Anda di halaman 1dari 20

Makalah

“PENDIDIKAN KARAKTER DALAM AL-QUR’AN”


Untuk memenuhi tugas mata kuliah

Ulumul Qur’an

Dosen Pengampuh: Dr. Indria Nur, M

Oleh

Kelompok IV

Nirwana

Yacob Nauly

Abdul Haji Rumakey

Siswanto

Jalil Usman Wugaje

Pasca Sarjana Pendidikan Agama Islam ( Kepemimpinan Transformatif)


Institut Agama Islam Negeri Sorong
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat,

taufiq, serta hidayah-Nya kepada kita khususnya bagi Penulis, sehingga kami dapat menyusun

makalah ini. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi

Muhammad SAW yang mana telah menunjukkan kita dari jalan yang sesat menuju jalan yang

benar.

Tujuan dari penyusunan makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah

Ulumul Qur’an dan Studi PAI dan Didalam proses penyusunan makalah ini kami mengucapkan

banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya makalah ini.

Dalam kesempatan ini kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr. Indria Nur,

M.PdI selaku dosen pembina mata kuliah ini.

Akhirnya, kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini bukanlah proses akhir, tetapi

merupakan langkah awal yang masih banyak memerlukan perbaikan. Kritik dan saran yang

bersifat membangun sangat kami harapkan dan kami terima dengan tangan terbuka. Dan kami

mengharap makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi Penulis dan umumnya bagi pembaca.

Sorong, 30 September 2022

Penyusun
makalah

ABSTRAK

Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti,

pendidikan moral, pendidikan watak, yang bertujuan mengembangkan kemapuan peserta didik

untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara yang baik, dan mewujudmkan kebaikan

itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati.Pembentukan karakter atau akhlak dalam

Islam, dapat dilakukan dengan merujuk pada Al-Qur’an dan As-Sunnah.Dalam alquran terdapat

berbagai ayat yang mengandung konsep pendidikan karakter. Konsep penguatan, konsep

penguatan ibadah, konsep pembentukan akhlakDalam konteks pendidikan karakter, metode

berarti semua upaya, prosedur, dan cara yang ditempuh untuk menginternalisasikan pendidikan

karakter pada anak didik. Adapun Proses dalam penerapan pendidikan karakter antara lain

teladan, perintah da motivasinilai-nilai pendidikan karakter bangsa Ayat-ayat yang mengenai

nilai pendidikan karakter dalam Al-Qur’an hampir sama dengan Ayat-ayat mengenai pendidikan

karakter banyak tersebar dalam Al-Qur’an. Adapun ayat-ayatnya penulis hanya mengambil

bagian kecil dijadikan sebagai nilai-nilai dalam pendidikan karakter. Nilai tauhid, nilai, nilai

teladan, nilai kerja sama, nilai amanah dan nilai kejujuran.

Kata kunci: Pendidikan Karakter dalam al-Qur’an


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan karakter menjadi isu menarik dan hangat dibicarakan kalangan praktisi

pendidikan akhir-akhir ini. Hal ini karena dunia pendidikan selama ini dianggap terpasung

oleh kepentingan-kepentingan yang absurd, hanya mementingkan kecerdasan intelektual,

akal, dan penalaran, tanpa dibarengi dengan intensifnya pengembangan kecerdasan hati,

perasaan dan emosi.

Berdasarkan kesadaran untuk memperbaiki kualitas pendidikan Indonesia kemudian

merumuskan sebuah pendidikan yang berbasis pada impelementasi keunggulan

intekektualitas peserta didik yang terwujud dalam kesempurnaan perilaku/akhlak/karakter

mereka dalam kehidupan beragama, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (pendidikan

karakkter).

Proses dan pentingnya pendidikan tidak hanya terdapat dalam perpektif pendidikan

nasional yang telah diatur dalam kementerian pendidikan. Namun, proses dan pentingnya

pedidikan terdapat dalam al-Qur’an. Proses pendidikan ini ditempatkan sebagai misi utama

dalam al-Qur’an untuk mengenalkan tugas dan fungsi manusia itu sendiri. Sehingga ilmu

pengetahuan yang didapatkan oelh manusia tidaj=k hanya bertujan pada hasilnya semata.

Namun, ilmu pengetahuan tersebut dapat menjadikannya manusia yang beriman, berakhlakul

karimah, bermanfaat dan bernilai ibadah disisi-Nya.

