Anda di halaman 1dari 32

TAFSIR AYAT AL-QUR’AN DAN HADIS NABI SAW

TENTANG LINGKUNGAN PENDIDIKAN KELUARGA

Disusun Guna Memenuhi Tugas


Dosen Pengampu : Abdul Basyir, M.HI
Mata Kuliah : Tafsir Hadis

Disusun oleh Kelompok 7:


Eliza Melyasari (2111210061)
Farizza Mutiarani (2111210067)

Kelas:
PAI 4.C

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN TADRIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FATMAWATI SUKARNO BENGKULU
2023
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
Syukur alhamdulillah, kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah
memberikan banyak sekali rahmat, karunia, dan hidayahnya sehingga kami selaku
mahasiswi UIN Fatmawati Sukarno Bengkulu, Prodi Pendidikan Agama Islam
mampu menyelesaikan makalah yang berjudul “Tafsir Ayat Al-Qur’an dan
Hadis Nabi SAW Tentang Lingkungan Pendidikan Keluarga” Sholawat serta
salam penulis sampaikan pada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, keluarga,
sahabat, dan orang-orang yang tetap istiqomah di jalan-Nya.
Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak
Abdul Basyir S.HI, M.HI selaku dosen pengampu Tafsir Hadis yang telah
membimbing sehingga dapat terselaikan penyusunan makalah ini. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada teman-teman dan semua pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan makalah ini hingga dapat selesai dengan tepat
waktu. Semoga Allah memberikan pahala yang setimpal kepada semua pihak
yang telah memberikan bantuan, bimbingan ataupun nasehat-nasehatnya.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
karena masih banyak terdapat kekurangan-kekurangan baik mengenai penulisan
maupun pembahasannya. Oleh karena itu, penulis menerima setiap kritik dan
saran yang bersifat membangun untuk perbaikan kedepannya.

Bengkulu, 25 April 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER................................................................................................ i
KATA PENGANTAR............................................................................................... ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 2
C. Tujuan.............................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Lingkungan Pendidikan Keluarga........................................... 3
B. Dalil Desain Lingkungan Pendidikan Keluarga.............................................. 5
C. Dalil Metode Pendidikan Agama Islam dalam Lingkungan Keluarga............ 11
D. Hadis tentang Lingkungan Pendidikan Keluarga............................................ 22
E. Munasabah Ayat Al-Qur’an Tentang Lingkungan Pendidikan Keluarga....... 25

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan...................................................................................................... 29
B. Kritik dan Saran............................................................................................... 29

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 30

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berbicara pendidikan adalah merupakan suatu kegiatan dan usaha
untuk membina, mendidik, mengajak dan menjadikan anak sebagai manusia
dewasa baik jasmani ataupun rohani. Dengan pembiasaan ini kelak anak dapat
bertanggung jawab atas segala tindakan dan perbuatannya. Dalam arti yang
sederhana Pendidikan adalah usaha manusia untuk membina kepribadian anak
sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan.
Pada era perkembangan zaman banyak isu kenakalan remaja. Kasus
kenakalan remaja seperti perkelahian antar siswa, bullying antar siswa baik
berupa bullying verbal maupun non verbal, kekerasan yang dilakukan oleh
siswa terhadap guru terjadi bahkan hingga sampai pembunuhan, narkoba, dan
kasus-kasus lainnya menjadi masalah yang saat ini menghantui bangsa kita.
Keluarga sebagai basis utama dalam pengembangan kepribadian anak
adalah salah satu point of view dalam melihat kasus-kasus yang terjadi.
Keluarga merupakan salah satu isu penting dalam pembangunan nasional, jika
keluarga sebagai pembentuk masyarakat itu sehat dan kuat, maka suatu negara
akan sehat dan kuat pula. Begitu pula sebaliknya apabila keluarganya sakit
dan lemah, maka suatu negara akan lemah dan sakit pula.
Peranan orangtua dalam kehidupan keluarga tidak hanya sebatas
melahirkan, memberi makan dan tidak hanya menyediakan tempat tinggal
bagi mereka, tetapi juga menyediakan memberikan pendidikan yang bagus,
baik pendidikan yang sifatnya formal maupun pendidikan non formal:
penanaman nilai-nilai luhur, kebiasaan-kebiasaan baik, warisan dari budaya
masa lalu, penanaman nilai-nilai keagamaan serta nilai-nilai lainnya yang
membantu anak-anak untuk bertumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang
utuh dan berkualitas (bertumbuh secara manusiawi dan rohani).

1
Berangkat dari kegelisahan di atas, penulis kemudian menginginkan
bagaimana nilai-nilai yang terkandung di dalam Al-Qur’an dan Hadis sebagai
sumber utama pedoman manusia hidup memandang keluarga sebagai basis
pendidikan Islam. Diharapkan dengan adanya makalah ini memberikan satu
tawaran terhadap pemaknaan Al-Qur’an dan Hadis tersebut di tengah
masyarakat era milenial saat ini.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja Konsep Dasar lingkungan pendidikan keluarga?
2. Bagaimana dalil dan tafsir ayat tentang desain lingkungan pendidikan
keluarga?
3. Bagaimana dalil dan tafsir Metode pendidikan Agama Islam dalam
Lingkungan Keluarga?
4. Bagaimana Hadis tentang Lingkungan Pendidikan Keluarga?
5. Bagaimana Munasabah Ayata Al-Qur’an tentang Pendidikan Islam dalam
Lingkungan Keluarga?

C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui dan memahami apa saja konsep dasar lingkungan
pendidikan keluarga!
2. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana dalil dan tafsir ayat tentang
desain lingkungan pendidikan keluarga!
3. Untuk mengetahui dan memahami Bagaimana dalil dan tafsir Metode
pendidikan Agama Islam dalam Lingkungan Keluarga!
4. Untuk mengetahui dan memahami Bagaimana Hadis tentang Pendidikan
Lingkungan Keluarga!
5. Untuk mengetahui dan memahami Bagaimana Munasabah Ayata Al-
Qur’an tentang Pendidikan Islam dalam Lingkungan Keluarga!

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Lingkungan Pendidikan Keluarga


Pendidikan keluarga dalam membentuk karakter memiliki Peran
penting terhadap anak, hal ini diuraikan oleh Ki Hajar Dewantara yang
menyatakan bahwa lingkungan keluarga bagi seorang anak adalah
lingkungan pendidikan permulaan. Untuk pertama kalinya, orang tua
berkedudukan sebagai penuntun, pengajar, pendidik, dan pembimbing bagi
anak-anaknya. 1
1. Pengertian Lingkungan Pendidikan Keluarga
Selanjutnya Lingkungan dalam pengertian secara umum berarti
situasi di sekitar kita. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
yang dimaksud dengan lingkungan adalah daerah (kawasan dan
sebagainya) yang termasuk segala hal yang berada di dalamnya. Hal ini
menjelaskan bahwa lingkungan secara umum diartikan sebagai kesatuan
ruang dengan segala benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk
manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan kehidupan
dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lainnya.
Pengertian pendidikan menurut Lukman,2 dijelaskan bahwa
"Pendidikan adalah proses pengubahan dan tata laku seseorang atau
kelompok orang dalam mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran
dan pelatihan". Menurut Muhibbin Syah3 Pendidikan berasal dari kata
“didik”, lalu kata ini mendapat awalan “me” sehingga menjadi “mendidik”
artinya, memelihara dan memberi latihan.
1
Fawait Syaiful Rahman. (2022). Analisis tafsir Al-Qur’an tentang Relasi dan Manajemen
Pendidikan Keluarga. Jurnal Studi Qur’an Vol, 7. No, 1. hal., 125
2
Syahrial Labaso. (2018). Konsep pendidikan keluarga dalam perspektif Al-Quran dan
hadis. Jurnal Pendidikan Agama Islam Vol,15. No, 1. 52-69. hal 55
3
Ibid

