Anda di halaman 1dari 90

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan sarana yang dibutuhkan oleh semua orang

untuk menuntut ilmu. Pendidikan secara sadar membimbing atau memimpin

perkembangan jasmani dan rohani orang yang terdidik untuk membentuk

kepribadian yang utama.1 Pendidikan adalah usaha menarik sesuatu didalam

+6terprogram dalam bentuk pendidikan formal, informal dan nonformal di

sekolah dan diluar sekolah yang berlangsung seumur hidup yang bertujuan

optimalisasi kemampuan-kemampuan individu agar dikemudian hari dpat

memainkan peranan hidup secara tepat.2

Dalam mewujudkan suatu keberhasilan, pendidikan memiliki sistem

yang saling terkait yaitu tujuan, kurikulum, materi, metode, pendidik, peserta

didik, sarana, alat, pendekatan dan sebagainya. Pendidikan juga dijadikan

sebagai sarana atau alat untuk membentuk manusia yang berilmu dan

berakhlak mulia. Dalam pendidikan dilakukan proses pembelajaran dan

bimbingan agar dapat menjadi pribadi yang berakhlak (berkarakter) mulia,

bertanggung jawab, jujur, sopan, mandiri cerdas dan sehat.3

Sekolah atau madrasah dijadikan sebagai sarana pendidikan formal

yang memegang peran penting dalam membentuk karakter dan menanamkan

1
Hasbullah, 2012, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta: Rajawali Pers, hal. 3
2
Teguh Triwiyanto, 2014, Pengantar Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, hal. 23-24
3
Elfiyatussholihah, 2021 Implementasi pembelajaran Akidah Akhlak dalam membentuk
karakter religius siswa di Madrasah Aliyah Negeri 1 Malang. Undergraduate thesis, Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim, hal. 2

1
pemahaman pada siswa. Segala bentuk perilaku, baik dan buruk, akan menjadi

tanggung jawab setiap manusia baik di dunia maupun di akhirat. Dalam hal ini

diperlukan pembelajaran aqidah akhlak di sekolah atau madrasah.

Pembelajaran atau pembinaan akhlak (karakter) ini merupakan tanggung

jawab dirinya sendiri dan orang-orang disekitarnya. Implementasi adalah

kegiatan merealisasikan suatu rencana menjadi tindakan nyata untuk

mencapai tujuan secara efektif dan efisien sehingga memiliki sebuah nilai.

Implementasi pendidikan karakter dalam dunia pendidikan selalu

dilakukan dalam pembelajaran akidah akhlak di sekolah. Aqidah akhlak yang

merupakan bagian dari PAI ditekankan pada pemahaman moral dan etika

Islam yang bertujuan untuk penanaman keyakinan Islam yang kuat serta

menyiapkan, memahamkan, membiasakan dan mengamalkan nilai-nilai moral

yang baik berdasarkan agama Islam.4 Pembelajaran aqidah akkhlak

merupakan salah satu mata pelajaran yang diadakan untuk memberikan

pengetahuan yang berakhlak Islami khususnya pada kecerdasan spiritual.

Aqidah akhlak merupakan ilmu yang mempelajari bagaimana siswa

mengenal, memahami, mengahayati serta mengimani Allah SWT dan

mengimplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga memungkinkan

adanya hubungan baik antara Khaliq dan makhluk serta relasi antara individu

yang satu dan yang lainnya.

4
Muchlas Samani dan Harianto, 2011, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, Bandung:
Rosdakarya, hal. 7

2
Pembelajaran Aqidah Akhlak ini bukan hanya pembelajaran yang

mengutamakan penguatan aspek kognitif dan aspek psikomotorik namun lebih

mengutamakan pada aspek afektif. Seorang guru aqidah akhlak harus mampu

memberikan pengetahuan dan pengajaran yang dapat membentuk akhlak

(karakter) siswa sesuai dengan ajaran Al-Qur'an dan Hadis. Hal ini sesuai

dengan tujuan pendidikan di Indonesia yang terdapat dalam Undang-Undang

No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional bab 2 pasal 3 yang

menyebutkan bahwa: ”Pendidikan Nasional bertujuan untuk mengembangkan

potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa

kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,

mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung

jawab”.5

Perlu dipahami dan disadari bahwa pengetahuan dan pemahaman

siswa tentang nilai ajaran aqidah akhlak dapat mempengaruhi tingkah laku

siswa tersebut. Untuk itu seorang guru aqidah akhlak dalam setiap proses

pembelajarannya harus mengusahakan langkah-langkah dalam meningkatkan

mutu pembelajaran aqidah akhlak. Dalam penguatan pembelajaran aqidah

akhlak diperlukan metode dan strategi pembelajaran yang lebih kompleks dan

tidak monoton. Karena aqidah akhlak memiliki nilai lebih sehingga dapat

digunakan sebagai alat atau cara dalam membentuk karakter siswa.

5
Undang-Undang RI. No. 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Surabaya,
hal. 3

3
Implementasi pembelajaran aqidah akhlak diwujudkan dengan

pemberian nasehat dan motivasi yang dilakukan oleh guru aqidah akhlak.

Kegiatan-kegiatan yang bernuasnsa Islami juga berperan dalam membentuk

karakter siswa, seperti ceramah keagamaan disekolah. Nilai-nilai karakter

dikembangkan berdasarkan ajaran Islam, visi misi madrasah dan tata tertib

yang dibuat.

Menurut Masnur Muslich:

“Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan


dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan
kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan
perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan
adat istiadat”. 6

Menurut Muchlas Samani:

“Karakter dapat dimaknai sebagai nilai dasar yang membangun pribadi

seseorang, terbentuk baik karena pengaruh hereditas maupun pengaruh

lingkungan, yang membedakannya dengan orang lain, serta diwujudkan dalam

sikap dan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari”.7

Berdasarkan pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa karakter

adalah sesuatu yang terdapat pada individu yang menjadi ciri khas

kepribadian individu yang berbeda dengan orang lain berupa sikap, pikiran,

dan tindakan. Ciri khas tiap individu tersebut berguna untuk hidup dan bekerja

6
Masnur Muslich, 2011, Pendidikan karakter: Menjawab Tantangan Krisismultidimensional,
Jakarta: Bumi Aksara, hal. 84
7
Muchlas, Samani & Hariyanto, 2011, Konsep Dan Model Pendidikan Karakter,
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, hal. 43

4
sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Karakter

adalah nilai dasar yang secara pribadi membangun seseorang, terbentuk baik

karena pengaruh faktor keturunan dan lingkungan, yang membedakannya

dengan yang lain, serta direalisasikan dalam sikap dan perilakunya dalam

kehidupan sehari-hari.Dalam Al-Qur’an dan hadis konsep karakter (akhlak)

terdapat dalam hadits dan ayat sebagai berikut :

‫ِإَّنَم ا ُبِع ْثُت ُألَتِّم َم َم َك اِر َم اَألْخ َالِق‬

Artinya : ”Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak ”.


(HR Bukhari dalam shahih Bukhari kitab adab, Baihaqi dalam kitab syu’bil
Iman dan Hakim).

‫ِإَّنكَ َلَع لى ُخ ُلقٍ َع ِظ يم‬

Artinya : “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang


agung”. (QS al- Qalam ayat 4)8

Landasan pendidikan karakter dalam Al-Qur'an juga terdapat dalam

QS An-Nisa: 9

       


       
Artinya: "Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang
seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang
mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah
mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan
Perkataan yang benar."

8
Dewi Purnama sari, 2017, Pendidikan Karakter Berbasis Al-Qur'an, Islamic Counseling,
Vol. 1, No.1, hal. 5

5
Dalam ayat tersebut Allah mengharuskan setiap umat tidak

meninggalkan dibelakang mereka generasi yang lemah, tak berdaya dan tak

memiliki daya saing dalam kompetisi kehidupan. Ayat ini juga dapat diartikan

secara umum bahwa ada pesan al-Qur’an kepada setiap muslim untuk

berupaya sekeras-kerasnya agar generasi sesudahnya merupakan generasi

yang tangguh melebihi para pendahulunya.9

Pembentukan karakter adalah upaya yang sengaja secara sistematis

mengembangkan kebajikan yang bersifat positif baik bagi individu maupun

lingkungan sosial, dan prosesnya tidak instan, melainkan melalui usaha yang

terus menerus (pembiasaan).10 Pembentukan karakter berfungsi sebagai

pengembangan, perbaikan dan penanaman nilai-nilai moral sehingga siswa

dapat mencerminkan pribadi yang berakhlak mulia. Pembentukan karakter

akan lebih efektif jika siswa dapat berpartisipasi dalam lingkungan sekolah

dan mendapat dukungan dari gurunya.

Pada era reformasi yang berkembang pesat, banyak pengaruh positif

dan negatif yang mendorong perubahan baik dari segi moral maupun budaya

dikalangan masyarakat. Adanya ketimpangan dari perkembangan teknologi

dan budaya menimbulkan gejala baru yaitu krisis moral yang banyak terjadi

dikalangan remaja. Banyak dikalangan remaja saat ini memiliki karakter yang

kurang baik khususnya diligkungan Sekolah. Krisis moral ini terjadi karna

kemunduran pendidikan karakter di sekolah.


9
Kementerian Agama RI, 2010, Tafsir Qur’an Tematik Pendidikan, Pengembangan
Karakter, dan Pengembangan Sumber Daya Manusia, Jakarta : Badan Litbang dan Diklat, hal. 11-12
10
Sofyan Mustoip, Muhammad Japar, Zulela Ms, 2018, Implementasi Pendidikan Karakter,
Surabaya: CV.Jakad, hal 54.

6
Sekolah atau madrasah telah lama dianggap sebagai lembaga

pendidikan formal yang memiliki fokus pada pengembangan intelektual dan

karakter siswanya. Semakin banyak orang terdidik, maka karkater semakin

baik. Namun kenyataannya krisis moral saat ini masih terjadi dikalangan

remaja dan dewasa. Salah satunya sekolah menengah pertama yang banyak

melakukan penyimpangan dan melanggar aturan yang telah ditetapkan

sekolahnya.11

Seperti yang kita ketahui remaja saat ini ada yang berkata kotor,

pergaulan bebas, perkelahian, perundungan, bullying dan sebagainya.

Penyimpangan ini bahkan dilakukan dilingkungan sekolah yang seharusnya

dijadikan tempat menimba ilmu dan pendidikan karakter. Fenomena-

fenomena tersebut merupakan krisis moral yang terjadi dikalangan remaja.

Kriris moral ini menandakan bahwa seluruh pengetahuan moral dan agama

yang diberikan di sekolah ternyata tidak berdampak pada perubahan tingkah

laku siswa. 12

Kondisi demikian diduga berawal dari proses pembelajaran yang

cendrung mengajarkan pendidikan karakter sebatas materi saja dan kurang

membimbing siswa agar dapat mengimplikasikan materi yang didapat dalam

kehidupannya. Dalam kondisi demikian perlu dilakukan penekanan terhadap

pendidikan karakter yang lebih baik di sekolah atau madrasah. 13 Oleh karena

itu, pendidikan harus dilakukan dalam segala aspek kehidupan dan berbagai
11
Jamal Ma’mur Asmani, 2013, Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah, Yogyakarta:
Diva Press, hal. 19-20
12
Elfiyatusholihah, Ibid, hal. 3
13
Dewi Purnama Sari, Op.cit, hal. 2

7
kalangan usia agar mencapai pribadi yang berakhlak mulia sesuai dengan

syariat Islam. Karena hal itulah pendidikan karakter sangat diperlukan dalam

kehidupan.

Faktor penyebab krisis akhlak (karakter) pada peserta didik dapat

ditinjau dari berbagai hal diantaranya; kurangnya peserta didik dalam

memahami pentingnya pendidikan akhlak dan faktor salah pergaulan, media

masa, baik media cetak maupun media elektronik yang banyak merusak

akhlak karimah terutama pada usia remaja yang notabene sedang mengalami

masa perkembangan serta mudah terpengaruh budaya-budaya yang tidak baik

bagi perkembangan jiwanya, pengaruh globalisasi serta ilmu pengetahuan dan

teknologi yang begitu cepat juga merupakan salah satu penyebab degradasi

akhlak peserta didik. Memang, perkembangan dunia ilmu pengetahuan dan

teknologi yang sangat pesat belakangan ini memiliki kelemahan yang sangat

fatal, karena tidak mendasarkan diri kepada konsepsi akidah tauhid.

Akibatnya, yang sangat mengerikan bagi kehidupan umat manusia semakin

terlihat, martabat manusia semakin merosot.14

Kerjasama antara guru aqidah akhlak dan guru lainnya sangat

dibutuhkan dalam memberikan tindakan terhadap siwa yang memiliki

karakter yang kurang baik disekolah. Siswa-siswi diarahkan tidak hanya

mampu menguasai ilmu pengetahuan saja, tetapi juga memiliki akhlak

(karakter) yang mulia dan bijaksana dalam memanfaatkan ilmu pengetahuan

14
Ginanjar, Muhammad Hidayat, dan Nia Kurniawati, 2017 Pembelajaran Akidah Akhlak Dan
Korelasinya Dengan Peningkatan Akhlak Al-Karimah Peserta Didik, Edukasi Islami: Jurnal
Pendidikan Islam Vol.6, No .12, hal. 104

8
yang dimiliki.15 Siswa juga diarahkan dalam meningkatkan kualitas dirinya

dalam aspek intelektual dan kepribadian. Sekolah juga diharapkan agar dapat

memfasilitasi kegiatan yang dapat membantu dan memudahkan guru dalam

mendidik karakter siswa seperti dilakukannya peringatan hari-hari besar

islam, organisasi siswa, pembiasaan berdo'a sebelum belajar, muhadarah dan

sebagainya.

Berdasarkan pernyataan diatas, dapat kita ketahui betapa pentingnya

pembelajaran aqidah akhlak, karena dengan mempelajari aqidah akhlak

diharapkan dapat menumbuhkan dan meningkatkan keimanan siswa serta

dapat melakukan perbuatan baik dalam kehidupannya. Dalam pembelajaran

aidah akhlak terdapat materi akhlak terpuji seperti tanggung jawab, sabar,

amanah, syukur dan lainnya. Dengan menerapkan akhlak terpuji ini tentunya

siswa akan memiliki karakter yang baik.

Pembelajaran aqidah akhlak di MTsN 4 Pasaman, proses

pembelajarannya tergolong baik. Hal itu tidak terlepas dari kemampuan guru

dalam mengajar. Guru akidah akhlak menerapkan kedisiplinan dan metode

yang tepat dalam pembelajaran. Proses pembelajaran dimulai dengan

mengucap salam, membaca do'a, mengulang kembali pelajaran sebelumnya

dan melanjutkan pembelajaran berikutnya secara sistematis sehingga siswa

dapat menerima pelajaran dengan baik. Akan tetapi masih ditemukan

beberapa siswa yang tidak disiplin ketika masuk kelas, tidak mengerjakan

15
S Hartini, Siregar, M., & Arifi, A, 2020, Implementasi pendidikan karakter di MTs Negeri
Kabupaten Klaten, Al-Asasiyya: Journal of Basic Education, Vol.4, No.1, hal. 5

9
tugas, kurangnya kejujuran dalam mengerjakan tugas dan mengganggu teman

sehingga kondisi kelas menjadi kurang kondusif dan mengakibatkan

kurangnya pemahaman siswa tehadap materi pembelajaran.16

Peneliti memusatkan perhatian pada pelajaran aqidah akhlak karena

didalam mata pelajaran aqidah akhlak terdapat materi-materi yang

mengajarkan siswa dalam berakhlak mulia. MTsN 4 Pasaman adalah salah

satu sekolah negeri yang memiliki nilai-nilai ke-Islaman, sehingga menjadi

madrasah atau sekolah panutan bagi sekolah lainnya dalam hal pendidikan

agama Islam.

Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul "Implementasi Pembelajaran Aqidah Akhlak dalam

Membentuk Karakter Siswa di MTsN 4 Pasaman"

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian Berdasarkan masalah di atas, penulis tertarik untuk

meneliti lebih lanjut mengenai yang penulis kemukakan di atas, maka

permasalahan yang diteliti dapat dirumuskan: "Bagaimana implementasi

pembelajaran aqidah akhlak dalam membentuk karakter di MTsN 4

Pasaman?"

C. Batasan Masalah

Untuk lebih jelas dan terarahnya serta waktu yang terbatas dalam

penelitian ini, penulis akan membatasi masalah yang akan di teliti sebagai

berikut:

16
Observasi di MTsN 4 Pasaman, Tanggal 22 November 2022, Pukul 09.10 WIB

10
1. Materi apa saja yang diberikan pada mata pelajaran aqidah akhlak dalam

membentuk karakter siswa MTsN 4 Pasaman?

2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran aqidah akhlak dalam membentuk

karakter siswa di MTsN 4 Pasaman?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui Materi yang diberikan pada mata pelajaran aqidah

akhlak dalam membentuk karakter siswa MTsN 4 Pasaman

2. Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran aqidah akhlak dalam

membentuk karakter siswa di MTsN 4 Pasaman

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi guru aqidah akhlak di MTsN 4 Pasaman, sebagai bahan masukan

untuk memecahkan persoalan-persoalan yang berkaitan dengan judul

tersebut dalam memperbaiki karakter siswa.