Menyadari kenyataan tersebut, maka perlu dilakukan reorentasi dan penataan

terhadap apa yang hilang dan kurang disentuh oleh dunia pendidikan, yakni pendidikan yang

lebih focus pada pembentukan karakter anak dengan melalui beragam aktivitas dan
metode/cara penyampainya. Baik dilingkungan keluarga, sekolah mapun dilingkungan

masyarakat.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep pendidikan karakter?

2. Bagaimana pendidikan karakter dalam perpektif al-Qur’an?

3. Apa saja nilai-nilai pendidikan karakter dalam al-Qur’an?

C. Tujuan masalah

1. Untuk mengetahui konsep pendidikan karakter!


2. Bagaimana pendidikan karakter dalam perpektif al-Qur’an!

3. Untuk mengetahui Apa saja nilai-nilai pendidikan karakter dalam al-Qur’an !


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan karakter

Istilah karakter secara harfiah berasal dari bahasa latin “Charakter” yang antara

lain berarti: watak, tabiat, sifat-sifat kejiwaan, budi pekerti, kepribadian atau akhlak.

Sedagkan secara Istilah, karakter diartikan sebagai sifat manusia pada umumnya dimana

manusia mempunyai banyak sifat yang tergantung dari factor kehidupannya sendiri.

Karakter adalah sifat kejiwaan akhlak atau budi pekerti yang menjadi ciri khas seseorang
atau sekelompok orang.1

Oleh sebab itu, orang yang berperilaku tidak jujur, kejam ataupun rakus dikatakan

sebagai orang yang berkarakter jelek. Sementara orang yang berperilaku jujur dan suka

menolong dikatakan berkarakter mulai. Jadi, istilah karakter erat kaitannya dengan

personality (kepribadian) seseorang. Dimana seseorang biasa disebut orang yang

berkarakter (a person of character) jika tingkah lakunya sesuai dengan kaidah moral.

Karakter sama dengan akhlak dalam ajaran Islam. Pendidikan karakter atau

pendidikan akhlak ini telah dicontohkan oleh sifat yang dimiliki oleh Nabi Muhammad

Saw. Yaitu: Shiddiq artinya benar, Fathaanah artinya cerdas, thabligh artinya

menyampaikan, amanah artinya terpercaya. Dengan demikian pendidikan karakter adalah

usaha yang sungguh-sungguh untuk memahami, membentuk, memupuk nilai-nilai etika,

baik untuk diri sendiri maupun untuk semua masyarakat.

Akhlak merupakan pondasi dasar sebuah karakter diri. Sehingga pribadi yang

berakhlak baik nantinya akan menjdi bagian diri masyarakat yang baik pula. Akhlaklah

yang membedakan karakter manusia dengan makhluk lainnya. Tanpa akhlak, manusia

akan kehilangan derajat sebagai hamba Allah paling terhormat. Sebagaimana firman-Nya

dalam QS. At-Tin/95:4-6

1
Tobroni, Pendidikan Karakter dalam Prespektif Islam,
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-
baiknya. kemudian Kami kembalikan Dia ke tempat yang serendah-rendahnya
(neraka). kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; Maka
bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya”
Pendidikan karakter diartikan sebagai “the delibrete us of all dimensions of school

life to foster optimal character development”,

“usaha secara sengaaja dari seluruh kehidupan dimensi sekolah untuk untuk

membantu pengemabangan karakater dengan optimal”.2

Hal ini berarti unttuk mendukung perkembangan karakter peserta didik harus

melibatkan seluruh komponen di sekolah baik aspek isi kurikulum proses pembelajaran
kualitas hubungan, penanganan mata pelajaran, serta etos seluruh lingkungan sekolah.

Jadi pendidikan karakter adalah upaya penanaman kecerdasan dalam berpikir

yang sesuai dalam berpikir, pengahayatan dalam bentuk sikap, dan pengamalan dalam

bentuk perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai luhur yang menjadi jati dirinya. Nilai-nilai

luhur tersebut antara lain; kejujuran, kemandirian, sopan santun, kemuliaan social,

kecerdasan berpikir. Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai pendidikan nilai,

pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang bertujuan

mengembangkan kemapuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk,

memelihara yang baik, dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari

dengan sepenuh hati.