3
Kata Keluarga berasal dari bahasa Sansekerta: kula dan warga
"kulawarga" yang berarti "anggota atau kelompok kerabat". Keluarga
adalah lingkungan di mana beberapa orang yang masih memiliki
hubungan darah, bersatu.4 Keluarga adalah lingkungan pertama dan
mempunyai peranan penting dan pengaruh yang besar dalam pendidikan
anak dalam membentuk aqidah, mental, spiritual dan kepribadian, serta
pola pikir anak. Apa yang ditanamkan pada masa-masa tersebut akan terus
membekas pada jiwa dan kepribadian anak dan tidak mudah hilang atau
berubah sesudahnya.
Dari beberapa penjelasan diatas dapat kita tarik kesimpulan bahwa
pendidikan lingkungan keluarga merupakan segala sesuatu yang
mencakup suatu keadaan tempat tinggal atau istiadat yang ada dalam
kehidupan seorang anak yang dapat mempengaruhi tingkah laku,
pertumbuhan, perkembangan anak untuk menjadi manusia yang lebih baik
yang terjadi pada lingkungan pendidikan pertama bagi anak untuk belajar
dan berproses dari orangtua ataupun kerabatnya.
2. Dasar Pendidikan Keluarga Islam
Dasar yang menjadi acuan pendidikan harus merupakan sumber nilai
kebenaran dan kekuatan yang dapat mengantarkan pada aktivitas yang di
cita-citakan. Sumber utama pendidikan agama Islam adalah Al-qur’an dan
Sunnah.5 Banyak sekali ditemukan ayat-ayat alquran baik secara implisit
ataupun eksplisit, berdasar kepada surat Al-Alaq 1-5:

‫ِاْقَر ْأ ِباْس ِم َر ِّبَك اَّلِذ ْي َخ َلَۚق َخ َلَق اِاْل ْنَس اَن ِم ْن َع َلٍۚق ِاْقَر ْأ َو َر ُّبَك اَاْلْك َر ُۙم اَّلِذ ْي‬
‫َع َّلَم ِباْلَقَلِۙم َع َّلَم اِاْل ْنَس اَن َم ا َلْم َيْع َلْۗم‬
4
La Adi. (2018). Pendidikan Keluarga dalam Perspektif Islam. Jurnal pendidikan Ar-
Rashid. Vol, 7. No, 1. hal., 109
5
Fauziyah Mujayyanah, Benny Prasetiya, and Nur Khosiah. (2021). Konsep Pendidikan
Akhlak Luqmanul Hakim (Kajian Tafsir Al-Misbah Dan Al-Maraghi). Jurnal Penelitian
IPTEKS Vol, 6. No, 1. 52-61. hal., 156.

4
1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,
2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam,
5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Ayat diatas menunjukan betapa pentingnya sebuah pendidikan bagi
kelangsungan hidup manusia.

B. Dalil Desain Lingkungan Pendidikan Keluarga


1. Qur’an Surah An-Nahl 78
(Dalil Q.S An-Nahl: 78)
Anak sebagai manusia kecil yang berpotensi perlu dibina dan
dibimbing oleh Orangtuanya dalam membentuk anak tersebut. Sesuai
dengan firman Allah An-nahl 78:

‫َو ُهّٰللا َاْخ َر َج ُك ْم ِّم ْۢن ُبُطْو ِن ُاَّم ٰه ِتُك ْم اَل َتْع َلُم ْو َن َش ْئًـۙا َّو َجَعَل َلُك ُم الَّس ْمَع‬
‫َو اَاْلْبَص اَر َو اَاْلْفِٕـَدَةۙ َلَع َّلُك ْم َتْشُك ُرْو َن‬6
Artinya: “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam
Keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu
pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.”

Pada ayat tersebut jelas dikatakan bahwa setiap kelahiran itu dalam
keadaan tidak mengetahui sesuatu, kemudian Allah menciptakan al-
sam’a wal abshar wal af idah sebagai potensi untuk mengetahui sesuatu
dengan cara dibimbing. Anak-anak semenjak dilahirkan sampai
menjadi manusia dewasa, menjadi manusia yang dapat berdiri sendiri
dan dapat bertanggung jawab sendiri harus mengalami perkembangan.
6
Qur’an Kemenag. https://quran.kemenag.go.id/, Akses 27 April 2023

5
Oleh karena itu, baik buruknya hasil perkembangn anak juga sangat
ditentukan oleh pendidikan (pengaruh-pengaruh) yang diterima anak itu
dari berbagai lingkungan pendidikan yang dialaminya, baik dari
lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat7.

(Tafsir ayat An-Nahl: 78)


Tafsir Al-Maraghi: bahwa setelah Allah melahirkan kamu
dari perut ibumu, maka Dia menjadikan kamu dapat mengetahui segala
sesuatu yang sebelumnya tidak kamu ketahui. Dia telah memberikan
kepadamu beerapa macam anugerah yakni Akal, Pendengaran dan
Penglihatan.
Tafsir Quraish Shihab: Allah mengeluarkan diri kalian dari
dalam perut ibu dalam keadaan tidak mengenal sedikit pun, apa yang
ada di sekeliling kalian. Kemudian Allah memberi kalian pendengaran,
penglihatan dan mata hati sebagai bekal mencari ilmu pengetahuan,
agar kalian beriman kepada-Nya atas dasar keyakinan dan bersyukur
atas segala karunia-Nya
Tafsir Jalalayn: (Dan Allah mengeluarkan kalian dari perut
ibu kalian dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun) jumlah
kalimat laa ta'lamuuna syaian berkedudukan menjadi hal atau kalimat
keterangan (dan Dia memberi kalian pendengaran) lafal as-sam'u
bermakna jamak sekali pun lafalnya mufrad (penglihatan dan hati)
kalbu (agar kalian bersyukur) kepada-Nya atas hal-hal tersebut, oleh
karenanya kalian beriman kepada-Nya.

2. Qur’an Surah At-Tahrim ayat 6

7
Ahmad Tafsir, Andewi Suhartini, and Aji Rahmadi. (2020). Desain Pendidikan Agama Islam
dalam Keluarga. Atthulab: Islamic Religion Teaching and Learning Journal Vol, 5. No, 2. 152-
162. hal., 157.

6
(Dalil At-Tahrim Ayat 6)
Dalam hal ini keluarga terutama orang tua memelihara dan
mendidik anak-anaknya dengan rasa kasih sayang. Orang tua sebagai
kepala dan pemimpin dalam keluarganya bertangung jawab dan
berkewajiban untuk memelihara keluarganya dari api nereka. Hal ini
sebagaimana Firman Allah SWT. dalam surat At-Tahrim ayat 6:
‫ٰٓيَاُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْو ا ُقْٓو ا َاْنُفَس ُك ْم َو َاْهِلْيُك ْم َناًرا َّو ُقْو ُد َها الَّناُس َو اْلِحَج اَر ُة‬
‫ٰۤل‬
‫َع َلْيَها َم ِٕىَك ٌة ِغ اَل ٌظ ِش َداٌد اَّل َيْع ُصْو َن َهّٰللا َم ٓا َاَم َر ُهْم َو َيْفَع ُلْو َن َم ا ُيْؤ َم ُرْو َن‬
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia
dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak
mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada
mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”

Anak adalah anggota keluarga dimana orang tua adalah pemimpin


sebagai penanggung jawab atas keselamatan anaknya baik di dunia
maupun di akhirat, maka orang tua wajib mendidik anak-anaknya.

