Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
2020/1442
KATA PENGANTAR
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah........................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................1
C. Tujuan Penulisan....................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................2
A. Pengertian Institusi Pendidikan Islam.................................................2
B. Jenis-jenis Institusi Pendidikan Islam..................................................2
BAB III PENUTUP.............................................................................................12
Kesimpulan.........................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lembaga pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam mencapai
keberhasilan proses pendidikan karena lembaga berfungsi sebagai mediator
dalam mengatur jalannya pendidikan. Dan pada zaman sekarang ini
tampaknya tidaklah disebut pendidikan jika tidak ada lembaganya.
Lembaga pendidikan dewasa ini juga sangat mutlak keberadaannya bagi
kelancaran proses pendidikan. Apalagi lembaga pendidikan itu dikaitkan
dengan konsep islam. Lembaga pendidikan islam merupakan suatu wadah
dimana pendidikan dalam ruang lingkup keislaman melaksanakan tugasnya
demi tercapainya cita-cita umat islam.
Keluarga, masjid, pondok pesantren dan madrasah merupakan lembaga-
lembaga pendidikan islam yang mutlak diperlukan di suatu negara secara
umum atau disebuah kota secara khususnya, karena lembagalembaga itu ibarat
mesin pencetak uang yang akan menghasilkan sesuatu yang sangat berhaga,
lembaga-lembaga pendidikan itu sendiri akan mencetak sumber daya manusia
yang berkualitas dan mantap dalam aqidah keislaman.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari institusi Pendidikan Islam?
2. Apa saja jenis-jenis institusi Pendidikan Islam?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian Institusi Pendidikan Islam.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis Institusi Pendidikan Islam.
BAB II
PEMBAHASAN
ياَأَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا قُوا أَ ْنفُ َس ُك ْم َوأَ ْهلِ ُكم نَارًا
1 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta, Kalam Mulia, 2011, hlm. 277.
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu
dari api neraka”. (QS. At-Tahrim:6).
Sebagai pendidik orang tua (ayah/ibu) memiliki kewajiban yang
berbeda-beda. Ayah berkewajiban mencari nafkah untuk mencukupi
kebutuhan keluarganya. Sedangkan ibu berkewajiban menjaga,
memelihara dan mengelola keluarga di rumah suaminya, terlebih lagi
mendidik dan merawat anaknya.
Keluarga sebagai peranan yang pertama dan utama dalam
pendidikan., untuk mencetak anak agar mempunyai kepribadian yang
baik dalam keluarga dapat mengombinasikan antara pendidikan yang
diperoleh dari keluarga dengan pendidikan lembaga, seperti sekolah,
pondok pesantren, masjid yang merupakan tempat peralihan dari
pendidikan keluarga.
Peranan orang tua sebagai pendidik:2
a. Korektor, yaitu mengoreksi dari perbuatan yang baik dan yang
buruk agar anak memiliki kemampuan memilih yang terbaik
bagi kehidupannya.
b. Inspirator, yaitu memberikan ide-ide positif bagi
pengembangan kreativitas anak
c. Informator, yaitu memberikan beragam informasi dan
kemajuan ilmu pengetahuan kepada anak agar ilmu
pengetahuan anak semakin luas dan mendalam
d. Organisator, yaitu kemampuan mengelola kegiatan
pembelajaran anak yang baik dan benar
e. Motivator, yaitu memberikan dorongan agar anak semakin
aktif dan kreatif dalam belajar
f. Inisiator, yaitu memiliki pencetus gagasan bagi
pengembangan dan kemajuan pendidikan anak
g. Fasilitator, yaitu menyediakan fasilitas pendidikan dan
pembelajaran bagi kegiatan belajar anak
2 Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta, Kencana, 2008, hlm. 226.
h. pembimbing, yaitu membimbing dan membina anak kearah
kehidupan yang bermoral, rasional, dan berkepribadian luhur
sesuai dengan nilai-nilai ajaran islam dan semua norma yang
belaku di masyarakat.
2. Masjid Sebagai Lembaga Pendidikan Islam
Secara harfiah, masjid adalah “tempat untuk bersujud”. Namun,
dalam arti terminology, masjid diartikan sebagai tempat khusus
untuk melakukan aktivitas ibadah.