1. Tahap-tahap Perkembangan dan Pembentukan Karakter

Dalam perspektif Islam, tahapan-tahapan pendidikan karakter dimulai sedini

mungkin. Sebagaimana dijelaskan oleh Rasulullah SAW dalam hadistnya

“Dari Amar bin Syu’aib dari ayahnya dari kakeknya rq., ia berkata: Rasulullah

SAW. Bersabda: perintahkan anak-anakmu mengerjakan salat ketika berusia tujuh tahun,

dan pukullah mereka karena meninggalkan salat bila berumur sepuluh tahun, dan

2
Suparlan, Pendidikan karakter Sedemikian pentingkah dan apakah yang harus kita lakukan, dalam
Suparlan.com dipubliskan 15 okteber 2010
pisahlah tempat tidur mereka (laki-laki dan perempuan)!”(HR. Abu Daud dalam kitab

sholat).3

Tahap-tahap perkembangan karakter berdasarkan Islam diantaranya

1. Pada usia dini sebagai tahap pembentukan , seorang anak diperkenalkan tentang hal – hal

positif / hal – hal yang baik dari lingkungan, maupun keluarga. 

2. Pada usia remaja disebut sebagi tahap pemahaman, memberikan pengarahan atau

pengertian tentang perbuatan baik yang sudah kita kenalkan kepada si anak. Tujuannya

agar dia tahu dan mau melakukan hal tersebut dalam keluarga ataupun dalam masyarakat.
memasuki fase peduli, karena pada fase sebelumnya anak sudah mulai mengenal

lingkungan barunya, maka mereka bertemu dengan banyak orang dan menemukan

berbagai peristiwa di lingkungan, muncullah rasa kepedulian baik terhadap sesama

maupun kepedulian terhadap lingkungan.

3. Pada usia dewasa disebut sebagai tahap pemantapan atau penarapan, Setelah si anak telah

paham tentang perbuatan baik yang telah kita ajarkan langkah yang selanjutnya adalah

penerapan. Maksud dari penerapan disini adalah kita memberikan kesempatan pada anak

untuk menerapkan perbuatan baik yang telah kita ajarkan. Seperti mengajarkan

bagaimana cara bertanggung jawab, peduli, kemandirian dan bermasyarakat. Pada fase

ini anak sudah mulai memiliki kemampuan untuk bermasyarakat dengan berbekal

pengalaman-pengalaman yang didapat pada fase-fase sebelumnya. Kehidupan dalam

masyarakat lebih kompleks dari kehidupan keluarga, anak anak mengenal banyak

karakter manusia selain karakter orang-orang yang dia temui di dalam keluarganya. Enam

tahap pendidikan karakter ini menjadi pondasi dalam menggali, melahirkan, mengasah

serta mengembangkan bakat dan kemampuan unik anak didik. Hal ini menjadi penting

untuk menghadapi tantangan globalisasi yang dasyat dan spektakuler saat ini. Moralitas

3
Hakam Abbas, Hadist tentang pendidikan karakter dan Akhlak.
yang luhur, tanggung jawab yang besar, kepedulian yang tinggi, kemandirian yang kuat,

dan bermasyarakat yang luas menjadi kunci menggapai masa depan.4

Untuk membentuk karakter anak diperlukan syarat-syarat mendasar bagi

terbentuknya kepribadian yang baik. Ada tiga kebutuhan dasar anak yang harus dipenuhi,

yaitu :

1. Maternal bonding (kelekatan psikologis dengan ibu) merupakan dasar penting dalam

pembentukan karakter anak karena aspek ini berperan dalam pembentukan dasar

kepercayaan (trust). Kelekatan ini membuat anak merasa diperhatikan dan menumbuhkan
rasa aman sehingga menumbuhkan rasa percaya.

2. Kebutuhan akan rasa aman, yaitu kebutuhan anak akan lingkungan yang aman dan stabil.

Lingkungan yang berubah-ubah akan membahayan perkembangan emosi bayi. Pengasuh

yang berganti-ganti juga akan berpengaruh negatif pada perkembangan emosi anak.

