Kelas:
PAI 4.C
Bismillahirrahmanirrahim
Syukur alhamdulillah, kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah
memberikan banyak sekali rahmat, karunia, dan hidayahnya sehingga kami selaku
mahasiswi UIN Fatmawati Sukarno Bengkulu, Prodi Pendidikan Agama Islam
mampu menyelesaikan makalah yang berjudul “Tafsir Ayat Al-Qur’an dan
Hadis Nabi SAW Tentang Lingkungan Pendidikan Keluarga” Sholawat serta
salam penulis sampaikan pada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, keluarga,
sahabat, dan orang-orang yang tetap istiqomah di jalan-Nya.
Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak
Abdul Basyir S.HI, M.HI selaku dosen pengampu Tafsir Hadis yang telah
membimbing sehingga dapat terselaikan penyusunan makalah ini. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada teman-teman dan semua pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan makalah ini hingga dapat selesai dengan tepat
waktu. Semoga Allah memberikan pahala yang setimpal kepada semua pihak
yang telah memberikan bantuan, bimbingan ataupun nasehat-nasehatnya.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
karena masih banyak terdapat kekurangan-kekurangan baik mengenai penulisan
maupun pembahasannya. Oleh karena itu, penulis menerima setiap kritik dan
saran yang bersifat membangun untuk perbaikan kedepannya.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN COVER................................................................................................ i
KATA PENGANTAR............................................................................................... ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 2
C. Tujuan.............................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Lingkungan Pendidikan Keluarga........................................... 3
B. Dalil Desain Lingkungan Pendidikan Keluarga.............................................. 5
C. Dalil Metode Pendidikan Agama Islam dalam Lingkungan Keluarga............ 11
D. Hadis tentang Lingkungan Pendidikan Keluarga............................................ 22
E. Munasabah Ayat Al-Qur’an Tentang Lingkungan Pendidikan Keluarga....... 25
A. Kesimpulan...................................................................................................... 29
B. Kritik dan Saran............................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 30
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berbicara pendidikan adalah merupakan suatu kegiatan dan usaha
untuk membina, mendidik, mengajak dan menjadikan anak sebagai manusia
dewasa baik jasmani ataupun rohani. Dengan pembiasaan ini kelak anak dapat
bertanggung jawab atas segala tindakan dan perbuatannya. Dalam arti yang
sederhana Pendidikan adalah usaha manusia untuk membina kepribadian anak
sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan.
Pada era perkembangan zaman banyak isu kenakalan remaja. Kasus
kenakalan remaja seperti perkelahian antar siswa, bullying antar siswa baik
berupa bullying verbal maupun non verbal, kekerasan yang dilakukan oleh
siswa terhadap guru terjadi bahkan hingga sampai pembunuhan, narkoba, dan
kasus-kasus lainnya menjadi masalah yang saat ini menghantui bangsa kita.
Keluarga sebagai basis utama dalam pengembangan kepribadian anak
adalah salah satu point of view dalam melihat kasus-kasus yang terjadi.
Keluarga merupakan salah satu isu penting dalam pembangunan nasional, jika
keluarga sebagai pembentuk masyarakat itu sehat dan kuat, maka suatu negara
akan sehat dan kuat pula. Begitu pula sebaliknya apabila keluarganya sakit
dan lemah, maka suatu negara akan lemah dan sakit pula.
Peranan orangtua dalam kehidupan keluarga tidak hanya sebatas
melahirkan, memberi makan dan tidak hanya menyediakan tempat tinggal
bagi mereka, tetapi juga menyediakan memberikan pendidikan yang bagus,
baik pendidikan yang sifatnya formal maupun pendidikan non formal:
penanaman nilai-nilai luhur, kebiasaan-kebiasaan baik, warisan dari budaya
masa lalu, penanaman nilai-nilai keagamaan serta nilai-nilai lainnya yang
membantu anak-anak untuk bertumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang
utuh dan berkualitas (bertumbuh secara manusiawi dan rohani).
1
Berangkat dari kegelisahan di atas, penulis kemudian menginginkan
bagaimana nilai-nilai yang terkandung di dalam Al-Qur’an dan Hadis sebagai
sumber utama pedoman manusia hidup memandang keluarga sebagai basis
pendidikan Islam. Diharapkan dengan adanya makalah ini memberikan satu
tawaran terhadap pemaknaan Al-Qur’an dan Hadis tersebut di tengah
masyarakat era milenial saat ini.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja Konsep Dasar lingkungan pendidikan keluarga?