(Tafsir At-Tahrim Ayat 6)


Tafsir Ibnu katsir: menafsirkan ayat di atas bermakna didiklah
mereka dan ajarlah mereka, artinya perintah terhadap orang beriman
untuk dapat melakukan self education dan melakukan pendidikan
terhadap anggota keluarganya untuk mentaati perintah Allah swt. Ayat
ini cenderung pada pentingnya pendidikan nilai dan akhlak.
Tafsir Kemenag8: Allah memerintahkan orang-orang yang
beriman agar menjaga dirinya dari api neraka yang bahan bakarnya
terdiri dari manusia dan batu, dengan taat dan patuh melaksanakan

8
Tafsir Kemenag. https://tanwir.id/tafsir-kementerian-agama-dan-revisi-penafsiran/

7
perintah Allah. Mereka juga diperintahkan untuk mengajarkan kepada
keluarganya agar taat dan patuh kepada perintah Allah untuk
menyelamatkan mereka dari api neraka. Keluarga merupakan amanat
yang harus dipelihara kesejahteraannya baik jasmani maupun rohani.
Di antara cara menyelamatkan diri dari api neraka itu ialah mendirikan
salat dan bersabar, sebagaimana firman Allah: Dan perintahkanlah
keluargamu melaksanakan salat dan sabar dalam mengerjakannya.

(Asbabun Nuzul Ayat At-Tahrim: 6)


Al-Qusyairi mengatakan bahwa ketika turun ayat di atas, Umar
bertanya kepada Nabi Saw., “Ya Rasul Allah, kami dapat memelihara
diri kami, akan tetapi bagaimana cara kami memelihara keluarga
kami?” Rasul Allah saw. Menjawab,” Engkau larang mereka dari apa
yang engkau dilarang Allah mengerjakannya, dan perintahkanlah
mereka mengerjakan apa yang engkau diperintahkan Allah untuk
mengerjakannya” Begitulah caranya meluputkan mereka dari api
neraka. Neraka itu dijaga oleh malaikat yang kasar dan keras, mereka
dikuasakan mengadakan penyiksaan di dalam neraka, tidak
mendurhakai Allah tentang yang diperintahkan-Nya kepadanya.

3. Qur’an Surah Thaha: 132


(Dalil Q.S Thaha ayat 132)
Dalam ayat ini, firman Allah ditujukan kepada orang-orang yang
percaya kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, yaitu memerintahkan supaya
mereka, menjaga dirinya dari api neraka yang bahan bakarnya terdiri dari
manusia dan batu, dengan taat dan patuh melaksanakan perintah Allâh,
dan mengajarkan kepada keluarganya supaya taat dan patuh kepada
perintah Allâh untuk menyelamatkan mereka dari api neraka. Di antara

8
cara menjaga diri dari api neraka itu ialah mendirikan salat dan bersabar,
sebagaimana firman Allâh SWT dalam QS. Thâhâ ayat 132 sebagai
berikut:
‫َو ْأُم ْر َاْهَلَك ِبالَّص ٰل وِة َو اْص َطِبْر َع َلْيَهۗا اَل َنْس َٔـُلَك ِر ْز ًقۗا َنْح ُن َنْر ُز ُقَۗك َو اْلَع اِقَبُة‬
‫ِللَّتْقٰو ى‬
Artinya: Dan perintahkanlah pada keluargamu mendirikan salat dan
bersabarlah kamu dalam mengerjakannya.
Pendidikan keteladanan terbaik bagi anak, ialah jika kedua orang tua
mampu menghubungkan anaknya dengan keteladanan Rasûlullâh
Shallallâhu ‘Alaihi wa Salam, uswah seluruh umat manusia yakni dengan
mengajarkan anak-anak mereka untuk selalu mendirikan sholat dan
membaca Al-Qur’an9.

(Tafsir At-Thaha Ayat 132)


Tafsir Jalalayn: (Dan perintahkanlah kepada keluargamu
mendirikan salat dan bersabarlah kamu) teguh dan sabarlah kamu (dalam
mengerjakannya. Kami tidak meminta kepadamu, tidak membebankan
kepadamu (rezeki) untuk dirimu dan tidak pula untuk orang lain (Kamilah
yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat yang baik itu yakni pahala
surga (hanyalah bagi ketakwaan) bagi orang yang bertakwa.
Tafsir Quraish Shihab: Perintahkanlah keluargamu agar selalu
mengerjakan salat pada waktunya, sebab salat merupakan tali penghubung
paling kuat antara mereka dengan Allah. Kerjakanlah selalu salat itu
dengan sempurna. Kami tidak membebanimu untuk menanggung rezeki
bagi dirimu. Kamilah yang menjamin rezekimu. Sesungguhnya akibat

9
Syahrial Labaso. (2018). Konsep pendidikan keluarga dalam perspektif Al-Quran dan
hadis. Jurnal Pendidikan Agama Islam Vol,15. No, 1. 52-69. hal 58

9
yang baik, di dunia dan di akhirat, diberikan kepada orang-orang yang
baik dan bertakwa.

(Asbabun Nuzul Q.S At-Thaha Ayat 132)


Yaitu Nabi Muhammad Saw menerima tamu dan mau
menjamunya, kemudian Nabi saw mengutus Abi Rafi kepada seorang laki-
laki yahudi untuk meminjam sekantong terigu darinya yang akan di bayar
nanti pada permulaan bulan rajab, “maka orang yahudi itu berkata "tidak,
kecuali apabila ia memakai jaminan". lalu Abi Rafi datang kepada Nabi
Saw dan melaporkan padanya apa yang telah di katakan oleh orang yahudi
tersebut itu. Maka Nabi bersabda : "ingatlah, demi Allah, sesungguhnya
aku adalah orang yang di percaya di langit dan di percaya pula di muka
bumi ini" dan Abi Rafi tidak berpamitan meninggalkan majlis Nabi Saw,
sehingga turunlah surat Thaha ayat 131 sampai 132. Setelah turunnya
surat Thaha ayat 132, Rasululloh Saw berangkat kerumah Fathimah r.a.
dan menyuruh putrinya tersebut mengerjakan shalat dalam menghadapi
segala kesulitan dalam kehidupan.

C. Dalil Metode Pendidikan Agama Islam Dalam Lingkungan Keluarga


Pendidikan dalam keluarga merupakan pembentukan landasan
kepribadian anak. Berdasarkan kepada al-Qur’an surat Luqman ayat 12-
19, fungsi utama keluarga dalam pembinaan kepada anak adalah sebagai 10
a. Menanamkan iman dan tauhid;
b. Menumbuhkan sikap hormat dan bakti pada orang tua;
c. Menumbuhkan semangat bekerja dengan penuh kejujuran;
d. Mendorong anak untuk taat beribadah (terutama shalat);

10
Mujayyanah, Fauziyah, Benny Prasetiya, and Nur Khosiah. (2021). Konsep Pendidikan
Akhlak Luqmanul Hakim (Kajian Tafsir Al-Misbah Dan Al-Maraghi). Jurnal Penelitian IPTEKS.
hal., 55

10
e. Menanamkan cinta kebenaran (ma’ruf) dan menjauhi yang buruk
(mungkar);
f. Menanamkan jiwa sabar dalam menghadapi cobaan;
g. Menumbuhkan sikap rendah hati, tidak angkuh dan sombong dalam
pergaulan;
h. Menanamkan sikap hidup sederhana.

