Anda di halaman 1dari 15

KEBURUKAN AKHLAK, FAKTOR PENYEBAB, DAMPAK DAN

PENANGGULANGANNYA

Disusun oleh:

Gusti Randa (2120203028)

Miftahul Jannah (2120203049)

Dosen pengampu:

Bambang Irawan, M.Pd.

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG

TAHUN 2021/2022

KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT. atas segala nikmat dan rahmat-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan judul “Keburukam Akhak,
Faktor Penyebab, Dampak dan Penanggulangannya”. Kami menyadari segala kekurangan
dalam penyusunan makalah ini, dari segi materi maupun segi pembahasan. Namun demikian,
kami sebagai penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Kemudian kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Bambang Irawan, M.Pd. sebagai
dosen pengampu mata kuliah Akhlak Tasawuf. Yang telah berkenan untuk membimbing serta
membantu mengarahkan agar penulisan ini dapat terselesaikan dengan baik. Makalah ini
ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah akhlak tasawuf sebagai syarat terlaksananya
presentasi kelompok 2, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yan terkait
dalam penyusunan makalah ini. Kami mengharapkan kritik dan saran untuk kesempurnaan
makalah ini. Semoga Allah senantiasa memberikan hidayah-Nya kepada kita semua.

Demikian makalah ini kami buat dengan harapan dapat menjadi acuan untuk proses
belajar mengajar.

Palembang, 12 Maret 2022

Kelompok 2

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.....................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian akhlak buruk..........................................................................................3


B. Faktor penyebab akhlak buruk................................................................................3
C. Dampak akhlak buruk..............................................................................................4
D. Upaya penanggulangannya......................................................................................6

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan..............................................................................................................9
B. Kritik........................................................................................................................9
C. Saran .......................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Akhlak yang senantiasa melekat pada prilaku seseorang menurut norma-norma
atau penilaian yang diberikan sesuai perbuatan yang dilakukan tersebut. Perbuatan itu
ditentukan pula dengan kriteria-kriteria yang jelas apakah baik atau buruk. Akhlak
secara umum merupakan segala bentuk perbuatan yang memiliki ciri-ciri
sebagaimana disebutkan di atas, yaitu perbuatan yang dilakukan atas kehendak dan
kemauan. Kehendak dan kemauan yang dilakukan seseorang bila bertentangan dengan
asas-asas ajaran Islam, yakni al-Quran dan Hadis Rasulullah SAW, maka tentu
prilaku tersebut tergolong pada akhlak yang buruk. Prilaku yang buruk yang
dilakukan oleh seseorang sebenarnya adalah karena ketidaksanggupan dirinya
mengontrol nafsunya, karena nafsunya sudah menguasai dirinya, disamping
pemehaman dan pengertian baik baginya tidak jelas, sehingga perbuatan buruklah
yang dianggapnya baik. Padahal prilaku buruk sebenarnya sangat membahayakan
bagi dirinya dan juga masyarakat. Lemahnya kesadaran bagi seseorang yang
melakukan perbuatan keji tentu akan memberikan danpak yang lebih buruk lagi.
Semakin lama manusia itu membiarkan dirinya dikuasai syaitan, maka semakin
jauhlah ia dengan Allah SWT, maka semakin tebal pula hijab-hijab nafsu dihatinya,
seterusnya menghilangkan harapan manusia itu untuk mema’rifatkan dirinya dengan
Allah SWT. Dalam Islam, manusia sebenarnya merupakan makhluk yang sempurna
dan berbeda dengan makhluk lain. Manusia diberi kemuliaan dan kelebihan,
sebagaimana disebutkan dalam firman Allah SWT yang artinya “Dan sesungguhnya
telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan,
Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan
kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan”(QS.
Al-Isra’ 16 : 70)