2. Bagaimana dalil dan tafsir ayat tentang desain lingkungan pendidikan
keluarga?
3. Bagaimana dalil dan tafsir Metode pendidikan Agama Islam dalam
Lingkungan Keluarga?
4. Bagaimana Hadis tentang Lingkungan Pendidikan Keluarga?
5. Bagaimana Munasabah Ayata Al-Qur’an tentang Pendidikan Islam dalam
Lingkungan Keluarga?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui dan memahami apa saja konsep dasar lingkungan
pendidikan keluarga!
2. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana dalil dan tafsir ayat tentang
desain lingkungan pendidikan keluarga!
3. Untuk mengetahui dan memahami Bagaimana dalil dan tafsir Metode
pendidikan Agama Islam dalam Lingkungan Keluarga!
4. Untuk mengetahui dan memahami Bagaimana Hadis tentang Pendidikan
Lingkungan Keluarga!
5. Untuk mengetahui dan memahami Bagaimana Munasabah Ayata Al-
Qur’an tentang Pendidikan Islam dalam Lingkungan Keluarga!
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Kata Keluarga berasal dari bahasa Sansekerta: kula dan warga
"kulawarga" yang berarti "anggota atau kelompok kerabat". Keluarga
adalah lingkungan di mana beberapa orang yang masih memiliki
hubungan darah, bersatu.4 Keluarga adalah lingkungan pertama dan
mempunyai peranan penting dan pengaruh yang besar dalam pendidikan
anak dalam membentuk aqidah, mental, spiritual dan kepribadian, serta
pola pikir anak. Apa yang ditanamkan pada masa-masa tersebut akan terus
membekas pada jiwa dan kepribadian anak dan tidak mudah hilang atau
berubah sesudahnya.
Dari beberapa penjelasan diatas dapat kita tarik kesimpulan bahwa
pendidikan lingkungan keluarga merupakan segala sesuatu yang
mencakup suatu keadaan tempat tinggal atau istiadat yang ada dalam
kehidupan seorang anak yang dapat mempengaruhi tingkah laku,
pertumbuhan, perkembangan anak untuk menjadi manusia yang lebih baik
yang terjadi pada lingkungan pendidikan pertama bagi anak untuk belajar
dan berproses dari orangtua ataupun kerabatnya.
2. Dasar Pendidikan Keluarga Islam
Dasar yang menjadi acuan pendidikan harus merupakan sumber nilai
kebenaran dan kekuatan yang dapat mengantarkan pada aktivitas yang di
cita-citakan. Sumber utama pendidikan agama Islam adalah Al-qur’an dan
Sunnah.5 Banyak sekali ditemukan ayat-ayat alquran baik secara implisit
ataupun eksplisit, berdasar kepada surat Al-Alaq 1-5:
ِاْقَر ْأ ِباْس ِم َر ِّبَك اَّلِذ ْي َخ َلَۚق َخ َلَق اِاْل ْنَس اَن ِم ْن َع َلٍۚق ِاْقَر ْأ َو َر ُّبَك اَاْلْك َر ُۙم اَّلِذ ْي
َع َّلَم ِباْلَقَلِۙم َع َّلَم اِاْل ْنَس اَن َم ا َلْم َيْع َلْۗم
4
La Adi. (2018). Pendidikan Keluarga dalam Perspektif Islam. Jurnal pendidikan Ar-
Rashid. Vol, 7. No, 1. hal., 109
5
Fauziyah Mujayyanah, Benny Prasetiya, and Nur Khosiah. (2021). Konsep Pendidikan
Akhlak Luqmanul Hakim (Kajian Tafsir Al-Misbah Dan Al-Maraghi). Jurnal Penelitian
IPTEKS Vol, 6. No, 1. 52-61. hal., 156.
4
1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,
2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam,
5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Ayat diatas menunjukan betapa pentingnya sebuah pendidikan bagi
kelangsungan hidup manusia.
َو ُهّٰللا َاْخ َر َج ُك ْم ِّم ْۢن ُبُطْو ِن ُاَّم ٰه ِتُك ْم اَل َتْع َلُم ْو َن َش ْئًـۙا َّو َجَعَل َلُك ُم الَّس ْمَع
َو اَاْلْبَص اَر َو اَاْلْفِٕـَدَةۙ َلَع َّلُك ْم َتْشُك ُرْو َن6
Artinya: “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam
Keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu
pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.”
