Anda di halaman 1dari 13

Tugas Makalah Kelompok 5 Semester 4

MAKALAH PEMBELAJARAN PAI INKLUSIF

“Kurikulum dan Model – Model Pendidikan PAI Inklusif”

Untuk memenuhi tugas terstruktur Mata Kuliah Pembelajaran PAI Inklusif

Dosen pengampu : Dr. Fatimah Purba, M.Pd.I

Disusun Oleh : Kelompok 5/ PAI 4 Semester 4

Faris Hizrian (0301182123)

Nur Asih (0301182173)

Wahyu Pertiwi Batubara (0301183240)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM IV


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN
T.A 2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Tuhan semeta alam. Atas berkat rahmat dan karunia-
Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah Pembelajaran PAI Inklusif kami ini yang
berjudul Kurikulum dan Model – Model Pendidikan Inklusif Makalah ini disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah Pembelajaran PAI Inklusif oleh Ibu Dr. Fatimah
Purba, M.Pd.I.
Dengan segala usaha yang kami kerahkan akhirnya kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan tepat pada waktunya. Dan hal itu pun tak luput dari campur
tangan Allah. Allah memberikan kami kemudahan untuk dapat menyelesaikan tugas-
tugas yang telah diberikan kepada kami.
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini pastinya masih
terdapat banyak kesalahan. Maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun guna kami jadikan evaluasi kedepannya. Demikian, semoga hasil dari
makalah kami ini dapat dijadikan sebagai tambahan ilmu bagi para pembacanya.

Medan, 11 April 2020

Kelompok 5

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar................................................................................................... .....i

Daftar Isi............................................................................................................. ....ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................. ....1

Latar Belakang................................................................................................... ....1

Rumusan Masalah.............................................................................................. ....1

Tujuan................................................................................................................. ....1

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................. ....2

Pengertian Kurikulum....................................................................................... ....2

Tujuan Pengembangan Kurikulum.................................................................. ....3

Model Kurikulum Pendidikan Inklusif............................................................ ....3

Model Pendidikan Inklusif............................................................................... ....4

BAB III PENUTUP........................................................................................... ...9

Kesimpulan......................................................................................................... ...9

Saran.................................................................................................................... ...9

Daftar Pustaka......................................................................................................... ...10

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan inklusif merupakan langkah yang telah diambil untuk menyetarakan
pendidikan bagi setiap anak, pendidikan inklusif ini pun menjadi pendidikan yang
sangat di perhatikan. Karena sebagai umat manusia kita harus menganggap manusia
sama tanpa harus memandang kekurangan dan kelebihan fisik atau pun fisikis anak.
Untuk menyokong dan memastikan pendidikan inklusif berjalan sesuai dengan
tujuannya, diperlukanlah sebuah atau pun rangkaian regulasi dan implementasi
untuk mewujudkannya. Kemudian untuk memastikan regulasi dan implementasi
berjalan sesuai tujuan pendidikan inklusif diperlukanlah rencana yang terstruktur
dan sistematis, salah Satunya adalah kurikulum.
Itu sebabnya kurikulum pendidikan inklusif sangat perlu dikaji sesuai dengan
kebutuh pendidikan inklusif itu sendiri. Jika kita mengaju pada defenisi yang
dikemukakan Hilda Taba, bahwa kurikulum dipandang sebagai suatu rencana
pelajaran.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Kurikulum
2. Tujuan Pengembangan Kurikulum
3. Model Kurikulum Pendidikan Inklusif
4. Model Pendidikan Inklusif
C. Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini ialah, sebagai alat untuk memenuhi tugas kelompok pada
mata kuliah Pendidikan Agama Islam Inklusif, sebagai bahan yang akan dipersentasikan oleh
kelompok penulis yaitu kelompol lima, diharapkan isi dari makalah ini dapat menjadi bahan
refrensi didalam lingkup pendidikan inklusif, dan diharapkan menjadi makalah yang sudah
sesuai dengan standar makalah ilmiah.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kurikulum