Akhlak dalam Islam menjadi sesuatu yang penting dan berguna bagi umatnya.
Akhlak menjadi suatu yang akan membuat seseorang mendapatkan kebahagiaan di
dunia maupun di akhirat. Islam adalah agama yang sempurna yang mengatur sedetail-
detailnya segala sesuatu. Islam adalah agama yang selamat dan juga menyelamatkan.
Islam adalah agama yang sempurna dan agama yang mengatatkan bagi siapa yang
mengikuti ajarannya dengan benar sesuai yang diperintahkan Allah dan Rasulnya.
Islam sendiri berarti istislam penyerahan diri kepada yang pemberi selamat, dan Islam
juga berati salâm yang berarti keselamatan. Keselamatan yang diberikan Allah kepada
umat Islam bukan hanya sekedar keselamatan di dunia semata akan tetapi
keselamatan yang kekal abadi juga Allah berikan kepada umat Islam, yaitu
keselamatan di akhirat. Islam bukan hanya sekedar penyerahan diri dan tunduksaja,
tapi Islam juga memiliki konsekuensi yang harus dilaksanakan oleh pemeluknya.

Pendidikan adalah salah satu sarana untuk membentuk kepribadian manusia,


sebagaimana tujuan pendidikan adalah memanusiakan manusia. Dengan kata lain,
manusia adalah khalifah di muka bumi ini yang memiliki tanggung jawab untuk
memakmurkan bumi dan menjadi manusia sebaikbaiknya. Sebagaimana Firman Allah
dalam al-Qur’an;
ٰۤ
ُ‫ك ال ِّد َم ۤا ۚ َء َونَحْ ن‬ ِ ْ‫ال َربُّكَ لِ ْل َمل ِٕى َك ِة ِانِّ ْي َجا ِع ٌل فِى ااْل َر‬
ُ ِ‫ض خَ لِ ْيفَةً ۗ قَالُ ْٓوا اَتَجْ َع ُل فِ ْيهَا َم ْن يُّ ْف ِس ُد فِ ْيهَا َويَ ْسف‬ َ َ‫َواِ ْذ ق‬
َ‫ال اِنِّ ْٓي اَ ْعلَ ُم َما اَل تَ ْعلَ ُموْ ن‬
َ َ‫نُ َسبِّ ُح بِ َح ْم ِدكَ َونُقَدِّسُ لَكَ ۗ ق‬

Artinya: Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat,


“Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau
hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan
kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sungguh,
Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”

A. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, masalah yang mendasar yang akan
dikaji adalah:

1. Pengertian akhlak buruk


2. Faktor penyebab akhlak buruk
3. Dampak akhlak buruk
4. Upaya penanggulangannya
B. Tujuan Penulisan
1. Dapat memahami apa itu pengertian akhlak buruk
2. Mengetahui faktor penyebab akhlak buruk
3. Mengetahui apa saja dampak dari akhlak buruk
4. Dapat memahami upaya penanggulangannya

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Akhlak Buruk
Definisi tentang hal yang berkaitan dengan akhlak buruk, perlu diketahui bahwa teori
yang pernah dikemukakan oleh Lambrosso dalam Lari (2006:33) dan para pengikutnya
yang percaya akan adanya manusia yang terlahir sebagai penjahat. Pendapatnya ini telah
ditolak oleh para ahli sesuai dengan bidangnya. Seperti Alexis Carrel, seorang sarjana
kebangsaan Prancis, yang menyatakan bahwa, manusia yang terlahir sebagai penjahat,
seperti dikemukakan oleh Lambrosso tidaklah benar. Yang ada adalah orang yang terlahir
dalam keadaan kurang sempurna dan kemudian menjadi penjahat. Pada kenyataannya,
kebanyakan penjahat adalah orang-orang normal. Bahkan bias jadi ia lebih pandai dari
para polisi dan hakim (Lari, 2006:33).
Oleh karenanya, Al-Ghazali secara cemerlang membedakan beberapa hal
mengenai keburukan akhlak1 yakni :