Al-‘Abdi menyatakan bahwa masjid merupakan tempat terbaik
untuk kegiatan pendidikan. Dengan menjadikan lembaga pendidikan
dalam masjid, akan terlihat hidupnya Sunnah-sunnah islam,
menghilangkan segala bid’ah, mengembangkan hukumhukum
Tuhan, serta menghilangnya stratifikasi status sosialekonomi dalam
pendidikan. Karena itu, masjid merupakan lembaga kedua setelah
lembaga pendidikan keluarga.
Fungsi masjid agar lebih efektif apabila di dalamnya disediakan
fasilitas yang mendukung proses belajar mengajar, seperti:3
a. Perpustakaan, yang menyediakan berbagai buku bacaan dengan
berbagai disiplin keilmuan.
b. Ruang diskusi, yang digunakan untuk berdiskusi sebelum dan
sesudah salat jamaah atau dikenal dengan istilah “I’tikaf ilmiah”.
c. Ruang kuiah, baik digunakan untuk training (tadrib) remaja
masjid, atau juga Madrasah Diniyah.
Menurut Abudin Nata, terdapat dua peran yang dilakukan oleh
masjid. Pertama, peran masjid sebagai lembaga pendidikan
informal dan nonformal. Peran masjid sebagai lembaga
pendidikan informal dapat dilihat dari segi fungsinya sebagai
tempat ibadah; salat lima waktu, salat Idul Fitri, Idul
Adha, berzikir, dan berdo’a. Semua kegiatan ibadah tersebut
terdapat nilai-nilai pendidikan spiritual yang amat dalam.
4 Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta, Kencana, 2010. Hlm. 195
5 Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakar, Op. Cit., hlm. 235.
a. Membimbing anak didik untuk menjadi manusia yang
berkepribadian islam, dengan ilmu agamanya ia sanggup
menjadi mubaligh islam dalam masyarakat sekitar melalui
ilmu dan amalanya
b. Mempersiapkan para santri untuk menjadi orang alim dalam
ilmu agama yang diajarkan oleh kiyai yang bersangkutan serta
dalam mengamalkan dan mendakwahkannya dalam
masyarakat.
Pesantren memiliki ciri khusus yaitu; isi kurikulum yang
dibuat terfokus pada ilmu-ilmu agama, misalnya ilmu sintaksis
Arab, morfologi Arab, hukum islam, sistem yurisprudensi
islam, Hadis, tafsir Alquran, teologi islam, tasawuf, tarikh, dan
retorika, dan ilmu-ilmu tersebut memakai kitab-kitab klasik
yang disebut dengan istilah
“kitab kuning”.
Seiring dengan perkembangan zaman pondok pesanteren
kini menapakkan eksistensinya sebagai lembaga pendidikan
islam yang di dalamnya didirikan sekolah baik formal maupun
nonformal, serta mengalami transformasi kultur, sistem, dan
nilai. Pondok pesantren yang dulu dikenal dengan salafiyah
(kuno) kini telah berubah menjadi khalafiiyah (modern),
akibat dari berubahnya sistem dan kultur pesantren yang
drastis, misalnya:
a. Perubahan sistem pengajaran dari perseorangan atau
serogan menjadi sistem klasikal yang kemudian kita kenal
dengan istilah madrasah (sekolah)
b. Memberikan pengetahuan umum sekaligus
mempertahankan pengetahuan agama dan bahasa arab
c. Memberikan ekstrakulikuler berdasar kemampuan dan
keterampilan masing-masing seperti;
kegiatan kepramukaan untuk melatih
kedisiplinan dan pendidikan agama, pmi,
olahraga, serta kesenian islami.