1. Dalil dan Tafsir Q.S Luqman Ayat 12-19


a. Qur’an Surah Luqman ayat 12
(Dalil Q.S Luqman ayat 12)
Pada ayat 12, menjelaskan bahwa Allah telah memberikan ilmu,
agama, akal pikiran, kebijakan dan kebenaran dalam berucap kepada
Luqman, sehingga mengantarkannya pada kebahagiaan yang kekal
seraya menjelaskan beberapa butir hikmah yang disampaikannya pada
anaknya.
‫َو َلَقْد ٰا َتْيَنا ُلْقٰم َن اْلِح ْك َم َة َاِن اْشُك ْر ِهّٰلِلۗ َو َم ْن َّيْشُك ْر َفِاَّنَم ا َيْشُك ُر ِلَنْفِس ٖۚه َو َم ْن‬
‫َكَفَر َفِاَّن َهّٰللا َغ ِنٌّي َحِم ْيٌد‬
Artinya : “Sungguh, Kami benar-benar telah memberikan hikmah
kepada Luqman, yaitu, “Bersyukurlah kepada Allah! Siapa yang
bersyukur, sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya sendiri. Siapa
yang kufur (tidak bersyukur), sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi
Maha Terpuji.”
Ayat ini juga menjelaskan bahwa Allah memerintahkan untuk
selalu bersyukur kepada-Nya untuk kepentingan dirinya sendiri, dan
apabila ada yang tidak bersyukur maka yang merugi juga dirinya
sendiri.

(Tafsir Q.S Luqmah ayat 12)

11
Tafsir Al-Maragī: menjelaskan bahwa bagi mereka yang kufur
maka bersiaplah untuk menerima kosekuensi atas apa yang telah ia
perbuat, yaitu suatu akibat buruk berupa siksa atasnya karena
kekufuran akan segala nikmat yang Allah beri. Dan Allah Maha Kaya
atas rasa syukurnya, karena bentuk rasa syukur dari manusia tidak
berpengaruh apapun bagi kekuasaan-Nya, begitu pula dengan
kekafiran manusia juga tidak mengurangi apapun bagi kekuasaan-Nya.
Sesungguhnya Dia Maha Terpuji dalam setiap kondisi, baik hambanya
kafir atau besyukur.
Tafsir Quraish Shihab: Sesungguhnya Kami telah memberikan
Luqmân hikmah, ilmu dan kebenaran dalam berkata. Dan Kami
katakan kepadanya, "Bersyukurlah kepada Allah atas nikmat yang
telah Dia berikan kepadamu. Barangsiapa yang bersyukur kepada
Allah, maka sesungguhnya ia mencari kebaikan untuk dirinya sendiri.
Dan barangsiapa yang mengingkari nikmat dan tidak mensyukurinya,
maka sesungguhnya Allah tidak membutuhkan rasa syukurnya. Dialah
yang berhak dipuji, walau tak ada seorang pun yang memuji-Nya."

b. Qur’an Surah Luqman ayat 13


(Dalil Q.S luqman ayat 13)
Luqman memberikan penjelasan kepada anaknya bahwasanya
perbuatan syirik atau musyrik merupakan kedzoliman kepada Allah
yang sangat besar. Mengapa demikian? karena syirik adalah
meletakkan sesuatu yang tidak pada tempatnya.

‫َو ِاْذ َقاَل ُلْقٰم ُن اِل ْبِنٖه َو ُهَو َيِع ُظٗه ٰي ُبَنَّي اَل ُتْش ِر ْك ِباِهّٰللۗ ِاَّن الِّش ْر َك َلُظْلٌم َع ِظ ْيٌم‬

Artinya: “(Ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya,


saat dia menasihatinya, “Wahai anakku, janganlah mempersekutukan

12
Allah! Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) itu benar-benar
kezaliman yang besar.”

(Tafsir Q.S luqman ayat 13)


Tafsir Jalalayn menafsirkan (Dan) ingatlah (ketika Luqman
berkata kepada anaknya, di waktu ia menasihatinya, "Hai anakku)
lafal bunayya adalah bentuk tashghir yang dimaksud adalah
memanggil anak dengan nama kesayangannya (janganlah kamu
mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan) Allah itu
(adalah benar-benar kelaliman yang besar.") Maka anaknya itu
bertobat kepada Allah dan masuk Islam.
Tafsir Ibnu Katsir: dalam Tafsirnya menjelaskan, Luqman
menasehati anaknya yang merupakan buah hatinya, maka wajarlah ia
memberikan kepada orang yang paling dikasihinya itu sesuatu yang
paling utama dari pengetahuannya. “Karena itulah hal pertama yang
ia pesankan kepada anaknya ialah hendaknya ia menyembah Allah
semata, jangan mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun.
Kemudian ia mengingatkan anaknya bahwa syirik adalah kezaliman
yang paling besar.”

c. Qur’an Surah Luqman ayat 14


(Dalil Q.S luqman ayat 14)
Dalam ayat ke 14 menjelaskan Allah mengiringi hal tersebut
dengan nasihat Luqman agar patuh dan berbakti kepada kedua
orangtuanya, karena dengan adanya orangtuanya ia hadir dalam
dunia. Allah memerintahkan agar kita senantiasa patuh, berbakti dan
memenuhi segala hak-hak kedua orangtuanya.

‫َوَو َّصْيَنا اِاْل ْنَس اَن ِبَو اِلَد ْيِۚه َح َم َلْتُه ُاُّم ٗه َو ْهًنا َع ٰل ى َو ْهٍن َّو ِفَص اُلٗه ِفْي‬

13
‫َعاَم ْيِن َاِن اْشُك ْر ِلْي َو ِلَو اِلَد ْيَۗك ِاَلَّي اْلَم ِص ْيُر‬
Artinya: “Kami mewasiatkan kepada manusia (agar berbuat
baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya
dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya
dalam dua tahun.598) (Wasiat Kami,) “Bersyukurlah kepada-Ku dan
kepada kedua orang tuamu.” Hanya kepada-Ku (kamu) kembali”.
Alqur’an kerap menggandengkan perintah taat kepada Allah
dengan perintah berbakti kepada orantuanya. Dalam ha ini Allah
menyebutkan dengan khusus jasa seorang ibu terhadap anaknya,
karena seorang ibu telah mengalami banyak kesulitan yang sangat
berat mulai dari mengandung hingga melahirkan anaknya.

(Tafsir Q.S luqman ayat 14)


Tafsir Menurut Al Maraghi: perintah berbakti pada kedua orang
tua dengan menyebutkan ibu saja karena pihak ibulah yang telah
mengalami kesulitan yang lebih besar. Kesulitan besar yang dialami
ibu ketika mengandung anaknya hingga melahirkan dan merawatnya
siang malam. Al Maraghi menambahkan keterangannya dengan
riwayat Rasulullah Saw yang suatu ketika didatangi oleh sahabat dan
bertanya tentang siapakah orang yang sangat berhak untuk dipatuhi
dan berbakti kepadanya. Maka Rasulullah Saw menjawab pertama
ibumu, kedua ibumu, ketiga ibumu, kemudian barulah ayahmu.
Setelah Allah menegaskan untuk senantiasa berlaku baik pada kedua
orang tua dengan pemenuhan segala haknya. Lalu Allah
mengecualikan dari hal-hal tersebut apabila keduanya mengajak
untuk melakukan hal-hal yang membuat Allah murka.
Tafsir Jalalayn: (Dan Kami wasiatkan kepada manusia terhadap

14
kedua orang ibu bapaknya) maksudnya Kami perintahkan manusia
untuk berbakti kepada kedua orang ibu bapaknya (ibunya telah
mengandungnya) dengan susah payah (dalam keadaan lemah yang
bertambah-tambah) ia lemah karena mengandung, lemah sewaktu
mengeluarkan bayinya, dan lemah sewaktu mengurus anaknya di kala
bayi (dan menyapihnya) tidak menyusuinya lagi (dalam dua tahun.
Hendaknya) Kami katakan kepadanya (bersyukurlah kepada-Ku dan
kepada kedua orang ibu bapakmu, hanya kepada Akulah kembalimu)
yakni kamu akan kembali.