a. Keburukan akhlak yang timbul karena ketidaksanggupan seseorang


mengendalikan nafsunya, sehingga pelakunya disebut al-jahil
b. Perbuatan yang diketahui keburukannya, tetapi ia tidak bisa
meninggalkannya karena nafsunya sudah menguasai dirinya, sehingga
pelakunya disebut al-jahil al-dhollu
c. Keburukan akhlak yang dilakukan oleh seseorang, karena pengertian baik
baginya sudah kabur, sehingga perbuatan buruklah yang dianggapnya
baik. Maka pelakunya disebut al-jahi fasiq-al dhollu-a
d. Perbuatan buruk yang sangat berbahaya terhadap masyarakat pada nya,
sedangkan tidak terdapat tanda-tanda kesadaran bagi pelakunya, kecuali
hanya kekhawatiran akan menimbulkan pengorbanan yang lebih hebat
lagi. Orang yang melakukannya disebut al-jahil syarir-al fasiq-al dhollu-a

Apa yang dikemukakan oleh Al-Ghazali, diatas dengan pembagian secara rinci
keburukan akhlak hal ini menggambarkan bahwa eksistensi ajaran Islam
menghalalkan bagi penguasa/pemimpin untuk memberikan hukuman mati bagi
pelakunya, bila metode-metode yang sederhana tidak diindahkan oleh umat atau
masyarakat secara kolektif. Tujuannya adalah agar perilaku yang merusak dan
mencemarkan tersebut tidak menimbulkan volusi universal. Yang meresahkan
masyarakat, bangsa dan negara.

B. Faktor Penyebab Akhlak Buruk


Dalam tafsir Tematik (Ali, 1997:619) dijelaskan bahwa, maksiat dan dosa
merupakan prilaku manusia dalam keseharian mereka. Manusia biasa tidak terlepas
dari prilaku dosa setiap harinya, baik dosa kecil maupun dosa besar, hanya
prekuuensinya yang berbeda, kecuali para Nabi, karena mereka terpelihara dari dosa 2

Muncul dan lahirnya sikap yang tidak terpuji saat sekarang, salah satu akibat
dari individu yang menerima budaya yang datang dari luar, tanpa ada usaha
penyeleksian baik dan buruknya terhadap mereka. Karena mengambil suatu budaya
katakanlah itu ibarat yang tidak sesuai dengan budaya bangsa yang budaya timur,

1
(Mahjudin, 1991:41). Kuliah Akhlak Tasawuf. Jakarta: Kalam Mulia.
2
(Lajnah Pentashihan Mushaf al-Quran. 2002:151).
mereka terpengaruh dengan kebiasaan yang buruk melalui berbagai pengaruh baik
media elektronik, style, dan gaya hidup yang serba lebih ke modern-modernan. Disisi
lain wujud pula pertumbuhan dan perkembangan teknologi yang beriringan dengan
budaya membuat sebagian orang di negeri ini menyalahgunakannya dengan berbagai
kemauan dan kehendak mereka sendiri.

Seyogyanya masyarakat turut cerdas dengan pertumbuhan dan perkembangan


teknologi dan mampu menapis segala yang menjerumuskan mereka dari budaya yang
dapat merusak jati dirinya, mereka dapat memilih dan memilah mana yang baik dan
mana pula budaya, teknologi dan lain sebagainya yang bermanfaat dan memiliki
kemaslahatan yang positif.

