Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Manusia memiliki bermacam ragam kebutuhan batin maupun lahir akan tetapi, kebutuhan
manusia terbatas karena kebutuhan tersebut juga dibutuhkan oleh manusia lainnya. Karena
manusia selalu membutuhkan pegangan hidup yang disebut agama karena manusia merasa
bahwa dalam jiwanya ada suatu perasaan yang mengakui adanya yang maha kuasa tempat
mereka berlindung dan memohon pertolongan. Sehingga keseimbagan manusia dilandasi
kepercayan beragama. Sikap orang dewasa dalam beragama sangat menonjol jika, kebutuhan
akan beragama tertanam dalam dirinya. Kesetabilan hidup seseorang dalam beragama dan
tingkah laku keagamaan seseorang, bukanlah kesetabilan yang statis. Adanya perubahan itu
terjadi karena proses pertimbangan pikiran, pengetahuan yang dimiliki dan mungkin karena
kondisi yang ada. Tingkah laku keagamaan orang dewasa memiliki persepektif yang luas
didasarkan atas nilai-nilai yang dipilihnya.
Ketika mengkaji psiklogi agama, seseorang dihadapkan pada dua hal yakni “psikologi”
dan “agama”. Kedua kata tersebut memiliki pengertian dan penggunaan yang berbeda, meskipun
keduanya mempunyai kajian aspek yang sama yaitu aspek batin manusia. Memang, manusia
mungkin saja memanipulasi apa yang dialaminya secara kejiwaan, hingga terlihat berbeda dalam
sikap dan tingkah lakunya, bahkan mungkin bertentangan dengan keadaan yang
sebenarnya. Untuk membahas lebih lanjut mengenai psikologi agama, maka dalam makalah
berikut akan diuraikan tentang Pengertian, Sejarah Perkembangan Psikologi Agama dan
integerasi psikologi dengan agama.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya adalah:


1. Apakah pengertian dari psikologi agama?
2. Bagaimanakah Sejarah Perkembangan Psikologi Agama?
3. Bagaimana Integerasi Psikologi dan Agama

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari psikologi agama.
2. Untuk mengetahui sejarah perkembangan psikologi agama.
3. Untuk mengetahui integerasi psikologi dan agama

1
A. Pengertian Psikologi Agama

Psikologi agama merupakan salah satu cabang dari psikologi. Munculnya


berbagai cabang psikologi ini karena menurut Djamaluddin Ancok (1994: 1), psikologi
yang menjadi disiplin ilmu yang mendiri sejak tahun 1879 ini telah memperlihatkan
sumbangan nya dalam memecahkan berbagai problema dan menguak misteri hidup
manusia serta mengupayakan peningkatan sumber daya manusia 1.
Satu abad setelah psikologi diakui sebagai disiplin ilmu yang otonom , para ahli
melihat bahwa psikologi pun memiliki keterkaitan dengan masalah-masalah yang
menyangkut kehidupan batin manusia yang paling dalam , yaitu agama .
Psikologi agama terdiri dari dua kata yaitu kata “psikologi dan agama “. Kedua ini
selain memiliki makna yang berbeda dan memiliki cakupan bidang kajian yang berbeda ,
keduanya juga sama-sama membahasa persoalan-persoalan yang abstrak (sururin,2004; 4,
ramayulis,2004: 6) . karenanya para ahli mengalami kesulitan untuk mendefenisikan
psikologi agama2 .
Berangkat dari persoalan di atas , maka sebelumnya menguraikan sedikit apa itu
psikologi agama , terlebih dahulu akan diuraikan kosep dasar tentang kata “ psikologi’
dan “agama’, kata psikologi adalah Psikologi berasal dari perkataan yunani psyce yang
artinya jiwa, dan logos yang artinya ilmu. Jadi secara etimologi psikologi adalah ilmu
yang mempelajari tentang jiwa, baik mengenai macam-macam gejalanya, prosesnya
maupun latar belakangnya (ilmu jiwa)3 . sedangkan kata agama ( yang diturunkan dalam
rangka untuk mengatur hubungan manusia dengan sang pencipta ) menyangkut masalah
yang berhubugan dengan kehidupan batin manusia . karena agama sebagai bentuk dari
keyakinan menurut Jalaluddin (2006: 9) memang sulit diukir secara tepat dan rinci. Hak
ini pula barangkali yang menyebabkan para ahli sulit untuk memberikan defenisi yang
tepat tentang agama. Bahkan walter Houston clark (1969) dengan tegas mengakui bahwa
tidak ada yang lebih sukar dari pada mencari kata-kata yang dapat digunakan untuk
membuat defenisi agama . karena pengalaman agama adalah subjektif ,intern dan
individual, dimana setiap orang akan merasakan pengalaman agama yang berbeda .
disamping itu ,tampak pada umumnya orang lebih condong kepada mengaku beragama ,
kendatidapun ia tidak menjalankannya4.pendapat diatas bukan berarti agama sma sekali
tidak dapat dipahami melalui pendekatan defenitif untuk memberikan defenisi agama ,
Harun Nasution merenut pengertian agama berdasarkan kata Al-din, Religi, dan agama .
maka menurut harun nasution ,intisari dari ketiga kata tersebut adalah "ikatan". Karena
ikatan itu berasal dari suatu kuatan yang lebih tinggi dar manusia sebagai kekuatan ghaib
yang tak dapat ditangkap dengan panca indra ,namun memiliki pengaruh yang besar
sekali terhadap kehiduoan manusia sehari-hari (Harun Nasution, dalam
jalaliddin,2016:10).