d. Qur’an Surah Luqman ayat 15


(Dalil Q.S luqman ayat 15)

‫َو ِاْن َج اَهٰد َك َع ٰٓلى َاْن ُتْش ِر َك ِبْي َم ا َلْيَس َلَك ِبٖه ِع ْلٌم َفاَل ُتِط ْعُهَم ا‬
‫َو َص اِح ْبُهَم ا ِفى الُّد ْنَيا َم ْع ُرْو ًفاۖ َّو اَّتِبْع َس ِبْيَل َم ْن َاَناَب ِاَلَّۚي ُثَّم ِاَلَّي َم ْر ِج ُع ُك ْم‬
‫َفُاَنِّبُئُك ْم ِبَم ا ُكْنُتْم َتْع َم ُلْو َن‬
Artinya: “Jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan-Ku
dengan sesuatu yang engkau tidak punya ilmu tentang itu, janganlah
patuhi keduanya, (tetapi) pergaulilah keduanya di dunia dengan baik
dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku. Kemudian, hanya
kepada-Ku kamu kembali, lalu Aku beri tahukan kepadamu apa yang
biasa kamu kerjakan.”
Pada penggalan ayat tersebut, terdapat perintah untuk mempergauli
keduanya dengan dengan baik, yakni memberikan sandang pangan
kepada keduanya, tidak berlaku kasar kepadanya, menjenguk dan
merawatnya jika sakit, serta menguburkanya jika meninggal dunia.
Sehingga Allah menjelaskan lagi pada lanjutan ayat ini dengan makna
ikutilah jalan orang-orang yang telah bertaubat atas kemusyrikannya

15
dan kembali kepada agama Islam serta ikutilah jejak Rasulmu.

(Tafsir Q.S luqman ayat 15)


Tafsir Al Maraghi: ikutilah jalan Allah dengan mengeesakan-
Nya serta taatlah kepada Allah. Lalu setelah kalian mati, kalian akan
kembali kepada-Ku. Dan kemudian aku kabarkan kepada kalian
semua perbuatan baik dan buruk kalian selama masih di dunia.
Kemudian, Aku memberikan ganjaran kepada kalian sesuai dengan
apa yang kalian perbuat semasa hidup di dunia
Tafsir Jalalayn: (Dan jika keduanya memaksamu untuk
mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada
pengetahuanmu tentang itu) yakni pengetahuan yang sesuai dengan
kenyataannya (maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan
pergaulilah keduanya di dunia dengan cara yang makruf) yaitu
dengan berbakti kepada keduanya dan menghubungkan silaturahmi
dengan keduanya (dan ikutilah jalan) tuntunan (orang yang kembali)
orang yang bertobat (kepada-Ku) dengan melakukan ketaatan
(kemudian hanya kepada Akulah kembali kalian, maka Kuberitakan
kepada kalian apa yang telah kalian kerjakan) Aku akan membalasnya
kepada kalian. Jumlah kalimat mulai dari ayat 14 sampai dengan
akhir ayat 15 yaitu mulai dari lafal wa washshainal insaana dan
seterusnya merupakan jumlah i'tiradh, atau kalimat sisipan.
e. Qur’an Surah Luqman ayat 16
(Dalil Q.S luqman ayat 16)

‫ٰي ُبَنَّي ِاَّنَهٓا ِاْن َتُك ِم ْثَقاَل َح َّبٍة ِّم ْن َخْر َد ٍل َفَتُك ْن ِفْي َص ْخ َرٍة َاْو ِفى الَّسٰم ٰو ِت َاْو ِفى‬
‫اَاْلْر ِض َيْأِت ِبَها ُهّٰللاۗ ِاَّن َهّٰللا َلِط ْيٌف َخ ِبْيٌر‬

Artinya: “(Luqman berkata,) “Wahai anakku, sesungguhnya jika ada

16
(suatu perbuatan) seberat biji sawi dan berada dalam batu, di langit,
atau di bumi, niscaya Allah akan menghadirkannya (untuk diberi
balasan). Sesungguhnya Allah Maha Lembut lagi Maha Teliti.”

(Tafsir Q.S luqman ayat 16)


Al Maraghi: menjelaskan bahwa segala amal baik dan buruk
walaupun hanya sebesar biji sawi, lalu tersembunyi sekalipun bahkan
tidak terlihat seperti di dalam bumi, maka sesungguhnya akan terlihat
oleh Allah SWT. kelak di hari kiamat. Sesungguhnya Allah Maha
Halus akan semua pengetahuan-Nya sekalipun hal-hal yang tidak
terlihat, lagi Maha Waspada, Dia mengetahui semua perbuatan yang
terlihat ataupun tidak
Tafsir Jalalyn: ("Hai anakku, sesungguhnya) perbuatan yang
buruk-buruk itu (jika ada sekalipun hanya sebesar biji sawi, dan
berada dalam batu atau di langit atau di bumi) atau di suatu tempat
yang paling tersembunyi pada tempat-tempat tersebut (niscaya Allah
akan mendatangkannya) maksudnya Dia kelak akan menghisabnya.
(Sesungguhnya Allah Maha Halus) untuk mengeluarkannya (lagi
Maha Waspada) tentang tempatnya.

f. Qur’an Surah Luqman ayat 17


(Dalil Q.S luqman ayat 17)
‫الَّص ٰل وَة َو ْأُم ْر ِباْلَم ْع ُرْو ِف َو اْنَه َع ِن اْلُم ْنَك ِر َو اْص ِبْر َع ٰل ى َم ٓا َاَص اَبَۗك ِاَّن‬ ‫ٰي ُبَنَّي َاِقِم‬
‫َع ْز ِم اُاْلُم ْو ِر‬ ‫ٰذ ِلَك ِم ْن‬
Artinya: Wahai anakku, tegakkanlah salat dan suruhlah (manusia)
berbuat yang makruf dan cegahlah (mereka) dari yang mungkar serta
bersabarlah terhadap apa yang menimpamu. Sesungguhnya yang

17
demikian itu termasuk urusan yang (harus) diutamakan.

(Tafsir Q.S luqman ayat 17)


Tafsrir Al Maragi: (Hai anakku, dirikanlah salat dan suruhlah
manusia mengerjakan yang baik dan cegahlah mereka dari perbuatan
mungkar serta bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu) disebabkan
amar makruf dan nahi mungkarmu itu. (Sesungguhnya yang demikian itu)
hal yang telah disebutkan itu (termasuk hal-hal yang ditekankan untuk
diamalkan) karena mengingat hal-hal tersebut merupakan hal-hal yang
wajib.
Tafsir Quraish Shihab: Wahai anakku, jagalah salat, perintahlah
manusia untuk melakukan segala kebaikan dan laranglah untuk melakukan
segala kejahatan. Bersabarlah atas kesulitan yang menimpamu.
Sesungguhnya apa yang telah diwasiatkan oleh Allah adalah hal-hal yang
harus selalu dilakukan dan dijaga.
Kemenag: Wahai anakku! Laksanakanlah salat secara sempurna dan
konsisten, jangan sekali pun engkau meninggalkannya, dan suruhlah
manusia berbuat yang makruf, yakni sesuatu yang dinilai baik oleh
masyarakat dan tidak bertentangan dengan syariat, dan cegahlah mereka
dari yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu sebab
hal itu tidak lepas dari kehendak-Nya dan bisa jadi menaikkan derajat
keimananmu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk perkara yang
penting dan tidak boleh diabaikan.

g. (Qur’an Surah Luqman ayat 18 dan 19)


(Dalil Q.S luqman ayat 18-19)

‫َو اَل ُتَص ِّعْر َخ َّد َك ِللَّناِس َو اَل ْمَتِش ىِف اَاْلْر ِض َم َر ًح ۗا ِاَّن الّٰل َه اَل‬

18
‫ِحُي ُّب ُك َّل ْخُمَتاٍل َفُخ ْو ٍۚر‬
Artinya: “Janganlah memalingkan wajahmu dari manusia (karena sombong)
dan janganlah berjalan di bumi ini dengan angkuh. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi sangat membanggakan
diri.”