Pada ayat tersebut jelas dikatakan bahwa setiap kelahiran itu dalam
keadaan tidak mengetahui sesuatu, kemudian Allah menciptakan al-
sam’a wal abshar wal af idah sebagai potensi untuk mengetahui sesuatu
dengan cara dibimbing. Anak-anak semenjak dilahirkan sampai
menjadi manusia dewasa, menjadi manusia yang dapat berdiri sendiri
dan dapat bertanggung jawab sendiri harus mengalami perkembangan.
6
Qur’an Kemenag. https://quran.kemenag.go.id/, Akses 27 April 2023
5
Oleh karena itu, baik buruknya hasil perkembangn anak juga sangat
ditentukan oleh pendidikan (pengaruh-pengaruh) yang diterima anak itu
dari berbagai lingkungan pendidikan yang dialaminya, baik dari
lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat7.
7
Ahmad Tafsir, Andewi Suhartini, and Aji Rahmadi. (2020). Desain Pendidikan Agama Islam
dalam Keluarga. Atthulab: Islamic Religion Teaching and Learning Journal Vol, 5. No, 2. 152-
162. hal., 157.
6
(Dalil At-Tahrim Ayat 6)
Dalam hal ini keluarga terutama orang tua memelihara dan
mendidik anak-anaknya dengan rasa kasih sayang. Orang tua sebagai
kepala dan pemimpin dalam keluarganya bertangung jawab dan
berkewajiban untuk memelihara keluarganya dari api nereka. Hal ini
sebagaimana Firman Allah SWT. dalam surat At-Tahrim ayat 6:
ٰٓيَاُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْو ا ُقْٓو ا َاْنُفَس ُك ْم َو َاْهِلْيُك ْم َناًرا َّو ُقْو ُد َها الَّناُس َو اْلِحَج اَر ُة
ٰۤل
َع َلْيَها َم ِٕىَك ٌة ِغ اَل ٌظ ِش َداٌد اَّل َيْع ُصْو َن َهّٰللا َم ٓا َاَم َر ُهْم َو َيْفَع ُلْو َن َم ا ُيْؤ َم ُرْو َن
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia
dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak
mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada
mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”
8
Tafsir Kemenag. https://tanwir.id/tafsir-kementerian-agama-dan-revisi-penafsiran/
7
perintah Allah. Mereka juga diperintahkan untuk mengajarkan kepada
keluarganya agar taat dan patuh kepada perintah Allah untuk
menyelamatkan mereka dari api neraka. Keluarga merupakan amanat
yang harus dipelihara kesejahteraannya baik jasmani maupun rohani.
Di antara cara menyelamatkan diri dari api neraka itu ialah mendirikan
salat dan bersabar, sebagaimana firman Allah: Dan perintahkanlah
keluargamu melaksanakan salat dan sabar dalam mengerjakannya.
8
cara menjaga diri dari api neraka itu ialah mendirikan salat dan bersabar,
sebagaimana firman Allâh SWT dalam QS. Thâhâ ayat 132 sebagai
berikut:
َو ْأُم ْر َاْهَلَك ِبالَّص ٰل وِة َو اْص َطِبْر َع َلْيَهۗا اَل َنْس َٔـُلَك ِر ْز ًقۗا َنْح ُن َنْر ُز ُقَۗك َو اْلَع اِقَبُة
ِللَّتْقٰو ى
Artinya: Dan perintahkanlah pada keluargamu mendirikan salat dan
bersabarlah kamu dalam mengerjakannya.
Pendidikan keteladanan terbaik bagi anak, ialah jika kedua orang tua
mampu menghubungkan anaknya dengan keteladanan Rasûlullâh
Shallallâhu ‘Alaihi wa Salam, uswah seluruh umat manusia yakni dengan
mengajarkan anak-anak mereka untuk selalu mendirikan sholat dan
membaca Al-Qur’an9.
9
Syahrial Labaso. (2018). Konsep pendidikan keluarga dalam perspektif Al-Quran dan
hadis. Jurnal Pendidikan Agama Islam Vol,15. No, 1. 52-69. hal 58
9
yang baik, di dunia dan di akhirat, diberikan kepada orang-orang yang
baik dan bertakwa.
10
Mujayyanah, Fauziyah, Benny Prasetiya, and Nur Khosiah. (2021). Konsep Pendidikan
Akhlak Luqmanul Hakim (Kajian Tafsir Al-Misbah Dan Al-Maraghi). Jurnal Penelitian IPTEKS.
hal., 55
10
e. Menanamkan cinta kebenaran (ma’ruf) dan menjauhi yang buruk
(mungkar);
f. Menanamkan jiwa sabar dalam menghadapi cobaan;
g. Menumbuhkan sikap rendah hati, tidak angkuh dan sombong dalam
pergaulan;
h. Menanamkan sikap hidup sederhana.