C. Dampak Akhlak Buruk


Hamka mengemukakan; kita ini manusia, terjadi daripada jasmani, rohani dan
nafsunya; tubuh, nyawa dan nafsu. Kita bukan Malaikat yang semata-mata Rohaniat.
Kitapun bukan Iblis yang semata-mata api yang penuh kenafsuan. Tetapi kitapun
bukan semata-mata binatang.
Sebab kita dapat menimbang mana yang baik, mana yang buruk, mana yang
manfaat dan mana yang berbahaya3. Kalau terus menerus berbuat maksiat tandanya
luka sudah, dia tidak takut lagi kepada azab siksa Allah. Dia sudah diperintah oleh
hawa nafsunya dan dilepaskannya dirinya daripada perintah Allah4. Dalam salah satu
hadis, disebutkan oleh Rasulullah saw, bagaimana menghindari keburukan akhlak,
serta memelihara kejahatan yang dilahirkan oleh nafsu “Dari Quthbah Ibnu Malik
Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wassallam bersabda: "Ya
Allah jauhkanlah diriku dari kejelekan akhlak perbuatan hawa nafsu dan penyakit."
Riwayat Tirmidzi. Hadits shahih menurut Hakim dan lafadz ini menurut riwayatnya”
(Al-Hafidh Imam Ibnu Hajar al-Asqalany, 2008).
Allah SWT dalam firmanNya :

‫هّٰللا‬ َّ ‫ظلَ ُموْ ا ِم ْن ُك ْم خَ ۤا‬


ِ ‫صةً ۚ َوا ْعلَ ُم ْٓوا اَ َّن َ َش ِد ْي ُد ْال ِعقَا‬
‫ب‬ َ َ‫ص ْيبَ َّن الَّ ِذ ْين‬
ِ ُ‫َواتَّقُوْ ا فِ ْتنَةً اَّل ت‬

3
(Hamka, 1983:36).Iman dan Amal Saleh. Kuala Lumpur: Pustaka Melayu Baru.
4
(Hamka, 1983:48). Iman dan Amal Saleh. Kuala Lumpur: Pustaka Melayu Baru
Maksudnya : “Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus
menimpa orangorang yang zalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah
amat keras siksaanNya”(QS. Al-Anfal 8 : 25)
 Akhlak Jelek memiliki penyebutan yang buruk, sebab Allah Ta’ala
memurkainya, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassallam membencinya, dan seluruh
manusia dari seluruh tempat juga membencinya.
Dari Jabir Bin Abdillah beliau berkata: Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa
Sallam bersabda: “Sungguh orang yang paling kubenci dan paling jauh dariku kelak
di akhirat adalah orang yang paling jelek akhlaknya diantara kalian”. (HR Ahmad,
dan di sahihkan oleh Al Albani)
 Orang yang jelek akhlaknya adalah orang yang Allah Ta’ala penuhi
telinganya dengan cacian manusia dan ia sendiri mendengarnya.
Dari Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu ‘Anhu beliau berkata: Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi Wa Sallam bersabda: “Penghuni Surga yaitu orang yang Allah penuhi
telinganya dengan pujian yang baik dari manusia, dan ia mendengarnya. Dan
Penghuni Neraka yaitu orang yang Allah penuhi telinganya dengan cacian manusia
dan ia sendiri mendengarnya”. (HR Ibnu Majah dan disahihkan oleh Al Albani)
Akhlak buruk berpunca dari hati yang dipenuhi dengan sifat-sifat
mazmummah. Sifat-sifat mazmummah adalah kotoran-kotoran hati. Kotoran hati ini
juga dikenali sebagai maksiat batin. Akhlak yang buruk sangat tidak disukai di dalam
Agama Islam. Agama Islam sangat memberatkan akhlak yang baik dan mulia. Nabi
Muhammad saw diutus bukan sahaja untuk mengajar manusia supaya beriman kepada
Allah swt, tetapi juga untuk memperbetulkan akhlak manusia.
Akhlak buruk tidak dibenarkan di dalam Agama Islam kearena akhlak buruk
ini membawa akibat-akibat yang buruk yang akan merugikan diri kita di dunia dan
akhirat kelak. Antara akibat-akibat buruk dari akhlak yang buruk:
1. Amalan menjadi rusak
Dari hadith Rasulullah saw. yang bermaksud bahwa akhlak yang buruk akan
merusakkan amal seperti cuka merusakkan madu Artinya segala amal soleh yang
kita lakukan akan menjadi tidak berguna lagi (rusak) jika kita mempunyai akhlak
yang buruk. Amal yang rusak ini tidak akan mendatangkan apa-apa pahala kepada
kita dan apabila dihisab di Mahsyar kelak ia tidak tidak akan memberatkan
timbangan amal kita.
2. Mati dalam keadaan suul khotimah
Dari kata-kata Imam Ghazali ra. yang bermaksud bahwa jika seseorang itu tidak
belajar ilmu tasawuf (akhlak) maka dia akan mati dalam keadaan suul khotimah.
Seseorang itu tidak boleh memperbaiki akhlaknya untuk menjadi lebih baik jika
dia tidak tahu membedakan antara akhlak yang baik dan yang buruk. Pelajaran
ilmu tasauf adalah satu ilmu tentang akhlak dalam Islam. Hukumnya adalah fardu
ain atas setiap mukallaf.
3. Tidak ada rasa tenang dalam hidup
Orang yang hidupnya dipenuhi dengan rasa marah, dengki, benci, dendam,
cemburu, iri hati dan sebagainya, tidak akan merasa tenang dan aman dalam
kehidupan hariannya. Hati sentiasa tidak senang apabila melihat orang lain hidup
senang atau mendapat nikmat. Mulutnya akan sentiasa mengumpat atau
mengungkit-ungkit. Akalnya akan sentiasa berfikir bagaimana dia boleh
menjatuhkan orang lain. Pendeknya, hidupnya akan dipenuhi dengan rasa tidak
puas hati sesama manusia lain.