3. Kebutuhan akan stimulasi fisik dan mental. Hal ini membutuhkan perhatian yang besar

dari orang tua. Menurut hasil penelitian, seorang ibu yang sangat perhatian (diukur dari

seringnya ibu melihat mata anaknya, mengelus, menggendong, dan berbicara kepada

anaknya pada usia di bawah enam bulan) akan mempengaruhi sikap bayinya sehingga

menjadi anak yang gembira, antusias, dan menjadi anak yang kreatif.5

2. Peran Orang tua dan Guru dalam pendidikan karakter

Orangtua memiliki peran kunci dalam menentukan tingkat keberhasilan

pendidikan karakter. Dengan pernyataan lain, orang tua memiliki peranan strategis dalam

menentukan keberhasilan pengembangan karakter sukses anak. Dalam kehidupan sehari-

hari, terkadang dalam keluarga pengasuhan tidak hanya dilakukan oleh ayah ibunya .

Akan tetapi terdapat anggota lain yang turut mengambil peranan dalam mengasuh dan

mendidik anak . Apabila pengasuhan senada atau selaras, tentunya hal itu tidak masalah.6

4
Majid, A & Andayani, D. Pendidikan Karakter Perspektif Islam. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.2012
5
ISLAMIC COUNSELING VOL 1 NO. 01 TAHUN 2017, STAIN CURUP, h. 14
6
Tuhana Taufiq Andrianto” Mengembangkan Karakter Sukses Anak di Era Cyber” (Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media, 2011), hal. 173
Keluarga menjadi agen sosialisasi pertama dan utama bagi anak untuk mengenal

perannya dalam keluarga maupun dalam masyarakat. Fungsi Pokok Keluarga adalah

1. Fungsi Biologis Keluarga merupakan tempat lahirnya anak, fungsi biologis orang tua

adalah melahirkan anak, fungsi ini merupakan dasar kelangsungan hidup manusia.

2. Fungsi Afeksi Hubungan yang bersifat sosial penuh dengan rasa cinta kasih, dari

hubungan cinta kasih ini lahirlah hubungan persaudaraan, persahabatan, persamaan

pandangan tentang nilia-nilai kebiasaan. Dasar cinta kasih ini merupakan faktor penting

bagi pertumbuhan kepribadian anak.


3. Fungsi Sosialisasi Melalui interaksi sosial dalam keluarga, anak mempelajari pola

tingkah laku, sikap, keyakinan, cita-cita, nilai-nilai, norma dalam masyarakat dalam

rangka pembenyukan kepribadiannya.7

Guru merupakan sosok yang menjadi idola bagi anak didik. Keberadaannya

sebagai jantung pendidikan tidak dapat dipungkiri. Baik atau buruknya pendidikan sangat

tergantung pada sosok yang satu ini. Segala upaya sudah harus dilaksanakan untuk

membekali guru dalam menjalankan fungsinya sebagai aktor penggerak sejarah

peradaban manusia dengan melahirkan kader-kader masa depan bangsa yang berkualitas

paripurna, baik sisi akademik, afektif dan Psikomotorik.

Menurut Jamal Ma’mur Asmani beberapa peran utama guru dalam pendidikan

karakter dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Keteladanan, Keteladanan merupakan faktor mutlak yang harus dimiliki seorang guru.

Keteladanan guru sangat penting demi efektivitas pendidikan karakter. Tanpa

keteladanan, pendidikan karakter kehilangan ruhnya yang paling esensial dan hanya

sebagai slogan atau kamuflase balaka. Keteladanan memang mudah dikatakan, tetapi sulit

untuk dilakukan. Sebab keteladanan lahir melalui proses pendidikan yang panjang.

7
Khairudin, Sosiologi Keluarga. (Yogyakarta: liberty, 2002), hal. 7
2. Inspirator Peran guru sebagai inspirator ialah ketika ia mampu membangkitkan semangat

untuk maju dengan menggerakkan segala potensi yang dimiliki untuk meraih prestasi

spektakuler bagi diri dan masyarakat.

3. Motivator Sosok motivator dapat dilihat dengan adanya kemampuan guru dalam

membangkitkan spirit, etos kerja, dan potensi yang luar biasa dalam diri peserta didik.

4. Dinamisator Sebagai dinamisator berarti seorang guru tidak hanya membangkitkan

semangat, tetapi juga menjadi lokomotif yang benar-benar mendorong gerbong

pendidikan kearah tujuan dengan kecepatan, kecerdasan, dan kearifan yang tinggi.
5. Evaluator Peran yang melengkapi peran-peran sebelumnya adalah sebagai evaluator.