Secara etimologis, kurikulum berasal dari bahsa Yunani, yaitu curir yang artinya pelari
dan curare yang berarti tempat berpacu dari dunia olahraga pada zaman Romawi Kuno di
Yunani, yang mengandung pengertian suatu jarak yang harus ditempuh oleh pelari dari garis
start sampai garis finish.
Secara terminologi, menurut Kerr, J. F (1968) kurikulum adalah semua pembelajaran
yang di rancang dan dilaksanakan secara individu ataupun secara kelompok, baik disekolah
maupun diluar sekolah. Adapun menurut Inlow (1966) kurikulum adalah usaha menyeluruh
yang dirancang oleh pihak sekolah untuk membimbing murid memperoleh hasil
pembelajaran yang sudah ditentukan.
Dalam bahasa arab, kata kurikulum biasa diungkapkan dengan manhaj yang berarti jalan
yang dilalui oleh manusia pada berbagai bidang kehidupan. Kemudian, pengertian tersebut
diterapkan dalam dunia pendidikan menjadi sejumlah mata pelajaran (subject) yang harus
ditempuh oleh seorang siswa dari awal sampai akhir program pelajaran untuk memperoleh
penghargaan dalam bentuk ijazah. Dengan kata lain, kurikulum dianggap sebagai jembatan
yang sangat penting untuk mencapai titik akhir dari suatu perjalanan dan ditandai oleh
perolehan suatu ijazah tertentu.
Dari pengertian tersebut, dalam kurikulum terkandung dua hal pokok, yaitu pertama
adanya mata pelajaran yang harus ditempuh oleh siswa, dan kedua tujuan utamnya yaitu
untuk memperoleh ijazah. Dengan demikian, implikasi terhadap praktik pengajaran yaitu
setiap siswa harus menguasai seluruh mata pelajaran yang diberikan dan menempatkan guru
dalam posisi yang sangat penting dan menetukan.1
Keberhasilan siswa ditentukan oleh seberapa jauh mata pelajaran tersebut dikuasainya
dan biasanya disimbolkan dengan skor yang diperoleh setelah mengikuti suatu tes atau ujian.
Sedangkan kurikulum itu pendidikan (manhaj al-dirasah) dalam kamus Tarbiyah adalah

1
Di akses : Selasa, 31 Maret 2020 Pukul 11.07 : http://rinitarosalinda.blogspot.com/2015/10/4-kurikulum-jenis-
tujuan-model.html

2
seperangkat perencanaan dan media yang dijadikan acuan oleh lembaga pendidikan dalam
mewujudkan tujuan-tujuan pendidikan. Kurikulum bisa bersifat makro, artinya pengaturan
tetang tujuan, isi/materi, proses dan evaluasi dalam skala nasional, tetapi juga bisa bersifat
mikro yaitu pengatur -an tentang hal tersebut dalam konteks pembelajaran di kelas.2

B. Tujuan Pengembangan Kurikulum


1. Membantu peserta didik dalam mengembangkan potensi dan mengatasi hambatan
belajar yang dialami siswa semaksimal mungkin dalam setting inklusif.
2. Membantu guru dan orangtua dalam mengembangakn program pendidikan bagi
peserta didik berkebutuhan khusus baik yang diselenggarakan di sekolah, diluar
sekolah maupun dirumah.
3. Menjadi pedoman bagi sekolah, dan masyarakat dalam mengembangkan, menilai dan
menyempurnakan program pendidikan inklusif.

C. Model Kurikulum Pendidikan Inklusif


Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) perlu memerlukan pelayanan pendidikan
secara khusus. Hal ini dikarenakan mengingat mereka memiliki hambatan internal
anatara lain fisik, kognitif dan sosial emosional. Pendidikan bagi anak tersebut dapat
dilakukan baik dalam system segregatif di sekolah luar biasa (SLB) maupun system
inklusif pada sekolah umum atau reguler yang menyelenggarakan pendidikan inklusif.
Kategori ABK disini adalah peserta didik yang mengalami hambatan visual
impairments, hearing impairment, mental retardation, physical and health disabilities,
communication disorders, slow learner, learning disabilities, gifted and talented, autis,
dan multiply handicapped. Pendidikan inklusif memiliki ciri-ciri antar lain:
1. ABK belajar bersama-sama dengan anak rata-rata lainya.
2. Setiap anak memperoleh layanan pendidikan yang layak, menantang dan
bermutu.
3. Setiap anak memperoleh layanan pendidikan sesuai dengan kemampuan dan
kebutuhannya.
4. Sistem pendidikan menyesuaikan dengan kondisi anak.
2
Di akses : Selasa, 31 Maret 2020 Pukul 11.07 : http://andreani77.blogspot.com/2016/05/kurikulum-abk-di-
sekolah-inklusi.html