D. Upaya Penanggulangannya
Saatnya bagi ummat islam untuk lebih terbuka lagi dalam mencari ilmu agama
tanpa fanatik kepada golongan atau guru tertentu karena ummat sudah semakin
dewasa dan sarana informasi telah berkembang pesat sehingga tidak ada alasan lagi
bagi ummat islam untuk mengatakan “tidak tahu”, akan tetapi yang lebih tepat adalah
“tidak mau tahu”. Ikhlas dalam menjelaskan suatu permasalahan dengan niat supaya
ummat beribadah kepada Allah dengan benar dan baik sesuai tuntunan Nabi
Muhammad SAW para Sahabat Beliau. Berdakwah mengajak manusia kepada Allah
dan Rasul-Nya agar selamat di dunia dan di akhirat, dengan penyertaan perubahan
sikap dan perilaku yang juga dapat dijadikan rujukan dan diteladani bagi yang lain 5
Bukan mengajak manusia kepada dirinya, kelompoknya, golongannya atau
kepentingannya, melainkan sesuai dengan apa yang telah diperintahkan oleh Yang
Maha Kuasa. Belajar ikhlas dan berlapang dada dalam menyikapi perbedaan pendapat
Ahmad Zuhdi,selama masih dalam koridor. Sunnah saling menghormati, menghindari
menfitnah dan memprovokasi karena dalam al-Quran telah disebutkan bahwa umat
Islam semua bersaudara dan semoga semua pada akhirnya sama-sama masuk surga,
meskipun disisi lain senantiasa ada perbedaan, termasuk amalan dan ibadah Sunnah6

5
(Zuhdi, 2016:27). Dakwah Sebagai Ilmu dan Persepektif Masa Depannya. Bandung : Alpabeta.
6
(Zuhdi, 2016:88). ). Dakwah Sebagai Ilmu dan Persepektif Masa Depannya. Bandung : Alpabeta
Usaha untuk membentuk dan memelihara agar perilaku buruk tidak
berkembang, maka perlu disemai rasa dan kekuatan persaudaraan, sehingga setiap
individu memeliki ikatan antara yang satu dengan yang lain. Islam telah mengajarkan
prinsip-prinsip tersebut, sebagaimana disebutkan dalam hadis Nabi Muhammad saw.