Artinya, guru harus selalu mengevaluasi metode pembelajaran yang selama ini di pakai

dalam pendidikan karakter.8

3. Urgensi Dan Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter sangatlah penting karena akan menunjukkan siapa diri kita

sebenarnya, karakter akan menentukan bagaimana seseorang membuat keputusan,

karakter menentukan sikap, perkataan, perbuatan seseorang, sehingga mudah

membedakan dengan identitas yang lainnya.

Thomas Lickona dalam Amirullah Syarbini, memberikan penjelasan mengenai

urgensi pendidikan karakter diantaranya:

1. Banyak generasi muda saling melukai karena lemahnya kesadaran pada nilai-nilai moral.

Memberikan nilai-nilai moral pada generasi muda merupakan salah satu fungsi peradaban

yang paling utama.

2. Peran sekolah sebagai pendidik karakter menjadi semakain penting ketika banyak anak

memperoleh sedikit pengajaran moral dari orang tua, masyarakat, atau lembaga

keagamaan. Tidak ada suatu pendidikan bebas nilai. Sekolah mengajarkan nilai-nilai

setiap hari melalui desain ataupun tanpa desain. Pendidikan karakter yang efektif

8
Khairudin, Sosiologi Keluarga. (Yogyakarta: liberty, 2002), hal. 7
membuat sekolah lebih beradab, peduli pada masyarakat, dan mengacu pada performance

akademik yang meningkat

3. Adanya nila-nilai moral yang secara universal masih diterima seperti perhatian

kepercayaan, rasa hormat, dan tanggung jawab.

4. Demokrasi memiliki kebutuhan khusus untuk pendidikan moral karena demokrasi

merupakan peraturan dari, oleh, dan untuk masyarakat.

5. Komitmen pada pendidikan karakter penting manakala kita mau jadi guru yang baik.

Pendidikan karakter memilki nilai yang sangat penting dalam pembentukan sikap
pada anak didik yang menjadi nilai dalam menentukan perbuatan anak didik. Dengan

adanya pendidikan karakter peserta didik senantiasa mengedepankan nilai-nilai moral,

etika dan akhlak baik dalam keluarga,bermasyarakat, dan sekolah.

B. Pendidikan karakter dalam Perspektif al-Qur’an

Pendidikan karakter dalam al-Qur’an yaitu usaha mendidik dalam mengarahkan

potensi kebaikan berupa potensi agama, yang mengutamakan terbentuknya Iman

sehingga menghasilkan kepribadian yang berkarakter atau berakhlak mulia sesuai dengan

ajaran Islam dan konsep pendidikan dalam al-Qur’an.

Pembentukan karakter atau akhlak merupakan tujuan utama dalam pendidikan

Islam. Pendidikan akhlak yang tercermin dari iman merupakan pembentukan karakter

atau akhlak meliputi aspek-aspek dalam mengupayahannya yaitu dapat dimulai dari

dalam keluarga, sekolah dan masyarakat. Pembentukan karakter atau akhlak dalam Islam,

dapat dilakukan dengan merujuk pada Al-Qur’an dan As-Sunnah.Dalam alquran terdapat

berbagai ayat yang mengandung konsep pendidikan karakter.

1. Konsep Penguatan Iman

Iman Pendidikan dalam Islam mengawali dengan pendidikan Iman yang

merupakan tugas utama dalam pendidikan keluarga, sehingga terbentuk kepribadian yang

baik atau akhlak yang terpuji. Karena Iman yang baik dan kuat akan menghasilkan akhlak
yang terpuji. Dalam al- Qur’an terdapat berbagai konsep penguatan Iman, yaitu dalam

firman Allah QS. Luqman (31):12-13


“Dan Sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, Yaitu:
"Bersyukurlah kepada Allah. dan Barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah),
Maka Sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan Barangsiapa yang
tidak bersyukur, Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji". Dan
(ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran
kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah,
Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang
besar".

Konsep penguatan iman ini anak dapat memahami bahwa dia merupakan hamba

Allah sehingga tujuan hidup di dunia terarah dansesuai dengan apa yang diperintahkan
oleh Allah dan dianjurkan oleh rasul-Nya. Agar senantiasa menghambakan dirinya

kepada Allah berupa melaksanakn segala perintah-Nya dan menjahui segala larangan-

Nya. Dengan itu anak juga dapat memahami bahwa dirinya hanyalah seorang manusia

biasa . dan tertanam pada jiwa anak akan sifat-sifat Allah

Membina iman anak dalam keluarga tidak hanya berpusat pada pemahaman iman,

namun lebih mengutamakan pembinaan rasa bertuhan atau keyakinan. Menanamkan

iman pada anak merupakan penanaman rasa bahwa iman itu harus diyakini dalam hati.