‫ِتَۗك ِاَّن َاْنَك اَاْل اِت‬ ‫ِم‬ ‫ْغ‬‫ا‬ ‫اْقِص ْد َم ْش ِي‬


‫َو‬ ‫ْص‬ ‫َر‬ ‫ْو‬ ‫َص‬ ‫ْن‬ ‫ْض‬ ‫ُض‬ ‫َو‬ ‫َك‬ ‫ْيِف‬ ‫َو‬
‫َلَص ْو ُت اَحْلِم ِرْي‬
Artinya: “Berlakulah wajar dalam berjalan dan lembutkanlah suaramu.
Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.”

(Tafsir Q.S luqman ayat 18)


Tafsir Kemenag:11 Dan janganlah kamu sombong. Janganlah kamu
memalingkan wajah dari manusia secara congkak dan janganlah berjalan di
muka bumi dengan angkuh. Bersikaplah tawaduk dan rendah hati kepada
siapa pun. Sungguh, Allah tidak menyukai dan tidak pula melimpahkan kasih
sayang-Nya kepada orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. Dan
jika engkau melangkahkan kakimu, sederhanakanlah dalam berjalan, jangan
terlalu cepat atau terlalu lambat. Dan lunakkanlah suaramu ketika sedang
berbicara agar tidak terdengar kasar seperti suara keledai, karena
sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.
11
Tafsir Jalalayn. htmlhttps://tafsirq.com/31-luqman/ayat-18#tafsir-jalalayn. Akses 27 April
2023

19
Tafsir Jalalayn: (Dan janganlah kamu memalingkan) menurut qiraat
yang lain dibaca wa laa tushaa`ir (mukamu dari manusia) janganlah kamu
memalingkannya dari mereka dengan rasa takabur (dan janganlah kamu
berjalan di muka bumi dengan angkuh) dengan rasa sombong. (Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong) yakni orang-orang yang
sombong di dalam berjalan (lagi membanggakan diri) atas manusia.

(Tafsir Q.S luqman ayat 19)


Tafsir Ibnu Katsir12: Dalam ayat ini seakan-akan Allah ingin
membantah jika kamu merasa dengan suara besar sebagai orang yang mulia
maka keledai lebih mulia dari dirimu. Karena suara keledai lebih besar
daripada suaramu. Ini semua berbicara tentang adab-adab kepada manusia
yang diajarkan oleh Luqman Al-Hakim kepada putranya. Ini menunjukkan
bahwasanya akhlak kepada orang lain bukan perkara yang sepele dalam
syariat dan syariat memperhatikan masalah akhlak sampai-sampai wasiat
Luqman Al-Hakim yang diabadikan al-Qurán adalah nasehat Luqman kepada
anaknya berkaitan dengan akhlak.
Tafsir Jalalayn: (Dan sederhanalah kamu dalam berjalan) ambillah
sikap pertengahan dalam berjalan, yaitu antara pelan-pelan dan berjalan cepat,
kamu harus tenang dan anggun (dan lunakkanlah) rendahkanlah (suaramu.
Sesungguhnya seburuk-buruk suara) suara yang paling jelek itu (ialah suara
keledai.") Yakni pada permulaannya adalah ringkikan kemudian disusul oleh
lengkingan-lengkingan yang sangat tidak enak didengar.

D. Hadis tentang Lingkungan Pendidikan Keluarga


1. Hadis Riwayat At-Tirmidzi
‫ َأَّنُه َقاَل « َأَال ُك ُّلُك ْم َر اٍع َو ُك ُّلُك ْم َم ْس ُئوٌل‬- ‫ َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم‬- ‫َع ِن اْبِن ُع َم َر َع ِن الَّنِبِّى‬
12
Tafsir Ibnu Katsir. https://bekalislam.firanda.com/12832-tafsir-surat-luqman-ayat-19.html.
Akses 27 April 2023

20
‫َع ْن َر ِع َّيِتِه َفاَألِم يُر اَّلِذ ى َع َلى الَّناِس َر اٍع َو ُهَو َم ْس ُئوٌل َع ْن َر ِع َّيِتِه َو الَّرُجُل َر اٍع َع َلى‬
‫َأْهِل َبْيِتِه َو ُهَو َم ْس ُئوٌل َع ْنُهْم َو اْلَم ْر َأُة َر اِعَيٌة َع َلى َبْيِت َبْع ِلَها َو َو َلِدِه َو ِهَى َم ْس ُئوَلٌة َع ْنُهْم‬
‫َو اْلَع ْبُد َر اٍع َع َلى َم اِل َس ِّيِدِه َو ُهَو َم ْس ُئوٌل َع ْنُه َأَال َفُك ُّلُك ْم َر اٍع َو ُك ُّلُك ْم َم ْس ُئوٌل َع ْن َر ِع َّيِتِه‬
) ‫»(َر َو اُه ُم ْس ِلٌم‬
Artinya: Dari ‘Abdan dari Abdullah dari Musa bin ‘Uqbah dari
Nafi’ dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma dari Nabi SAW bersabda:
Setiap kamu adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas
kepemimpinannya itu. Kepala negara adalah pemimpin, laki-laki adalah
pemimpin atas anggota keluarganya, wanita adalah pemimpin atas rumah
suaminya dan anak-anaknya, maka setiap kamu adalah pemimpin dan
bertanggung jawab atas kepemimpinanmu itu. (H.R. At-Tirmidzi)
Hadis tersebut menjelaskan bahwa, peran orang tua dalam keluarga
baik ayah maupun ibu terhadap anak-anak sangatlah mendasar. Hal
terlihat dari pentingnya tanggung jawab orang tua,dalam memastikan
bahwa lingkungan keluarga telah mendukung proses tumbuh kembang
anak, menjadi pribadi yang dewasa dan mandiri.Lingkungan keluarga
secara tidak sadar merupakan alat pendidikan meskipun peristiwa
disekeliling anak tersebut tidak terdapat unsur kesengajaan, namun
keadaan tersebut mempunyai pengaruh terhadap pendidikan baik positif
maupun negatif.