3
Dalam pembelajaran inklusif, model kurikulum bagi ABK dapat dikelompokkan
menjadi empat, yakni:
1. Duplikasi Kurikulum
Yakni ABK menggunakan kurikulum yang tingkat kesulitannya sama
dengan siswa rata-rata atau reguler. Model kurikulum ini cocok untuk peserta
didik tunanetra, tunarungu wicara, tunadaksa, dan tunalaras. Alasannya
peserta didik tersebut tidak mengalami hambatan intelegensi. Namun
demikian perlu memodifikasi proses, yakni peserta didik tunanetra
menggunakan huruf Braille, dan tunarungu wicara menggunakan bahasa
isyarat dalam penyampaiannya,3
2. Modifikasi Kurikulum
Yakni kurikulum siswa rata-rata atau reguler disesuaikan dengan
kebutuhan dan kemampuan atau potensi ABK. Modifikasi kurikulum ke
bawah diberikan kepada peserta didik tunagrahita dan modifikasi kurikulum
ke atas (eskalasi) untuk peserta didik fifted and talented.
3. Subsitusi Kurikulum
Yakni beberapa bagian kurikulum anak rata-rata ditiadakan dan diganti
dengan yang kurang lebih setara. Model kurikulum ini untuk ABK dengan
melihat situasi dan kondisinya.
4. Omisi Kurikulum
Yaitu bagian dari kurikulum umum untuk mata pelajaran tertentu
ditiadakan total., karena tidak memungkinkan bagi ABK untuk dapat berfikir
setara dengan rata-rata.
D. Model Pendidikan Inklusif
Pendidikan inklusif pada dasarnya memiliki dua model. Pertama yaitu model
inklusif penuh (full inclusion). Model ini menyertakan peserta didik berkebutuhan khusus
untuk menerima pembelajaran individual dalam regular. Kedua yaitu model inklusif
parsial (partial inclusion). Mode parsial ini mengikutsertakan peserta didik berkebutuhan
khusus dalam sebagian pembelajaran yang berlangsung di kelas regular dan sebagaian
lagi dalam kelas-kelas pull out dengan bantuan guru pendamping khusus.
3
Di akses : Selasa, 31 Maret 2020 Pukul 11.07 : https://asrulywulandari.wordpress.com/2013/06/05/model-dan-
kurikulum-pendidikan-inklusif/

4
Model lain misalnya dikemukakan oleh Brent Hardin dan Marie Hardin,
mengemukakan model pendidikan inklusif yang mereka sebut inklusif terbalik (reverse
inclusive). Dalam model ini, peserta didik normal dimasukkan kedalam kelas yang berisi
peserta didik berkebutuhan khusus. model ini berkebalikan dengan model pada umumnya
memasukkan peserta didik berkebutuhan khusus. model ini berkebalikan dengan model
yang pada umumnya memasukkan peserta didik berkebutuhan khusus ke dalam kelas
yang berisi peserta didik normal.
Model inklusif terbalik agaknya menjadi model yang kurang lazim dilaksanakan.
Model ini mengandaikan peserta didik berkebutuhan khusus sebagai peserta didik dengan
jumlah yang lebih banyak dari peserta didik normal. Dengan pengandaian demikian
seolah sekolah untuk anak berkebutuhan khusus secara kuantitas lebih banyak dari
sekolah untuk peserta didik normal, atau bisa juga tidak. Model pendidikan inklusif
seperti apapun tampaknya tidak menjadi persoalan berarti sepanjang mengacu kepada
konsep dasar pendidikan inklusif.
Model pendidikan inklusif yang diselenggarakan pemerintah Indonesia yaitu
model pendidikan inklusif moderat. Pendidikan inklusif moderat yang dimaksud yaitu :
pendidikan inklusif yang memadukan antara terpadu dan inklusif penuh. Model moderat
ini dikenal dengan model mainstreaming.
Model pendidikan mainstreaming merupakan model yang memadukan antara
pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus (Sekolah Luar Biasa) dengan pendidikan
regular. Peserta didik berkebutuhan khusus digabungkan ke dalam kelas regular hanya
untuk beberapa waktu saja.4
Filosofinya tetap pendidikan inklusif, tetapi dalam praktiknya anak berkebutuhan
khusus disediakan berbagai alternatif layanan sesuai dengan kemampuan dan
kebutuhannya. Anak berkebutuhan khusus dapat berpindah dari satu bentuk layanan ke
bentuk layanan yang lain, seperti :
1. Bentuk Kelas Regular Penuh
Anak berkebutuhan khusus belajar bersama anak lain (normal) sepanjang
hari di kelas regular dengan menggunakan kurikulum yang sama.
2. Bentuk Kelas Regular Dengan Cluster
4
Di akses : Selasa, 31 Maret 2020 Pukul 11.07 : http://rinitarosalinda.blogspot.com/2015/10/4-kurikulum-jenis-
tujuan-model.html?m=1