Mengingat bahwa menusia memiliki dua potensi yaitu kebaikan dan keburukan, sehingga

untuk mengarahkan pada potensi kebaikan adalah kewajiban orang tua. Pendidikan

karakter dimulai dalam keluarga karena segala kebutuhan, potensi, bakat, dan sifat yang

dimiliki oleh anak dididik oleh kedua orang tua.

2. Konsep pengutan Ibadah

Setelah anak dididik dengan menanamkan nilai iman, selanjutnya penguatan

Ibadah. Tidaklah sempurna pengakuan bahwa Allah itu Esa, jika pengakuan tidak disertai

dengan ibadat yaitu pembuktian dari keimanan. Arti ibadat itu dalam bahasa Melayu

ialah memperhambakan diri, atau pembuktian diri ketundukan. Mengerjakan segala yang
telah dinyatakan baikanya oleh wahyu dan menjauhi segala yang telah dijelaskan

buruknya. Pada surah Luqman (31) : 17


“Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik
dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa
yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk hal-hal yang
diwajibkan (oleh Allah)”.
3. Konsep pembentukan Akhlak.

Konsep pembentukan akhlak ini bertujuan membentuk kepribadian anak melalui

pembiasaan nasehat dan perintah yang sesuai dengan ajaran Islam, sehingga menjadi

muslim yang berakhlak terpuji. Akhlak merupakan cerminan tauhid yaitu meyakini dan
mengesakan Allah swt, dengan iman yang baik dan terarah akan tercermin perbuatan

yang baik pula. Selain bentuk kesyukuran dan kewajiban kepada Allah berupa ibadah

ialah berbakti dan berakhlak baik kepada kedua orang tua.

Tidak hanya itu, setelah anak berinteraksi dengan keluarga, anak akan menhadapi

masyarakat luar. Sehingga dalam konsep pembentukan akhlak ini dapat dibagi menjadi

dua , yaitu :

a. Akhlak terhadap kedua oranag tua

Akhlak terhadap orang tua merupakan hal yang utama diperintahkan oleh Allah

setelah perintah bersyukur pada-Nya. Karena orang tua merupakan perantara dari Allah

yang membuat anak lahir ke dunia.Dengan penguatan seperti ini akan terbentuk anak

yang berperilaku baik, senantiasa menghargai orang tua, bersikap lemah lembut, dan

senantiasa mendo’akan kebaikan untuk kedua orang tuanya.

b. Akhlak Bermasyarakat

Pembentukan akhlak menjadi bagian dalam konsep pendidikan karakter terutama

dalam al-Qur’an. Dapat dilihat dalam bentuk pengajaran tentang akhlak oleh Luqman

terhadap anaknya, sebagaiman dalam firman Allah swt, dalam QS. Luqman : 18-19,
“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan
janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. Dan
sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya
seburuk-buruk suara ialah suara keledai”.
Nasehat dalam ayat tersebut berkaitan dengan akhlak dan sopan santun

berinteraksi dengan sesama manusia. Materi pelajaran akidah, beliau selingi dengan

materi akhlak, bukan saja agar peserta didik tidak jenuh dengan satu materi, tetapi juga

mengisyaratkan bahwa ajaran akidah dan akhlak merupakan satu kesatuan yang tidak

dapat dipisahkan

2. Model-model Pendidikan Karakter

Keberhasilan proses pendidikan tidak terlepas dari bentuk-bentuk metode yang

digunakan. Dalam konteks pendidikan karakter, metode berarti semua upaya, prosedur,
dan cara yang ditempuh untuk menginternalisasikan pendidikan karakter pada anak didik.

Adapun Proses dalam penerapan pendidikan karakter antara lain.9

a. Teladan

Salah satu aspek terpenting dalam mewujudkan integrasi iman, ilmu, dan akhlak

adalah dengan adanya figur utama yang menunjang hal tersebut. Dialah sang pendidik yang

menjadi sentral pendidikan. Sehingga bisa dikatakan bahwa qudwah merupakan aspek

terpenting dari proses pendidikan. Para pendidik dituntut untuk memiliki kepribadian dan

intelektualitas yang baik sesuai dengan Islam sehingga konsep pendidikan yang diajarkan

dapat langsung diterjemahkan melalaui diri para pendidik.