Madrasah adalah isim masdar dari kata darsa yang berarti sekolah
atau tempat untuk belajar. Dalam perkembangan selanjutnya,
madrasah sering dipahami sebagai lembaga pendidikan yang bersasis
keagamaan. Adapun sekolah sering dipahami sebagai lembaga
pendidikan yang berbasis pada ilmu pengetahuan umum. Sebagian
ahli sejarah berpendapat, bahwa madrasah sebagai lembaga
pendidikan islam muncul dari penduduk Nisapur, tetapi tersiarnya
melalui Perdana Menteri Bani Saljuk yang bernama Nidzam al-
Muluk, melalui Madrasah Nidzamiah yang didirikannya pada tahun
1065 M. Selanjutnya, Gibb dan Kramers menuturkan bahwa pendiri
madrasah terbesar setelah Nizam al-Mulk adalah Shalah al-Din al-
Ayyubi.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjelasan di atas kami menyimpulkan bahwa:
1. Institusi (Lembaga) pendidikan islam adalah suatu wadah atau tempat
berlangsungnya proses pendidikan
2. Adapun jenis-jenis lembaga pendidikan misalnya:
• Keluarga adalah lembaga pendidikan pertama dan utama dan
yang menjadi pendidik dalam keluarga adalah orang tua.
• Masjid adalah tempat untuk melakukan ibadah, selain itu juga
masjid digunakan sebagai tempat belajar
• Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan islam yang
didalamnya terdapat kiyai sebagai pendidik, santri sebagai
peserta didik, masjid sebagai tempat untuk melaksanakan
• Madrasah adalah lembaga pendidikan yang berbasis
keadamaan
• Pendidikan Islam terpadu
• Perguruan Tinggi
DAFTAR PUSTAKA
Menurut kami... itu merupakan cara yang salah dalam mendidik, artian salah
dalam mendidik itu si anak tidak dididik akan pengetahuan agama yang
jelasjelas agama itu sangat penting bagi kelangsungan hidupnya baik di dunia
maupun di akhirat. Untuk itu.. dari dalam diri orang tua harus berubah
mengenai akan kepedulian pendidikan agama agar memperoleh kebaikan
hidupnya di dunia maupun di akhirat. Dalam hal itu juga orang tua harus
banyak terlibat dalam majelis majelis ilmu agar memperoleh pengetahuan
agama Islam supaya menjadi suri tauladan bagi anak-anaknya...
3. Bella Nurachamaudina
Bagaimana cara seorang pendidik untuk bersinergi terhadap sekolah,
masyarakat dan keluarga sehingga bisa membentuk sistem pendidikan
yang unggul?
Jawaban:
Beberapa cara yang bisa dilakukan agar terjadi sinergi antara ketiganya adalah
sebagai berikut.
1) Membangun hubungan kemitraan sejajar antara guru (sekolah) dan
orang tua. Guru dan orang tua siswa adalah mitra yang bersama-sama
berusaha membantu siswa untuk berkembang ke arah tujuan yang
diharapkan, tidak ada yang lebih tinggi atau lebih rendah sehingga
masing-masing bisa saling bertukar pikiran dan mengkritisi setiap
proses yang dilakukan pada anak tanpa merasa canggung atau malu.
2) Adanya keterbukaan dan ketersambungan program antara program
sekolah dan program di rumah. Keterbukaan sangat diperlukan.
Keterbukaan yang diiringi dengan niat baik untuk menerima
seandainya ada kritik yang sampai baik itu pada guru maupun pada
orang tua. Setiap pola pendidikan anak di rumah sebaiknya
tersampaikan ke sekolah dan sebaliknya juga begitu program sekolah
harus terealisasikan kepada orang tua siswa. Lembaga keluarga
memiliki peran yang sangat penting terhadap pertumbuhan dan
perkembangan anak sehingga sudah seyogianyalah memiliki program-
program yang terencana.
3) Adanya komunikasi antara orang tua dan sekolah dalam pelaksanaan
proses pendidikan baik itu di rumah maupun di sekolah yang
dilakukan minimal sebulan sekali sebagai langkah evaluasi program di
sekolah dan di rumah.
4) Bersama-sama orang tua dan sekolah melakukan kontrol sosial
terhadap masyarakat, membuat dan menciptakan lingkungan yang
sehat bagi perkembangan anak-anak. Melakukan kontrol dan kritik
terhadap berbagai media yang menayangkan hal-hal yang tidak sehat
bagi anakanak.
5) Sekolah dan orang tua serta masyarakat menciptakan lingkungan yang
membangun motivasi anak untuk terus berkarya dengan mendukung
setiap kegiatan positif mereka atau mengadakan lomba-lomba yang
merangsang kreativitas anak.
4. Anisa
Apakah lembaga-lembaga pendidikan islam mampu memperbaiki dan
meningkatkan moral bangsa?
Jawaban: