, yang mendorong masyarakat dapat hidup saling menghormati antar

pemeluk agama sehingga tercipta kerukunan antar umat beragama dan antar umat

seagama.

Anda mungkin juga menyukai