11
Tafsir Al-Maragī: menjelaskan bahwa bagi mereka yang kufur
maka bersiaplah untuk menerima kosekuensi atas apa yang telah ia
perbuat, yaitu suatu akibat buruk berupa siksa atasnya karena
kekufuran akan segala nikmat yang Allah beri. Dan Allah Maha Kaya
atas rasa syukurnya, karena bentuk rasa syukur dari manusia tidak
berpengaruh apapun bagi kekuasaan-Nya, begitu pula dengan
kekafiran manusia juga tidak mengurangi apapun bagi kekuasaan-Nya.
Sesungguhnya Dia Maha Terpuji dalam setiap kondisi, baik hambanya
kafir atau besyukur.
Tafsir Quraish Shihab: Sesungguhnya Kami telah memberikan
Luqmân hikmah, ilmu dan kebenaran dalam berkata. Dan Kami
katakan kepadanya, "Bersyukurlah kepada Allah atas nikmat yang
telah Dia berikan kepadamu. Barangsiapa yang bersyukur kepada
Allah, maka sesungguhnya ia mencari kebaikan untuk dirinya sendiri.
Dan barangsiapa yang mengingkari nikmat dan tidak mensyukurinya,
maka sesungguhnya Allah tidak membutuhkan rasa syukurnya. Dialah
yang berhak dipuji, walau tak ada seorang pun yang memuji-Nya."
َو ِاْذ َقاَل ُلْقٰم ُن اِل ْبِنٖه َو ُهَو َيِع ُظٗه ٰي ُبَنَّي اَل ُتْش ِر ْك ِباِهّٰللۗ ِاَّن الِّش ْر َك َلُظْلٌم َع ِظ ْيٌم
12
Allah! Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) itu benar-benar
kezaliman yang besar.”
َوَو َّصْيَنا اِاْل ْنَس اَن ِبَو اِلَد ْيِۚه َح َم َلْتُه ُاُّم ٗه َو ْهًنا َع ٰل ى َو ْهٍن َّو ِفَص اُلٗه ِفْي
13
َعاَم ْيِن َاِن اْشُك ْر ِلْي َو ِلَو اِلَد ْيَۗك ِاَلَّي اْلَم ِص ْيُر
Artinya: “Kami mewasiatkan kepada manusia (agar berbuat
baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya
dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya
dalam dua tahun.598) (Wasiat Kami,) “Bersyukurlah kepada-Ku dan
kepada kedua orang tuamu.” Hanya kepada-Ku (kamu) kembali”.
Alqur’an kerap menggandengkan perintah taat kepada Allah
dengan perintah berbakti kepada orantuanya. Dalam ha ini Allah
menyebutkan dengan khusus jasa seorang ibu terhadap anaknya,
karena seorang ibu telah mengalami banyak kesulitan yang sangat
berat mulai dari mengandung hingga melahirkan anaknya.
14
kedua orang ibu bapaknya) maksudnya Kami perintahkan manusia
untuk berbakti kepada kedua orang ibu bapaknya (ibunya telah
mengandungnya) dengan susah payah (dalam keadaan lemah yang
bertambah-tambah) ia lemah karena mengandung, lemah sewaktu
mengeluarkan bayinya, dan lemah sewaktu mengurus anaknya di kala
bayi (dan menyapihnya) tidak menyusuinya lagi (dalam dua tahun.
Hendaknya) Kami katakan kepadanya (bersyukurlah kepada-Ku dan
kepada kedua orang ibu bapakmu, hanya kepada Akulah kembalimu)
yakni kamu akan kembali.
َو ِاْن َج اَهٰد َك َع ٰٓلى َاْن ُتْش ِر َك ِبْي َم ا َلْيَس َلَك ِبٖه ِع ْلٌم َفاَل ُتِط ْعُهَم ا
َو َص اِح ْبُهَم ا ِفى الُّد ْنَيا َم ْع ُرْو ًفاۖ َّو اَّتِبْع َس ِبْيَل َم ْن َاَناَب ِاَلَّۚي ُثَّم ِاَلَّي َم ْر ِج ُع ُك ْم
َفُاَنِّبُئُك ْم ِبَم ا ُكْنُتْم َتْع َم ُلْو َن
Artinya: “Jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan-Ku
dengan sesuatu yang engkau tidak punya ilmu tentang itu, janganlah
patuhi keduanya, (tetapi) pergaulilah keduanya di dunia dengan baik
dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku. Kemudian, hanya
kepada-Ku kamu kembali, lalu Aku beri tahukan kepadamu apa yang
biasa kamu kerjakan.”