1
Drs.mukhlis,M.Si. dasar-dasar psikologi agama ,(pekanbaru:Al-mujtahadah press,2017), hlm.1
2
Ibid., hlm.2
3
Ahmad Fauzi, PsikologiUmum, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1997), hlm. 9
4
Ibid.,hlm.5

2
Menurut Robert H.Thpuless, fakta menunjukkan bahwa agama berpusat pada
tuhan atau dewa-dewa sebagai ukuran yang menentukan yang tak boleh diabaikan .
dalam istilahnya ia menyebutkan sebagai keyakinan (tentang dunia lain). Robert H.
Thouless berpendapat bahwa psikologi agama adalah cabang dari psikologi yang
bertujuan mengembangkan pemahaman terhadap perilaku keagamaan dengan
mengaplikasikan prinsip-prinsip psikologi yang dipungut dari kajian terhadap perilaku
bukan keagamaan5.
Menurut Prof. Dr. Zakiah Daradjat, psikologi agama meneliti dan menelaah
kehidupan beragama pada seseorang dan mempelajari berapa besar pengaruh keyakinan
agama itu dalam sikap dan tingkah laku serta keadaan hidup pada umumnya. Di samping
itu, psikologi agama juga mempelajari pertumbuhan dan perkembangan jiwa agama pada
seseorang, serta faktor-faktor yang mempengaruhi keyakinan tersebut.
Menurut jalaluddin, psikologi agama merupakan cabang sikologi yang meneliti
dan mempelajari tingkah laku manusia dalam hubungan dengan pengaruh keyakinan
terhdap agama yang di anut nya serta dalam kaitannya dengan perkembangan usia
masing-masing upaya untuk memeplajari tingkah laku keagamaan tersebut dilakukan
melalui pendekatan sikologi ( Jalaluddin, 2016 : 12).
Menurut sururin sikologi agama adalah cabang dari sikologi yang meniliti dan
menelaah kehidupan beragama pada seseorang dan mempelajari seberapa besar pengaruh
keyakinan agama itu dalam sikap dan tingkah laku serta keadaan hidup pada umumnya
(sururin, 2004 : 5).
Psikologi agama dengan demikian merupakan cabang psikologi yang meneliti dan
mempelajari tingkah laku manusia dalam hubungan dengan pengaruh keyakinan terhadap
agama yang dianutnya serta dalam kaitannya dengan perkembangan usia masing-masing6.
Berdasarkan pengertian dari Psikologi dan Agama yang telah dijelaskan di atas
dapat diambil kesimpulan bahwa, psikologi agama merupakan cabang dari psikologi
yang meneliti dan mempelajari tingkah laku manusia dalam hubungan dengan pengaruh
keyakinan terhadap agama yang dianutnya serta dalam kaitannya dengan
perkembangan usia masing-masing.
Dengan demikian, psikologi agama tidak masuk dalam wilayah ajaran dan
keyakinan suatu agama atau ideologi tertentu. Hal ini mengandung makna, bahwa
psikologi agama tidak berwenang untuk mendukung, membenarkan, menolak atau
menyalahkan ajaran agama ataupun ideologi tertentu.