2. Bagi akademik, hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan

sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu pendidikan.

3. Untuk menambah literature dan khazanah ilmiah di kalangan akademisi

mahasiswa di perpustakaan Sekolah Tinggi Agama Islam.

4. Untuk peneliti adalah sebagai syarat guna mendapatkan gelar Sarjana

Pendidikan (S.Pd) di STAI-YDI Lubuk Sikaping.

F. Defenisi Operasional

11
Menghindari salah pengertian dalam menafsirkan judul proposal ini,

penulis merasa penting menjelaskan beberapa istilah penting yang terdapat

pada judul yaitu:

1. Implementasi Pembelajaran

Implementasi menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) yaitu

pelaksanaan /penerapan. Menurut Nurdin Usman Implementasi adalah

bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan atau adanya mekanisme suatu

sistem, implementasi bukan sekedar aktivitas, tapi suatu kegiatan

terencana untuk mencapai tujuan kegiatan.17

Pembelajaran pada dasarnya adalah suatu proses yang dilakukan oleh

individu dengan bantuan guru untuk memperoleh perubahan perilaku

menuju pendewasaan diri secara menyeluruh sebagai hasil dari interaksi

individu dengan lingkungannya.18 implementasi pembelajaran dapat

diartikan sebagai pelaksanaan atau penerapan dalam pembelajaran. Secara

garis besar, implementasi pembelajaran merupakan suatu tindakan atau

pelaksanaan dari sebuah rencana yang disusun secara matang dan

terperinci dalam melakukan proses pembelajaran.19

2. Aqidah Akhlak

Menurut bahasa Akidah berasal dari kata al-‘aqd (‫ )العقد‬yaitu ikatan,

memintal, menetapkan, menguatkan, mengikat dengan kuat, berpegang

teguh, yang dikuatkan dan yakin. Sedangkan secara istilah, akidah adalah

17
Nurdin Usman, 2002, Konteks Implementasi berbasis Kurikulum, Jakarta: Grasindo, hal. 70
18
M. Andi Setiawan, 2017, Belajar dan Pembelajaran, Uwais Inspirasi Indonesia, hal. 21
19
Nurdin dan Usman, 2011, Implementasi Pembelajaran, Yogyakarta: Rajawali Pers, hal. 34

12
hal-hal yang wajib dibenarkan oleh hati dan jiwa merasakan tentram akan

hal itu, sehingga keyakinan itu menjadi kukuh tanpa adanya keraguan.

Akhlak dari sudut kebahasaan berasal dari bahasa Arab, yaitu isim

mashdar dari kata akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan, sesuai dengan wazan

tsulasi majidaf’ala, yuf’ilu, if’alan yang berarti perangai, kelakuan, tabiat,

perilaku, watak, kebiasaan, dan lain- lain.20 Aqidah akhlak adalah suatu

ilmu yang memberikan pengetahuan, pemahaman dan penghayatan

tentang keyakinan seseorang yang melekat dalam hati yang berfungsi

sebai pandangan hidup dan diwujudkan dalam kehidupan.

3. Pembentukan Karakter

Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan

dengan Tuhan YME, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan,

kebangsaan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma, agama, hukum,

tatakrama, budaya dan adat istiadat.21 Pembentukan karakter merupakan

sebuah proses yang dilakukan dilakukan dalam pendidikan untuk

menanamkan nilai-nilai dasar karakter pada seseorang untuk membangun

kepribadian

4. MTsN 4 Pasaman

20
Elfiyatussholihah, 2021, Implementasi pembelajaran Akidah Akhlak dalam membentuk
karakter religius siswa di Madrasah Aliyah Negeri 1 Malang, Doctoral dissertation, Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim, hal. 9
21
Aisyah M. Ali, 2018, Pendidikan karakter: Konsep dan Implementasinya, Jakarta:
KENCANA, hal. 11

13
MTsN 4 Pasaman merupakan sekolah tingkat lanjutan pertama yang

terletak di Kecamatan Bonjol Kabupaten Pasaman.

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Implementasi Pembelajaran

Implementasi menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) yaitu

pelaksanaan /penerapan. Sedangkan pengertian umum adalah suatu tindakan

14
atau pelaksana rencana yang telah disusun secara cermat dan rinci

(matang).22Implementasi adalah kegiatan merealisasikan suatu rencana

menjadi tindakan nyata untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien

sehingga memiliki sebuah nilai.23 Implementasi merupakan penyediaan sarana

untuk melaksanakan sesuatu yang menimbulkan dampak atau akibat terhadap

sesuatu. Yaitu suatu kegiatan yang direncanakan serta dilaksanakan dengan

serius dan mengacu pada norma-norma tertentu untuk mencapai tujuan

kegiatan. 24Implementasi pada hakikatnya juga merupakan upaya pemahaman

apa yang seharusnya terjadi setelah program dilaksanakan.

Menurut Nurdin Usman Implementasi adalah bermuara pada aktivitas,

aksi, tindakan atau adanya mekanisme suatu sistem, implementasi bukan

sekedar aktivitas, tapi suatu kegiatan terencana untuk mencapai tujuan

kegiatan.25 Dari pengertian tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

implementasi merupakan tindakan dari sebuah rencana yang sudah disusun

matang. Implementasi menitikberatkan pada sebuah pelaksanaan nyata dari

sebuah perencanaan.

Implementasi ialah sebuah proses dari rancangan yang sudah

dipersiapkan yang nantinya akan menjadi dasar bagaimana mengembangakan

fitrah manusia. Proses implementasi berupa tindakan yang sudah sistematis

22
A.M, Rosad, 2019, Implementasi pendidikan karakter melalui managemen sekolah.
Tarbawi: Jurnal Keilmuan Manajemen Pendidikan, Vol.5, No.2, hal. 176
23
Zulhijrah, 2015, Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah, Tadrib Vol. 1 No. 1, hal. 10
24
Deddy Mulyadi, 2015, Studi Kebijakan Publik dan Pelayanan Publik Konsep dan
Aplikasi Proses dan Kebijakan pelayanan publik,. Bandung : Alfabeta, hal. 12
25
Nurdin Usman, 2002, Konteks Implementasi berbasis Kurikulum, Jakarta: Grasindo, hal. 70

15
yang bertujuan untuk membentuk karakter. Implementasi pada dasarnya

merujuk pada proses dalam menanamkan suatu (nilai) terhadap individu atau

masyarakat yang diaplikasikan melalui proses institusional atau lembaga

pendidikan. Selain melalui institusional, internalisasi juga harus ditanamkan

dalam perorangan (personal) melalui guru dan orang tua sebagai faktor

pendukung terbentuknya nilai yang baik. Selanjutnya internalisasi pada

pendekatan material yang merujuk pada perangkat pembelajaran serta

kegiatan sekolah yang bersifat membangun.26

Menurut Dimyati dan Mudjiono, pembelajaran adalah kegiatan Guru

secara terprogram dalam desain intruksional, untuk membuat peserta didik

belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar.

pembelajaran adalah proses mental dan emosional, serta berfikir dan

merasakan. Seseorang pembelajar dikatakan melakukan pembelajaran apabila

pikiran dan perasaannya aktif.27 Pembelajaran adalah upaya yang dilakukan

guru agar siswa dapat menerima pengetahuan yang diberikan dan

memudahkan tercapainya tujuan pendidikan. Pembelajaran merupakan suatu

prosesmembimbing siswa dalam belajar agar adanya perubahan tingkah laku.

Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003

tantang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa pembelajaran adalah proses

interaksi pendidik dengan peserta didik dan sumber belajar yang berlangsung

26
Guntur Setiawan, 2002, Implementasi pda Birokrasi Pembangunan, Jakarta: Grasindo, hal.
70
27
Dimyati dan Mudjiono, 1999, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: PT. Rineka Cipta,
hal. 297

16
dalam suatu lingkungan belajar.28 Pembelajaran pada dasarnya adalah suatu

proses yang dilakukan oleh individu dengan bantuan guru untuk memperoleh

perubahan-perubahan perilaku menuju pendewasaan diri secara menyeluruh

sebagai hasil interaksi dari individu dengan lingkungannya.29 Jadi

pembelajaran adalah proses penerimaan pengetahuan yang diberikan melalui

interaksi dari dua orang atau lebih untuk mencapai perubahan tingkah laku

secara menyeluruh.

Secara sederhana implementasi pembelajaran dapat diartikan sebagai

pelaksanaan atau penerapan dalam pembelajaran. Secara garis besar,

implementasi pembelajaran merupakan suatu tindakan atau pelaksanaan dari

sebuah rencana yang disusun secara matang dan terperinci dalam melakukan

proses pembelajaran.30 Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa

implementasi pembelajaran adalah proses penerapan dalam pembelajaran

untuk melaksanakan ide, rencana atau aktifitas baru secara efektif dan efisien

untuk mencapai suatu tujuan dan dihaapkan adanya perubahan diri seseorang

yang mengikuti proses pembelajaran.

B. Pembelajaran Aqidah Akhlak

1. Pengertian Aqidah Akhlak

Secara etimologis aqidah berakar dari kata aqada yaqidu

aqdan aqidatan. Aqidatan berarti simpul, ikatan, perjanjian dan kukuh.

Bentuk jamaknya adalah aqaid. Kata Aqidah secara bahasa berarti


28
Republik Indonesia, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, hal. 6
29
M. Suardi, 2018, Belajar & pembelajaran, Deepublish hal. 23
30
Nurdin dan Usman, 2011, Implementasi Pembelajaran, Yogyakarta: Rajawali Pers, hal. 34

17
sesuatu yang mengikat. Kata ini, sering juga disebut dengan aqaid,

yaitu kata plural (jamak) dari aqidah yang artinya simpulan. Kata lain

yang serupa adalah itiqad, mempunyai arti kepercayaan atau

keyakinan.31 Jika seseorang memiliki aqidah atau kepercayaan yang

benar berarti aqidahnya tidak ada keraguan. Aqidah adalah hukum

yang tidak menerima keraguan didalamnya bagi orang yang

meyakininya. Aqidah dalam agama adalah keyakinan tanpa perbuatan,

seperti tentang keyakinan keberadaan Allah dan diutusnya para Rasul.

Aqidah secara umum adalah kepercayaan, kayakinan,

keimanan yang mendalam dan membenarkan serta merealisasikan

dalam perbuatannya. Sedangkan aqidah dalam agama islam adalah

percaya sepenuhnya pada Ke-Esa-an Allah SWT., sebagai pemegang

kekuasaan tertinggi dan pengatur atas segala yang ada dan terjadi di

dunia.32 Aqidah diibaratkan sebagai pondasi bangunan yang harus

dirancang dengan kokoh dan kuat sebelum melanjutkan bangunan

diatasnya agar tidak mudah goyah dan menyebabkan bangunan

runtuh.Itilah bangunan disini adalah Islam yang menyeluruh, benar

dan sempurna.

Aqidah sebagai dasar ajaran Islam bersumber dari Al-Qur'an

dan hadis. Seorang muslim yang memiliki aqidah harus taat dan patuh

31
Nur Arifa Dayanty, 2020, Implementasi Pembelajaran Akidah Akhlak dalam Pembentukan
Karakter Islami Siswa di Mts Negeri 6 Jakarta Pada Masa Pandemi Covid-19 Bachelor's thesis,
Jakarta: FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, hal. 15
32
Dedi Wahyudi, 2017, Pengantar Aqidah akhlak dan Pembelajarannya, Yogyakarta: Katalog
dalam Terbitan, hal. 2

18
terhadap segala aturan hukum islam. Oleh karena itu, seorang muslim

meyakini dan melaksanakan sesuatu terhadap yang diyakininya,

seluruh hidupnya didasarkan pada ajaran Islam. Seperti dalam firman

Allah SWT :

     


      
   
Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam
Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah
syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu." (Q.S
Al-Baqarah:208)33
Aqidah menurut istilah yaitu hal-hal yang wajib dibenarkan

oleh hati dan jiwa, sehingga menjadi keyakinan yang kokoh dan tidak

ada keraguan dalam dirinya. Jika ilmu tidak sampai pada derajat

keyakinan keyakinan yang kuat maka tidak bisa disebut aqidah.

Disebut akidah karena manusia mengikat hatinya kepada Allah Swt.34

Akhlak secara bahasa berasal dari bahasa Arab, yaitu isim

mashdar dari kata khalaqa, yukhliqu, ikhlaqan, sesuai dengan wazan

tsulasi mazid af‟ala, yuf‟ilu, if‟alan, yang berarti al-sajiyah

(perangai), ath-thabi‟ah (kelakuan, tabi’at, (watak dasar), al-adat

(kebiasaan, kelaziman) almaru’ah (peradaban yang baik) dan al-din

(agama).35 Dan pengertian Akhlak secara istilah menurut Ibn

33
Indra Satia Pohan, 2020, Aqidah Akhlak pada Madrasah, Medan: UMSU Press, hal 35-36
34
Nur Hidayat, 2015, Akidah Akhlak dan Pembelajarannya, Yogyakarta: Ombak, hal. 24-25
35
Achmad Gholib, 2016, Akidah dan Akhlak dalam Perspektif Islam, Ciputat: Diaz Pratama
Mulia, hal. 107

19
Miskawih (421 H/1030 M) yang dikenal sebagai pakar bidang Akhlak

terkemuka dan terdahulu mengungkapkan akhlak adalah: “Sifat yang

tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan

tanpa memerlukan pemikran dan pertimbangan.”

Sementara itu menurut Imam Al-Ghazali Akhlak adalah:

“Sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam

perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran

dan pertimbangan.”36 Akhlak menurut istilah adalah sifat, perangai

atau tabi'at seseorang dalam bergaul dengan orang lai di masyarakat.

Akhlak merupakan sifat yang tertanam dalam diri seseorang yang

menimbulkan berbagai perbuatan secara spontan yang menyebabkan

timbulnya akhlak mulia dan akhlak buruk. Dalam Islam akhlak mulia

disebut juga akhlakul karimah yaitu perbuatan yang terpuji, benar,

serta mendatangkan manfaat bagi diri dan lingkungannya. Sedangkan

akhlak buruk disebut juga akhlakul mazmumah yaitu perbuatan buruk,

rusak dan merugikan dirinya dan lingkungannya.

Allah SWT telah menunjukkan tentang gambaran dasar-dasar

akhlak yang mulia, sebagaimana yang tertera dalam firman- Nya :

      




36
Abuddin Nata, 2006, Akhlak Tasawuf, Jakarta: Raja Grafindo Persada, hal. 6

20
Artinya: "Jadilah Engkau Pema'af dan suruhlah orang
mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang
yang bodoh." (Q.S Al-A'raf:199)37

Aqidah dan akhlak sangat erat kaitannya. Seseorang yang

memiliki aqidah yang kuat akan mencerminkan sifat terpuji dan begitu

juga sebaliknya. Dalam Islam aqidah akhlak tidak hanya mencakup

hubungan manusia dengan Allah SWT, tetapi juga hubungan manusia

dengan samanya dan lingkungan sekitarnya karena Islam adalah

Rahmatan Lil'alamin.

2. Tujuan Pembelajaran Aqidah Akhlak

Aqidah-Akhlak memiliki kontribusi dalam memberikan

motivasi kepada peserta didik untuk mempelajari dan mempraktikkan

akidahnya dalam bentuk pembiasaan untuk melakukan akhlak terpuji

dan menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari. al-

Akhlak al-Karimah ini sangat penting untuk dipraktikkan dan

dibiasakan oleh peserta didik dalam kehidupan individu,

bermasyarakat dan berbangsa, terutama dalam rangka mengantisipasi

dampak negatif dari era globalisasi dan krisis multidimensional yang

melanda bangsa dan Negara Indonesia.38

Mata pelajaran Akidah-Akhlak bertujuan untuk:

a. Menumbuh kembangkan aqidah melalui pemberian,

pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan,


37
Dedi Wahyudi, Ibid, hal. 7
38
Keputusan Mentri Agama Nomor 165 Tahun 2014, hal. 45-46

21
pengamalan, pembiasaan, serta pengalaman peserta didik

tentang akidah Islam sehingga menjadi manusia muslim yang

terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah

swt.

b. Mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak mulia dan

menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari, baik

dalam kehidupan individu maupun sosial, sebagai manifestasi

dari ajaran dan nilai-nilai aqidah Islam.

Adapun tujuan pembelajaran Aqidah Akhlak ada tiga, yaitu:

a. Siswa memiliki pengetahuan, penghayatan, dan keyakinan

akan hal hal yang harus diimani sehingga tercermin dalam

sikap dan tingkah lakunya sehari-hari.

b. Siswa memiliki pengetahuan, penghayatan, dan kemauan yang

kuat untuk mengamalkan akhlak yang baik dan menjauhi

akhlak yang buruk, baik dalam hubungannya dengan Allah,

dengan dirinya sendiri, dengan sesama manusia, maupun

dengan alam lingkungannya.39

Jadi, adapun tujuan pembelajaran aqidah akhlak itu

ialah agar siswa mengetahui aspek aqidah dan akhlak, agar

siswa bisa menentukan mana bagian aspek aqidah dan mana

bagian aspek akhlak, agar siswa mampu memperbaiki aqidah

39
Muhaimin, 2004, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, Surabaya: Pustaka Pelajar,
hal 310

22
dan akhlak dalam segenap tingkah lakunya. tetapi pemahaman

tentang aqidah akhlaknya.