Pada penggalan ayat tersebut, terdapat perintah untuk mempergauli
keduanya dengan dengan baik, yakni memberikan sandang pangan
kepada keduanya, tidak berlaku kasar kepadanya, menjenguk dan
merawatnya jika sakit, serta menguburkanya jika meninggal dunia.
Sehingga Allah menjelaskan lagi pada lanjutan ayat ini dengan makna
ikutilah jalan orang-orang yang telah bertaubat atas kemusyrikannya
15
dan kembali kepada agama Islam serta ikutilah jejak Rasulmu.
ٰي ُبَنَّي ِاَّنَهٓا ِاْن َتُك ِم ْثَقاَل َح َّبٍة ِّم ْن َخْر َد ٍل َفَتُك ْن ِفْي َص ْخ َرٍة َاْو ِفى الَّسٰم ٰو ِت َاْو ِفى
اَاْلْر ِض َيْأِت ِبَها ُهّٰللاۗ ِاَّن َهّٰللا َلِط ْيٌف َخ ِبْيٌر
16
(suatu perbuatan) seberat biji sawi dan berada dalam batu, di langit,
atau di bumi, niscaya Allah akan menghadirkannya (untuk diberi
balasan). Sesungguhnya Allah Maha Lembut lagi Maha Teliti.”
17
demikian itu termasuk urusan yang (harus) diutamakan.
َو اَل ُتَص ِّعْر َخ َّد َك ِللَّناِس َو اَل ْمَتِش ىِف اَاْلْر ِض َم َر ًح ۗا ِاَّن الّٰل َه اَل
18
ِحُي ُّب ُك َّل ْخُمَتاٍل َفُخ ْو ٍۚر
Artinya: “Janganlah memalingkan wajahmu dari manusia (karena sombong)
dan janganlah berjalan di bumi ini dengan angkuh. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi sangat membanggakan
diri.”
19
Tafsir Jalalayn: (Dan janganlah kamu memalingkan) menurut qiraat
yang lain dibaca wa laa tushaa`ir (mukamu dari manusia) janganlah kamu
memalingkannya dari mereka dengan rasa takabur (dan janganlah kamu
berjalan di muka bumi dengan angkuh) dengan rasa sombong. (Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong) yakni orang-orang yang
sombong di dalam berjalan (lagi membanggakan diri) atas manusia.
20
َع ْن َر ِع َّيِتِه َفاَألِم يُر اَّلِذ ى َع َلى الَّناِس َر اٍع َو ُهَو َم ْس ُئوٌل َع ْن َر ِع َّيِتِه َو الَّرُجُل َر اٍع َع َلى
َأْهِل َبْيِتِه َو ُهَو َم ْس ُئوٌل َع ْنُهْم َو اْلَم ْر َأُة َر اِعَيٌة َع َلى َبْيِت َبْع ِلَها َو َو َلِدِه َو ِهَى َم ْس ُئوَلٌة َع ْنُهْم
َو اْلَع ْبُد َر اٍع َع َلى َم اِل َس ِّيِدِه َو ُهَو َم ْس ُئوٌل َع ْنُه َأَال َفُك ُّلُك ْم َر اٍع َو ُك ُّلُك ْم َم ْس ُئوٌل َع ْن َر ِع َّيِتِه
) »(َر َو اُه ُم ْس ِلٌم
Artinya: Dari ‘Abdan dari Abdullah dari Musa bin ‘Uqbah dari
Nafi’ dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma dari Nabi SAW bersabda:
Setiap kamu adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas
kepemimpinannya itu. Kepala negara adalah pemimpin, laki-laki adalah
pemimpin atas anggota keluarganya, wanita adalah pemimpin atas rumah
suaminya dan anak-anaknya, maka setiap kamu adalah pemimpin dan
bertanggung jawab atas kepemimpinanmu itu. (H.R. At-Tirmidzi)
Hadis tersebut menjelaskan bahwa, peran orang tua dalam keluarga
baik ayah maupun ibu terhadap anak-anak sangatlah mendasar. Hal
terlihat dari pentingnya tanggung jawab orang tua,dalam memastikan
bahwa lingkungan keluarga telah mendukung proses tumbuh kembang
anak, menjadi pribadi yang dewasa dan mandiri.Lingkungan keluarga
secara tidak sadar merupakan alat pendidikan meskipun peristiwa
disekeliling anak tersebut tidak terdapat unsur kesengajaan, namun
keadaan tersebut mempunyai pengaruh terhadap pendidikan baik positif
maupun negatif.