5
Anak berkebutuhan khusus belajar bersama anak lain (normal) di kelas
regular dalam kelompok khusus.
3. Bentuk Kelas Regular Dengan Pull Out
Anak berkebutuhan khusus belajar bersama anak lain (normal) di kelas
regular namun dalam waktu-waktu tertentu ditarik dari kelas regular ke ruang
sumber untuk belajar dengan guru pembimbing khusus.
4. Bentuk Kelas Regular Dengan Cluster Dan Pull Out
Anak berkebutuhan khusus belajar bersama anak lain (normal) di kelas
regular dalam kelompok khusus, dan dalam waktu-waktu tertentu ditarik dari
kelas regular ke ruang sumber untuk belajar bersama dengan guru
pembimbinh khusus.
5. Bentuk Kelas Khusus Dengan Berbagai Pengintegrasian
Anak berkebutuhan khusus belajar di kelas khusus pada sekolah regular,
namun dalam bidang-bidang tertentu dapat belajar bersama anak lain (normal)
di kelas regular.
6. Bentuk Kelas Khusus Penuh Di Sekolah Regular
Anak berkebutuhan khusus belajar di dalam kelas khusus pada sekolah
regular.
Dengan demikian, pendidikan inklusif seperti model yang disebutkan tadi tidak
mengharuskan semua anak berkebutuhan khusus berada di kelas regular setiap saat
dengan semua mata pelajarannya (inklusif penuh). Hal ini dikarenakan sebagian anak
berkebutuhan khusus dapat berada di kelas khusus atau ruang terapi dengan gradasi
kelainannya yang cukup berat. Bahkan bagi anak berkebutuhan khusus yang gradasi
kelainannya berat, mungkin akan lebih banyak waktu berada di kelas khusus pada
sekolah regular (inklusif lokasi). Kemudian, bagi yang gradasi kelainannya sangat berat,
dan tidak memungkinkan di sekolah regular (sekolah biasa), dapat disalurkan ke sekolah
khusus (SLB) atau tempat khusus (rumah sakit).5
 Model kurikulum pada pendidikan inklusif dapat dibagi tiga, yaitu :

5
Di akses : Minggu, 29 Maret 2020 Pukul 19.59 : https://asrulywulandari.wordpress.com/2013/06/05/model-dan-
kurikulum-pendidikan-inklusif/

6
a. Model Kurikulum Regular, yaitu kurikulum yang mengikutsertakan peserta didik
berkebutuhan khusus untuk mengikuti kurikulum regular sama seperti kawan-
kawan lainnya di dalam kelas yang sama.
b. Model Kurikulum Regular Dengan Modifikasi, yaitu kurikulum yang
dimodifikasi oleh guru pada strategi pembelajaran, jenis penilaian, maupun pada
program tambahan lainnya dengan tetap mengacu pada kebutuhan peserta didik
berkebutuhan khusus. di dalam model ini bisa terdapat siswa berkebutuhan
khusus yang memiliki PPI
c. Model Kurikulum PPI, yaitu kurikulum yang dipersiapkan guru program PPI
yang dikembangkan bersama tim pengembang yang melibatkan guru kelas, guru
pendidikan khusus, kepala sekolah, orang tua, dan tenaga ahli lain yang terkait.
Kurikulum PPI atau dalam bahasa inggris Individualized Education Program
(IEP) merupakan karakteristik paling ketara dari pendidikan inklusif. Konsep
pendidikan inklusif yang berprinsip adanya persamaan mensyaratkan adanya
penyesuaian model pembelajaran yang tanggap terhadap perbedaan individu.
Maka PPI atau IEP menjadi hal yang perlu mendapat penekanan lebih. Thomas
M. Stephens menyatakan bahwa IEP merupakan pengelolaan yang melayani
kebutuhan unik peserta didik dan merupakan layanan yang disediakan dalam
rangka pencapaian tujuan yang diinginkan serta bagaimana efektivitas program
tersebut akan ditentukan.
 Adapun perbedaan dari ketiganya sudah nampak pada pengertiannya, yakni :
a. Model Kurikulum Regular Penuh, peserta didik yang berkebutuhan khusus
mengikuti kurikulum regular, sama seperti teman-teman lainnya di dalam kelas
yang sama. Program layanan khususnya lebih diarahkan kepada proses
pembimbingan belajar, motivasi dan ketekunan belajar.
b. Model Kurikulum Regular Dengan Modifikasi, kurikulum regular dimodifikasi
oleh guru dengan mengacu pada kebutuhan siswa berkebutuhan khusus.
c. Model Kurikulum PPI, kurikulum disesuaikan dengan kondisi peserta didik yang
melibatkan berbagai pihak. Guru mempersiapkan program pembelajaran
individual (PPI) yang dikembangkan bersama tim pengembang kurikulum