Dalam Al-Qur’an kalimat qudwah diungkapkan dengan istilah “uswah”. Istilah ini

terdapat QS. AL-Ahzab (33):

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan
Dia banyak menyebut Allah”.

Kesimpulan dari ayat tersebut bahwa dlam menerapakan model pendidikan terutama

dalam keluarga di perlukannya sifat keteladanan yang mampu menjadi contoh oleh anak

didik dalam berperilaku terpuji, sehingga setiap arahan dan proses pendidikan yang

9
Amirullah Syabrani, Pendidikan Karakter, Prima Pustaka, Jakarta, 2012
dilakukan dapat teraplikasikan dengan baik, sebaik menjadi teladan umat Islam ialah

Rasulullah saw. Tertuma proses pendidikan yang telah dilakukan oleh rasulullah.

b. Perintah

Perintah dalam pendidikan akhlak Islam merupakan sistem pendidikan yang dapat

memberikan kemampuan seseorang untuk memimpin kehidupannya sesuai dengan amal atau

perbuatan melakukan perintah. Nilai-nilai perintah Islam tersebut mampu menjiwai dan

mewarnai kepribadiannya. Dari sudut ketaatan tersebut dapat dimaknai esensi dari

pendidikan akhlak, yaiut menjadikan manusia agar mampu menjiwai dalam melaksanakan
syariat Islam sehingga terbentuk kepribadian Muslim.

Agar akhlak anak didik dapat terbentuk orang tua senantiasa membiasakan dengan

perintah untuk berbuat baik, terutama di dalam rumah. Model perintah ini sebagai pendukung

dalam melaksanakan konsep pendidikan karakter karena model perintah yang tersadat dalam

al-Qur’an mengarahkan sebagai konten dalam .dilakukan agar mampu terbiasa dengan

perintah-perintah kebaikan sehingga .

Model perintah yang dilakukan dalam melaksanakan konsep pendidikan karakter

merujuk pada perintah yang terdapat dalam al-Qur’an. Agar akhlak anak dapat terbentuk

dengan pembiasaan perintah yang baik sesuai dengan ajaran Islam.

c. Motivasi

Dalam mewujudkan pendidikan karakter yang diharapkan, diperlukan dorongan

bagi anak didik yang berupa motivasi. Contoh memotivasi anak adalah dengan

menyenangkan hati anak dan menunjukkan perasaan sayang terhadapnya

C. Nilai-nilai pendidikan karakter dalam perpektif al-Qur’an

nilai-nilai pendidikan karakter bangsa Ayat-ayat yang mengenai nilai pendidikan

karakter dalam Al-Qur’an hampir sama dengan Ayat-ayat mengenai pendidikan karakter
banyak tersebar dalam Al-Qur’an. Adapun ayat-ayatnya penulis hanya mengambil bagian

kecil dijadikan sebagai nilai-nilai dalam pendidikan karakter.

a. Nilai ketauhidan

tauhid menjadi pondasi utama pada kehidupan umat Islam sebagai bentuk

keyakinan dan dasar dalam menjalankan segala perintah-Nya dan menjalankan kehidupan

didunia yang merupakan investasi di akhirat.

b. Nilai keteladanan

nilai keteladanan tak bias lepas dari proses pendidikan akhlak. Hal tersebut dapat

dikaitkan dengan firman Allah dalam QS. As-Shaff (61) :2-3, yaitu

“Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang


kerjakan?. Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa
yang tidak kamu kerjakan”.

Kesimpulan ayat tersebut bahwa Allah swt. memerintahkan kepada umat Islam untuk

menyamakan perkataan dan perbuatan. Konsistensi antara perkataan dan perbuatan terutama

dalam hal mengerjakan kebaikan dan perintah Allah swt. Hal tersebut sejalan dengan tujuan

nilai keteladanan yang merupakan proses pendidikan akhlak.

c. Nilai kerja sama

Manusia merupakan makhluk sosial , yaitu saling membutuhkan satu sama lain.