21
dari Abi Hamzah, berkata Abu Dawud dan dia adalah sawwaru ibn Dawud
Abu Hamzah Al Muzanni Al Shoirofi dari Amru ibn Syu’aib dari ayahnya
dari kakeknya berkata, berkata Rasulullah SAW: Suruhlah anakmu
melakukan sholat ketika berumur tujuh tahun. Dan pukullah mereka karena
mereka meninggalkan sholat ketika berumur sepuluh tahun. Dan pisahlah
mereka (anak laki-laki dan perempuan) dari tempat tidur.”(H.R. Abu
Dawud)”
Pertama, memerintahkan anak untuk melakukan sholat pada usia 7
tahun. Kedua, setelah usia 10 tahun, bila seorang anak masih terlihat belum
melaksanakan sholat, padahal orang tua sudah mengingatkannya orang tua
boleh dengan peringatan yang agak keras yakni memukul anak tersebut pada
bagian yang tidak membahayakan. Ketiga, pada masa ini anak menginjak
usia puber (baligh), maka diantara mereka harus sudah dipisahkan tempat
tidurnya. Pada fase ini pendidikan dan pengarahan orang tua berkenaan
dengan pembinaan ibadah dan agama yang difokuskan sejak anak-anak
untuk membentuk mentalitas keluarga.
َح َّدَثَنا ُسَلْيَم اُن ْبُن َح ْر ٍب َقاَل َح َّدَثَنا ُشْع َبُة َع ْن َأُّيوَب َقاَل َسِم ْع ُت َع َطاًء َقاَل َسِم ْع ُت اْبَن َعَّباٍس
َقاَل َأْش َهُد َع َلى الَّنِبِّي َص َّلى الَّلُه َع َلْيِه َو َس َّلَم َأْو َقاَل َع َطاٌء َأْش َهُد َع َلى اْبِن َعَّباٍس َأَّن َر ُسوَل
الَّلِه َص َّلى الَّلُه َع َلْيِه َو َس َّلَم َخ َرَج َو َم َع ُه ِباَل ٌل َفَظَّن َأَّنُه َلْم ُيْس ِم ْع َفَو َع َظُهَّن َو َأَم َر ُهَّن
ِبالَّص َد َقِة َفَجَع َلْت اْلَم ْر َأُة ُتْلِقي اْلُقْر َط َو اْلَخاَتَم َو ِباَل ٌل َيْأُخ ُذ ِفي َطَرِف َثْو ِبِه َقاَل َأُبو َعْبد الَّلِه
َو َقاَل ِإْس َم اِع يُل َع ْن َأُّيوَب َع ْن َع َطاٍء َو َقاَل َع ْن اْبِن َعَّباٍس َأْش َهُد َع َلى الَّنِبِّي َص َّلى الَّلُه
َع َلْيِه َو َس َّلَم
Artinya : Telah menceritakan kepada kami Sulaiman bin Harb berkata,
Telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari Ayyub berkata; aku
mendengar 'Atho' berkata; aku mendengar Ibnu 'Abbas berkata: aku
22
menyaksikan bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam -sedang menurut
'Atho', dia berkata; aku menyaksikan Ibnu 'Abbas berkata; - bahwa Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam keluar bersama Bilal, -dan dia mengira bahwa
dia tidak mendengar, - maka Nabi memberi pelajaran kepada para wanita
dan memerintahkan untuk bersedekah, maka seorang wanita memberikan
anting dan cincin emasnya, dan Bilal memasukkannya ke saku bajunya.
Berkata Abu Abdullah; dan Isma'il berkata; dari Ayyub dari 'Atho', dan dia
berkata; dari Ibnu 'Abbas bahwa ia bersaksi terhadap Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam.( Shahih Bukhari No. 96)13
Hadis ini menjelaskan bahwa anjuran untuk memberikan nasehat
kepada keluarga atau kepada seorang perempuan sebagaimana telah
dijelaskan sebelumnya bukan hanya merupakan tugas kepala keluarga saja,
akan tetapi juga dianjurkan kepada seorang pemimpin ataupun wakilnya
untuk memberikan nasehat kepada mereka. Hal ini diambil dari perkataan
ibnu Abbas,”kemudian beliau memberikan nasehat kepada kaum
wanita.”nasihat tersebut berupa sabdanya,” saya melihat bahwa sebagian
besar dari kaum (wanita) menjadi penghuni neraka, karena kamu sering
melalukan sumpah palsu dan mendurhakai suami.” Sedangkan pernyataan
bahwa Rasululllah telah memberikan pelajaran kepada mereka berdasarkan
perkataan Ibnu Abbas,”dan memerintahkannya untuk bersedekah” dari sini
dapat disimpulkan bahwa Rasulullah SAW mengajarkan kepada mereka
bahwa shadaqah dapat menghapus dosa atau kesalahan yang telah mereka
lakukan.