2. Hadis Riwayat Abu Dawud


‫صلى‬- ‫ قال رسول الله‬:‫ قال‬-‫رضي الله عنه‬- ‫ عن جده‬،‫ عن أبيه‬،‫عن عمرو بن شعيب‬
‫ َو اْض ِرُبْو ُهْم َع َلْيَها َو ُهْم‬، ‫ ُم ُرْو ا َأْو اَل َد ُكْم ِبالَّص اَل ِة َو ُهْم َأْبَناُء َس ْبِع ِس ِنْيَن‬:-‫الله عليه وسلم‬
‫ َو َفِّر ُقْو ا َبْيَنُهْم ِفي اْلَم َض اِج ِع‬، ‫َأْبَناُء َع ْش ِر ِس ِنْيَن‬
Artinya: “Berkata Mu’ammal ibn Hisyam Ya’ni al Asykuri, berkata Ismail

21
dari Abi Hamzah, berkata Abu Dawud dan dia adalah sawwaru ibn Dawud
Abu Hamzah Al Muzanni Al Shoirofi dari Amru ibn Syu’aib dari ayahnya
dari kakeknya berkata, berkata Rasulullah SAW: Suruhlah anakmu
melakukan sholat ketika berumur tujuh tahun. Dan pukullah mereka karena
mereka meninggalkan sholat ketika berumur sepuluh tahun. Dan pisahlah
mereka (anak laki-laki dan perempuan) dari tempat tidur.”(H.R. Abu
Dawud)”
Pertama, memerintahkan anak untuk melakukan sholat pada usia 7
tahun. Kedua, setelah usia 10 tahun, bila seorang anak masih terlihat belum
melaksanakan sholat, padahal orang tua sudah mengingatkannya orang tua
boleh dengan peringatan yang agak keras yakni memukul anak tersebut pada
bagian yang tidak membahayakan. Ketiga, pada masa ini anak menginjak
usia puber (baligh), maka diantara mereka harus sudah dipisahkan tempat
tidurnya. Pada fase ini pendidikan dan pengarahan orang tua berkenaan
dengan pembinaan ibadah dan agama yang difokuskan sejak anak-anak
untuk membentuk mentalitas keluarga.

3. Hadis Riwayat Bukhari

‫َح َّدَثَنا ُسَلْيَم اُن ْبُن َح ْر ٍب َقاَل َح َّدَثَنا ُشْع َبُة َع ْن َأُّيوَب َقاَل َسِم ْع ُت َع َطاًء َقاَل َسِم ْع ُت اْبَن َعَّباٍس‬
‫َقاَل َأْش َهُد َع َلى الَّنِبِّي َص َّلى الَّلُه َع َلْيِه َو َس َّلَم َأْو َقاَل َع َطاٌء َأْش َهُد َع َلى اْبِن َعَّباٍس َأَّن َر ُسوَل‬
‫الَّلِه َص َّلى الَّلُه َع َلْيِه َو َس َّلَم َخ َرَج َو َم َع ُه ِباَل ٌل َفَظَّن َأَّنُه َلْم ُيْس ِم ْع َفَو َع َظُهَّن َو َأَم َر ُهَّن‬
‫ِبالَّص َد َقِة َفَجَع َلْت اْلَم ْر َأُة ُتْلِقي اْلُقْر َط َو اْلَخاَتَم َو ِباَل ٌل َيْأُخ ُذ ِفي َطَرِف َثْو ِبِه َقاَل َأُبو َعْبد الَّلِه‬
‫َو َقاَل ِإْس َم اِع يُل َع ْن َأُّيوَب َع ْن َع َطاٍء َو َقاَل َع ْن اْبِن َعَّباٍس َأْش َهُد َع َلى الَّنِبِّي َص َّلى الَّلُه‬
‫َع َلْيِه َو َس َّلَم‬
Artinya : Telah menceritakan kepada kami Sulaiman bin Harb berkata,
Telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari Ayyub berkata; aku
mendengar 'Atho' berkata; aku mendengar Ibnu 'Abbas berkata: aku

22
menyaksikan bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam -sedang menurut
'Atho', dia berkata; aku menyaksikan Ibnu 'Abbas berkata; - bahwa Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam keluar bersama Bilal, -dan dia mengira bahwa
dia tidak mendengar, - maka Nabi memberi pelajaran kepada para wanita
dan memerintahkan untuk bersedekah, maka seorang wanita memberikan
anting dan cincin emasnya, dan Bilal memasukkannya ke saku bajunya.
Berkata Abu Abdullah; dan Isma'il berkata; dari Ayyub dari 'Atho', dan dia
berkata; dari Ibnu 'Abbas bahwa ia bersaksi terhadap Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam.( Shahih Bukhari No. 96)13
Hadis ini menjelaskan bahwa anjuran untuk memberikan nasehat
kepada keluarga atau kepada seorang perempuan sebagaimana telah
dijelaskan sebelumnya bukan hanya merupakan tugas kepala keluarga saja,
akan tetapi juga dianjurkan kepada seorang pemimpin ataupun wakilnya
untuk memberikan nasehat kepada mereka. Hal ini diambil dari perkataan
ibnu Abbas,”kemudian beliau memberikan nasehat kepada kaum
wanita.”nasihat tersebut berupa sabdanya,” saya melihat bahwa sebagian
besar dari kaum (wanita) menjadi penghuni neraka, karena kamu sering
melalukan sumpah palsu dan mendurhakai suami.” Sedangkan pernyataan
bahwa Rasululllah telah memberikan pelajaran kepada mereka berdasarkan
perkataan Ibnu Abbas,”dan memerintahkannya untuk bersedekah” dari sini
dapat disimpulkan bahwa Rasulullah SAW mengajarkan kepada mereka
bahwa shadaqah dapat menghapus dosa atau kesalahan yang telah mereka
lakukan.

E. Munasabah Ayat Al-Qur’an Tentang Lingkungan Pendidikan Keluarga


Dari beberapa Dalil Al-Qur’an diatas, penulis menemukan munasabah

13
Labaso, Syahrial. (2018). Konsep pendidikan keluarga dalam perspektif Al-Quran dan
hadis. Jurnal Pendidikan Agama Islam Vol,15. No, 1. hal., 64

23
(korelasi/hubungan) anatara Ayat At-Thaha: 132 dan Q.S Luqman: 17 kedua
ayat tersebut saling berkaitan yakni menjelaskan tentang perintah untuk
melaksanakan sholat, sebagaimana dalam penjelasan berikut:

‫َو ْأُم ْر َاْهَلَك ِبالَّص ٰل وِة َو اْص َطِبْر َع َلْيَهۗا اَل َنْس َٔـُلَك ِر ْز ًقۗا َنْح ُن َنْر ُز ُقَۗك‬
‫َو اْلَع اِقَبُة ِللَّتْقٰو ى‬
Artinya: Dan perintahkanlah pada keluargamu mendirikan salat dan
bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. (Q.S Thaha: 132)
Ketika menafsirkan ayat ini Syekh Jalaluddin As-Suyuti dalam tafsir
Al-Jalalayn menyatakan Allah memerintahkan untuk selalu mendirikan
Sholat dan sabar dalam mengerjakannya. Tafsir surah Thaha ayat 132
berisi perintah untuk mendirikan shalat dengan sabar sebagai sarana
menuju ketaqwaan. Melalui sarana taqwa ini setiap muslim mendapat
jaminan Allah berupa jalan keluar dari berbagai kesulitan dan pintu bagi
datangnya rezeki dari jalan yang tiada di sangkasangka.14
Pokok-pokok pendidikan Islam dalam keluarga adalah membantu
anak-anak memahami posisi dan perannya masing-masing, membantu
anak-anak mengenal dan memahami norma-norma Islam agar mampu
melaksanakannya untuk memperoleh ridho Allah SWT, salah satunya
pendidikan tentang ibadah, khususnya pendidikan shalat.
Ilmu pendidikan Islam telah menunjukkan pada tataran konseptual
proses pendidikan dalam keluarga sebagai realisasi tanggung jawab
orangtua terhadap pendidikan anaknya, antara lain aspek-aspek pendidik
(Islam) yang sangat penting untuk diperhatikan oleh orangtua dalam
mendidik anaknya, dari aspek-aspek tersebut salah satunya adalah aspek
14
Pauji Amrullah. (2017). Pandangan mufassir tentang proses pendidikan dalam
lingkungan keluarga kajian Surah Thaha Ayat 132. Skripsi IAIN Palangka Raya. hal., 68