3. Ruang Lingkup Pembelajaran Aqidah Akhlak

Adapun ruang lingkup pembelajaran aqidah akhlak secara garis

besar, materi pokok pada mata pelajaran aqidah akhlak adalah sebagai

berikut:

a. Hubungan vertikal antara manusia dengan Khaliqnya (Allah

SWT) mencakup segi akidah, meliputi: iman kepada Allah,

Malaikat malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, Hari

Kiamat, serta Qadha dan Qadar.

b. Hubungan horizontal antara manusia dengan manusia, meliputi:

akhlak dalam pergaulan hidup sesama manusia, kewajiban

membiasakan akhlak yang baik terhadap diri sendiri dan orang

lain, serta menjauhi akhlak yang buruk.40

c. Hubungan manusia dengan lingkungan, meliputi: akhlak manusia

terhadap alam lingkungan, baik lingkungan dalam arti luas

maupun makhluk hidup selain manusia yaitu binatang dan

tumbuh-tumbuhan.

Ruang lingkup mata pelajaran Akidah-Akhlak di Madrasah

Tsanawiyah meliputi:

40
Muhaimin, Ibid, hal. 311

23
a. Aspek akidah terdiri atas dasar dan tujuan akidah Islam, sifat-

sifat Allah, al-Asma‟ al-Husna , iman kepada Allah, Kitab-

Kitab Allah, Rasul-Rasul Allah, Hari Akhir serta Qada Qadar.

b. Aspek akhlak terpuji yang terdiri atas ber-tauhid, ikhlas, taat,

khauf, tobat, tawakal, ikhtiar, sabar, syukur, qanaa'ah, tawaduh,

husnuzan, tasamuh dan ta’awun, berilmu, kreatif, produktif,

dan pergaulan remaja.

c. Aspek akhlak tercela meliputi kufur, syirik, riya, nifaq,

ananiah, putus asa, gadab, tamak, takabur, hasad, dendam,

gibah, fitnah, dan namimah.

d. Aspek adab meliputi: Adab beribadah: adab salat, membaca Al-

Qur'an dan adab berdoa, adab kepada kepada orang tua dan

guru, adab kepada, saudara, teman, dan tetangga, adab terhadap

lingkungan, yaitu: pada binatang dan tumbuhan, di tempat

umum, dan di jalan.

e. Aspek kisah teladan meliputi:41 Nabi Sulaiman a.s. dan

umatnya,Ashabul Kahfi, Nabi Yunus a.s. dan Nabi Ayyub a.s.,

Kisah Sahabat: Abu Bakar r.a., Umar bin Khattab r.a, Usman

bin Affan r.a.,dan Ali bin Abi Talib r.a

C. Pembentukan Karakter

1. Pengertian Karakter

41
Keputusan Mentri Agama Nomor 165 Tahun 2014, hal. 48

24
Secara harfiah istilah karakter berasal dari bahasa Inggris “character”

yang berarti watak, karakter, atau sifat.42 Dalam KBBI watak diartikan

sebagai sifat batin manusia yang mempengaruhi segenap pikiran dan

perbuatannya, atau berarti tabiat, dan budi pekerti. 43 Dalam bahasa Arab,

karakter diartikan sebagai khuluq, sajiyyah, thab’u (budi pekerti, tabiat

atau watak).44 Kadang juga diartikan syakhsiyyah yang artinya lebih dekat

dengan personality (kepribadian). Adapun Menurut Mansur Muslich,

karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga

sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan,

dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap

Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun

kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil.45

Dalam Islam, karakter atau akhlak mempunyai kedudukan penting

dan dianggap mempunyai fungsi yang vital dalam memandu kehidupan

masyarakat. Sebagaimana firman Allah SWT di dalam Al-Qur’an surat

An-Nahl ayat 90:

       


    
     

42
John M Echols dan Hasan Shadily, 1979, Kamus Inggris Inonesia, Jakarta : Gramedia, hal.
107
43
Tim Penyusun,2008, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, hal. 1811
44
Aisyah Boang dalam Supiana, 2011, Mozaik Pemikiran Islam: Bunga Rampai Pemikiran
Pendidikan Indonesia, Jakarta: Dirjen Dikti, hal. 5
45
Masnur Muslich, 2011, Pendidikan karakter: Menjawab Tantangan Krisis
Multidimensional, Jakarta: Bumi Aksara, hal. 84

25
Artinya: "Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan
berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang
dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi
pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran".
Ayat tersebut menjelaskan tentang perintah Allah yang menyuruh

manusia agar berbuat adil, yaitu menunaikan kadar kewajiban berbuat

baik dan terbaik, berbuat kasih sayang pada ciptaan-Nya dengan

bersilaturrahmi pada mereka serta menjauhkan diri dari berbagai bentuk

perbuatan buruk yang menyakiti sesama dan merugikan orang lain.

Melalui ayat di atas dapat dipahami bahwa ajaran Islam serta pendidikan

karakter mulia yang harus diteladani agar manusia yang hidup sesuai

denga tuntunan syari’at, yang bertujuan untuk kemaslahatan serta

kebahagiaan umat manusia.

Sementara itu jika kita lihat dari petunjuk hadits, ada beberapa hadits

yang bisa kita jadikan dasar bagi pembentukan karakter anak :” Dari,

Amar bin Syu‟aib, dari ayahnya dari kakeknya ra., ia berkata: Rasulullah

saw. Bersabda: “perintahlah anak-anakmu mengerjakan salat ketika

berusia tujuh tahun, dan pukullah mereka karena meninggalkan salat bila

berumur sepuluh tahun, dan pisahlah tempat tidur mereka (laki-laki dan

perempuan)!”. (HR.Abu Daud dalam kitab sholat) Hadits ini

mengisyaratkan bahwa pembentukan karakter anak hendaklah melalui

tahapan-tahapan yang dimulai ketika anak masih masa kanak-kanak,

bahkan ketika anak masih berbentuk janin di dalam kandungan.

Kemudian yang menjadi tujuan akhir dari pendidikan karakter adalah

26
membentuk pribadi anak yang memiliki akhlaq mulia sebagai mana

akhlak Rasulullah SAW. Sebab dengan berhasilnya pendidikan karakter

yang berkiblat pada akhlaq Rasul, maka untuk seterusnya anak didik akan

menjadi generasi membanggakan.46

Unsur terpenting dalam pembentukan karakter adalah pikiran karena

di dalam pikiran terdapat seluruh program yang terbentuk dari

pengalaman hidup. Program ini kemudian membentuk kepercayaan yang

akhirnya dapat membentuk pola pikir dan mempengaruhi perilakunya.

Jika program tersebut tertanam sesuai prinsip-prinsip universal, maka

perilakunya berjalan selaras dengan hukum alam dan pada akhirnya akan

membawa ketenangan dan kebahagiaan seseorang. Sebaliknya, jika

program yang dimiliki tidak sesuai dengan prinsip-prinsip hukum

universal, perilakunya akan membawa kerusakan dan penderitaan. Untuk

itu, pikiran harus dijaga dengan baik dan mendapatkan perhatian yang

serius agar membawa kebahagiaan bagi dirinya.47

2. Tujuan Pembentukan Karakter

Pembentukan karakter siswa disekolah bertujuan untuk:

a. Menjadikan peserta didik mampu secara mandiri meningkatkan dan

menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta

mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga

terwujud dalam perilaku sehari-hari.


46
Rafiatul Hasanah, 2020, Pendidikan Karakter Dalam Prespektif Al-Quran Hadits. Jurnal
Holistika, Vol.4, No.1, hal. 24
47
Siti Nasihatun, 2019, Pendidikan Karakter dalam Perspektf Islam dan Strategi
Implementasinya, Jurnal Diklat Teknis Pendidikan dan Keagamaan, Vol.7, No.2, hal. 326

27
b. Membentuk anak didik yang berwatak pengasih, penyayang, sabar,

beriman, takwa, bertanggung jawab, amanah, jujur, adil, dan mandiri.

c. Menguatkan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang dianggap

penting dan perlu sehingga menjadi karakter yang khas pada peserta

didik.

d. Mengoreksi perilaku peserta didik yang tidak berkesesuaian dengan

nilai-nilai yang dikembangkan oleh sekolah.

e. Terciptanya hubungan yang harmonis antara satu dengan yang lain.48

3. Komponen-Komponen Karakter yang Baik

Ada tiga komponen karakter yang baik (components of good

character) yang dikemukakan oleh Lickona, sebagai berikut:49

a. Pengetahuan Moral

Pengetahuan moral merupakan hal yang penting untuk

diajarkan. Keenam aspek berikut ini merupakan aspek yang

menonjol sebagai tujuan pendidikan karakter yang diinginkan.

1) Kesadaran Moral

Aspek pertama dari kesadaran moral adalah menggunakan

pemikiran mereka untuk melihat suatu situasi yang memerlukan

penilaian moral dan kemudian untuk memikirkan dengan cermat

tentang apa yang dimaksud dengan arah tindakan yang benar.

48
Hamdani Hamid dan Beni Ahmad Saebani, 2013, Pendidikan Karakter Perspektif Islam,
Bandung: Pustaka Setia, hal. 30
49
Thomas Lickona, 2012 Mendidik Untuk Membentuk Karakter: Bagaimana Sekolah dapat
Memberikan Pendidikan Sikap Hormat dan Bertanggung Jawab. Penerjemah: Juma Abdu
Wamaungo. Jakarta: Bumi Aksara, hal. 85-100

28
2) Pengetahuan Nilai Moral

Nilai-nilai moral seperti menghargai kehidupan dan

kemerdekaan, tanggung jawab terhadap orang lain, kejujuran,

keadilan, toleransi, penghormatan, disiplin diri, integritas,

kebaikan, belas kasihan, dan dorongan atau dukungan

mendefinisikan seluruh cara tentang menjadi pribadi yang

baik. Ketika digabung, seluruh nilai ini menjadi warisan

moral yang diturunkan dari satu generasi ke generasi

berikutnya. Mengetahui sebuah nilai juga berarti memahami

bagaimana caranya menerapkan nilai yang bersangkutan

dalam berbagai macam situasi.

3) Penentuan Perspektif

Penentuan perspektif merupakan kemampun untuk

mengambil sudut pandang orang lain, melihat situasi

sebagaimana adanya, membayangkan bagaimana mereka akan

berpikir, bereaksi, dan merasakan masalah yang ada. Hal ini

merupakan prasyarat bagi penilaian moral.

4) Pemikiran Moral

Pemikiran moral melibatkan pemahaman apa yang

dimaksud dengan moral dan mengapa harus aspek moral.

Seiring anak-anak mengembangkan pemikiran moral mereka

dan riset yang ada menyatakan bahwa pertumbuhan bersifat

gradual, mereka mempelajari apa yang dianggap sebagai

29
pemikiran moral yang baik dan apa yang tidak dianggap

sebagai pemikiran moral yang baik karena melakukan suatu

hal.

5) Pengambilan Keputusan

Mampu memikirkan cara seseorang bertindak melalui

permasalahan moral dengan cara ini merupakan keahlian

pengambilan keputusan reflektif. Apakah konsekuensi yang

ada terhadap pengambilan keputusan moral telah diajarkan

bahkan kepada anak-anak pra usia sekolah.

6) Pengetahuan Pribadi

Mengetahui diri sendiri merupakan jenis pengetahuan

moral yang paling sulit untuk diperoleh, namun hal ini perlu

bagi pengembangan karakter. Mengembangkan pengetahuan

moral pribadi mengikutsertakan hal menjadi sadar akan

kekuatan dan kelemahan karakter individual kita dan

bagaimana caranya mengkompensasi kelemahan kita, di

antara karakter tersebut.

b. Perasaan Moral

Sifat emosional karakter telah diabaikan dalam pembahasan

pendidikan moral, namun di sisi ini sangatlah penting. Hanya

mengetahui apa yang benar bukan merupakan jaminan di dalam

hal melakukan tindakan yang baik. Terdapat enam aspek yang

30
merupakan aspek emosi yang harus mampu dirasakan oleh

seseorang untuk menjadi manusia berkarakter.

1) Hati Nurani

Hati nurani memiliki empat sisi yaitu sisi kognitif untuk

mengetahui apa yang benar dan sisi emosional untuk merasa

berkewajiban untuk melakukan apa yang benar. Hati nurani

yang dewasa mengikutsertakan, di samping pemahaman

terhadap kewajiban moral, kemampuan untuk merasa bersalah

yang membangun. Bagi orang-orang dengan hati nurani,

moralitas itu perlu diperhitungkan.

2) Harga Diri

Harga diri yang tinggi dengan sendirinya tidak menjamin

karakter yang baik. Tantangan sebagai pendidik adalah

membantu orang-orang muda mengembangkan harga diri

berdasarkan pada nilai-nilai seperti tanggung jawab,

kejujuran, dan kebaikan serta berdasarkan pada keyakinan

kemampuan diri mereka sendiri demi kebaikan.

3) Empati

Empati merupakan identifikasi dengan atau pengalaman

yang seolah-olah terjadi dalam keadaan orang lain. Empati

memungkinkan seseorang keluar dari dirinya sendiri dan

masuk ke dalam diri orang lain. Hal tersebut merupakan sisi

emosional penentuan pesrpektif.

31
4) Mencintai Hal yang Baik

Bentuk karakter yang tertinggi mengikut sertakan sifat

yang benar-benar tertarik pada hal yang baik. Ketika orang-

orang mencintai hal yang baik, mereka senang melakukan hal

yang baik. Mereka memiliki moralitas keinginan, bukan

hanya moral tugas.

5) Kendali Diri

Emosi dapat menjadi alasan yang berlebihan. Itulah

alasannya mengapa kendali diri merupakan kebaikan moral

yang diperlukan. Kendali diri juga diperlukan untuk menahan

diri agar tidak memanjakan diri sendiri.

6) Kerendahan Hati

Kerendahan hati merupakan kebakan moral yang

diabaikan namun merupakan bagian yang esensial dari

karakter yang baik. kerendahan hati merupakan sisi afektif

pengetahuan pribadi. Kerendahan hati juga membantu

seseorang mengatasi kesombongan dan pelindung yang

terbaik terhadap perbuatan jahat.

c. Tindakan Moral

Tindakan moral merupakan hasil atau outcome dari dua bagian

karakter lainnya. Apabila orang-orang memiliki kualitas moral

kecerdasan dan emosi maka mereka mungkin melakukan apa yang

32
mereka ketahui dan mereka rasa benar. Tindakan moral terdiri dari

beberapa aspek sebagai berikut:

1) Kompetensi

Kompetensi moral memiliki kemampuan untuk

mengubah penilaian dan perasaan moral ke dalam tindakan

moral yang efektif. Kompetensi juga bermain dalam situasi

moral lainnya. Untuk membantu orang lain yang mengalami

kesusahan, seseorang harus mampu merasakan dan

melaksanakan rencana tindakan.

2) Keinginan

Pilihan yang benar dalam situasi moral biasanya

merupakan pilihan yang sulit. Menjadi orang baik sering

memerlukan tindakan keinginan yang baik, suatu

penggerakan energi moral untuk melakukan apa yang

seseorang pikirkan harus dilakukan. Keinginan berada pada

inti dorongan moral.

3) Kebiasaan

Dalam situasi yang besar, pelaksanaan tindakan moral

memperoleh manfaat dari kebiasaan. Seseorang sering

melakukan hal yang baik karena dorongan kebiasaan. Sebagai

bagian dari pendidikan moral, anak-anak memerlukan banyak

kesempatan untuk mengembangkan kebiasaan yang baik,

banyak praktik dalam hal menjadi orang yang baik. Seseorang

33
yang mempunyai karakter yang baik memiliki pengetahuan

moral, perasaan moral, dan tindakan moral yang bekerja sama

secara sinergis. Pendidikan karakter hendaknya mampu

membuat peserta didik untuk berperilaku baik sehingga akan

menjadi kebiasaan dalam kehiduapan sehari-hari.

4. Proses Pembentukan Karakter

Untuk membentuk karakter siswa yang baik, guru harus

melakukan hal-hal yang positif, di antaranya yaitu:50

a. Bertindak sebagai sosok yang peduli, model, dan mentor. Guru

memperlakukan siswa dengan kasih dan hormat, memberikan

contoh yang baik, mendorong perilaku sosial, dan memperbaiki

perilaku yang merusak.

b. Menciptakan komunitas moral di kelas. Guru membantu siswa

untuk saling mengenal satu sama lain, hormat dan saling

memperhatikan satu sama lain, serta merasa dihargai sebagai

anggota kelompok.

c. Mempraktikkan disiplin moral. Guru menciptakan dan

menegakkan aturan.