13
Labaso, Syahrial. (2018). Konsep pendidikan keluarga dalam perspektif Al-Quran dan
hadis. Jurnal Pendidikan Agama Islam Vol,15. No, 1. hal., 64
23
(korelasi/hubungan) anatara Ayat At-Thaha: 132 dan Q.S Luqman: 17 kedua
ayat tersebut saling berkaitan yakni menjelaskan tentang perintah untuk
melaksanakan sholat, sebagaimana dalam penjelasan berikut:
َو ْأُم ْر َاْهَلَك ِبالَّص ٰل وِة َو اْص َطِبْر َع َلْيَهۗا اَل َنْس َٔـُلَك ِر ْز ًقۗا َنْح ُن َنْر ُز ُقَۗك
َو اْلَع اِقَبُة ِللَّتْقٰو ى
Artinya: Dan perintahkanlah pada keluargamu mendirikan salat dan
bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. (Q.S Thaha: 132)
Ketika menafsirkan ayat ini Syekh Jalaluddin As-Suyuti dalam tafsir
Al-Jalalayn menyatakan Allah memerintahkan untuk selalu mendirikan
Sholat dan sabar dalam mengerjakannya. Tafsir surah Thaha ayat 132
berisi perintah untuk mendirikan shalat dengan sabar sebagai sarana
menuju ketaqwaan. Melalui sarana taqwa ini setiap muslim mendapat
jaminan Allah berupa jalan keluar dari berbagai kesulitan dan pintu bagi
datangnya rezeki dari jalan yang tiada di sangkasangka.14
Pokok-pokok pendidikan Islam dalam keluarga adalah membantu
anak-anak memahami posisi dan perannya masing-masing, membantu
anak-anak mengenal dan memahami norma-norma Islam agar mampu
melaksanakannya untuk memperoleh ridho Allah SWT, salah satunya
pendidikan tentang ibadah, khususnya pendidikan shalat.
Ilmu pendidikan Islam telah menunjukkan pada tataran konseptual
proses pendidikan dalam keluarga sebagai realisasi tanggung jawab
orangtua terhadap pendidikan anaknya, antara lain aspek-aspek pendidik
(Islam) yang sangat penting untuk diperhatikan oleh orangtua dalam
mendidik anaknya, dari aspek-aspek tersebut salah satunya adalah aspek
14
Pauji Amrullah. (2017). Pandangan mufassir tentang proses pendidikan dalam
lingkungan keluarga kajian Surah Thaha Ayat 132. Skripsi IAIN Palangka Raya. hal., 68
24
pendidikan ibadah.
Jadi, anak adalah sebagai amanah Allah SWT yang harus
mendapatkan pendidikan dari kedua orangtuanya, maka dalam proses
pendidikan dalam lingkungan keluarga, kedua orangtualah yang
bertanggung jawab memberikan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu
tentang ibadah (shalat) dengan menyuruh anak untuk sholat dan menjauhi
perbuatan yang keji dan mungkar agar anak memiliki kekuatan dan
kekokohan Iman seperti yang dijelaskan dalam Firman Allah yang
menyatakan:
ٰي ُبَنَّي َاِقِم الَّص ٰل وَة َو ْأُم ْر ِباْلَم ْع ُرْو ِف َو اْنَه َع ِن اْلُم ْنَك ِر َو اْص ِبْر َع ٰل ى َم ٓا َاَص اَبَۗك
ٰذ
ِاَّن ِلَك ِم ْن َع ْز ِم اُاْلُم ْو ِر
Artinya: Wahai anakku, tegakkanlah salat dan suruhlah (manusia)
berbuat yang makruf dan cegahlah (mereka) dari yang mungkar serta
bersabarlah terhadap apa yang menimpamu. Sesungguhnya yang
demikian itu termasuk urusan yang (harus) diutamakan.