Sehingga nilai yang terdapat dalam pendidikan karakter Islam, ialah kerja sama. Dalam

nilai kerja sama yang terdapat pada nilai pendidikan karakter Islam, terdapat batasan-

batasan dalam hal kerja sama yang diterangkan oleh Allah swt, dalam firman-Nya QS.Al-

Maidah (5)
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan
jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah
kamu kepada Allah, ...”

Kesimpulan ayat tersebut ialah bahwa bentuk saling tolong menolong yang

diprintahkan oleh Allah ialah dlah hal kebajikan dan takwa. Hubungan ayat tersebut
dengan nilai kerja sama ialah merupakan pengaplikasian dari tauhid yang benar dan

ibadah yang teratur akan terlahir jiwa yang senantiasa tergerak hatinya untuk menolong

sesama manusia dalam hal kebajikan dan takwa.

d. Nilai Amanah

Amanah atau terpecaya, nilai tersebut merupakan salah satu sifat nabi. Amanah

ialah mampu menjalankan sesuatu yang dipercayakan; Kepercayaan, jujur dan setia

dalam menjalankan sesuatu tugas dan tangung jawab.

e. Nilai kejujuran

jujur atau ash-shidqu bermakna: kesesuaian antara ucapan dan perbuatan;

kesesuaian antara informasi dan kenyataan; ketegasan dan kemantapan hati; dan sesuatu

yang baik yang tidak dicampuri dengan kedustaan. Nilai kejujuran ini menjadi sebuah tolak

ukur karakter Islam. perintah untuk bersifat jujur terdapat dalam firman Allah swt dalam

QS. At-Taubah (7) :119,

“Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu
bersama orang-orang yang benar”.

Kesimpulan ayat tersebut ialah adanya perintah untuk berkata jujur dan benar,

dengan berkata jujur maka sifat pada diri terhindar dari sifat munafik dan kepercayaan akan

selalu melekat pada kepribadian diri. Terdapat pula perintah untuk bersama orang-orang

yang benar karena lingkungan membawa pengaruh pada pembawaan sifat manusia.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi

pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang bertujuan mengembangkan

kemapuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara yang

baik, dan mewujudmkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh

hati.
2. Pembentukan karakter atau akhlak dalam Islam, dapat dilakukan dengan merujuk

pada Al-Qur’an dan As-Sunnah.Dalam alquran terdapat berbagai ayat yang

mengandung konsep pendidikan karakter. Konsep penguatan, konsep penguatan

ibadah, konsep pembentukan akhlak

3. Dalam konteks pendidikan karakter, metode berarti semua upaya, prosedur, dan cara

yang ditempuh untuk menginternalisasikan pendidikan karakter pada anak didik.

Adapun Proses dalam penerapan pendidikan karakter antara lain teladan, perintah da

motivasi

4. nilai-nilai pendidikan karakter bangsa Ayat-ayat yang mengenai nilai pendidikan

karakter dalam Al-Qur’an hampir sama dengan Ayat-ayat mengenai pendidikan

karakter banyak tersebar dalam Al-Qur’an. Adapun ayat-ayatnya penulis hanya

mengambil bagian kecil dijadikan sebagai nilai-nilai dalam pendidikan karakter.

Nilai tauhid, nilai, nilai teladan, nilai kerja sama, nilai amanah dan nilai kejujuran.

B. Saran

Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan makalah di

atas masih banyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna..
DAFTAR PUSTAKA

Abbas Hakam, Hadist Tentang Pendidikan Karakter Dan Akhlak.

Andayani, D Majid, A &.. 2012. Pendidikan Karakter Perspektif Islam. Bandung:

PT.Remaja Rosdakarya.

Andrianto Taufiq Tuhana. 2010. Mengembangkan Karakter Sukses Anak Di Era Cyber”

Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,

ISLAMIC COUNSELING VOL 1 NO. 01 TAHUN 2017, STAIN CURUP,

Khairudin. 2002. Sosiologi Keluarga. Yogyakarta: Liberty

Suparlan, Pendidikan Karakter Sedemikian Pentingkah Dan Apakah Yang Harus Kita

Lakukan, Dalam Suparlan.Com Dipubliskan 15 Okteber 2010

Syabrani Amirullah. 2012. Pendidikan Karakter, Prima Pustaka, Jakarta

Tobroni, Pendidikan Karakter Dalam Prespektif Islam,

Anda mungkin juga menyukai