B. Sejarah perkembangan psikologi agama .

Untuk menetapkan secara pasti kapan psikologi agama mulai dipelajari memang
terasa agak sulit. Baik dalam kitab suci , maupun sejarah tentang agama –agama tidak
terungkap secara jelas mengenai hal itu . namun demikian , walaupun tidak secara

5
Jalaluddin, psikologi agama, (Jakarta:Rajagrafindo persada, 2012), hlm.10
6
Ibid, hlm.15

3
lengkap ,ternyata permasalahan yang menjadi ruang lingkup kajian psikologia agama
maupun sejarah aagama7 .
Perhatian sejarah psikologi terhadap agama setua kehidpan umat manusia ,sejak
kesadaran manusia tumbuh orang telah memikirkan tentang arti hidup . perilaku manusia
Yng berkaitan dengan dunia ketuhanan ternyata telah banyak menyita perhatian para ahli
dan abad ke-19 perhatian tersebut dilakukan secara ilmiah lewat psikologi agama8 .
1. Psikologi agama pada abad ke-19
Pada pertengahan abad ke-19 , mentalitas modern yang tumbuh sejak abad ke-
16, siap untuk berkembang secara penuh . dimana pada abad tersebut , manusia
dipandang menduduki tempat utama dalam kosmos. Bumi dianggap sebagai
pusat alam raya dan segala hal yang paling indah dan tinggi. Tetapi teori
Copernicus tentang matahari sebagai pusat alam raya dan teleskop galileo,
ditambah lagi pengaruh pemikiran baru Rene Descartes dan Isac Newton ,
mnjadi awal bergeraknya kekuatan baru9.
Terbitnya buku origin of spesies,buah karya Darwin tahun 1859 ,dapat disebut
sebagai langkah simbolis yang mengisyaratkan bahwa hidup manusia sendiri
dapat diamati dengan teliti serta dibuat hipotesis secara rasional.
Stelah dua puluh tahun sesudah terbitnya buku Darwin ,Prof.Wilhem Wundt
(1832-1920), dari universitas Leipziq, jerman , mendirikan laboratorium untuk
merancang dan memanfaatkan metode ekperimental yang disesuaikan untuk
studi tentag perilaku manusia . pada tahun 1879 disebut-sebut sebagai tahun
kelahiran psikologi ilmiah modern10

2. Psikologi agama abad ke-20


Sumber-sumber barat mengungkapkan bahwa penelitian ilmiah modern di
lapangan psikologi agama dimulai sejak adanya kajian para antropolog dan
sosiolog seperti Stanley hall. Disamping itu disekita pergantian abad ke-19 dan
ke-20 terbitnya dua buku yaitu buku Edwin Diller Starbuck The Psychology of
Religion, diterbitkan tahun 1899, dan kedua bukunya William James The
Varieties of Religious Experience yang terbit 1902. Kedua karya itu sangat
penting dalam perintisan penyelidikan fenomena keagamaan dari segi psikologi.
Kemudian, pada awal abad ke-20 para penulis dan peniliti bertumpu pada karya
Starbuck dan James-memberi identitas pada munculnya istilah “Psikologi
Agama”
Perkembangan Psikologi Agama di wilayah Timur (Islam) sebenarnya
telah lebih dulu dilakukan atau dihasilkan dibandingan di dunia Barat. Seperti
dalam kurun waktu yang lebih awal Ibnu Tufail (1110-1185 M) dan juga Al
Ghazali (1059-1111) dalam tulisan – tulisannya telah membahas apa yang
menjadi perbincangan di dunia Barat disebut sebagai Psikologi Agama
7
Ibid., hlm. 27
8
Baharuddin dan mulyono,psikologi agama dalam prespektif islam, (malang:UIN Malang
press,2008),hlm.51
9
Ibid,hlm.55
10
Ibid. hlm.56

4
Kemudian pada abad 20, mulai berkembang di dunia Islam tentang kajian
Psikologi Agama, antara lain Dr. Abdul Mun’in Abdul Aziz Al-Malighy
misalnya pada tahun 1955 menulis buku dengan judul Tatawwur al-Syu’ur al-
Diny ‘Inda Tifl wa al-Murahiq yang di terbitkan Dar al-Ma’arif, Cairo,
membahas masalah perkembangan rasa agama pada anak-anak dan remaja. Dan
berdasarkan konteks kejiwaan, buku ini dapat dianggap sebagai awal dari
munculnya kajian psikologi agama di kalangan ilmuwan muslim modern
Karya lain yang lebih khusus mengenai psikologi agama adalah Ruh al-Din al-
Islamy (Jiwa Agama Islami) karangan Alif Abd al-Fatah tahun 1956. Demikian
pula pada tahun 1963 terbit buku Al-Shihah al-Nafsiyah karangan Moustafa
Fahmy. Dan banyak lagi karya karya ilmuan muslim tentang psikologi agama.
Dapat dipahami bahwa tampaknya memang perkembangan psikologi agama di
dunia Islam baru tampak sekitar abad ke-20.
3. Psikologi agama di Indonesia
Di Indonesia, perkembangan psikologi agama dipelopori oleh tokoh-tokoh yang
memiliki latar belakang profesi sebagai ilmuwan, agamawan, bidang-bidang
kedokteran. Diantara karya-karya awal yang berkaitan dengan psikologi agama
adalah buku Agama dan Kesehatan Badan/Jiwa (1965), tulisan prof. dr. H. Aulia.
Kemudian tahun 1975, K.H. S.S. Djam’an menulis buku Islam dan
Psikosomatik. DR. Nici Syukur Lister, menurut buku Pengalaman dan Motivasi
Beragama: Pengantar Psikologi Agama.
Di lingkungan perguruan tinggi, Psikologi Agama mulai dikenal tahun 1970-an,
yaitu oleh Prof. Dr. Zakiah, Darajat dan Prof. Dr A. Mukti Ali yang dikenal
sebagai pelopor pengembangan psikologi agama di lingkungan IAIN di
Indonesia.
Pesatnya perkembangan Psikologi Agama pada era dewasa ini ditunjang oleh
kajiannya yang mencakup kehidupan pribadi dan kelompok maupun
perkembangan usia manusia, juga mengarah menjadi ilmu Psikologi Terapan
yang banyak manfaatnya. Sekarang banyak terbit buku, jurnal, majalah tentang
psikologi agama yang banyak dimanfaatkan dalam berbagai lembaga.
.
C. Integrasi antara psikologi dengan agama
Hubungan antara psikologi dengan agama aseringkali diwarnai oleh dua bentuk
hubungan , yiatu integrase dan konflik. Dalam catatan sejarah , menurut jalaluddin
rakhmad (2005:104 ) integrase anatara psikologi dengan agama bukanlah ilusi ,
keduanya pernah bertemu pada awla sejarahnya , seperti yang dikemukakan dalam syair
Rumi” keduanya pernah berkumpul di rumpun bamboo sebelum terpisah menjadi
potongan-potongan seruling”11. Beberapa fakta yang menunjukkan terjadinya integrase
antara psikologi dengan agama itu antara lain:
1. Selama abad pertengahan dan ratusan tahun sebelumnya , ditengah-tengah
masyarakat selalu ada saja orang-orang yang mempunyai spesialisasi yang

11
Yuliana Intan Lestari, M.A,Dasar-dasar psikologi agama, (pekanbaru-riau, al-mujttahadah press) hlm. 89

5
melakukan penyembuhan dan pemeliharaan jiwa itu selalu dilakukan oleh para
agamawan .
2. Pada abad ke-16 psikologi barat sangat erat berkaitan dengan pandangan agama.
Salah satu cabang ilmu agama adalah : pneumatology ( ilmu tentang wujud-
wujud spiritual) dan pneumetologi ini dibagi menjadi 3 bagian ilmu yaitu ; 1.
Teologi : ilmu tentang tuhan . 2. Angelology: ilmu tentang ruh-ruh perantara
seperti , malaikat dan setan . 3. Ilmu tentang ruh manusia . pada tahun 1524,
marulic menyebut ilmu tentang ruh manusia itu seabgai psychologia.
3. Sampai tahun 1730 , psikologi masih berkaitan dengan psyche.menurut
Microsoft the saurus , psyche adalah self, atman, soul ,spirit, subjectifity; hinger
self, spiritual self , spirit. Sampai disini , psikologi masih menyimpan bau “
metafisis” . dengan kata lain , bahwa psikologi masih berkaitan dnegan hal-hal
abstrak ( rakhmat, 2005; 1050)12.
Berkaitan dengan integerasiantara sikologi dengan agama ini,jones (dalam rahmat,2005 :
136) mengatakan tiga bentuk tradisoinal yang menguntungkan hubungan antara sikologi
dan agama.namun,hubungan itu bersifat satu arah dengan posisi sikologi di atas agama.
Dengan posisi seperti itu,maka perkembangan baru yang terjadi di dalam sikologi akan
mempengaruhi agam,sebaliknya perkembangan pemikiran dalam bidang agama sama
sekali tidak mempengaruhi sikologi. Ketiga bentuk integerasi antara sikologi dengan
agama yang bersifat tradisional itu menurut jones adalah :
1. Studi agama dilakukan oleh para sikologi. Integerasi dalam bentuk pertama inilah
yang disebut sebagai psikologi agama.
2. Pengetahuan sikologis di pergunakan untuk membimbing pekerjaan para pastor
dalam mengayomi jemaat nya.
3. Menggunakan penemuan sikologis untuk merevisi,menafsirkan
kembali,meredefinisi,mendukung atau membuang tradisi-tradisi agam yang sudah
ada.
Dengan ketiga bentuk integerasi antara sikologi dengan agama di atas,menurut jones
(Dalam rahmat, 2005 : 139), Sikologi memperlakukan sebagai objek penelitian untuk
pembinaan dan penyediaan jasa atau untuk pembaruan pemikiran keagaaman. Ini berarti
dalam ketiga bentuk integerasi tersebut agama tidak pernah menjadi mitra sejajar.
Dalam integrase psikologi dengan agama itu terkandungan dua makna ,pertama :
psikologi memberikan sumbangan kepada agamawan dalam melaksanakan tugasnya .
kedua:yang terkandungan dalam integrase antara psikologi dan agama” agama
memberikan sumbangan kepada psikologi dalam melaksanakannya kegiatan terapi”.
Pendekatan psikologi dirasa kurang efektif dan efesien dalam keterbatasan waktu yang
dimiliki pasien , maka diprlukan bantuan agama , yaitu dengan memasukkan nilai-nilai
ajaran agama dalam proses psikoterapi . diranah inilah psikologi berinteraksi dengan
agama13.
12
Ibid.,hlm.90
13
Ibid, hlm.97

6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengertian psikologi agama
Psikologi agama merupakan gabungan dari dua kata yaitu psikologi dan agama.
Kedua kata ini memiliki pengertian yang berbeda.kata’ psikologi ‘adalah Psikologi
berasal dari perkataan yunani psyce yang artinya jiwa, dan logos yang artinya ilmu.
Jadi secara etimologi psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik
mengenai macam-macam gejalanya, prosesnya maupun latar belakangnya (ilmu
jiwa).sedangkan kata agama ( yang diturunkan dalam rangka untuk mengatur
hubungan manusia dengan sang pencipta ) menyangkut masalah yang berhubugan
dengan kehidupan batin manusia. Berdasarkan pengertian dari Psikologi dan Agama
yang telah dijelaskan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa, psikologi agama
merupakan cabang dari psikologi yang meneliti dan mempelajari tingkah laku
manusia dalam hubungan dengan pengaruh keyakinan terhadap agama yang
dianutnya serta dalam kaitannya dengan perkembangan usia masing-masing.
Dengan demikian, psikologi agama tidak masuk dalam wilayah ajaran dan
keyakinan suatu agama atau ideologi tertentu. Hal ini mengandung makna, bahwa
psikologi agama tidak berwenang untuk mendukung, membenarkan, menolak atau
menyalahkan ajaran agama ataupun ideologi tertentu.
2. Sejarah psikologi agama
Perhatian secara psikologis terhadap agama setua kehidupan umat manusia, sejak
kesadaran manusia tumbuh orang telah memikirkan tentang arti hidup. Perilaku
manusia yang berkaitan dengan dunia ketuhanan ternyata telah banyak menyita
perhatian para ahli dan pada abad ke-19 perhatian tersebut dilakukan secara ilmiah
lewat Psikologi Agama.
Pada pertengahan abad ke-19, mentalitas modern yang tumbuh sejak abad ke-16,
siap untuk berkembang secara penuh. Dimana pada abad pertengahan tersebut,
manusia dipandang menduduki tempat utama dalam kosmos.
Sumber-sumber Barat mengungkapkan bahwa penelitian ilmiah modern di lapangan
Psikologi Agama dimulai sejak adanya kajian para antropolog dan sosiolog seperti
Stanley Hall. Disamping itu disekitar pergantian abad ke-19 dan ke-20 terbitnya dua
buah buku, yaitu buku Edwin Diller Starbuck The Psychology of Religion, dan
kedua bukunya William James The Varieties of Religious Experience. Kedua karya
itu sangat penting dalam perintisan penyelidikan fenomena keagamaan dari segi
psikologi.
Perkembangan Psikologi Agama di wilayah Timur (Islam) sebenarnya telah lebih
dulu dilakukan atau dihasilkan dibandingan di dunia Barat. Seperti dalam kurun
waktu yang lebih awal Ibnu Tufail dan juga Al Ghazali dalam tulisan – tulisannya
7
telah membahas apa yang menjadi perbincangan di dunia Barat disebut sebagai
Psikologi Agama Kemudian pada abad 20, mulai berkembang di dunia Islam
tentang kajian Psikologi Agama, antara lain Dr. Abdul Mun’in Abdul Aziz Al-
Malighy menulis buku dengan judul Tatawwur al-Syu’ur al-Diny ‘Inda Tifl wa al-
Murahiq, membahas masalah perkembangan rasa agama pada anak-anak dan
remaja. Dan berdasarkan konteks kejiwaan, buku ini dapat dianggap sebagai awal
dari munculnya kajian psikologi agama di kalangan ilmuwan muslim modern.
Di Indonesia, perkembangan psikologi agama dipelopori oleh tokoh-tokoh yang
memiliki latar belakang profesi sebagai ilmuwan, agamawan, bidang-bidang
kedokteran. Diantara karya-karya awal yang berkaitan dengan psikologi agama
adalah buku Agama dan Kesehatan Badan/Jiwa (1965), tulisan prof. dr. H. Aulia.
Kemudian tahun 1975, K.H. S.S. Djam’an menulis buku Islam dan Psikosomatik.
DR. Nici Syukur Lister, menurut buku Pengalaman
dan  Motivasi Beragama: Pengantar Psikologi Agama.
Pesatnya perkembangan Psikologi Agama pada era dewasa ini ditunjang oleh
kajiannya yang mencakup kehidupan pribadi dan kelompok maupun perkembangan
usia manusia, juga mengarah menjadi ilmu Psikologi Terapan yang banyak
manfaatnya.

8
DAFTAR PUSTAKA
1. Drs.mukhlis,M.Si. dasar-dasar psikologi agama ,(pekanbaru:Al-mujtahadah
press,2017).
2. Ahmad Fauzi, PsikologiUmum, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1997)
3. Jalaluddin, psikologi agama, (Jakarta:Rajagrafindo persada, 2012)
4. Baharuddin dan mulyono,psikologi agama dalam prespektif islam,
(malang:UIN Malang press,2008)
5. Yuliana Intan Lestari, M.A,Dasar-dasar psikologi agama, (pekanbaru-riau,
al-mujttahadah press)

Anda mungkin juga menyukai