50
Muhammad Jafar Anwar dan Muhammad A. Salam As, 2015, Membumikan Pendidikan
Karakter, Jakarta: CV. Suri Tatu’uw , hal. 183-184

34
d. Menciptakan lingkungan kelas yang demokratis. Guru melibatkan

siswa dalam pembuatan keputusan dan membagi tanggung jawab

yang menjadikan kelas sebagai tempat baik untuk berkembang dan

belajar.

e. Mengajarkan nilai-nilai melalui kurikulum.Guru menggunakan

mata pelajaran akademi sebagai sarana untuk mempelajari isu-isu

etis.

f. Menggunakan pembelajaran kooperatif. Guru mengajar siswa

mengenai sikap dan berbagai keterampilan untuk saling membantu

satu sama lain dan bekerja sama.

g. Membangun kepekaan nurani. Guru membantu siswa

mengembangkan tanggung jawab akademis dan menghargai

pentingnya belajar dan bekerja.

h. Mendorong refleksi moral, melalui membaca, menulis, berdiskusi,

berlatih membuat keputusan, dan berdebat

i. Mengajarkan resolusi konflik, sehingga murid memiliki kapasitas

dan komitmen untuk menyelesaikan konflik secara adil dan wajar,

dengan cara-cara tanpa kekerasan.

5. Metode Pembentukan Karakter

Metode Pembelajaran Berkarakter yang dapat dilakukan untuk

membentuk karakter siswa, di antaranya yaitu:

a. Pembiasaan

35
Pembiasaan adalah sesuatu yang dilakukan dengan sengaja

secara berulang-ulang sehingga sesuatu tersebut menjadi

kebiasaan. Pembiasaan dapat mendorong seseorang untuk

berperilaku, dan tanpa pembiasaan hidup seseorang akan berjalan

lamban, sebab sebelum melakukan sesuatu harus memikirkan

terlebih dahulu apa yang akan dilakukannya. Metode pembiasaan

dalam bidang psikologi pendidikan dikenal dengan istilah operan

conditioning, mengajarkan siswa untuk membiasakan perilaku

terpuji, disiplin, giat belajar, bekerja keras, ikhlas, jujur, dan

bertanggung jawab atas setiap tugas yang telah diberikan. Model

pembiasaan ini perlu diterapkan oleh guru dalam proses

pembentukan karakter, untuk membiasakan siswa selalu bersifat

baik dan terpuji, sehingga tersimpan pikiran-pikiran positif di

dalam otaknya.51

b. Metode ceramah

Metode ceramah adalah metode yang penyampaian materinya

dilakukan secara lisan kepada siswa. Metode ceramah ini

hendaknya mudah diterima, isinya mudah dipahami, serta mampu

mendorong siswa melakukan hal-hal yang baik dan benar.52

c. Metode kisah

51
E. Mulyasa, 2013, Manajemen Pendidikan Karakter, Jakarta: Bumi Aksara, hal. 166
52
Abdul Majid, 2013, Perencanaan Pembelajaran, Bandung: Rosdakarya, hal. 137

36
Al-Quran dan Hadis banyak meredaksikan kisah untuk

menyampaikan pesan-pesan seperti kisah malaikat, Nabi, umat

terkemuka di zaman dahulu, dan sebagainya yang mana dalam

kisah tersebut terdapat nilai-nilai yang dapat dipetik oleh siswa.

Pendidikan dengan metode ini dapat memberikan kesan pada

siswa, sehingga dapat mengubah hati nuraninya dan berupaya

melakukan hal-hal yang baik dan menjauhkan dari perbuatan yang

buruk karena mereka telah melihat dampak dari kisah-kisah itu,

apalagi penyampaian kisah-kisah tersebut dilakukan dengan cara

menyentuh hati dan perasaan.

Kisah Qurani mendidik perasaan keimanan dengan cara

membangkitkan berbagai perasaan seperti khauf, rida, dan cinta .

Mengarahkan seluruh perasaan sehingga bertumpuk pada suatu

puncak, yaitu kesimpulan kisah. Kemudian melibatkan pembaca

atau pendengar ke dalam kisah itu sehingga ia terlibat secara

emosional.53

d. Metode tanya jawab

Metode tanya jawab adalah metode yang merangsang siswa

untuk berpikir dan membimbingnya dalam mencapai kebenaran.

Metode tanya jawab ini telah ada ketika zaman Rasulullah Saw,

53
Ahmad Tafsir, 2014, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung: Rosdakarya,
hal. 140-141

37
peristiwa tanya jawab sering kali terjadi antara Rasulullah dengan

para sahabatnya.

e. Metode diskusi

Metode diskusi adalah metode yang digunakan sebagai jalan

untuk memecahkan suatu permasalahan yang memerlukan

beberapa jawaban alternatif yang dapat mendekati kebenaran

dalam proses pembelajaran. Diskusi pada dasarnya ialah saling

tukar menukar informasi, pendapat, dan pengalaman untuk

mendapat kesimpulan bersama yang lebih jelas dan lebih teliti

tentang sesuatu.54

f. Metode keteladanan

Metode keeteladanan merupakan salah satu metode yang dapat

dilakukan untuk mengajarkan nilai-nilai, karena siswa akan

meniru apa yang dilakukan oleh guru dan orangtuanya. Hal ini

penting bagi guru dan orangtua agar memberikan teladanan yang

baik.55

6. Nilai-nilai Karakter

Terdapat beberapa nilai-nilai karakter yang perlu diterapkan pada

siswa yaitu:56

No. Nilai Karakter Deskripsi


54
Maria Ulfa dan Saifuddin, 2018, Terampil Memilih dan Menggunakan Metode
Pembelajaran, Suhuf Vol. 30 No. 01, hal. 48-49
55
Irfan Fajrul Falah, 2014, Model Pembelajaran Tutor Sebaya: Telaah Teoritik, Jurnal
Pendidikan agama Islam, Vol 12 No. 2, hal. 180
56
Muhammad Jafar Anwar dan Muhammad A. Salam., Op.Cit, hal. 178-180

38
1. Religius Sikap dan perilaku yang patuh dalam

melaksanakan ajaran agama yang dianut,

toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama

lain, dan hidup rukun dengan pemeluk

agama lain. Strategi yang dapat dilakukan

sekolah seperti pengembangan kebudayaan

religius.

2. Jujur Kejujuran adalah perpaduan antara

keteguhan watak, sehat dalam prinsip-

prinsip moral, tulus hati dan perasaan halus

mengenai etika keadilan dan kebenaran.

Perilaku ini menjadikan diri kita sebagai

orang dapat dipercaya dalam perkataan,

tindakan, dan pekerjaan.

3. Disiplin tindakan yang menunjukkan perilaku tertib

dan patuh pada berbagai ketentuan dan

peraturan.

4. Tanggung Sikap dan perilaku dalam melaksanakan

Jawab tugas dan kewajibannya, yang seharusnya

dia lakukan, terhadap diri sendiri,

masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan

budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

5. Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak bergantung

39
pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-

tugas yang dibebankan kepadanya

6. Demokratis Cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang

menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan

orang lain.

7. Rasa ingin tahu Sikap dan tindakan yang selalu berupaya

untuk mengetahui lebih mendalam dan

meluas dari sesuatu yang dipelajarinya,

dilihat, dan didengar.

D. Korelasi Pembelajaran Aqidah Akhlak dengan Pembentukan Karakter

Akhlak adalah sikap yang menghasilkan tingkah laku yang baik dan

buruk. Secara garis besar akhlak merupakan sikap dan perbuatan seseorang

terhadap Allah dan sesama mahluk dibagi menjadi dua: akhlak kepada

sesama manusia (diri sendiri, keluarga, guru, tetangga dan masyarakat) dan

akhlak kepada lingkungan hidup. Akhlak terpuji terhadap sesama makhluk


57
contohnya akhlak kepada orang tua. Dalam bukunya Akhlak Tasawuf

menyebutkan bahwa “akhlak adalah tabiat atau sifat seseorang, yakni

keadaan jiwa yang telah terlatih, sehingga dalam jiwa tersebut benar-benar

telah melekat sifat-sifat yang melahirkan perbuatan-perbuatan dengan mudah

dan spontan tanpa dipikirkan dan diangan-angan”.

57
Kamil Mustofa, 2010, Model Pendidikan dan Pelatihan; Konsep dan Aplikasinya,
Bandung: Alfabeta, hal 86

40
Maksud perbuatan yang dilahirkan dengan mudah tanpa berpikir lagi

disini bukan berarti bahwa perbuatan tersebut dilakukan dengan tidak

sengaja atau tidak dikehendaki. Tetapi perbuatan-perbuatan yang dilakukan

itu benar-benar sudah merupakan “azimah”, yakni kemauan yang kuat tentang

suatu perbuatan, oleh karenanya jelas perbuatan itu memang sengaja

dikehendaki adanya.

Aqidah akhlak merupakan pedoman yang menuntut umat Islam dalam

berperilaku baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam berperilaku

khusus. Hal tersebut sangat dibutuhkan agar generasi penerus umat Islam

dapat memiliki perilaku yang baik. Pembelajaran Aqidah Akhlak diajarkan

untuk berperilaku baik yang sesuai dengan ajaran agama Islam seperti:

diajarkan norma, moral, etika dan cara tata krama yang baik, cara bergaul,

cara menghargai orang dan sebagainya. Pembelajaran aqidah akhlak

diharapkan dapat menumbuhkan akhlak yang baik atau budi pekerti yang

baik agar peserta didik berperilaku sesuai dengan nilai-nilai secara islami,

dengan didasari nilai agama dan akhlak yang baik maka peserta didik

mempunyai panduan untuk berperilaku dalam kehidupan sehari-hari.58

Kepentingan akhlak dalam kehidupan manusia dinyatakan dengan

jelas dalam Al-Qur’an. Al-Qur’an menerangkan berbagai pendekatan yang

meletakkan Al-Qur’an sebagai sumber pengetahuan mengenai nilai dan

akhlak yang paling jelas. Pendekatan Al-Qur’an dalam menerangkan akhlak

58
Ruhmina Ulfa, 2019, Pengaruh Pembelajaran Aqidah Akhlak Terhadap Pembentukan
Karakter Siswa di MTs Jam’iyyatul Khair Tangerang Selatan, FITK UIN SYARIF
HIDAYATULLAH Jakarta, hal. 45

41
yang mulia, bukan pendekatan teoretikal, melainkan dalam bentuk konseptual

dan penghayatan. Akhlak mulia dan akhlak buruk digambarkan dalam

perwatakan manusia, dalam sejarah dan dalam realitas kehidupan manusia

selama Al-Qur’an diturunkan.

Dalam Islam,dasar atau alat pengukur yang menyatakan bahwa sifat

seseorang itu baik atau buruk adalah Al-Qur’an dan As-sunnah. Tujuan utama

diutusnya Nabi Muhammad SAW tentunya akan mendorong kita untuk

mencapai akhlak mulia karena ternyata akhlak merupakan sesuatu yang paling

penting dalam agama. Akhlak bahkan lebih utama daripada ibadah. Sebab itu

tujuan ibadah adalah mencapai kesempurnaan akhlak. Jika tidak

mendatangkan akhlak mulia, ibadah hanya merupakan gerakan formalitas

saja. Pada dasarnya, tujuan pokok akhlak adalah agar setiap muslim berbudi

pekerti, bertingkah laku, berperangai atau beradat-istiadat yang baik sesuai

dengan ajaran Islam memiliki tujuan pembinaan akhlak mulia. Untuk

menciptakan perilaku yang baik maka diperlukan kesungguhan dalam

pembentukannya sehingga terwujud kepribadian seorang mu’min untuk

kemajuan di dalam masyarakat. Perubahan perilaku dapat tercapai melalui

sarana pendidikan terutama melalui pembelajaran aqidah akhlak. Untuk

meningkatkan efektifitas pembelajaran akidah akhlak agar dapat mengubah

perilaku siswa, pembelajaran dapat dilakukan dengan pendekatan saintifik,

normatif dan praktik.

Perdebatan yang mungkin belum dan tidak akan pernah berhenti

di kalangan kita tentang seputar peranan pendidikan akidah akhlak bagi

42
pembentukan karakter. Negara kita berlandaskan pancasila dimana sila

pertama adalah menyatakan bahwa Negara berdasarkan atas Ketuhanan

Yang Maha Esa. Intinya adalah Negara kita bukan atheis tetapi Negara

yang religious yang menjadikan sila pertama dari Pancasila tersebut sebagai

core/inti dari keempat sila yang lainnya mantan Presiden RI pertama Soekarno

berulang-ulang menegaskan: “agama adalah unsur mutlak dalam National

and Character building”. Dalam konteks ini agama merupakan landasan yang

kokoh bagi pendidikan karakter atau dengan kata lain agama merupakan

sumber nilai pendidikan karakter.Hal di atas berbeda dengan pendapat salah

satu pemikir pendidikan karakter kontemporer, Thomas Lickona misalnya,

memiliki pandangan bahwa pendidikan karakter dan pendidikan agama

semestinya dipisahkan dan tidak dicampuradukkan. Menurutnya, pendidikan

karakter tidak ada urusannya dengan ibadah dan do’a-do’a yang dilakukan

dalam lingkungan sekolah, atau promosi anti aborsi oleh kalangan agama

tertentu atau menerapkan ajaran-ajaran konservatif atau liberal dalam diri

anak didik. 59

Ia memisahkan pendidikan karakter dengan pendidikan agama, agama

memiliki pola hubungan vertical antara seorang pribadi dengan keilahian

(individu dengan Yang Ilahi) sedangkan pola pendidikan karakter adalah

horizontal antar manusia dalam masyarakat (individu dengan individu lain.

Dalam konteks pendidikan Islam pemisahan semacam itu tidak tepat

59
Dewi Prasari suryawati, 2016, Implementasi Pembelajaran Aqidah Akhlak Terhadap
pembentukan karakter siswa di MTs Negeri Semanu Gunung Kidul, Jurnal Pendidikan Madrasah, Vol.
1, No. 2, hal. 315

43
mengingat karakter atau akhlak dalam Islam tidak hanya berdimensi

horizontal tetapi juga vertikal. Oleh karena itu pendidikan agama sebenarnya

berperan besar dalam rangka pendidikan karakter ini.

Pembentukan karakter religius adalah bagian integral dari orientasi

pendidikan Islam. Tujuannya adalah membentuk kepribadian seseorang yang

shalih shalihah agar berperilaku jujur, baik, bertanggung jawab, menghormati,

dan menghargai orang lain, adil, diskriminatif, pekerja keras, dan karakter-

karakter yang unggul lainnya dan juga menjalankan semua perintahNya dan

menjauhi semua larangan-Nya. Sedangkan mata pelajaran akidah akhlak

merupakan pelajaran pada jenjang pendidikan yang membahas ajaran agama

Islam dalam segi akidah dan akhlak. Mata pelajaran akidah akhlak juga

bagian dari mata pelajaran pendidikan agama Islam yang memberikan

bimbingan kepada siswa agar memahami, menghayati, meyakini kebenaran

ajaran Islam serta bersedia mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari dan

nilai-nilai akhlak yang merupakan dasar utama dalam pembentukan

kepribadian muslim, dengan mengarahkan peserta didik menjadi manusia

yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berkarakter

yang mulia.

Dalam proses pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran akidah akhlak

secara tidak langsung dapat membentuk karakter siswa baik dari knowledge

yang diajarkan oleh guru di dalam kelas maupun dari pengalaman yang

didapat siswa diluar kelas. Dalam pelaksanaan pembelajaran dari metode yang

digunakan guru dalam strategi pembelajaran juga dapat memberikan pengaruh

44
kontruksi terhadap sikap siswa misalnya metode diskusi, dapat mengarahkan

siswa agar saling bertukar pikiran dan bekerja sama dalam menyelesaikan

masalah atau pekerjaan mereka.

Maka dari itu pembelajaran mata pelajaran akidah akhlak sangat besar

pengaruhnya terhadap pembentukan karakter siswa, karena dengan adanya

proses pembelajaran ini bisa menjadi suatu perubahan yang positif dalam diri

siswa dan dapat memberikan pengalaman-pengalaman belajar yang memberi

kesempatan lebih kepada siswa untuk mempraktekkan sendiri dalam

kehidupan sehari-hari mengenai apa yang telah mereka pelajari dan pahami

dikelas, sehingga menjadikan siswa berkarakter mulia.60

E. Penelitian yang Relevan

1. Penelitian skripsi dengan judul Implementasi Pembelajaran Aqidah

Akhlak dalam Pembentukan Karakter Islami Siswa di MTs Negeri 6

Jakarta Timur pada Masa Pandemi Covid-19 Tahun 2021 yang diteliti

oleh Nur Arifa Dayanty UIN Jakarta, hasil penelitian ini

menyimpulkan bahwa guru Akidah Akhlak maupun yang lainnya

harus mempersiapkan terlebih dahulu hal-hal yang harus dipersiapkan

sebelum mengajar. Membuat RPP dan Silabus juga harus dilakukan,

karena hal itu penting agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan

baik. Dalam mengupayakan pembelajaran Akidah Akhlak yang dapat

membentuk karakter, guru Akidah Akhlak melakukan pembelajaran

60
Miftahul Khoiriyah, 2018. Pengaruh pembelajaran Akidah Akhlak terhadap pembentukan
karakter Religius siswa di SMK Ma’arif NU Mantup (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim), hal. 64

45
dengan baik dan menyenangkan, beliau selalu mencontohkan nilai-

nilai yang baik kepada siswa.

Karakter ini dapat dilihat dari bagaimana siswa menjawab dan

mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Adapun cara lain guru

dalam membentuk karakter siswa yaitu dengan menampilkan beberapa

video yang dapat menyentuh aspek afektif siswa sehingga tujuan


61
pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan efektif. Adapun

penelitian yang dilakukan adalah dengan pendekatan kualitatif dan

metode deskriptif, yang menjadi pembeda selain waktu dan tempat

adalah situasi serta kondisi pada saat ini yang dapat diketahui dunia

sedang digemparkan dengan pandemic Covid-19 yang meharuskan

guru dan siswa melakukan pembelajaran dengan daring, sehingga

siswa tidak menerima interaksi secara langsung oleh guru dan

menjadikan guru harus memberikan pembelajaran yang dapat

menyentuh aspek afeksi siswa. Hal ini pula yang menjadi tantangan

bagi guru dalam memberikan pembelajaran yang baik kepada siswa.

2. Penelitian skripsi yang kedua dengan judul Peran Guru Aqidah Akhlak

Dalam Pembentukkan Karakter Siswa di MTS Negeri 2 Mataram yang

dilakukan oleh Junaedi Derajat mahasiswa Universitas Islam Negeri

Sunan Kalijaga Yogyakarta pada tahun 2013. Peneliti ini

menggunakan metode deksriptif dan pendekatan kualitatif. Beliau

61
Nur Arifa Dayanty, 2020, Implementasi Pembelajaran Akidah Akhlak dalam Pembentukan
Karakter Islami Siswa di Mts Negeri 6 Jakarta Pada Masa Pandemi Covid-19 Bachelor's thesis,
Jakarta: FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, hal 67

46
melakukan penelitian ini dengan mendapatkan hasil bahwa peran guru

harus meliputi beberapa tahapan, yaitu planning, organisatoris,

konselor, serta pembimbing. Hal ini dimaksudkan agar guru dapat

mengenal siswa dari berbagai macam cara sehingga siswa akan lebih

mempercayakan diri sepenuhnya kepada guru. Adapun hasil lainnya

yaitu guru memberikan penanaman karakter kepada siswa dengan cara

menanamkan nilai-nilai kejujuran, nilai-nilai toleransi.

Nilai-nilai religious. Secara umum, hasil yang diperoleh untuk

guru maupun siswa sendiri baik, walaupun untuk prosesnya belum

sempurna baik ketika proses pembelajaran maupun pada ruang lingkup

sekolah. Adapun yang membedakan antara skripsi beliau dengan

skripsi yang akan saya buat adalah waktu dan sitiuasi. Dimana seperti

yang sudah dibahas sebelumnya, skripsi saya diteliti pada saat seluruh

dunia termasuk Indonesia sedang dilanda pandemi Covid-19.

Tentunya hal ini menjadi salah satu tantangan yang harus diselesaikan

oleh guru dalam memberikan pembelajaran yang baik meskipun hanya

melalui daring.62 Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian

saya adalah selain pada waktu dan tempat, juga perbedaan pada

situasinya. Penelitian diatas dilakukan saat pandemi Covid-19.

3. Jurnal Pendidikan Dasar Islam, Vol. 9, No. 2, Desember 2017, yang

ditulis oleh Purniadi Putra, dengan judul “Implementasi Pendidikan

62
Junaedi Derajat, 2013, Peran Guru Akidah Akhlak Dalam Pembentukan Karakter Siswa Di
MTs Negeri 2 Mataram. Skirpsi. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Universitas Islam Negeri
Sunan Kalijaga Yogyakarta 56

47
Karakter dalam Pembelajaran Aqidah Akhlak (Studi Multi Kasus di

MIN Sekunduk dan MIN Pemangkat Kabupaten Sambas)”. Penelitian

ini membahas tentang penerapan pendidikan karakter pada mata

pelajaran Aqidah Akhlak. Perencanaan pembelajaran guru Aqidah

Akhlak sebagai upaya pembentukan karakter adalah dengan

mendesain perencanaan pembelajaran Aqidah Akhlak yang dibuat oleh

guru adalah penyususnan perencanaan penggunaan media

pembelajaran dan bentuk belajar yang berdasarkan pada tujuan.

Kemudian mengacu pada tata tertib maupun aturan yang yang

telah direncanakan dan ditetapkan dalam setiap kegiatan atau proses

pembelajaran di suatu lembaga pendidikan. Lalu metode dan media

yang digunakan dalam penyampaian pembelajaran dapat digunakan

sebagai upaya untuk pembentukkan karakter siswa pada mata

pelajaran Aqidah Akhlak.63 Perbedaan dengan penelitian saya adalah

selain waktu dam tempat ialah sasaran, dimana peneliti ini meneliti

siswa MI dan saya meneliti siswa MTS.

F. Kerangka Berfikir

Kerangka berfikir merupakan acuan dari alur berfikir peneliti dalam

memahami masalah penelitian. Penelitian yang dilakukan di MTsN 4

Pasaman ini membahas tentang pembelajaran aqidah akhlak dalam

membentuk karakter siswa. Kerangka berfikir ini untuk mempermudah

63
Purniadi Putra, 2017, Implementasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Aqidah
Akhlak (Studi Multi Kasus di MIN Sekuduk dan MIN Pemangkat Kabupaten Sambas), Jurnal
Pendidikan Dasar Islam, Vol. 9, No. 2, hal. 44-45

48
peneliti dalam melakukan penelitian ini secara sistematis dan tidak keluar dari

batasan, rumusan dan tujuan penelitian. Berdasarkan latar belakang masalah

yang telah dikemukakan, maka gambaran kerangka berfikir dari penelitian ini,

sebagai berikut:

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN
AQIDAH AKHLAK DALAM MEMBENTUK
KARAKTER

Materi Guru Aqidah Akhlak Metode

Perencanaan guru Implementasi guru aqidah


aqidah akhlak akhlak menggunakan
dalam membentuk berbagai metode dalam
karakter siswa membentuk karakter siswa

Karakter siswa

49
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) dan

metode yang digunakan adalah metode kualitatif pendekatan deskriptif, yaitu

penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasikan objek atau

fenomena yang terlihat atau yang sedang berkembang dilapangan sesuai

dengan apa adanya, yang diketahui melalui wawancara dan observasi.64

Sehingga yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah ingin

menggambarkan realitas empirik dibalik fenomena yang ada secara

mendalam, rinci dan tuntas. Jadi setelah hasil penelitian ini didapatkan

kemudian hasil penelitain berupa wawancara, catatan lapangan, dokumentasi

pribadi, catatan memo dan dokumen resmi lainnya dideskripsikan dan

dicocokkan sesuai dengan batasan penelitian.

B. Metode Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan data menurut Arikunto mengemukakan bahwa

"Metode pengumpulan data adalah cara-cara yang ditempuh penulis untuk

mnedapatkan data atau fakta yang terdapat dan terjadi pada subyek

penelitian".65 Pengumpulan data-data dalam penelitian ini dimaksudkan untuk

64
Sukardi, 2008, Metode Penelitian Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, hal. 157
65
Suharmi Arikunto, 2006, Prosedur Penelitian Satuan Pendekatan Praktik, Jakarta: PT
Rineka Cipta, hal. 225

50
mendapatkan bahan-bahan yang objektif (sesuai dengan data dilapangan)

yang dipertanggungjawabkan validitas (tepat dan akurat) dan langkahnya.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode-metode

pengumpulan data sesuai dengan yang dibutuhkan atau salahsatu kunci dalam

penelitian ini adalah teknik pengumpulan data. Dalam hal ini, penulis akan

menggunakan data dengan sistem observasi partisipatif serta wawancara dan

dokumentasi.

a. Observasi

Observasi yaitu pengamatan dan pencatatan dengan

sistematis terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki.66

Observasi dilakukan untuk menemukan hal-hal yang sedianya

tidak terungkap oleh responden dalam wawancara, sehingga

peneliti memperoleh gambaran yang lebih komprehensif.

Penulis mengadakan pengamatan lapangan dilokasi penelitian

untuk mendapatkan informasi tentang pembinaan karakter

siswa di MTsN 4 Pasaman.

b. Wawancara

Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk

bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehinigga

dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu. 67

Teknik wawancara yaitu suatu teknik riset dalam bentuk

66
Sugiyono, 2015, Metode Penelitian Kombinasi (Mix Methods), Bandung: Alfabeta, hal. 203
67
Sugiyono, 2020, Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D, Bandung: Alfabeta,
hal. 231

51
pengamatan langsung melalui pertanyaan-pertanyaan kepada

responden, disini penullis akan melakukan wawancara

langsung kepada guru aqidah akhlak, guru Bimbingan

Konseling dan siswa MTsN 4 Pasaman.

c. Dokumentasi

Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-

hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat

kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya.

Teknik ini digunakan untuk memperoleh data yang diperoleh

dalam suatu penelitian, untuk memperoleh data yang ada

hubungannya dengan penelitian ini, seperti mengumpulkan

data melalui jurnal harian guru.68

C. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah:

1. Data primer yaitu data yang diperoleh dengan cara observasi,

wawancara, dan dokumentasi, terutama pada proses pembelajaran

yang disajikan oleh guru Aqidah Akhlak, kepala sekolah, guru

Bimbingan Konseling, dan siswa MTsN 4 Pasaman.

2. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari buku-buku ataupun

referensi lainnya yang memiliki relevansi dengan pembahasan yang

penulis teliti saat ini.

68
Kunandar, 2016, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan
Profesi Guru, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, hal. 157

52
D. Metode Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

analisis deskriptif. Yaitu "Mengumpulkan data, emnganalisa data-data

berdasarkan persamaan jenis dari data tersebut, kemudian diuraikan antara

suatu data dengan data yang lainnya. Sehingga diperoleh gambaran yang utuh

tentang masalah yang diteliti". Dalam penelitian kualitatif, analisis data

diperoleh muali dari beberapa langkah sebagai berikut:

1. Reduksi Data

Proses reduksi yaitu proses menyeleksi, merangkum, memilih

hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari

pola dan temanya serta membuang hal yang tidak perlu.69

2. Display data

Display data yaitu menamplilkan informasi yang diperoleh dari

proses reduksi dan kemudian informasi tersebut dihimpun dan

diorganisasikan berdasarkan fokus permasalahan yang diteliti.

3. Snowball (bola salju)

Yaitu bertanya dengan satu sumber data, kemudian diteruskan

kepada sumber data lainnya sampai diperoleh informasi yang lebih

lengkap dengan masalah yang diteliti pada data itu.

4. Mengambil kesimpulan

69
Sugiyono, 1998, Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. hal. 338

53
Kesimpulan dalam penelitian bukanlah merupakan suatu

karangan atau diambil dari pembicaraan-pembicaraan lain, akan tetapi

hasil suatu proses tertentu, yaitu "menarik", dalam arti "memindahkan"

sesuatu dari suatu tempat ke tempat lain. Menarik kesimpulan

penelitian selalu harus mendasarkan diri atas data yang diperoleh

dalam kegiatan penelitian.70

E. Metode Pengujian keabsahan Data

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekkan

atau sebagai pembandingan terhadap data itu. 71 Menurut Sugiyono ada 3

macam triangulasi, yaitu:

a. Triangulasi sumber

Berarti membandingkan dan mengecek balik derajat

kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat

yang berbeda dalam penelitian kualitatif.

b. Triangulasi teknik

Yaitu untuk kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek

data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.

c. Triangulasi waktu

70
Arikunto, Suharsimi. Opcit, hal. 385
71
Maleog, Lexy J., (1991). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya, hal. 330

54
Dalam rangka pengujian kredilitas data dapat dilakukan dengan

cara melakukan pengecekkan dengan wawancara, observasi atau

teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda.

55
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian di MTsN 4 Pasaman

1. Sejarah Singkat MTsN 4 Pasaman

Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) 4 Pasaman terletak di Jalan Kp.

Talang No.25, yang secara geografis berada di Nagari Ganggo Hilir

Kecamatan Bonjol Kabupaten Pasaman. Semenjak menjadi Madrasah

Tsanawiyah Negeri 4 Pasaman sampai sekarang, MTsN 4 Pasaman

mengalami kemajuan baik dalam segi fisik maupun kualitas siswanya.

Diresmikanpada tahun 1993 oleh Menteri Agama menjadi Madrasah

Tsanawiyah Negeri Bonjol. Kemudian pada bulan Maret 2017, MTsN Bonjol

berubah menjadi MTsN 4 Pasaman.

Sejak didirikannya, MTsN4 Pasaman telah mengalami beberapa kali

perubahan nama dan penggantian pimpinan / kepala sekolah:

1) Periode Pertama : Pimpinan Bapak Muhammad Zen berstatus MTs

Bonjol Filial MTsN Lubuk Sikaping pada tahun 1996.

2) Periode Kedua : Pimpinan Bapak Nurwali, SH status MTsN Bonjol

tahun 1996 – 1998.

3) Periode Ketiga : Pimpinan Ibuk Arnita.J, BA status MTsN Bonjol

tahun 1999 – 2010.

4) Periode Keempat : Pimpinan Bapak Adrinofia, S.Pd, M.M.Pd status

MTsN Bonjol tahun 2011 – 2017

56
5) Periode Kelima : Pimpinan Dra. Hj. Raflis, MA status MTsN 4

Pasaman tahun 2017 sampai sekarang.

2. Profil MTsN 4 Pasaman

1 Nama Madrasah MTsN 4 PASAMAN

2 NPSN 10311283

3 JenjangPendidikan MTs

4 Status Sekolah Negeri

5 Akreditasi B

6 Alamat Sekolah Jalan Kampung Talang No. 25

RT/RW 0/0

Kode Pos 26381

Kelurahan Ganggo Hilia

Kecamatan Kec. Bonjol

Kabupaten/Kota Kab. Pasaman

Provinsi Prop. Sumatera Barat

Negara Indonesia

7 Posisi Geografis -0,014095 ( Lintang)

100,224176 ( Bujur )

8 SK Pendirian Sekolah 244 Tahun 1993

9 Tanggal SK Pendirian 25 Oktober 1993

10 Status Kepemilikan Kementerian Agama

11 SK IzinOperasional 244 Tahun 1993

12 Tgl SKIzin Operasional 25 Oktober 1993

57
13 Nomor Rekening 0802.0210.03628-5

14 Nama Bank BANK NAGARI

15 Cabang KCP/Unit KANTOR KAS KUMPULAN

16 Rekening Atas Nama MTsN 4 PASAMAN

17 MBS Ya

18 Luas TanahMilik(m2) 5070

19 Luas Tanah Bukan 0


Milik(m2)

20 Nama Wajib Pajak MTsN 4 PASAMAN

21 NPWP 00.185.807.5-202.000

22 Nomor Telepon 085271831515

23 Nomor Fax -

24 Email mtsn.bonjol@yahoo.com

25 WaktuPenyelenggaraan Pagi

26 Bersedia Menerima Bos? Ya

27 Sertifikasi ISO Belum Bersertifikat

28 Sumber Listrik PLN

29 DayaListrik(watt) 4400

3. Visi dan Misi MTsN 4 Pasaman

a. Visi

"TERWUJUDNYA LULUSAN YANG BERAKHLAK MULIA,

MODERAT, CERDAS,DAN UNGGUL MENUJU MADRASAH YANG

HEBAT,BERMARTABAT, SERTA BERWAWASAN LINGKUNGAN"

58
b. Misi

1) Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan YME melalui

penanaman akhlak mulia dan program kegiatan keagamaan

2) Menumbuhkan kesadaran terhadap pelaksanaan ajaran agama Islam

3) Mewujudkan pelaksanaan pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif,

Efektif, dan Menyenangkan dengan pendekatan SCIENTIFIC

4) Meningkatkan prestasi akademik dan non akademik

5) Meningkatkan sikap kejujuran, disiplin, peduli, santun, percaya diri,

dalam berinteraksi dengan lingkungan sosial

6) Mewujudkan pembelajaran dan pengembangan diri yang terintegrasi

dengan Pendidikan Lingkungan Hidup dan P4GN (Pencegahan,

Pemberantasan, Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba)

7) Mewujudkan kondisi lingkungan madrasah yang bersih, asri dan

nyaman untuk mencegah pencemaran dan kerusakan lingkungan

MOTTO : Teguh Dalam Akidah, Cerdas Dalam Berfikir dan Peka

Terhadap Perkembangan.

4. Daftar Pimpinan Guru dan Staf MTsN 4 Pasaman Tahun Pelajaran 2023

59
N NAMA / NIP PANGKAT / TEMPAT TMT JABATA
O GOL TANGGAL LAHIR N

1 Dra. RAFLIS, MA Pembina/IV.b Pasaman, 15 Juli 01-03- Kepala


1966 1996 Madrasah

2 Drs. AMRIL Pembina/IV.a Koto Kecil, 25 Juli 01-02- Wakil


1965 1994 Kurikulum

3 ERMAYENNI, S.Pd Pembina/IV.a Koto Kecil, 10 01-03- Guru


Oktober 2967 1994

4 MASNEL, S.Pd Pembina/IV.a Koto Kecil, 10 01-03- Guru


Agustus 1965 1994

5 SYOFIARTI, S.Pd.I Penata/III.d Bonjol, 27 Februari 01-01- Guru


1984 2011

6 DERMI S, S.Pd Pembina/IV.a Simpang, 14 Maret 01-01- Guru


1971 2005

7 RAYENI, S.Pd Pembina/IV.a Malampah, 19 Mei 01-01- Guru


1975 2005

8 LILI KASUMA, S.Sn Pembina/IV.a Kp. Tongah, 05 Mei 01-01- Guru


1975 2005

9 SRI HARTATI, S.Pd Pembina/IV.a Kumpulan, 21 Juni 01-01- Guru


1976 2005

10 YULIA OKTARINA, Pembina/IV.a Koto Kecil, 8 01-01- Guru


S.Pd Oktober 1981 2005

11 AFRIZAL, S.Ag Penata/III.c Koto Kecil, 19 01-10- Guru


Februari 1973 2007

12 SITI BELKIS, S.Pd Pembina/IV.a Bonjol, 28 April 01-01- Guru


1980 2005

13 ERISON, S.Ag Penata Tk Batu Bulat, 3 01-03- Kaur Tata


I/III.d September 1969 1994 Usaha

14 NURSYAKBANI NA, Pembina/IV.a Bonjol, 1 Oktober 01-03- Guru


S.Pd.I 1971 1998

15 ERMA ILASMI, S.Ag Penata/III.d Lb. Sikaping, 10 01-10- Pembina


Agustus 1976 2007 OSIM

16 ERMAWATI, S.Pd.I Penata/III.d Bonjol, 2 Februari 01-10- Guru


1979 2007

17 ADI HARMAN, S.Ag Penata/III.c Kayu Tanam, 3 Juli 01-10- Wakil


1973 2007 Sarpras

18 UHUM BAHRI Penata/III.c Lumban Dolok, 20 01-01- Wakil


LUBIS, S.Ag Januari 1971 2007 Kesiswaan

19 ARYA WISATA Penata 60 Tk. Lb. Sikaping, 15 Mei 01-01- Wakil


FITRI, M.Pd I/III.d 1988 2011 Humas

20 RAMAYANA Pengatur/II.d Padang, 21 Juni 1973 01-01- Bendahara


PETRIA 2007
5. Siswa/siswi MTsN 4 Pasaman

Tahun Kelas VII Kelas II Kelas III Jumlah


Ajaran ( 1+2+3 )

Jmlh Jmlh Jmlh Jmlh Jmlh Jmlh Jmlh Jmlh


Siswa Rombel Siswa Rombe Siswa Romb Siswa Romb
l el el

2010/2011 145 4 105 3 120 4 370 11

2011/2012 161 5 125 4 100 3 386 12

2012/2013 118 3 156 5 120 4 396 12

2013/2014 143 4 119 4 138 4 400 12

2014/2015 127 4 126 4 101 4 354 12

2015/2016 151 4 129 4 121 4 401 12

2016/2017 145 4 152 4 107 4 405 12

2017/2018 190 5 139 4 149 4 478 13

2018/2019 188 5 188 5 126 3 502 13

2019/2020 207 5 172 4 167 4 546 13

2020/2021 167 4 163 4 200 5 530 13

2021/2022 145 4 142 4 192 6 479 14

2022/2023 145 4 137 4 138 5 420 13

6. Sarana dan Prasarana MTsN 4 Pasaman

No Jumlah Jumlah Jumlah Ketegori kerusakan


Jenis Prasarana Ruang Ruang ruang
Kondisi kondisi Rusak Rusak Rusak
baik rusak Ringan Sedan Berat
g

1 Ruang Kelas 16 16 - - - -

61
2 Perpustakaan 1 1 - - - -

3 R. Lab IPA - - - - - -

4 R. Lab. Biologi - - - - - -

5 R. Lab. Fisika - - - - - -

6 R.L ab. Kimia - - - - - -

7 R. Lab. Komputer - - - - - -

8 R. Lab. Bahasa - - - - - -

9 R. Kepala 1 1 - - - -

10 R. Guru - - - - - -

11 R. tata Usaha 1 1 - - - -

12 R. Konseling - - - - - -

13 Tempat Beribadah 1 1 - - - -

14 R. U K S 1 1 - - - -

15 Jamban / WC 10 10 - - - -

16 Gudang 1 - 1 - - 1

17 R. Sirkulasi 2 2 - - - -

18 Lapangan Bola 1 1 - - - -
Voli

19 Lapangan Basket - - - - - -

20 Lapangan 1 1 - - - -
Badminton

21 Lapangan Tenis 1 1 - - - -
Meja

22 Lapangan Lompat - - - - - -

62
Jauh

23 R. OSIM - - - - - -

7. Kebutuhan sarana dan prasarana MTsN 4 Pasaman

8. Jumlah Jumlah Jumlah


Jenis Prasarana Ruang yang Kebutuhan Kekurangan
ada Ruangan Ruangan

1 Ruang Kelas 16 - 0

2 Perpustakaan 1 - 0

3 R. Lab IPA - 1 1

4 R. Lab. Biologi - - -

5 R. Lab. Fisika - - -

6 R.L ab. Kimia - - -

7 R. Lab. Komputer - 3 3

8 R. Lab. Bahasa - 1 1

9 R. Kepala 1 - 0

10 R. Guru - 1 1

11 R. tata Usaha 1 - -

12 R. Konseling - 2 2

13 Tempat Beribadah 1 1 1

14 R. U K S - 2 2

15 Jamban / WC 10 - 0

16 Gudang 1 2 1

17 R. Sirkulasi 2 5 3

63
18 Lapangan Bola Voli 1 2 1

19 Lapangan Basket - 1 1

20 Lapangan 1 2 1
Badminton

21 Lapangan Tenis 1 2 1
Meja

22 Lapangan Lompat - 1 1
Jauh

23 R. OSIM - 1 1

B. Hasil Penelitian

Berdasarkan analisis yang dilakukan oleh penulis dengan melakukan

wawancara, observasi dan dokumentasi mengenai "Implementasi Pembelajaran

Aqidah Akhlak dalam Membentuk Karakter Siswa MTsN 4 Pasaman". Hasil

penelitian yang didapatkan oleh penulis yaitu dengan cara observasi,

dokumentasi, dan wawancara dengan kepala sekolah, guru akidah akhlak, dan

peserta didik MTsN 4 Pasaman dan Wakil Kesiswaan guna memperkuat data

yang diperoleh.

1. Perencanaan Pembelajaran Akidah Akhlak dalam Membentuk Karakter

Siswa

Mengajar merupakan kegiatan yang dilakukan secara langsung

maupun tidak langsung antara guru dan siswa. Mengajar bukan hanya

memberikan materi pelajaran namun juga harus dapat memberikan nilai-nilai

pembelajaran yang dapat diimplementasikan di kehidupan sehari-hari. Bagi

seorang guru mengajar bukanlah tugas yang mudah, butuh persiapan,

64
perencanaan hingga pemahaman yang matang, sehingga dapat mewujudkan

pembelajaran yang efektif.

Sebelum pelaksanaan pembelajaran dilakukan, tentu saja guru harus

menyiapkan hal-hal yang dapat membantu atau mendukung berjalannya

proses pembelajaran agar belajar mengajar dapat berjalan dengan sistematis

dan teratur, hal yang sangat penting untuk di siapkan oleh guru adalah RPP

(Rencana Pelaksanaan Pembelajaran). Dalam perencanaan pembelajaran

Aqidah akhlak guru harus memperhatikan pemilihan bentuk pembelajaran

yang disesuaikan dengan kondisi, karakteristik dan kemampuan siswa, agar

pembelajaran berlangsung sesuai tujuan yang diharapkan.

Berdasarkan wawancara dengan Ibu Nursyakbani. NA, S.Pd.I (Guru

Aqidah Akhlak) beliau menyatakan bahwa:

"Sebelum melakukan proses pembelajaran seorang guru harus


membuat perencanaan terlebih dahulu tentang materi yang akan disampaikan
kepada siswa. Ibu juga membuat RPP (Rancangan Perecanaan Pembelajaran)
terlebih dahulu pada setiap satu kali pertemuan. Membuat RPP ini sangat
penting, selain sebagai administrasi, RPP ini juga dapat membantu guru untuk
memilah dan memilih materi yang ingin diajarkan, memberikan focus kepada
apa yang ingin disampaikan kepada siswa agar dapat dipahami, serta
mengetahui apakah penyampaian pada materi tersebut sesuai dengan tujuan
pembelajaran atau tidak.”72
Selain itu, hasil wawancara dengan Ibu Dra. Hj. Raflis, MA (Kepala
Madrasah) menyatakan bahwa:

72
Nursyakbani.NA, Guru Aqidah Ahlak MTsN 4 Pasaman, Wawancara Tanggal 03 Juni 2023,
Pukul 10:30

65
"Sebelum melakukan proses pembelajaran seluruh guru harus
mempersiapkan komponen penunjang pembelajaran seperti Program Tahunan
(Prota), Program Semester (Promes), Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP), media, strategi, metode dan komponen lainnya yang sesuai dengan
materi apa yang akan disampaikan. Semua komponen tersebut dibuat
berdasarkan kurikulum dan silabus yang digunakan."73
Dari paparan wawancara diatas dapat kita ketahui bahwa RPP sangat

penting untuk guru. RPP dijadikan sebagai pedoman dalam proses

pembelajaran agar beralan dengan baik sehingga tujuan pembelajaran

tercapai. Jika guru tidak membuat RPP maka guru akan kebingungan dalam

menyampaikan materi serta metode apa yang akan guru gunakan. Jika materi

yang ingin disampaikan tidak sesuai dengan metode yang guru berikan, hal ini

pula akan mengakibatkan ketidaktuntasan pembelajaran serta ketidakcapaian

tujuan pembelajaran.

Selain RPP, bahan ajar juga merupakan hal yang sangat penting dalam

proses belajat dan mengajar. Jika guru tidak mempersiapkan bahan ajar yang

cukup maka guru tidak akan memberikan keluasan materi serta wawasan yang

luas kepada siswa. Hal itu dikarenakan guru hanya memberikan satu sumber

bahan ajar. Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Nursyakbani. NA,

S.Pd.I (Guru Aqidah Akhlak) beliau menyatakan bahwa:

"Sebelum pembelajaran dimulai, guru harus mempersiapkan segala


sesuatunya, baik itu RPP, bahan ajar, metode, alat peraga, sarana pendukung
ataupun yang lainnya. Terutama adalah bahan ajar, karena jika bahan ajar
73
Dra. Hj. Raflis, MA, Kepala Madrasah MTsN 4 Pasaman, Wawancara Tanggal 25 Juli 2023,
Pukul 09:30

66
tidak cukup maka apa yang akan disampaikan kepada murid. Melihat jaman
juga semakin maju, teknologi semakin berkembang, maka sumber bahan ajar
juga pasti semakin banyak. Guru dapat memanfaatkan sumber pembejalaran
tersebut, dapat berupa buku paket, buku LKS, dari Youtube, dari Internet
Google, dari Jurnal. Dan masih banyak lagi sumber yang dapat ditemukan
untuk diajarkan kepada siswa. Hal ini agar siswa tidak hanya menerima dari
satu sudut padang namun juga dari beberapa sudut pandang lainnya.
Ketuntasan pembelajaran serta tercapainya tujuan pembelajaran juga
tergantung bagaimana dan dari mana guru menyampaikan pembelajaran
kepada siswa.”74
Selain bahan ajar, dalam proses pembelajran juga diperlukan metode

dan media. Media merupakan perenan penting yang dibutuhkan guru dalam

mengajar, karena jika tidak ada media maka pembelajaran akan sangat

membosankan bagi murid. Media merupakan alat, perantara, alat peraga yang

digunakan untuk proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar.

Sedangkan metode dilakukan sebai bentuk pengimplementasian rencana yang

telah disusun dalam proses pembelajaran agai tercapai secara optimal. Dengan

adanya metode dan media pembelajaran, maka siswa akan lebih paham

terhadap materi yang disampaikan. Hendaknya seorang guru dapat

menyesuaikan media dan metode apa yang digunakan dalam suatu materi

pembelajaran. Dari penjelasan diatas sesuai dengan pernyataan yang diberikan

oleh Ibu Nursyakbani. NA, S.Pd.I (Guru Aqidah Akhlak) beliau menyatakan

bahwa:

74
Nursyakbani.NA, Guru Aqidah Ahlak MTsN 4 Pasaman, Wawancara Tanggal 03 Juni 2023,
Pukul 10:30

67
"Media pembelajaran merupakan alat bantu yang sangat dibutuhkan
dalam proses pembelajaran. Jika media pembelajaran tidak ada maka
pembelajaran akan tetap berlangsung akan tetapi siswa akan dengan cepat
bosan dan tidak akan mudah memahami materi tersebut. Berbeda jika guru
menggunakan media pembelajaran kepada siswa, mereka akan dengan mudah
memahami dan tidak akan mudah bosan. Menggunakan media pembelajaran
juga harus bervariatif jangan terus-terusan menggunakan media yang sama.
Jika hal itu dilakukan maka akan tetap membuat murid merasa bosan. Karena
itu biasanya Ibu menggunakan media yang berbeda dalam setiap pertemuan.
Dalam proses pembelajaran Ibu menggunakan media media poster, media
video, media papan tulis, media animasi dan yang lainnya juga bisa agar anak
tidak mudah bosan. Sedangkan dalam hal metode dalam pembelajaran Ibu
menggunakan beberapa metode juga seperti metode ceramah, keteladanan,
diskusi, tanya jawab, kerja kelompok dan metode lainnya yang dapat
menunjang pemahaman siswa terutama dalam hal membentuk karakternya."75
Berdasarkan hasil observasi pada hari Selasa tanggal 18 Juli 2023, dari

jam 11.10 – 12.30 WIB peneliti melakukan observasi ketika guru Akidah

Akhlak yaitu ibu Nursyakbani. NA mengajar di kelas VIII 3. Peneliti melihat

dan mengamati proses pembelajaran Akidah Akhlak dari awal membuka

kegiatan pembelajaran sampai dengan menutup pembelajaran. Berdasarkan

pengamatan tersebut ibu Nursyakbani. NA, S.Pd.I melaksanakan proses

pembelajaran dengan baik. Guru Akidah Akhlak menyiapkan siswa secara

psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran, kemudian membuka

pembelajaran dengan mengucapkan salam dan mengajak siswa membaca do’a

belajar. Sebelum melangkah ke pembelajaran selanjutnya, guru mengabsen

75
Nursyakbani.NA, Guru Aqidah Ahlak MTsN 4 Pasaman, Wawancara Tanggal 03 Juni 2023,
Pukul 10:30

68
siswa yang dilanjut dengan memberikan motivasi kepada siswa tentang

perjuangan seseorang mencari ilmu. Kemudian guru mengingatkan pelajaran

sebelumnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk mengetahui

sejauh mana mereka menangkap pelajaran terdahulu dan mengaitkan dengan

materi yang akan dipelajari. Kemudian guru menyampaikan materi mengenai

“Menghindari akhlak tercela (Hasad, Dendam, Ghibah, Fitnah dan

Namimah).” yang akan dipelajari dan tujuannya agar siswa dapat menerapkan

hasil dari belajarnya pada kehidupan sehari-harinya. Setelah itu guru

menjelaskan metode pembelajaran yang akan dilakukan yaitu metode diskusi

dengan menggunakan media pembelajaran dan sumber belajar yang ada. Pada

kegiatan ini guru memberikan sedikit penjelasan tentang metode dan proses

pelaksanaannya. Kemudian guru membagi siswa mendiskusikan

permasalahan terkait materi “Menghindari akhlak tercela (Hasad, Dendam,

Ghibah, Fitnah dan Namimah)”, disamping itu, selama proses diskusi

berlangsung guru juga memfasilitasi terjadinya interaksi antar siswa, siswa

dengan guru, lingkungan dan sumber belajar lainnya untuk menanamkan

nilai-nilai karakter yang relevan dalam hidup bermasyarakat (seperti

komunikatif, peduli sosial dll.) selain itu guru juga melibatkan siswa secara

aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran serta berkompetensi secara sehat

untuk meningkatkan prestasi belajar.