24
pendidikan ibadah.
Jadi, anak adalah sebagai amanah Allah SWT yang harus
mendapatkan pendidikan dari kedua orangtuanya, maka dalam proses
pendidikan dalam lingkungan keluarga, kedua orangtualah yang
bertanggung jawab memberikan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu
tentang ibadah (shalat) dengan menyuruh anak untuk sholat dan menjauhi
perbuatan yang keji dan mungkar agar anak memiliki kekuatan dan
kekokohan Iman seperti yang dijelaskan dalam Firman Allah yang
menyatakan:
‫ٰي ُبَنَّي َاِقِم الَّص ٰل وَة َو ْأُم ْر ِباْلَم ْع ُرْو ِف َو اْنَه َع ِن اْلُم ْنَك ِر َو اْص ِبْر َع ٰل ى َم ٓا َاَص اَبَۗك‬
‫ٰذ‬
‫ِاَّن ِلَك ِم ْن َع ْز ِم اُاْلُم ْو ِر‬
Artinya: Wahai anakku, tegakkanlah salat dan suruhlah (manusia)
berbuat yang makruf dan cegahlah (mereka) dari yang mungkar serta
bersabarlah terhadap apa yang menimpamu. Sesungguhnya yang
demikian itu termasuk urusan yang (harus) diutamakan.
Jadi ayat di atas mengandung perintah untuk mendirikan shalat
adalah sekaligus perintah untuk meninggalkan perbuatan keji dan munkar,
karena shalat sejatinya dapat mencegah perbuatan keji dan munkar.
Beramar ma‟ruf dan bernahi munkar serta bersabar dalam menghadap
musibah/cobaan adalah merupakan sisi-sisi melelahkan yang pasti dialami
oleh orang beriman. Karena kemampuan untuk melakukannya itulah yang
membuat kuatnya keimanan pada diri seseorang
Pendidikan agama dan spiritual ini berarti membangkitkan kekuatan
dan kesediaan spiritual yang bersifat naluri yang ada pada kanak-kanak
melalui bimbingan agama yang sehat dan mengamalkan ajaran-ajaran
agama. Di antara cara-cara praktis yang patut digunakan oleh keluarga
untuk menanamkan semangat keagamaan pada diri anak-anak adalah cara-

25
cara berikut:
a) Memberikan tauladan yang baik kepada mereka tentang kekuatan iman
kepada Allah dan berpegang dengan ajaran-ajaran agama dalam
bentuknya yang sempurna dalam waktu tertentu.
b) Membiasakan mereka menunaikan syiar-syiar agama semenjak kecil
sehingga penunaian itu menjadi kebiasaan yang mendarah daging,
mereka melakukannya dengan kemauan sendiri dan merasa tentram
sebab mereka melakukan kemauannya.
c) Menyiapkan suasana agama dan spiritual yang sesuai di rumah di mana
mereka berada.
d) Membimbing mereka membaca bacaan-bacaan agama yang berguna
dan memikirkan ciptaan-ciptaan Allah dan makhluk-makhluk untuk
menjadi bukti kehalusan system ciptaan itu dan atas wujud dan
keagungannya.
e) Menggalakkan mereka turut serta dalam aktivitas-aktivitas agama, dan
lain-lain.15

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bahwa hakikat pendidikan keluarga merupakan tanggung jawab setiap
manusia adalah menjaga dirinya dan keluarganya dari api neraka. Dalam arti
bahwa manusia itu dituntut untuk mengerjakan apa yang diperintahkan dan
15
Ibid

26
menjauhi apa yang dilarang oleh Allah Saw, bukan hanya pada dirinya saja
tetapi harus memberikan pengajaran dan pendidikan kepada manusia sesama.
Peran orang tua dalam mendidik anak sangat penting sebagai upaya
untuk membimbing dan membina anak-anaknya, sehingga kelak mereka
mampu melaksanakan kehidupannya sebagai manusia dewasa baik sebagai
pribadi maupun sebagai anggota keluarga dan anggota masyarakat yang taat
terhadap agama yang dianutnya.
Berdasarkan uraian dalam tulisan ini, dapat dipahami bahwa dasar
pendidikan keluarga secara umum bertujuan untuk melahirkan lingkungan
pendidikan Islami bagi anak sebagai peserta didik. Hasil dari proses
pendidikan tersebut, ialah seorang anak diharapkan mendapatkan
pengetahuan dan pengalaman dalam kehidupannya yang kelak akan
menentukan perilaku dan karakter sang anak berdasarkan Akhlak Islam pada
lingkungan sosialnya.

B. Kritik dan Saran


Demikianlah makalah ini kami susun dengan sebaik-baiknya dan
semaksimal mungkin. Tentunya penulis sudah menyadari jika dalam
penyusunan makalah masih banyak ada kesalahan serta jauh dari kata
sempurna. Maka dari itu penulis sangat membutuhkan kritik dan saran dari
pembaca untuk kesuksesan penulisan kedepannya

DAFTAR PUSTAKA
Adi, La. (2018). Pendidikan Keluarga dalam Perspektif Islam. Jurnal
pendidikan Ar-Rashid. Vol, 7. No, 1. https://www.journal.staisyarif
muhammad.ac.id/index.php/jp/article/view/11. Akses 25 April 2023.

Amrullah, Pauji. (2017). Pandangan mufassir tentang proses pendidikan dalam

27
lingkungan keluarga kajian Surah Thaha Ayat 132. Skripsi IAIN
Palangka Raya. http://digilib.iain-palangkaraya.ac.id/1194/1/Skripsi%
20Pauji%20Amrullah%20-%201201111731.pdf. Akses 28 April 2023.

Hasbullah. (2018). Lingkungan pendidikan dalam Al-Qur’an dan Hadis. Jurnal


Keilmuan Manajemen Pendidikan. Vol, 4. No, 01. http://jurnal.uinbanten
ac.id/index.php/tarbawi. Akses 25 April 2023

Labaso, Syahrial. (2018). Konsep pendidikan keluarga dalam perspektif Al-


Quran dan hadis. Jurnal Pendidikan Agama Islam Vol,15. No, 1. 52-69.
https://doi.org/10.14421/jpai.2018.151-04. Akses 25 April 2023.

Rahman, Fawait Syaiful. (2022). Analisis tafsir Al-Qur’an tentang Relasi dan
Manajemen Pendidikan Keluarga. Jurnal Studi Qur’an Vol, 7. No, 1
DOI: http://dx.doi.org/10.21111/studiquran.v7i1.7397. Akses pada 25
April 2023.

Thontowi, Zulkifli Syauqi, and Achmad Dardiri. (2019). Manajemen


Pendidikan Keluarga: Perspektif Al-Quran Menjawab Urban Middle
Class Milenial. Edukasi Islami: Jurnal Pendidikan Islam Vol, 8. No, 01
159-170. http://jurnal.staialhidayahbogor.ac.id/index.php/ei/article/view/
393/311. Akses 28 April 2023
Mujayyanah, Fauziyah, Benny Prasetiya, and Nur Khosiah. (2021). Konsep
Pendidikan Akhlak Luqmanul Hakim (Kajian Tafsir Al-Misbah Dan Al-
Maraghi). Jurnal Penelitian IPTEKS Vol, 6. No, 1. 52-61.
http://jurnal.unmuhjember.ac.id/index.php/PENELITIAN_IPTEKS/article/
view/5251. Akses 25 April 2023

28
Tafsir, Ahmad, Andewi Suhartini, and Aji Rahmadi. (2020). Desain Pendidikan
Agama Islam dalam Keluarga. Atthulab: Islamic Religion Teaching and
Learning Journal Vol, 5. No, 2. 152-162. http://journal.uinsgd.ac.id./
index.php/atthulab/. Akses 25 April 2023.

29

Anda mungkin juga menyukai