‫صلَهَا‬
َ ‫ت َر ِح ُمهُ َو‬ ِ ‫ َولَ ِك ِن ْال َوا‬، ‫ص ُل بِ ْال ُم َكافِِئ‬
ْ ‫ص ُل الَّ ِذي ِإ َذا قَطَ َع‬ ِ ‫ْس ْال َوا‬
َ ‫لَي‬

Artinya: "Silaturahmi bukanlah yang saling membalas kebaikan. Tetapi


seorang yang berusaha menjalin hubungan baik meski lingkungan terdekat (relatives)
merusak hubungan persaudaraan dengan dirinya." (HR Bukhari) Selain itu, juga
disebutkan dalam hadis lain, dari Abu Hurairah r.a, dari Nabi saw beliau bersabda;
tujuh golongan dilindungi Allah dibawah lindunganNya, waktu tidak ada lindungan
selain lindunganNya (Hamidy et al, 1992:98):

1. Imam (Kepala Pemerintahan) yang adil


2. Pemuda yang dalam masa mudanya beribadat kepada Allah
3. Orang yang menyebut (mengingati ) Allah ketika sendirian, lalu menete air
matanya
4. Laki-laki yang tergantung hatinya di masjid (beribadat)
5. Orang yang berkasih saying karena Allah semata-mata
6. Laki-laki yang dirayu oelh seorang perempuan bangsawan cantic, tetapi dia
mengatakan (menolak) “Sesungguhnya saya takut kepada Allah”
7. Orang yang bersedekah dan disembunyikan, sehingga tangan kirinya tidak
mengetahui apa yang diperbuat (diberikan) oleh tangan kanannya.

Mengetahui akhlak yang buruk serta bahaya-bahaya yang akan ditimbulkan


darinya, menyebabkan orang enggan untuk melakukannya dan berusaha menjauhinya.
Orang yang demikian pada akhirnya akan terhindar dari berbagai perbuatan yang
dapat membahayakan dirinya. Dengan demikian secara ringkas dapat dikatakan
bahwa Ilmu Akhlak bertujuan untuk memberikan pedoman atau penerangan bagi
manusia dalam mengetahui perbuatan yang baik atau yang buruk. Terhadap perbuatan
yang baik ia berusaha melakukannya, dan terhadap perbuatan yang buruk ia berusaha
untuk menghindarinya. maka dari itu hendaknya manusia tetap dalam koridor
kesabaran sebagaimana dijelaskan dalam al-quran:

َ‫صاَل ِة ۚ ِإ َّن هَّللا َ َم َع الصَّابِ ِرين‬ َّ ‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا ا ْستَ ِعينُوا بِال‬
َّ ‫صب ِْر َوال‬

Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai
penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar," (QS. Al-Baqarah
[2]: 153). Disebutkan juga dalam ayat lain sebagai berikut:

‫لَقَ ْد َكانَ لَ ُك ْم فِ ْي َرسُوْ ِل هّٰللا ِ اُ ْس َوةٌ َح َسنَةٌ لِّ َم ْن َكانَ يَرْ جُوا هّٰللا َ َو ْاليَوْ َم ااْل ٰ ِخ َر َو َذ َك َر هّٰللا َ َكثِ ْيرًا‬

Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS. Al Ahzab ayat 21).

Merujuk pada buku Bulughul Maram dan Dalil-Dalil Hukum: Panduan Hidup
sesuai Tuntunan Rasulullah SAW milik Ibnu Hajar al-Asqalani (2020: 34), dalil
tentang akhlak tertera dalam banyak ayat Alquran dan hadist.

Adapun konsep yang dikatakan oleh Al-Hazmi sebagai konsep


penanggulangan akhlak buruk 

1. Menyebarluaskan tuntunan ilmu agama


2. Menerapkan secara konsisten sanksi hukum agama
3. Menghidupkan kegiatan agama dan sosial di masjid
4. Memberdayakan sarana informasi 
5. Memperluas wawasan pemikiran
6. berupaya untuk menjaga dan membenahi diri masing-masing warga negara
7. Bergaul dengan orang-orang yang baik perilakunya

Dan menghindari keburukan akhlak, dapat melalui tiga macam metode yaitu:

1. upaya pencegahan atau tindakan repsesif


2. upaya pengawasan, pemeliharaan atau tindakan preventif
3. dan upaya penanggulangan (rehabilitasi) atau tindakan kuratif

Metode tersebut, sudah ada tuntutannya dalam agama, sehingga kehidupan


manusia dapat diarahkan kepada hal-hal yang baik, serta yang berguna untuk menjaga
kelangsungan hidup sesama manusia. Perlu diketahui bahwa hampir tidak ada sama
sekali kebaikan yang dapat diambil dari pergaulan dengan orang-orang yang
berakhlak buruk, kecuali keburukan, penyesalan, dan kesengsaraan. Sepakat para ahli
ilmu akhlak menyampaikan tuntutannya, bahwa perilaku manusia yang diharapkan
baik, harus selalu bergaul dengan orang-orang baik pula. Karena orang yang mencari
kebaikan harus bergaul dengan orang baik.

Akhlak baik atau akhlak buruk yang dimiliki temannya pasti


mempengaruhinya, karena selalu bersama-sama dengannya. Maka salah satu upaya
untuk menghiasi diri dengan akhlak yang terpuji, harus selalu bergaul dengan orang
yang baik akhlaknya, agar terbawa arus baik dan menjadi kebiasaan hingga menjadi
karakter yang baik pula.

BAB III
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Manusia semestinya dapat memahami bahwa ia ciptakan memiliki tujuan hidup.
Dengan mengawali memahami keberadaannya dalam sistem penciptaan. Sebagaimana
juga alam semesta diciptakan Allah bukan tiada tujuan. Manusia adalah salah satu
dari penciptaan alam semesta, dimana alam yang ciciptakan tersebut adalah untuk
suatu tujuan. Sebagaimana yang dijelaskan dalam firman Allah SWT dalam surat al-
Zariyat ayat 56, Nampak jelas fungsi dan tujuan manusia diciptakan oleh Allah, yakni
untuk mengabdikan diri dengan ketentuan dan aturan yang benar. Hal ini untuk
menjelaskan kepada manusia bahwa dalam proses dan sistem penciptaannya adalah
sebagai hamba Allah SWT. Tentu berkaitan dengan peran yang mesti dipahami oleh
manusia untuk melakukan ibadah kepada Allah SWT. Kegiatan dan perbuatan yang
melekat pada manusia tersebut menunjukkan bahwa perbuatan ibadah tidak terbatas
pada shalat, puasa, zakat yang biasa disebut ibadah mahdah, tetapi ibadah meliputi
segala tindak tanduk serta perbuatan dalam menjalankan peranannya sebagai manusia
di muka bumi yaitu diberikan kepercayaan sebagai khalifah Allah. Tindakan moral
yang baik dan mulia, merupakan wujud ibadah yang meliputi keseluruhan kegiatan
manusia dalam hdup di dunia ini, baik kegiatan duniawi sehari-hari, bila aktifitas itu
dilakukan dengan sikap batin serta niat pengabdian dan penghambaan diri kepadaNya.

B. KRITIK
C. SARAN

DAFTAR PUSTAKA

Abudinnata. (2014). Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia. Jakarta: rajawali Pers.
Abdullah, M Yatimin. (2007). Studi Akhlak dalam Perspektif Islam. Jakarta: Amzah.
Abdul Aziz bin Fathi As Sayyid Nada. (2008). Ensiklopedia Etika Islam: Begini Semestinya
Muslim Berperilaku, terj Muhammad Isnaini dkk. Jakarta: Maghfirah Pustaka.
Al Ghazali, Muhammad. (1995). Akhlak Seorang Muslim, terj. Abu Laila & muhammad
Tohir. Bandung: PT. Alma’arif.
Azwan, Hal. (1993). Rahasia Mengenal Diri, Selangor D.E, Cita Khidmat.
Mahjudin. (1991). Kuliah Akhlak-Tasawuf. Jakarta: Kalam Mulia

Anda mungkin juga menyukai