Setelah kegiatan diskusi selesai guru meminta siswa untuk membuat

laporan tertulis dan menyajikan hasil kerjanya secara individu guna

memunculkan gagasan baru dan beragam baik secara lisan maupun tertulis di

69
depan kelas, hal ini diharapkan guru agar dapat menumbuhkan kebanggaan

dan rasa percaya diri siswa serta juga memberikan apresiasi atau pujian

kepada siswa yang dapat mempresentasikan kerjanya dengan bagus. Setelah

semua presentasi dilakukan guru memberikan umpan balik positif dan

penguatan mengenai kerja siswa dan melakukan refleksi terhadap kegiatan

yang sudah dilakukan, kemudian memberitahu siswa mengenai pembelajaran

pada pertemuan selanjutnya dan menutup pembelajaran dengan mengajak

siswa membaca do’a dan mengucapkan salam.76

2. Implementasi Pembelajaran Akidah Akhlak dalam Membentuk

Karakter Siswa

MTsN 4 Pasaman merupakan salah satu madrasah yang memiliki

program-program yang dapat membentuk karakter siswa. Tidak hanya pada

program-program sekolah saja, namun pada pembelajaran juga, salah satunya

yaitu pembelajaran akidah akhlak. Pembelajaran akidah akhlak merupakan

salah satu mata pelajaran yang di dalamnya terdapat nilai-nilai yang dapat

diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu, pembelajaran akidah

akhlak ini sangat cocok sebagai sarana pembentukan karakter siswa.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Dra. Hj. Raflis, MA (Kepala


Madrasah) menyatakan bahwa:
"Mata pelajaran Aqidah Akhlak merupakan mata pelajaran yang
sangan penting untuk dipelajari karena Aqidah merupakan pokok keimanan
tertinggi manusia dan Akhlak merupakan pengaplikasian dari Aqidah itu

76
Observasi di MTsN 4 Pasaman, Tanggal 18 Juli 2023 , Pukul 11.10 WIB

70
sendiri. Mata pelajaran akidah akhlak ini menjadi sangat strategis posisinya
karena pendidikan saat ini menekankan pada nilai-nilai karakter yang mana
mata pelajaran Aqidah ini menjadi icon dalam menumbuhkan nilai-nilai
karakter dalam rumpun PAI yang sejatinya mata pelajaran tersebut harus
mewarnai mata pelajaran yang lain. Namun demikian, hal ini bukan hanya
tugas guru mapel Aqidah Akhlak saja, tapi guru-guru yang lain pun harus
melakukannya.”77
Selain itu, hasil wawancara dengan Ibu Nursyakbani. NA, S.Pd.I

(Guru Aqidah Akhlak) menyatakan bahwa:

"Menurut ibu menanamkan nilai-nilai karakter ketika pembelajaran


akidah akhlak itu perlu, sesuai dengan UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional (Sisdiknas) "pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri. Kepribadian kecerdasan akhlak mulia
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara."
Dan sangat berpengaruh matapelajaran akidah akhlak kita tanamkan kepada
siswa kita agar menjadi anak didik yang berkarakter dan berakhlak mulia”78
Dari paparan hasil wawancara tersebut dapat kita ketahui bahwa

pembelajaran Akidah Akhlak ini dapat membentuk karakter siswa. Yang

mana mata pelajaran akidah akhlak ini menjadi icon dalam pembentukan

karakter di sekolah karena di dalamnya terdapat nilai-nilai kehidupan yang

harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Untuk membentuk karakter

siswa ketika pembelajaran akidah akhlak seorang guru harus menggunakan

metode pembelajaran tertentu agar peserta didik bisa menerima pelajaran


77
Dra. Hj. Raflis, MA, Kepala Madrasah MTsN 4 Pasaman, Wawancara Tanggal 25 Juli 2023,
Pukul 09:30
78
Nursyakbani.NA, Guru Aqidah Ahlak MTsN 4 Pasaman, Wawancara Tanggal 03 Juni 2023,
Pukul 10:30

71
dengan baik sehingga peserta didik dapat memahami materi dengan baik

sehingga tertanamlah karakter yang baik pada peserta didik.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Nursyakbani. NA, S.Pd.I

(Guru Aqidah Akhlak) menyatakan bahwa:79

“Mengajarkan peserta didik mengenai pembelajaran akidah akhlak


bukan hanya memberikan materi, namun juga memberikan contoh- contoh
kecil kepada mereka. Sehingga mereka bukan hanya sekedar mengetahui
namun juga bisa memahami dan mengamalkan. Sehingga aspek pembelajaran
yang didapatkan berupa aspek kognitif, afektif dan juga psikomotoriknya.
Sebagai seorang guru kita harus menanamkan akhlak yang baik kepada
peserta didik serta mengoptimalkan potensi-potensi peserta didik dalam
memahami nilai-nilai perilaku dalam pikiran, sikap, perkataan, dan perbuatan
yang islami atau berdasarkan norma-norma agama dan adat istiadat di dalam
proses pembelajaran dan di luar pembelajaran, serta mengajarkan keyakinan
kebenarannya yang sesuai dengan Al-Quran dan hadits. "
Dari paparan hasil wawancara tersebut dapat kita ketahui bahwa untuk

membentuk karakter siswa seorang guru harus menjadi contoh yang baik,

guru bukan hanya sekedar mengajar tapi juga mendidik. Kemudian guru

melakukan pembelajaran dengan berbagai metode agar peserta didik dapat

memahami materi dengan baik, tidak membosankan sehingga peserta didik

dapat mengambil hikmah pada setiap materi yang telah disampaikan

kemudian terbentuklah karakter siswa setelah melakukan pembelajaran

tersebut. Dari observasi yang telah penulis amati ketika PBM penulis melihat

secara langsung ketika beliau mengajar di kelas, beliau menjadi contoh yang

79
Nursyakbani.NA, Guru Aqidah Ahlak MTsN 4 Pasaman, Wawancara Tanggal 03 Juni 2023,
Pukul 10:30

72
baik untuk peserta didiknya, dan membuat suasana belajar yang tenang, aman,

tentram, dan menyenangkan, sehingga peserta didik dapat memahami materi

dengan baik.

Penulis juga melakukan wawancara dengan beberapa siswa MTsN 4

Pasaman yang bernama (Quilla Rivanno Irawan, Dwi Marissa, dan

Muhammad Thoriq) menyatakan bahwa:

“Aqidah Akhlak adalah salah satu pelajaran favorit saya, saya


menyukai pembelajarannya karena gurunya menyenangkan, pelajaran ini pun
bisa merubah saya dan mengingatkan saya untuk selalu berbuat kebaikan,
guru saya mengajarkannya dengan suasana yang tenang, beliau juga
mengajarkannya dengan santai suka bercerita dengan nada nada yang menurut
saya sangat menarik dan enak untuk didengar, sehingga mudah untuk
dipahami. Dari semua materi pembelajaran Aqidah Akhlak, Materi akhklak
terpuji dan menghindari akhlak tercela dapat membantu saya dalam merubah
diri menjadi lebih baik”80
Berikut juga merupakan pemaparan yang Ibu Nursyakbani. NA, S.Pd.I

(Guru Aqidah Akhlak) sampaikan yaitu:

“Mempelajari akidah akhlak bukan hanya akan sekedar memahami


materi yang ada, namun juga dapat merubah sedikit demi sedikit perilaku
hidup seseorang. Mulai dari mengajarkan arti disiplin, arti kesabaran, arti
kejujuran dan masih banyak lagi. Contoh kecilnya adalah datang tepat waktu
ke sekolah, serta pembiasaan yang dilakukan setiap di sekolah, seperti
bersalaman, mengucap salam, berdoa, muhadarah, tadarus dan lainnya. Maka
dari itu, pembelajaran akidah akhlak disini juga mengajarkan arti kejujuran
serta keistiiqomahan siswa dalam mengerjakan pembiasaan tersebut. Maka
dari itu, tugas guru akan selalu mengingatkan siswa agar selalu mengerjakan
80
Quilla Rivanno Irawan, Dwi Marissa, dan Muhammad Thoriq, Siswwa MTsN 4 Pasaman,
Wawancara Tanggal 20 Juli 2023, Pukul 10:15

73
perbuatan yang baik. Pembentukan karakter dalam pembelajaran Aqidah
Akhlak dibahas lebih dalam mengenai akhlak terpuji dan menghindari akhlak
tercela.”81
Dari paparan hasil wawancara tersebut dapat kita ketahui bahwa

pelajaran Aqidah Akhlak ini dapat merubah dan mengingatkan peserta didik

untuk selalu berbuat kebaikan sehingga dari situ terbentuklah karakter peserta

didik yang baik. Hal ini terjadi karena guru mengajar dengan suasana yang

tenang dan menyenangkan, sehingga peserta didik dapat menerima pelajaran

dengan baik. Pembelajaran Aqidah akhlak yang ditekankan dalam materi

akhlak terpuji dan menghindari akhlak tercela membantu siswa membentuk

pribadi atau karakter yang lebih baik. Dari hasil wawancara dengan peserta

didik penulis menemukan bahwa setelah mereka melakukan pembelajaran

akidah akhlak mereka menjadi pribadi yang jujur, sopan, santun, disiplin,

toleransi, optimis, dan religius. Yang mana sikap-sikap tersebut merupakan

bagian dari nilai-nilai karakter. Sebagai contoh dari penerapan nilai-nilai yang

telah tertanam pada peserta didik sesuai dengan hasil wawancara yaitu:

a. Jujur : Tidak menyontek ketika ujian

b. Sopan Santun : Mengucapkan salam ketika pergi/pulang sekolah

c. Disiplin : Mengumpulkan tugas tepat waktu

d. Toleransi : Menghargai pendapat orang lain

e. Percaya Diri : Mengerjakan tugas sendiri

f. Religius : Melakukan shalat, berdzikir, berdoa, dan tadarus

81
Nursyakbani.NA, Guru Aqidah Ahlak MTsN 4 Pasaman, Wawancara Tanggal 03 Juni 2023,
Pukul 10:30

74
Dari hasil pemaparan tersebut dapat kita ketahui bahwa pembelajaran

akidah akhlak ini telah membentuk beberapa karakter peserta didik seperti

religius, jujur, sopan santun, disiplin, toleransi, percaya diri, tanggung jawab

dan lain-lain.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti pada hari

Selasa tanggal 18 Juli 2023, peneliti melakukan pengamatan terhadap

kegiatan atau tingkah laku siswa MTsN 4 Pasaman, dari mulai mereka masuk

kelas, belajar sampai mereka keluar ketika istirahat. Peneliti melakukan

pengamatan ini terhadap seluruh siswa yang ada di MTsN 4 Pasaman untuk

mengetahui bagaimana kepribadian siswa yang ada di madrasah tersebut.

Sebelum pelajaran di mulai, setiap kelas selalu mengawali pembelajaran

dengan membaca do'a, tadarus dan membaca Asmaul Husna. Kemudian guru

mengawali pembelajaran dengan salam dan dilanjutkan dengan mengabsen

siswa.

Ketika proses pembelajaran berlangsung kebanyakan siswa

mendengarkan dan mengikuti arahan guru, akan tetapi pada saat guru

memberikan latihan soal kepada siswa untuk dikerjakan sebagai bahan

evaluasi, terkadang masih ada beberapa siswa yang ramai atau berbicara

dengan temannya dan berkeliaran untuk mencontek pada temannya yang lain.

Hal ini bisa dikarenakan kurangnya kepercayaan diri siswa terhadap

kemampuannya, dan juga menganggap guru sedang tidak memperhatikan

dirinya. Kemudian ketika jam istirahat, ketika siswa sedang berada di luar

kelas untuk pergi ke kopsis atau ke kantor, peneliti sering menemukan siswa

75
bersalaman kepada guru ketika berpapasan atau siswa menggunakan kata-kata

dan tingkah laku yang sopan bukan hanya kepada guru, tetapi kepada

karyawan dan orang yang lebih tua darinya guna menunjukkan rasa

hormatnya atau sekedar minggir dan menunduk ketika kebetulan berpapasan

dengan guru laki-laki bagi siswa perempuan begitupun sebaliknya. Berbeda

ketika dengan teman sebaya atau sekelasnya, kebanyakan tingkah laku siswa

suka bercanda dan bermain atau bahkan menjahilin temannya yang lain.

Untuk segi kerapian dalam berpenampilan peneliti melihat siswa di MTsN 4

Pasaman sudah berpakaian rapi dan sesuai aturan, seperti memasukkan baju

ke dalam celana, memakai sabuk, dan memakai topi ketika upacara.82

Dalam suatu proses pembentukan karakter siswa pasti terdapat faktor

pendukung dan juga faktor penghambat di dalamnya karena tidak semua

proses dapat berjalan mulus sesuai dengan yang guru harapkan, pasti terdapat

hambatan-hambatan. Selain adanya faktor penghambat pasti ada suatu hal

yang menjadi faktor pendukung, khususnya dalam pembentukan karakter ini.

Faktor pendukung yang pertama itu berasal dari para guru-guru di MTsN 4

Pasaman. Berdasarkan wawancara dengan Ibu Nursyakbani. NA, S.Pd.I (Guru

Aqidah Akhlak) beliau menyatakan bahwa:

"Sudah dikomitmenkan dan disepakati oleh semua guru untuk


menumbuhkan nilai-nilai karakter di madrasah. semua guru bertanggung
jawab dan mendukung dalam menumbuhkan nilai-nilai karakter di madrasah
sesuai dengan posisi masing-masing, harus junjung tinggi nilai moral.
Sekolah juga sering mengadakan evaluasi siswa bersama guru-guru sehingga

82
Observasi di MTsN 4 Pasaman, Tanggal 18 Juli 2023 , Pukul 11.10 WIB

76
sekolah menjadi update perihal kondisi siswa. Dalam hal ini orang tua juga
dituntut untuk bisa bekerjasama agar dapat membantu dalam membentuk
karakter siswa di lingkungan keluarga dan masyarakat."83
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa orang tua,

guru dan lingkungan sangatlah penting dalam membentuk karakter siswa.

Guru dan orang tua harus menjalin kerja sama yang baik demi mencapai

tujuan tersebut. Pembentukan karakter ini dilakukan oleh semua guru yang

ada di MTsN 4 Pasaman, Sehingga bukan guru Aqidah Akhlak saja yang

berperan dalam pembentukan karakter di madrasah. Sejatinya, semua guru

itu tidak hanya sekedar mengajar, memberikan tugas, dan mengevaluasi.

Namun, guru itu harus menjadi pendidik, mencontohkan yang baik kepada

siswa sebagai teladan, memberikan mereka motivasi, membimbing mereka

agar menjadi manusia yang lebih baik. Walaupun demikian, lingkungan juga

menjadi faktor pendukung agar anak dapat bertumbuh kembang dengan baik.

Maka dari itu berada di lingkungan yang positif memang harus dilakukan,

karena jika ada salah satu dari faktor pendukung tersebut tidak berjalan

sesuai dengan harapan maka hasilnya pun demikian.

Kemudian faktor pendukung selanjutnya yaitu berasal dari peraturan-

peraturan serta program-program madrasah yang telah dibuat. Sebagaimana

yang telah disampaikan oleh Ibu Dra. Hj. Raflis, MA (Kepala Madrasah)

menyatakan bahwa:

83
Nursyakbani.NA, Guru Aqidah Ahlak MTsN 4 Pasaman, Wawancara Tanggal 03 Juni 2023,
Pukul 10:30

77
"Madrasah sudah menetapkan beberapa peraturan-peraturan dan tata
tertib yang harus diikuti oleh semua siswa. Bagi siswa yang melanggar
aturan yang telah ditetapkan maka akan mendapatkan sanksi. Madrasah juga
melakukan beberapa program yang mampu menunjang dalam pembentukan
karakter yaitu pembiasaan yang dilakukan di madrasah. Setiap pagi
dilakukan pembiasaan berdo'a, tadarus Al-Qur'an dan membaca Asmaul
Husna. Selain itu, Madrasah juga melakukan salat zuhur berjamaah di
Musola MTsN 4 Pasaman. Kegiatan pesantren kilat juga diadakan di sekolah
ini ketika bulan suci Ramadhan, biasanya kami memberikan lebih banyak
praktek daripada teori, agar siswa lebih memahami materi tersebut. Materi
pesantren silat berupa praktek sholat, praktek wudhu, praktek tayamum,
praktek sholat jenazah, dan kegiatan-kegiatan peribadatan lainnya. Adapun
program lainnya yaitu Muhadarah setiap hari Jumat dan upacara pagi setiap
hari Senin, upacara pada hari-hari nasional, serta mengadakan lomba-lomba
ketika terdapat hari-hari penting seperti Hari Kemerdekaan Indonesia, Hari
Maulid Nabi Muhammad SAW, dan hari-hari lainnya. Adapun program-
program lainnya yaitu berupa ekstrakurikuler yang ada pada sekolah ini
yaitu, pramuka, tahfiz, kaligrafi, drum band, dan tahsin Al-Qur'an.
Ekstrakurikuler ini sangat penting untuk meningkatkan percaya diri dan
bakat pada diri siswa. Karena setiap siswa pasti memiliki bakat dan minat
yang berbeda sehingga kami menyediakan berbagai macam ekstrakurikuler
yang berbeda."84
Dari paparan tersebut peneliti menemukan bahwa dengan penggunaan

sanksi itu dapat membantu dalam pembentukan karakter siswa, agar siswa

selalu disiplin mematuhi peraturan yang telah dibuat oleh sekolah. Peraturan

sekolah memang harus dipatuhi oleh seluruh peserta didik, bahkan oleh guru-

guru juga. Dengan adanya peraturan di sekolah ini akan membuat peserta

84
Dra. Hj. Raflis, MA, Kepala Madrasah MTsN 4 Pasaman, Wawancara Tanggal 25 Juli 2023,
Pukul 09:30

78
didik menjadi pribadi yang berkarakter disiplin, jujur, dan bertanggung

jawab. Program yang ada di madrasah juga sangat membantu dalam

membentuk karakter siswa. Dengan melakukan pembiasaan dan program

sekolah tersebut, siswa dapat melakukan hal positif yang dapat merubah diri

dan karakternya kearah yang lebih baik lagi.