Jadi ayat di atas mengandung perintah untuk mendirikan shalat
adalah sekaligus perintah untuk meninggalkan perbuatan keji dan munkar,
karena shalat sejatinya dapat mencegah perbuatan keji dan munkar.
Beramar ma‟ruf dan bernahi munkar serta bersabar dalam menghadap
musibah/cobaan adalah merupakan sisi-sisi melelahkan yang pasti dialami
oleh orang beriman. Karena kemampuan untuk melakukannya itulah yang
membuat kuatnya keimanan pada diri seseorang
Pendidikan agama dan spiritual ini berarti membangkitkan kekuatan
dan kesediaan spiritual yang bersifat naluri yang ada pada kanak-kanak
melalui bimbingan agama yang sehat dan mengamalkan ajaran-ajaran
agama. Di antara cara-cara praktis yang patut digunakan oleh keluarga
untuk menanamkan semangat keagamaan pada diri anak-anak adalah cara-
25
cara berikut:
a) Memberikan tauladan yang baik kepada mereka tentang kekuatan iman
kepada Allah dan berpegang dengan ajaran-ajaran agama dalam
bentuknya yang sempurna dalam waktu tertentu.
b) Membiasakan mereka menunaikan syiar-syiar agama semenjak kecil
sehingga penunaian itu menjadi kebiasaan yang mendarah daging,
mereka melakukannya dengan kemauan sendiri dan merasa tentram
sebab mereka melakukan kemauannya.
c) Menyiapkan suasana agama dan spiritual yang sesuai di rumah di mana
mereka berada.
d) Membimbing mereka membaca bacaan-bacaan agama yang berguna
dan memikirkan ciptaan-ciptaan Allah dan makhluk-makhluk untuk
menjadi bukti kehalusan system ciptaan itu dan atas wujud dan
keagungannya.
e) Menggalakkan mereka turut serta dalam aktivitas-aktivitas agama, dan
lain-lain.15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bahwa hakikat pendidikan keluarga merupakan tanggung jawab setiap
manusia adalah menjaga dirinya dan keluarganya dari api neraka. Dalam arti
bahwa manusia itu dituntut untuk mengerjakan apa yang diperintahkan dan
15
Ibid
26
menjauhi apa yang dilarang oleh Allah Saw, bukan hanya pada dirinya saja
tetapi harus memberikan pengajaran dan pendidikan kepada manusia sesama.
Peran orang tua dalam mendidik anak sangat penting sebagai upaya
untuk membimbing dan membina anak-anaknya, sehingga kelak mereka
mampu melaksanakan kehidupannya sebagai manusia dewasa baik sebagai
pribadi maupun sebagai anggota keluarga dan anggota masyarakat yang taat
terhadap agama yang dianutnya.
Berdasarkan uraian dalam tulisan ini, dapat dipahami bahwa dasar
pendidikan keluarga secara umum bertujuan untuk melahirkan lingkungan
pendidikan Islami bagi anak sebagai peserta didik. Hasil dari proses
pendidikan tersebut, ialah seorang anak diharapkan mendapatkan
pengetahuan dan pengalaman dalam kehidupannya yang kelak akan
menentukan perilaku dan karakter sang anak berdasarkan Akhlak Islam pada
lingkungan sosialnya.
DAFTAR PUSTAKA
Adi, La. (2018). Pendidikan Keluarga dalam Perspektif Islam. Jurnal
pendidikan Ar-Rashid. Vol, 7. No, 1. https://www.journal.staisyarif
muhammad.ac.id/index.php/jp/article/view/11. Akses 25 April 2023.
27
lingkungan keluarga kajian Surah Thaha Ayat 132. Skripsi IAIN
Palangka Raya. http://digilib.iain-palangkaraya.ac.id/1194/1/Skripsi%
20Pauji%20Amrullah%20-%201201111731.pdf. Akses 28 April 2023.
Rahman, Fawait Syaiful. (2022). Analisis tafsir Al-Qur’an tentang Relasi dan
Manajemen Pendidikan Keluarga. Jurnal Studi Qur’an Vol, 7. No, 1
DOI: http://dx.doi.org/10.21111/studiquran.v7i1.7397. Akses pada 25
April 2023.
28
Tafsir, Ahmad, Andewi Suhartini, and Aji Rahmadi. (2020). Desain Pendidikan
Agama Islam dalam Keluarga. Atthulab: Islamic Religion Teaching and
Learning Journal Vol, 5. No, 2. 152-162. http://journal.uinsgd.ac.id./
index.php/atthulab/. Akses 25 April 2023.
29