7
sekolah. Model ini diperuntukan bagi siswa yang tidak memungkinkan mengikuti
kurikulum regular.
 Adapun keunggulan dan kelemahan :
a. Model Kurikulum Regular Penuh
Keunggulan : peserta didik berkebutuhan khusus dapat mengoptimalkan
potensi yang dimilikinya.
Kelemahan : peserta didik berkebutuhan khusus harus menyesuaikan diri
dengan metode pengajaran dan kurikulum yang ada. Pada saat-saat tertentu
kondisi ini dapat menyulitkan mereka. Misalnya saat siswa diwajibkan mengikuti
mata pelajaran menggambar. Karena memiliki hambatan penglihatan, tentu saja
siswa disability tidak bisa menggambar. Tapi karena mata pelajaran ini wajib
dengan kurikulum yang ketat, tidak fleksibel, tidaklah dimungkinkan bagi guru
maupun siswa disability untuk melakukan adaptasi atau subtitusi untuk mata
pelajaran menggambar tersebut.
b. Model Kurikulum Regular Dengan Modifikasi
Keunggulan : peserta didik berkebutuhan khusus dapat diberi pendidikan yang
sesuai dengan kebutuhannya.
Kelemahan : tidak semua guru di sekolah regular paham tentang ABK untuk
itu perlu adanya sosialisasi mengenai ABK dan kebutuhannya.
c. Model Kurikulum PPI
Keunggulan : peserta didik mendapatkan layanan pendidikan yang sesuai
dengan kebutuhan.
Kelemahan : guru kesulitan dalam menyususn IEP dan sangat membutuhkan
waktu yang banyak.6
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Sesuai amanat konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia, bahwa setiap anak harus
memperoleh pendidikan sesuai kebutuhannya, maka penyelenggara pendidikan harus

6
Di akses : Senin, 2 April 2020 Pukul 07.39 : https://astipurwanti07.wordpress.com/2014/01/15/model-
pembelajaran-inklusi/

8
menyiapkan segala fasilitas dan kebutuhan pendidikan lain yang dapat menjamin
keberlangsungan pendidikan tersebut, tidak terlepas pendidikan inklusif. Dari situlah kita
menyadari bahwa keberlangsungan dan keterjaminan terselenggaranya pendidikan inklusif
adalah dimulai dari diri kita sendiri. Sebagus dan sesistemasis apa pun kurikulum dan model
pendidikan yang kita rancang akan sirna jika dalam diri kita sendiri tidak dapat menerima anak-
anak inklusif sebagai manusia yang memiliki kelebihan atas kekurangannya yang kita tampak.
Saran
Penulis menyadari bahwa tulis penulis ini jauh dari kata sempurna, atas dasar kesadaran
itulah penulis membuka diri atas segala kritik dan saran yang ditujukan kepada penulis. Penulis
juga menyarankan jika ktitik dan saran dapat disampaikan kepada diri penulis sendiri melalui
media yang terhubung pada penulis, dan penulis harapkan agar setiap kritik dan saran tidak
diwakilkan didalam menyampaikannya agar tidak terjadi kesalah pahaman.

9
DAFTAR PUSTAKA
Di akses : Selasa, 31 Maret 2020 Pukul 11.07 : “Kurikulum (Jenis, Tujuan, Model)”
http://rinitarosalinda.blogspot.com/2015/10/4-kurikulum-jenis-tujuan-model.html?
m=1
Di akses : Minggu, 29 Maret 2020 Pukul 19.59 : “Model dan Kurikulum Pendidikan Inklusif”
https://asrulywulandari.wordpress.com/2013/06/05/model-dan-kurikulum-pendidikan-
inklusif/
Di akses : Senin, 2 April 2020 Pukul 07.39 : “Model Pembelajaran Inklusi”
https://astipurwanti07.wordpress.com/2014/01/15/model-pembelajaran-inklusi/
Di akses : Selasa 31 Maret 2021 pukul 11:07 : “Kurikulum ABK di Sekolah Inklusif”
http://andreani77.blogspot.com/2016/05/kurikulum-abk-di-sekolah-inklusi.html

10

Anda mungkin juga menyukai