Setelah mendapat faktor pendukung dalam pembentukan karakter

siswa, terdapat pula faktor penghambatnya, di antara faktor penghambat yang

pertama yaitu terdapat pada diri siswa itu sendiri. Berdasarkan wawancara

dengan Ibu Dra. Hj. Raflis, MA (Kepala Madrasah) menyatakan bahwa:

"Peserta didik yang dihadapi ini berada di masa usia transisi, dibilang
anak-anak bukan dewasa pun belum. Kelas 7 belum remaja awal, kelas 9
belum remaja akhir. Sehingga agak sulit untuk menumbuhkan nilai-nilai
karakter ke siswa, karena pada masa ini peserta didik mudah terpengaruh
oleh hal lain sebagaimana yang kita ketahui saat ini mereka sangat
terpengaruh oleh teknologi. Terkadang siswa lebih mendengar pendapat
temannya dibanding dengan pendapat gurunya”85
Ibu Nursyakbani.NA juga menambahkan:

"Siswa saat ini sulit diatur, apalagi dengan adanya perkembangan


teknologi, mereka juga sangat mudah terpengaruh oleh temannya. Remaja
saat ini cendrung ikut-ikutan. Sehinggga dapat menghambat dalam
pembentukan karakternya."86
Dari hasil wawancara tersebut peneliti menemukan bahwa anak

seumuran MTsN ini berada di usia transisi, yang mana mereka masih labil

85
Dra. Hj. Raflis, MA, Kepala Madrasah MTsN 4 Pasaman, Wawancara Tanggal 25 Juli 2023,
Pukul 09:30
86
Nursyakbani.NA, Guru Aqidah Ahlak MTsN 4 Pasaman, Wawancara Tanggal 03 Juni 2023,
Pukul 10:30

79
dalam suatu hal. Mereka masih sangat sulit untuk diatur karena masih

bersikap kekanak-kanakkan.

Kemudian faktor penghambat lainnya yaitu dari keluarga,

sebagaimana yang disampaikan oleh Ibu Dra. Hj. Raflis, MA (Kepala

Madrasah) menyatakan bahwa:

"Terdapat beberapa siswa yang broken home, sehingga mereka sulit


dihapadi ketika di sekolah, bahkan sering mencari perhatian. Hal lainnya
juga dikarenakan kurangnya perhatian orang tua terhadap anak dikarenakan
pekerjaannya. Selain itu juga dikarenakan rendahnya pendidikan orang tua,
sehingga dalam membentuk karakter anak sesuai dengan tingkat pendidikan
orang tuanya."87
Kemudian juga ditambahkan oleh Ibu Nursyakbani.NA:

"Terkadang dirumah para siswa kurang diperhatikan oleh orang


tuanya. Para orang tua juga tidak punya banyak waktu untuk bertuka
pendapat dengan anaknya dikarenakan harus bekerja."
Berdasarkan hasil wawancara tersebut peneliti menemukan bahwa

keluarga itu sangat berpengaruh dalam pembentukan karakter siswa, karena

orangtua menjadi contoh untuk anak-anaknya. Apabila terdapat keluarga

broken home maka anaknya pun sulit mendapatkan ketenangan hidup,

dirinya resah, dan tak tau harus berbuat apa. Sehingga anak dapat melakukan

hal-hal yang tidak diinginkan, seperti meniru perbuatan yang salah, mencari-

cari perhatian karena ia kurang perhatian dari orangtuanya. Maka dari itu

peran orangtua pun sangat penting dalam pembentukan karakter.

C. Pembahasan
87
Dra. Hj. Raflis, MA, Kepala Madrasah MTsN 4 Pasaman, Wawancara Tanggal 25 Juli 2023,
Pukul 09:30

80
1. Pelaksanaan Pembelajaran Akidah Akhlak di MTsN 4 Pasaman

Pembelajaran merupakan bagian penting dari proses pendidikan.

Proses pembelajaran yang berkualitas akan menghasilkan sumber daya

manusia yang berkualitas juga. Dalam proses pembelajaran guru

memiliki peranan penting dalam mengolah kelas, termasuk dalam

memilih dan menerapkan suatu metode pembelajaran.

Hal ini diakarenakan untuk membantu siswa mengembangkan akhlak

maupun potensinya, dan itu harus dilakukan secara terus menerus. Sesuai

dengan hasil penelitian, bahwa sebelum pelaksanaan pembelajaran

Akidah Akhlak dilakukan, guru harus melakukan atau membuat

perencanaan pembelajaran yang berdasarkan kurikulum yaitu

berpedoman pada silabus dan RPP dan disesuaikan dengan kondisi,

karakteristik dan kemampuan siswa. Perencanaan pembelajaran yang

dibuat oleh guru Akidah Akhlak di MTsN 4 Pasaman adalah perencanaan

penggunaan metode pembelajaran yang berdasarkan pada tujuan. Dimana

tujuan pembelajaran itu selain dapat menambah ilmu pengetahuan dari

siswa itu sendiri, tetapi juga dapat mengubah perilaku siswa agar menjadi

pribadi yang lebih baik.

Menurut Dunkin dan Biddle proses pembelajaran akan berjalan

dengan baik jika guru memiliki dua kompetensi utama, yaitu kompetensi

substansi materi pembelajaran atau penguasaan materi pelajaran dan

kompetensi Metodologi pembelajaran.88 Artinya jika guru sudah

88
Syaiful Sagala, 2005, Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung: Alfabeta, hal. 63

81
menguasi materi pelajaran, maka diharuskan juga mengacu pada prinsip

pedagogik, yaitu juga memahami karakteristik dari siswa. Begitu pula

dengan Metode pembelajaran, jika guru tidak menguasai dalam

menggunakan metode pembelajaran, maka penyampaian materi ajar akan

tidak maksimal, sehingga siswa juga tidak dapat menerima materi ajar

dengan baik.

Dalam kegiatan pembelajaran guru diupayakan harus dapat menguasai

kelas, sehingga guru bisa menyampaikan materi ajar dengan maksimal

dan siswa dapat menerima materi yang diajarkan dengan mudah. Mulai

dari awal kegiatan pembelajaran sampai akhir kegiatan pembelajaran,

misalnya dengan dibiasakan mengucapkan salam ketika masuk kelas,

membaca do'a sebelum pembelajaran dimulai, memberikan nasehat

nasehat dan contoh perilaku islami dari guru Akidah Akhlak,

penyampaian materi ajar sesuai dengan kompetensi serta memberikan

contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan keadaan yang

terjadi di masyarakat.

Dalam membentuk karakter relgius siswa, guru Akidah Akhlak

merupakan salah satu guru yang memiliki peranan yang sangat besar,

yaitu dengan melakukan pembinaan dan pembiasaan yang mana bisa

diterapkan dengan mengaitkan tema pembelajaran dalam kehidupan

sehari-hari baik di sekolah maupun di luar sekolah, sehingga siswa juga

akan lebih mudah dalam mengambil hikmah dari setiap pembelajaran.

82
Seperti halnya dengan cara memberikan suri tauladan atau sebagai contoh

yang baik.

2. Implementasi Pembelajaran Akidah Akhlak dalam Membentuk

Karakter Siswa di MTsN 4 Pasaman

Implementasi pembelajaran bukanlah suatu hal baru dalam dunia

pendidikan, setiap guru setelah melakukan perencanaan pembelajaran

pastilah akan berusaha semaksimal mungkin untuk mewujudkan rencana

tersebut, hal itu tentu saja agar sukses dan mencapai tujuan yang

diharapkan. Implementasi itu sendiri adalah "bermuara pada aktivitas,

aksi, tindakan atau adanya mekanisme suatu sistem, implementasi bukan

sekedar aktivitas, tapi suatu kegiatan yang terencana untuk mencapai

tujuan suatu kegiatan." Jadi implementasi pembelajaran Akidah Akhlak

adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana pembelajaran

(RPP) Akidah Akhlak yang sudah disusun secara matang dan terperinci

dalam atau untuk membentuk karakter religius siswa di MTsN 4

Pasaman.

Adapun nilai karakter yang tertanam pada diri siswa melalui

pembelajaran Akidah Akhlak, diantaranya adalah:

a. Adanya pengaplikasian dari materi pembelajaran Akidah Akhlak.

b. Adanya perubahan sikap yang positif pada siswa dari

pembelajaran Akidah Akhlak.

c. Siswa dapat membedakan sikap terpuji dan tercela dan

menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

83
d. Nilai religius yang ditunjukkan siswa dengan cara rajin beribadah,

menghormati guru dan orang tua, serta mensyukuri pemberian

tuhan dengan cara berinfaq.

e. Nilai peduli lingkungan yang ditunjukkan dengan cara menjaga

kebersihan, seperti membuang sampah pada tempatnya,

menggunakan masker, mencuci tangan, menjaga jarak,

menghindari kerumunan dan mengurangi kontak fisik secara

langsung.

Pembentukan karakter siswa dalam pembelajaran Aqidah

Akhlak didukung dengan materi dan metode yang tepat dalam proses

pembelajaran. Dalam membentuk karakter khusunya dalam mata

pelajaran Aqidah akhlak ditekankan pada materi akhlak terpuji dan

menghindari akhlak tercela yang diharapkan dapat merubah pribadi

siswa menjadi lebih baik. Nilai karakter yang tertanam pada diri siswa

melalui pembelajaran Akidah Akhlak dibuktikan oleh guru dengan

cara evalusi (penilaian) untuk mengetahui sejauh mana siswa dalam

memahami materi Akidah Akhlak yang diajarkan oleh guru. Adapun

bentuk penilaian yang dilakukan oleh guru adalah dengan cara

mereview materi di akhir pembelajaran, guna untuk mengetahui

pemahaman siswa tentang materi Akidah Akhlak. Dan juga dengan

cara ulangan tes di tengah atau di akhir semester untuk mengetahui

kemampuan serta melatih siswa dalam memaparkan ide, gagasan, dan

84
pengetahuan siswa dalam bentuk tulisan. Disamping itu guru juga

melakukan pengamatan terhadap perilaku siswa selama mengikuti

kegiatan pembelajaran. Kemudian guru akan memberikan penilaian

kepada setiap siswa sesuai dengan apa yang mereka lakukan.

Jadi peran pembelajaran Akidah Akhlak dalam membentuk

karakter religius siswa dapat dikatakan efektif dan berhasil untuk

membantu para siswa menjadi siswa yang berkarakter. Hal ini

diketahui dari evaluasi atau penilaian yang dilakukan oleh guru dan

dari hasil observasi serta hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti

dimana hasilnya menunjukkan bahwa siswa dapat memahami materi

yang disampaikan dengan menggunakan metode yang sesuai dengan

materi yang dipelajari serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-

harinya.

Seperti yang tercermin dari perilaku siswa dalam menghormati

guru, orang tua, rajin beribadah, serta mensyukuri pemberian Tuhan

dengan cara berinfaq atau berbagi dengan orang yang membutuhkan.

Hal ini merupakan bentuk atau implementasi dari pembelajaran

Akidah Akhlak yang telah di pelajari di sekolah. Berdasarkan hasil

penelitian di lapangan terhadap implementasi pembelajaran Akidah

Akhlak dalam membentuk karakter siswa di MTsN 4 Pasaman sudah

terlaksana dengan baik. Hal ini dipengaruhi oleh faktor pendukung.

Faktor pendukung itu sendiri adalah faktor yang mendukung,

mengajak, dan bersifat ikut serta dalam dukungan suatu kegiatan.

85
Adapun faktor pendukung pada implementasi pembelajaran Akidah

Akhlak dalam membentuk karakter siswa di MTsN 4 Pasaman salah

satunya tidak terlepas karena usaha dari guru Akidah Akhlak itu

sendiri, dimana guru sudah menguasai materi dan memahami karakter

siswa, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik,

selain itu juga dari pihak guru-guru mata pelajaran yang lain, kepala

sekolah, dan staff karyawan di MTsN 4 Pasaman, aturan atau tata

tertib sekolah dan beberapa fasilitas pendukung serta beberapa

kegiatan/ program keagamaan yang ada di sekolah.

Sedangkan faktor penghambat pembentukan karakter siswa di

MTsN 4 Pasaman adalah dari siswa itu sendiri dimana mereka pada

tahap transisi atau remaja awal yang mana mereka masih labil dan sulit

diatur. Selain itu faktor penghambat dalam membentuk karakter siswa

ini berasal dari lingkungan keluarga siswa itu sendiri. Hal ini

dikarenakan kurangnya perhatian dari orang tua dimana banyak orang

tua yang bekerja sehingga kurangnya pendidikan terhadap anak

dirumah.

86
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil uraian mengenai penelitian yang telah penulis

lakukan mengenai Implementasi Pembelajaran Akidah Akhlak dalam

Membentuk Karakter Siswa di MTsN 4 Pasaman maka dapat diambil

kesimpulan bahwa:

1. Semua guru baik guru Akidah Akhlak maupun yang lainnya harus

mempersiapkan terlebih dahulu hal-hal yang harus dipersiapkan sebelum

mengajar. Membuat RPP dan Silabus juga harus dilakukan, karena hal itu

penting agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Tidak

hanya kedua hal tersebut, memilih bahan ajar apa saja yang diperlukan

untuk mengajar sangat diharuskan agar siswa dapat memahami materi

pembelajaran dengan baik. Adanya media pembelajaran serta metode

yang digunakan guru juga sangat penting karena dapat membantu proses

belajar mengajar yang efektif. Setiap siswa ada yang memiliki daya

87
tangkap dan gaya belajar yang berbeda, sehingga media dan metode yang

harus digunakan juga harus bervariatif agar semua siswa dapat menerima

pembelajaran dengan baik.

Guru Akidah Akhlak melakukan pembelajaran dengan baik dan

menyenangkan, beliau selalu mencontohkan nilai-nilai yang baik kepada

peserta didik. Ketika pembelajaran beliau menggunakan beberapa

metode, di antaranya yaitu metode ceramah, keteladanan, diskusi, tanya

jawab, kerja kelompok dan metode lainnya.

2. Dalam mengupayakan pembelajaran Akidah Akhlak yang dapat

membentuk karakter, guru Akidah Akhlak melakukan pembelajaran

dengan baik dan menyenangkan, beliau selalu mencontohkan nilai-nilai

yang baik kepada siswa. Guru berupaya untuk memberikan pengalaman

belajar yang baik bagi siswanya demi tercapainya tujuan pembelajaran

sehingga dari materi pembelajaran tersebut dapat di aplikasikan dalam

kehidupan sehari-hari. Implementasi Pembelajaran Akidah Akhlak dalam

Membentuk Karakter Religius Siswa di MTsN 4 Pasaman dapat

dibuktikan melalui evaluasi atau penilaian untuk mengetahui sejauh mana

siswa dalam memahami materi Akidah Akhlak yang diajarkan oleh guru.

Adapun bentuk penilaian yang dilakukan oleh guru adalah dengan cara

mereview materi di akhir pembelajaran, guna untuk mengetahui

pemahaman siswa tentang materi Akidah Akhlak. Dan juga dengan cara

ulangan tes di tengah atau di akhir semester untuk mengetahui

kemampuan serta melatih siswa dalam memaparkan ide, gagasan, dan

88
pengetahuan siswa dalam bentuk tulisan. Disamping itu guru juga

melakukan pengamatan terhadap perilaku siswa selama mengikuti

kegiatan pembelajaran. Kemudian guru akan memberikan penilaian

kepada setiap siswa sesuai dengan apa yang mereka lakukan.

Dilingkungan madrasah juga melakukan beberapa program dan

pembiasaan yang dapat membentuk karakter siswa yaitu upacara setiap

hari Senin, Muhadarah setiap hari jumat, berdoa, tadarus Al-Qur'an serta

membaca Asmaul Husna sebelum proses pembelajaran dimulai. Sekolah

juga melakukan kegiatan esktrakkulikuler seperti tahfiz, pramuka, tashin

Al-Qur'an, dan paskibraka.

3. Faktor pendukung Implementasi pembelajaran Aqidah akhlak dalam

membentuk karakter siswa MTsN 4 Pasaman salah satunya adalah tidak

terlepas karena usaha dari guru Akidah Akhlak itu sendiri. Selain itu

seluruh guru juga harus menanamkan nilai-nilai karakter, memiliki

kerjasama dan hubungan baik dengan orang tua dan masyarakat,

peraturan-peraturan madrasah serta banyaknya kegiatan-kegiatan rutin

yang dilakukan guna membentuk karakter siswa. Adapun faktor

penghambat lain yaitu dari diri siswa itu sendiri, masalah pribadi yang

terdapat di lingkungan keluarga, sehingga mereka masih sulit untuk

diatur, dan sulit untuk didekati.

B. Saran

1. Kepada Guru Akidah Akhlak, penulis mengharapkan agar lebih sabar

lagi dalam menghadapi perilaku siswa yang beraneka ragam. Selalu

89
memberikan motivasi dan mencontohkan pribadi yang baik kepada

peserta didik, memberikan lebih banyak contoh-contoh yang dapat

menyentuh afektif siswa sehingga dapat membentuk karakter yang lebih

baik lagi pada siswa dan sebaiknya meningkatkan terus kualitas

mengajarnya terutama dalam pengoperasian teknologi dalam

pembelajaran.

2. Kepada peserta didik, penulis mengharapkan agar peserta didik dapat

melakukan pembelajaran dengan baik, mematuhi peraturan yang telah

dibuat, selalu berperilaku baik, dan menanamkan nilai-nilai yang telah

dipelajari dalam kehidupan sehari-hari serta istiqomah dalam

menjalankannya.

3. Kepada pihak sekolah, penelitian ini diharapkan dapat sebagai pedoman

bagi sekolah yang berkaitan dengan temuan-temuan khusus terkait

pembentukan karakter siswa dalam belajar. penulis juga mengharapkan

agar sarana dan prasarana bisa selalu terjaga dengan baik dan dapat

ditingkatkan. Kemudian program-program sekolah yang telah ada

semoga terus berlanjut dan lebih ditingkatkan.

90

Anda mungkin juga menyukai